Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah pada Mata Kuliah
Filsafat Ilmu semester I Program Studi
Pendidikan Agama
Islam Oleh:
ZAKIAH KHAIRUNNISA Y
861082021009
Dosen Pembimbing:
Dr. Zakaria, S. Pd., M. Si.
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2021
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kriteria Kebenaran Ilmiah 3
B. Nilai dan Kegunaan Ilmu 8
A. Simpulan 13
B. Saran 14
DAFTAR RUJUKAN
ii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi atas segala sesuatu, sehingga
secara alamiah manusia berpikir untuk mencari kebenaran. Dimana dengan
pemikiran itu maka terciptalah pengetahuan. Pengetahuan tidak hanya tercipta dari
suatu pemikiran manusia saja, pengetahuan juga ada yang berasal dari pengalaman
hidup manusia.Mencintai pengetahuan adalah awal proses manusia mau
menggunakan daya pikirnya, sehingga mampu membedakan mana yang riil dan
mana yang ilusi. Orang Yunani awalnya sangat percaya pada dongeng dan takhayul.
Seiring dengan perkembangan zaman, kemudian berubahlah pola pikir orang-orang
terdahulu menjadi pola pikir yang berdasar pada pengalaman, rasio dan dibuktikan
kebenarannya dengan penelitian.1
Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan makalah ini, sebagai muslim/
muslimah, maka perlu kita perhatikan dan perlu kita ingat bahwa sumber
pengetahuan adalah dari Yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Memiliki Ilmu.
Seluruh Ilmu pengetahuan adalah bersumber dari Allah SWT.“Ia-lah yang
menciptakan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, tetapi sedikit saja kamu
bersyukur!”(Q.S. Al-Mukminuun ayat 78)”. Filsafat dipahami sebagai suatu
kemampuan berpikir dengan menggunakan Rasio dalam menyelidiki suatu objek
atau mencari kebenaran yang ada dalam objek yang menjadi sasaran.
Kebenaran itu sendiri belum pasti melekat dalam objek. Terkadang hanya
dapat di benarkan oleh persepsi-persepsi belaka, tanpa mempertimbangkan nilai-
nilai universal dalam filsafat. Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran dalam
perenungannya akan menemukan tiga bentuk eksistensi, yaitu agama, ilmu
pengetahuan dan filsafat. Agama mengantarkan pada kebenaran dan filsafat
1
Jujun S. Suriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Muliasari), 1999, hal.
18.
1
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah yang dijadikan sebagai sub bahasan yaitu:
1. Apa saja kriteria kebenaran ilmiah?
2. Bagaimana nilai dan kegunaan ilmu?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Teori Korespondensi
Pernyataan dianggap benar jika materi yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. Pengetahuan itu dikatakan benar apabila di dalamnya terdapat kesesuaian
4
Sonny Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Epistemologis, (Jakarta:
Kanisius, 2002), h. 66
8
antara subjek dan objek. Hal ini karena puncak dari proses kognitif
(kesadaran/pengetahuan) manusia terdapat di dalam budi atau pikiran manusia
(intelectus), maka pengetahuan adalah benar bila terdapat di dalam budi pikiran
subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada di dalam objek. Suatu pernyataan
benar apabila terdapat fakta yang sesuai menyatakan apa adanya. Kebenaran
adalah kesesuaian dengan fakta, selaras dengan realitas, serasi (correspondens)
dengan situasi aktual.5
Teori korespondensi ini merupakan teori kebenaran yang paling awal,
sehingga dapat digolongkan kepada teori kebenaran tradisional, karena Aristoteles
sejak awal (sebelum abad modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus
sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya.6
3. Teori Pragmatisme
Menurut teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak.
Elemennya adalah pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-
fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu khususnya dalam realitas
kehidupan, artinya suatu penyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau
konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia.
Dari berbagai macam teori kebenaran itu yang dianggap sebagai kriteria atau
ukuran kebenaran ilmiah (ilmu pengetahuan), teori koherensi berdasarkan logika
deduktif atau silogisme yang menarik kesimpulan khusus dari hal yang umum dengan
akal sebagai sarana utamanya merupakan teori kebanaran ilmiah. Selain itu teori
korespondensi dengan logika induktif atau empiris yang menarik kesimpulan umum
dari hal yang khusus dengan pancaindra dan pengalaman sebagai sarana utamanya,
5
A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis, (Jakarat: Bumi Aksara, 2011), cet. II, h. 87
6
H. M. Abbas, Kebenaran Ilmiah dalam Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Intan Pariwara, 1997), h. 87
9
juga merupakan satu dari teori yang benar tentang kebenaran. Ini dua hal yang urgen
ketika melihat keadaan atau menjawab keragu-raguan.7
7
Jujun S. Suriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Muliasari), 1999, hal.
59.
8
Mukhtar Latif, Filsafat Ilmu, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, hal. 25.
10
a. Nilai etika
Membicarakan pengertian etika tidak akan pernah terlepas dari sejarah
kemunculannya yang dimulai dari periode klasik, akan tetapi berdasarkan
9
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 2009, hal.
18.
11
10
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam Teori dan Praktik, Bandung: CV Pustaka Setia,
2010, hal.42.
13
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
11
Jujun S. Suriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Muliasari), 1999,
hal. 62.
14
B. Saran
ini, namun kenyataanya masih jauh dari kesempurnaan serta hasilnya belum
15
mencapai target yang diharapkan. Olehnya itu penulis menyarankan kepada para
DAFTAR RUJUKAN
16
Latif , Mukhtar. Filsafat Ilmu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Supriyadi, Dedi. Pengantar Filsafat Islam Teori dan Praktik. Bandung: CV Pustaka
Setia. 2010.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Filsafat Ilmu.
(Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010).