Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASMAUL HUSNA

Nama :
Kelas : X Farmasi
Pelajaran : PABP

BAB I
PENDAHULUAN
1. A.    Latar Belakang
Allah SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak
terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk kepentigan umat
manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap mahluk
lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya,
kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan
juga menjauhi segala sesuatu yang telah di larang-Nya.
Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul
Husna yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Al-
Gaffar, Al-Basit, An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-Adl, Al-Qayyum, dan
seterusnya. Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul
Husna sebagai bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka kita
wajib mengamalkan Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.

1. B.     Rumusan Masalah
1.      Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`,
Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al Afuww).
2.      Menujukan Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al
Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al
Mu`izz,  Al Afuww).
3.      Menujukan perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al
Ghafuur, An Nafii`, Al Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al Fattaah, Al
Qayyuum) dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Muqsith, An
Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al
Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`,


Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz,  Al Afuww).

Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut istilah
berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya. Di
dalam al-Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai berikut :
َ‫زَونَ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
ْ ‫سيُ ْج‬ ْ َ‫سنَى فَا ْدعُوهُ بِ َها َو َذ ُروا الَّ ِذينَ يُ ْل ِحدُونَ فِي أ‬
َ ‫س َمائِ ِه‬ ْ َ ‫َوهَّلِل ِ اأْل‬
ْ ‫س َما ُء ا ْل ُح‬
Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-A’raf/7: 180)

Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat
dirangkai secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz al-
jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan, disusul dengan al-
Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur. Dan kembali lagi ke angka
nol, Allah (al-jalalah), atau kembali lagi ke pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol
angka nol berupa cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-
Qur’an: Inna li Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali kepada-
Nya).[1]

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99 nama.
Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni sifat-sifat
dan  pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna Rasulullah SAW
bersabda; Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama,
seratus kurang satu. Barang siapa menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya
maka ia masuk syurga, sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali
sesuatu yang ganjil. (HR. Ibnu Majah).

Kembali lagi ke pembahasan awal, yakni menguraikan sifat Allah dalam Asmaul Husna (Al
Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al
Mu`izz,  Al Afuww). Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan sebagai berikut;

1)        Al Muqsith               ‫المقسط‬    Yang Maha Seimbang.
Allah tidak pernah memberatkan satu pihak dengan pihak yang lain, dan Allah tidak
meringankan satu pihak dengan pihak yang lain, kaya dan miskin, kedudukan raja dan budak,
semuanya di Anggap sama.
2)        An Nafii`                 ‫النافع‬       Yang Maha Memberi Manfaat.

Dikatakan bahwa Dialah yang memberi Manfaat, Allah menciptakan apa-apa yang ada di
bumi ini untuk memberikan manfaat kepada mahluknya.
3)        Al Waarits               ‫الوارث‬   Yang Maha Pewaris.

Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta, tanah/daerah (QS, Al-Ahzab
33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-Nya seseorang dapat
mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi syurga (Qs. Maryam 19.19) .
4)        Ar Raafi`                 ‫الرافع‬      Yang Maha Meninggikan (makhluknya).

Walaupun kita sudah jatuh, Ia dapat membangkitkan kita kembali, walaupun sudah mencapai
titik rendah, Ia bisa meninggikan kembali. Karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah
untuk dapat melakukannya.
5)      Al Baasith                ‫الباسط‬    Yang Maha Melapangkan (makhluknya).

Ketika kita dihadapkan dengan permasalahan hidup seakan-akan hari-hari yang kita hadapi
cukup lama, ketika kita mendapatkan musibah seakan-akan kita pesimis untuk dapat
melaluinya dan enngan mengikhlaskannya. Tapi ketika kita sadar, Dialah (Allah)  yang maha
melapangkan segala-galanya, Dalah yang melapangkan jiwa kita, yang membesarkan hati
kita dan meningkatkan kesadaran kita. Karena Allah Maha Pengasih lagi penyayang hamba-
Nya.
6)        Al Hafizh                 ‫الحفيظ‬    Yang Maha Memelihara.

Begitu besar-Nya ia,  sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih,
manusia yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Manusia
juga tidak bisa disebut sang pemelihara. Paling banter, kita hanya memelihara keluarga kita
sendiri dan itupun karena kehendak-Nya. Tanpa rahmat-Nya kita tidak dapat melakukan
apapun. Sebagai pemelihara dan melestarikan sifat-sifat bijak kita. Ia memberikan kepada
fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Pada saat melemah Ia lah sumber
kekuatan, karena Ia adalah yang memberi kekuatan (al-Muqit).[2]

7)        Al Waduud              ‫الودود‬      Yang Maha Mengasihi.

Imam Al-Ghazali berkata, bahwasanya kata Wadud itu lebih mendekati makna rahmat,
tetapi  rahmat  menyandarkan kebaikan kepada orang yang dikasihani, sedangkan orang yang
dikasihani ialah orang yang membutuhkan dan orang yang kesulitan. Perbuatan Ar-Rahim itu
mensyaratkan orang yang dikasihani itu lemah, sedangkan perbuatan Al-Wadud  itu tidak
demikian. Sebab, rahmat yang diberikan Allah kepada siapa yang dikehenndaki-Nya,
termasuk di dalamnya orang mukmin, orang durhaka, orang kuat dan orang lemah.
Tetapi kasih sayang-Nya khusus bagi orang-orang mukmin, sebab mereka adalah orang-
orang yang dikasihi oleh Allah dan merekalah orang-orang yang khusus mendapatkan kasih
saayang-Nya sebagai tambahan dari rahmat yang telah mereka peroleh.
8)        Al Walii                   ‫الولي‬       Al-Waliy  Yang Maha Melindungi

Sahabat-sahabat kita di dunia ini tidaklah bisa melindungi kita, hari ini melindungi besok
tidak, hari ini sahabat, bisa jadi besok berubah menjadi musuh, bahkan ketika ada suatu
bencana pun mereka tak mampu menolong kita, Mereka bukanlah sahabat sejati kita, mereka
hanyalah teman bagi kita, karena hanya Allah lah yang bisa melindungi kita kapan pun dan
dimanapun, karena erlindungan-Nya tak terbatas oleh ruang dan waktu.
9)        Al Mu`izz                 ‫المعز‬       Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).

Dikatakan bahwa Al-Mu’izz  itu adalah Dzat yang memberikan kemuliaan kepada hamba-
hamba yang dikehendaki-Nya, sedangkan Al-Mudzill itu ialah Dzat yang menundukkan
orang yang dikehendaki-Nya dengan jalan menghinakannya. Namun jangan lupa di balik
penarikannya kembali itupun terdapat kemurahan Allah, Ia ingin meningkatkan kesadaran
kita dan merendahkan derajat kita  itu merupakan sarana untuk mencapai apa yang di
inginkan-Nya. Hanya kesadarn yang bisa menyelamatkan kita, dan Ia ingin kita selamat,
makadari itu janagn pernah meragukan kebijakan-Nya, apapun di lakukan oleh-Nya untuk
membuat kita sadar. Karena Ia maha Memuliakan (mahluk-Nya).[3]

10)    Al- Afuww             ‫العفو‬      Yang Maha Pemaaf.

Al Afuww ialah Dzat yang menghapuskan segala kejahatan dan memaafkan orang-orang


yang telah berbuat maksiat. Kata al-Afuww   ini mendekati makna Al-Ghafur, tetapi ia lebih
sempurna. Sebab, Al-Ghafur itu adalah as-sitr (merahasiakan), sedangkan Al-Afuww itu
adalah al-mahwu (menghapuskan).
Dikatakan bahwa para malaikat yang ditugasi untuk mencatat amal perbuatan manusia
menghaturkan catatan amal-amalnya pada hari kiamat, lalu mereka lihat sebagian besar
lembaran amal itu telah terhapus, padahal mereka mengetahui apa isinya. Maka sadarlah
mereka bahwa Allah telah menghendaki kebaikan buat orang itu. Firman Allah: “Dan Dialah
yang menerinza tobat dari hamba-hamba-Nya dan  memaafkan kesalahan-kesalahan…”
(QS. Asy-Syura: 25).

B.     Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al Muqsith,


An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al
Mu`izz,  Al Afuww).
Betapa mulia ajaran Rosulullah yang dengan kalam-Nya mengajarkan padakita tentang
kebesaran dan keagungan Allah SWT. Begitu banyak kejadian alam maupun keajaiban yg
tampak sebagai bukti kebesaran dari-Nya. Semoga dengan kebesaran yang Allah perlihatkan
kepada kita senantiasa akan menjadikan kita lebih mendekatkan diri pada-Nya.  Berikut
adalah sebagian dari kebesaran Allah yang terangkum dalam 10 Asmaul Husna,
 Al Muqsith     ‫المقسط‬   Yang Maha Seimbang.

Kita sudah menyaksikan bayak sekali oreng-orang yang kaya menjadi miskin, dan sebaliknya
oaring miskin menjadi kaya, atau pangkat seseorang dengan tiba-tiba di copot, sedangkan
orang tak punya keinginan untuk memperoleh pangkat, justru ia di angkat, inilah yang yang
sesungguhnya terjadi di sekitar kita, karena Dia adalah Dzat yang mengambil hak orang yang
teraniaya dari orang yang menganiaya. Kesempurnaan-Nya adalah dengan menjadikan orang
teraniaya itu merelakan perbuatan orang yang menganiayanya. Ini merupakan puncak dari
sifat adil tanpa pandang bulu, dan tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah SWT.

 An Nafii`        ‫النافع‬     Yang Maha Memberi Manfaat.

Tidakkah kita berpikir bahwa Allah menciptakan segala sesuatu  untuk memenuhi kebutuhan
kita? Hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan seluruh ciptaan Allah di jagad raya ini, di antara
tumbuh-tumbuhan banyak sekali kasiat yang bermanfaat, sehingga bisa di jadikan obat untuk
menyembuhkan penyakit yang kita derita, atas izin-Nya pula seseorang dapat menjadi dokter
yang bisa menyembuhkan pasien-pasiennya. Dan semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan
kebesaran Allah.

 Al Waarits      ‫الوارث‬   Yang Maha Pewaris.

Lautan samudra, Tanah tempat kita menginjakkan kaki sehari-hari, bulan, bintang dan masih
banyak lagi ciptaan-Nya yang tidak bisa kita hitung, Allah telah mewariskan sebagian dari
apa yang Ia ciptakan untuk kita, Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta,
tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas
izin-Nya seseorang dapat mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi
syurga (Qs. Maryam 19.19) . Orang-orang yang memandang dengan mata hati senantiasa
menyaksikan makna dari ayat-ayat ini dan mendengarkannya. Mereka yakin bahwa kerajaan
itu hanya milik Allah sendiri, pada setiap hari, setiap saat, dan setiap detik, karena itulah Dia
azali dan abadi. Hal ini dapat dicapai oleh mereka yang memahami hakikat tauhid, dan
mengetahui bahwa yang tunggal perbuatannya di langit dan di bumi hanya satu. Berakhlak
dengan ism ini mengharuskan kita menjadi warits dari apa yang telah dilakukan oleh orang-
orang saleh, sebab ulama itu adalah pewaris para nabi.

 Ar Raafi`        ‫الرافع‬    Yang Maha Meninggikan (makhluknya).

Bukan suatu hal yang mustahil jika Allah bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal
dunia, pernah kita jumpai kisah dari orang yang pernah mengalami mati suri, Allah punya
alasan tersendiri mengapa Ia memberikan kesempatan pada mereka untuk hidup kembali di
dunia, memang kedengarannya sangat tidak masuk akal, tapi kenyataan itu memang ada. Dan
semua itu adalah bentuk dari kebesaran Allah SWT. Wallahua’lam.
 Al Baasith      ‫الباسط‬    Yang Maha Melapangkan (makhluknya).

Allah tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan  hamba-Nya, tidakkah kita
merasakan Ketika kita mendapat suatu musibah, sepertinya kita sudah tak mempunyai
kekuatan apa-apa, kita merasa lemah, dan terpuruk, tapi tanpa kita sadari pada ahirnya kita
juga dapat melaluinya, sungguh ini merupakan kebesaran Allah yang melapangkan, hati kita,
jiwa kita, dan kesabaran kita. Dan sudahkah kita sadar jika demikian adalah bentuk kebesaran
allah dalam sifat-Nya Al-Baasith?.

 Al Hafizh        ‫الحفيظ‬    Yang Maha Memelihara.

Begitu besarnya Allah,  sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih,
manusia yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Ia
memberikan kesehatan  kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Dan
Pada saat melemah Ia lah sumber kekuatan,

 Al Waduud    ‫الودود‬    Yang Maha Mengasihi.

Dimana ada kesulitan pasti di situ terdapat kemudahan, dimana ada kepedihan pasti ada
kebahagiaan sesuai yang telah di janjikan, dan Allah akan mengganti sesuatu yang hilang
dengan sesuatu yang baru yang lebih baik, karena Allah jauh lebih tahu dengan apa yang kita
butuhkan. Begitulah kebesaran Allah dalam Mengasihi hamba-hamba-Nya.

 Al Walii          ‫الولي‬     Al-Walii  Yang Maha Melindungi

Msihkah kita teringat dengan musibah-musibah yang terjadi beberapa tahun lalu? Gempa
tsunami yang menimpa aceh, gempa di jogja, gempa wasior, lumpur lapindo yang sampai
sekarang masih aktif. lalu mengapa sebagian dari mereka ada yang selamat? Siapa lagi selain
Allah yang bisa melindungi mereka dari bencana tersebut, karena Allah  mereka bisa 
selamat, tidak mungkin tanpa kekuatan dari Allah mereka dapat menyelamatkan dirinya
masing-masing, karna kebesaran Allah yang bersifat melindungi inilah mereka dapt selamt,
bahkan masih dapat bernafas hingga saat ini. Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam
sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.

 Al Mu`izz       ‫المعز‬     Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).

Seseorang bisa bangkrut dari usahanya, sebaliknya seseorang bisa meningkat atau meraih
untung dari usahanya usahanya, bahkan ada seorang yang hanya berdagang nasi pecel, tapi ia
dapat berangkat haji ke Baitullah, dan tidak sedikit orang yang hidup bergelimbang harta tapi
hidupnya tidak bahagia, mengapa demikian? Karena Allah mengangkat derajat orang-orang
yang sabar, karena Allah mengangkat derajat orang yang teraniaya, tidak ada yang tidak
mungkin jika Allah menghendaki, ini adalah sebagian contoh  dari kebesaran Allah melalui
sifat-Nya Al-Muizz.[4]
 Al Afuww      ‫العفو‬      Yang Maha Pemaaf.

Kadang kita tidak mau memaafkan perbuatan buruk seseorang yang dilakukan pada kita,
padahal perbuatan itu tidak seberapa jika di bandingkan perbuatan buruk kita kepada Allah,
yang sering melupakannya, bahkan mungkin lebih buruk, tapi Allah tidak peduli semu itu,
siapapun yang bersungguh-sungguh bertobat kepadanya, maka Ia akan menerimanya. Apa
kita tidak membayangkan jika perbuatan buruk kita sekecil apapun tidak akan di maafkan
oleh Allah? Lalu apa yang kita harus kita lakukan? Untuk itu sebuah kebesaran dari Allah
jika Ia dapat memaafkan seluruh hambanya yang sungguh-sungguh bertobat kepada-
Nya.sesuai dalam Firman Allah:
“Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-
kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).

C.    Perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al Ghafuur, An


Nafii`, Al Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al Fattaah, Al Qayyuum)
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun iman itu meliputi tiga insur yaitu,ucapan, ketetapan dalam hati dan berbuat dengan
anggota badan (berbuat), orang yang beriman kepada Allah harus dapat membuktikan
keimanan tersebut dalam perilaku hidup sebagai pengamalan 10 Asmaul Husna di atas adalah
sebagai berikut:
1.      Al-Aziz yang berarti Maha Perkasa, Allah maha perkasa dalam segala hal, keperkasaan-
Nya tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan sesuatu menurut
kahaendak-Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut kehendak-Nya pula.
Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan tegar, tidak lemah, tegas dan
kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba Allah, karena godaan selalu ada.
Adapun Dalil naqli al-Aziz.[5] Qs. Al-Ankabut/29: 42

‫إِنَّ هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما يَ ْدعُونَ ِمنْ دُونِ ِه ِمنْ ش َْي ٍء َوه َُو ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َح ِكي ُم‬
Artinya; “Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

2.      Al-Ghafuur yang artinya Maha Pemaaf, Orang yang mengamalkan sifat tersebut


senantiasa murah hati untuk bisa memaafkan seseorang lain yang telah membuat kesalahan
pada dirinya.

3.      An-Nafii’ yang artinya Maha Memberi Manfaat, orang yang mengamalkan sifat


tersebut maka ia Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima dengan
memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan peunjuk islam.

4.      Al-baasith yang artinya Maha Melapangkan, Seseorang yang mengamalkan sifat ini


pasti bersifat qana’ah terhadap nasib dirinya tidak murka terhadap semua anugrah yang di
berikan kepada orang lain, senantiasa menyadari bahwa Allah lah yang mengatur rezeki
manusia.
5.      Ar-Rauuf yang Artinya Maha Belas Kasih, dan orang yang mengamalkan sifattersebut
dalam kehidupan sehari-hari ia Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar bahwa sesuatu
yang baik belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya. Kemanfaatan dan
keberkahan sesuatu hanya ada pada Allah SWT.

6.      Al-Barri yang artinya Maha Dermawan, Orang yang mengamalkan sifat ini ia Gemar
mendermakan sebagian hartayang dimiliki untuk menyantuni fakir miskin maupun anak
yatim, sebagaimana Allah berderma kepada semua Mahluk-Nya.[6]

7.      Al-Adl yang artinya Maha Adil, maka orang yang mengamalkan sifattersebut, ia pasti
Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada siapapun
dalam memutuskan suatu perkara, membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah.
Adapun Dalil naqli al’Adl, dalam surat (Fushshilat/41:46)

َ َ‫س ِه َو َمنْ أ‬
‫ساء فَ َعلَ ْي َها َو َما َربُّ َك بِظَاَّل ٍم لِّ ْل َعبِي ِد‬ ِ ‫صالِحا ً فَلِنَ ْف‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل‬
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri
dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan
sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.

8.      Al-Ghaffar yang artinya Maha Pengampun, dan orang yang mengamalkan sifat ini
maka ia mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak
meminta maaf, apalagi meminta maaf. Dan  Dalil naqli al-Ghaffar, (Qs. Thaha/20: 82)
‫صالِ ًحا ثُ َّم ا ْهتَدَى‬ َ ‫َوإِنِّي لَ َغفَّا ٌر لِ َمنْ ت‬
َ ‫َاب َو َءا َمنَ َو َع ِم َل‬
Artinya:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal
saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
1. Al-fattah yang artinya Sang Pembuka/Maha Memberi keputusan, Allah yang
memutuskan mahluknya akan masuk syurga atau neraka, dan Allah yang Maha
Memberi Rahmat umat-Nya. Maka masuknya seseorang yang mengamalkan sifat ini
maka ia akan Tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Sesua dalam Dalil naqli, (Qs.
Saba’/34: 26)

‫َّاح ا ْل َعلِي ُم‬ ِّ ‫قُ ْل يَ ْج َم ُع بَ ْينَنَا َربُّنَا ثُ َّم يَ ْفت َُح بَ ْينَنَا ِبا ْل َح‬
ُ ‫ق َوه َُو ا ْلفَت‬
Artinya: Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi
keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha
Mengetahui”
 
2. Al-Qayyum yang artinya Yang Maha Berdiri Sendiri, Adapun orang yang
mengamalkan sifat ini maka ia menunjukkan sikap mandiri dalam menjalankan
kehidupan ini. Kita memang makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu
dengan yang lainnya, akan tetapi hubungan sosial tersebut tidak menjadi alasan untuk
tergantung kepada orang lain. Hubungan sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap
mandiri perlu ditanamkan dalam kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban
orang lain. Berikut adalah Dalil naqli dari sifat Al-Qayyum, (Qs. Al-Baqarah/2: 255)

‫إِاَّل بِإ ِ ْذنِ ِه‬ ُ‫شفَ ُع ِع ْن َده‬ ْ َ‫ض َمنْ َذا الَّ ِذي ي‬ ِ ‫ت َو َما فِي اأْل َ ْر‬ِ ‫س َم َوا‬ ِ ُ‫هَّللا ُ اَل إِلَهَ إِاَّل ه َُو ا ْل َح ُّي ا ْلقَيُّو ُم اَل تَأْ ُخ ُذه‬
َّ ‫سنَةٌ َواَل نَ ْو ٌم لَهُ َما فِي ال‬
ُ‫ض َواَل َيئُو ُده‬ َ ‫ َواأْل َ ْر‬ ‫ت‬
ِ ‫س َم َوا‬ ِ ‫يَ ْعلَ ُم َما َبيْنَ أَ ْي ِدي ِه ْم َو َما َخ ْلفَ ُه ْم َواَل يُ ِحيطُونَ بِش َْي ٍء ِمنْ ِع ْل ِم ِه إِاَّل بِ َما شَا َء َو‬
ِ ‫س َع ُك ْر‬
َّ ‫س ُّيهُ ال‬
ْ ْ
‫ِحفظ ُه َما َو ُه َو ال َعلِ ُّي ال َع ِظي ُم‬ ُ ْ
Artinya; “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar.
 
D.    Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Muqsith,
An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh,  Al Waduud, Al Waalii, Al
Mu`izz,  Al Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.  

A)      AL Basith Al Baasith (Yang Maha Melapangkan makhluknya).


meneladani Al-basith bearti kita harus melapangkan hati sendiri dengan cara mendekatkan
diri dan taat kepada allah, ketika kita ingat dan taat kepada allah maka senantiasa hati kita
akan tentram. (Qs Ar-Ra’d 13.28).  selain itu kita juga harus melapangkan hati orang lain,
terutama orang yg kita cintai, dengan cara membahagiakannya, sebagaimana contoh, apabila
saudara kita membutuhkan bantuan maka bantulah semampu kita. Dan bagaimana bantuan yg
kita berikan membuatnya menjadi senang.[7]  Al ankabut 29.62.

B)      Al Waarist  (yang maha mewarisi)


Yang meneladani sifat ini hendaknya bila memiliki kemampuan agar menyumbangkan
warisanya kepada keluarga yang lebih membutuhkan. Kalau ini tidak dapat dilakukanya,
maka janganlah warisan menjadikan keluarga berantakkan, dan lebih lagi jangan memakan
harta waris yang bukan haknya. Ini merupakan salah satu yang dikecam Allah secara
tegas (Qs. Al-Fajr:19). Setelah itu dia dituntut agar menghiasi diri dengan sifat-sifat yang
dirinci-Nya ketika menjelaskan siapa dari makhluk-Nya yang wajar menjadi ahli warist
syurga (Qs. Al-Mu’minun:1-11)
C)     Al-Muizz (yang maha memulyakan mahluk-Nya)           
  
Kita Sadar bahwa kemulyaan itu milik allah, karnanya jika kita menginginkan kemulyaan,
maka untuk meneladani-Nya kita harus taat dan patuh kepadanya, niscaya allah akan
menganugrahkan kemulyaan  kepada kita. Selain itu kita juga harus memulyakan orang tua
kita karna mereka adalah orang yg paling berjasa dalam hidup kita, memulyakannya dengan
berbakti pada kedua orang tua, tidak sesekali menyakitinya apalagi durhaka padanya. Dan
janganlah engkau terlena oleh masa-masa kesenangan dan kelapangan ketika semua itu
terjadi dengan melupakan Allah didalam kesenangan dan kebahagiaanmu, dengan menjadi
sombong karena mengira bahwa dirimu lah penyebab keberhasilan dan keamananmu. Maka
Pada saat itu kita harus ingat kepada sahabat iman yang lain, yaitu bersyukur (syukr), karena
Allah menyukai orang-orang yang bersyukur.
 
D)           AL-Hafizh ( yang maha memelihara)

Untuk meneladaninya kita harus besyukur kepedaAllah SWT yang telah memberikan beribu-
ribu kenikmatan kepada kiata, termasuk di antaranya ia menciptakan hutan juga unuk
kepentingan kita, untuk itu kita harus memeliharanya dengan baik dan peduli dengan
lingukan, semua yang diciptakan Allah mempunyai kemanfaatan, karena itu kita harus
memeliharanya dengan baik.[8]

E)              Al-Walii  (yang maha melindungi)

Untuk meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan tidak melindungi dan membela  orang-
orang yang salah. Selalu memohon perlindungan dari godaan setan, berani mengatakan tidak
untuk mengatakan hal-hal yang tidak baik meskipun menyakitkan diri sendiri maupun orang
lain.
F)          An-Nafii` (Yang Maha Memberi Manfaat).

Sifat ini dapat di teladani dengan cara menggunakan waktu kita dengan efektif, dan tidak
menyia-nyiakannya, jika ita memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin maka hidup kita
akan bermanfaat pula, selain kita menjadi orang yang disiplin, banyak pula orang yang
membutuhkan karna kita di pandang sebagai orang yang giat bekerja. Karna sebaik-baiknya
manusia adalah bermanfaat bagi yang lainnya. Namun di dalam kesibukan, janganlah sampai
melupakan-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.[9]

G)       Al Muqsith (Yang Maha Seimbang).

Sifat ini dapat di teladani dengan tidak membeda-bedakan saudara-saudara kita yang miskin
dan yang kaya, yang baik dan yang buruk, kita harus menghormati dan menghargai mereka
karna kita sama-sama sebagai mahluk Allah yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa
seseorang yang lain.
H)       Al Waduud           (Yang Maha Mengasihi).

Sifat ini dapat di teladani dengan cara membagikan rizqi yang kita peroleh kepada orang-
orang yang lebih membutuhkannya, seperti mengasihi anak yatim dan menyantuni fakir
miskin. Sebagai wujud rasa bersyukur kita kepada Allah yang telah memberikan rizqi yang
cukup, sehingga kita dapat berbagi dengan yang lain.  

I)          Ar Raafi`   (Yang Maha Meninggikan makhluknya).

Meneladani sifat Ar-Raafi’ juga dapat di lakukan dengan cara kita membantu memecahkan
suatu permasalahan teman yang sedang membutuhkan bantuan kita, agar ia tidak merasa
terpuruk, dan sedikit meringankan bebannya, seperti yang sudah di singgung dalam
keterangan di atas bahwa manusia tak bisa hidup seniri tanpa orang tang lainnya.
J)        Al Afuww    (Yang Maha Mengampuni segala kesalahan).

Untuk meneladani sifat ini dapat di lakukan dengan cara memaafkan kselahan kecil maupun
kesalahan besar yang di buat oleh seseorang terhadap diri kita, meskipun kadang  enggan
untuk memaafkannya karena kesalahan yang ia perbuat pada kita terlalu buruk tapi tidak ada
salahnya jika kita belajar sedikit demi sedikit untuk melupakan kesalahannya dan
memikirkan hal-hal yang  positif,  maka lambat laun kita akan terbiasa dengan sifat yang
mudah memaafkan.[10]
 
.
 
 
 
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna.
Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap Hambanya. Karena
itu, jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai
pengaruh yang sangat besar,
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman
Allah: “Hanya milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut
Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).

Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang masuk akal
hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-Nya karena Allah Maha
Kuasa di atas segala-galanya di jagat raya ini, begitu banyak kemurahan dan nikmat yang di
berikan kepada hamba-Nya tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah adalah Dzat
yang Maha Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.

Oleh karena itu sebagai hamba Allah yang taat dan patuh senantiasa akan mengamalkan sifat-
sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta meneladaninya sebagai wujud kecintaan kita
terhadap Allah SWT. Wallahua’lam Bissawab.

 
DAFTAR PUSTAKA

o   Krishna Anad, Asmaul Husna 99 Nama Allah Bagi Orang Modern,  1999, Jakarta;
Gramedia Pustaka Utama.

o   Syaikh Al-Utsaimin Sholeh bin Muhammad, Ai-Qawa’idil Mutsla Memehami Nama dan
Sifat Allah,  2003, Jogjakarta;  Media Hidayah

o   Rahayu Suci.Thoifuri, Pendidikan Agama Islam, Sekolah Menengah Atas, Kelas X,  2007,


Jakarta; Ganesa Exact.

o   Zaenal Damam Muhammad S.  Makhfud Ahmad S. Buku Ajar Acuan Pengayaan Akidah
Ahlak,  MTS Kelas VII Semester 2,     2008,Solo; CV. Sindunata.

o   El-Bantanie Syafii Muhammad, Rahasia keajaiban asmaul husna,2009, Jakarta; PT.


Wahyu Media.

o   http://www.riwayat.web.id/2009/12/asmaul-husna.html-25/04/2011=22.02             

o   http://blog.chess.com/emde/meneladani-sifat-sifat-tuhan-30/04/2011=12.35

o   http://www.nuansaislam.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=504:meneladani-sifat-sifat tuhan&catid=101:tafsir
&Itemid=353, 30/04/2011=13.10
 

Anda mungkin juga menyukai