Anda di halaman 1dari 26

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Administrasi dan
Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu: Nurmawati, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

1. DWI RAHMI. W 1601015071


2. GINA SYARIFAH. A 1601015108
3. NURFITRI DEWI 1601015124
4. FAUZIAH FADHILAH 1601015137

KELAS: 5D
KELOMPOK: 6

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pelaksanaan Supervisi Akademik. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam, keluarganya, sahabatnya, dan kita selaku
umatnya.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak yang turut membantu memberikan bantuan, baik moral maupun material. Dilandasi
dengan penuh rasa hormat penyusun sampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak lain
yang telah memberikan bantuan kepada kami dalam proses pembuatan makalah ini.

Disadari sepenuhnya oleh kami bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dalam berbagai hal. Semua saran, masukan maupun kritik diharapkan demi
kebaikan dan kesempurnaan makalah ini yang sifatnya membangun.

Besar harapan kami, semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi semua yang membaca untuk menambah ilmu pengetahuan.

Jakarta, 2 November 2018

Penyusun
Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

No Hal
1. Kata Pengantar .................................................................................................... i
2. Daftar Isi .............................................................................................................. ii
3. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ........................................................................................ 3
b. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
c. Tujuan ...................................................................................................... 4
4. BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Supervisi Klinis ..................................................................... 5
b. Sasaran Supervisi Klinis .......................................................................... 6
c. Tujuan Supervisi Klinis ........................................................................... 7
d. Ciri Khas dan prinsip pelaksanaan Supervisi Klinis ............................... 8
e. Prosedur pelaksanaan supervise klinis ………………………………… 9
f. Orientasi perilaku supervise klinis .......................................................... 13
g. Pelaporan pembinaan tindak lanjut ......................................................... 16
h. Format Instrumen .................................................................................... 19
5. BAB III PENUTUP
a. Simpulan.................................................................................................. 23
6. Daftar Pustaka ..................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Supervisi berasal dari kata ‘super dan vision’. Super berarti tinggi, atas dan vision artinya
melihat, sehingga supervisi adalah melihat dari atas, artinya orang yang melihat itu mempunyai
kemampuan yang lebih (tinggi) dari yang dilihat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan
kegiatan supervisi kepada guru yang dianggap paling menentukan atau menjadi ujung tombak
keberhasilan pendidikan. Tetapi dalam kenyataan seperti dinyatakan oleh Tim Khusus (2005) bahwa
selama ini sistem supervisi yang berlaku masih kurang mendukung usaha pembaharuan dan
peningkatan mutu pendidikan yang disebabkan banyaknya permasalahan.
Salah satu bentuk supervisi pendidikan adalah supervisi pengajaran yang dapat dilakukan dengan
pendekatan klinikal untuk meningkatkan mutu/profesionalitas guru.
Ada berbagai faktor atau permasalahan yang mendorong dikembangkannya supervisi klinik
bagi para guru, antara lain sebagai berikut:
1. Dalam kenyataan supervisi ialah mengadakan evaluasi guru-guru semata di akhir semester
dengan guru mengisi skala penilaian yang diisi anak didik mengenai cara mengajar guru. Tidak
dianalisis mengapa guru mencapai tingkat penampilan tertentu.
2. Pusat pelaksanaan supervisi adalah supervisor, bukan pada apa yang dibutuhkan guru seperti
keprofesionalan, sehingga guru merasa tidak memperoleh apa-apa dari supervisi.
3. Penggunaan merit rating (alat penilaian kemampuan guru) hanya mengukur tingkah laku guru
yang bersifat terlalu umum, aspek-aspek tingkah laku yang mendasar seperti perasaan mereka
(guru) tidak terdeskripsikan karena diagnosisnya tidak mendalam.
4. Umpan balik yang diperoleh dari hasil pendekatan yang ada, misalnya saintifik sifatnya memberi
arahan, petunjuk, instruksi, tidak menyentuh masalah manusia yang terdalam yang dirasakan
guru-guru, sehingga hanya bersifat di permukaan.
5. Tidak diciptakan hubungan identifikasi dan analisis diri, sehingga guru melihat konsep dirinya.
6. Praktek-praktek supervisi yang tidak manusiawi di atas itu, menyebabkan kegagalan dalam
pemberian supervisi kepada guru-guru, dan karena itulah perlu supervisi klinik

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dari Supervisi Klinis?
2. Apa saja Tujuan dan Fungsi Supervisi Klinis?
3. Bagaimana Perencanaan Konsep Supervisi Klinis?
4. Apa saja Model Supervisi Klinis?
5. Apa saja Jenis Supervisi Klinis?
6. Bagaimana Pelaksanaan dan Tindak Lanjut Hasil?
7. Bagaimana bentuk Format Instrumen?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Supervisi Klinis.
2. Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Supervisi Klinis.
3. Untuk mengetahui Perencanaan Konsep Supervisi Klinis.
4. Untuk mengetahui Model Supervisi Klinis.
5. Untuk mengetahui Jenis Supervisi Klinis
6. Untuk mengetahui Pelaksanaan dan Tindak Lanjut Hasil.
7. Untuk mengetahui bentuk Format Instrumen.

4
BAB II
PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS

A. PENGERTIAN SUPERVISI KLINIS


Supervisi klinis berasal dari kata supervisi dan klinis. Supervisi diartikan sebagai suatu bimbingan
dan tuntunan kearah perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Sedangkan klinis dalam
hal ini diartikan :
1. Sebagai hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru yang berfokus pada tingkah laku
yang sebenarnya dari guru yang mengajar di kelas, maksudnya adalah tingkah laku yang
sewajarnya, tidak dibuat buat.
2. Sebagai kegiatan observasi dari dekat dan dilakukan secara cermat.
3. Mendiskripsikan hasil/ data observasi secara detail.
4. Sebagai hubungan yang kooperatif antara supervisor dan guru untuk bersama-sama
mencermati penampilan guru dalam mengajar.
5. Mendorong guru melihat kekuranganya dalam mengajar dan menemukan cara
untukmengatasinya.

Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan
kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini
meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi
dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata.

Jika dikaji berdasarkan istilah dalam “klinis”, mengandung makna: Pengobatan (klinis) dan
Siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang. Oleh karena itu makna yang
terkandung dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus, sebagai berikut:

1. Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan guru didalam proses supervisi.
2. Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya didalam kelas.
3. Adanya observasi secara cermat.
4. Deskripsi pada observasi secara rinci.
5. Pengawas dan guru bersama-sama menilai penampilan guru.
6. Fokus observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan guru.

Nana Sudjana (2008:5) mendiskripsikan bahwa supervisi klinis sebagai bantuan profesional
yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran agar
guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan dengan proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Cogan (1973), kegiatan pembinaan performansi guru dalam mengelola proses
belajar mengajar. Menurut Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan
profesional dan motivasi kerja guru dan memperbaiki proses pembelajaran yang kurang efektif.
Menurut Keith Acheson dan Meredith Gall dalam bukunya jurang antara tingkah laku mengajar
nyata dengan tingkah laku mengajar ideal. Dengan demikian penulis dapat mendeskripsikan
makna supervisi klinis adalah bantuan profesional yang diberikan kepada guru yang mengalami

5
masalah dalam pembelajaran agar guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan
menempuh langkah yang sistematis

B. SASARAN DAN KARAKTERISTIK SUPERVISI AKADEMIK

1. Sasaran
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pembelajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru.
Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai ketrampilan kepada guru yang
meliputi antara lain :
a. Ketrampilan mengamati memahami (mempersepsi) proses pembelajaran secara analitik
b. Ketrampilan menganalisis proses pembelajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti
pengamatan yang jelas dan tepat
c. Ketrampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan serta pencobaannya
d. Ketrampilan dalam mengajar

Seperti telah disebutkan sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar dan bukan
pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasionalkan dalam sasaran-sasaran yang
lebih kecil yaitu bagian ketrampilan mengajar yang bersifat spesifik yang mempunyai arti sangat
penting dalam proses mengajar. Analisis konstruktif dilakukan untuk dapat secara tepat member
penguatan (reinforcement) kepada pola tingkah laku yang berhasil dan mengarahkan serta tidak
mencela atau menghukum pola-pola tingkah laku yang belum sukses. Dalam supervisi klinis
supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah
pembelajaran di kelas.

Sasaran supervisi klinis sering kali dipusatka kepada :

a. kesadaran dan kepercayaan pribadi dalam melaksanakan tugas mengajar ,

b. ketrampilan – ketrampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skills), yang
meliputi :

1) ketrampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar dan menggunakan stimulasi

2) ketrampilan melibatkan siswa dalam proses belajar.

3) ketrampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.

6
2. Karakteristik Supervisi Klinis
Menurut Mulyasa (2008) Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis,
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada
di tangan tenaga kependidikan.
b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama Kepala
sekolah/madrasah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan Kepala
sekolah / madrasah
d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan
interpretasi guru.
e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih
banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru dari pada memberi saran
dan pengarahan.
f. Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala sekolah/ madrasah sebagai
supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan
g. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan,
dan umpan balik
h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan
memecahkan suatu masalah.

C. TUJUAN SUPERVISI AKADEMIK

1. Tujuan umum
Secara umum Supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar
guru di kelas. Hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan
professional guru.

1. Tujuan khusus
Secara khusus Supervisi klinis bertujuan untuk:

a. Menyediakan suatu balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar yang dilakuakan guru dengan
berfokus terhadap:

1) Kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar.

2) Keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang diperlukan.

3) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran.

4) Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi pembelajaran.

5) Membantu guru mengembangkan diri secara terus menerus dalam karir dan profesi mereka secara
mandiri.

7
D. CIRI KHAS DAN PRINSIP PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS
1. Ciri Khas Supervisi Klinis
Supervisi klinis memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan teknik supervisi yang
lain. Menurut Pidarta, ciri-ciri supervise klinis adalah sebagai berikut:
a. Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi tentang aspek perilaku
yang akan diperbaiki.
b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam proses belajar
mengajar yang spesifik, misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik
mengendalikan kelas dalam metode keterampilan proses, teknik menangani anak yang nakal
dan sebagainya.
c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis bersama tentang bentuk
perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori
dalam proses belajar mengajar.
d. Hipotesis di atas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru
yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak atau
direvisi.
e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama yang sudah berhasil
diperbaiki. Agar muncul kesadaran betapa pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan
secara berkelanjutan.
f. Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru melalui dasar saling mempercayai dan
sama-sama bertanggung jawab.
g. Supervisi dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilaku itu satu persatu diperbaiki
sampai guru itu bisa bekerja dengan baik, atau kebaikan bekerja guru itu dipelihara agar tidak
menjadi jelek.
2. Prinip Supervisi Klinis

Dalam supervisi klinis terdapat sejumlah prinsip umum yang menjadi landasan praktik, antara lain:

a. Hubungan antara supervisor dengan guru adalah hubungan kolegial yang sederajat dan bersifat
interaktif. Hubungan semacam ini lebih dikenal sebagai hubungan antara tenaga professional
berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, sehingga terjalin dialog professional
yang interaktif dalam suasana yang intim dan terbuka. Isi dialog bukan pengarahan atau
instruksi dari supervisor/pengawas melainkan pemecahan masalah pembelajaran.

b. Diskusi antara supervisor dan guru bersifat demokratis, baik pada perencanaan pengajaran
maupun pada pengkajian balikan dan tindak lanjut. Suasana demokratis itu dapat terwujud jika
kedua pihak dengan bebas mengemukakan pendapat dan tidak mendominasi pembicaraan
serta memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji semua pendapat yang dikemukakan didalam
pertemuan tersebut dan pada akhirnya keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama.

8
c. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap berada didalam
kawasan (ruang lingkup) tingkah laku gurudalam mengajar secara aktual. Dengan prinsip ini
guru didorong untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya didalam usaha mengembangkan
dirinya.
d. Pengkajian balikan dilakukan berdasarkan data observasi yang cermat yang didasarkan atas
kontrak serta dilaksanakan dengan segera. Dari hasil analisis balikan itulah ditetapkan rencana
selanjutnya.
e. Mengutamakan prakarsa dan tanggung jawab guru baik pada tahap perencanaan, pengkajian
balikan bahkan pengambilan keputusan dan tindak lanjut. Dengan mengalihkan sedini
mungkin prakarsa dan tanggung jawab itu ke tangan guru diharapkan pada gilirannya kelak
guru akan tetap mengambil prakarsa untuk mengembangkan dirinya.
f. Prinsip-prinsip supervisi klinis diatas membawa implikasi bagi kedua belah pihak (supervisor
dan guru).
1) Implikasi bagi supervisor antara lain:
(a) Memiliki keyakinan akan kemampuan guru untuk mengembangkan dirinya serta
memecahkan masalah yang dihadapinya.
(b) Memiliki sikap terbuka dan tanggap terhadap setiap pendapat guru.
(c) Mau dan mampu memperlakukan guru sebagai kolega yang memerlukan bantuannya.
2) Implikasi bagi guru antara lain:
(a) Perubahan sikap dari guru sebagai seseorang yang mampu mengambil prakarsa untuk
menganalisis dan mengembangkan dirinya.
(b) Bersikap terbuka dan obyektif dalam menganalisis dirinya.

E. PROSEDUR SPELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS


Konsep supervisi klinis sebagai satu teknik pendekatan dalam mengembangkan
pembelajaran guru merupakan suatu pola yang didasarkan pada asumsi dasar bahwa proses belajar
guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang
dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual, oleh karena itu, proses sosialisasi harus
dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual. Supervisi klinis sebagai suatu
teknik memiliki langkah-langkah tertentu yang perlu mendapat perhatian untuk mengembangkan
profesionalitas guru.
Menurut Cogan, ada delapan kegiatan dalam supervisi klinis yang dinamainya dengan siklus
atau proses supervisi klinis. Delapan tahap tersebut mencakup
1. tahap membangun dan memantapkan hubungan guru dengan supervisor
2. tahap perencanaan bersama guru,
3. tahap perencanaan strategi observasi,
4. tahap observasi pengajaran,
5. tahap analisis proses belajar mengajar,
6. tahap perencanaan strategi pertemuan,
7. tahap pertemuan,

9
8. dan tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya.
Dengan demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli di atas tentang langkah-langkah
proses supervisi klinis berbeda, namun sebenarnya langkah-langkah itu bisa disarikan pada tiga
tahap esensial yang berbentuk proses, yaitu proses pertemuan awal atau perencanaan, proses
pelaksanakan pengamatan/observasi pembelajaran secara cermat, serta proses menganalisis hasil
pengamatan dan memberikan umpan balik. Dua dari tiga tahap tersebut memerlukan pertemuan
antara guru dan supervisor, yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan lanjutan.
1. Tahap Pertemuan Pendahuluan
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi
observasi yang akan dilaksanakan.
Tahap ini memberikan kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian
utama guru, kemudian menterjemahkannya kedalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati. Pada
tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi dan dicatat
selama pelajaran berlangsung. Suatu komunikasi yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap
ini guna mengikat supervisor dan guru sebagai mitra didalam suasana kerja sama yang harmonis.
Pertemuan awal dimaksudkan untuk mengembangkan bersama antara supervisor dengan
guru tentang kerangka kerja pengamatan kelas yang akan dilakukan. Hasil akhir pertemuan ini
adalah kesepakatan (contract) kerja antara supervisor dengan guru. Tujuan ini bisa dicapai apabila
dalam pertemuan awal ini tercipta kerja sama, hubungan kemanusiaan dan komunikasi yang baik
antara supervisor dengan guru. Selanjutnya kualitas hubungan yang baik antara supervisor dengan
guru memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan proses berikutnya dalam kegiatan model
supervisi klinis.
Oleh sebab itu, para ahli banyak menyarankan agar pertemuan awal ini dilaksanakan secara
rileks dan terbuka. Perlu sekali diciptakan kepercayaan guru terhadap supervisor, sebab
kepercayaan guru akan mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pertemuan awal ini. Kepercayaan
berkenaan dengan keyakinan guru bahwa supervisor memperhatikan potensi, keinginan,
kebutuhan, dan kemauan guru. Pertemuan awal tidak membutuhkan waktu yang lama, supervisor
bisa menggunakan waktu 20 sampai 30 menit, kecuali jika guru mempunyai permasalahan khusus
yang membutuhkan diskusi panjang. Pertemuan ini sebaiknya dilaksanakan di satu ruang yang
netral, misalnya kafetaria, atau bisa juga di kelas. Pertemuan di ruang supervisor atau kepala
sekolah kemungkinan akan membuat guru menjadi tidak bebas.
Secara teknis, ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan dalam pertemuan awal ini,
yaitu; menciptakan suasana yang akrab dan terbuka, mengidentifikasi aspek-aspek yang akan
dikembangkan guru dalam kegiatan pembelajaran, menerjemahkan perhatian guru ke dalam
tingkah laku yang bisa diamati, mengidentifikasi prosedur untuk memperbaiki pembelajaran guru,
membantu guru memperbaiki tujuannya sendiri, menetapkan waktu pengamatan pembelajaran di
kelas, menyeleksi instrument pengamatan pembelajaran di kelas, dan memperjelas konteks
pembelajaran dengan melihat data yang akan direkam.
Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan
baik, yaitu:

10
a. Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan guru sebelum langkah-langkah
selanjutnya dibicarakan.
b. Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran.
c. Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati.
d. Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam
tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya.
e. Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan dibicarakan bersama antara guru
dan supervisor.
2. Tahap Pertemuan Lanjutan
Sebelum pertemuan lanjutan dilaksanakan, supervisor mengadakan analisis pendahuluan
tentang rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini. Dalam hal ini
supervisor harus mengusahakan data yang obyektif, menganalisis dan menginterpretsikan secara
koperatif dengan guru tentang apa yang telah berlangsung dalam mengajar.
Setelah melakukan kunjuangan dan observasi kelas, maka supervisor seharusnya dapat
menganalisis data-data yang diperolehnya tersebut untuk diolah dan dikaji yang dapat dijadikan
pedoman dan rujukan pembinaan dan peningkatan guru-guru selanjutnya. Masalah-masalah
professional yang berhasil diidentifikasi selanjutnya perlu dikaji lebih lanjut dengan maksud untuk
memahami esensi masalah yang sesungguhnya dan faktor-faktor penyebabnya, selanjutnya
masalah-masalah tersebut diklasifikasi dengan maksud untuk menemukan masalah yang mana
yang dihadapi oleh kebanyakan guru di sekolah atau di wilayah itu. Ketepatan dan kehati-hatian
supervisor dalam menimbang suatu masalah akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pembinaan professional guru yang bersangkutan selanjutnya.
Dalam proses pengkajian terhadap berbagai cara pemecahan yang mungkin dilakukan,
setiap alternatif pemecahan masalah dipelajari kemungkinan keterlaksanaannya dengan cara
mempertimbangkan factor-faktor peluang yang dimiliki, seperti fasilitas dan kendala-kendala yang
mungkin dihadapi. Alternatif pemecahan masalah yang terbaik adalah alternatif yang paling
mungkin dilakukan, dalam arti lebih banyak faktor-faktor pendukungnya dibandingkan dengan
kendala yang dihadapi. Disamping itu, alternatif pemecahan yang terbaik memiliki nilai tambah
yang paling besar bagi peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. Langkah-langkah utama
pada tahap pertemuan lanjutan adalah:
a. Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta
memberi penguatan.
b. Mengkaji ulang tujuan pelajaran.
c. Mengkaji ulang target keterampilan serta perhatian utama guru.
d. Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian
utamanya.
e. Menunjukan serta mengkaji bersama guru hasil observasi (Rekaman data).
f. Menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut.
g. Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target
guru dan apa yang sebenarnya terjadi atau tercapai.

11
h. Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu
dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.
i. Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah melaksanakan pengamatan pembelajaran,
dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil pengamatan.

Tujuan utama menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik adalah
menindaklanjuti apa yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamat terhadap proses pembelajaran.
Pembicaraan dalam menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik ini adalah
ditekankan pada identifikasi serta analisis persamaan dan perbedaan antara perilaku guru dan
peserta didik yang direncanakan dengan perilaku aktual guru dan peserta didik, serta membuat
keputusan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan berhubungan dengan perbedaan
yang ada. Proses ini merupakan proses yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan
cara memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat
memotivasi, aktual, dan akurat, sehingga benar-benar bermanfaat bagi guru. Paling tidak ada lima
manfaat pertemuan balikan bagi guru, yaitu:
(1) Guru bisa diberi penguatan dan kepuasan sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya,
(2) isu-isu dalam pengajaran bias didefinisikan bersama supervisor dan guru dengan tepat,
(3) supervisor bila mungkin dan perlu bisa berupaya mengintervensi secara langsung guru untuk
memberikan bantuan didaktis dan bimbingan,
(4) guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri, dan
(5) guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis profesional diri
pada masa yang akan datang.

Sebelum mengadakan pertemuan balikan ini, supervisor terlebih dahulu diharuskan


menganalisis hasil pengamatan dan merencanakan apa yang akan dibicarakan dengan guru. Begitu
pula guru diharapkan menilai dirinya sendiri. Dalam pertemuan balikan ini sangat diperlukan
adanya keterbukaan antara supervisor dengan guru. Maka dari itu, supervisor sebaiknya
menanamkan kepercayaan pada diri guru bahwa pertemuan balikan ini bukan untuk menyalahkan
guru, melainkan untuk memberikan masukan balikan. Pertama kali yang harus dilakukan oleh
supervisor dalam setiap pertemuan balikan adalah memberikan penguatan (reinforcment) terhadap
guru. Kemudian dilanjutkan dengan analisis bersama terhadap setiap aspek pembelajaran yang
menjadi perhatian dalam kegiatan supervisi klinis. Ada beberapa langkah penting yang harus
dilakukan selama pertemuan balikan ini, yaitu:

1. Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya terhadap pengajaran yang
dilakukan, kemudian supervisor berusaha memberikan penguatan (reinforcement).
2. Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Supervisor bersama guru mengidentifikasi
perbedaan antara tujuan pengajaran yang direncanakan dengan tujuan pengajaran yang
dicapai.

12
3. Menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru. Supervisor bersama guru
mengidentifikasi target keterampilan dan perhatian utama yang telah dicapai dan yang
belum dicapai.
4. Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis target keterampilan dan
perhatian utamanya.
5. Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selama proses supervisi klinis.
Supervisor memberikan kesempatan kepada guru untuk menyimpulkan target
keterampilan dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama proses supervise klinis.
6. Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan sekaligus menetapkan rencana
berikutnya dalam pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerja yang baik
dalam pertemuan awal atau perencanaan, melaksanakan pengamatan pembelajaran secara
cermat, maupun dalam menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik.
Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisi klinis adalah kepercayaan pada
guru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu mengembangkan
pembelajaran guru. Upaya memperoleh kepercayaan guru ini memerlukan satu iklim kerja
yang kolegial. Keseluruhan tahap didalam proses supervisi klinis dapat digambarkan
dalam bagan siklus supervisi sebagai berikut:

1. TAHAP AWAL PERTEMUAN PENDAHULUAN


Pembentukan kerangka kerja:
a. Suasana intim
b. Kaji ulang
c. Instrumen observasi (kontrak)
d. Perencanaan/Persiapanguru

2. TAHAP OBSERVASI MENGAJAR


Pelaksanaan Mengajar:
a. Pencatatan tingkah laku guru oleh supervisor

3. TAHAP PERTEMUAN AKHIR


Diskusi Balikan:
a. Interpretasi bersama
b. Analisis data
c. Refleksi
d. Analisis Pendahuluan teknis rekaman observasi
Revisi oleh guru(bila perlu)

13
Tahun 1969 Robert Goldhammer mengusulkan pelaksanaan supervisi klinis dalam lima
tahap, yaitu:

1. pra-observasi antara pendidik dan pengawas untuk menyepakati komponen-komponen


kegiatan yang akan menjadi materi analisis;
2. observasi kelas;
3. catatan analisis supervisor untuk bahan kajian dari hasil observasi;
4. pertemuan pendidik dengan supervisor pasca observasi; dan
5. pertemuan para pengawas untuk membahas hasil pertemuan akhir dengan para
pendidik.

F. ORIENTASI PERILAKU SUPERVISI


Dalam proses supervisi klinis, perilaku supervisor menentukan keberhasilannya dalam
membantu mengembangkan guru. Menurut Glickman, perilaku supervisor dalam supervisi klinis
meliputi: mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempresentasikan, memecahkan masalah,
bernegosiasi, mendemonstrasikan, memastikan, standardisasi, dan menguatkan. Sedangkan
orientasi perilaku supervisi klinis terdiri atas:
1. OrientasiLangsung
Supervisi klinisberorientasi langsung akan mencakup perilaku-perilaku pokok, berupa
klarifikasi, presentasi, demonstrasi, penegasan, standardisasi, dan penguatan. Hasil akhir dari
perilaku supervisi ini adalah tugas bagi guru yang harus dikerjakan dalam satu periode waktu
tertentu. Asumsi yang mendasari orientasi ini sama halnya dengan asumsi dasar psikologi
perilaku, bahwa mengajar itu pada dasarnya merupakan penkondisian individu melalui
lingkungannya.
Apabila supervisor akan menggunakan orientasi ini, maka bentuk aplikasinya dalam proses
supervisi klinis adalah:
a. pada saat pertemuan awal, supervisor mengklarifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh
guru dan barangkali sambil bertanya kepada guru yang bersangkutan untuk melakukan
konfirmasi dan revisi seperlunya. Pada saat itu pula supervisor mempresentasikan ide-
idenya mengenai informasi atau data apa saja yang dikumpulkan
b. melaksanakan pengamatan kelas secara cermat. Peran supervisor adalah sebagai pengamat
untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan bagaimana seharusnya dipecahkan.
c. pada pertemuan balikan, setelah data dikumpulkan dan dianalisis, supervisor menegaskan
dan mendemonstrasikan tindakan-tindakan pembelajaran yang mungkin bisa dilakukan
oleh guru. Pada saat itu pula, supervisor menetapkan standard pencapaian serta penguatan
baik dalam bentuk insentif material maupun sosial.
2. Orientasi Kolaboratif
Supervisi klinis yang berorientasi kolaboratif akan mencakup perilaku pokok, berupa
mendengarkan, mempresentasikan, pemecahan masalah, dan negosiasi. Hasil akhir dari
perilaku supervisi ini adalah kontrak kerja antara supervisor dengan guru. Asumsi yang
mendasari orientasi supervisi ini adalah sama halnya dengan asumsi yang mendasari psikologi
14
kognitif, bahwa belajar itu merupakan hasil perpaduan antara perilaku individu dengan
lingkungan luarnya.
Apabila supervisor akan menggunakan orientasi kolaboratif ini, maka bentuk aplikasinya
dalam proses supervisi klinis meliputi kegiatan:
a. Pertemuan awal atau perencanaan
Pada pertemuan ini, supervisor mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh guru, sehingga
ia benar-benar memahami masalah-masalah yang dihadapi guru. Setelah itu, supervisor
bersama guru mengadakan negosiasi untuk menetapkan kapan supervisor melakukan
observasi kelas.
b. Melaksanakan pengamatan
Setelah pertemuan awal, dilanjutkan dengan observasi kelas.
Pada waktu observasi ini, supervisor dengan menggunakan instrumen tertentu
mengamati pembelajaran guru dan aktivitas peserta didik. Kemudian hasil pengamatan
tersebut dianalisis, dengan menyiapkan beberapa pertanyaaan untuk mengarahkan
pemahaman guru terhadap masalah yang dihadapinya.
c. Menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik.
Pada tahap ini supervisor mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dibuat
sebelumnya. Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh supervisor.
Kemudian supervisor bersama guru mulai memecahkan masalah. Dalam pemecahan
masalah ini, sebaiknya antara supervisor dengan guru berpisah, sehingga masing-
masing pihak bisa mengidentifikasi alternative pemecahan masalah menurut pikiran
masing-masing pihak. Kemudian pada hari berikutnya, kedua belah pihak berkumpul
kembali untuk saling membahas alternatif pemecahan yang telah dibuatnya. Artinya,
supervisor bersama guru menentukan alternatif pemecahan terbaik dan membagi tugas
untuk mengimplementasikannya.
3. Orientasi Tidak Langsung
Asumsi yang mendasari orientasi ini adalah sama halnya dengan asumsi yang mendasari
psikologi humanistik yang menyatakan bahwa belajar merupakan hasil keinginan individu
untuk menemukan rasionalitas dan dasar-dasar dalam dunia ini. Premis mayor yang
mendasari orientasi ini adalah bahwa guru mampu menganalisis dan memecahkan
masalahnya sendiri dalam proses pembelajaran. Peran supervisor hanya sebagai seorang
fasilitator dengan sedikit memberikan pengarahan kepada guru.
Perilaku supervisi yang berorientasi tidak langsung akan mencakup berupa kegiatan
mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempresentasikan, dan bernegosiasi. Hasil
akhir dari supervisi ini adalah rencana guru sendiri (teacher self-plan). Apabila supervisor
akan menggunakan orientasi tidak langsung dalam melaksanakan supervisi, maka bentuk
aplikasinya dalam proses supervisi klinis meliputi kegiatan:
a. Pertemuan awal atau perencanaan.
Dalam pertemuan awal ini supervisor mendengarkan keluhan-keluhan guru.
Kemudian supervisor bertanya kepada guru perlu tidaknya diadakan pengamatan
kelas pada saat guru mengajar. Apabila tidak diperlukan oleh guru berarti tidak ada
15
masalah serius yang dihadapi guru. Sebaliknya apabila guru meminta supervisor
mengamati kelas, maka dilanjutkan dengan mengamati kelas, ketika proses
pembelajaran berlangsung.
b. Melaksanakan pengamatan.
Supervisor memasuki kelas untuk mengamati pengajaran guru. Supervisor mengamati
bagaimana guru mengajar, bagaimana peserta didik belajar, mendengarkan
penjelasan, berdiskusi, dan sebagainya. Setelah itu, semua hasil pengamatan dianalisis
dan diinterpretasikan. Apabila dianggap perlu, supervisor menyusun pertanyaan untuk
mengklarifikasi hasil-hasil pengamatannya untuk membantu mengarahkan guru
memahami kekurangan dan masalahnya sendiri.
c. Menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik.
Setelah selesai menganalisis dan menginterpretasikan, supervisor bersama guru
mengadakan pertemuan akhir. Pada saat inilah diiedntifikasi kembali tindakan-
tindakan yang dilakukan guru di kelas, serta membantu guru memmahmi
kekurangannya sendiri. Kemudian supervisor bertanya kepada guru tentang banyak
hal menurut guru bias dilakukan untuk mmecahkan beberapa kekurangannya.

G. PELAPOR, PEMBINAAN, DAN TINDAK LANJUT


1. Pelaporan Supervisi Klinis
Laporan Hasil Pelaksanaan Supervisi ditujukan kepada pimpinan dan kepada orang yang
disupervisi. Kepada atasan atau pimpinan, laporan hasil supervisi dimaksudkan untuk
memberikan laporan mengenai temuan-temuan yang diperoleh dari kegiatan supervisi dan
selanjutnya dijadikan bahan untuk melakukan pembinaan kompetensi profesional bagi orang
yang disupervisi.
Laporan untuk pihak yang disupervisi dimaksudkan sebagai balikan dalam upaya
menyadarkan posisi kinerja dan meningkatkan kompetensi profesionalnya. Oleh karena itu,
bahasa yang digunakan dalam laporan supervisi untuk pihak yang disupervisi perlu
memperhatikan aspek-aspek psikologis, fisiologis, latar belakang pendidikan, masa kerja dan
aspek lainnya yang berhubungan dengan harga dari pihak yang disupervisi.
2. Pembinaan
Banyak guru yang mengalami masalah/kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran pada mata
pelajaran yang diampunya. Kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh karakteristik mata
pelajaran sehingga sulit dipahami guru atau kesulitan dalam aspek-aspek teknis metodologis
sehingga bahan ajar kurang dipahami peserta didik. Supervisi klinis yang dilakukan pengawas
sekolah kepada guru merupakan salah satu upaya membantu guru untuk mengatasi masalah
yang dialaminya dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran.
16
Ada tiga tahap kegiatan yang dilakukan dalam supervisi klinis yakni tahap pertemuan awal,
tahap pengamatan guru mengajar, serta tahap analisis hasil pengamatan dan tindak-lanjutnya.
Supervisi klinis dapat diartikan sebagai bantuan profesional kesejawatan yang diberikan
kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar guru yang bersangkutan dapat
mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis mencakup tahap
perencanaan, tahap pengamatan perilaku guru mengajar, serta tahap ana¬lisis perilaku dan
tindak lanjut.
Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan
masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis seringkali dipusatkan pada :

a. kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas menhgajar,


b. keterapilan – keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skill) yang
meliputi :
1) keterampilan dalam menggunakan variasi dalam menagajar dan menggunakan stimulasi,
2) keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar serta ,
3) keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.

Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu :

a. pembicaraan pra- observasi


b. melaksanakan observasi
b. melakukan analisis dan penentu strategi
c. melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi serta
d. melakukan analisis setelah pembicaraan

Implementasi supervisi dilapangan banyak terjadi keragaman dalam memahami dan


melaksanakan supervisi. Hal ini terjadi karena diakibatkan oleh perbedaan latar belakang
pendidikan dan tingkat jabatan, perbedaan dalam orientasi profesional, perbedaan dalam
tujuan dan keterampilan menganalisa, perbedaan dalam kesangupan jasmani dan vitalitas
hidup, perbedaan dalam kualifikasi kemampuan untuk memimpin dan berdiri untuk dipimpin,
perbedaan dalam kondisi psikologis, perbedaan dalam pengalaman belajar mengajar, serta
perbedaan dalam kesanggupan dan sikap profesional. Perbedaan tersebut seharusnya tidak
menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan supervisi profesional.
Sikap supervisor yang memaksakan kehendak, menekan guru, yang melumpuhkan kreatifitas
anggota staf perlu diubah. Sikap korektif yang mencari-cari kesalahan harus diganti dengan
sikap kreatif dimana setiap orang mau dan mampu menumbuh kembangkan kreatifitasnya
untuk perbaikan pengajaran. Penilaian pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah merupakan salah satu cara untuk mengetahui kelemahan pelaksanaan pembinaan
maupun faktor yang memberinya harapan dalam kemudahan pelaksanan supervisi.
Implementasi dilapangan banyak ditemukan masalah-masalah yang masih menghambat
terlaksananya supervisi, diantaranya (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2010):
17
1. Sistem kerja sentralisasi yang masih melekat.
Guru perlu pembiasaan budaya kerja baru sesuai semangat otonomi pendidikan dan
otonomi daerah yang menuntut kreatifitas dan kerja keras. Kebiasaan lama dalam bekerja
harus sudah ditinggalkan
2. Persaingan mutu sekolah semakin terasa berat. Pembinaan pembelajaran harus dilakukan
dengan serius dan sungguh-sungguh.
3. Masih adanya mental anak emas untuk guru yang dinilai dan baik
4. Tuntutan akuntabilitas penyelenggaraan sekolah dari masyarakat yang semakin tinggi,
menyebabkan kesibukan dalam menangani urusan administrasi, terutama menghadapi
pemeriksaan pembukuan, LSM dan Pers.
5. Transparansi manajemen sekolah yang sering terjadi benturan kebijakan dengan komite
sekolah, menyebabkan kesulitan bergerak untuk kelancaran tugas-tugas rutin.
6. Transparansi pengelolaan keuangan sekolah yag pembukuan dan bukti-buktinya menyita
banyak waktu.
Usaha untuk kelancaran dan keberhasilan pemecahan permasalahan yang ditempuh dalam
kegiatan supervisi oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut (Tim Dosen Administrasi
Pendidikan UPI, 2010):
1. Penyamaan visi dan misi
2. Pengelolaan supervisi yang baik
3. Perlibatan guru secara individual dalam pelaksanaan supervisi
4. Pelibatan organisasi guru, seperti PKG, KKG, dan KKKS untuk mengukur keberhasilan
guru dalam pembelajaran dan sebagai tempat bertukar pendapat dan menggali ide-ide
kreatif.
Supervisor yang berkualitas adalah supervisor yang dapat memberikan bantuan kepada guru
ke arah usaha pemecahan masalah dan perbaikan kualitas proses pembelajaran secara
sistematis, kontinyu, dan komprehensif

Indikator keberhasilan pelaksanaan supervisi klinis adalah:


1. Meningkatnya kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
proses pembelajaran,
2. Kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru menjadi lebih baik sehingga
diharapkan akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar yang dicapai siswa, dan
3. Terjalinnya hubungan kolegial antara pengawas sekolah dengan guru dalam memecahkan
masalah pembela¬jaran serta tugas-tugas profesinya

3. Tindak Lanjut
Dalam melaksanakan supervisi kegiatan belajar mengajar diperlukan instrumen berupa lembar
pengamatan dan suplemen observasi (keterampilan mengajar, karakteristik mata pelajaran,
pendekatan klinis, dan sebagainya). Dalam pelaksanaannya kegiatan tindak lanjut supervisi
akademik sasaran utamanya adalah kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis, catatan supervisor,
dapat dimanfaatkan untuk perkembangan keterampilan mengajar guru atau meningkatkan
18
profesionalisme guru dan karyawan, setidak-tidaknya dapat mengurangi kendala-kendala yang
muncul atau yang mungkin akan muncul.
Umpan balik akan memberi pertolongan bagi supervisor dalam melaksanakan tindak lanjut
supervisi. Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi yang tidak menimbulkan
ketegangan, serta mendorong guru memperbaiki penampilan dan kinerjanya.
Cara-cara melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi akademik sebagai berikut.

a. Me-review rangkuman hasil penilaian.


b. Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar pembelajaran belum tercapai,
maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap
guru yang menjadi tujuan pembinaan.
c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah merancang kembali
program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya.
d. Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya.
e. Mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa berikutnya.

19
H. FORMAT INSTRUMEN

Daftar Pertanyaan Pra Observasi


Format. 1

No Pertanyaan Catatan Pewawancara


(1) (2) (3)
1. Pokok bahasan / sup pokok bahasa apa Pokok bahasan: ………………………………..
yang saudara ajarkan? …………………………………………………
………………………………………………….
Sub pokok bahasan: ……………………………
………………………………………………….
………………………………………………….
………………………………………………….
2. Kemampuan apa yang diharapkan yang Tujuan dipahami / tidak *):…………………….
akan dimiliki siswa? ………………………………………………….
………………………………………………….
…………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………
3. Persiapan tertulis apa yang saudara buat? Prota : ada / tidak ada
Prosem : ada / tidak ada
Silabus : ada / tidak ada
RPP : ada / tidak ada
4. Dapatkah saudara menceritakan …………………………………………………
pentahapan pengajaran? …………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………….
5. Ada materi-materi yang menurut saudara Materi yang sulit:
sulit dipahami oleh siswa a. …………………………………………
…………………………………………
b. …………………………………………
…………………………………………
c. …………………………………………
…………………………………………
d. …………………………………………
…………………………………………
6. Apakah ada dugaan mengenai sumber Ada, yaitu: …………………………………..
kesulitan belajar siswa? …………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………….
7. Bagaimana perasaan saudara mengenai Siap / kurang siap:
kesiapan saudara mengajar?
8 Metode utama apa yang akan digunakan? Metode: ……………………………………….
…………………………………………………
…………………………………………………
9. Apakah saudara akan menggunakan alat Tidak, karena: …………………………………
Bantu? …………………………………………………
Jika tidak, mengapa? …………………………………………………
Jika ya, apa saja yang saudara siapkan? …………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………
10. Kalau saya ikut mengamati PBM di kelas …………………………………………………
ini, apakah saudara tidak terganggu? …………………………………………………
…………………………………………………

20
Format 2

Pengamatan Proses Belajar Mengajar

I. Identitas PBM yang diamati

1. Nama guru : ……………………………………………………….


2. Mata Pelajaran : ……………………………………………………….
3. Konsep/Pokok Bahasan / Tema : ……………………………………………………….
……………………………………………………….
……………………………………………………….
4. Sub konsep/sub PB / Sub Tema : ……………………………………………………….
……………………………………………………….
……………………………………………………….
5. Topik Pembahasan : ……………………………………………………….
……………………………………………………….
……………………………………………………….
6. Kelas / Semester : ……………………………………………………….
7. Hari / tanggal : ……………………………………………………….
8. Waktu : ……………………………………………………….
9. Nama Penyelia : ……………………………………………………….

II. Aspek Yang Diamati


Berilah tanda v atau nilai pada kolom yang sesuai dengan penilaian anda dan catatlah hal-hal yang
penting yang berhubungan dengan aspek yang diamati pada kolom keterangan.

1. Tidak ada (0-40)


2. Kurang baik (41-54)
3. Cukup (55-74)
4. Baik (75-90)
5. Sangat baik (91-100)

No. Aspek yang diamati 1 2 3 4 5 Ket


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
A. Persiapan Mengajar
Bagaimana persiapan guru mengenai:

1. Program tahunan (Prota)


2. Program semester (Prosem)
3. Silabus
4. RPP
5. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
6. Alat, bahan,atau media pembelajaran.

B. Pendahuluan
Apakah guru:

7. Memotivasi / membangkitkan minat siswa untuk belajar?


8. Menghubungkan pelajaran terdahulu yang merupakan pra
syarat untuk K/PB/T yang akan diajarkan?
9. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran?
10. Menjelaskan alat/bahan yang belum dikenal siswa yang
akan digunakan dalam PBM?

21
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
C. Kegiatan Pokok
Apakah guru:

11. Menggunakan alat, bahan, atau media


pembelajaran?
12. Berperan sebagai fasilitator?
13. Menyajikan materi pelajaran secara logis dan
sistematis?
14. Menghubungkan materi pelajaran dengan
teknologi?
15. Menghubungkan materi pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari?
16. Memantau kemajuan / kesulitan belajar siswa?

Apakah siswa:

17. Menggunakan alat dan bahan untuk melakukan


percobaan?
18. Mengenali / mengendalikan variabel dalam
percobaan?
19. Aktif dalam diskusi kelompok?
20. Mengkomunikasikan hasil pengamatan /
percobaan / diskusi / belajar?
21. Menyimpulkan hasil pengamatan / percobaan /
diskusi / belajar?
22. Mengajukan pertanyaan / ide yang berbobot?
23. Memberikan lain penerapan pengetahuan yang
dipelajari dalam teknologi?
24 Memberikan contoh lain penerapan
pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari?

D. Penutup
Apakah guru:

25. Membimbing siswa membuat rangkuman?


26. Mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi
ketercapaian tujuan pembelajaran?
27. Memberikan tugas (pekerjaan rumah) untuk
pertemuan berikutnya?

Tarakan, …………………….. 20…

Supervisor,

…………………………

22
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Supervisi klinis akan terjadi jika hubungan kolegial antara pengawas dan guru telah terjalin
dengan baik. Tanpa prasyarat tersebut guru akan segan untuk meminta pengawas untuk
melakukan supervise klinis terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam
pembelajaran.
Selain itu, keberhasilan supervise klinis juga akan sangat tergantung kepada sejauhmana
pengawas memberikan bimbingan sesuai kemampuan professional yang dimilikinya dan
sejauhmana guru secara terbuka melaksanakan bimbingan yang telah diberikan oleh pengawas

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Abdoel Mukhlis, 2015, “Perencanaan Supervi klinis” (Online),


http://abdoelmukhlis.blogspot.com/2015/10/perencanaan-supervisi-
akademik.html?m=1, 28 november 2018 pukul 20.50 WIB.
Asyhari, Jurnal, “Supervisi klinis Dalam Supervisi Pendidikan” (Online),
http://eprints.walisongo.ac.id/344/4/Asyhari_Tesis_Bab2.pdf, 28 november 2018
pukul 21.00 WIB.
Daryanto dan Tutik Rachmawati. 2015. Supervisi Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Gava
Media.
Maruli DMK, 2014, “Pengertian Supervisi Akademik” (online),
http://xerma.blogspot.com/2014/04/pengertian-supervisi-akademik.html?m=116, 28
november 2018 pukul 20.45 WIB.
https://lismurtini270992.wordpress.com/2013/06/18/supervisi-klinis-dalam-supervisi-
pendidikan/ 28 november 2018 pukul 20.45 WIB.

Anda mungkin juga menyukai