Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

CEDERA PADA OLAHRAGA


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Guru Pembimbing : Surya Akbar, S.Pd

Disusun Oleh:

Achmad Hussein XI MIPA 1 / 1


Agnes Aulia XI MIPA 1 / 3
Haikal Mahran XI MIPA 1 / 15
Rut Jovita XI MIPA 1 / 33

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 53 JAKARTA


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, tim penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “CEDERA PADA OLAHRAGA” ini dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, tim penulis menjumpai kendala dan


hambatan, baik yang kecil maupun yang besar. Akan tetapi, berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh sebab itu, tim penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Sri Rukmini Satiti, M.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak Surya
Akbar, S.Pd sebagai guru pembimbing yang membantu dalam
membimbing proses pembuatan dan penyusunan makalah ini.
2. Seluruh jajaran dan pihak sekolah SMA Negeri 53 Jakarta yang tidak
dapat disebutkan namanya satu-persatu.
3. Orang tua yang selalu mendukung dan membantu dalam memberikan
fasilitas untuk membuat karya tulis ilmiah ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya.

Kami menyadari pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan


dan masih memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, berbagai masukan dan saran dari
pembaca dan pemerhati untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini sangat kami
harapkan. Sekian dan terima kasih.

Jakarta, Mei 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I LATAR BELAKANG
BAB II ISI
2.1 PENGERTIAN CEDERA PADA OLAHRAGA
2.2 MACAM CEDERA PADA OLAHRAGA
2.3 PEMAHAMAN PENANGANAN CEDERA
a. RICE
b. Kapan Harus Dibawa ke Dokter
LATAR BELAKANG
PENGERTIAN CEDERA PADA OLAHRAGA

Cedera adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang mengakibatkan


timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi baik pada otot,
tendon, ligamen, persendian, maupun tulang akibat aktivitas gerak yang berlebihan,
kecelakaan, ataupun kesalahan. Berdasarkan waktu terjadinya cedera olahraga ada
dua jenis yang sering dialami atlet, yaitu trauma akut dan trauma kronis (yang terjadi
karena overuse syndrome/sindrom pemakaian berlebih) (Graha, 2012: 28). Menurut
Graha & Priyonoadi (2009: 45) cedera ini butuh pertolongan profesional. Trauma
kronis sering dialami oleh atlet, bermula adanya sindrom pemakaian berlebih yakni
suatu kekuatan yang sedikit berlebihan, berlangsung berulang-ulang dalam jangka
waktu yang lama. Sindrom ini kadang memberikan respons yang baik dengan
pengobatan sendiri (Wijanarko, dkk. 2010: 49).keseleo dan/atau terkilir), serta cramp
(kram).

Cedera pada olahraga terbagi menjadi Cedera saat berolahraga biasanya


terjadi akibat rutinitas latihan yang berlebihan, kurangnya pemanasan, ataupun karena
tingkat stress yang tinggi.
MACAM CEDERA PADA OLAHRAGA

a. Cedera Olahraga Akut


Cedera olahraga akut adalah cedera yang terjadi tiba-tiba dan biasanya
dikaitkan dengan trauma, seperti tulang retak, otot sobek, dan memar. Cedera
akut disebabkan adanya pembebanan yang berlebihan atau sangat besar pada
bagian tubuh yang bergerak. Sistem tulang dan otot persendian tidak dapat
mengimbangi gaya yang besar tersebut sehingga terjadi robekan jaringan. Hal
ini biasanya terjadi akibat terjatuh atau bertabrakan dengan pemain lain saat
berolahraga.
Adapun beberapa kondisi yang termasuk merupakan jenis cedera
olahraga akut adalah:
1) Kram otot pada betis, telapak kaki, perut, atau tangan
Kram otot adalah kontraksi kuat atau mengencangnya otot,
yang terasa sakit dan muncul tiba-tiba, yang berlangsung selama
beberapa saat. Kondisi ini sangat umum dan seringkali terjadi di kaki.
Kram otot kaki pada malam hari biasanya merupakan kejang atau
mengencangnya otot pada betis secara tiba-tiba. Kondisi ini juga
kadang dapat terjadi di paha atau kaki. Seringkali kram muncul saat
sedang tidur atau baru bangun.
Kram bisa menyerang saat otot tengah aktif digunakan,
misalnya saat berolahraga. Hal ini diduga berkaitan dengan dehidrasi
dan ketidakseimbangan elektrolit tubuh. Kondisi tersebut memang
rentan terjadi saat berolahraga, sebab tubuh kehilangan banyak cairan.
Jika cairan yang keluar tidak segera digantikan, maka akan terjadi
dehidrasi hingga kekurangan elektrolit, seperti natrium, kalsium, dan
magnesium.
Kekurangan asupan cairan juga bisa menyebabkan saraf otot
menjadi sensitif, sehingga mudah terjadi kontraksi yang tidak
terkontrol. Selain itu, penggunaan otot secara berlebihan pada posisi
tertentu juga bisa menjadi pemicu kram, misalnya menggunakan otot
kaki secara berlebihan tanpa istirahat. Kram juga bisa disebabkan
karena adanya saraf terjepit atau berkurangnya aliran darah ke otot.
Kram bisa terjadi saat atau setelah berolahraga yang biasanya
akan berlangsung dalam hitungan detik hingga beberapa menit.
Kondisi ini membuat pengidapnya merasakan nyeri mendadak serta
kesulitan dalam menggerakkan otot. Kram juga bisa membuat otot
terlihat membengkak dan terasa keras ketika disentuh. Rasa nyeri
biasanya masih akan bertahan meski kram sudah membaik. Kram bisa
membaik dengan sendirinya, tetapi jika kondisi ini sering terjadi dan
disertai dengan gejala lain, pengidap dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ke dokter.
2) Cedera robekan ligamen sendi pergelangan kaki (ankle sprain)
Ankle sprain atau yang biasa dikenal sebagai cedera keseleo
pada pergelangan kaki merupakan salah satu cedera akut yang sering
dialami oleh atlet ataupun orang awam yang sedang berolahraga.
Ankle sprain merupakan salah satu cedera akut yang sering dialami
para atlet. Tidak seperti pada cedera yang lainnya yang disebabkan
oleh tekanan tingkat rendah yang berulang-ulang dalam jangka waktu
lama. Cedera akut ini ditimbulkan oleh karena adanya penekanan
melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba. Keseleo tersebut dapat
mempengaruhi tidak hanya pada bagian sisi pergelangan kaki tetapi
biasanya dapat juga merusak bagian luar (lateral) ligament. Hal ini
terjadi pada saat kaki melakukan belokan (memutar) pada tungkai
kaki, meregangkan pergelangan pada titik di mana akan dapat
merobek atau retak tulang (ligamen persendian pergelangan kaki
bagian depan), (Paul dan Diana, 2002; 115).

3) Cedera robekan ligamen sendi lutut ACL (knee sprain)


Knee sprain atau anterior cruciate ligament (ACL) menyebabkan
kerusakan atau robekan pada ligamen lutut anterior. Bagian ini
merupakan ligamen yang menghubungkan tulang paha bagian bawah,
dan tulang kering untuk menjaga kestabilan lutut. Kondisi ini memiliki
masa penyembuhan yang butuh waktu lama, setidaknya enam bulan
hingga satu tahun. Di samping itu, knee sprain juga rentan untuk
mengembangkan post-trauma osteoarthritis. Proses penyembuhan
atau pengobatan ACL memerlukan operasi rekonstruktif, fisioterapi,
rehabilitasi intensif, dan pemantauan berkelanjutan untuk mengurangi
terjadinya cedera ulang. Cabang olahraga yang rentan menyebabkan
kondisi ini adalah sepak bola, basket, voli, ski, tennis, rugby, dan
senam gymnastic.

Seseorang yang menderita knee sprain atau ACL mengalami


beberapa gejala dan menimbulkan beragam keluhan, seperti nyeri
parah pada lutut, bunyi “letupan” saat cedera terjadi, lutut sulit
digerakkan dan diregangkan, pembengkakan lutut dalam waktu 6 jam
setelah cedera, kesulitan untuk melanjutkan olahraga, dan bagi
pengidap knee sprain ringan hanya merasakan lutut terasa tidak stabil
atau tampak ‘lepas’ saat menggunakannya.

4) Cedera robekan tendon otot gelang bahu (rotator cuff tear atau
shoulder sprain)
Cedera rotator cuff adalah kondisi cedera pada sebagian atau
seluruh ligamen pada rotasi sendi bahu. Rotator cuff merupakan
sekelompok otot dan tendon yang mengelilingi sendi bahu dan
menjaga kepala tulang lengan atas tetap kuat di dalam soket bahu yang
dangkal. Rotator cuff digunakan untuk menstabilkan dan membantu
menggerakkan sendi. Bagian bahu memiliki 3 jenis tulang (seperti
tulang belikat, klavikula dan humerus) dan 3 sendi (sendi lengan,
tulang rawan sendi artikular (ACJ), dan sternoklavikularis). Bahu
memiliki jangkauan gerakan terbesar dibandingkan sendi tetapi lebih
rentan terhadap cedera.
Otot deltoid besar memberikan kekuatan yang paling besar
untuk menggerakkan bahu. Di bawah deltoid ada empat otot rotasi
sendi yang menarik kembali gerakan bahu. Ligamen merupakan
bagian yang mengikat otot dengan tulang. Rotator cuff diciptakan oleh
otot dan ligamen menyokong bagian lengan atas pada sendi bahu.
Cedera rotator cuff umum terjadi, tetapi terjadi lebih sering
pada orang yang berusia di atas 40 tahun atau yang menggunakan
fungsi lengan terlalu banyak dan berulang.

5) Cedera robekan ligamen sendi pergelangan tangan (wrist sprain)

Wrist Sprain terjadi ketika ligamen yang menopang


pergelangan tangan meregang melampaui batas atau robek. Ini terjadi
ketika pergelangan tangan ditekuk atau dipelintir dengan kuat. Cedera
robekan ligamen sendi pergelangan tangan adalah cedera yang cukup
umum. Cedera ini mungkin terjadi selama kegiatan sehari-hari, tetapi
sering terjadi selama olahraga dan rekreasi luar ruangan. Cedera
pergelangan tangan akan membuat pergelangan tangan terasa nyeri.
Gejala lainnya adalah pembengkakan dan memar. Bahkan cedera
pergelangan tangan yang tampak ringan dengan pembengkakan
minimal masih bisa melibatkan ligamen yang robek dan memerlukan
pembedahan untuk menghindari masalah jangka panjang.
6) Cedera robekan otot paha belakang (hamstring)

Hamstring adalah tendon di bagian belakang paha yang


menempelkan otot paha besar ke tulang. Cedera hamstring sering
terjadi selama gerakan yang tiba-tiba dan kuat, seperti berlari,
menerjang atau melompat yang meregangkan tendon atau otot Anda.
Melakukan peregangan dan pemanasan sebelum berolahraga atau
beraktivitas dapat membantu mengurangi risiko cedera hamstring.
Cedera hamstring sering terjadi pada atlet dan olahragawan.
Pemulihan dari cedera hamstring bisa memakan waktu yang cukup
lama tergantung seberapa parahnya. Hamstring yang benar-benar
robek mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan untuk sembuh
dan Anda tidak akan dapat melanjutkan latihan atau olahraga selama
waktu ini.
7) Nyeri daerah tulang kering betis (shin splint)

Shin splints adalah cedera yang cukup umum. Cedera ini


terjadi ketika otot dan tulang di tungkai bawah tertarik dan menjadi
iritasi sehingga menyebabkan rasa nyeri. Atlet orang-orang dengan
osteoporosis memiliki peluang lebih tinggi terkena shin splints. Shin
splints disebabkan dari tekanan berulang ke tulang kering dengan
menarik otot dan jaringan ikat di kaki bagian bawah. Tekanan berulang
yang sering dari berlari dan melompat dapat menyebabkan tulang
kering meradang (bengkak atau iritasi) dan melemah. Gejala shin
splints yang paling umum adalah nyeri kaki bagian bawah. Rasa
sakitnya bisa berkisar dari ringan hingga parah. Siapa pun yang
memulai rutinitas olahraga baru atau aktivitas mereka terlalu cepat
mungkin rentan terkena shin splints. Dengan istirahat dan es,
kebanyakan orang pulih dari shin splints tanpa masalah kesehatan
jangka panjang. Namun, jika tidak diobati, shin splints berpotensi
berkembang menjadi tibial stress fracture.

b. Cedera Olahraga Kronis


Cedera olahraga kronis adalah cedera yang timbul perlahan-lahan dan
bersifat akumulasi. Keluhan dirasakan sedikit demi sedikit dengan intensitas
keluhan yang bertambah. Cedera kronis disebabkan karena overuse
(ketegangan), ketika terjadi pembebanan berlebihan pada bagian tubuh tanpa
diimbangi recovery yang baik. Pembebanan tersebut tidak sebesar beban
penyebab cedera akut, tapi terakumulasi pada jaringan yang berpotensi cedera.
Keluhan biasanya berupa rasa nyeri tumpul yang sedikit-sedikit, tapi
intensitasnya makin lama makin bertambah, hingga suatu saat anggota gerak
kita terasa nyeri lebih nyata dan rentang gerak sendinya berkurang, serta
mengalami pembengkakan.
Adapun beberapa kondisi yang termasuk merupakan jenis cedera
olahraga kronis adalah:
1) Nyeri radang jaringan ikat telapak kaki (plantar fasciitis)
Plantar fasciitis adalah peradangan yang terjadi pada plantar
fascia, yaitu jaringan di bawah kaki yang membentang dari tumit
hingga jari kaki. Jaringan ini berfungsi sebagai penyangga telapak kaki
dan peredam getaran ketika berjalan.
Terlalu banyak tekanan pada kaki akan menimbulkan cedera
atau robekan pada jaringan tersebut, yang selanjutnya akan meradang
dan menyebabkan nyeri pada tumit. Meski dapat terjadi pada siapa
saja, kondisi ini lebih banyak dialami oleh orang yang berusia di atas
40 tahun.
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko
terjadinya plantar fasciitis, yaitu:
- Usia
Plantar fasciitis umumnya terjadi pada individu berusia
40–70 tahun.
- Jenis kelamin
Wanita lebih rentan mengalami plantar fasciitis,
terutama di masa akhir kehamilan.
- Obesitas
Kegemukan bisa menyebabkan tekanan berlebih pada
plantar fascia.
- Olahraga
Plantar fasciitis dapat terjadi pada jenis olahraga yang
banyak memberikan tekanan berlebih pada tumit,
seperti lari jarak jauh, aerobik, dan balet.
- Pekerjaan
Guru, pekerja pabrik, atlet, tentara, dan profesi lain
yang pekerjaannya mengharuskan mereka berdiri dalam
waktu lama lebih berisiko mengalami plantar fasciitis.
- Masalah pada kaki
Plantar fasciitis lebih berisiko terjadi pada seseorang
yang memiliki bentuk kaki yang terlalu rata atau terlalu
melengkung atau memiliki cara berjalan yang tidak
normal.
- Penyakit lain
Artritis reaktif dan ankylosing spondylitis dapat memicu
timbulnya plantar fasciitis.
- Jenis sepatu
Penggunaan sepatu dengan sol yang terlalu lunak dan
tidak menopang telapak kaki dengan baik juga bisa
memicu terjadinya plantar fasciitis. Penggunaan sepatu
hak tinggi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya
plantar fasciitis.
Gejala plantar flasciitis adalah penderita umumnya merasakan
nyeri di tumit, tetapi ada juga yang merasakan sakit di telapak kaki.
Sakit yang dirasakan seperti rasa tertusuk atau rasa terbakar. Rasa sakit
ini juga dapat menjalar ke bagian lain di sekitar tumit.
Plantar fasciitis biasanya hanya terjadi pada salah satu kaki,
walau tidak menutup kemungkinan kondisi ini dapat terjadi pada
kedua kaki. Penderita umumnya tidak merasa sakit saat beraktivitas.
Rasa sakit baru akan timbul dan cenderung memburuk setelah selesai
melakukan aktivitas, terutama jika aktivitas yang dilakukan cukup
berat.
Rasa sakit biasanya terasa paling hebat saat penderita
melangkah setelah bangun tidur di pagi hari, saat bangun dari duduk,
atau saat berdiri dalam waktu yang lama. Rasa sakit dapat muncul
secara perlahan, tetapi juga bisa muncul tiba-tiba.
2) Nyeri punggung bawah (low back pain)
Nyeri tulang belakang bawah atau low back pain adalah nyeri
yang dirasakan pada punggung bagian bawah dan dapat memengaruhi
pinggang secara bersamaan. LBP atau low back pain boleh terdengar
sepele seperti nyeri punggung atau pinggang biasa, tetapi Low Back
Pain dapat menurunkan produktivitas kerja seseorang hingga
menyebabkan disabilitas.
Low Back Pain ini tidak saja memandang perempuan ataupun
laki - laki. Biasanya LBP dialami oleh orang - orang berusia 30-50
tahun.Terdapat dua kategori jenis LBP, yaitu akut dan kronik. Berikut
adalah perbedaan diantara LBP akut dan kronik :

A. Akut, Low Back Pain ini hanya akan menyerang secara


tiba-tiba dalam durasi waktu yang tidak lama. Biasanya, low
back pain hanya akan terasa selama beberapa hari, paling lama
hingga berminggu-minggu. LBP akut cenderung disebabkan
oleh luka traumatik seperti kecelakaan yang pernah terjadi dan
melibatkan bagian punggung.
B. Kronik, Low Back Pain ini bisa dirasakan karena rasa sakit
yang sudah dirasakan selama lebih dari 6 bulan atau dapat
dirasakan secara berulang-ulang dan muncul secara tiba-tiba.
Biasanya Low Back Pain kronik dapat terjadi akibat penyakit
tumor.

Resiko - resiko yang biasanya dapat menyebabkan Low Back


Pain di antaranya :
1. Jarang nya olahraga
2. Obesitas
3. Postur tubuh yang salah dan terlalu lama membungkuk
saat bekerja.
3) Nyeri pangkal paha (groin atau hip pain)
Groin pain atau kondisi pangkal paha sakit biasanya terjadi
ketika paha bagian dalam atau selangkangan mendapatkan tekanan
yang hebat. Akibatnya, otot sekitarnya mengalami ketegangan atau
bahkan kerobekan. Pada beberapa kasus, akibat otot yang terlalu aktif,
berlebihan dalam beraktivitas atau paha terbentur benda keras juga
bisa memicu terjadinya rasa nyeri ini. Pangkal paha sakit atau nyeri
biasanya dikarenakan melakukan banyak nya aktivitas. Kondisi groin
pain biasanya menyerang para atlet yang fokus olahraganya pada kaki.
Penyebab pangkal paha sakit biasanya adalah hernia inguinalis.
Hernia inguinalis ini terjadi dikarenakan jaringan internal bergerak
melalui titik lemah pada otot pangkal paha, penyebab lainnya adalah
karena batu ginjal atau patah tulang. Berikut merupakan beberapa
pemicu dari nyeri pangkal paha yaitu, memiliki riwayat hernia atau
kelemahan pada otot dinding perut dan alami cedera atau penyakit
yang menimpa sendi panggul.
4) Inflamasi ligamen sendi siku (tennis elbow).
Tennis elbow adalah suatu tendinitis (inflamasi/peradangan
tendon) di siku yang kerap kali menyebabkan nyeri berkepanjangan
(kronis). Peradangan terjadi pada tendon ekstensor carpi radialis breois
(ECRB) yang merupakan salah satu tendon yang mendukung fungsi
siku (meluruskan siku) dan pergelangan tangan (menekuk pergelangan
tangan).
Tennis elbow terjadi karena trauma pemakaian berlebihan
(overused) dan berulang (repetitif) pada tendon ECRB. Biasanya hal
ini berhubungan dengan aktivitas kerja yang menggunakan tangan,
seperti mengetik, merajut, dan melukis.
Gejala tennis elbow yang sering terjadi adalah perasaan nyeri
atau rasa terbakar pada bagian luar siku dan memburuk ketika
menggenggam atau mengangkat barang. Nyeri dimulai dari siku, tetapi
dapat menyebar ke lengan bawah.
PENANGANAN CEDERA
Cedera harus ditangani dengan penanganan yang tepat. Penanganan
yang tepat juga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan cedera

1) Metode RICE
Metode RICE ini sangat efektif menjadi pertolongan pertama cedera
akut ringan karena cara mempraktikkannya relatif sederhana, sehingga mudah
dilakukan siapa saja. dapat mencoba mempraktikkannya jika mengalami
cedera atau melihat seseorang di sekitar terkena cedera saat beraktivitas.
Metode RICE ini efektif untuk menangani cedera yang sifatnya akut, ringan,
dan sedang, seperti keseleo, terkilir, memar, dan cedera lainnya yang terjadi
pada jaringan halus.

R - Rest, segera istirahatkan bagian cedera


Cedera yang menimbulkan rasa nyeri adalah tanda bahwa bagian
tubuh tertentu telah mengalami kerusakan. Maka, hal utama yang perlu
dilakukan adalah menghentikan aktivitas sesegera mungkin dan istirahatkan
bagian cedera yang terasa nyeri tersebut. Jika harus beraktivitas, pastikan
untuk menggunakan alat bantu serta meminimalisir gerakan pada bagian
cedera. Tujuannya agar cedera tidak bertambah parah.

I – Ice, lakukan kompres dingin


Kompres dingin menggunakan es pada area yang terkena cedera. Suhu
dingin pada es mampu membuat area cedera lebih kebal dari rasa nyeri,
sehingga mengurangi keluhan nyeri dan pembengkakan pada jaringan yang
rusak. Dalam mempraktikkannya, pastikan es telah dibalut dengan handuk
atau kain terlebih dulu sebelum menempelkannya ke area cedera. Kompres
dapat dilakukan selama 10 menit lalu lepas kembali selama 10 menit, ulangi
terus cara tersebut sesering mungkin.

C – Compression, balut atau perban


Balut dengan perban elastis secara merata di area cedera untuk
mencegah pembengkakan. Hindari untuk tidak membalutnya dengan terlalu
kencang agar aliran darah menuju bagian cedera tetap lancar.

E – Elevation, lakukan peninggian pada bagian cedera


Elevasi atau mengangkat bagian yang cedera dapat membantu untuk
mengurangi pembengkakan dengan bantuan gravitasi, Jika memungkinkan,
disarankan agar pengangkatan dilakukan lebih tinggi dari jantung untuk
memudahkan aliran darah balik ke jantung.

2) Mengunjungi dokter
Apabila cedera bersifat serius seperti kerusakan parah di jaringan halus
hingga patah tulang ataupun kondisi cedera tidak kunjung membaik setelah
melakukan metode RICE, diperlukan pertolongan medis dan berkonsultasi
dengan dokter untuk pengobatan dan terapi lebih lanjut. Indikasi cedera yang
harus segera diperiksakan ke dokter adalah saat adanya bengkak, nyeri hebat,
terjadi penurunan rentang gerak sendi atau tidak bisa berjalan, dan terjadi
deformitas (perubahan bentuk) anggota gerak yang menjadi gejala dislokasi
sendi atau patah tulang.
Semua jenis cedera yang dialami saat berolahraga sebenarnya
dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan oleh dokter yang berlaku tidak hanya
untuk cedera serius dan berat, tetapi juga cedera ringan atau sedang. Hal ini
dikarenakan banyak kasus cedera yang dianggap biasa saja namun di
kemudian hari menimbulkan masalah yang serius pada anggota tubuh. Cedera
pada olahraga perlu pemeriksaan lebih lanjut atau penunjang untuk membantu
menguatkan diagnosis dan menentukan apakah terapinya bisa secara
konvensional saja atau membutuhkan pembedahan dan rehabilitasi intensif.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 kesimpulan
3.2 saran
DAFTAR PUSTAKA
Sports Injuries: Types, Treatments, and Prevention (onhealth.com)
Sports Injuries: Types, Treatments, Prevention, and More
(healthline.com)
https://www.learncbse.in/class-12-physical-education-notes-chapter-9
/
What is a sports injury? - PubMed (nih.gov)
Jangan Panik, Berikut Cara Mengatasi Cedera Saat Olahraga! |
Rumah Sakit EMC
https://www.emc.id/id/care-plus/mengenal-low-back-pain-dan-penye
babnya
https://patella.id/pangkal-paha-sakit-berikut-adalah-penyebabnya/
https://www.rscarolus.or.id/article/tennis-elbow-nyeri-tersering-di-se
ndi-siku
Pertolongan Pertama Cedera Ringan dengan RICE
(siloamhospitals.com)

Anda mungkin juga menyukai