Anda di halaman 1dari 8

CEDERA PADA OLAHRAGA PENCAK SILAT

Cedera merupakan risiko maupun momok yang sangat menakutkan bagi para atlit Pencak
Silat. Tidak hanya rasa sakit yang diderita, tapi juga kehilangan sejumlah kesempatan untuk
tampil, baik dalam lingkup daerah maupun di tingkat nasional. Apalagi olahraga Pencak silat
merupakan olahraga yang langsung mengalami kontak langsung dengna tubuh lawan.

Secara spesifik, ada 6 jenis cedera yang kerap kali dialami oleh atlit Pencak Silat. Berikut
adalah keenam jenis cedera tersebut:

1. Keseleo (Sprains)
Keseleo adalah jenis cedera yang paling sering dialami oleh para atlit di saat berlatih.
Keseleo yang dialami mulai dari bagian pergelangan kaki, kaki bagian bawah, hingga lutut
merupakan bagian-bagian yang paling sering terjadi di olahraga Pencak Silat, terutama bagian
pergelangan dan medial collateral ligament (semacam pengikat sendi tulang). Untuk
menghindari keseleo, diperlukan pemanasan yang cukup dan stretching yang tepat bisa
mencegah terjadinya cedera tersebut.

dr Danny Kurniawan dari Program Pendidikan


Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Olahraga,
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas
FKUI/RSCM. “Saat ada jaringan terluka, tubuh
secara otomatis akan mengeluarkan cairan pada
lokasi cedera untuk mempercepat proses
penyembuhan. Jika dipijat, cairan yang keluar
akan semakin banyak dan dapat menyebabkan
bengkak.”
jika diberi tekanan pada tempat keseleo akan
membuat kerusakan semakin parah.
dr Danny mengatakan bahwa, kalau dipijit cedera
tidak akan kempes namun justru akan bertambah
bengkak.

2. Dislokasi (Strains)
adalah suatu kondisi di mana posisi tulang pada tubuh tidak berada tempat yang tepat.

Dislocated Elbow atau dalam Indonesia disebut


Dislokasi Siku terjadi ketika sendi di siku menjadi
terlepas

TINDAKAN
“ TEKNIK MITCH
“ TEKNIK MITCH” DISLOKASI SIKU

“ TEKNIK MITCH” DISLOKASI BAHU


1. Segera.Jangan menunda penanganan medis, segera hubungi rumah sakit atau
pelayanan medis terdekat.
2. Jangan memindahkan apapun. Jika kamu bukan ahlinya, jangan lakukan apapun,
cukup buat korban merasa tenang dan nyaman. Hanya petugas medis/ dokter yang ahli
boleh menangani luka semacam ini. Jangan berusaha mengembalikan posisi tulang
yang meleset seperti yang biasa kamu lihat di film-film.
3. Kompres dengan es. Hal ini akan mengurangi kemungkinan membengkak,
mengurangi rasa sakit dan mengatasi pendarahan internal. Lakukan selama menunggu
bantuan ahli datang.

3. Otot Tertarik atau Kram (Strains)


Kram adalah nyeri akibat spasme otot (kejang/kaku otot) yang pada umumnya sering
terjadi di daerah kaki yang timbul karena otot berkontraksi terlalu keras. Daerah yang paling
sering kram adalah otot betis di bawah, belakang lutut, dan juga jari kaki. Namun, tak jarang
juga kram otot dialami pada daerah leher, ketika salah menggelengkan kepala (otot leher
menjadi tertarik/menegang). Orang jawa sering menyebutnya dengan “tengeng-en”. Nyeri
kram dapat berlangsung beberapa detik hingga menit dengan keparahan bervariasi.
Gejala (Symptoms) :
 Nyeri di paha Belakang Yang
berlangsung Tiba-Tiba, ketika
beraktivitas.
 Otot Terasa robek atau ketarik.
 Bengkak Dan Terasa lunak Dalam,
 Kaki bagian Belakang Lebam atau
berubah Warna.
 Otot melemah, atau tidak Mampu
Mengangkat beban.

Pada umumnya penyebab kram tidak diketahui


(idiopatik). Sementara ahli berpendapat bahwa
kram terjadi ketika otot yang sudah dalam posisi
mengkerut dirangsang untuk kontraksi

a. Cari tempat duduk / tempat bersandar


b. Lepaskan alas kaki / sepatu
c. Angkat telapak kaki yg sakit ke atas pangkuan, atau angkat kaki dan luruskan Jangan
membungkuk, karena posisi membungkuk bisa menekan daerah perut
d. Perhatikan arah tekanan otot ketika terjadi serangan kram : bila kram menyebabkan jemari
kaki dalam keadaan menguncup ke bawah, gunakan tangan anda untuk secara perlahan
menekan jemari kaki kearah atas hingga membuka/normal kembali.
e. Pijat bagian otot yang menyempit, gosok-gosok, remas atau tekan-tekan. Bila kram telah
reda, pijat telapak kaki agar aliran darah kembali lancar dan regangkan jari-jari kaki.
f. Peregangan yang berulang-ulang membantu untuk membawa darah yang kaya oksigen ke
otot yang tegang untuk penyembuhan.
g. Serangan kram akan menyebabkan kontraksi yang membuat otot memendek, terapi ke arah
berlawanan dengan serangan kram akan membantu membuat otot kembali memanjang,
namun harus dilakukan dengan perlahan karena gerakan secara paksa/terlalu keras dan
tiba-tiba dapat berisiko merobek serabut otot itu.

Kuncinya adalah selalu melakukan PELEMASAN OTOT (stretching) setelah


melakukan pemanasan,

4. Patah atau Retak Tulang (Fractures)


Cedera seperti ini dialami apabila atlit mengalami benturan dengan atlit lain dengan
kerass. Cedera fractures tidak hanya terjadi pada bagian kaki macam tulang, tulang kering,
atau tulang telapak kaki, tapi juga kerap terjadi pada lengan, bahu, hingga pergelangan tangan.
Untuk menghindari cedera macam ini, penggunaan pelindung sangat dianjurkan untuk
meminimalisir patah atau retak tulang. Banyak kasus terjadi disaat pesilat melakukan
tendangan sabit langsung di tangkis oleh pesilat lain sehingga terjadi patah pada tulang
pergelangan tangannya.

5. Cedera Pada Lutut (Knee Injuries)

PRINSIF PERTOLONGAN PERTAMA


RICE
Ada beberapa jenis cedera lutut yang umum dan sering dialami oleh pesilat, yaitu cedera
pada medial collateral ligament, meniscus, dan anterior cruciate ligament, baik itu sobek pada
jaringan, maupun putusnya jaringan tersebut. hal ini terjadi salahnya melakukan angkatan
atau bantingan sehingga terjadi kesalahan penahanan pada lutut, melakukan penahan secara
tidak sengaja pada lutut di saat terjadinya sapuan oleh lawan. Latihan kekuatan (strength
training) yang tepat bisa mengurangi risiko terjadinya cedera lutut.

6. Cedera Pada Kepala (Head Injury)

Cedera ini termasuk juga cedera pada gigi, hidung, mata, dan cedera otak. Namun yang
paling sering dialami atlit Pencak Silat adalah cedera akibat salah serang yang di lakukan oleh
pesilat lain seperti serangan pukulan yang terlalu ke atas atau serangan tendangan yang
langsung tidak terkendali mengenai rahang atau mata pesilat lebih lanjutnya dapat membuat
retak kepala pesilat.
Menurut tingkat keparahan dan ada tidaknya pingsan, gegar otak dapat digolongkan ke dalam
beberapa jenis:
Tingkat 1: Gegar otak ringan.
Tidak mengalami pingsan, serta gejala-gejala yang dirasakan hanya berlangsung kurang dari
15 menit.
Tingkat 2: Gegar otak sedang.
Tidak mengalami pingsan namun gejala yang dirasakan lebih dari 15 menit.
Tingkat 3: Gegar otak berat.
Mengalami pingsan.

TANDA - TANDA GEGAR OTAK :


1. Mengantuk berat atau sulit dibangunkan. Penderita harus dibangunkan tiap 2 jam selama
periode tidur.
2. Disorientasi, kacau, perubahan tingkah laku
3. Nyeri kepala yang hebat, muntah, demam.
4. Rasa lemah atau rasa baal pada lengan atau tungkai, kelumpuhan, penglihatan kabur.
5. Kejang, pingsan.
6. Keluar darah/cairan dari hidung atau telinga
7. Salah satu pupil lebih besar dari yang lain, gerakan-gerakan aneh bola mata, melihat
dobel, atau gangguan penglihatan lain
8. Denyut nadi yang sangat lambat atau sangat cepat atau pola nafas yang tidak biasa
CARA MENGENALI TANDA GEGAR OTAK :
CEK SEGERA !!!!! STATUS FUNGSI VITAL :
a. Airway (jalan napas) dibersihkan dari benda asing, lendir atau darah,
b. Breathing (pernapasan) dapat ditemukan adanya pernapasan Cheyne-Stokes, Biot /
hiperventilasi, atau pernapasan ataksik yang menggambarkan makin buruknya tingkat
kesadaran.
c. Circulation (nadi dan tekanan darah). Pemantauan dilakukan untuk menduga adanya
shock, terutama bila terdapat juga trauma di tempat lain, misalnya trauma thorax, trauma
abdomen, fraktur ekstremitas. Selain itu peninggian tekanan darah yang disertai dengan
melambatnya frekuensi nadi dapat merupakan gejala awal peninggian tekanan
intrakranial, yang biasanya dalam fase akut disebabkan oleh hematoma epidural.
d. Status kesadaran pasien
Cara penilaian kesadaran yang luas digunakan ialah dengan Skala Koma Glasgow; cara
Yang dinilai adalah respon membuka mata, respon verbal dan respon motorik.

GLASGOW COMA SCALE


A. Respon Mata (4) B. Respon Verbal Terbaik (5) Respon Motorik Terbaik (6)
4. Mata membuka spontan 5. Terorientasi baik 6. Mematuhi perintah
3. Mata membuka dengan 4. Bingung / disorientasi 5. Melokalisasi rasa nyeri
perintah verbal 3. Kata-kata tidak tepat 4. Menghindari nyeri
2. Mata membuka dengan 2. Suara-suara yang tidak 3. Fleksi terhadap nyeri
bisa dipahami
rangsang nyeri 2. Ekstensi terhadap nyeri
1. Tidak ada respon verbal
A. Mata tidak membuka 1. Tidak ada respon motorik
Glasgow Coma Scale bernilai antara 3 dan 15,
3 adalah yang paling buruk dan
15 adalah yang terbaik.
sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2009/10/cedera-kepala_29.html#ixzz429CrU97l
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial

e. Status neurologis
Pemeriksaan neurologik pada kasus trauma kapitis terutama ditujukan untuk mendeteksi
adanya tanda-tanda fokal yang dapat menunjukkan adanya kelainan fokal, dalam hal ini
perdarahan intrakranial. Tanda fokal tersebut ialah : anisokori, paresis / paralisis, dan
refleks patologis..
PUPIL MATA : ANISOKOR

PENANGANAN YANG TIDAK TEPAT AKAN MEMPERBURUK CEDERA DAN


MEMPERLAMBAT PROSES PENYEMBUHAN.

CARA YANG LEBIH EFEKTIF DALAM MENGATASI CEDERA

ADALAH DENGAN MEMAHAMI BEBERAPA JENIS CEDERA DAN MENGENALI BAGAIMANA TUBUH
KITA MEMBERIKAN RESPON TERHADAP CEDERA TERSEBUT. JUGA, AKAN DAPAT UNTUK
MEMAHAMI TUBUH KITA, SEHINGGA DAPAT MENGETAHUI APA YANG HARUS DILAKUKAN
UNTUK MENCEGAH TERJADINYA CEDERA, BAGAIMANA MENDETEKSI SUATU CEDERA AGAR
TIDAK TERJADI PARAH, BAGAIMANA MENGOBATINYA DAN KAPAN MEMINTA PENGOBATAN
SECARA PROFESIONAL (MEMERIKSAKAN DIRI KE RUMAH SAKIT).

PENANGGANAN CEDERA OLAHRAGA


1. LAKUKAN “ RICER “
a. Rest, istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera agar cedera tidak semakin
parah. Jika merasakan nyeri pada saat bergerak itu berarti tubuh mengirimkan
sinyal untuk mengurangi gerkan di bagian tubuh yang cedera. Kurangi
pembebanan tubuh di bagian yang cedera misalkan dengan menggunakan kruk.
Istirahatkan sendiri minimal 48-72 jam. Untuk kondisi cedera ringan pada saat
bertanding dan dapat melanjutkan permainan, harus dicek terlebih dahulu oleh tim
medis dokter atau fisioterapis dan diberikan support seperti
tapping/kinesiotape/decker.

b. Ice, kompres dengan menggunakan es/dingin sesegera mungkin, kompres bias


menggunakan es batu ditumbuk dimasukkan ke dalam plastik kemudian dibebat
maupun menggunakan ice bag, atau kompres dengan handuk yang sudah direndam
air dingin. Tujuannya adalah mengurangi nyeri dan bengkak pada fase inflamasi,
supaya pembuluh darah yang melebar menjadi lebih menutup. Apilkasikan es
dengan durasi 10-15 menit saja. Bila lebih dari 20-30 menit justru akan
mengakibatkan kerusakan jaringan. Ulangi kompres setelah 30 menit. Pada 24-72
jam bisa sehari melakukan 6-7 kali kompres es.

c. Compression, gunakan bebat menggunakan perban elastis, atau adhesive elastic


bandage, kinesiotaping dan taping untuk mengurangi bengkak dan pendarahan.
Dibebat jangan terlalu kencang. Lepas bebat pada saat akan tidur kecuali
kinesiotaping dapat digunakan hingga dua hari.

d. Elevation, angkat bagian yang cedera lebih tinggi dari jantung. Misalnya ketika
terkena sprain ankle maka ganjal ankle pada saat duduk/ tidur dengan
menggunakan bantal supaya mengurangi pembengkakan.
e. Reverral, segera rujuk ke dokter/fisioterapis apabila mencurigai cedera termasuk
parah dan mengganggu aktivitas. Cedera akan mendapatkan pemeriksaan dan
diagnosa, treatment dan program fisioterapi.

2. Jauhi HARM
a. Heat, menggunakan panas saat penanganan pertama cedera akan meningkatkan
pembengkakan karena panas akan membuat pembuluh darah semakin melebar,
seperti pemberian balsam, jahe, minyak kocok, saina, berendam di bathtub dan
shower panas.

b. Alcohol, meminum alkohol atau merendam bagian yang cedera dengan alkoholakan
meningkatkan pembengkakan serta memperlambat penyembuhan.

c. Running, berlatih dalam 48-72 jam saat cedera akan memperburuk kondisi.
Seseorang dinyatakan aman bermain kembali setelah dilakukan pemeriksaan dan
diagnosa dari dokter/ fisioterapis.

d. Massage (pijatan) pada saat cedera akan meninggalkan aliran darah sehingga akan
membuat semakin bengkak, dan dapat terjadi kerusakan pada jaringan yang
cedera. Misalnya ligamennya terluka lalu diberikan massage maka luka sobeknya
akan semakin melebar dan pada saat kembali ke lapangan akan menjadi kendor dan
terganggu stabilitasnya sehingga memudahkan terjadinya cedera ulang.
MAKALAH
CEDERA PADA OLAHRAGA PENCAK SILAT

DISUSUN OLEH :
1. Elwina Septiani
2. Alfa
3. Ita Nur Azizah
4. Adinda
5. Fitriyani
6. Erlangga
7. Rizki Amelia

SMA NEGERI 1 GANTUNG


2018

Anda mungkin juga menyukai