Anda di halaman 1dari 23

PUSAT PENGAJIAN PEMBANGUNAN SOSIAL

KOLEJ SASTERA DAN SAINS


SSKC 2323 RESEARCH METHODOLOGY IN EDUCATION
GROUP B
TUGASAN INDIVIDU
(PROPOSAL KAJIAN PENYELIDIKAN)
Cooperative Play dapat mempengaruhi interaksi sosial pada
anak introvert
DISERAHKAN KEPADA:

DISEDIAKAN OLEH:
GINA SYARIFAH AWALIYAH
701692 (Student Mobility)
CHAPTER I
A. Pengenalan

Dalam bab ini membincangkan latar belakang kajian, Carl Jung membagi karakter
kepribadian berdasarkan orientasi minat atau sikap menjadi dua, yaitu introvert dan
ekstrovert (Suryabrata, 2003). Menurut Carl Jung, individu introvert cenderung diam,
pemalu dan merasa tidak nyaman di situasi sosial (Wilson, dkk, 1996 dalam Rich, 2003).
Mereka mengalami penarikan dan penghindaran sosial (Burger, 2000 dalam Rich, 2003).
Tak jarang mereka ada yang menjadi agresif, bandel, pembangkang, atau bahkan menjadi
seorang yang pemurung, menarik diri dari interaksi sosial (introvert), tentunya hal ini
tergantung kepada kecenderungan pribadi tiap individu (Ramdhani, 2002). Semakin
matang orang introvert akan menyadari kalau keadaan ketertutupan itu kurang nyaman
(Savitri, 2008). Namun Anak introvert pada akhirnya bisa juga membuka diri (share)
terbuka kepada orang lain. Semua itu tergantung pada pengalaman yang dialami anak
(Savitri, 2008).
B. Latar Belakang
Interaksi sosial merupakan berbagai hal yang berhubungan dengan sosial, dimana
hal ini sangat berkaitan dengan hubungan antar individu, hubungan antara satu kelompok
dengan kelompok yang lainnya. Apabila tidak ada yang namanya interaksi sosial, maka
bisa di pastikan jika dunia ini tidak akan ada namanya kehidupan bersama. Tak hanya itu
saja, proses sosial adalah salah satu interaksi timbal balik atau yang sering disebut dengan
hubungan yang saling mempengaruhi antara manusia satu dengan manusia yang lainnya.
Hubungan yang seperti ini akan berlangsung hingga seumur hidup di lingkungan
masyarakat.
Pertemanan adalah langkah awal menyusun pondasi sosialisasi melalui interaksi
sosial pada anak (Waldrop, 2007). Salah satu faktor yang memengaruhi interaksi sosial
pada anak adalah karakter kepribadian (Santrock, 2000). Carl Jung membagi karakter
kepribadian berdasarkan orientasi minat atau sikap menjadi dua, yaitu introvert dan
ekstrovert (Suryabrata, 2003). Menurut Carl Jung, individu introvert cenderung diam,
pemalu dan merasa tidak nyaman di situasi sosial (Wilson, dkk, 1996 dalam Rich, 2003).
Mereka mengalami penarikan dan penghindaran sosial (Burger, 2000 dalam Rich, 2003).
Tak jarang mereka ada yang menjadi agresif, bandel, pembangkang, atau bahkan menjadi
seorang yang pemurung, menarik diri dari interaksi sosial (introvert), tentunya hal ini
tergantung kepada kecenderungan pribadi tiap individu (Ramdhani, 2002). Semakin
matang orang introvert akan menyadari kalau keadaan ketertutupan itu kurang nyaman
(Savitri, 2008).
Namun Anak introvert pada akhirnya bisa juga membuka diri (share) terbuka
kepada orang lain. Semua itu tergantung pada pengalaman yang dialami anak (Savitri,
2008). Pengalaman bermain dapat menjadi sarana untuk perkembangan sosial anak,
terutama jenis bermain sosial (Supendi dan Nurhidayat, 2007). Anak di perkotaan lebih
mengenal play station, nintendo atau permainan lainnya yang berhubungan dengan
teknologi (Supendi dan Nurhidayat, 2007). Anak berkepribadian introvert atau ekstrovert
baru bisa diketahui saat mereka masuk bangku sekolah. Anak ekstrovert, sepulang sekolah
akan spontan menceritakan kegiatannya di sekolah. Sebaliknya anak-anak introvert akan
diam saja (Savitri, 2008). Pada anak sekolah tepatnya usia 9 tahun, anak memasuki “usia
gang” atau usia berkelompok (Pillitteri, 1999). Sebagian besar kegiatan mereka lakukan
dengan kelompok mereka (Pillitteri, 1999). Menjadi pribadi sosial merupakan salah satu
tugas perkembangan yang utama pada periode ini (Hurlock, 2005).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SDN Kendangsari III/278
Surabaya menggunakan kuisioner yang diadaptasi dari personality test kepribadian
introvert Yayasan Dharma Graha berbahasa Indonesia (disusun oleh psikiater Dr. H. Yul
Iskandar Ph.D.). Hasil tes tersebut menunjukkan anak sekolah dengan gejala kepribadian
introvert sebesar 62,5%. Sesuai dengan interpretasi ciri sifat introvert dalam personality
test (Iskandar, 2005), anak introvert dengan tingkat introvert rendah tidak mengalami
masalah interaksi sosial sedangkan anak tingkat introvert sangat tinggi, dan rata-rata dapat
mengalami masalah interaksi sosial.
Anak dengan masalah interaksi sosial cenderung mempunyai konsep diri negatif.
Konsep diri negatif dapat memberikan dampak buruk pada tumbuh kembang anak terutama
aspek psikologis dan sosial (Tim Familia, 2006). Konsep diri negatif yang terus
berlangsung akan menyebabkan harga diri rendah kronis (HDRK). HDRK merupakan
salah satu penyebab terbesar gangguan jiwa depresi (Sarason dan Sarason, 2002).
Sebaliknya, pada anak introvert yang tidak mengalami masalah interaksi sosial cenderung
terbentuk konsep diri positif. Konsep diri positif tidak hanya akan memberi efek positif
pada aspek psikologis dan sosial anak saja. Namun juga berpengaruh pada prestasi
akademik anak di Sekolah (Tim Familia, 2006)
Berdasarkan penelitian (Wettig, Coleman dan Geider, 2011) Theraplay yang
mengacu pada prinsip bermain, mampu mengurangi isolasi sosial dan rasa malu dalam
berinteraksi pada anak yang introvert, Bermain dianggap sebagai komponen yang penting
dalam pertumbuhan dimana anak mampu berkembang secara kognitif, bahasa, kompetensi
sosial, self regulation, dan harga diri ( Frost, wortham and Reifel, 2010), Cooperative play
akan digunakan dalam penelitian ini, seperti permainan Permainan Eksplorasi, Permainan
Energik, Permainan Sosial, hal itu akan memberikan stimulus yang akan memicu adanya
proses adaptasi guna meningkatkan kemampuan interaksi sosial yang lebih adaftif.
Kemampuan yang lebih adaftif dapat dipicu dari adanya kerjasama kelompok diskusi
kelompok, anak mengikuti aturaa bermain dan anak memjawab pertanyaan, Upaya yang
dapat diberikan kepada anak yang introvert untuk meningkatkan kemampuan interaksi
sosial salahsatunya dengan cooperative play.

C. Pernyataan Masalah
Anak dengan masalah interaksi sosial cenderung mempunyai konsep diri negatif.
Konsep diri negatif dapat memberikan dampak buruk pada tumbuh kembang anak terutama
aspek psikologis dan sosial (Tim Familia, 2006). Konsep diri negatif yang terus
berlangsung akan menyebabkan harga diri rendah kronis (HDRK). HDRK merupakan
salah satu penyebab terbesar gangguan jiwa depresi (Sarason dan Sarason, 2002).
Sebaliknya, pada anak introvert yang tidak mengalami masalah interaksi sosial cenderung
terbentuk konsep diri positif. Konsep diri positif tidak hanya akan memberi efek positif
pada aspek psikologis dan sosial anak saja. Namun juga berpengaruh pada prestasi
akademik anak di Sekolah (Tim Familia, 2006).
Hawadi menyatakan bahwa terdapat tiga macam lingkungan sosial pada anak yaitu
antara lain lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan banyak pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan sosial anak. Hasil penelitian Rohner menunjukkan bahwa
pengalaman masa kecil mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Penelitian tersebut
yang menggunakan teori PAR (Parental Acceptance- Rejection Theory) menunjukkan
bahwa pola asuh orang tua, baik yang menerima (acceptance) atau yang menolak
(rejection) anaknya, akan mempengaruhi perkembangan emosi, perilaku, sosial-kognitif,
dan kesehatan fungsi psikologisnya ketika dewasa kelak. Hal ini ditunjang oleh pendapat
Kartini Kartonoyang menyebutkan bahwa keluarga merupakan lembaga pertama dalam
kehidupan anak, tempat ia belajar dan menatakan diri sebagai makhluk sosial. Hurlock
menambahkan bahwa setiap orang tua berbeda di dalam menerapkan pola sikap dan
perilaku mereka terhadap anak. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa sikap yang mereka
pelajari di dalam mengasuh dan mendidik anak antara lain adanya pengalaman awal
dengan anak, adanya nilai budaya mengenai cara terbaik dalam memperlakukan anak baik
secara otoriter, demokratis maupun permisif, dan pola asuh bisa membuat anak itu menjadi
introvert maupun exstrovert.
Di sekolah anak lebih difokuskan pada peningkatan intelegensi sehingga
peningkatan interaksi sosial kurang diperhatikan, dari kondisi tersebut peneliti ingin
memberikan cooperative play melalui behavioral sebagai cara untuk meningkatkan
interaksi sosial pada anak introvert.

D. Objektif Kajian
1) Mengetahui faktor penyebab terbentuknya pribadi
2) Cooperative Play dapat meningkatkan interaksi sosial anak introvert
3) Mengetahui konsep diri anak introvert

E. Tujuan
Membuktikan pengaruh Cooperative play terhadap peningkatan interaksi sosial
anak dengan gejala pribadi introvert, Cooperative play akan memberikan stimulus yang
akan memicu adanya proses adaptasi guna meningkatkan kemampuan interaksi sosial yang
lebih adaftif. Kemampuan yang lebih adaftif dapat dipicu dari adanya kerjasama kelompok
diskusi kelompok, anak mengikuti aturan bermain,

F. Soalan Kajian
1) Adakah faktor yang mempengaruhi anak menjadi introvert?
2) Adakah pengaruh cooperative play terhadap peningkatan interaksi sosial pada anak
introvert?
3) Adakah pengaruh konsep diri pada anak introvert
G. Hipotesisis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian. Sesuai dengan teori dan permasalahan yang ada dalam penelitian ini hipotesis
yang diajukan oleh penulis adalah
H. Kepentingan kajian
Kajian ini penting kerena untuk mengenal pasti adakah pengaruh cooperative play dengan
meningkatnya interaksi sosial pada anak introvert, dan mengetahui karakteristik serta
faktor pribadi introvert.

I. Kerangka Teoritikal
a. Introvert
1) Pengertian
Menurut Eysenck, introvert adalah satu ujung dari dimensi kepribadian introversi
dengan karakteristik watak yang tenang, pendiam, suka menyendiri, suka
termenung, dan menghindari resiko (Pervin, 1993 : 302).
Peneliti menyimpulkan bahwa introvert adalah suatu tipe kepribadian berdasar
sikap jiwa terhadap dunianya, yang merupakan satu ujung dari dimensi kepribadian
introversi, yang dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya terutama tertuju ke
dalam, Seorang ahli psikologi berpendapat bahwa pribadi introvert adalah sifat
bawaan dasar dari seorang yang tertutup lebih senang menstimulasi atau berdialog
dengan dirinya sendiri. Seorang introvert dapat dilihat dari kebiasaan dia sejak
kecil, bila anak yang lain lebih aktif, senang baraktivitas, senang menceritakan
semua kegiatannya, berbeda dengan anak introvert, dia lebih senang menyendiri di
kamar .atau ruangan tertutup. Maka tidak heran kalau anak inrovert sangat
menyukai kamarnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Introvert adalah sebuah sifat dan
karakter yang cenderung menyendiri. Mereka adalah pribadi yang tertutup dan
mengesampingkan kehidupan sosial yang terlalu acak. Namun, seorang Introvert
tak sepenuhnya senang menyendiri, hanya saja mereka lebih memilih untuk
memiliki segelintir teman dekat namun padat seperti buku. Maksudnya adalah,
teman yang memiliki cerminan pengetahuan dan pengalaman yang ada di hidup ini.
Seorang Introvert pun tidak pernah menceritakan tentang hal yang bersifat pribadi
kepada sembarang orang. Mereka memilih orang yang tertentu yang ia percaya.
2) Ciri-Ciri dan Karakteristik Introvert
Ciri-ciri kepribadian introvert adalah sebagai berikut:
a) Cenderung lebih suka “memasuki” dunia imaginer, bisa merenung yang
kreatif.
b) Produksi dan ekspresi-ekspresinya diwarnai oleh perasaan-perasaan yang
subyektif, pusat kesadaran dirinya adalah kepada egonya sendiri dan sedikit
perhatian pada dunia luar.
c) Perasaan halus dan cenderung untuk tidak melahirkan emosi secara menyolok,
biasanya melahirkan ekspresinya dengan cara-cara yang halus yang jarang
ditemukan pada individu-individu lain.
d) Sikapnya “tertutup”, sehingga jika ada konflik-konflik disimpannya dalam hati
dan ia berusaha menyelesaikannya sendiri.
e) Banyak pertimbangan, sering mengadakan analisis dan kritik diri.
f) Sensitif terhadap kritik, pengalaman-pengalaman pribadi bersifat mengendap
dalam kenangan yang kuat, apalagi hal-hal yang bersifat pujian atau celaan
tentang dirinya.
g) Pemurung dan cenderung selalu bersikap menyendiri, serta kurang bergaul.
h) Lemah lembut tindak dan sikapnya, serta punya pandangan idealis .

Dalam sumber lain menyebutkan bahwa ciri kepribadian introvert adalah sebagai
berikut:

a) Tertarik dengan pikiran dan perasaannya sendiri


b) Memerlukan teritori atau dunia mereka sendiri
c) Perfeksionis
d) Tampil dengan muka pendiam dan tampak penuh pemikiran
e) Biasanya tidak mempunyai banyak teman
f) Sulit membuat hubungan baru
g) Menyukai konsentrasi dan kesunyian
h) Tidak suka dengan kunjungan yang tidak diharapkan dan tidak suka
mengunjungi orang lain
i) Bekerja dengan baik sendirian
j) Biasanya pemalu
k) Tidak suka atau tidak berani tampil di depan umum
3) Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian

Ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian anak, yaitu:


a) Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang bersala dari dalam seseorang itu sendiri.
Biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Maksudnya faktor genetis
yaitu faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan meruapakn pengaruh
keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orangtuanya
atau bisa juga gabungan atau kombinasi dari sifat orangtuanya.
b) Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini
biasanya pengaruh yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ini biasanya
pengaruh yang berasal dari lingkungan anak dimana anak mulai belajar untuk
menyesuaikan diri dengan dunia sosialnya yaitu teman-temannya.

Faktor-faktor pendukung terbentuknya kepribadian dan watak ialah unsur-unsur


badan dan jiwa manusia disatu pihak dan lingkungan di lain pihak. Badan dan jiwa
disebut sebagai faktor endogen, dan lingkungan adalah faktor eksogen. Faktor
endogen disebut juga faktor dalam, faktor internal, faktor bawaan dan faktor
keturunan. Sedangkan faktor eksogen disebut juga faktor luar, faktor eksternal
empiris, dan faktor pengalaman. Selain faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadian juga terdapat faktor yang menghambat pembentukan kepribadian
antara lain:

a) Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani,
atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik,
pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi
badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani
setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan.
Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa
sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari
keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-
masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada
kepribadian seseorang.
b) Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-
manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam
faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa,
dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu. Sejak dilahirkan, anak telah
mulai bergaul dengan orangorang disekitarnya. Dengan lingkungan yang
pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat
penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan
dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-
macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan
keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam
dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan
karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang
diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu
sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu
diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang
anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan 34
meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian.

c) Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu
dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain: Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi
oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat
diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian
yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu. Adat dan
Tradisi. Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan
nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggotaanggotanya, juga menentukan pula
cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada
kepribadian seseorang Pengetahuan dan Keterampilan. Tinggi rendahnya
pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat
mencerminkan pula tinggi rendahnya 35 kebudayaan masyarakat itu. Makin
tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan
cara-cara kehidupannya. Bahasa Di samping faktor-faktor kebudayaan yang
telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan cirriciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan
bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa
merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan
bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan
orang lain. Milik Kebendaan (material possessions) Semakin maju
kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat
yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat
mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.

b. Interaksi Sosial
1) Pengertian
Interaksi sosial yaitu fondasi dari hubungan yang dalam bentuk tindakan yang
berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan ditentukan dalam
masyarakat. Definisi lain interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik dalam
masyarakat yang dibuat karena terdapat komunikasi antara satu pihak dengan pihak
lainnya melalui tindakan tertentu.
Menurut Astrid. S. Susanti Pengertian Interaksi Sosial menurut Astrid. S.
Susanti adalah hubungan antar manusia yang menciptakan hubungan tetap dan pada
akhirnya memungkinkan pembuatan struktur sosial. Hasil interaksi sangat
tergantung oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan pihak yang ikut
terlihat dalam interaksi ini.
2) Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Soerjono Soekanto menyatakan, interaksi sosial tidak bisa terjadi jika tidak ada dua
syarat yakni kontak sosial dan komunikasi.

a) Kontak Sosial
Kontak sosial merupakan hubungan setiap pihak dalam interaksi baik dengan
berbicara, tatap muka ataupun dengan bersalaman dan juga tidak selalu terjadi
dengan cara interaksi atau hubungan fisik saja, karena orang bisa melakukan
kontak sosial dengan pihak lain tanpa bersentuhan, contohnya melalui telepon,
radio, surat dan lain sebagainya.
Kontak sosial bisa bersifat positif ataupu negatif. Kontak sosial menuju pada
sebuah kerja sama, sedankan kontak sosial negatif menuju pada pertentangan
atau konflik. Dan lebih dari itu kontak sosial juga bisa bersifat primer atau
sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila pelaku interaksi secara langsung
bertemu. Kemudian kontak sekunder terjadi apabila terjadi interaksi secara
melalui perantara misalnya dengan telepon.
b) Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas yang saling memberikan tafsir perbuatan
(pembicaraan, sikap, perasaan, gerakan fisik)
3) Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Ciri-ciri dari interaksi sosial adalah sebagai berikut:
a) Bisa terjadi jika ada orang yang berperan lebih dari 1
b) Adanya komunikasi antara orang yang berperan dengan cara kontak sosial
c) Maksud dan tujuan yang ditentukan jelas, bebas dari sama tidaknya tujuan
itu dengan yang dirancang orang yang berperan
d) Terdapat masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (dimensi waktu)
yang menentukan sikap kegiatan yang berlangsung
4) Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Faktor interaksi sosial dipengaruhi oleh antara lain:

a) Sugesti
Sugesti yaitu pemberian suatu pengaruh atau sebuah rangsangan tumbuhnya
pandangan seseorang terhadap orang lain dengan cara tertentu menjadikan
orang tersebut mempunyai pandangan yang sama dengan orang yang
memberikan sugesti.
b) Imitasi
Imitasi merupakan perbuatan sosial yang menirukan sikap, perbuatan, tingkah
laku, atau penampilan fisik suatu pihak tertentu.
c) Identifikasi
Pada ilmu sosial, identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam
diri seseorang untuk menyamai dirinya dengan pihak lain.
d) Empati
Empati merupakan perasaan tertarik dari pada seseorang secara emosi kepada
orang lain.
e) Simpati
Simpati merupakan proses kejiwaan yang mana seseorang individu merasa
tertarik atau terhubung dengan orang lainnya.
f) Motivasi
Motivasi merupakan proses yang menerangkan intensitas, arah dan ketekukan
seseorang individu untuk meraih tujuan dalam kehidupannya.
c. Cooperative Play
Adanya kerja sama atau pembagian tugas dan pembagian peran antar anak-anak yang
terlibat dalam permainan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Kegiatan bermain
tersebut terlihat adanya peningkatan kadar interaksi sosial, mulai dari kegiatan bermain
sendiri sampai bermain bersama.
1) Teori Permainan
Para ahli mempunyai cara pandang yang berbeda tentang bermain. Hal ini
menunjukkan kepada kita betapa pentingya bermain bagi perkembangan anak.
Karena melihat betapa pentingnya bermain bagi perkembangan anak, para ahli
kemudian mengungkapkan pendapat / teori teori mengenai permainan.
Teori – teori permainan yang ini terbagi menjadi teori kalsik yang muncul dari abad
sembilan belas sampai perang dunia pertama, diantaranya adalah
(a) Teori kelebihan tenaga yang diajukan oleh Herbert Spencer. Teori ini juga
disebut teori pelepasan energi. Teori ini mengatakan bahwa kegiatan bermain pada
anak karena adanya kelebihan tenaga pada diri anak. Tenaga atau energi yang
menumpuk pada anak perlu digunakan atau dilepaskan dalam bentuk kegiatan 21
bermain.
(b) Teori rekreasi yang diajukan oleh Moritz Lazarus. Teori rekreasi menyebutkan
bahwa tujuan bermain adalah memulihkan energi yang telah terkuras saat bekerja,
tenaga ini dapat dipulihkan dengan cara melibatkan diri dalam permainan.
(c) Teori biologis yang diajukan oleh Karl Gross. Teori ini mengatakan bahwa
permainan mempunyai tugas - tugas biologis untuk melatih bermacam - macam
fungsi jasmani dan rohani untuk menghadapi masa depan.
(d) Teori praktis diajukan oleh Karl Buhler. Teori ini mengatakan bahwa anak anak
bermain karena harus melatih fungsi jiwa dan raga untuk mendapatkan kesenangan
di dalam perkembangannya. ( Mutiah, 2010)
Sedangkan teori- teori moderen diataranya diajukan oleh Sigmund Freud.
Sigmund Freud berdasarkan teori psikoanalisis mengatakan bahwa bermain
berfungsi untuk mengekspresikan dorongan implusif sebagai cara untuk
mengurangi kecemasan yang berlebihan pada anak. Bentuk kegiatan bermain yang
ditunjukan berupa bermain fantasi dan imajinasi dalam sosiodrama atau pada saat
bermain sendiri. Menurut Freud, melalui bermain dan berfantasi anak dapat
mengemukakan harapan-harapan dan konflik serta pengalaman yang tidak dapat
diwujudkan dalam kehidupan nyata, contoh, anak main perang-perangan untuk
mengekspresikan dirinya, anak yang meninju boneka dan pura-pura bertarung
untuk menunjukkan kekesalannya.
Teori kognitif dari Jean Piaget, juga mengungkapkan bahwa bermain
mampu mengaktifkan otak anak, mengintegrasikan fungsi belahan otak kanan dan
kiri secara seimbang dan membentuk struktur syaraf, serta mengembangkan pilar-
pilar syaraf pemahaman yang berguna untuk masa datang. Vygotsky menambahkan
bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi anak.
Bermaian merupakan cara berpikir anak dan cara anak memecahkan masalah,
pertama tama, anak menemukan pengetahuan dalam dunia sosial yang didapatkan
dari teman bermain, kemudian menjadi bagian dari perkembangan kognitifnya.
(Mutiah, 2010)
2) Bentuk-bentuk permainan
Kegiatan bermain menurut jenisnya terdiri atas bermain aktif dan bermain pasif
(Tedjasaputra, 2001:50). secara umum bermain aktif banyak dilakukan pada masa
kanak-kanak awal sedangkan kegiatan bermain pasif lebih mendominasi pada masa
akhir kanak-kanak yaitu sekitar usia pra remaja karena adanya perubahan
fisik,emosi,minat dan lainnya.
Permainan Aktif yaitu jenis permainan yang banyak melibatkan banyak aktifitas
tubuh atau gerakan-gerakan tubuh, diantaranya adalah
a) Permainan bebas dan spontan, kegiatan bermain ini dilakukan diman saja.
Tidak ada peraturan selama ia suka ia dapat melakukannya.
b) Permainan konstruktif adalah permainan 23 yang menggunakan berbagai
benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu, gunanya untuk
meningkatkan kreativitas anak, melatih motorik halus, melatih konsentrasi,
ketekunan dan daya tahan.
c) Permainan Khayal/Peran. Yakni permainan Pemberian atribut tertentu
terhadap benda, situasi dan anak memerankan tokoh yang ia pilih
d) Mengumpulkan benda-benda. Anak akan mengumpulkan benda benda yang
ia kagumi dan menarik minatnya.
e) Melakukan penjelajahan.
f) Permainan (games) dan olah raga. Permainan dan olah raga merupakan
kegiatan yang ditandai oleh aturan serta persyaratan yang disetujui bersama
dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang
bertujuan.
g) Musik. Kegiatan bermain musik misalnya bernyanyi, memainkan alat musik
tertentu atau melakukan gerakan-gerakan tarian yang diiringi musik.
h) Melamun. Melamun bisa bersifat reproduktif, artinya mengenang kembali
peristiwa-peristiwa yang telah dialami tapi bisa juga produktif dimana
kreativias anak lebih dilibatkan untuk memasukan unsur- unsur baru dalam
lamunannya.
Permainan Pasif yaitu anak memperoleh kesenangan bukan berdasarkan kegiatan
yang dilakukannya sendiri yang termasuk dalam kategori permainan ini adalah
a) Membaca. Dari kegiatan membaca minat anak bisa dipupuk dan dapat
memperoleh pengetahuan baru, anak juga akan mendapatkan pemahaman yang
baru
b) Melihat Komik. Komik yaitu cerita kartun bergambar dimana unsur gambar
lebih penting dari pada cerita.
c) Menonton film. Dengan adanya kemajuan teknologi, maka anak dapat
menikmati film tidak hanya di bioskop tapi juga di rumah. Televisi bisa
dianggap pengganti “pengasuh anak” karena anak menjadi asyik sendiri tanpa
perlu terlampau banyak diawasi oleh orang tua
d) Mendengarkan radio. Mendengarkan radio kurang disukai oleh anak-anak
kecil, tapi cukup disukai oleh anak-anak lebih besar/ remaja awal.
e) Mendengarkan musik. Musik dapat didengar melaui Radio, TV dan Kaset.
Dengan meningkatnya usia, anak lebih gemar mendengarkan musik dan akan
memuncak pada masa remaja
3) Manfaat bermain
Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi anak, beberapa
manfaat bermain antara lain (Tedjasaputra, 2001 :30-45);
(a) Untuk perkembangan aspek fisik, kegiatan yang melibatkan gerakan tubuh
akan membuat tubuh anak menjadi sehat. Otot tubuh menjadi kuat dan
anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan. Anak dapat
menyalurkan tenaga yang berlebihan sehingga anak tidak merasa gelisah
bosan dan tertekan,
(b) Untuk perkembangan aspek motorik kasar dan motorik halus. Tubuh anak
mulai semakin fleksibel, lengan dan kaki semakin panjang dan kuat
sehingga dapat melakukan motorik asar seperti berlari, melompat,
memanjat, berguling, berputar. Ketika jemari semakin ramping dan
panjang, akan terbiasa dengan kegiatan yang membutuhkan 25 deksteritas
manual, Anak usia 3 bulan mulai belajar meraih mainan yang ada
didekatnya, hal ini anak belajar mengkoordinasikan gerakan mata dengan
tangan, secara tidak langsung anak belajar melakukan gerakan-gerakan
motorik halus
(c) Untuk perkembangan aspek sosial. Darisini akan belajar tentang system
nilai, kebiasaan-kebiasaan dan standar moral masyarakatnya,
(d) Untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak dapat
melepaskan ketegangan yang dialami sekaligus memenuhi kebutuhan dan
dorongan dari dalam diri, dapat membantu pembentukan konsep diri yang
positif, percaya diri dan harga diri karena mempunyai kompetensi tertentu,
(e) Untuk perkembangan aspek kognisi. Melalui bermain anak mempelajari
konsep dasar sebagai landasan untuk belajar menu lis, bahasa, matematika
dan ilmupengetahuan lain,
(f) Untuk mengasah ketajaman penginderaan. Anak menjadi aktif, kritis,
kreatif dan bukan sebagai anak yang acuh, pasif dan tidak peka terhadap
lingkungannya,
(g) Untuk mengembangkan keterampilan olahraga dan menari. Perkembangan
fisik dan keterampilan motorik kasar maupun halus sangat penting sebagai
dasar untuk mengembangkan keterampilan dalam bidang olahraga dan
menari Bermain bagi anak mempunyai beberapa fungsi dalam proses
tumbuh kembang anak. Fungsi bermain terhadap sensoris motoris anak
penting untuk mengembangkan otot- ototnya dan energi yang ada.
Aktivitas sensoris motoris merupakan komponen paling besar pada
permainan. Vygotsky menyatakan bahwa bermain akan mempengaruhi
perkembangan anak melalui tiga cara, yakni a) melalui bermain akan
menciptakan suatu kemampuan yang aktual dimana hal ini disebut dengan
Zone of Proximal Development ( ZPD ). Dengan ZPD ini kemampuan yang
awalnya berupa potensiakan terealisasikan dalam perilakunya b) bermain
memfasilitasi separasi ( pemisahan ) pikiran dari objek dan aksi. Pemisahan
antara makna dan objeknya merupakan persiapan untuk berpikir abstrak. c)
bermain akan mengembangkan penguasaan diri, anak akan bertindak dalam
skenario, dan tidak dapat sembarangan. (Mutiah, 2010: 146)
Introvert

1. Karakteristik introvert
a. pendiam
b. Sulit membuat hubungan baru
c. Menyukai kesunyian
d. pemalu
e. tidak berani tampil di depan umum
2. Faktor Kepribadian Cooperative play
a. Eksternal Adanya kerja sama atau
b. Internal pembagian tugas dan pembagian
peran antar anak-anak yang
terlibat dalam permainan untuk
mencapai satu tujuan tertentu.
Kegiatan bermain tersebut terlihat
adanya peningkatan kadar
Interaksi Sosial interaksi sosial, mulai dari
kegiatan bermain sendiri sampai
1. Syarat Interaksi Sosial bermain bersama
a. Kontak sosial
b. Kominikasi
2. Ciri-ciri Interaksi Sosial
J. Kerangka Konseptual
a. terjadi jika ada orang yang berperan lebih
dari 1
b. Adanya komunikasi antara orang yang
berperan dengan cara kontak sosial
c. Maksud dan tujuan yang ditentukan jelas,
bebas dari sama tidaknya tujuan
d. Terdapat masa lalu, masa kini dan masa
yang akan datang (dimensi waktu)
3. Faktor-faktor Interaksi sosial
a. Sugest
b. Imitasi
c. Identifikasi
d. Empati
e. Simpati
f. motivasi
K. Definisi Operasional
Variabel : 1. Introvert
2. Interaksi Sosial
Definisi Operasional : 1. Introvert adalah suatu tipe kepribadian berdasar sikap jiwa
terhadap dunianya, yang merupakan satu ujung dari dimensi
kepribadian introversi, yang dipengaruhi oleh dunia subjektif,
orientasinya terutama tertuju ke dalam, dengan karakteristik
watak yang tenang, pendiam, suka menyendiri, suka termenung,
dan menghindari resiko

2. Interaksi Sosial adalah merupakan hubungan timbal balik


dalam masyarakat yang dibuat karena terdapat komunikasi
antara satu pihak dengan pihak lainnya melalui tindakan
tertentu.

L. Skop Kajian
Kajian ini melibatkan pelajar sekolah rendah SDN Semanan 07 Petang, dan kajian ini tidak
boleh digeneralasikan kepada pelajar kawasan lain

M. Penutup
N. Refrensi
https://www.researchgate.net/publication/327392917_COOPERATIVE_PLAY_MEMENGARUHI_I
NTERAKSI_SOSIAL_ANAK_DENGAN_GEJALA_KEPRIBADIAN_INTROVERT_Cooperative_Play_Affec
ts_Social_Interaction_of_Children_who_have_Introvert_Personality
http://repository.unair.ac.id/77537/2/full%20text.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194807061983031-
ROCHDI_SIMON/bermain.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/9302/5/bab2.pdf
O. Instrumen
Instrumen Penelitian dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Permainan Eksplorasi (Terlampir)

a. Nama Permainan : Memelihara Daun dan Bunga

b. Objektif : - Bermain dengan media seni - Mengamati perubahan musim - Menggelar


media seni alami - Menciptakan seni - Mengembangkan bahasa lisan dan tulisan -
Eksplorasi lingkungan

c. Tempat Belajar : - Ruang kelas - Sudut seni, sudut sains, sudut baca tulis
perpustakaan - Lingkungan sekolah

d. Waktu : 1 Jam Pelajaran (1x35 Menit)

e. Bahan/ Alat : - Tumbuhan (daun-daunan, bunga-bungaan, macam-macam bibit -

Glycerine - Panci kecil

f. Prosedur : - Diskusikan dengan siswa perubahan musim - Diskusikan jenis-jenis


musim - Siswa mencatat ciri-ciri setiap musim - Bawalah siswa berjalan-jalan
bereksplorasi di lingkungan sekolah - Tunjukkan benih, tanaman, bunga-bungaan,
daun-daunan dan benda lain yang menandakan adanya perubahan musim - Campurkan
dalam panci ceper kecil air hangat dan 5 sendok glycerine, kemudian celupkan daun-
daun, benih dan tumbuhan lain dalam glycerine tersebut lalu keringkan - Gunakan
benda-benda tersebut untuk merias ruangan.

2. Permainan Energik (Terlampir)


a. Nama Permainan : Kuda Bisik
b. Objektif : - Melatih motorik kasar anak (berbalik, melompat, lari dsb.) - Melatih
indera pendengaran - Melatih kerja sama - Melatih mengontrol emosi
c. Tempat : Lapangan atau halaman sekolah
d. Waktu : 1 Jam Pelajaran (1x35 Menit)
e. Prosedur : - Jumlah siswa satu kelas dibagi 2 kelompok - Pilih salah seorang siswa
menjadi ketua kelompok - Kedua kelompok berbaris berbanjar, membelakangi
pemimpin, jarak antar pemain 1-2 m - Jarak antara kedua kelompok berkisar 3 meter -
Kedua pemimpin membisikkan kata-kata/pesan kepada pemain pertama masing-masing
kelompoknya - Pemain kedua berbalik dan menerima pesan serta menyampaikannya
kepada pemain ketiga dan seterusnya - Pemain terakhir berlari ke depan (dekat
pemimpin) dan menyebutkan pesan/kata-kata sekeras-kerasnya. - Kelompok pertama
yang lebih dulu berhasil menyebutkan kata/pesan dengan benar dinyatakan sebagai
pemenang. - Permainan dapat dilanjutkan kembali dan pemain terakhir dijadikan
pemain pertama.

2. Permainan Sosial (Terlampir)


a. Nama Permainan : Drama
b. Objektif : - Latihan bersosialisasi - Latihan berkomunikasi/berinteraksi -
Mengembangkan aspek kebahasaan - Latihan tampil di muka umum
c. Tempat : Ruang atau pentas
d. Waktu : 2 Jam Pelajaran (1x35 Menit: termasuk persiapan)
e. Bahan : - Perabotan ruang tamu sederhana (kursi, meja dsb) - Cermin besar -
Pakaian-pakaian yang menunjang (kain,kebaya)
f. Prosedur : - Pilih tema yang sesuai dengan minat anak (misal: drama berjudul
“Malin Kundang”) - Sediakan alat-alat (misal: perabot, pakaian dsb) -
Tentukan pemainnya. - Adakan latihan dan tanya jawab - Pentaskan atau
simulasikan dengan memberikan peluang pada anak-anak mengeluarkan ide
dan kreativitas mereka - Adakan tanya jawab setelah pementasan selesai.

P. Metode Penlitian
Dalam kajian ini, pengkaji akan menggunakan dua metode agar dapat menghasilkan kajian yang
berkualiti dan mencapai objektif yang digariskan
1. Rekabentuk kajian

Anda mungkin juga menyukai