Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH POLITIK HUKUM

“Pemilihan Umum Sebagai Sarana Mewujudkan Keadilan Sosial”

Dosen Pengasuh: Indra Primahardani,MH

Disusun Oleh

1. Ikma Lestari 1905111184


2. Seventina Pretesia Manik 1905112570
3. Sesie Dartika Dewi 1905110373
4. Devi Gitama Yanti 1905155344
5. Rahmat Yoga Lili 1905112571

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu


Pengetahuan Sosial (IPS)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

TP: 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan jahiliyah menuju zaman terang benderang addinul islam .

Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Indra Primahardani,MH
selaku dosen pembimbing mata kuliah politik hukum yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini yang berjudul Pemilihan Umum Sebagai Sarana Mewujudkan
Keadilan Sosial.Kami juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami menyelesaikan makalah kami ini.

Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Pemilihan Umum Sebagai
Sarana Mewujudkan Keadilan Sosial.Mungkin makalah yang saya buat ini, belum
seutuhnya sempurna oleh karena itu, saya meminta maaf jika makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Saya mohon saran dan kritik yang membangun untuk
memperbaiki makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 08 Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilu atau pemilihan umum adalah adalah suatu proses untuk memilih orang-orang
yang akan menduduki kursi pemerintah. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan
negara yang demokrasi, dimana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas
terbanyak.

Menurut Ali Moertopo pemilihan umum adalah “pada hakikatnya, pemilihan umum
sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sesuai dengan azaz yang
bermaktub dalam pembukaan UUD 1945, pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu
Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR,
DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan
politik dan jalannya pemerintahan negara”.

Menurut Sanit (1985:157) mengatakan proses pelaksanaan pemilihan umum berpengaruh


langsung kepada pembentukan budaya politik, sebab tingkah laku para kontestan dan
penyelenggara pemilu langsung dihayati oleh anggota masyarakat yang mengetahuinya , baik
pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan, maupun melalui informasi. Dan sistem ini
mengatur beberapa hak yaitu jurus pencalonan kandidat, jurus pencoblosan suara, besar/bobot
daerah pemilihan, lingkup daerah pemilihan dan jurus pengembalian keputusan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pemilu?
2. Apa saja konsep keadilan pemilu?
3. Apa pentingnya sistem keadilan pemilu?
4. Bagaimana cara menegakkan hak pilih dalam pemilu?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian pemilu?
2. Untuk mengetahui konsep keadilan pemilu?
3. Untuk mengetahui pentingnya sistem keadilan pemilu?
4. Untuk mengetahui menegakkan hak pilih dalam pemilu?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori

1. Pengertian Pemilihan Umum

Pemilu atau pemilihan umum adalah adalah suatu proses untuk memilih orang-orang
yang akan menduduki kursi pemerintah. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan
negara yang demokrasi, dimana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas
terbanyak.

Menurut Ali Moertopo pemilihan umum adalah “pada hakikatnya, pemilihan umum
sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sesuai dengan azaz yang
bermaktub dalam pembukaan UUD 1945, pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu
Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR,
DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan
politik dan jalannya pemerintahan negara”.

Walaupun setiap negara Indonesia mempunyai hak untuk memilih, namun Undang-
undang Pemilu mengadakan pembatasan umur untuk menetapkan batas umum ialah waktu
pendaftaran Sudah genap berusia 17 tahun dana atau sudah kawin. Adapun ketetapan batas
umur 17 tahun yaitu berdasarkan perkembaangan kehidupan politik di Indonesia, bahwa
warga negara Republik Indonesia yang telah mencapai umur 17 tahun, ternyata sudah
mempunyai pertanggungjawaban politik terhadap negara dan masyarakat, sehingga
sewajarnya diberikan untuk memilih wakil-wakilnya dalam pemilihan anggota badan-badan
perwakilan rakyat.

Pemilihan Umum menurut Prihatmoko (2003:19) yaitu :

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif


kebijakan umum (public policy)
2. Pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan
perwakilan rakyatmelalui wakil rakyat yang terpilih atau partai yang memenangkan kursi
sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin.
3. Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakkan atau menggalang dukungan rakyat
terhadap negara dan pemrintahan dengan jalan serta dalam proses politik.
Menurut Ibnu Tricahyo (2009:6), mendefinisikan pemilihan umum sebagai berikut,
“Secara universal pemilihan umum adalah instrument mewujudkan kedaulatan rakyat yang
bermaksud membentuk pemerintahan yang absah serta sarana mengartikulasikan aspirasi dan
kepentingan rakyat. Definisi diatas menjelaskan bahwa pemilihan umum merupakan
instrumen untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, membentuk pemerintahan yang sah serta
sebagai sarana mengartikulasikan rakyatnya dalam rangka penyelenggaraan negara.
Kedaulatan rakyat dijalankan oleh wakil rakyat yang duduk dalam parlemen dengan sistem
perwakilan atau demokrasi tidak langsung. Wakil-wakil rakyat ditentukian sendiri oleh rakyat
melalui pemilihan umum secara berkala agar dapat memperjuangkan aspirasi rakyat.

Soedarsono (2005:1) mengemukakan bahwa yang dimkasud dengan pemilihaan adalah


syarat minimal bagi adanya demokrasi dan di selenggarakan dengan tujuan memilih wakil
raakyat, wakil daerah, presiden untuk membentuk pemerintahan demokratis.

Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Soedarsono menyatakan bahwa pemilihan
umum adalah syarat minimal adanya demokrasi yang bertujuan untuk memilih wakil-wakil
rakta, dengan adanya pemilihan umum maka negara Indonesia sudah menciptakan sedikit
tidaknya yang sesuai dengan negara demokrasi sebagaimana yang dianut oleh negara
Indonesia. Kedaulatan rakyat dijalankan oleh wakil-wakil rakyat yang duduk didalam
lembaga perwakilan. Kedaulatan rayat atas penyelenggaraan pemerintah dijalankan oleh
presiden dan kepala daerah yang juga terpilih secara langsung.

2. Impelementasi Sistem dalam Pemilihan Umum


Menurut Sanit (1985:157) mengatakan proses pelaksanaan pemilihan umum berpengaruh
langsung kepada pembentukan budaya politik, sebab tingkah laku para kontestan dan
penyelenggara pemilu langsung dihayati oleh anggota masyarakat yang mengetahuinya , baik
pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan, maupun melalui informasi. Dan sistem ini
mengatur beberapa hak yaitu jurus pencalonan kandidat, jurus pencoblosan suara, besar/bobot
daerah pemilihan, lingkup daerah pemilihan dan jurus pengembalian keputusan.

Ditambahkan juga oleh Rahman (2001:170) bahwa sistem pemilihan, walaupun terlihat
hanya suatu mekanisme untuk menetukan komposisi pemrintah selama beberapa tahun
kemudian, namun sesungguhnya merupakan kunci untuk menentukan suatu sistem yang
demokratis.

A. Kaadilan Sosial
1. Pengertian Keaadilan sosial

Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil adalah tidak
sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah.Adil terutama mengandung arti bahwa
suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma objektif. Keadilan pada dasarnya
adalah suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu
adil bagi yang lainnya, ketika seseorang menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal
itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui. Skala
keadilan sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala didefinisikan dan
sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan ketertiban umum dari masyarakat
tersebut.

Di Indonesia keadilan digambarkan dalam Pancasila sebagai dasar negara, yaitu


keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sila lima tersebut terkandung nilai-nilai
yang merupakan tujuan dalam hidup bersama.Adapun keadilan tersebut didasari dan dijiwai
oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungannya manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lainnya.

Teori Keadilan Aristoteles Aristoteles dalam karyanya yang berjudul Etika


Nichomachea menjelaskan pemikiran pemikirannya tentang keadilan. Bagi Aristoteles,
keutamaan, yaitu ketaatan terhadap hukum (hukum polis pada waktu itu, tertulis dan tidak
tertulis) adalah keadilan. Dengan kata lain keadilan adalah keutamaan dan ini bersifat umum.
Theo Huijbers menjelaskan mengenai keadilan menurut Aristoteles di samping keutamaan
umum, juga keadilan

Sebagai keutamaan moral khusus, yang berkaitan dengan sikap manusia dalam bidang
tertentu, yaitu menentukan hubungan baik antara orang-orang, dan keseimbangan antara dua
pihak. Ukuran keseimbangan ini adalah kesamaan numerik dan proporsional.Hal ini karena
Aristoteles memahami keadilan dalam pengertian kesamaan.Dalam kesamaan numerik, setiap
manusia disamakan dalam satu unit. Misalnya semua orang sama di hadapan hukum.
Kemudian kesamaan proporsional adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya, sesuai kemampuan dan prestasinya

Teori Keadilan John Rawls Menurut John Rawls, keadilan adalah fairness (justice
as fairness). Pendapat John Rawls ini berakar pada teori kontrak sosial Locke dan Rousseau
serta ajaran deontologi dari Imanuel Kant. Beberapa pendapatnya mengenai keadilan adalah
sebagai berikut

1. Keadilan ini juga merupakan suatu hasil dari pilihan yang adil. Ini berasal dari
anggapan Rawls bahwa sebenarnya manusia dalam masyarakat itu tidak tahu.
posisinya yang asli, tidak tahu tujuan dan rencana hidup mereka, dan mereka juga
tidak tahu mereka milik dari masyarakat apa dan dari generasi mana (veil of
ignorance). Dengan kata lain, individu dalam masyarakat itu adalah entitas yang tidak
jelas. Karena itu orang lalu memilih prinsip keadilan
2. Keadilan sebagai fairness menghasilkan keadilan prosedural murni. Dalam keadilan
prosedural murni tidak ada standar untuk menentukan apa yang disebut “adil” terpisah
dari prosedur itu sendiri. Keadilan tidak dilihat dari hasilnya, melainkan dari sistem
(atau juga proses) itu sendiri
3. Dua prinsip keadilan. Pertama, adalah prinsip kebebasan yang sama sebesar- besarnya
(principle of greatest equal liberty). Prinsip ini mencakup: a. Kebebasan untuk
berperan serta dalam kehidupan politik (hak bersuara, hak mencalonkan diri dalam
pemilihan); b. Kebebasan berbicara ( termasuk kebebasan pers); c. Kebebasan
berkeyakinan (termasuk keyakinan beragama); d. Kebebasan menjadi diri sendiri
(person) e. Hak untuk mempertahankan milik pribadi.

Teori Keadilan Thomas Hobbes Menurut Thomas Hobbes keadilan ialah suatu
perbuatan dapat dikatakan adil apabila telah didasarkan pada perjanjian yang telah
disepakati.Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa keadilan atau rasa keadilan
baru dapat tercapai saat adanya kesepakatan antara dua pihak yang berjanji.Perjanjian disini
diartikan dalam wujud yang luas tidak hanya sebatas perjanjian dua pihak yang sedang
mengadakan kontrak bisnis, sewa-menyewa, dan lain-lain. Melainkan perjanjian disini juga
perjanjian jatuhan putusan antara hakim dan terdakwa, peraturan perundang- undangan yang
tidak memihak pada satu pihak saja tetapi saling mengedepankan kepentingan dan
kesejahteraan public

Teori Keadilan Roscoe Pound Roscoe Pound melihat keadilan dalam hasil-hasil
konkrit yang bisa diberikannya kepada masyarakat.Ia melihat bahwa hasil yang diperoleh itu
hendaknya berupa pemuasan kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya dengan pengorbanan
yang sekecil- kecilnya. Pound sendiri mengatakan, bahwa ia sendiri senang melihat “semakin
meluasnya pengakuan dan pemuasan terhadap. kebutuhan, tuntutan atau keinginan-keinginan
manusia melalui pengendalian sosial; semakin meluas dan efektifnya jaminan terhadap
kepentingan sosial; suatu usaha untuk menghapuskan pemborosan yang terus-menerus dan
semakin efektif dan menghindari perbenturan antara manusia dalam menikmati sumber-
sumber daya, singkatnya social engineering semakin efektif

Teori Keadilan Hans Kelsen Menurut Hans Kelsen, keadilan adalah suatu tertib
sosial tertentu yang dibawah lindungannya usaha untuk mencari kebenaran bisa berkembang
dan subur. Karena keadilan menurutnya adalah keadilan kemerdekaan, keadilan perdamaian,
keadilan demokrasi – keadilan toleransi

2. Penegakan Keadilan Dalam Pemilu

Setiap warga masyarakat mempunyai hak dan kewajiban, dan setiap hak  menjadi
kebutuhan yang harus dipenuhi, demikian juga kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai
dengan kedudukan mereka dalam struktur masyarakat. setiap orang memiliki hak pribadi
yang bersifat asasi, yakni: hak hidup, hak memiliki harta, hak memelihara kehormatan, hak
kebebasan, kemerdekaan, dan persamaan, hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.

Oleh karena itu setiap warga masyarakat (rakyat) harus melaksanakan kewajibannya,
sehingga terpenuhi hak-hak orang lain baik sebagai umat, bangsa, dan warga negara, seperti:

1. Membela dan mempertahankan negaranya,


2. Mentaati hukum dan menegakkannya.
3. Memenuhi kewajiban dalam rangka kesejahteraan masyarakat.

Apabila keadilan ditegakkan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh semua


pihak, maka setiap warga masyarakat akan merasakan nikmatnya kehidupan. Salah satu
wujud hikmah yang terkandung dalam keadilan adalah mewujudkan persatuan dan
persaudaraan, membina hubungan dan keakraban yang harmonis di kalangan masyarakat.

Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak agar memelihara keadilan dalam
kehidupan sehari-hari, kepada pemerintah dan semua pihak penyelenggara negara, bahkan
sampai kepada masyarakat harus benar-benar berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam
kehidupan, sehingga tidak terjadi diskriminasi dalam pergaualan dan pemberian sesuatu.

Keadilan pemilu mencakup cara dan mekanisme yang tersedia untuk:


1. menjamin bahwa setiap tindakan, prosedur, dan keputusan terkait dengan proses
pemilu sesuai dengan kerangka hukum;
2. melindungi atau memulihkan hak pilih; dan
3. memungkinkan warga yang meyakini bahwa hak pilih mereka telah dilanggar untuk
mengajukan pengaduan, mengikuti persidangan, dan mendapatkan putusan.
Sistem keadilan pemilu merupakan instrumen penting untuk menegakkan hukum dan
menjamin sepenuhnya penerapan prinsip demokrasi melalui pelaksanaan pemilu yang bebas,
adil, dan jujur.Sistem keadilan pemilu dikembangkan untuk mencega dan mengidentifikasi
ketidakberesan pada pemilu, sekaligus sebagai sarana dan mekanisme untuk membenahi
ketidakberesan tersebut dan memberikan sanksi kepada pelaku pelanggaran.

Sistem keadilan pemilu merupakan instrumen penting untuk menegakkan hukum dan
menjamin sepenuhnya penerapan prinsip demokrasi melalui pelaksanaan pemilu yang bebas,
adil, dan jujur.Sistem keadilan pemilu dikembangkan untuk mencega dan mengidentifikasi
ketidakberesan pada pemilu, sekaligus sebagai sarana dan mekanisme untuk membenahi
ketidakberesan tersebut dan memberikan sanksi kepada pelaku pelanggaran.

Setiap tindakan, prosedur, atau keputusan menyangkut proses pemilu yang tidak
sesuai dengan undang-undang termasuk dalam kategori ketidakberesan. Mengingat bahwa
ketidakberesan dalam proses pemilu dapat menimbulkan sengketa, sistem keadilan pemilu
berfungsi untuk mencegah terjadinya ketidakberesan dan menjamin pemilu yang bebas, adil,
dan jujur. Oleh karena itu, desain sistem keadilan pemilu yang akurat sangat penting untuk
menjamin legitimasi demokrasi dan kredibilitas proses pemilu.

Konsep keadilan pemilu tidak hanya terbatas pada penegakan kerangka hukum, tetapi
juga merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang dan menjalankan
seluruh proses pemilu. Keadilan pemilu juga merupakan faktor yang memengaruhi perilaku
para pemangku kepentingan dalam proses tersebut.

Meskipun demikian, sistem keadilan pemilu perlu mengikuti sejumlah norma dan
nilai tertentu agar proses pemilu lebih kredibel dan memiliki legitimasi yang tinggi. Norma
dan nilai ini dapat bersumber dari budaya dan kerangka hukum yang ada di masing-masing
negara ataupun dari instrumen hukum internasional.Sistem keadilan pemilu harus dipandang
berjalan secara efektif, serta menunjukkan independensi dan imparsialitas untuk mewujudkan
keadilan, transparansi, aksesibilitas, serta kesetaraan dan inklusivitas. Apabila sistem
dipandang tidak kokoh dan tidak berjalan dengan baik, kredibilitasnya akan berkurang dan
dapat mengakibatkan para pemilih mempertanyakan partisipasi mereka dalam proses pemilu,
atau bahkan menolak hasil akhir pemilu. Dengan demikian, keadilan pemilu yang efektif dan
tepat waktu menjadi elemen kunci dalam menjaga kredibilitas proses pemilu.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pemilu

Pengertian Pemilihan Umum adalah suatu proses untuk memilih orang-orang yang
akan menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan
negara yang demokrasi, di mana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas
terbanyak. Menurut Ali Moertopo pengertian Pemilu sebagai berikut: “Pada hakikatnya,
pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sesuai
dengan Azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada
dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota perwakilan rakyat
dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan
pemerintah, menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara”. Walaupun setiap warga
negara Indonesia mempunyai hak untuk memilih, namun Undang-Undang Pemilu
mengadakan pembatasan umur untuk dapat ikut serta di dalam pemilihan umum. Batas waktu
untuk menetapkan batas umum ialah waktu pendaftaran pemilih untuk pemilihan umum,
yaitu :

1) Sudah genap berumur 17 tahun dana atau sudah kawin.

Adapun ketetapan batas umur 17 tahun yaitu berdasarkan perkembangan kehidupan


politik di Indonesia, bahwa warga negara Republik Indonesia yang telah mencapai umur 17
tahun, ternyata sudah mempunyai pertanggung jawaban politik terhadap negara dan
masyarakat, sehingga sewajarnya diberikan hak untuk memilih wakil-wakilnya dalam
pemilihan anggota badan-badan perwakilan rakyat.

Dalam pelaksanaan pemilihan umum asas - asas yang digunakan diantaranya sebagai berikut:

a) Langsung
Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih secara
langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri tanpa ada perantara
b) Umum
Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yang memenuhi
persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis kelamin, golongan,
pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.
c) Bebas
Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai pemilih pada
pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos untuk membawa
aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
d) Rahasia
Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin kerahasiaan pilihannya.
Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang
lain kepada siapa pun suaranya diberikan.
e) Jujur
Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan juga bersikap
jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f) Adil
Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilihan umum
mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun

3.2 Konsep Keadilan Pemilu (Electoral Justice)

Banyak ahli dan lembaga yang bergerak di bidang pemilu yang telah merumuskan
konsep keadilan pemilu. Di antara yang paling banyak dirujuk adalah Institute for Democracy
and Electoral Asistance (IDEA). Lembaga ini berpandangan, keadilan pemilu mencakup cara
dan mekanisme yang tersedia di suatu negara tertentu, komunitas lokal atau di tingkat
regional atau internasional untuk:

a. Menjamin bahwa setiap tindakan, prosedur, dan keputusan terkait dengan proses pemilu
sesuai dengan kerangka hukum;
b. Melindungi atau memulihkan hak pilih; dan
c. Memungkinkan warga yang meyakini bahwa hak pilih mereka telah dilanggar untuk
mengajukan pengaduan, mengikuti persidangan, dan mendapatkan putusan.

Sistem keadilan pemilu merupakan instrumen penting untuk menegakkan hukum dan
menjamin sepenuhnya penerapan prinsip demokrasi melalui pelaksanaan pemilu yang bebas,
adil, dan jujur. Sistem keadilan pemilu dikembangkan untuk mencegah dan mengidentifikasi
ketidakberesan pada pemilu, sekaligus sebagai sarana dan mekanisme untuk membenahi
ketidakberesan tersebut dan memberikan sanksi kepada pelaku pelanggaran.
Setiap tindakan, prosedur, atau keputusan menyangkut proses pemilu yang tidak
sesuai dengan undang-undang termasuk dalam kategori ketidakberesan. Mengingat bahwa
ketidakberesan dalam proses pemilu dapat menimbulkan sengketa, sistem keadilan pemilu
berfungsi untuk mencegah terjadinya ketidakberesan dan menjamin pemilu yang bebas, adil,
dan jujur. Oleh karena itu, desain sistem keadilan pemilu yang akurat sangat penting untuk
menjamin legitimasi demokrasi dan kredibilitas proses pemilu.

Konsep keadilan pemilu tidak hanya terbatas pada penegakan kerangka hukum, tetapi
juga merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang dan menjalankan
seluruh proses pemilu. Keadilan pemilu juga merupakan faktor yang memengaruhi perilaku
para pemangku kepentingan dalam proses tersebut. Karena sistem keadilan pemilu sangat
dipengaruhi kondisi sosial-budaya, konteks sejarah dan politik masing-masing negara, maka
sistem dan praktiknya di seluruh dunia berbeda-beda.

Meskipun demikian, sistem keadilan pemilu perlu mengikuti sejumlah norma dan
nilai tertentu agar proses pemilu lebih kredibel dan memiliki legitimasi yang tinggi. Norma
dan nilai ini dapat bersumber dari budaya dan kerangka hukum yang ada di masing-masing
negara ataupun dari instrumen hukum internasional. Sistem keadilan pemilu harus dipandang
berjalan secara efektif, serta menunjukkan independensi dan imparsialitas untuk mewujudkan
keadilan, transparansi, aksesibilitas, serta kesetaraan dan inklusivitas. Apabila sistem
dipandang tidak kokoh dan tidak berjalan dengan baik, kredibilitasnya akan berkurang dan
dapat mengakibatkan para pemilih mempertanyakan partisipasi mereka dalam proses pemilu,
atau bahkan menolak hasil akhir pemilu. Dengan demikian, keadilan pemilu yang efektif dan
tepat waktu menjadi elemen kunci dalam menjaga kredibilitas proses pemilu.

Sistem keadilan pemilu yang lebih luas mencakup berbagai mekanisme untuk
menjamin adanya penyelesaian sengketa pemilu yang kredibel. Mekanisme sistem keadilan
pemilu meliputi tindakan pencegahan dan metode penyelesaian sengketa pemilu yang
sifatnya formal (institusional) dan informal (alternatif). Ragam mekanisme penanganan
sengketa pemilu yang tersedia, yaitu mekanisme yang sifatnya mengoreksi (korektif) atau
menghukum (punitif). Peningkatan penghormatan terhadap supremasi hukum akan
mendorong menurunnya jumlah sengketa pemilu yang perlu ditangani. Budaya politik yang
mendorong perilaku taat hukum dan penghormatan terhadap norma demokrasi dapat
membantu mengurangi potensi timbulnya sengketa pemilu, sehingga yang perlu ditangani
nantinya hanya sengketa yang paling banyak menimbulkan perdebatan. Pelibatan partai
politik besar dan kelompok masyarakat sipil dalam proses pembuatan kerangka hukum
pemilu juga penting untuk mengurangi potensi sengketa pemilu.

Ada tiga jenis mekanisme utama untuk menyelesaikan sengketa pemilu:

Formal:

A. Mekanisme formal atau korektif (misalnya mengajukan dan memproses gugatan pemilu)
jika dilaksanakan, mekanisme ini akan menghasilkan keputusan untuk membatalkan,
mengubah, atau mengakui adanya ketidakberesan dalam proses pemilu
B. Mekanisme penghukuman atau punitif (misalnya dalam kasus pelanggaran pidana): jika
dilaksanakan, mekanisme ini akan menjatuhkan sanksi kepada pelanggar, baik badan
maupun individu yang bertanggung jawab atas ketidakberesan tersebut, termasuk
tanggung jawab (liability) pidana atau administratif terkait dengan pemilu; dan Informal.
Mekanisme alternatif: mekanisme ini dapat dipilih oleh pihak-pihak yang bersengketa

3.3 Pentingnya Sistem Keadilan Pemilu

Sistem keadilan pemilu telah dibangun dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017.
Hal itu ditandai dengan diaturnya seluruh prosedur pelaksanaan tahapan pemilu dan
mekanisme penanganan pelanggaran atau sengketa pemilu. Sistem keadilan pemilu
merupakan instrumen penting untuk menegakkan hukum dan menjamin sepenuhnya
penerapan prinsip demokrasi melalui pelaksanaan pemilu yang bebas, adil, dan jujur. Sistem
keadilan pemilu harus dipandang berjalan efektif, serta menunjukkan independensi dan
imparsialitas untuk mewujudkan keadilan, transparansi, aksesibilitas, inklusivitas, dan
kesetaraan. Meskipun kehadiran sistem keadilan pemilu yang andal tidak dengan sendirinya
menjamin pemilu yang bebas, adil, dan jujur, ketiadaan sebuah sistem dapat menyebabkan
konflik yang ada semakin memburuk.

Apabila pemilu diselenggarakan tanpa kerangka hukum yang komprehensif, tidak


berdasarkan konsensus, tidak mengacu sepenuhnya pada prinsip dan nilai demokrasi, tidak
diselenggarakan dengan baik, atau apabila tidak ada mekanisme keadilan pemilu khusus yang
tersedia, proses pemilu dapat memperburuk friksi yang sudah ada atau bahkan
mengakibatkan terjadinya konflik bersenjata atau kekerasan. Sebagai contoh, salah satu
kondisi yang mungkin menyebabkan terjadinya tindak kekerasan di Kenya menyusul
berlangsungnya pemilu pada bulan Desember 2007 adalah ketiadaan pengadilan yang
kredibel dan imparsial untuk menyelesaikan sengketa pemilu.
Desain sistem keadilan pemilu sangat penting sehingga perlu dikaji ulang secara
berkala untuk melihat apakah desain tersebut dapat menjamin pemilu yang berlangsung
bebas, adil, dan jujur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Institute for Democracy and
Electoral Asistance (IDEA) berpendapat bahwa pembuatan desain sistem keadilan pemilu
harus dilakukan secara menyeluruh (holistic). Karena menyangkut persoalan yang sifatnya
teknis, seringkali diperlukan bimbingan teknis dalam pembuatan desain sistem keadilan
pemilu. Penggunaan templat dan model sistem keadilan pemilu tertentu pada konteks politik
dan sejarah yang berbeda-beda biasanya tidak tepat. Hasil studi komparatif Institute for
Democracy and Electoral Asistance (IDEA) tentang sistem keadilan pemilu menunjukkan
bahwa tidak ada sistem yang sempurna atau sistem ‘terbaik’; studi ini dapat membantu
menilai kelebihan dan kelemahan masing-masing sistem, mengidentifikasi tren yang ada,
menawarkan komponen analisis tambahan, dan mengidentifikasi pengalaman atau praktik
sukses di negara lain.

3.4 Menegakkan Hak Pilih dalam Pemilu

Hak pilih merupakan salah satu bentuk hak politik yang termasuk ke dalam kategori
hak asasi manusia. Hak pilih diatur di dalam ketentuan hukum fundamental suatu negara
(biasanya di dalam undang-undang dasar dan di dalam undang-undang terkait) dan di dalam
berbagai instrumen hukum internasional tentang hak asasi manusia. Pada beberapa kasus, hak
pilih diatur khusus dalam case law.

Hak pilih berbeda dengan hak politik karena perbedaan instrumen yang menjamin
kedua hak tersebut. Di beberapa negara, hak pilih dilindungi oleh sistem keadilan pemilu atau
sistem penyelesaian sengketa pemilu, sedangkan hak politik dijamin oleh instrumen atau
prosedur hukum lain. Beberapa hak pilih yang paling utama di antaranya hak untuk memilih
dan dipilih dalam pemilu yang bebas, adil, jujur, dan berkala yang dilakukan dengan
memberikan suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia; hak berserikat; dan hak-hak
lain yang berkaitan erat dengan hak-hak di atas.

Mengingat ada beberapa hak yang berpangkal pada hak memperoleh keadilan yang
dijamin di dalam instrumen hukum internasional tentang hak asasi manusia (misalnya hak
untuk mengikuti persidangan yang terbuka dan imparsial serta hak untuk menjalani proses
hukum yang adil), maka hak-hak ini harus juga dilihat sebagai hak memperoleh keadilan
pemilu. Berbagai badan penyelesaian sengketa pemilu – termasuk badan administratif, badan
peradilan, badan legislatif, atau internasional – dapat menjamin hak pilih warga negara.
Apabila kesepakatan sementara (provisional) atau peralihan (transisional) telah tercapai,
badan ad hoc dapat digunakan. Dalam konteks ini:

 badan administratif, yaitu badan penyelenggara pemilu yang bertugasmenyelenggarakan


pemilu;
1) badan peradilan, yaitu
a. peradilan umum yang merupakan cabang kekuasaan kehakiman atau
b. pengadilan mandiri (tersendiri), seperti dewan atau mahkamah konstitusi, pengadilan
tata usaha negara atau pengadilan khusus pemilu yang tidak berada di bawah kekuasaan
legislatif, eksekutif, atau kehakiman yang tradisional.
2) badan legislatif, yaitu dewan perwakilan rakyat sendiri atau bagian daridewan (misalnya
komite); dan
3) badan internasional, yaitu badan yang memiliki yurisdiksi di negarayang mengakui
keberadaan pengadilan regional atau internasional yang mengeluarkan putusan yang
mengikat dan wajib dilaksanakan oleh badan nasional yang berkompeten.

Secara umum, sistem keadilan pemilu harus mampu menjamin hak setiap orang untuk
mengajukan pengaduan apabila pihak yang bersangkutan merasa dirugikan akibat dilakukan
atau tidakdilakukannya tindakan tertentu. Untuk itu perlu diambil langkah penyelesaian yang
efektif di sebuah pengadilan yang tidak memihak dalam rangka melindungi dan memulihkan
hak pilih yang telah dilanggar.
BAB III

KESIMPULAN

Pemilu atau pemilihan umum adalah adalah suatu proses untuk memilih orang-orang
yang akan menduduki kursi pemerintah. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan
negara yang demokrasi, dimana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas
terbanyak.Walaupun setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memilih, namun
Undang-Undang Pemilu mengadakan pembatasan umur untuk dapat ikut serta di dalam
pemilihan umum yaitu itu berumur 17 tahun. Dalam pelaksanaan Pemilu terdapat beberapa
asas yang digunakan yang biasa kita sebut luberjurdil, yaitu langsung umum bebas jujur dan
adil.

Banyak ahli dan lembaga yang bergerak di bidang pemilu yang telah merumuskan
konsep keadilan pemilu. Beberapa lembaga berpandangan keadilan pemilu mencakup cara
dan mekanisme yang tersedia di suatu negara tertentu, komunitas lokal atau di tingkat
regional atau internasional untuk: a. Menjamin bahwa setiap tindakan, prosedur, dan
keputusan terkait dengan proses pemilu sesuai dengan kerangka hukum; b. Melindungi atau
memulihkan hak pilih; dan c. Memungkinkan warga yang meyakini bahwa hak pilih mereka
telah dilanggar untuk mengajukan pengaduan, mengikuti persidangan, dan mendapatkan
putusan.

Mengingat bahwa ketidakberesan dalam proses pemilu dapat menimbulkan sengketa,


sistem keadilan pemilu berfungsi untuk mencegah terjadinya ketidakberesan dan menjamin
pemilu yang bebas, adil, dan jujur.Ada beberapa jenis mekanisme utama untuk
menyelesaikan sengketa pemilu: yaitu mekanisme formal atau korektif,mekanisme
penghukuman atau punitive.Apabila pemilu diselenggarakan tanpa kerangka hukum yang
komprehensif, tidak berdasarkan konsensus, tidak mengacu sepenuhnya pada prinsip dan
nilai demokrasi, tidak diselenggarakan dengan baik, atau apabila tidak ada mekanisme
keadilan pemilu khusus yang tersedia, proses pemilu dapat memperburuk friksi yang sudah
ada atau bahkan mengakibatkan terjadinya konflik bersenjata atau kekerasan.

Menurut hasil sstudi komparatif Institute for Democracy and Electoral Asistance (IDEA)
tentang sistem keadilan pemilu menunjukkan bahwa tidak ada sistem yang sempurna atau
sistem ‘terbaik’; studi ini dapat membantu menilai kelebihan dan kelemahan masing-masing
sistem, mengidentifikasi tren yang ada, menawarkan komponen analisis tambahan, dan
mengidentifikasi pengalaman atau praktik sukses di negara lain.

Beberapa hak pilih yang paling utama di antaranya hak untuk memilih dan dipilih
dalam pemilu yang bebas, adil, jujur, dan berkala yang dilakukan dengan mmemberikan
suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia; hak berserikat; dan hak-hak lain yang
berkaitan erat dengan hak-hak di atas.Mengingat ada beberapa hak yang berpangkal pada hak
memperoleh keadilan yang dijamin di dalam instrumen hukum internasional tentang hak
asasi manusia (misalnya hak untuk mengikuti persidangan yang terbuka dan imparsial serta
hak untuk menjalani proses hukum yang adil), maka hak-hak ini harus juga dilihat sebagai
hak memperoleh keadilan pemilu.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Amsari, Azheri (2020), Sistem Keadilan Pemilu dalam Penanganan Pelanggaran dan
Sengketa Proses Pemilu Serentak 2019 di Sumatera Barat Electoral Justice System in
Handling 2019 Concurrent Election Violations and Disputes in West Sumatra, Jurnal
Konstitusi, Padang, 17(1); 1-26

https://www.idea.int/sites/default/files/publications/electoral-justice-handbook-overview-
ID.pdf

Anda mungkin juga menyukai