Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan membuat tugas ini kami harapkan para mahasiswa dapat terbantu dan
menjadi lebih memahami mengenai makalah.

Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,


penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi


tambahan referensi dan rujukan dalam membuat makalah. Aamiin.

Tenggarong,22 November 2022


Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………....
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….
1.3 Tujuan……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………….……………………………………….
2.1 Realitas Sosioal…….…………………………………………………...
2.2 Sistem Sosial…………………………………………………………….
2.3 Struktur Sosial…………………………………………………………...
2.4 Masalah Sosial……………………………………………………………
BAB III PENUTUP………………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Realitas sosiokultural merupakan kenyataan atau keadaan yang dapat dilihat
secara riil yang menyangkut kondisi kehidupan manusia di dalam suatu kelompok
yang disebut masyarakat. Menurut Emile Durkheim, masyarakat adalah suatu
kenyataan objektif dari individu-individu yang merupakan anggotanya. Menurut Selo
Soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.

Di dalam kehidupan masyarakat terdapat sekelompok orang yang saling


menjalin hubungan antara satu dengan lainnya, sehingga dalam hubungan sosial ini
menimbulkan tata aturan kehidupan bersama yang menjadi kesepakatan sosial.
Kesepakatan sosial ini menjadi panduan perilaku manusia di dalam kelompok sosial
dimana kelompok sosial ini berada. Tata kelakuan yang merupakan hasil hubungan
antarmanusia di dalam kelompok sosial ini lalu ditaati bersama dan menjadi
kebiasaan dalam berperilaku yang lazim sering disebut kultur sosial.

Sosiologi merupakan cabang dari ilmu sosial yang memiliki objek kajian
manusia yang hidup dalam suatu kelompok yang disebut masyarakat. Manusia
adalah makhluk sosial yang bersifat fungsional dan dinamis, maka masyarakat
merupakan rangkaian antarelemen sosial yang membentuk satu kesatuan kerja dalam
rangka mendukung kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri. Adapun hubungan
antarelemen sosial adalah hubungan keterkaitan yang jika salah satu elemen sosial
mendapatkan permasalahan, maka permasalahan tersebut akan berpengaruh pada
elemen lain.

Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau


kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomi, biologis,
biopsikologis, dan kebudayaan. Kriteria utama masalah sosial adalah tidak adanya
persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan
serta tindakan-
tindakan sosial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian realitas sosial

2. Pengertian sistem sosial

3. Pengertian struktur sosial

4. Masalah sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian realitas sosial

2. Untuk mengetahui tentang sistem sosial

3. Untuk mengetahui tentang struktur sosial

4. Untuk mengetahui tentang masalah sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Realitas Sosial

REALITAS SOSIAL Realitas sosial adalah kenyataan yang dapat kita lihat
dalam kehidupan manusia yang terwujud sebagai hasil hubungan yang terjalin di
antara sesama manusia Untuk dapat melihat realitas sosial manusia, berikut ini akan
diuraikan satu per satu bentuk kesatuan manusia. Konsep-konsep realitas sosial yang
dipelajari oleh sosiologi adalah:

1. Keluarga Keluarga merupakan satuan sosial terkecil yang terdiri atas suami,
istri, dan anak-anak. Ketiga unsur itu dipersatukan oleh ikatan perkawinan, darah,
atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga. Satu sama lain berinteraksi dengan
perannya masing-masing sebagai anggota keluarga. Selanjutnya, melalui keluarga
mereka mempertahankan sekaligus menciptakan kebudayaan. Keluarga termasuk
gejala sosial yang bersifat universal. Artinya, dalam masyarakat apa pun akan
dijumpai adanya kesatuan social yang disebut keluarga. Karenanya, Robert M.Z.
Lawang (1985) membuat empat karakteristik keluarga, yaitu:

1. Keluarga terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan-ikatan perkawinan,


darah, atau adopsi.

2. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga.

3. Merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi.

4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama dan sekaligus


menciptakan kebudayaan.

Fungsi keluarga menurut Paul B. Horton dan Chester L Hunt (1996) adalah sebagai
berikut.

1. Fungsi pengaturan seksual Keluarga mengatur upaya menyalurkan dorongan


seksual antara suami dan istri.
2. Fungsi reproduksi Keluarga memungkinkan terpenuhinya keinginan suami istri
untuk mendapatkan anak.

3. Fungsi sosialisasi Keluarga melakukan sosialisasi nilai dan norma sosial pada
anak.

4. Fungsi afeksi Keluarga memenuhi kebutuhan kasih sayang di antara anggotanya.

5. Fungsi penentuan status Keluarga menentukan status anak-anak yang lahir di


dalamnya. 6. Fungsi perlindungan Keluarga memberi perlindungan fisik, ekonomis,
dan psikologis bagi anggotanya.

7. Fungsi ekonomis Keluarga menghasilkan sesuatu untuk kepentingan anggota.


Adapun bentuk keluarga, sebagai berikut :

a. Keluarga inti (Keluarga batih), adalah bentuk keluarga berdasarkan perkawinan


tunggal, yang terdiri dari seorang Bapak, seorang ibu beserta anak-anaknya.

b. Keluarga besar, adalah bentuk keluarga , baik tunggal maupun berdasarkan bentuk
perkawinan jamak (poligami) yang terdiri dari seorang Bapak, beberapa orang ibu
atau kebalikannya, atau ditarik dari satu keturunan dengan seluruh keturunannya.
Tugas Keluarga adalah:

1. Tugas sosial biologis (untuk memenuhi kebutuhan biologis guna melanjutkan


keturunan dan menyalurkan kasih sayang).

2. Tugas sosial kultural (sebagai media pewarisan budaya).

3. Tugas sosial ekonomi (untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan hidup).

4. Tugas sosial religius (sebagai bagian daripada kehidupan sosial beragama).

2. Masyarakat

Masyarakat berarti kumpulan manusia yang relatif permanen, berinteraksi secara


tetap, dan menjunjung suatu kebudayaan tertentu. Ralph Linton seperti dikutip oleh
Soerjono Soekanto (1989), mengartikan masyarakat sebagai semua kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dengan batas-batas tertentu.
Menurut Koentjaraningrat (1985), masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan
yang terikat oleh rasa identitas bersama. Masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul atau saling berinteraksi secara tetap dan memiliki kepentingan
yang sama. Literatur lain memberikan pengertian tentang masyarakat sebagai sistem
sosial, yaitu sebagai organisme yang terdiri atas bagian-bagian yang saling
bergantung karena memiliki fungsinya masing-masing dalam keseluruhan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki unsur-unsur


sebagai berikut:

a) Harus ada kelompok (kesatuan atau kolektivitas manusia) yang relatif tetap.

b) Telah berjalan dalam waktu yang cukup lama dan bertempat tinggal dalam daerah
tertentu.

c) Adanya aturan (undang-undang yang mengatur mereka bersama).

d) Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.

e) Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.

f) Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersamasama.

g) Akibat dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu menghasilkan
kebudayaan berupa sistem nilai, sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan
kebendaan. Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai community (masyarakat
setempat) apabila memiliki syarat-syarat sebagai berikut. Adanya beberapa rumah
atau rumah tangga yang terkon sentrasi di suatu wilayah geografis tertentu.
Warganya memiliki taraf interaksi sosial yang terinter grasikan. Adanya rasa
kebersamaan, yang tidak perlu didasarkan pada hubungan kekerabatan.

3. Komunitas
Komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat
hubungan sosial tertentu. Unsur-unsur komunitas meliputi :

1. Unsur Seperasaan Unsur seperasaan mengakibatkan seseorang berusaha


mengidentifikasi dirinya denganorang orang dalam kelompok tersebut, sehingga
semua anggota kelompok menyebut dirinya sebagai bagian dari komunitas. Perasaan
sekelompok mendorong terwujudnya solidaritas di antara anggota kelompok.
Perasaan itu muncul manakala ada kepentingan yang sama dari anggota kelompok
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Unsur Sepenanggungan Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok.


Dan, keadaan masyarakat itu sendiri memungkinkan setiap anggota kelompok untuk
menjalankan peranannya. Kondisi ini memung kinkan anggota kelompok memiliki
kedudukan yang pasti dalam komunitasnya.

3. Unsur Saling Memerlukan Setiap anggota suatu komunitas merasakan adanya


ketergantungan terhadap komunitasnya, baik secara material maupun spiritual.
Sehingga antaranggota kelompok terjadi hubungan saling memerlukan. 4.
Perkumpulan /Asosiasi Asosiasi atau perkumpulan adalah suatu kehidupan bersama
antarindividu dalam suatu ikatan. Kumpulan orang atau sekelompok individu dapat
dikatakan kelompok sosial apabila memenuhi faktor-faktor sebagai berikut :

(1). Kesadaran akan kondisi yang sama

(2). Adanya relasi sosial.

(3). Orientasi pada tujuan yang telah ditentukan.

Apabila kelompok sosial dianggap sebagai sebuah kenyataan di masyarakat, maka


individu merupakan kenyataan yang memiliki sikap terhadap kelompok tersebut
sebagai suatu kenyataan subjektif. Di dalam masyarakat yang sudah kompleks,
biasanya individu menjadi kelompok sosial tertentu yang secara otomotis pula
menjadi anggota beberapa kelompok sekaligus, misal atas dasar keturunan, jenis
kelamin atau kekerarabatan tertentu. Keanggotaan mereka dalam kelompok
dilakukan secara individual dengan persyaratan keang-gotaannya secara sukarela.
Asosiasi dapat dikatakan juga sebagai perkumpulan. Sebagai contoh perkumpulan
wasit/pelatih/instruktur olah raga nasional. Kelompok sosial dilihat dari bentuknya
dapat kita kelompokan sebagai berikut: Menurut besar kecilnya kelompok dan
jumlah anggotanya:

1. Small Group, yaitu kelompok yang terdiri sekurang-kurangnya dua orang,


masing-masing menjalin hubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh,
Keluarga inti.

2. Klik (Clique), yaitu kelompok kecil yang terbentuk dari suatu kelompok yang
lebih besar, karena frekuensi hubungan yang relative tinggi atau sering bertemu.
Contoh, Sekelompok siswa di kelas.

3. Cressive Group, yaitu kelompok yang timbul karena reaksi spontan, terbentuk
karena ketidaksengajaan, memiliki kepentingan yang sama dan tujuan yang sama,
serta tempat tinggal yang berdekatan. Contoh Rukun tetangga.

4. Partai, yaitu kumpulan orang yang mempunyai asas, haluan dan tujuan yang
sama. Tujuan yang dicapai oleh partai adalah untuk kepentingan para anggotanya
(public goals) dan bukan tujuan perorangan (private goals). Contoh, Partai Keadilan
Sejahtera, Partai Nasional Indonesia dan partai-partai politik peserta pemilu lainnya.

5. Massa, yaitu kelompok yang jumlahnya tidak diperhatikan. Contoh Sekelompok


orang yang menolak kedatangan miyabi ke Indonesia.

6. Publik, secara umum artinya khalayak ramai. Jumlah dan bentuknya serupa
dengan massa.

b. Kelompok Menurut Terbentuknya Seringkali kita melihat sekelompok orang yang


banyak yang berkelompok, terbentuknya kelompok ini biasanya tidak disengaja dan
tidak disadari tetapi memiliki kesamaan ciri atau tujuan. Kelompok demikian dapat
dilihat dari dasar terbentuknya yaitu: Kelompok semu, kelompok yang tidak teratur
dan kelompok sementara.

a) Kerumunan
b) Massa

c) Public Kelompok Nyata

a) Kelompok Statistik

b) Kategori sosial

c) Kelompok sosial

d) Kelompok formal

c. Kelompok menurut erat longgarnya ikatan hubungan para anggotanya Kelompok


masyarakat ini biasanya didasarkan pada intensitas dan kualitas pertemuan yang
dilakukan oleh anggota kelompok. Lama kelamaam kelompok ini berkembang luas
dan kelompok didasarkan pada erat atau tidaknya hubungan antar para anggota.

1. Kelompok paguyuban (Gemeinschaft) Kelompok paguyuban adalah suatu bentuk


kehidupan bersama yang tiap-tiap anggota diikat oleh hubungan batin yang murni,
bersifat alamiah dan kekal. Dasar hubungannya adalah rasa cinta dan rasa kesatuan
bathin, yang memang telah dikodratkan dan bersifat nyata dan organis. Contoh Partai
Politik, Rukun Warga.

2. Kelompok patembayan (Gesellschaft) Patembayan merupakan ikatan lahir yang


bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, terdapat pada hubungan yang
bersifat timbal balik, contoh ikatan antar para pedagang.

3. Kelompok utama (Primary group) Hubungan antar individu dalam kelompok yang
sangat erat, mereka saling mengenal dan saling berhubungan langsung (face to face)
sehingga sering disebut kelompok tatap muka (face to face group). Contoh keluarga
luas. 4. Kelompok Sekunder (Secondary Group) Hubungan antar individu dalam
kelompok ini hampir tidak ada, Kalaupun ada longgar sekali. Setiap anggota masih
mengingat kepentingan sendiri. Hubungan ini terjadi karena adanya pamrih dan
perhitungan laba rugi. Contoh kehidupan masyarakat di pasar. d. Kelompok Menurut
Sifat dan Skup Aktivitasnya Kelompok ini berdasarkan sifat yang dimiliki oleh setiap
anggota kelompok dan lingkup aktivitas dari pada kelompok ini. Biasanya kelompok
ini didasarkan pada sifat dan aktivitas kekeluargaan.

1. Kelompok kerukunan Kelompok ini terdapat sifat rukun dan guyub seperti
paguyuban. Dalam berbagai bidang anggota-anggota kelompok tidak mempunyai
pamrih tertentu. Dalam adat Jawa ada istilah “pirukunan” misalnya “nyumbang” dan
tidak mengutamakan untung dan rugi. Contoh, kerabat, marga dan keluarga.

2. Kelompok Perikatan Kelompok perikatan, semua individu yang menjadi anggota


mempunyai sifat kerukunan ke dalam yang erat sekali, rasa setia kawan dan kesatuan
yang kuat. Bedanya dengan kelompok kerukunan ialah hubungan kewibawaan yang
ada pada yang memerin-tah dan yang diperintah. Contoh, Perikatan adat “Rumah
Gadang”.

3. Kelompok Persekutuan Kelompok kerukunan dan kelompok perikatan merupakan


lawan dari kelompok persekutuan. Kelompok kerukunan dan kelompok perikatan
guyubnya hanya ke dalam. Sedangkan kelompok persekutuan sifat rukunnya ke luar.
Individu-individu dalam kelompok ini koordinasinya sejajar dan titik beratnya serta
fungsi terletak pada sudut kepentingan dan tujuannya.

4. Kelompok Kami atau Kelompok Dalam (In group) Pada kelompok ini individu
mengidentifikasikan dirinya berdasarkan kepentingan. Misalnya seorang individu di
dalam suatu desa secara tidak langsung menjadi anggota kelompok kami yang
dilawankan dengan warga desa lain sebagai kelompok lainnya.

5. Kelompok Mereka atau Kelompok Luar (Out group) Sifat dalam anggota out
group selalu ditandai dengan suatu perbedaan atau lebih sering dengan pertentangan
(antagonisme) dan rasa antipati (tidak suka). Contoh dalam pertandingan sepak bola,
terdapat kelompok luar yaitu kelompok dari lawan.

6. Formal Group Sifat dari kelompok ini adalah resmi, maksudnya memiliki
peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh para anggotanya untuk mengatur
hubungan di antara mereka. Setiap anggota memiliki kedudukan, tugas dan
kewajiban seperi yang diatur dalam peraturan yang diciptakan. Contoh, OSIS.

7. Informal Group Informal Group adalah kelompok orang yang secara fisikmenjadi
anggota kelompok tersebut. Contoh setiap siswa di sekolah adalah anggota Osis atau
siswa berada dikelas X.1 menjadi anggota kelas X.1.

8. Reference group Kelompok referensi merupakan kelompok yang menjadi ukuran


bagi seseorang yang bukan anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan
kepribadianya. Kelompok cendikiawan, ulama dan pelajar.

9. Suku bangsa Suku Bangsa adalah gabungan sosial yang didasarkan pada
kesadaran akan kesamaan identitas, asal-usul, sejarah, tempat dan perbedaan
kebudayaan. Contoh suku Aceh, Suku Sunda

2.2 Sistem Sosial

Dalam pandangan ilmu-ilmu sosial, sistem sosial diartikan sebagai hubungan


antara bagian-bagian (elemen-elemen) di dalam kehidupan masyarakat terutama
tindakan-tindakan manusia, lembaga sosial, dan kelompok-kelompok sosial yang
saling mempengaruhi.

Pendekatan teori sosial dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pendekatan Fungsional
Menurut Cohen, sistem sosial selalu berjalan seperti:
 Nilai dan norma sosial merupakan unsur yang mendasari kehidupan sosial
 Sistem sosial terbentuk karena ada komitmen
 Sistem sosial didasari oleh solidaritas warga masyarakatnya
 Sistem sosial didasari oleh adanya kerjasama
 Sistem sosial cenderung bertahan lama
 Sistem sosial selalu bertahan pada konsensus
 Sistem sosial cenderung untuk berintegrasi
 Dalam sistem sosial menuntut adanya otoritas (kewenangan) dan
legitimasi (pengakuan)

Dari konsep tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa:


3
 Hakikat manusia sebagai makhluk sosial saling bergantung dan saling
mempengaruhi
 Adanya saling ketergantungan mendorong manusia untuk berinteraksi
 Interaksi sosial berguna untuk mempertahankan kelangsungan hidup
 Akibat interaksi sosial muncul nilai dan normaa sosial, adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan.
b. Pendekatan Konflik
Asumsi pendekatan ini adalah;
 Satu kelompok lebih berkuasa dibandingkan yang lain adalah sebuah
kenyataan yang tidak dapat dihindari
 Masyarakat merupakan suatu arena terjadinya konflik-konflik baik bersifat
nyata dan tidak nyata
 Kelompok yang berkuasa menggunakan system kepercayaan yang ada, media
massa, dan sistem pendidikan untuk mempertahankan dan mengembangkan
kekuasaannya.
 Saat tercapai konsensus, bentuk pencapaian bersifat semu sebab di dalamnya
tersimpan koflik laten (tersembunyi)
 Setiap langkah hidup manusia mempunyai kecenderungan untuk melanggar,
sehingga ketaatan bersifat terpaksa

Masyarakat sebagai Sistem

Secara substansial terdapat titik temu yaitu masyarakat merupakan kumpulan


manusia yang terdiri dari komponen-komponen;
a. Terdapat sejumlah orang uang jumlahnya relatif besar, saling bernteraksi
antara satu dan lainnya baik antarindividu, individu dan kelompok, maupun
antarkelompok dalam satu kesatuan sosial yang menghasilkan produk
kehidupan, yaitu kebudayaan.
b. Menjadi struktur dan sistem sosial budaya, baik dalam skala kecil maupun
besar antarkelompok.
4
c. Menempati kawasan tertentu dan hidup dalam waktu yang relatif lama hingga
antargenerasi.

Dari berbagai pendapat tentang masyarakat, dapat disimpulkan bahwa


masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu
dalam waktu yang relatif lama, memiliki norma-norma yang mengatur kehidupannya
menuju tujuan yang dicita-citakan Bersama, dan di tempat tersebut anggota-
anggotanya melakukan regerenasi.

Hubungan antara manusia satu dan lainnya disebut interaksi. Dengan demikian,
terdapat tiga persyaratan untuk membentuk masyarakat yaitu:

a. Terdapat sekumpulan orang.


b. Bermukim di wilayah tertentu dalam jangka waktu yang relatif lama.
c. Akibat dari hidup di tempat tertentu dalam jangka waktu yang lama
menghasilkan pola kelakuan yang disebut kebudayaan, seperti sistem nilai,
sistem ilmu pengetahuan, dan benda material.

2.3 Struktur Sosial

Menurut Koentjaraningrat, struktur sosial adalah kerangka yang dapat


menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Menurut Soelaman B.
Taneko, struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur yang pokok
yakni kaidah-kaidah sosial, Lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial
serta lapisan-lapisan sosial.
Dimensi struktural dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Dimensi vertikal akan melihat masyarakat secara bertingkat. Dimensi vertikal


akan tampak pada stratifikasi sosial, kelas sosial, dan status sosial dalam
masyarakat.
2. Dimensi horizontal biasa disebut sebagai diferensiasi atau pengelompokan
sosial; yaitu pembedaan sosial secara horizontal dalam arti perbedaan-
5
perbedaan tersebut tidak mengandung perbedaan secara bertingkat,
melainkan berbeda saja satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut walaupun
dikatakan tidak mengandung unsur perbedaan secara vertikal, namun dalam
masyarakat sering muncul penilaian yang memandang perbedaan tersebut
dimensi vertikal. Pengelompokan manusia secara horizontal tersebut
menimbulkan perasaan in group dan out grup atas dasar profesi, pekerjaan,
suku, ras, agama, dan sebagainya. Pengelompokan manusia tersebut sebagai
salah satu cermin kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Hal itu
didorong oleh manusia itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Manusia memiliki dua keinginan yang selalu melekat di dalam dirinya, yaitu
keinginan untuk menyatu dengan alam lingkungannya dan keinginan untuk menyatu
dengan manusia lain dalam rangka memudahkan proses hidupnya. Dengan demikian,
manusia memiliki kecenderungan untuk bersatu agar bisa saling berhubungan.
Hubungan antara manusia satu dan lainnya tersebut disebut interaksi. Dari interaksi
akan menghasilkan produk-produk interaksi, yaitu tata pergaulan yang berupa nilai
dan norma yang berupa kebaikan dan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut.
Selain nilai, juga terdapat norma sebagai petunjuk arah untuk menentukan antara
perilaku yang boleh dilakukan dan yang dilarang.

Sistem artinya hubungan saling terkait antarabagian satu dan bagian lainnya
yang berfungsi melakukan suatu mekanisme kerja untuk mencapai tujuan tertentu.
Jika salah satu elemen atau komponen mengalami kerusakan fungsi dan peran, maka
akan berpengaruh rusak komponen secara keseluruhan.
Dalam pandangan ilmu-ilmu sosial, sistem sosial diartikan sebagai hubungan
antara bagian-bagian (elemen-elemen) di dalam kehidupan masyarakat terutama
tindakan-tindakan manusia, lembaga sosial, dan kelompok-kelompok sosial yang
saling memengaruhi. Hubungan antar elemen tersebut selanjutnya menghasilkan
produk-produk interaksi itu sendiri, yaitu nilai-nilai dan norma-norma sosial yang
keadaannya selalu dinamis.

Melalui interaksi satu dengan yang lain, masing-masing komponen tersebut


berperan dan berfungsi saling mendukung kelangsungan hidup masyarakat. Jika
rusaknya salah satu komponen berdampak pada komponen lain, maka untuk
menormalisasi kelangsungan hidup masyarakat harus didukung oleh sehatnya peran
dan fungsi masing-masing komponen.

Struktur sosial mencakup susunan antarkomponen yang meliputi status dan


peranan yang ada di dalam satuan sosial yang di dalamnya terdapat nilai-nilai dan
norma-norma yang mengatur perilaku antara status dan peranan di dalam
masyarakat. Kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok
sosial, lapisan-lapisan sosial, dinamika sosial, dan termasuk masalah sosial. Struktur
sosial dan sistem sosial merupakan dua hal di dalam ilmu sosial yang tidak dapat
dipisahkan keberadaannya, sebab struktur sosial lebih ditekankan pada wujud fisik
suatu unsur-unsur sosial, sedangkan sistem sosial lebih mengarah pada mekanisme
atau kinerja sistem tersebut yang berupa aturan main dari struktur itu sendiri.

Komponen dalam Struktur Sosial

A. Status dan Peranan


Ada dua pengertian kedudukan sosial di dalam struktur sosial;
1. Kedudukan berarti tempat seseorang dalam pola tertentu.
2. Kedudukan diartikan sebagai kumpulan hak dan kewajiban.
B. Institusi (Lembaga) Sosial
Lembaga sosial adalah alat untuk mengikat perilaku anggota masyarakat
agar berperilaku sesuai dengan tatanan aturan yang menjadi kesepakatan
kelompok sosial.
C. Pelapisan Sosial
Kualifikasi manusia secara ilmiah dibedakan atas:
1. Positif (berharta cukup dan sebagainya)
2. Negatif (miskin dan sebagainya)

Adapun pengelompokan secara hierarki secara riil pasti ada di dalam


kehidupan sosial, artinya di dalam segala ruang dan waktu sistem pelapisan
sosial pasti ada.

D. Kelompok Sosial
Kelompok sosial merupakan akibat dari konsekuensi dari kedudukan
manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berkecenderungan berkelompok
dengan manusia lainnya. Kelompok sosial mencakup pemilahan kelompok
manusia atas dasar persamaan dan perbedaan karakter, watak, ciri, tujuan,
kesukaan, dan sebagainya.
E. Dinamika Sosial
Dinamika sosial merupakan salah satu penelaah sosiologi yang
membahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kehidupan
masyarakat. Objek pembahasan ini meliputi:
1. Pengendalian sosial
Alat-alatnya berupa nilai-nilai dan norma yang dilengkapi unsur
kelembagaan.
2. Penyimpangan sosial
Penyimpangan sosial diakibatkan kecenderungan manusia yang selalu
ingin menyimpang dari tatanan tingkah laku.
3. Mobilitas sosial
Mobilitas sosial merupakan peristiwa sosial dimana individu atau
kelompok berpindah kelas sosial satu ke lapisan sosial lainnya baik
mengarah pada gerak sosial dari lapisan sosial bawah bergerak ke atas
atau sebaliknya.
4. Perubahan sosial
Perubahan sosial yang dikehendaki sering direncanakan melalui program-
program tertentu yang disebut pembangunan, sedangkan perubahan yang
tidak dikehendaki biasanya berasal dari faktor luar.
8

2.4 Masalah Sosial

Ketidakadilan sosial sendiri bersumber pada ketimpangan sosial yang


melahirkan tingkah laku orang-orang yang tidak memperoleh dari keinginannya
untuk melakukan tindakan melawan nilai dan norma.

Beberapa Contoh Masalah Sosial

a. Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
b. Kejahatan
Penyebab munculnya kejahatan karena tidak terpenuhinya kebutuhan/hak-
haknya.
c. Disorganisasi keluarga
Jika fungsi keluarga sudah tidak berjalan sesuai dengan norma dan nilai
keluarga yang bersangkutan, maka keluarga tersebut mengalami
disorganisasi.
d. Masalah remaja
Masalah remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada
periode itu, seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak , untuk
menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan
sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan
kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Pada waktu itu dia
membutuhkan bimbingan terutama dari orang tuanya.
e. Peperangan
Peperangan mungkin merupakan masalah sosial paling sulit dipecahkan
sepanjang sejarah kehidupan manusia. Peperangan merupakan satu bentuk
pertentangan dan juga suatu lembaga kemasyarakatan. Bentuk pertentangan
diakhiri dengan suatu akomodasi.
9
f. Kelainan seksual
Homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang
yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual. Kecenderungan untuk
mengubah karakteristik seksualnya terjadi akibat konflik batiniah yang
menyangkut identitas diri yang bertentangan dengan identitas sosial.
g. Masalah kependudukan
Tujuan utama dari suatu proses pembangunan adalah untuk secara
bertahap meningkatkan produktivitas dan kemakmuran penduduk secara
menyeluruh.
h. Masalah gender
Di dalam struktur masyarakat tradisional terdapat kultur di mana peran
wanita selalu dimarginalkan, diinferiorkan, berbeda dengan kaum laki-laki
yang selalu memiliki peran dan kedudukan yang lebih superior dibandingkan
dengan kaum wanita.
i. Masalah kekerasan
Pada masa lalu kekerasan justru dianggap sebagai salah satu alat untuk
menciptakan kedisiplinan di dalam lembaga sosial tertentu. Akan tetapi,
dalam struktur masyarakat modern yang demokratis, dengan isu hak asasi
manusia (HAM), kekerasan ditempatkan sebagai salah satu bentuk
penyimpanan dan pelanggaran HAM.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Realitas sosial ialah kenyataan


yang dapat kita lihat dalam kehidupan manusia yang terwujud sebagai hasil
hubungan yang terjalin di antara sesama manusia Untuk dapat melihat realitas sosial
manusia, berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk kesatuan manusia.

Konsep-konsep realitas sosial yang dipelajari oleh sosiologi adalah:

1. Keluarga

2. Masyarakat

3. Komunitas

4. Perkumpulan /Asosiasi

Konstruksi Sosial

Istilah konstruksi sosial atas realitas (Social Construction of Reality), menjadi


terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui
bukunya yang berjudul “The Sosial Construction of Reality, A Treatise in the
Sociological of Knowledge” (1996). Ia menggambarkan proses sosial melalui
tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus-menerus
suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) didefinisikan


sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan
secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara
subyektif.Dalam pandangan ilmu-ilmu sosial, sistem sosial diartikan sebagai
hubungan antarelemen di dalam kehidupan masyarakat terutama tindakan manusia,
lembaga sosial, dan kelompok sosial yang saling mempengaruhi. Struktur sosial dan
sistem sosial ini tidak dapat dipisahkan keberadaannya, sebab struktur sosial lebih
ditekankan pada wujud fisik suatu unsur sosial, sedangkan sistem sosial lebih
mengarah pada mekanisme atau kinerja sistem yang berupa aturan main dari struktur
itu sendiri.

Dari sistem sosial ini, tidak bisa dipungkiri bahwa masalah sosial pasti akan terjadi.
Ketidakadilan sosial ini sendiri bersumber pada ketimpangan sosial yang melahirkan
tingkah laku orang-orang yang tidak memperoleh dari keinginannya untuk
melakukan tindakan melawan nilai dan norma.
Daftar Pustaka

ArtikelSiana.2015.PengertianMasyarakatMenurutDefinisiParaAhli.

(online),https://www.artikelsiana.com/2015/06/para-ahli-pengertian-
masyarakat-definisi.html#. diakses pada tanggal 2 September 2019

Setiadi, Elly M. Usman Kolip. 2013. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Soekanto, Soerjono. 1990. ”Sosiologi Suatu Pengantar”. Raja Grafindo Persada,


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai