Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN OBSERVASI LABORATORIUM BIOLOGI DI SMAN 1

PARE KABUPATEN KEDIRI

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Manajemen Laboratorium Pendidikan”

Dosen Pengampu:

Siska Yulia Weny, M. Ak.

Disusun oleh :

Rizkiana Putri R.H (932400719)


Novi Yasinta D.S (932400919)
Shofi Shahifa F.A (932401019)
Silvi Oktaviani (932401119)
Isa Maria Ulfa (932401219)
Anggikhornia (932401319)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nya kami akhirnya bisa menyelesaikan tugas observasi
laboratorium biologi di SMAN 1 PARE Kota Kediri. Tidak lupa kami
menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan tugas ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga tugas ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang


penyusunan tugas ini, namun kami menyadari bahwa di dalam pembahasan yang
telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga
kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya
tugas lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar tugas ini bisa
memberikan banyak manfaat pembaca.

Kediri, 20 November 2021

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana SMA/MA Pendidikan Umum,
diantaranya mempersyaratkan sebuah SMA/MA sekurang kurangnya
harus memiliki ruang laboratorium Biologi. Laboratorium di sekolah
sangat penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar biologi, karena
ada beberapa materi yang dalam memahaminya perlu melakukan
pengamatan atau percobaan di laboratorium. Jika laboratorium yang
tersedia di sekolah belum memenuhi standar, maka kegiatan praktikum
tidak akan berjalan lancar, sehingga tidak akan tercapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan .
Biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta ataupun konsep, karena
dalam biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat
diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata. Pembelajaran
biologi di sekolah diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada
siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang
fenomena biologi. Untuk mewujudkan konsep pembelajaran biologi
tersebut diperlukan kegiatan yang dapat mendorong siswa untuk
melakukan proses penemuan, yaitu dengan kegiatan praktikum. Kegiatan
praktikum dapat diartikan sebagai salah satu strategi mengajar dan
menggunakan pendekatan ilmiah terhadap gejala-gejala, baik gejala sosial,
psikis maupun fisik dengan diteliti, diselidiki dan dipelajari. Hofstein dan
Naaman (2003) menyatakan bahwa pembelajaran bagi siswa tidak akan
bermakna apabila siswa tidak melakukan praktik secara langsung dalam
melakukan pengamatan ataupun percobaan yang dilakukan dalam
laboratorium biologi. Dengan kegiatan praktikum peserta didik dilatih
untuk mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen dengan
melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat,
mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih

1
canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang,
melakukan dan menginterpretasikan eksperimen. Ketiga, praktikum
menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Banyak para pakar pendidikan
sains meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah
adalah dengan menjadikan peserta didik sebagai saintis. Keempat,
praktikum menunjang materi pelajaran. Dengan adanya praktikum
memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang diterima sehingga
antara teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah,
melainkan dua hal yang merupakan suatu kesatuan. Keduanya saling
mengkaji dan mencari dasar.
Mengetahui pentingnya kegiatan praktikum, maka kondisi tempat
praktikum atau yang disebut laboratorium haruslah memenuhi standar
yang telah ditentukan supaya kegiatan praktikum berjalan dengan lancar.
Laboratorium dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen atau
melakukan pengujian dan analisis. Tidak hanya kondisi gedung yang baik,
tetapi sarana dan prasarana yang tersedia dalam laboratorium harus
mendukung kegiatan praktikum itu sendiri. Desain laboratorium biologi
berarti, bagaimana bentuk laboratorium itu, bagian-bagian apa yang harus
ada agar semua memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam belajar
maupun mengerjakan tugas-tugasnya. Tata ruang laboratorium biologi
berarti bagaimana menyusun semua peralatan dalam laboratorium, baik
meja, kursi, lemari, maupun peralatan lain sesuai dengan kegiatan belajar
mengajar pada waktu itu.
Pengelolaan laboratorium biologi perlu dilakukan agar
laboratorium dapat berfungsi sesuai dengan maksud pengadaannya.
Laboratorium yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
pengadaan alat-alat dan bahan hanyalah merupakan suatu pemborosan.
Pengelolaan laboratorium biologi meliputi kegiatan mengatur,
memelihara, serta usaha-usaha menjaga keselamatan para pemakai
laboratorium.

2
Berdasarkan landasan diatas, inilah Laporan Observasi
Laboratorium Biologi SMAN 1 Pare di Kabupaten Kediri dengan tujuan
untuk mendeskripsikan laboratorium biologi tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana organisasi laboratorium sekolah di SMAN 1 Pare?
2. Bagaimana desain laboratorium biologi SMAN 1 Pare?
3. Apa saja peralatan dan bahan-bahan yang ada di laboratorium biologi
SMAN 1 Pare?
4. Bagaimana kegiatan praktikum di laboratorium biologi SMAN 1 Pare?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui organisasi laboratorium sekolah di SMAN 1 Pare.
2. Untuk mengetahui desain laboratorium biologi SMAN 1 Pare.
3. Untuk mengetahui peralatan dan bahan-bahan yang ada di
laboratorium biologi SMAN 1 Pare.
4. Untuk mengetahui kegiatan praktikum di laboratorium biologi SMAN
1 Pare.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Organisasi Laboratorium Biologi


Menurut permendiknas no. 24 tahun 2007 ruang laboratorium
harus dipisahkan antara biologi, fisika dan kimia. Selaras dengan
Rosilawati1, ruang laboratorium yang digabung menyebabkan dalam
penyimpanan alat dan bahan untuk masing-masing mata pelajaran
menemui kesulitan. Kesulitan untuk pengaturan jadwal penggunaan
laboratorium dikarenakan ruang laboratorium digunakan secara bersama-
sama. Selain itu, pembagian alat dan mengadakan persiapan di dalam
laboratorium yang belum terpisah antar mata pelajaran juga merupakan
kendala dalam pengelolaan laboratorium.
Setiap laboratorium di sekolah sudah seharusnya memiliki
manajemen laboratorium yang baik, agar kegiatan praktikum dapat
terlaksana dengan lancar. Menurut Suyanta (2010:1), manajemen
laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk mengelola
laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat
ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Beberapa alat-alat laboratorium yang canggih dan staf profesional
yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak
didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang baik.2
Pada laboratorium sekolah merupakan hal yang sulit untuk
memisahkan manajemen dari kegiatan operasional. Seorang guru harus
menjabat sebagai kepala laboratorium dan pelaksanaan kegiatan lainnya.
Tenaga laboratorium yang lain adalah tenaga ahli yang dapat dilakukan
oleh guru-guru bidang studi yang sejenis , kemudian ada pula tenaga
laboran.

1
Rini Rosilawati, “Evaluasi Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri SekecUtara Kabupaten
Bekasi,” Jurnal Evaluasi Pendidikan Vol 3, no. 1 (2012): 124.
2
Hartinawati, Afnidar, dan Genda, Pengelolaan Laboratorium IPA (Jakarta: Universitas Terbuka,
2010), 53.

4
Papan struktur organisasi secara tetulis terpasang di dinding
laboratorium biologi SMAN 1 Pare. Struktur organisasi laboratorium
biologi terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum,
koordinator laboratorium biologi, wakil kepala sekolah bidang sarana dan
prasarana, penanggung jawab laboratorium, guru bidang studi, dan
laboran. Semua guru biologi di SMAN 1 Pare berjumlah empat orang, dan
salah satu dari keempat guru biologi tersebut diangkat sebagai penanggung
jawab laboratorium biologi oleh kepala sekolah.
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah bertindak sebagai direktur secara keseluruhan
laboratorium yang ada di SMAN 1 Pare. Akan tetapi akan sangat
bermanfaat apabila kepala sekolah mengangkat seorang direktur dari
salah seorang guru yang mempunyai pengetahuan tentang manajemen
dan prosedur laboratorium.
Kepala sekolah mengadakan rapat secara rutin pada setiap awal
tahun pelajaran, setiap bulan, setiap semester, dan setiap akhir tahun
pelajaran. Materi rapat menghasilkan laporan pengelolaan IPA tahunan
dan rencana kerja pengelolaan laboratorium IPA (bulanan, semesteran,
tahunan) termasuk menyusun kebutuhan alat dan bahan laboratorium
IPA dan rencana pengelolaan laboratorium IPA untuk jangka pendek
dan jangka panjang.
Program kerja yang dibuat di laboratorium biologi SMAN 1 Pare
meliputi jadwal penggunaan laboratorium, program tahunan, dan
program semester. Rencana program kerja dituangkan dalam program
tahunan yang memuat program kerja laboratorium selama satu tahun.
Dalam program tahunan tercantum tata tertib laboratorium, jadwal
penggunaan laboratorium dan perencanaan pengadaan alat-alat dan
bahan praktikum yang dibutuhkan. Dalam program semester juga
dibuat rencana kegiatan praktikum selama satu semester laboratorium,
rencana tersebut dibuat dalam bentuk jadwal yang dibuat seadil-adil

5
mungkin untuk pemakaian laboratorium antar kelas yang satu dengan
kelas yang lainnya.
2. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan dan bidang sarana dan
prasarana
Wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan dan bidang sarana dan
prasarana tidak teribat langsung dalam pengorganisasian laboratorium
biologi. Seperti menurut Anonim (2011), bahwa wakil kepala sekolah
bidang kurikulum hanya membantu membuatkan SK dari kepala
sekolah sementara wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana
hanya menerima laporan keuangan alat dan bahan kebutuhan
laboratorium, begitu pula di SMAN 1 Pare, wakil kepala sekolah
bidang kurikulum dan sarana prasarana tidak terlibat langsung dalam
pengorganisasian laboratorium biologi. Masalah administrasi dikelola
oleh kepala laboratorium biologi dan laboran.
3. Koordinator atau kepala laboratorium
Koordinator atau kepala laboratorium di SMAN 1 Pare di jabat
oleh seorang guru fisika. Koordinator atau kepala laboratorium
bertindak sebagai manajer pada semua laboratorium. Bertanggung
jawab atas kegiatan dan administrasi di laboratorium yang akan
dilaporkan kepada kepala sekolah secara rutin. Koordinator atau kepala
laboratorium ini memeriksa tentang keuangan, daftar peralatan,
penggantian bahan lab, dan keperluan laboratorium lainnya secara
teratur, sehingga kegiatan laboratorium dapat berlangsung secara
konsisten. Koordinator atau kepala laboratorium bertanggung jawab
terhadap pengawasan mutu atau hasil analisis laboratorium, sekaligus
pekerjaan yang dilakukan oleh seluruh tenaga kerja yang ada dari
semua laboratorium yang ada (Munandar, 2012).
4. Laboran
Laboran di laboratorium biologi SMAN 1 Pare berlatar belakang
dari lulusan S1 jurusan pendidikan biologi yang diberi tugas sebagai
laboran dari laboratorium biologi. Laboran biologi bertugas untuk

6
mempersiapkan alat lab dan alat peraga yang dibutuhkan, persiapkan
bahan praktikum, menyimpan dan menata kembali alat-alat yang sudah
dipakai. Laboran biologi belum pernah mengikuti pelatihan laboran
maupun seminar meskipun telah memiliki pengalaman sebagai laboran
di SMAN 1 Pare selama tujuh tahun.
Penanggung jawab laboratorium biologi bekeja sama dengan
laboran dalam membuat rencana pengadaan alat dan bahan
laboratorium. Setiap guru yang ingin mengadakan kegiatan praktikum
di laboratorium biologi harus mengajukan kebutuhan alat dan bahan
yang akan digunakan saat praktikum maksimal dua hari sebelum
praktikum dilaksanakan, sehingga saat kegiatan praktikum laboran
dapat menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Saat kegiatan
praktikum, laboran tidak mendampingi guru. Laboran hanya
menyiapkan kebutuhan guru, dan membereskan peralatan yang telah
selesai digunakan. Setelah kegiatan praktikum laboran mengecek
apakah ada alat atau bahan yang habis pakai, karena sebagian besar
alat dan bahan di laboratorium biologi bersifat habis pakai. Alat atau
bahan yang telah habis dipakai ini nantinya akan dicatat dan kemudian
dimasukkan kedalam daftar rencana pengadaan alat dan bahan
laboratorium, sehingga untuk kegiatan praktikum selanjutnya alat dan
bahan tersebut tersedia.3
5. Analis dan teknisi laboran
Kualifikasi teknisi laboratorium sekolah/madrasah telah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 26 Tahun 2008 sebagai
berikut:
a. Minimal lulusan diploma dua (D2) yang relevan dengan
peralatan laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah.

3
Indrawan Irjus dkk., Manajemen Laboratorium Pendidikan (Pasuruan: CV Penerbit Qiara Media,
2020), Hal. 76–78.

7
b. Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah
Umumnya di sekolah analis dan teknisi dijabat sekaligus,
walaupun sebenarnya ada sedikit perbedaan. Analis maupun teknisi
merupakan jabatan bersifat teknis dan tidak termasuk manajemen. 4
Analis harus mengetahui prosedur kerja analisis, penggunaan alat
untuk analisis, mampu merawat alat secara teratur. Sedangkan teknisi
untuk mempersiapkan sampel, alat dan bahan/reagen yang akan
digunakan (Munandar, 2012).
Setiap laboratorium di SMAN 1 PARE memiliki laboran namun
belum memiliki teknisi, namun semua kegiatan di laboratorium tidak
mengalami kendala karena jika ada kerusakan alat, laboran
memanggil teknisi dari universitas yang telah bekerja sama dengan
sekolah untuk memperbaiki alat yang mengalami kerusakan.
Dalam rangka menjaga keamanan dan keselamatan kerja di
laboratorium, maka penegakan disiplin bagi semua yang terlibat harus
diterapkan, baik itu peserta didik, guru, maupun laboran. Kebebasan
memang diperlukan bagi peserta didik yang berpraktikum, namun
kebebasan yang dimaksud bukan kebebasan tanpa batas. Hal ini
disebabkan di dalam laboratorium sangat banyak alat / bahan yang
berbahaya jika diguna-kan tanpa disiplin sesuai aturan penggunaan
alat / bahan yang bersangkutan. Jika hanya kerusakan alat atau
kelebihan pemakaian bahan mungkin masih dapat ditoleransi, namun
jika yang terjadi kesalahan pemakaian alat / bahan yang menimbulkan
kebakaran / ledakan atau bahaya lainnya akan sangat fatal akibatnya.
Pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku diberikan sanksi,
mulai dari peringatan secara halus, peringatan keras, sampai pada
pelarangan mengikuti praktikum maupun mengikuti pelajaran di

4
Susilo dan Gufron Amirullah, “Pengelolaan dan Pemanfaatan Laboratorium Sekolalh bagi Guru
Muhammadiyah di Jakarta Timur,” Jurnal SOLMA Vol 07, no. 1 (2018): 128–131.

8
sekolah (scorsing). Selain tata tertib untuk peserta didik, juga ada
peraturan semacam tata tertib untuk guru. Sebenarnya tata tertib untuk
peserta didik sebagian juga berlaku untuk guru, seperti larangan
makan dan minum di lab, merokok. Tata tertib dan peraturan tersebut
dibuat oleh koordinator lab beserta guru-guru mapel IPA.

B. Desain Laboratorium Biologi


Laboratorium di SMAN 1 Pare terbagi ke dalam 3 laboratorium
diantaranya adalah laboratorium biologi, laboratorium fisika, dan
laboratorium kimia. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nomor 24 Tahun 2007 bahwa standar sarana laboratorium di jenjang
pendidikan SMA/MA lebih kompleks daripada di SMP/MTs sehingga
ruangan laboratorium diklasifikasikan berdasarkan disiplin ilmunya.
Pemakai laboratorium hendaknya memiliki tata letak atau layout
bangunan laboratorium. Bangunan laboratorium tidak sama dengan
bangunan kelas (Koesmadji, 2004). Dalam pembangunan laboratorium
membutuhkan perencanaan dan pertimbangan yang matang terutama
dalam kesesuaian letaknya terhadap ruangan lain. Menurut
Wirjosoemarto, dkk (2004), laboratorium yang baik harus dilengkapi
dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium
dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas di laboratorium biologi SMAN 1
Pare dapat dikatakan lengkap karena memiliki fasilitas umum sebagai
berikut:
a. Penerangan
Pengatur penerangan di laboratorium biologi SMAN 1 Pare dapat
dikatakan baik karena dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan.
Sumber cahaya berasal dari cahaya matahari dan dari listrik. Jarak
laboratorium biologi dan bangunan lain tidak terlalu dekat, yakni
lebih dari 3 meter sehingga penerangan dari cahaya matahari tidak
terganggu dan dapat meerangi ruang laboratorium secara
maksimal.

9
b. Ventilasi
Laboratorium biologi membutuhkan ventilasi yang baik, karena
sering menggunakan bahan-bahan yang mudah menguap. Kadang-
kadang ventilasi tidak cukup dari jendela, sehingga dibutuhkan alat
perotasi udara seperti kipas penyedot. Adanya kipas penyedot ini
dapat membantu pergantian udara menjadi lebih baik.
Di laboratorium biologi SMAN 1 Pare, terdapat ventilasi udara
yang berada di atas jendela. Meskipun laboratorium biologi ini
tidak memiliki kipas penyedot, namun sirkulasi udara di ruangan
laboratorium biologi tergolong bagus karena ketika memasuki
ruang laboratorium biologi, ruangan tidak pengap. Selain itu jarak
antara laboratorium biologi dan bangunan lain tidak terlalu dekat
sehingga udara dapat keluar masuk melalui ventilasi secara mudah.
c. Air
Air merupakan fasilitas yang penting dalam laboratorium biologi.
Pasokan air ke dalam laboratorium biologi di SMAN 1 Pare sudah
mencukupi. Selain jumlah pasokan, kualitasnya juga sudah baik.
Kualitas air yang kurang baik dapat mempercepat kerusakan alat-
alat terutama alat-alat yang terbuat dari logam. Aliran air yang
masuk ke dalam laboratorium biologi ini dapat dikatakan lancar.
Demikian juga aliran air yang ke luar laboratorium. Air masuk ke
laboratorium biologi melalui pipa-pipa saluran air. Pembuangan
sisa asam atau basa kuat atau bahan korosif tidak dibuang melalui
pipa-pipa namun dikumpulkan ke dalam jerigen berukuran besar
yang selanjutnya di netralkan di sebuah alat khusus. Sisa asam atau
basa kuat atau bahan korosif tidak dibuang langsung di pipa-pipa.
Hal ini untuk menghindari kerusakan pipa-pipa saluran air. Air
yang mengalir di laboratorium biologi tidak hanya untuk keperluan
aktivitas praktikum saja, tetapi jugadigunakan untuk pencucian alat
setelah digunakan untuk praktikum.
d. Bak cuci

10
Terdapat dua buah bak cuci di laboratorium biologi SMAN 1 Pare
yang terbuat dari bahan stainless steel. Digunakannya bak cuci dari
bahan stainless steel dikarenakan bahan ini tahan terhadap panas,
korosi, dan noda. Bak cuci di laboratorium biologi ini sudah
dilengkapi dengan saringan yang berfungsi untuk mencegah
masuknya sisa-sisa praktikum yang berupa bahan padat. Untuk
menghindari adanya kerusakan bak cuci, bahan-bahan kimia
seperti asam-basa kuat dan dan bahan korosif lainnya tidak
dibuang melalui bak cuci, namun dikumpulkan di jerigen besar
yang selanjutnya di netralkan di sebuah alat khusus.
e. Listrik
Pada laboratorium biologi, listrik merupakan fasilitas yang sangat
penting. Besarnya daya yang terpasang harus mencukupi
kebutuhan alat-alat laboratorium seperti oven, autoclave, dan lain-
lain. Namun di laboratorium biologi SMAN 1 Pare tidak memiliki
alat-alat seperti oven, autoclave, dan lain-lain yang menggunakan
listrik. Sehingga listrik hanya digunakan untuk penerangan
ruangan, menghidupkan LCD proyektor, OHP dan kipas angin.
Selain digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
praktikum biologi, laboratorium biologi di SMAN 1 Pare juga digunakan
untuk menyimpan hasil karya peserta didik yang diletakkan di dalam
lemari khusus untuk menyimpan hewan awetan dan di atas lemari
penyimpanan bahan di bagian belakang ruang kegiatan laboratorium
biologi seperti awetan hewan-hewan darat dan laut yang diambil saat
peserta didik mengikuti study tour yang diadakan sekolah.

C. Peralatan Dan Bahan-Bahan yang Ada di Laboratorium Biologi


Laboratorium SMAN 1 Pare dapat dikatakan lengkap dari fasilitas,
tempat/ruangan, alat dan bahan, dan dapat dikatakan sudah mencapai
standar kompetensi untuk pembelajaran biologi. Peralatan yang disebutkan
dalam lembar observasi rata-rata tersedia di laboratorium biologi,

11
meskipun ada beberapa alat yang dikatakan rusak sehingga tidak layak
dipakai, ada juga yang belum tersedia yaitu kebun biologi.
Semua alat dan bahan yang ada di laboratorium biologi ini diberi
label, yang meliputi nama, jenis, bahan, kode, dan tanggal pembelian.
Selain itu penempatan bahan dipisahkan antara yang berbahaya dan yang
tidak berbahaya. Sedangkan untuk peralatan praktikum dipisahkan sesuai
dengan jenisnya seperti mikroskop diletakkan dan disimpan dalam lemari
yang terletak di samping kiri tempat kegiatan praktikum, alat-alat
disimpan berdasarkan jenisnya di lemari bawah meja samping. Dan alat-
alat yang rusak maupun hendak diperbaiki diletakkan di dalam lemari
terpisah. Hal ini untuk mempermudah jika akan digunakan, juga
mempermudah inventarisasi ulang. Prinsip dari penyimpanan alat / bahan
lab adalah alat / bahan tersebut dalam keadaan aman, mudah dicari dan
diambil sewaktu-waktu dibutuhkan.
Bahan-bahan yang sering digunakan pada laboratorium biologi
dapat dikelompokkan menjadi spesimen, hewan percobaan, model, bahan
kimia, reagen dan cat. Spesimen merupakan hewan, tumbuhan dan
mikroorganisme yang digunakan sebagai contoh dalam laboratorium
seperti spesimen katak, spesimen daun, spesimen bunga. Hewan percobaan
biasanya digunakan dalam praktikum biologi seperti tikus dan katak.
Namun di SMAN 1 Pare saat ini tidak menggunakan hewan percobaan
untuk praktikum, hanya saja menggunakan model. Model merupakan
tiruan dari hewan atau manusia atau bagian-bagiannya. Model yang
terdapat di laboratorium biologi ini adalah model molekul DNA, model
manusia, model  rangka katak dan lain-lain.
Bahan-bahan di laboratorium biologi SMA N 1 disimpan di lemari
belakang tempat kegiatan praktikum. Hal ini untuk mengantisipasi
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, jika ada peserta didik yang
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sebelum dan sesudah digunakan, alat
praktikum selalu diperiksa catatan pemeliharaan alat, namun pada
dasarnya pemeliharaan rutin mencakup pembersihan dan keamanan

12
penggunaan, seperti kemungkinan adanya kebocoran arus listrik, dan
selain itu perlu memeriksa apakah alat berfungsi atau tidak.
D. Kegiatan Praktikum di Laboratorium Biologi
Pelaksanaan pembelajaran biologi di SMAN 1 Pare menggunakan
laboratorium sebagai kegiatan praktikum. Kegiatan ini digunakan untuk
membangkitkan motivasi belajar dan mengembangkan keterampilan dasar
melakukan eksperimen. Kegiatan laboratorium ini dilaksanakan juga
sebagai sarana belajar ilmiah.
Persiapan dan pelaksanaan praktikum dalam suatu kegiatan
praktikum sangatlah penting, karena dengan adanya persiapan dan
pelaksanaan praktikum akan mendukung keberhasilan pemanfaatan
laboratorium yang maksimal. Persiapan praktikum dilakukan oleh laboran
dan pelaksanaannya dilakukan oleh guru dan peserta didik.
Waktu pelaksanaan kegiatan praktikum biologi di ini sudah
terjadwal sesuai kebutuhan praktik pada kelas masing-masing. Hal ini
diketahui dari hasil wawancara dengan laboran, bahwa setiap akan
melaksanakan praktikum, guru harus memberi tahu pihak laboran
maksimal dua hari sebelum praktikum agar laboran dapat mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan selama praktikum. Waktu
pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada saat jam pelajaran biologi,
sehingga kegiatan praktikum dapat bergantian sesuai jadwal pelajaran
biologi antara masing-masing kelas. Waktu pelaksanaan praktikum antara
1-2 jam pelajaran. Waktu yang tersedia saat kegiatan berlangsung
terkadang kurang mencukupi terutama saat terjadi kegagalan praktikum,
sehingga peserta didik terkadang mengulangi praktik di luar jam pelajaran.
Hal ini menyebabkan kurangnya dalam pencapaian waktu pelaksanaan
praktikum, sehingga pemanfaatan laboratorium biologi kurang maksimal
untuk mencapai kompetensi inti pembelajaran biologi di setiap kelas yang
melaksanakan kegiatan praktikum.5

5
Nyoman Kertiasa, Laboratorium Sekolah dan Pengelolaannya (Bandung: Pudak Scientific, 2006),
Hal. 11.

13
BAB III

METODE OBSERVASI

Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suhu kesimpulan atau diagnosis. Dalam penelitian ini peneliti
memilih bentuk observasi partisipan. Observasi partisipan berarti suatu bentuk
observasi dimana peneliti terlibat secara langsung dengan kelompok atau dapat
dikatakan pengamat ikut serta dalam kegiatan yang diamati.6

Dengan demikian melalui observasi peneliti bermaksud memperoleh sebuah data-


data konkret dengan tujuan untuk mendeskripsikan laboratorium biologi yang ada
di SMAN 1 Pare Kabupaten Kediri

6
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian (Jakarta: Kencana, 2017),
385.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Organisasi laboratorium sekolah di SMAN 1 Pare sudah dikatakan
baik karena di dalam struktur organisasi laboratorium terdapat kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan bidang sarana
prasarana, koordinator laboratorim IPA, penanggung jawab laboratorium
fisika, kimia, biologi, guru fisika, kimia, biologi, dan laboran fisika, kimia,
dan biologi dan di SMAN 1 Pare belum memiliki teknisi. Desain
laboratorium biologi SMAN 1 Pare dapat dikatakan baik karena sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Peralatan dan bahan-
bahan yang ada di laboratorium biologi ini juga sudah dikatakan lengkap.
Sedangkan kegiatan praktikum di laboratorium biologi ini juga sudah
terlaksana dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hartinawati, Afnidar, dan Genda. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta:


Universitas Terbuka, 2010.

Irjus, Indrawan, Reny Safita, Devie Novallyan, dan Ita Tryas Nur Rochbani.
Manajemen Laboratorium Pendidikan. Pasuruan: CV Penerbit Qiara
Media, 2020.

Kertiasa, Nyoman. Laboratorium Sekolah dan Pengelolaannya. Bandung: Pudak


Scientific, 2006.

Muri Yusuf. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian. Jakarta:


Kencana, 2017.

Rosilawati, Rini. “Evaluasi Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri


SekecUtara Kabupaten Bekasi.” Jurnal Evaluasi Pendidikan Vol 3, no. 1
(2012).

Susilo, dan Gufron Amirullah. “Pengelolaan dan Pemanfaatan Laboratorium


Sekolalh bagi Guru Muhammadiyah di Jakarta Timur.” Jurnal SOLMA
Vol 07, no. 1 (2018).

16

Anda mungkin juga menyukai