http://rasydisumetry.blogspot.co.id/2011/06/cedera-pada-olahraga-pencak-silat.html
Siapa sih yang suka dengan yang namanya cedera, apalagi bagi mereka yang berkecimpung di bidang
olahraga. Hal itu juga berlaku pada para atlit Pencak Silat. Cedera merupakan risiko maupun momok
yang sangat menakutkan bagi para atlit Pencak Silat. Tidak hanya rasa sakit yang diderita, tapi juga
kehilangan sejumlah kesempatan untuk tampil, baik dalam lingkup daerah maupun di tingkat nasional.
Apalagi olahraga Pencak silat merupakan olahraga yang langsung mengalami kontak langsung dengna
tubuh lawan.
Secara spesifik, ada 6 jenis cedera yang kerap kali dialami oleh atlit Pencak Silat. Berikut adalah
keenam jenis cedera tersebut:
1. Keseleo (Sprains)
Keseleo adalah jenis cedera yang paling sering dialami oleh para atlit di saat berlatih. Keseleo yang dialami
mulai dari bagian pergelangan kaki, kaki bagian bawah, hingga lutut merupakan bagian-bagian yang
paling sering terjadi di olahraga Pencak Silat, terutama bagian pergelangan dan medial collateral ligament
(semacam pengikat sendi tulang). Untuk menghindari keseleo, diperlukan pemanasan yang cukup dan
stretching yang tepat bisa mencegah terjadinya cedera tersebut.
http://lombokcreative.com/saat-keseleo-jangan-
dipijit/#sthash.3Q0C5ebW.dpuf
2. Dislokasi (Strains)
adalah suatu kondisi di mana posisi tulang pada tubuh tidak berada tempat yang tepat.
Dislocated Elbow atau dalam Indonesia disebut Dislokasi
Siku terjadi ketika sendi di siku menjadi terlepas
TINDAKAN
“ TEKNIK MITCH
“ TEKNIK MITCH” DISLOKASI SIKU
“ TEKNIK MITCH” DISLOKASI BAHU
1. Segera.Jangan menunda penanganan medis, segera hubungi rumah sakit atau pelayanan medis
terdekat.
2. Jangan memindahkan apapun. Jika kamu bukan ahlinya, jangan lakukan apapun, cukup buat
korban merasa tenang dan nyaman. Hanya petugas medis/ dokter yang ahli boleh menangani luka
semacam ini. Jangan berusaha mengembalikan posisi tulang yang meleset seperti yang biasa kamu
lihat di film-film.
3. Kompres dengan es. Hal ini akan mengurangi kemungkinan membengkak, mengurangi rasa sakit
dan mengatasi pendarahan internal. Lakukan selama menunggu bantuan ahli datang.
Kram adalah nyeri akibat spasme otot (kejang/kaku otot) yang pada umumnya sering terjadi di daerah
kaki yang timbul karena otot berkontraksi terlalu keras. Daerah yang paling sering kram adalah otot betis
di bawah, belakang lutut, dan juga jari kaki. Namun, tak jarang juga kram otot dialami pada daerah leher,
ketika salah menggelengkan kepala (otot leher menjadi tertarik/menegang). Orang jawa sering
menyebutnya dengan “tengeng-en”. Nyeri kram dapat berlangsung beberapa detik hingga menit dengan
keparahan bervariasi.
Gejala (Symptoms) :
Pada umumnya penyebab kram tidak diketahui (idiopatik).
Sementara ahli berpendapat bahwa kram terjadi ketika otot
yang sudah dalam posisi mengkerut dirangsang untuk
kontraksi
Kuncinya adalah selalu melakukan PELEMASAN OTOT (stretching) setelah melakukan pemanasan,
4. Patah atau Retak Tulang (Fractures)
Cedera seperti ini dialami apabila atlit mengalami benturan dengan atlit lain dengan kerass. Cedera
fractures tidak hanya terjadi pada bagian kaki macam tulang, tulang kering, atau tulang telapak kaki, tapi
juga kerap terjadi pada lengan, bahu, hingga pergelangan tangan. Untuk menghindari cedera macam ini,
penggunaan pelindung sangat dianjurkan untuk meminimalisir patah atau retak tulang. Banyak kasus
terjadi disaat pesilat melakukan tendangan sabit langsung di tangkis oleh pesilat lain sehingga terjadi
patah pada tulang pergelangan tangannya.
RICE
Ada beberapa jenis cedera lutut yang umum dan sering dialami oleh pesilat, yaitu cedera pada medial
collateral ligament, meniscus, dan anterior cruciate ligament, baik itu sobek pada jaringan, maupun
putusnya jaringan tersebut. hal ini terjadi salahnya melakukan angkatan atau bantingan sehingga terjadi
kesalahan penahanan pada lutut, melakukan penahan secara tidak sengaja pada lutut di saat terjadinya
sapuan oleh lawan. Latihan kekuatan (strength training) yang tepat bisa mengurangi risiko terjadinya
cedera lutut.
Menurut tingkat keparahan dan ada tidaknya pingsan, gegar otak dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis:
Tidak mengalami pingsan, serta gejala-gejala yang dirasakan hanya berlangsung kurang dari 15 menit.
Tidak mengalami pingsan namun gejala yang dirasakan lebih dari 15 menit.
Mengalami pingsan.
1. Mengantuk berat atau sulit dibangunkan. Penderita harus dibangunkan tiap 2 jam selama periode
tidur.
2. Disorientasi, kacau, perubahan tingkah laku
3. Nyeri kepala yang hebat, muntah, demam.
4. Rasa lemah atau rasa baal pada lengan atau tungkai, kelumpuhan, penglihatan kabur.
5. Kejang, pingsan.
6. Keluar darah/cairan dari hidung atau telinga
7. Salah satu pupil lebih besar dari yang lain, gerakan-gerakan aneh bola mata, melihat dobel, atau
gangguan penglihatan lain
8. Denyut nadi yang sangat lambat atau sangat cepat atau pola nafas yang tidak biasa
a. Airway (jalan napas) dibersihkan dari benda asing, lendir atau darah,
b. Breathing (pernapasan) dapat ditemukan adanya pernapasan Cheyne-Stokes, Biot / hiperventilasi,
atau pernapasan ataksik yang menggambarkan makin buruknya tingkat kesadaran.
c. Circulation (nadi dan tekanan darah). Pemantauan dilakukan untuk menduga adanya shock,
terutama bila terdapat juga trauma di tempat lain, misalnya trauma thorax, trauma abdomen, fraktur
ekstremitas. Selain itu peninggian tekanan darah yang disertai dengan melambatnya frekuensi nadi
dapat merupakan gejala awal peninggian tekanan intrakranial, yang biasanya dalam fase akut
disebabkan oleh hematoma epidural.
d. Status kesadaran pasien
Cara penilaian kesadaran yang luas digunakan ialah dengan Skala Koma Glasgow; cara Yang dinilai
adalah respon membuka mata, respon verbal dan respon motorik.
GLASGOW COMA SCALE
a. Status neurologis
Pemeriksaan neurologik pada kasus trauma kapitis terutama ditujukan untuk mendeteksi adanya tanda-
tanda fokal yang dapat menunjukkan adanya kelainan fokal, dalam hal ini perdarahan intrakranial. Tanda
fokal tersebut ialah : anisokori, paresis / paralisis, dan refleks patologis..
1. LAKUKAN “ RICER “
a. Rest, istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera agar cedera tidak semakin parah. Jika
merasakan nyeri pada saat bergerak itu berarti tubuh mengirimkan sinyal untuk mengurangi
gerkan di bagian tubuh yang cedera. Kurangi pembebanan tubuh di bagian yang cedera misalkan
d k k k i h k di i i i l 48 2 j k k di i d i
dengan menggunakan kruk. Istirahatkan sendiri minimal 48-72 jam. Untuk kondisi cedera ringan
pada saat bertanding dan dapat melanjutkan permainan, harus dicek terlebih dahulu oleh tim
medis dokter atau fisioterapis dan diberikan support seperti tapping/kinesiotape/decker.
a. Ice, kompres dengan menggunakan es/dingin sesegera mungkin, kompres bias menggunakan es
batu ditumbuk dimasukkan ke dalam plastik kemudian dibebat maupun menggunakan ice bag,
atau kompres dengan handuk yang sudah direndam air dingin. Tujuannya adalah mengurangi
nyeri dan bengkak pada fase inflamasi, supaya pembuluh darah yang melebar menjadi lebih
menutup. Apilkasikan es dengan durasi 10-15 menit saja. Bila lebih dari 20-30 menit justru akan
mengakibatkan kerusakan jaringan. Ulangi kompres setelah 30 menit. Pada 24-72 jam bisa sehari
melakukan 6-7 kali kompres es.
a. Compression, gunakan bebat menggunakan perban elastis, atau adhesive elastic bandage,
kinesiotaping dan taping untuk mengurangi bengkak dan pendarahan. Dibebat jangan terlalu
kencang. Lepas bebat pada saat akan tidur kecuali kinesiotaping dapat digunakan hingga dua
hari.
a. Elevation, angkat bagian yang cedera lebih tinggi dari jantung. Misalnya ketika terkena sprain
ankle maka ganjal ankle pada saat duduk/ tidur dengan menggunakan bantal supaya mengurangi
pembengkakan.
a. Reverral, segera rujuk ke dokter/fisioterapis apabila mencurigai cedera termasuk parah dan
mengganggu aktivitas. Cedera akan mendapatkan pemeriksaan dan diagnosa, treatment dan
program fisioterapi.
1. Jauhi HARM
b. Heat, menggunakan panas saat penanganan pertama cedera akan meningkatkan pembengkakan
karena panas akan membuat pembuluh darah semakin melebar, seperti pemberian balsam, jahe,
minyak kocok, saina, berendam di bathtub dan shower panas.
a. Alcohol, meminum alkohol atau merendam bagian yang cedera dengan alkoholakan meningkatkan
pembengkakan serta memperlambat penyembuhan.
a. Running, berlatih dalam 48-72 jam saat cedera akan memperburuk kondisi. Seseorang dinyatakan
aman bermain kembali setelah dilakukan pemeriksaan dan diagnosa dari dokter/ fisioterapis.
a. Massage (pijatan) pada saat cedera akan meninggalkan aliran darah sehingga akan membuat semakin
bengkak, dan dapat terjadi kerusakan pada jaringan yang cedera. Misalnya ligamennya terluka lalu
diberikan massage maka luka sobeknya akan semakin melebar dan pada saat kembali ke lapangan
akan menjadi kendor dan terganggu stabilitasnya sehingga memudahkan terjadinya cedera ulang.