Anda di halaman 1dari 168

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE

MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Dewi Malihatud Darojah
NIM 132140005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017

i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam

majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan

apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (TQS. Al Mujadilah: 11)

“Barang siapa berjalan disuatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan

mempermudah jalan ke Syurga.” (THR. Muslim)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan sebagai tanda bakti dan sayang

kepada.

1. Ayah dan Ibu tercinta (Habib dan Hikmatullaeli) yang

selalu memberiku doa dan semangat.

2. Suamiku tercinta (Fahri Hartadi) yang selalu memberiku

dukungan dan tempat berbagi kasih.

3. Mbah Kakung dan Mbah Putri yang selalu memberikan

doa.

4. Sahabat-sahabatku (Muti, Dita, Ajeng, dan Ike) yang

selalu memberikan semangat dan menjadi tempat berkeluh

kesah.
KATA PENGANTAR

v
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potret Pedagogical Content Knowledge

Mahasiswa Calon Guru Matematika”. Skripsi ini disusun dalam rangka

menyelesaikan studi Strata 1 Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Banyak pelajaran berharga yang didapat selama proses penulisan skripsi ini.

Pengalaman suka dan duka telah memberi makna yang mendalam tentang arti

kesabaran, ketekunan, keikhlasan, dan arti sebuah persahabatan.

Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

kepada.

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd., Rektor Unversitas Muhammadiyah Purworejo yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan

mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Yuli Widiyono, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin penulis

untuk mengadakan penelitian.

3. Riawan Yudi Purwoko, S.Si, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah memberikan izin penulis mengadakan penelitian, Dosen

Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan kepada

penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran dalam penulisan skripsi ini.

vi
4. Dr. Teguh Wibowo, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, saran, motivasi, dan koreksi kepada penulis dengan penuh

kesungguhan dan kesabaran dalam penulisan skripsi ini.

5. Tunggul Hasbi Asyidiqi, S.Kom., Kepala SMK Multimedia PGRI

Buluspesantren yang telah memberikan izin penelitian di sekolah yang beliau

bina.

6. Erni Puji Astuti, M.Pd., Eko Setyadi Kurniawan, M.Pd.Si., Validator yang telah

memberikan masukan dan nasihat.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan dari Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Walaupun

demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang

bermanfaat bagi kemajuan keilmuwan khususnya dunia pendidikan.

Purworejo, 13 Juli 2017

Penyusun,

Dewi Malihatud Darojah

NIM. 132140005

vii
ABSTRAK

Dewi Malihatud Darojah. 132140005. “Potret Pedagogical Content Knowledge


Mahasiswa Calon Guru Matematika”. Skripsi. Pendidikan Matematika. FKIP.
Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2017.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk


mengetahui Pedagogical Content Knowledge mahasiswa calon guru matematika
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa calon guru matematika
semester enam. Teknik pengambilan subjek pada penelitian ini adalah dengan
purposive sampling dan snowball sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah
tiga mahasiswa calon guru matematika dengan indeks prestasi kumulatif lebih dari
3.00. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan CoRe, PaP-eRs, dan Vignette.
Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pedagogical
knowledge mahasiswa calon guru matematika sebagian besar poin pada CoRe
terpenuhi. Kemudian untuk aspek content knowledge yang dimiliki oleh mahasiswa
calon guru matematika dengan indeks prestasi kumulatif lebih dari 3.00 sebagian
besar berada pada level 1 yaitu dapat mengungkapkan definisi dengan benar,
menggunakan notasi yang tepat secara masuk akal, menafsirkan dan menggunakan
representasi grafis dan representasi lainnya, dan melihat hubungan beberapa topik/
subunit.

Kata kunci: pedagogical content knowledge, pedagogical knowledge, content


knowledge.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................... 5
C. Rumusan Masalah .................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA
BERPIKIR ..................................................................................... 7
A. Kajian teori ............................................................................. 7
B. Tinjauan Pustaka .................................................................... 18
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 22
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 22
B. Jenis Penelitian ....................................................................... 22
C. Subjek Penelitian.................................................................... 23
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 23
E. Instrumen Penelitian............................................................... 25
F. Teknis Analisis Data .............................................................. 26
G. Keabsahan Data ...................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 28
A. Data dan Analisis Data ........................................................... 28
B. Pembahasan ............................................................................ 74
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 79
A. Simpulan ................................................................................ 79
B. Saran....................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82
LAMPIRAN ..................................................................................................... 84

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Pedoman observasi S1 poin nomor 1 pertemuan pertama... 29
Gambar 2 Pedoman observasi S1 poin nomor 9 pertemuan pertama... 29
Gambar 3 Pedoman observasi S1 poin nomor 6 pertemuan pertama... 31
Gambar 4 Catatan lapangan S1 cara menentukan model matematika . 34
Gambar 5 Dokumentasi S1 menjelaskan kata-kata penting ................. 35
Gambar 6 Dokumentasi S1 menjelaskan penyelesaian contoh soal ..... 36
Gambar 7 Lembar observasi S1 poin nomor 8 pertemuan pertama ..... 36
Gambar 8 Dokumentasi S1 penyelesaian latihan soal .......................... 37
Gambar 9 Dokumentasi S1 menuliskan soal untuk mereview ............. 39
Gambar 10 Dokumentasi S1 menghampiri siswa .................................. 40
Gambar 11 Lembar observasi S1 poin nomor 1 pertemuan kedua ........ 40
Gambar 12 Tujuan pembelajaran S1 pertemuan kedua.......................... 41
Gambar 13 Dokumentasi S1 latihan soal ............................................... 41
Gambar 14 Catatan lapangan S1 melanjutkan penyelesaian .................. 43
Gambar 15 Lembar observasi S1 poin nomor 5 pertemuan kedua ........ 44
Gambar 16 Lembar observasi S2 poin nomor 1 ..................................... 45
Gambar 17 Tujuan pembelajaran S2 ...................................................... 46
Gambar 18 Catatan lapangan S2 menjelaskan perbedaan tanda
pertidaksamaan dan persamaan ........................................... 47
Gambar 19 Dokumentasi S2 menjelaskan penyelesaian contoh soal ..... 48
Gambar 20 Lembar observasi S2 poin nomor 7 ..................................... 49
Gambar 21 Dokumentasi S2 mengampiri siswa .................................... 50
Gambar 22 Lembar observasi S3 poin nomor 1 ..................................... 53
Gambar 23 Tujuan pembelajaran S3 ...................................................... 53
Gambar 24 Alokasi waktu S3 ................................................................. 53
Gambar 25 Dokumentasi S3 memantau siswa saat berdiskusi .............. 54
Gambar 26 Lembar observasi S3 poin nomor 8 ..................................... 55
Gambar 27 Catatan lapangan siswa mengajari kelompok lain ............... 56
Gambar 28 Dokumentasi siswa saat presentasi ...................................... 57
Gambar 29 Dokumentasi S3 menjelaskan nilai optimum ...................... 58
Gambar 30 Jawaban Ati ..................................................................... 61
Gambar 31 Jawaban Ayu ....................................................................... 62
Gambar 32 Komentar S1 vignette kasus I .............................................. 63
Gambar 33 Komentar S1 vignette kasus II ............................................. 64
Gambar 34 Komentar S2 vignette kasus I .............................................. 66
Gambar 35 Komentar S2 vignette kasus II ............................................. 67
Gambar 36 Komentar S3 vignette I ........................................................ 69
Gambar 37 Komentar S3 vignette kasus II ............................................. 71

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Lembar Observasi ............................................................. 84
Lampiran 2 Pedoman Wawancara ........................................................ 85
Lampiran 3 Kisi-kisi Soal Vignette ...................................................... 86
Lampiran 4 Soal Vignette ..................................................................... 88
Lampiran 5 Jawaban Soal Vignette ...................................................... 89
Lampiran 6 Lembar Validasi Observasi ............................................... 91
Lampiran 7 Lembar Validasi Wawancara ............................................ 93
Lampiran 8 Lembar Validasi Soal Vignette ......................................... 95
Lampiran 9 Lembar Observasi Hasil Penelitian ................................... 97
Lampiran 10 Hasil Wawancara .............................................................. 101
Lampiran 11 Jawaban Siswa .................................................................. 107
Lampiran 12 Komentar Subjek Terhadap Jawaban Siswa ..................... 110
Lampiran 13 RPP Subjek........................................................................ 118
Lampiran 14 Catatan Lapangan .............................................................. 146
Lampiran 15 Surat Pernyataan Validasi Instrumen ................................ 152
Lampiran 16 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing .............. 154
Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Penelitian ..................................... 155
Lampiran 18 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................. 156
Lampiran 19 Kartu Bimbingan Skripsi................................................... 157

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru matematika sebagai ujung tombak dalam keberhasilan pembelajaran

matematika mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan

anak bangsa terutama dalam pelajaran matematika. Guru harus mempunyai

strategi yang tepat ketika mengajar, sehingga apa yang disampaikan oleh guru

dapat dimengerti oleh siswa. Ketika mengajar, alangkah baiknya apabila seorang

guru menggunakan metode yang bervariasi sehingga akan membuat siswa

berpartisipasi dan aktif dalam pembelajaran. Selain itu suasana belajar juga

menjadi menyenangkan karena siswa menjadi tidak terbebani dengan soal

matematika yang dianggap sulit. Jadi perlu bagi seorang guru untuk melakukan

segala sesuatu agar siswa merasa senang dengan matematika.

Kegiatan pembelajaran matematika mempunyai peran yang penting untuk

mengembangkan kemampuan dan keterampilan nalar serta membentuk sikap

peserta didik, oleh karena itu proses komunikasi yang terjadi antara guru sebagai

pengajar dan siswa sebagai pembelajar dalam pembelajaran harus berlangsung

harmonis. Kegiatan pembelajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik.

Pembelajaran yang sukses bertumpu pada karakter guru serta pengetahuan dan

ketrampilan yang dimilikinya (Danim, 2015: 7). Interaktif antara guru dan siswa

akan menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran matematika. Selain itu,

keberagaman siswa jika dilihat dari kemampuan matematikanya yang berbeda-

11
beda, membuat guru kesulitan dalam pengelolaan kelas. Oleh karena itu, guru

harus mampu menguasai kelas dan mempunyai kemampuan mengajar yang baik.

Prestasi belajar tidak lepas dari peran guru di dalam membelajarkan

materi. Kemampuan guru matematika mengorganisasikan pembelajaran,

penguasaan atas konsep-konsep yang diajarkan, dan keterkaitan materi ajar

dengan kehidupan nyata siswa adalah sebagian kecil dari hal-hal yang perlu

dimiliki oleh guru di dalam membelajarkan matematika. Guru profesional

dituntut untuk memiliki penguasaan isi bidang studi, pemahaman karakteristik

peserta didik, melakonkan pembelajaran yang mendidik, serta potensi

pengembangan profesionalisme dan kepribadian (Depdiknas dalam Mulyasa,

2013: 6).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa “kompetensi guru sebagaimana

dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi”. Terkait dengan kompetensi profesional, masih

banyak guru yang mis-matching, yang mengajar tidak sesuai dengan latar

belakang pendidikannya (Mulyasa, 2013: 11). Berdasarkan pengalaman peneliti

saat PPL di salah satu SMA yang berada di Kebumen, ada guru kimia yang

merangkap mengajar matematika. Hal ini akan menyebabkan proses

pembelajaran tidak maksimal apabila penguasaan guru terhadap materi (isi/

content) rendah. Lebih dari itu, tidak sedikit guru yang menjadikan profesinya

sebagai batu loncatan atau hanya menjadikan pekerjaan tersebut sebagai jalan

2
untuk menjadi pagawai negeri sehingga tidak menjadi panggilan moral yang

diemban secara bertanggung jawab dan profesional (Mulyasa, 2013: 11).

Tidak hanya seorang guru yang harus memiliki empat kompetensi

tersebut, tetapi mahasiswa calon guru seharusnya juga memiliki kompetensi

tersebut karena selain sudah memperoleh mata kuliah ilmu pendidikan, strategi

pembelajaran, dan mata kuliah lain yang berkaitan dengan teori dan cara

mengajar, mahasiswa calon guru juga dipersiapkan untuk menjadi guru yang

berkompeten. Windsor dan Rowland dalam Danim (2015: 31) melakukan suvei

terhadap sekelompok administrator sekolah mengenai calon guru yang mereka

inginkan. Administrator yang disurvei ternyata menghendaki calon guru yang

memiliki sifat-sifat spesifik atau ketrampilan yang merupakan ciri khas dari

seorang guru yang efektif. Dalam buku ini disebutkan 20 karakteristik calon guru

yang dikehendaki oleh administrator sekolah di Amerika Serikat. Berdasarkan

karakteristik tersebut, memuat kriteria calon guru yang memiliki PCK tinggi.

Tinggi atau rendahnya PCK calon guru dapat dilihat dari bagaimana cara dia

mengajar dan sejauh apa penguasaan mengenai konsep yang akan diajarkan.

Berdasarkan observasi peneliti pada mata kuliah Telaah Matematika SMP

semester IV tahun 2016 di program studi pendidikan matematika Universitas

Muhammadiyah Purworejo, dengan salah satu dosen yang mewajibkan masing-

masing mahasiswa harus menyampaikan materi SMP yang telah ditelaah

sebelumnya, mahasiswa calon guru seringkali kurang menguasai materi yang

akan mereka sampaikan, sehingga menyebabkan mereka kesulitan untuk

mentransformasikan informasi yang ada dalam konsep tersebut. Oleh karena itu,

3
calon guru harus dapat mengintegrasikan kompetensi pedagogik dengan

kompetensi profesional yang disebut dengan Pedagogical Content Knowledge

(PCK). Menurut Shulman (2011: 9) PCK merupakan perpaduan antara content

knowledge dan pedagogical knowledge. PCK memuat bagaimana calon guru

mampu melakukan organisasi konten materi atau subjek sehingga mudah

diajarkan dan dapat diterima oleh siswa. Hasil beberapa penelitian dikemukakan

bahwa PCK merupakan pengetahuan yang sangat penting dan harus dimiliki oleh

seorang guru maupun calon guru karena mahasiswa calon guru dituntut untuk

menjadi guru yang bermutu dan berkinerja tinggi guna menghadapi persaingan

yang sangat ketat. Eksplorasi PCK pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Loughran dkk (2006: 17)

melalui analisis elemen CoRe (Content Representations) dan PaP-eRs

(Pedagogical and Professional-experience Repertoires) ditambah dengan

instrumen yang dikembangkan oleh Maryono dkk (2016: 53) yaitu Vignette.

PCK penting untuk diteliti karena penggunaannya merupakan tantangan

agar calon guru merasakan pentingnya mengetahui tips dan trik tentang

bagaimana mengajarkan dan menganalisis suatu konten. Kemampuan PCK calon

guru menentukan keberhasilan pendidikan dan peningkatan mutu para guru.

Kurikulum S1 Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

terdapat mata kuliah yang memberikan kesempatan kepada para mahasiswa calon

guru untuk praktek mengajar yaitu mata kuliah pembelajaran mikro yang

ditempuh pada semester VI. Dalam kegiatan pembelajaran mikro, mahasiswa

calon guru matematika dilatih untuk mengajar. Karena sudah mendapatkan mata

4
kuliah pembelajaran mikro tentunya mahasiswa calon guru matematika semester

IV sudah mempunyai gambaran untuk mengajar di kelas. Untuk itu peneliti ingin

mengetahui bagaimana PCK mahasiswa calon guru matematika semester IV

ketika mengajar di kelas.

B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini diarahkan pada Pedagogical Content Knowledge

mahasiswa calon guru matematika semester IV Universitas Muhammadiyah

Purworejo tahun pelajaran 2017 melalui CoRe ,PaP-eRs, dan Vignette.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu: bagaimana Pedagogical Content Knowledge mahasiswa calon

guru matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo tahun pelajaran 2017

dilihat dari CoRe, PaP-eRs, dan Vignette?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Pedagogical

Content Knowledge mahasiswa calon guru matematika Universitas

Muhammadiyah Purworejo tahun pelajaran 2017 dilihat dari CoRe, PaP-eRs dan

Vignette.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, terutama bagi

calon guru matematika untuk dijadikan pemikiran, pembelajaran, saran, dan

5
bahan pertimbangan agar bisa menjadi guru matematika yang berkompeten.

Selain itu, bagi program studi pendidikan matematika penelitian ini dapat

mengetahui kemampuan PCK mahasiswanya dan selanjutnya dapat digunakan

untuk mempertimbangkan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan.

6
BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori
1. Pedagogical Content Knowledge
Istilah Pedagogical Content Knowledge (PCK) pertama kali

dikemukakan oleh Shulman pada tahun 1986 di dalam tulisan yang berjudul

“Those Who Understand: Knowledge Growth in Teaching” yang dimuat

dalam American Educational Research Assosiation. Beberapa ilmuwan

menguraikan tentang content knowledge, pedagocal knowledge, dan

pedagogical content knowledge.

1.1 Content Knowledge


Menurut Shulman (2011: 9) “Content Knowledge. This refers to

the amount and organization of knowledge per se in the mind of the

teacher”. Uraian tersebut menjelaskan content knowledge merupakan

pengetahuan suatu ilmu yang mencakup aspek subtantif dan sintatik

yang dimiliki oleh guru. Koehler dkk (2013: 3) menyatakan “Content

Knowledge refers to the knowledge or specific nature of a discipline or

subject matter”. Content knowledge merupakan pengetahuan atau sifat

spesifik dari materi atau subjek. Menurut Purwianingsih dkk (2010: 88)

pengetahuan konten mengharapkan guru dapat menghubungan dan

melihat hubungan antar konsep. Dengan demikian, dapat dipahami

bahwa content knowledge merupakan pengetahuan tentang subjek atau

materi yang dimiliki oleh guru.

77
Definisi mengenai content knowledge yang telah dikemukakan

di atas sesuai dengan definisi kompetensi professional yang terdapat

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat 7,

yaitu:

“Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya
yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan:
a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan
standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni
yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau
koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Karahasan dalam Maryono dkk (2016: 52) mendeskripsikan


content knowledge dengan kriteria sebagai berikut.

Komponen Level 0 Level 1 Level 2


 tidak dapat  mengung-  mengungkap-
mengung- kapkan kan definisi
kapkan definisi dengan benar
definisi dengan  menggunakan
dengan benar benar notasi yang
 tidak dapat  menggu- tepat secara
mengguna- nakan notasi masuk akal
kan notasi yang tepat  menggunakan
yang tepat secara semua jenis
secara masuk masuk akal pertanyaan
akal  masih (deklaratif,
Content  hanya mengguna- prosedural,
Knowledge mengguna- kan dan bersyarat)
kan pertanyaan di posisi yang
pertanyaan deklaratif tepat
deklaratif dan/ atau  menafsirkan
dan/ atau prosedural dan

8
prosedural  menafsirkan menggunakan
 tidak dapat dan representasi
menafsirkan mengguna- grafis dan
dan kan representasi
mengguna- representasi lainnya secara
kan grafis dan masuk akal
representasi representasi  melihat
yang berbeda lainnya hubungan
dengan  melihat beberapa
mudah hubungan topik/ subunit
 mengalami beberapa dan dapat
kesulitan saat topik/ memindahkan
melihat subunit diantara
hubungan beberapa
antara topik/ subunit
berbagai dengan lancar
topik/ subunit

Kemudian peneliti mereduksi kriteria content knowledge tersebut


menjadi sebagai berikut.

Komponen Level 0 Level 1 Level 2


 tidak dapat  mengung-  mengungkap-
mengungkap- kapkan kan definisi
kan definisi definisi dengan benar
dengan benar dengan  menggunakan
 tidak dapat benar notasi yang
menggunakan  menggu- tepat secara
notasi yang nakan notasi masuk akal
tepat secara yang tepat  menafsirkan
masuk akal secara dan
 tidak dapat masuk akal menggunakan
menafsirkan  menafsirkan representasi
Content dan mengguna- dan grafis dan
Knowledge kan menggunaka representasi
representasi n represen- lainnya secara
yang berbeda tasi grafis masuk akal
dengan mudah dan  melihat
 mengalami representasi hubungan
kesulitan saat lainnya beberapa

9
melihat  melihat topik/ subunit
hubungan hubungan dan dapat
antara berbagai beberapa memindahkan
topik/ subunit topik/ diantara
subunit beberapa
topik/ subunit
dengan lancar

1.2 Pedagogical Knowledge


Shulman (2011: 9) mengungkapkan bahwa pedagogical

knowledge yaitu:

“A second kind of content knowledge is pedagogical knowledge,


which goes beyond knowledge of subject matter per se to the
dimension of subject matter knowledge for teaching. I
still speak of content knowledge here,but of the particular form
of content knowledge that embodies the aspects of content most
germane to its teachability.”

Pernyataan tersebut menyatakan bahwa jenis kedua mengenai content

knowledge adalah pedagogical knowledge, yang mencakup pengetahuan

tentang materi pelajaran untuk mengajar. Di sini saya masih berbicara

tentang content knowledge, tetapi bentuk tertentu dari content

knowledge yang mewujudkan aspek konten yang paling erat dengan

kemampuan mengajarnya. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk dapat

mengajarkan suatu materi pelajaran tertentu dengan baik, seseorang

tidak cukup hanya mempelajari disiplin ilmu yang akan diajarkan,

melainkan juga mempelajari metode-metode pembelajaran tertentu.

Koehler dkk (2013: 3-4) menguraikan pedagogical knowledge,

yaitu:

10
“Pedagogical Knowledge describes the general purpose
knowledge unique to teaching. It is the set of skills that teachers
must develop in order to manage and organize teaching and
learning activities for intended learning outcomes.”

Pedagogical knowledge merupakan tujuan umum untuk mengajar

secara unik. Ini merupakan ketrampilan guru yang harus dikembangkan

untuk mengelola dan mengatur aktifitas belajar dan mengajar demi

tercapainya hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Danim (2015: 47) konsep paling tradisional dari

pedagogi bermakna suatu studi tentang bagaimana menjadi guru. Lebih

khusus lagi, awalnya kata pedagogi bermakna cara seorang guru

mengajar atau seni mengajar (the art of teaching). Belakangan istilah

pedagogi secara umum diberi makna lebih luas, yaitu merujuk pada

strategi pembelajaran, dengan titik tekan pada gaya guru dalam

mengajar. Rasyidin (2014: 1) menyatakan bahwa pedagogik sebagai

ilmu pengetahuan ialah ilmu mendidik atau ilmu pendidikan tentang

anak atau mengenai pendidikan anak dan manusia muda. Pengetahuan

pedagogi mengharapkan guru menguasai cara-cara yang dapat

membantu siswa belajar tentang problem sains (Purwianingsih dkk,

2010: 88). Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa pedagogical knowledge merupakan cara atau strategi guru dalam

mengajarkan suatu subjek atau materi.

Dari uraian di atas, pengertian pedagogical knowledge sesuai

dengan kompetensi pedagogik yang terdapat pada Peraturan Pemerintah

Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat 4, yaitu:

11
“Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
b. pemahaman terhadap peserta didik;
c. pengembangan kurikulum atau silabus;
d. perancangan pembelajaran;
e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
f. pemanfaatan teknologi pembelajaran;
g. evaluasi hasil belajar; dan
h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.

Dari uraian pengertian kompetensi pedagogik di atas,

dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil beberapa poin

untuk diteliti yaitu:

a. pemahaman terhadap peserta didik;

b. perancangan pembelajaran;

c. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

dan

d. evaluasi hasil belajar.

1.3 Pedagogical Content Knowledge (PCK)


Shulman dalam Turnuklu & Yesildere (2007: 2) menyatakan

bahwa PCK meliputi:

“the ways of representing and formulating the subject that make


it comprehensible to others‟… „an understanding of what makes
the learning of specific topics easy or difficult;”

PCK adalah cara untuk merepresentasikan dan merumuskan suatu

subjek atau materi sehingga subjek atau materi tersebut dapat dipahami

12
secara menyeluruh. Suatu pemahaman tentang apa yang membuat

pembelajaran topik tertentu mudah atau sulit.

Menurut Loughran dkk (2006: 7) pengertian PCK sebagai

berikut:

“Pedagogical content knowledge (PCK) is an academic


construct that represents an intriguing idea. It is an idea rooted
in the belief that teaching requires considerably more than
delivering subject content knowledge to students, and that
student learning is considerably more than absorbing
information for later accurate regurgitation. PCK is the
knowledge that teachers develop over time, and through
experience, about how to teach particular content in particular
ways in order to lead to enhanced student understanding.
However, PCK is not a single entity that is the same for all
teachers of a given subject area; it is a particular expertise with
individual idiosyncrasies and important differences that are
influenced by (at least) the teaching context, content, and
experience.”

Maksud pernyataan di atas adalah PCK merupakan suatu konstruksi

akademik yang menggambarkan suatu ide yang dapat membangkitkan

minat untuk mempelajari sesuatu. PCK adalah pengetahuan yang

dikembangkan oleh guru dari waktu ke waktu dan melalui pengalaman

tentang bagaimana mengajarkan konten tertentu dengan cara tertentu

untuk meningkatkan pemahaman siswa. PCK dari seorang guru bisa

sama dengan guru lain, tetapi juga bisa berbeda. Hal ini dipengaruhi

oleh konteks mengajar, penguasaan konten dan pengalaman guru.

Menurut Hadiyanti (2014: 1) Pedagogical Content Knowledge

(PCK) merupakan perpaduan kemampuan khusus dari pengetahuan

konten dan pedagogik yang terbentuk seiring dengan waktu dan

bertambahnya pengalaman mengajar. PCK telah diterima sebagai

13
konstruk akademik yang menghubungkan beberapa variabel dengan

pengetahuan profesional dasar guru. Konstruk akademik PCK

merupakan pengenal bahwa mengajar bukan hanyalah sekedar transfer

pengetahuan dan keterampilan dari keterampilan dari guru ke peserta

didik, akan tetapi lebih kompleks dari itu karena mencakup aktivitas

yang kompleks dan membutuhkan berbagai keputusan dan tanggapan

akan kebutuhan belajar peserta didik. Dengan demikian PCK adalah

kemampuan guru dalam mengajarkan materi tertentu secara spesifik

demi tercapainya pemahaman siswa.

2. Content Representation (CoRe) dan Pedagogical and Professional-


experience Repertoires (PaP-eRs)
Loughran, dkk dalam bukunya yang berjudul Understanding and

Developing Science Teachers‟ Pedagogical Content Knowledge

menyebutkan dua elemen untuk mengeksplorasi dan menginterpretasikan

PCK yaitu menggunakan CoRe dan PaP-eRs. Sinergi antara CoRe dan PaP-

eRs ini dinamakan Resource Folio. Berikut akan diuraikan mengenai CoRe

dan PaP-eRs.

a. Content Representation (CoRe)


Loughran dkk (2006: 17) menyatakan bahwa CoRe adalah cara

pandang guru yang berisi uraian konsep-konsep penting dalam

mengajarkan suatu topik tertentu. CoRe merupakan suatu tabel yang

merepresentasikan pemahaman materi guru pada topik tertentu (Bertram,

14
2014: 293). Berikut uraian CoRe yang dikembangkan oleh Loughran dkk

(2006: 17-19).

1. Apa tujuan Anda dalam mengajarkan ide ini kepada siswa.


2. Mengapa ide ini penting untuk diajarkan kepada siswa.
3. Adakah materi lain yang Anda ketahui tentang ide ini (tetapi
belum saatnya untuk diajarkan kepada siswa).
4. Kesulitan atau kendala dalam mengajarkan ide ini.
5. Pengetahuan tentang cara berpikir siswa yang mempengaruhi
cara mengajar Anda tentang ide ini.
6. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi cara mengajar Anda.
7. Metode pembelajaran yang digunakan (alasan tertentu
menggunakan metode tersebut)
8. Cara spesifik yang dilakukan untuk mengetahui pemahaman
siswa tentang ide ini.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa CoRe merupakan cara

pandang dan strategi guru dalam mengajarkan materi tertentu. Dari uraian

CoRe yang dikembangkan oleh Loughran, dkk tersebut untuk keperluan

penelitian, peneliti mengembangkan CoRe menjadi sebagai berikut.

CoRe I

1. Apa kesulitan Anda dalam mengajarkan materi ini kepada siswa?

2. Strategi apa yang Anda gunakan dalam mengajarkan materi ini

kepada siswa dan mengapa Anda menggunakan strategi tersebut?

3. Dengan strategi ini apakah Anda dapat mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa, kesulitan siswa mengenai materi ini, serta

miskonsepsinya?

4. Setelah strategi ini diterapkan apa kelebihan dan kelemahannya?

5. Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dan

miskonsepsinya?

15
Maryati (2014) mengembangkan CoRe menjadi sebagai berikut.
Tahapan Komponen
Memiliki tujuan pembelajaran (goals) yang jelas,
sesuai dengan kurikulum dan mudah
Memiliki objectives yang mudah dicapai dan dapat
diukur
Memiliki pengetahuan terhadap konten materi yang
akan dibelajarkan dan saling keterhubungannya
Perencanaan Memiliki pengetahuan awal siswa terhadap materi
yang akan dibelajarkan, termasuk miskonsepsinya
Mengetahui strategi yang dapat mengatasi
miskonsepsi siswa
Memahami kesulitan siswa dalam memahami materi
yang akan dibelajarkan
Mengetahui strategi dalam mengatasi kesulitan siswa
Penyampaian tujuan pembelajaran
Menerapkan strategi pembelajaran yang mendukung
ketecapaian tujuan pembelajaran
Penggunaan pertanyaan untuk menyelidiki
pemahaman siswa terhadap konten materi IPA yang
sedang dipelajari
Implementasi Menyampaikan pertanyaan dalam menyelidiki
miskonsepsi siswa
Menerapkan strategi pembelajaran untuk mengatasi
miskonsepsi siswa
Menyampaikan pertanyaan untuk menyelidiki
kesulitan belajar siswa
Menerapkan strategi pembelajaran untuk mengatasi
kesulitan siswa
Mengintegrasikan materi pelajaran dengan materi
lain yang dapat mendukung pemahaman siswa
Memperhatikan pemahaman siswa, termasuk
miskonsepsi dan kesulitan yang dialami siswa
Refleksi Mengetahui kekuatan dan kelemahan strategi
pembelajaran yang telah diterapkan
Mencari strategi baru untuk mengatasi pemahaman
siswa

Berdasarkan CoRe yang dikembangkan oleh Maryati tersebut, peneliti

mereduksi CoRe menjadi sebagai berikut.

16
CoRe II

1. Penyampaian tujuan pembelajaran

2. Memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, sesuai dengan

kurikulum

3. Memiliki pengetahuan terhadap konten materi yang akan

dibelajarkan

4. Menerapkan strategi pembelajaran yang mendukung ketecapaian

tujuan pembelajaran

5. Menyampaikan pertanyaan dalam menyelidiki miskonsepsi siswa

6. Menerapkan strategi pembelajaran untuk mengatasi miskonsepsi

siswa

7. Menyampaikan pertanyaan dalam menyelidiki kesulitan siswa

8. Menerapkan strategi pembelajaran untuk mengatasi kesulitan

siswa

9. Mengintegrasikan materi pelajaran dengan materi lain yang dapat

mendukung pemahaman siswa

b. Pedagogical and Professional-experience Repertoires (PaP-eRs)


Loughran dkk (2006: 19) menyatakan bahwa PaP-eRs adalah

suatu narasi PCK seorang guru yang menekankan pada bagian tertentu

atau aspek suatu materi pembelajaran yang akan disampaikan. Jadi PaP-

eRs merupakan implementasi pemikiran guru berdasarkan aspek pada

CoRe dalam mengajarkan aspek spesifik mengenai materi tertentu.

17
B. Tinjauan Pustaka
Dalam bagian ini memuat kajian terdahulu yang dijadikan tinjauan dan

relevan terkait judul penelitian. Maka dari itu, peneliti mengambil beberapa

penelitian terdahulu untuk dijadikan tinjauan.

Maryono dkk (2016) dengan judul Portraying Pedagogical Content

Knowledge (PCK) of Novice Mathematics Teachers Using Vignette. Penelitian

yang dilakukan oleh Maryono, dkk yaitu meneliti PCK guru matematika pemula

menggunakan instrumen Vignette dan wawancara pada materi sistem persamaan

linear dua variabel. Penelitian ini mengambil dua subjek yaitu, subjek 1 (S1)

merupakan guru yang mempunyai pengalaman mengajar tiga tahun dengan

bersertifikan PPG, dan subjek 2 (S2) merupakan guru yang mempunyai

pengalaman mengajar tiga tahun tanpa bersertifikat PPG. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa subjek 1 berdasarkan pengetahuan tentang mengajar,

pengetahuan tentang siswa, dan pengetahuan konten berada pada level 1.

Sedangkan subjek 2 berdasarkan pengetahuan tentang mengajar dan pengetahuan

tentang siswa berada pada level 2, sedangkan pengetahuan konten berada pada

level 1. Faktor yang mempengaruhi PCK guru meliputi pengalaman mengajar,

latar belakang pendidikan, pelatihan yang diikuti, dan lingkungan dimana ia

mengajar. Kontribusi penelitian yang dilakukan oleh Maryono dkk pada

penelitian ini yaitu Vignette dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur PCK.

Paristiowati dkk (2016) dengan judul Pengembangan Pedagogical

Content Knowledge (PCK) Calon Guru Kimia Menggunakan Content

Representation (CoRe) Framework dan Pedadogical and Professional-

Experience Repertoires (PaP-eRs) pada Pembelajaran Larutan Penyangga dan

18
Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks). Pelitian yang dilakukan oleh Paristiowati,

dkk yaitu mengembangkan PCK calon guru kimia menggunakan CoRe dan PaP-

eRs pada materi larutan penyangga dan reaksi redoks. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa calon guru dapat mengembangkan PCK dengan baik dilihat

dari hasil rubrik PCK yang telah diobservasi oleh guru yang berpengalaman dan

rekan calon guru. Penggunaan CoRe dan PaP-eRs sangat disarankan untuk

pengembangan PCK calon guru. Selain itu, CoRe dan PaP-eRs membuat calon

guru lebih siap untuk mengajarkan suatu materi dari segi konten maupun cara

mengajarkannya. Kontribusi penelitian yang dilakukan Paristiowati, dkk pada

penelitian ini yaitu ternyata penggunaan CoRe dan PaP-eRs dapat digunakan

sebagai rubrik untuk mengembangkan PCK calon guru kimia.

Turnuklu & Yesildere (2007) yang berjudul The Pedagogical Content

Knowledge in Mathematics: Preservice Primary Mathematics Teachers‟

Perspectives in Turkey. Penelitian yang dilakukan oleh Trunuklu, dkk yaitu

meneliti PCK calon guru matematika di Turki. Subjek penelitian ini adalah 45

calon guru dengan empat soal open ended. Respon calon guru dianalisis

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Menurut penelitian ini, ditemukan

bahwa memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan matematika

saja tidak cukup untuk mengajar matematika. Temuan ini menunjukkan

hubungan antara pengetahuan matematika dan pengetahuan untuk mengajarkan

matematika. Jadi disarankan untuk calon guru matematika seharusnya dapat

menggabungkan kedua aspek tersebut. Kontribusi penelitian yang dilakukan oleh

Turnuklu & Yesildere pada penelitian ini yaitu, PCK calon guru memang sangat

19
penting untuk diteliti karena yang mempunyai pengetahuan konten tinggi belum

tentu pengetahuan pedagogiknya juga tinggi.

C. Kerangka Berpikir
Mahasiswa program studi pendidikan matematika Universitas

Muhammadiyah Purworejo merupakan mahasiswa yang dilatih untuk menjadi

seorang guru yang profesional. Guru profesional merupakan guru yang

mempunyai PCK tinggi. Untuk mengetahui PCK mahasiswa calon guru

matematika dapat dilihat saat mahasiswa calon guru matematika praktek

mengajar di kelas. Karena pada saat mahasiswa calon guru matematika mengajar

di kelas akan terlihat bagaimana mahasiswa calon guru ketika mengajarkan suatu

konten pada siswa. Pada penelitian ini, PCK mahasiswa akan direpresentasikan

melalui CoRe, PaP-eRs, dan Vignette. CoRe dilakukan dengan cara observasi dan

wawancara kepada mahasiswa calon guru, kemudian disusun dalam bentuk

narasi yaitu PaP-eRs. Vignette dilakukan dengan memberikan jawaban siswa

mengenai penyelesaian suatu soal kepada mahasiswa calon guru matematika

untuk kemudian dikomentari oleh mahasiswa calon guru matematika tersebut

bagaimana jawaban siswa yang telah diberikan, apakah sudah benar atau belum

dan jika belum harusnya bagaimana. Setelah analisis melalui CoRe, PaP-eRs, dan

Vignette maka dapat dilihat bagaimana potret PCK mahasiswa calon guru

matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo.

20
Mahasiswa calon guru
matematika

Mengajar di kelas
PCK

CoRe dan PaP- Vignett


eRs e

Potret PCK mahasiswa calon


guru matematika

Keterangan:

: Melakukan kegiatan pembelajaran

: Mahasiswa calon guru diteliti tentang PCK-nya

: Pengukuran PCK melalui CoRe, PaP-eRs, dan Vignette.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Multimedia PGRI Buluspesantren

Tahun Ajaran 2017 yang beralamat di Jalan Kejayan, Desa Bocor,

Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen.

2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan yang dimulai

dengan persiapan sampai penulisan laporan penelitian dari bulan Oktober

2016 sampai bulan Juli 2017 dengan rincian waktu penelitian sebagai berikut.

a. Penyusunan proposal : Oktober 2016 – April 2017

b. Penyusunan instrumen : Maret – Mei 2017

c. Pelaksanaan penelitian : Mei 2017

d. Pengolahan dan analisis data : Mei – Juni 2017

e. Pelaporan : Juni – Juli 2017

B. Jenis Penelitian

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi (Sugiyono, 2015: 9). Penelitian ini diharapkan dapat

mengetahui lebih jauh tentang PCK mahasiswa calon guru matematika

22
22
Universitas Muhammadiyah Purworejo. Data yang diperoleh dari observasi,

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi kemudian dideskripsikan untuk

menghasilkan gambaran rinci mengenai PCK mahasiswa calon guru matematika.

Dengan metode ini peneliti dapat berhubungan langsung dengan subjek

penelitian untuk menggali data secara menyeluruh dan mendalam, yang

kemudian akan dianalisis untuk dilihat PCK-nya. Melalui metode ini pula data

yang diperoleh dapat diuraikan, dikaji, dan disajikan apa adanya.

C. Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang

maksimum, bukan untuk digeneralisasikan (Sugiyono, 2015: 219). Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling sebagai berikut:

a. purposive sampling dengan sasaran mahasiswa calon guru matematika

Universitas Muhammadiyah Purworejo yang mempunyai indeks prestasi

kumulatif lebih dari 3.00 untuk dijadikan subjek. Peneliti memilih mahasiswa

dengan indeks prestasi kumulatif lebih dari 3.00 karena secara umum indeks

prestasi 3.00 merupakan indeks prestasi dengan kategori baik, berarti

mahasiswa paling tidak sudah dapat menyelesaikan berbagai mata kuliah

dengan nilai baik. Selanjutnya mahasiswa dengan indeks prestasi berkategori

baik itu akan diteliti bagaimana PCK-nya.

b. snowball sampling yaitu ketika subjek yang diteliti belum dirasa cukup dalam

memberikan informasi, maka peneliti mengambil subjek lagi sebagai sumber

informasi.

23
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2015: 224). Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut.

a. Observasi

Pada saat observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi

yaitu CoRe II. Kegiatan di kelas direkam menggunakan handycam agar

peneliti dapat mengamati mahasiswa calon guru ketika mengajar di kelas

secara berulang-ulang untuk dianalisis.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2015: 231). Wawancara pada

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yaitu

CoRe I, dan menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur

adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dan sejumlah subjek yang

representatif ditanyai dengan pertanyaan yang sama (Moleong, 2016: 190).

Wawancara direkam dengan media audio sehingga peneliti bisa

mendengarkan hasil wawancara berulang-ulang untuk keperluan analisis data.

24
c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini berisi tentang segala sesuatu yang terjadi

sebelum, saat, dan setelah proses observasi berlangsung. Karena tidak

mungkin peneliti hanya mengandalkan ingatan. Catatan lapangan ini

kemudian disusun dan di analisis kembali setelah peneliti selesai melakukan

observasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini ada dua macam yaitu instrumen utama dan

instrumen bantu. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri yang

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih subjek sebagai sumber

informasi, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Instrumen bantu pada penelitian ini yaitu:

1. CoRe

Pada penelitian ini terdiri dari dua macam CoRe. CoRe I berisi tentang

pedoman wawancara dan CoRe II berisi tentang pedoman observasi.

Mahasiswa yang telah terpilih sebagai subjek berdasarkan pre test, kemudian

diobservasi menggunakan pedoman observasi yaitu CoRe II dan diwawancara

menggunakan CoRe I.

2. Vignette

Vignette digunakan untuk mengetahui aspek content knowledge yang

dimiliki oleh subjek yaitu mahasiswa calon guru matematika. Jika hanya

mengandalkan observasi pada saat mahasiswa mengajar saja tidak diketahui

25
secara mendetail mengenai content knowledge yang dimiliki subjek, Oleh

karena itu diperlukan instrumen vignette. Vignette ini berisi tentang soal yang

harus diselesaikan oleh siswa, kemudian jawaban siswa tersebut dikomentari

oleh subjek untuk selanjutnya komentar subjek tersebut dianalisis oleh

peneliti. Hasil analisis disusun sesuai dengan kriteria level yang dikemukakan

oleh Karahasan dalam Maryono (2016: 52) yang telah direduksi.

F. Teknis Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan model Miles dan

Huberman. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus, hingga datanya jenuh (Miles dan Huberman

dalam Sugiyono, 2015: 246). Analisis data model ini terdiri atas:

a. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono,

2015: 247). Pada reduksi data ini, peneliti menggunakan metode triangulasi.

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada (Sugiyono, 2015: 241). Tujuan triangulasi pada penelitian ini

adalah meningkatkan kepercayaan peneliti dan mendapatkan pamahaman

lebih jauh tentang subjek yang diteliti.

26
b. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya (Sugiyono, 2015: 249).

c. Kesimpulan/ verifikasi
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2015: 253).

G. Keabsahan Data

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalan penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck (Sugiyono, 2015: 270).

2. Uji Dependability

Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian (Sugiyono, 2015:

277).

27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data dan Analisis Data

Data diperoleh dari observasi (CoRe II), wawancara (CoRe I), Vignette,

dokumentasi, dan catatan lapangan dari 4 subjek yang merupakan mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Purworejo. Pengambilan data dari subjek penelitian

dihentikan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh sudah jenuh yaitu

apabila ketika peneliti menambah subjek lagi maka data yang diperoleh cenderung

sama atau bahkan tetap. Kemudian dari keempat subjek tersebut peneliti mengambil

3 subjek untuk dianalisis.

1. Pedagogical Knowledge

Untuk menganalisis pedagogical knowledge yang dimiliki oleh masing-

masing subjek, peneliti melakukan reduksi data dari hasil observasi, wawancara,

catatan lapangan, dokumentasi foto, pengamatan dokumentasi video secara

berulang-ulang, dan PaP-eRs.

a. Subjek 1

Pertemuan Pertama

Pada awal kegiatan pembelajaran subjek 1 mengucapkan salam

kepada siswa, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a.

Kemudian subjek 1 memperkenalkan diri pada siswa. Setelah perkenalan

dengan durasi waktu kurang lebih 7 menit, subjek 1 menyampaikan tujuan

pembelajaran secara lengkap seperti yang tertulis di RPP. Tujuan

28

28
pembelajaran ini sudah sesuai dengan kurikulum yaitu menentukan

penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dua variabel. Hal ini ditunjukkan

dengan data hasil observasi sebagai berikut.

Gambar 1. Pedoman observasi S1 poin nomor 1 pertemuan pertama

Sebelum memulai untuk membahas materi tersebut, subjek 1

menanyakan apakah siswa masih mengingat sistem pertidaksamaan linier

dua variabel atau tidak. Semua siswa menjawab sudah lupa. Kemudian

subjek 1 memulai pembelajaran dengan mengintegrasikan materi pelajaran

dengan materi tentang persamaan garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa

subjek 1 mengintegrasikan materi pelajaran dengan materi lain yang dapat

mendukung pemahaman siswa. Seperti yang tampak pada lembar observasi

poin nomor 9 sebagai berikut.

Gambar 2. Pedoman observasi S1 poin nomor 9 pertemuan pertama

Subjek 1 menuliskan berbagai persamaan garis lurus di papan tulis

secara lengkap dan kemudian dijelaskan pada siswa. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam menyampaikan materi, subjek 1 menggunakan strategi

ekspositori. Data hasil wawancara menunjukkan bahwa strategi yang

digunakan oleh subjek 1 menggunakan strategi ekspositori. Hasil

wawancara tersebut sebagai berikut.

29
Peneliti : “Strategi apa yang kamu gunakan dalam mengajarkan
materi ini kepada siswa?”
Subjek 1 : “Strategi atau modelnya saya menggunakan
ekspositori”
Peneliti : “Kenapa kok pakai ekspositori?”
Subjek 1 : “Karena yang pas memang menggunakan itu”.
“Dalam ekspositori itu kan ceramah dan bertanya,
karena kalau hanya ceramah saja itu tidak mungkin,
nanti siswanya bisa mengantuk dan siswa juga tidak
paham”.
Peneliti : “Apakah dalam strategi ekspositori hanya ada ceramah
dan bertanya saja?”
Subjek 1 : “Ekspositori itu ceramah, bertanya, sama penugasan
kayaknya mbak.”
Peneliti : “Kayaknya? “
“Yakin tidak?”
Subjek 1 : “Ya yang saya tahu itu mbak.”

Dari hasil wawancara tersebut, subjek 1 menggunakan strategi ekspositori

dengan alasan bahwa untuk menyampaikan materi program linier memang

cocok menggunakan strategi tersebut, karena dalam strategi tersebut tidak

hanya ceramah, tetapi juga dengan bertanya. Subjek 1 juga menambahkan

bahwa dalam strategi ekspositori tersebut memuat ceramah, bertanya, dan

penugasan. Ketiga langkah tersebut subjek 1 lakukan dalam pembelajaran

sesuai dengan RPP yang disusun.

Setelah mengintegrasikan materi pelajaran dengan materi tentang

persamaan garis lurus, subjek 1 memberikan latihan soal mengenai

persamaan garis lurus dan siswa diberi waktu untuk mengerjakan soal

tersebut. Ketika siswa sedang mengerjakan latihan soal, subjek 1 memantau

siswa dengan menghampiri siswa satu persatu untuk mengecek jawaban

30
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan data hasil observasi poin nomor 6 sebagai

berikut.

Gambar 3. Pedoman observasi S1 poin nomor 6 pertemuan pertama

Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa subjek menghampiri siswa

satu persatu saat siswa mengerjakan latihan soal untuk mengatasi

miskonsepsi siswa.

Dalam kegiatan pembelajaran tersebut siswa terlihat cukup aktif.

Hal ini ditunjukkan pada saat siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan

penyelesaian dari soal yang diberikan, salah satu siswa langsung ada yang

maju meskipun saat mengerjakan di depan siswa tersebut terlihat masih

bingung dan akhirnya tidak selesai dalam mengerjakan penyelesaiannya.

Kemudian subjek 1 yang melanjutkan menuliskan penyelesaian dari soal

tersebut dan menjelaskannya kepada siswa. Setelah selesai menjelaskan,

subjek 1 memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat dan

bertanya jika ada hal yang belum jelas atau membingungkan. Tetapi siswa

tidak ada yang bertanya. Menurut subjek 1, dengan memberikan pertanyaan

kepada siswa apakah sudah paham atau belum, subjek 1 bisa mengetahui

sejauh mana pemahaman siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

wawancara peneliti dengan subjek 1 sebagai berikut.

Peneliti : “Dengan strategi ekspositori ini apakah kamu bisa


mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, kesulitan
siswa mengenai materi ini, serta miskonsepsinya?

31
Subjek 1 : “Emm…bisa sih, tadi kan kalau misal saya bertanya
kepada siswa saya bisa tahu siswa itu sudah paham atau
belum dengan materi yang saya sampaikan”.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan

strategi ekspositori subjek 1 dapat mengetahui sejauh mana pemahaman

siswa, kesulitan siswa mengenai materi yang disampaikan, serta

miskonsepsinya dengan cara bertanya kepada siswa. Padahal jika dilihat dari

kegiatan pembelajaran yang berlangsung, ketika subjek 1 bertanya pada

siswa apakah ada hal yang belum jelas, siswa cenderung diam dan tidak ada

yang bertanya. Sehingga jika hanya dengan bertanya dan dengan kondisi

siswa hanya diam dan tidak ada yang bertanya, kita tidak tahu apakah siswa

sudah paham atau belum. Tetapi untuk mengetahui pemahaman siswa,

kesulitan siswa, serta miskonsepsinya sebenarnya subjek 1 bisa mengetahui

ketika subjek 1 menghampiri masing-masing siswa saat siswa mengerjakan

latihan soal.

Setelah itu, karena siswa tidak ada yang bertanya, subjek 1

melanjutkan materi masuk pada program linier. Subjek 1 menuliskan di

papan tulis hal-hal yang akan dipelajari dalam program linier yaitu membuat

model matematika, menentukan daerah himpunan penyeleaian, dan

menentukan nilai optimum (memaksimumkan atau meminimalkan).

Masing-masing poin tersebut dijelaskan secara singkat oleh subjek 1.

Kemudian subjek 1 menjelaskan mengenai perbedaan antara SPLDV dan

PtLDV serta memberikan contohnya, tetapi tidak dijelaskan bagaimana

menentukan penyelesaiannya. Hasil wawancara peneliti dengan subjek 1

32
menunjukkan bahwa subjek 1 memang tidak menyampaikan penyelesaian

dari sistem pertidaksamaan linier dua variabel. Wawancara tersebut sebagai

berikut.

Peneliti : “Untuk review tadi, yang pertama kamu sampaikan itu


kan persamaan garis ya? Itu apa hubungannya dengan
program linear?”
Subjek 1 : “Kalau prolin kan kita nanti akan membentuk
persamaan garis, persamaan garis itu akan membentuk
Daerah Himpunan Penyelesaian (DHP)”.
Peneliti : “Tetapi tadi yang disampaikan hanya persamaan
garisnya saja ya? Tidak menentukan DHP?”
Subjek 1 : “Oh iya tadi masih kurang mbak..hehe”.
Peneliti : “Kenapa?”
“Padahal di RPP pertemuan pertama kan kamu nulisnya
juga ada materi menentukan DHPnya?”
Subjek 1 “Iya mbak tadi lupa.”

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa subjek 1 memang tidak

membahas mengenai penyelesaian pertidaksamaan linier dua variabel

dikarenakan lupa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyampaian materi,

subjek 1 kurang menguasai materi yang akan disampaikan. Padahal materi

yang paling penting sebelum masuk pada program linier adalah tentang

penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dua variabel.

Setelah menyampaikan materi tentang perbedaan antara SPLDV

dan PtLDV serta memberikan contohnya, subjek 1 melanjutkan materi

tentang menentukan model matematika. Subjek 1 menuliskan terlebih

dahulu pengertian model matematika di papan tulis yaitu model matematika

merupakan suatu cara sederhana untuk menerjemahkan suatu masalah ke

dalam bahasa matematika dengan menggunakan persamaan,

pertidaksamaan, atau fungsi. Setelah menuliskan pengertian model

33
matematika tersebut, subjek 1 memberikan penjelasan pada siswa cara untuk

menentukan model matematika yaitu baca keseluruhan soal tersebut dan

pahami, identifikasikan masalah tersebut, tuliskan ketentuan-ketentuan yang

ada ke dalam sebuah tabel, tetapkan besaran masalah dalam soal sebagai

variabel atau kita misalkan dan , buatlah sitem persamannya atau

pertidaksamannya. Seperti yang tampak pada catatan lapangan sebagai

berikut.

Gambar 4. Catatan lapangan S1 cara menentukan model matematika

Hasil catatan lapangan tersebut semakin memperkuat bahwa dalam

penyampaian materi subjek 1 menggunakan strategi ekspositori. Karena

untuk setiap materi yang akan dibahas, subjek 1 menyampaikan dahulu

secara verbal maupun tulisan, jadi siswa hanya perlu memahami dan

menghafal, tidak perlu mencari cara sendiri untuk membuat model

matematika tersebut.

Kemudian subjek menjelaskan kata penting yang harus

diperhatikan dalam soal program linier yaitu jika ada kata maksimal, paling

banyak, dan tidak lebih berarti menggunakan tanda atau . Untuk kata

minimal, paling sedikit, dan tidak kurang berarti menggunakan tanda atau

. Seperti yang tampak pada dokumentasi foto sebagai berikut.

34
Gambar 5. Dokumentasi S1 menjelaskan kata-kata penting

Dengan memberikan penjelasan mengenai kata penting yang harus

diperhatikan tersebut, sebenarnya kurang efektif untuk perkembangan pola

pikir siswa. Akan lebih baik dalam menyimpulkan tanda tersebut setelah

siswa diberikan berbagai macam latihan soal dengan kata yang berbeda-

beda. Jadi setidaknya siswa sudah berpikir terlebih dahulu dan kemungkinan

untuk mengingat ketika menemui soal dengan kata-kata yang sama akan

lebih besar. Karena jika sudah disampaikan terlebih dahulu siswa cenderung

hanya menghafal dan tidak memahaminya.

Setelah memberikan penjelasan mengenai kata penting yang harus

diperhatikan, subjek 1 memberikan kesempatan pada siswa untuk mencatat.

Selesai mencatat, subjek 1 memberikan contoh soal mengenai model

matematika. Subjek 1 menjelaskan terlebih dahulu prosedur untuk

menyelesaikan soal tersebut dan menuliskan penyelesaiannya di papan tulis

sambil menjelaskannya kepada siswa. Seperti yang tampak pada

dokumentasi foto sebagai berikut.

35
Gambar 6. Dokumentasi S1 menjelaskan penyelesaian contoh soal

Setelah selesai menjelaskan penyelesaian dari soal tersebut, subjek

1 tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, hanya

memberikan waktu pada siswa untuk mencatat. Kemudian subjek 1

memberikan latihan soal tentang model matematika untuk dikerjakan oleh

siswa. Subjek 1 memberikan waktu untuk menyelesaikan soal tersebut

sambil memantau tiap-tiap siswa ketika mengerjakan. Terlihat saat subjek 1

menghampiri masing-masing siswa, ada beberapa siswa yang mengalami

kesulitan dan bertanya, kemudian subjek 1 memberikan arahan pada siswa

tersebut. Hal ini menunjukkan salah satu strategi yang dilakukan subjek 1

untuk mengatasi kesulitan siswa. Seperti yang tampak pada lembar

observasi sebagai berikut.

Gambar 7. Lembar observasi S1 poin nomor 8 pertemuan pertama

36
Saat dirasa semua siswa sudah selesai mengerjakan, subjek 1

membahas penyelesaian soal tersebut dengan menuliskannya di papan tulis.

Seperti yang tampak pada dokumentasi foto sebagai berikut.

Gambar 8. Dokumentasi S1 penyelesaian latihan soal

Pada dokumentasi tersebut terlihat bahwa yang menuliskan jawaban latihan

soal merupakan subjek 1. Padahal jika dilihat dari RPP, subjek 1 seharusnya

memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengerjakan di papan tulis.

Padahal, dengan memberikan latihan soal tersebut memang untuk

mengevaluasi dari contoh soal yang sudah diberikan. Jadi ketika subjek 1

memberikan kesempatan siswa untuk mengerjakan di papan tulis setidaknya

bisa mengetahui sejauh mana siswa tersebut dapat memahami soal yang

telah diberikan untuk latihan tadi.

Setelah menuliskan penyelesaian latihan soal tersebut, subjek 1

menekankan penjelasan mengenai syarat dan karena ada siswa

yang bertanya kenapa syarat tersebut bukan dan . Hal tersebut

merupakan salah satu miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Tetapi subjek 1

37
tidak menyadari bahwa hal tersebut merupakan miskonsepsi yang dialami

oleh siswa. Seperti informasi yang didapat dari hasil wawancara peneliti

dengan subjek 1 sebagai berikut.

Peneliti : “Tadi ada siswa yang miskonsepsi tidak?”


Subjek 1 : “Miskonsepsi sendiri itu apa ya mbak?”
Peneliti : “Semisal yang kamu maksud konsepnya itu begini,
tetapi siswanya malah memahaminya berbeda dengan
yang kamu maksud, gitu”.
Subjek 1 : “Saya rasa tadi tidak ada sih”.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa subjek 1 memang tidak

menyadari bahwa ada siswa yang mengalami miskonsepsi, karena subjek 1

juga belum memahami apa arti dari miskonsepsi. Dalam pembelajaran bisa

jadi subjek 1 sebenarnya menemui miskonsepsi yang lain, tetapi juga tidak

menyadari.

Meskipun subjek 1 tidak menyadari bahwa hal tersebut

merupakan salah satu miskonsepsi yang dialami siswa, tetapi setelah ada

siswa yang bertanya, subjek 1 kemudian menjelaskan bahwa dan

merupakan permisalan dari sepeda (yang terdapat dalam soal), jadi kalau

memakai tanda berarti sepeda itu bernilai negatif. Dengan memberikan

penjelasan seperti itu siswa yang bertanya tadi menjadi paham. Hal tersebut

menunjukan bahwa subjek 1 berhasil mengatasi miskonsepsi yang dialami

oleh siswa. Setelah selesai memberikan penjelasan, subjek 1 menawarkan

lagi untuk latihan soal, tetapi siswa tidak mau. Kemudian subjek 1

mengakhiri pembelajaran dengan salam dan berdo’a.

38
Pertemuan Kedua

Pada awal kegiatan pembelajaran, subjek 1 mengucapkan salam

dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a. Kemudian subjek 1

menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya. Subjek 1 mereview materi

pada pertemuan sebelumnya yaitu tentang model matematika dengan

memberikan sebuah soal dan siswa disuruh untuk mengerjakan. Seperti

yang tampak pada dokumentasi foto sebagai berikut.

Gambar 9. Dokumentasi S1 menuliskan soal untuk mereview

Dalam foto tersebut terlihat bahwa subjek 1 sedang menuliskan

latihan soal untuk mereview materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya.

Dengan melakukan review tersebut, subjek 1 dapat menggali ingatan dan

pemahaman siswa mengenai materi tentang membuat model matematika.

Setelah selesai menuliskan latihan soal tersebut, subjek 1 menawarkan

kepada siswa untuk menuliskan penyelesaian soal tersebut di depan, tetapi

siswa tidak ada yang mau, sehingga subjek 1 memberikan siswa waktu

untuk mengerjakan soal tersebut, dan kemudian subjek 1 sendiri yang

menuliskan penyelesaian soal tersebut sambil menjelaskan. Saat siswa

mengerjakan latihan soal tersebut, subjek 1 selalu memantau siwa dengan

39
menghampiri masing-masing siswa seperti yang tampak pada dokumentasi

foto sebagai berikut.

Gambar 10. Dokumentasi S1 menghampiri siswa

Dokumentasi tersebut menunjukkan bahwa subjek 1 menghampiri masing-

masing siswa untuk mengecek dan menyelidiki miskonsepsi maupun

kesulitan yang dialami siswa.

Dari awal kegiatan pembelajaran, terlihat bahwa subjek 1 tidak

menyampaikan tujuan pembelajaran pada kegiatan pembelajaran pertemuan

kedua ini. Hal ini berdasarkan data observasi poin nomor 1 sebagai berikut.

Gambar 11. Lembar observasi S1 poin nomor 1 pertemuan kedua

Karena subjek 1 tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, maka

peneliti melihat tujuan pembelajaran pada RPP yang dirancang oleh subjek

1 tersebut. Dalam RPP tersebut, tujuan pembelajaran terlihat ada kerancuan

pada poin 4 yaitu siswa dapat merumuskan model matematika dari masalah

program linear, menjadi poin setelah siswa dapat menentukan fungsi

40
objektif dan kendala, serta siswa dapat menggambar daerah fisibel dari

program linier. Seharusnya poin tersebut ada sebelum poin 2 dan 3.

Gambar 12. Tujuan pembelajaran S1 pertemuan kedua

Subjek 1 melanjutkan materi masuk pada DHP. Berdasarkan

penyelesaian tentang soal yang telah diberikan tadi tentang membuat model

matematika, subjek 1 menyuruh siswa untuk menggambar daerah himpunan

penyelesaiannya. Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan di depan bagi

yang mau maju. Kemudian salah satu siswa ada yang maju mengerjakan di

depan tetapi hanya sampai pada menentukan titik pojok dan titik potong,

dan akhirnya subjek 1 yang melanjutkan menggambar grafiknya. Karena

dirasa siswa masih kesulitan dalam menentukan penyelesaian dari

pertidaksamaan linier dua variabel, subjek 1 memberikan latihan soal

tentang DHP. Seperti yang tampak pada hasil dokumentasi foto sebagai

berikut.

Gambar 13. Dokumentasi S1 latihan soal tentang DHP

41
Dokumentasi pada gambar di atas memang seharusnya disampaikan pada

saat pertemuan pertama (berdasarkan RPP subjek 1 pertemuan pertama)

yaitu setelah subjek 1 menjelaskan tentang perbedaan SPLDV dan SPtLDV

sebelum masuk pada materi program linier. Sehingga karena belum

disampaikan, wajar bila siswa masih banyak yang belum bisa

menggambarkan DHP meskipun materi tersebut sudah pernah didapat siswa

ketika masih SMP. Tetapi karena pada pertemuan pertama subjek 1

memamg lupa tidak menyampaikan penyelesaian tentang SPtLDV, jadi

pada pertemuan kedua ini baru disampaikan karena subjek 1 dapat

memahami bahwa banyak siswa yang belum paham.

Setelah subjek 1 selesai menuliskan latihan soal tersebut, siswa

diberi waktu untuk mengerjakan. Saat siswa mengerjakan, subjek 1

menghampiri tiap-tiap siswa dan memberikan arahan ketika ada siswa yang

kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Hal ini merupakan salah satu

strategi subjek 1 untuk mengatasi kesulitan yang dialami oleh siswa.

Salah satu siswa ada yang inisiatif untuk maju dan mengerjakan di

depan tanpa disuruh meskipun belum begitu paham, terlihat saat

mengerjakan di depan setelah siswa dapat menentukan titik pojok, titik

potong, dan menggambar grafik, siswa kesulitan untuk menentukan daerah

himpunan penyelesaian dengan menggunakan uji titik seperti yang telah

subjek 1 jelaskan pada soal sebelumnya. Kemudian subjek 1 yang

melanjutkan penyelesaian mengenai DHP tersebut sambil menjelaskannya

pada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa subjek 1 dapat memahami

42
kesulitan yang dialami oleh siswa. Seperti yang tampak pada catatan

lapangan sebagai berikut.

Gambar 14. Catatan lapangan S1 melanjutkan penyelesaian

Setelah selesai menjelaskan, subjek 1 memberikan kesempatan pada siswa

untuk bertanya jika ada hal yang belum jelas ketika menentukan DHP.

Dengan memberikan pertanyaan seperti itu, sebenarnya salah satu strategi

subjek 2 untuk menyelidiki kesulitan siswa. Tetapi siswa tidak ada yang

bertanya.

Karena tidak ada yang bertanya, subjek 1 melanjutkan materi

tentang nilai optimum. Subjek 1 menggunakan soal diberikan pada awal

pertemuan tadi ketika mereview pertemuan sebelumnya, dengan

ditambahkan keterangan untuk mencari nilai optimum. Subjek 1

menjelaskan terlebih dahulu bagaimana prosedur penyelesaiannya. Dalam

hal ini terlihat bahwa subjek 1 menggunakan strategi yang sama seperti pada

pertemuan kemarin, yaitu menggunakan strategi ekspositori. Hasil

wawancara peneliti dengan subjek 1 juga menunjukkan hal yang sama.

Wawancara tersebut sebagai berikut.

Peneliti : “Strategi yang digunakan apa?”


Subjek 1 : “Sama seperti pertemuan pertama.”
Peneliti : “Kenapa?”
Subjek 1 “Ya sama seperti kemarin juga sih mbak.”
Peneliti : “Hasil wawancara pertemuan kemarin kan strategi yang
kamu gunakan punya kelemahan bikin siswa ngantuk
dan bosan ya?”

43
“Kenapa dipertemuan kedua ini tidak dirubah
strateginya?”
Subjek 1 : “Heeee..kenapa ya mbak?”
“Belum begitu memahami strategi yang lain sih
soalnya.”
Peneliti : “Oh gitu ya?”
Subjek 1 “Iya mbak.”

Dalam wawancara tersebut, subjek 1 menjelaskan bahwa strategi yang

digunakan sama seperti pertemuan pertama yaitu menggunakan ekspositori

meskipun dalam pertemuan pertama subjek 1 menemukan kelemahan dari

strategi yang telah digunakan yaitu membuat siswa bosan dan mengantuk.

Tetapi subjek 1 tidak mengubah strategi yang digunakan dengan alasan

bahwa subjek 1 belum memahami jenis strategi yang lain. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pengetahuan subjek 1 terhadap jenis-jenis strategi

pembelajaran masih kurang.

Ketika menjelaskan penyelesaian soal tersebut, subjek 1 terlihat

aktif memberikan pertanyaan untuk menyelidiki pemahaman dan

miskonsepsi siswa. Seperti yang ditunjukkan pada hasil observasi sebagai

berikut.

Gambar 15. Lembar observasi S1 poin nomor 5 pertemuan kedua

Setelah selesai menjelaskan penyelesaian soal tersebut, subjek 1

memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Karena siswa tidak ada

yang bertanya, kemudian subjek 1 memberikan latihan soal untuk

dikerjakan oleh siswa. Ini merupakan salah satu cara subjek 1 untuk

44
mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa diberi waktu

untuk mengerjakan, dan saat siswa sedang mengerjakan latihan soal, subjek

1 selalu memantau dan mengecek jawaban masing-masing siswa. Hal ini

merupakan salah satu strategi subjek 1 untuk menyelidiki miskonsepsi

siswa. Setelah semua siswa selesai mengerjakan, jawaban dikumpulkan

tanpa dibahas. Kemudian subjek mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a

dan salam.

b. Subjek 2

Pada awal kegiatan pembelajaran subjek 2 mengucapkan salam

kepada siswa, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a.

Kemudian subjek 2 memperkenalkan diri pada siswa. Setelah subjek 2

memperkenalkan diri, subjek 2 menjelaskan bahwa pertemuan kali ini akan

mempelajari materi tentang program linier sambil membagikan selembar

kertas yang berisi contoh soal kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa

subjek 2 tidak menyampaikan tujuan pembelajaran secara mendetail seperti

yang tertera pada RPP, subjek hanya menjelaskan bahwa pertemuan kali ini

akan membahas program linier, seperti yang tampak pada lembar observasi

poin nomor 1 sebagai berikut.

Gambar 16. Lembar observasi S2 poin nomor 1

45
Meskipun subjek 2 tidak menyampaikan tujuan pembelajaran

secara detail, pada RPP subjek 2 ini tujuan pembelajaran sebenarnya sudah

jelas, sesuai dengan kurikulum jika pada tujuan poin nomor 3 dan 6

ditambahkan menjadi sistem pertidaksamaan linier dua variabel, karena

memang pada kurikulum yang dipelajari dua variabel. Jika subjek hanya

menuliskan pertidaksamaan linier, belum jelas berapa variabel yang

dimaksud. Kemudian dalam RPP tersebut penyampaian materi sampai pada

membuat grafik sistem pertidaksamaan linier untuk pertemuan pertama (2

jam pelajaran), tetapi dalam kenyataannya pembelajaran sampai pada materi

nilai optimum dengan waktu satu kali pertemuan tersebut. Tujuan

pembelajaran yang tertulis pada RPP subjek 2 sebagai berikut.

Gambar 17. Tujuan pembelajaran S2

Tujuan pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa untuk pertemuan

pertama seharusnya hanya sampai pada membuat grafik sistem

pertidaksamaan linier, tetapi subjek 2 menyampaikan materi sampai pada

nilai optimum. Sebenarnya tidak apa-apa memang jika dalam kenyataan,

kegiatan pembelajaran melebihi target tujuan pembelajaran yang

sebelumnya sudah dirancang, asalkan siswa memang dapat mengikuti dan

sudah paham. Tetapi kekita pembelajaran subjek 2 terkesan tergesa-gesa

46
dalam kegiatan pembelajaran. Berbagai latihan soal yang ada juga tidak

dibahas.

Setelah membagikan selembar kertas yang berisi contoh soal,

subjek 2 menjelaskan terlebih dahulu bahwa program linier itu ada

kaitannya dengan persamaan dan pertidaksamaan linier yang telah dipelajari

ketika SMP. Subjek 2 menjelaskan bahwa pertidaksamaan dilambangkan

dengan dan persamaan dilambangkan dengan . Seperti yang tertulis

pada catatan lapangan sebagai berikut.

Gambar 18. Catatan lapangan S2 menjelaskan perbedaan tanda

pertidaksamaan dan persamaan

Hasil catatan lapangan tersebut menunjukkan bahwa subjek 2 hanya

menjelaskan perbedaan tanda pada persamaan dan pertidaksamaan. Tetapi

subjek 2 tidak memberikan contohnya. Penjelasan tersebut terlihat kurang

jelas karena yang dijelaskan hanya perbedaan tandanya, tidak dijelaskan

sekalian pertidaksamaan yang dimaksud adalah pertidaksamaan linier dua

variabel dan bagaimana bentuknya. Karena hal tersebut dapat membuat

rancu pemikiran siswa, siswa pasti ada yang bingung maksud dari

penjelasan tersebut bagaimana dan apa hubungannya dengan program linier.

Setelah selesai menjelaskan perbedaan tanda antara persamaan

dan pertidaksamaan linier, subjek 2 kemudian menyuruh siswa untuk

membaca contoh soal yang telah diberikan tadi. Soal tersebut berisi tentang

47
menentukan nilai optimum dari suatu masalah nyata. Hal ini menunjukkan

bahwa subjek 2 memberikan soal yang langsung mengacu pada nilai

optimum. Tidak dijelaskan terlebih dahulu secara bertahap tentang membuat

model matematika, menggambar grafik, dan menentukan daerah himpunan

penyelesaian. Padahal, pemahaman masing-masing siswa berbeda-beda.

Mungkin dengan sekali penjelasan tersebut ada siswa yang sudah paham,

tetapi ada juga meskipun dijelaskan secara bertahap juga belum paham. Jadi

alangkah baiknya jika disampaikan secara bertahap agar siswa benar-benar

paham.

Setelah siswa disuruh untuk membaca contoh soal tersebut, subjek

2 menjelaskan penyelesaian mengenai masalah tentang menentukan nilai

optimum yang ada pada soal tersebut. Saat menjelaskan, subjek 2 aktif

memberikan pertanyaan pada siswa secara berulang-ulang sampai siswa

kompak dalam menjawab. Seperti yang tampak pada dokumentasi berikut.

Gambar 19. Dokumentasi S2 menjelaskan penyelesaian contoh soal

Dokumentasi tersebut terlihat bahwa saat menjelaskan penyelesaian suatu

soal, subjek 2 sambil memberikan pertanyaan pada siswa saat

48
menggambarkan grafik daerah penyelesaian dari model matematika yang

telah dibuat. Hal ini merupakan salah satu strategi yang dilakukan subjek 2

untuk menyelidiki miskonsepsi siswa.

Setelah selesai menjelaskan, subjek 2 menanyakan pada siswa

apakah masih ada yang bingung atau tidak, tetapi siswa hanya diam dan

tidak ada yang bertanya. Dengan memberikan pertanyaan pada siswa seperti

itu, ini merupakan salah satu cara untuk menyelidiki kesulitan siswa. Seperti

yang tampak pada lembar observasi poin nomor 7 menunjukkan bahwa

setelah selesai menjelaskan subjek selalu bertanya apakah masih ada yang

belum paham.

Gambar 20. Lembar observasi S2 poin nomor 7

Karena tidak ada siswa yang bertanya, subjek 2 menyuruh siswa

untuk berkelompok minimal 4 orang untuk masing-masing kelompok dan

duduk melingkar. Kemudian subjek 2 membagikan LKS untuk dikerjakan

oleh siswa secara berkelompok dengan waktu kurang lebih 30 menit. Saat

siswa sedang berdiskusi kelompok untuk mengerjakan LKS tersebut, subjek

2 memantau masing-masing kelompok dalam menyelesaikan masalah yang

ada pada LKS tersebut.

49
Gambar 21. Dokumentasi S2 menghampiri siswa

Dari gambar di atas terlihat bahwa meskipun saat subjek 2 tadi

memberikan penjelasan penyelesaian dari contoh soal siswa tidak ada yang

bertanya, tetapi ketika mengerjakan LKS banyak siswa yang bingung dan

kemudian menanyakan pada subjek 2. Subjek 2 kemudian memberikan

arahan pada siswa tersebut. Hal ini merupakan salah satu strategi subjek 2

dalam mengatasi kesulitan siswa.

Setelah waktu untuk berdiskusi kelompok habis, LKS

dikumpulkan tanpa dibahas. Seharusnya untuk mengevaluasi hasil diskusi,

LKS tetap dibahas walaupun sebentar, sehingga siswa bisa tahu jawaban

mereka yang ada di LKS sudah benar atau belum. Setelah siswa

mengumpulkan LKS, subjek 2 mengadakan games. Aturan dalam games

tersebut yaitu masing-masing kelompok berlomba untuk dapat mengerjakan

soal sebanyak-banyaknya dengan benar. Sampai pada tahap ini, terlihat

bahwa subjek 2 menerapkan strategi TGT dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil wawancara peneliti dengan subjek 2 juga menunjukkan bahwa subjek

2 menggunakan strategi TGT. Wawancara tersebut sebagai berikut.

50
Peneliti : “Kemudian strategi apa yang kamu gunakan ketika
mengajar tadi?”
Subjek 2 : “TGT.”
Peneliti : “Kenapa?”
Subjek 2 : “Karena kalau program linier itu kan soal cerita, kalau
tidak diselingi dengan permainan, tidak diselingi
dengan turnamen, nanti krik-krik.”
Peneliti : “Memakai TGT ini apakah bisa tahu sejauh mana
pemahaman siswa?”
Subjek 2 : “Bisa. Soalnya kan kalau TGT itu ada games, games-
nya itu perkelompok, nah pas games itu kan kita bisa
tahu siswa sudah pada paham atau belum, sedangkan
kalau turnamen itu nanti ada bangku berdasarkan
prestasi siswa.”

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa, alasan subjek menggunakan

strategi TGT karena materi program linier merupakan materi yang berisi

soal cerita, jadi kalau tidak diselingi dengan permainan nanti membosankan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek 2 memprioritaskan agar

pembelajaran program linier menarik untuk siswa. Karena dengan strategi

tersebut subjek 2 juga dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dari

games yang dilakukan.

Siswa terlihat aktif dan bersemangat ketika mengikuti games

tersebut. Soal dalam games tersebut adalah soal pilihan ganda, dan jawaban

dari soal games tersebut dituliskan pada papan tulis bagi kelompok yang

sudah selesai mengerjakan. Setelah selesai games, subjek 2 mengecek ada

berapa jawaban siswa yang benar untuk masing-masing kelompok tanpa

menjelaskan penyelesaiannya pada siswa meskipun banyak jawaban siswa

yang masih salah. Subjek 2 hanya menanyakan apakah masih ada siswa

yang belum paham setelah mengecek jawaban siswa tersebut. Hal ini

51
menunjukkan bahwa untuk mencapai pemahaman siswa kurang

diperhatikan oleh subjek 2, karena soal pada LKS dan games tidak ada yang

dibahas oleh subjek 2. Subjek 2 hanya mengecek saat siswa sedang

melakukan diskusi kelompok saat mengerjakan LKS. Secara teknis dengan

menghampiri masing-masing siswa tersebut subjek 2 dapat mengetahui

pemahaman siswa, kesulitan siswa, serta miskonsepsinya. Tetapi karena

berbagai latihan soal tidak dibahas, siswa tidak tahu ketika menjawab salah,

letak kesalahan dalam mengerjakan ada dimana. Hal ini akan mempunyai

efek yang kurang baik ketika siswa mengerjakan latihan soal lagi, karena

pada soal-soal sebelumnya siswa juga tidak tahu jawaban yang benar

prosesnya bagaimana.

Karena pada saat subjek 2 apakah ada yang belum paham siswa

tidak ada yang menjawab, subjek 2 kemudian mengakhiri pembelajaran

dengan berdo’a dan salam.

c. Subjek 3

Pada awal kegiatan pembelajaran, subjek 3 mengucapkan salam

pada siswa dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a. Setelah

selesai berdo’a subjek 3 menjelaskan bahwa pertemuan kali ini akan

membahas materi tentang program linier. Tujuan pembelajaran pada RPP

tidak disampaikan secara rinci. Seperti yang tampak pada lembar observasi

poin nomor 1 sebagai berikut.

Gambar 22. Lembar observasi S3 poin nomor 1

52
Karena tujuan pembelajaran tidak disampaikan secara mendetail, peneliti

kemudian melihat tujuan pembelajaran yang dirancang oleh subjek 3 pada

RPP. Tujuan pembelajaran yang tertera pada RPP tersebut ada 5 poin

sebagai berikut.

Gambar 23. Tujuan pembelajaran S3

Kelima poin tersebut sudah jelas, sesuai dengan kurikulum. Hanya alokasi

waktu untuk kelima tujuan pembelajaran tersebut adalah 12 jam pelajaran.

Sehingga tidak dijelaskan untuk setiap pertemuan target pembelajaran

sampai materi apa dalam bab program linier tersebut.

Gambar 24. Alokasi waktu S3

Subjek 3 kemudian menyuruh siswa untuk berkelompok masing-

masing 3 anak, dan menjelaskan bahwa kelompok yang dibentuk oleh

masing-masing 3 anak ini dinamakan kelompok asal. Setelah siswa

berkumpul dengan masing-masing kelompok asalnya, subjek 3 membagikan

53
LKS yang berisi 2 soal tentang sistem pertidaksamaan linier dua variabel

pada siswa dan kemudian menyuruh semua siswa untuk berhitung 1,2,1,2

secara berurutan. Setelah semua siswa berhitung, subjek 3 menyuruh siswa

yang kebagian soal nomor 1 berkumpul menjadi 1, begitu pula yang

kebagian soal nomor 2 juga berkumpul menjadi 1. Subjek 3 menjelaskan

kelompok ini dinamakan kelompok ahli.

Gambar 25. Dokumentasi S3 memantau siswa saat berdiskusi

Pada gambar di atas terlihat siswa sedang berdiskusi dengan kelompok ahli,

dan subjek 3 sedang memantau siswa ketika berdiskusi. Hal ini merupakan

strategi subjek 3 untuk mengatasi kesulitan siswa. Seperti yang tampak pada

hasil observasi poin nomor 8 sebagai berikut.

Gambar 26. Lembar observasi S3 poin nomor 8

54
Dalam lembar observasi tersebut tertulis bahwa subjek 3 membimbing dan

memberikan penjelasan ketika ada siswa yang kesulitan terutama saat siswa

sedang berdiskusi kelompok dan ketika siswa mengerjakan soal secara

individu.

Dalam kelompok ahli tersebut masing-masing kelompok

berdiskusi mengenai soal sesuai bagian mereka yang telah dibagi tadi.

Waktu untuk berdiskusi kelompok kurang lebih 20 menit. Sampai pada

tahap ini, terlihat bahwa subjek 3 menerapkan strategi Jigsaw. Hasil

wawancara peneliti dengan subjek 3 juga menunjukkan hal yang sama.

Wawancara tersebut sebagai berikut.

Peneliti : “Strateginya apa yang digunakan dalam mengajarkan


materi ini?”
Subjek 3 : “Strateginya saya pakai Jigsaw dicampur sama Talking
Stick.”
Peneliti : “Kenapa?”
Subjek 3 : “Karena menurut saya itu menarik buat anak-anak.”
“Membuat siswa itu aktif dan tidak pasif, serta tidak
membosankan.”

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa subjek 3 menggunakan

strategi Jigsaw dicampur dengan Talking Stick dengan alasan bahwa strategi

tersebut menarik dan membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran kombinasi strategi tersebut cocok untuk

menyampaikan program linier karena siswa terlihat sangat menikmati proses

pembelajaran.

Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, subjek 3

menyuruh masing-masing siswa untuk kembali pada kelompok asalnya.

55
Dalam kelompok asal tersebut, masing-masing siswa yang tadi sudah

berdiskusi dengan kelompok ahli menjelaskan hal yang sudah mereka

diskusikan pada teman kelompok asalnya. Waktu untuk berdiskusi

kelompok kurang lebih 20 menit. Siswa terlihat aktif saat berdiskusi

kelompok, bahkan salah satu siswa dari salah satu kelompok ada yang

mengajari kelompok lain karena belum paham. Hal ini sesuai dengan yang

tertulis pada catatan lapangan sebagai berikut.

Gambar 27. Catatan lapangan siswa mengajari kelompok lain

Setelah selesai berdiskusi kelompok, subjek 3 menyuruh masing-

masing kelompok untuk mewakilkan salah satu anggotanya maju ke depan.

Setelah perwakilan masing-masing kelompok maju ke depan, subjek 3

mengadakan Talking Stick. Talking stick ini menggunakan sebuah bolpen,

bolpen tersebut dioper dari siswa satu ke siswa lain dengan menyanyikan

lagu balonku. Saat subjek 3 mengatakan stop, bolpen itu dipegang oleh

siapa, siswa itulah yang nanti presentasi menjelaskan soal yang tadi sudah

didiskusikan. Dengan cara seperti ini kegiatan pembelajaran terlihat

menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa.

Setelah mengadakan talking stick, subjek 3 menyuruh siswa yang

mendapatkan stick mempresentasikan hasil diskusi di depan. Seperti yang

tampak pada dokumentasi sebagai berikut.

56
Gambar 28. Dokumentasi siswa saat presentasi

Dalam dokumentasi tersebut terlihat bahwa salah satu siswa sedang

mempresentasikan hasil diskusi di depan dengan didampingi oleh subjek 3.

Hal ini menunjukkan bahwa subjek 3 sedang melakukan evaluasi terhadap

soal yang ada di LKS yang telah didiskusikan oleh siswa.

Subjek 3 selalu memberikan applause bagi siswa yang sudah

mempresentasikan jawaban di depan. Dengan memberikan applause

tersebut, akan membuat siswa yang sudah maju merasa dihargai dan

memberikan efek positif pada siswa. Setelah itu subjek 3 menjelaskan nilai

optimum dari soal yang ada di LKS tadi.

Gambar 29. Dokumentasi S3 menjelaskan nilai optimum

57
Selesai menjelaskan tentang nilai optimum, subjek memberikan pertanyaan

pada siswa apakah ada yang perlu ditanyakan atau tidak. Dengan

memberikan pertanyaan seperti itu, merupakan salah satu strategi subjek 3

untuk menyelidiki kesulitan siswa. Tetapi siswa tidak ada yang bertanya.

Subjek 3 kemudian menjelaskan bahwa dalam program linier itu

harus dibuat model matematika, model matematika itu harus ada syaratnya,

diantaranya yaitu syarat kendala atau fungsi non negatif, dan fungsi objektif.

Setelah menjelaskan tentang syarat model matematika tanpa memberikan

contohnya, subjek 3 menyuruh siswa untuk kembali pada tempat duduknya

masing-masing. Kemudian untuk membahas tentang model matematika,

subjek 3 menawarkan soal, kuis, atau siswa mau meminta yang bagaimana.

Semua siswa memilih untuk soal. Karena siswa memilih soal, subjek 3

mengadakan talking stick lagi dengan menyanyikan lagu ampar-ampar

pisang, bagi siswa yang mendapatkan stick disuruh maju untuk memilih soal

dan kemudian dikerjakan di depan. Setelah siswa yang mendapatkan stick

mengerjakan di depan, subjek 3 mengecek sekaligus menjelaskan

penyelesaian yang sudah dituliskan oleh siswa tersebut. Dengan cara seperti

ini, siswa bisa tahu jika ada jawaban yang kurang tepat, karena subjek 3

selalu menjelaskan masing-masing jawaban yang sudah dituliskan oleh

siswa.

Setiap siswa yang maju mengerjakan di depan selalu diberi

applause oleh subjek 3 meskipun ada beberapa siswa yang jawabannya

58
kurang tepat. Hal ini juga akan memiliki efek positif bagi siswa karena

meskipun jawabannya salah, subjek 3 tetap memberikan penghargaan

berupa applause. Sehingga siswa terlihat senang dan tidak bosan ketika

mengikuti kegiatan pembelajaran. Meskipun sebagian besar siswa sudah

terlihat paham, subjek 3 mengadakan talking stick 1 sesi lagi. Hal ini

menunjukkan bahwa subjek 3 memang mengharapkan siswa benar-benar

memahami bagaimana cara membuat model matematika.

Sebelum melanjutkan talking stick sesi kedua, subjek 3

memberikan motivasi kepada siswa untuk memperbanyak latihan soal

ketika di rumah, agar terbiasa menghadapi soal yang bermacam-macam

bentuknya. Dengan memberikan motivasi seperti ini, paling tidak bisa

membangkitkan semangat siswa untuk belajar di rumah. Setelah talking

stick sesi kedua selesai, subjek 3 menanyakan pada siswa sudah paham atau

belum, dan siswa menjawab sudah. Hal ini menunjukkan bahwa strategi

yang subjek 3 gunakan mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran

terutama tujuan pembelajaran pada poin 1, 2, dan 3. Hasil wawancara

peneliti dengan subjek 3 menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran tercapai.

Hasil wawancara tersebut sebagai berikut.

Peneliti : “Apakah dengan strategi ini bisa tahu sejauh mana


pemahaman siswa, kesulitan siswa, serta
miskonsepsinya?”
Subjek 3 : “Emm..kalau pemahamannya bisa tahu dari
evaluasinya.”
“Tapi tadi saya kan memberikan beberapa soal untuk
membuat model matematika, nah kebanyakan anak-
anak sudah memahami lah.”

59
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa dari hasil evaluasi,

subjek 3 mengatakan sebagian besar siswa sudah memahami bagaimana

cara untuk membuat model matematika. Sehingga dapat dikatakan bahwa

tujuan pembelajaran pada poin 1, 2, dan 3 telah tercapai.

Karena sebagian besar siswa menjawab sudah paham, kemudian

subjek 3 merangkum hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan pada

pertemuan hari ini dan memberitahu siswa mengenai materi yang akan

dibahas pada pertemuan selanjutnya. Subjek 3 juga memberikan pekerjaan

rumah pada siswa, serta memberikan kesempatan lagi bagi siswa yang ingin

bertanya. Karena tidak ada siswa yang bertanya, subjek 3 mengakhiri

pembelajaran dengan mengingatkan PR harus dikerjakan dan memberi

siswa motivasi untuk rajin belajar. Terlihat bahwa subjek 3 selalu

memberikan motivasi untuk siswa, sehingga dapat membuat siswa merasa

benar-benar diperhatikan.

Subjek 3 juga meminta maaf jika ada salah kata dalam

menyampaikan materi pada pertemuan hari ini. Kemudian subjek 3

mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan meyuruh salah satu siswa untuk

memimpin do’a. Selesai berdo’a subjek 3 mengucapkan salam.

2. Content Knowledge

Dalam menganalisis content knowledge yang dimiliki oleh masing-

masing subjek, peneliti menggunakan data yang didapat dari Vignette.

Vignette berisi data yang diperoleh dari komentar subjek mengenai jawaban

60
siswa dan wawancara peneliti dengan masing-masing subjek untuk

mengklarifikasi komentar yang sudah subjek tuliskan.

Vignette kasus I

Dalam suatu pembelajaran seorang guru memberikan contoh soal cerita


tentang program linear sebagai berikut.

Penjual sepeda ingin membeli dua jenis sepeda, sebanyak-banyaknya 25


buah dengan harga tidak lebih dari Rp840.000,00. Harga sepeda jenis A
Rp30.000,00 perbuah dan harga sepeda jenis B Rp40.000,00 perbuah.
Tentukan model matematika dari permasalahan tersebut!

Selanjutnya guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal tersebut. Berikut


adalah jawaban salah satu siswa bernama Ati.

Gambar 30. Jawaban Ati


Tuliskan komentar Anda terhadap jawaban Ati tersebut. Jika jawaban tersebut
terdapat kesalahan atau kekurangan, bagaimana Anda memberikan penjelasan
kepada siswa tentang jawaban yang tepat dari soal tersebut.

Vignette kasus II
Seorang guru memberikan soal tentang program linier sebagai berikut.

Sebuah toko menyediakan dua macam tenda. Tenda jenis I dapat


menampung 10 orang dengan harga Rp150.000,00. Tenda jenis II dapat
menampung 4 orang dengan harga Rp100.000,00. Satu regu pramuka
dengan anggota 110 orang berencana mengadakan kemah. Jika banyak

61
tenda yang dibutuhkan paling sedikit 20 tenda, banyak tenda yang harus
dibeli agar pengeluaran seminimum mungkin adalah… .

Selanjutnya guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal tersebut. Berikut


adalah jawaban salah satu siswa bernama Ayu

Gambar 31. Jawaban Ayu

Tuliskan komentar Anda terhadap jawaban Ayu tersebut. Jika jawaban


tersebut terdapat kesalahan atau kekurangan, bagaimana Anda memberikan
penjelasan kepada siswa tentang jawaban yang tepat dari soal tersebut.

a. Subjek 1

Vignette kasus I

Berikut adalah komentar subjek 1 mengenai jawaban siswa pada vignette

kasus I.

62
Gambar 32. Komentar subjek 1 vignette kasus 1
Dalam komentar yang dituliskan subjek 1 terlihat bahwa menurut subjek 1

jawaban Ati sudah benar hanya saja Ati terlihat masih bingung karena pada

awalnya Ati menuliskan tanda pada model matematikanya menggunakan

kemudian diganti dengan tanda . Peneliti kemudian melakukan wawancara

dengan subjek 1 untuk mengklarifikasi komentar subjek 1 sebagai berikut.

Peneliti : “Untuk tabel yang dibuat oleh Ati tidak ada masalah?”
Subjek 1 : “Tidak sih menurut saya.”
“Hanya saja model matematikanya tadinya Ati menuliskan
kemudian diganti mungkin karena Ati masih
bingung.”
Peneliti : “Syarat non negatifnya kira-kira kenapa kok Ati
menuliskannya semua?”
Subjek 1 : “Mungkin karena waktu mengerjakan hampir habis dan
dia terburu-buru.”

Dari hasil wawancara terlihat bahwa tabel yang dibuat oleh Ati sudah benar.

Padahal kalau diamati, tabel yang Ati buat kurang begitu jelas meskipun

maksudnya benar sesuai dengan yang diketahui pada soal. Tetapi itu tidak

menjadi masalah untuk subjek 1. Kemudian untuk model matematika yang

Ati buat sudah benar menurut subjek 1, hanya saja salah pada syarat non

negatifnya. Subjek 1 juga mengamati tanda pertidaksamaan pada model

matematika yang Ayu buat, menurut subjek 1 mungkin Ati masih bingung

karena pada awalnya Ati menuliskan kemudian diganti menjadi . Hal ini

menunjukkan bahwa subjek mampu mengungkapkan definisi dengan benar

dan menggunakan notasi yang tepat secara masuk akal.

63
Vignette kasus II

Berikut adalah komentar subjek 1 mengenai jawaban siswa pada vignette

kasus II.

Gambar 33. Komentar subjek 1 vignette kasus II

Subjek 1 berkomentar bahwa tabel yang dibuat oleh Ayu kurang

tepat karena Ayu tidak menuliskan banyak tenda dalam tabel tersebut.

Diagram kartesius yang Ayu buat seharusnya juga dituliskan persaman

garisnya. Kemudian titik pojok yang dipilih oleh Ayu kurang tepat, begitu

juga dalam menentukan DHP juga belum benar, sehingga berpengaruh pada

nilai optimum (maksimum/minimum). Subjek 1 juga berkomentar bahwa

dalam menentukan titik potong dari persamaan sebaiknya setelah membuat

diagram kartesius dan jika sudah menemtukan DHP. Hal ini menunjukkan

bahwa subjek 1 mampu menafsirkan dan menggunakan representasi grafis

dan representasi lainnya. Peneliti kemudian melakukan wawancara untuk

mengklarifikasi komentar subjek 1 terhadap jawaban Ayu sebagai berikut.

Peneliti : “Tabelnya harusnya itu banyak tenda juga diikutkan ya?”


“Trus untuk harga juga ikut ditulis dalam tabel?”

64
Subjek 1 : “Iya.”
“Jadi tabel yang Ayu buat cuma kurang kolom banyak
tenda.”
Peneliti : “Kalau menentukan titik potong sebelum membuat
diagram kartesius dan menentukan DHP juga kenapa
memang?”
Subjek 1 : “Karena jika nanti sudah dicari titik potongnya tetapi
DHPnya tidak melalui titik potong nanti membuang-buang
waktu saja.”

Dari hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa langkah yang dilakukan Ayu

dalam menyelesaikan soal belum tepat menurut subjek 1. Hal ini

menunjukkan bahwa subjek 1 mampu melihat hubungan beberapa

topik/subunit. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa content knowledge

yang dimiliki subjek 1 berada pada level 1.

b. Subjek 2

Vignette kasus I

Gambar 34. Komentar subjek 2 vignette kasus I

65
Menurut subjek 2 tabel yang dibuat oleh Ati kurang jelas dalam

menuliskan jenis sepeda A dan jenis sepeda B, kemudian subjek 2

menuliskan tabelnya lagi yang lebih tepat menurut subjek 2. Ati juga

menuliskan dan di luar tabel, seharusnya ditambahkan keterangan

variabel dan menunjukkan apa. Misalnya : jenis sepeda A, dan : jenis

sepeda B. Subjek 2 juga mengomentari tulisan yang dibuat oleh Ati

kurang tepat. Kemudian terdapat kesalahan dalam menuliskan model

matematika, seharusnya dan . Untuk mengklarifikasi komentar

yang telah dituliskan oleh subjek 2, peneliti melakukan wawancara dengan

subjek 2 sebagai berikut.

Peneliti : “Dalam tabel yang kamu tuliskan itu kenapa jumlah untuk
masing-masing jenis sepeda jumlahnya 1?”
Subjek 2 : “Karena dalam soal kan diketahui dua jenis sepeda, jadi
untuk memisalkan masing-masing jenis sepeda itu 1.”
Peneliti : “Ohh..kemudian setelah dibuat tabel baru dibuat
permisalan?”
Subjek 2 : “Iya.”
Peneliti : “ yang dibuat Ati kurang jelas maksudnya gimana?”
Subjek 2 : “ nya itu nulisnya kaya simbol tak hingga.”
Peneliti : “Kemudian kenapa kira-kira Ati menuliskan syarat non
negatifnya semua?”
Subjek 2 : “Mungkin karena dia belum paham.”

Dari hasil wawancara tersebut, diperoleh data bahwa jumlah 1 dalam

masing-masing jenis sepeda itu hanya untuk memisalkan saja, dan

kemudian untuk syarat non negatif yang Ati tuliskan subjek 2 berkomentar

bahwa mungkin Ati belum paham. Dalam hal ini menunjukkan bahwa

subjek 1 mampu mengungkapkan definisi dengan benar dan menggunakan

notasi secara masuk akal.

66
Vignette kasus II

Gambar 35. Komentar subjek 2 vignette kasus II

Subjek 2 berkomentar bahwa tabel yang dibuat Ayu seharusnya ditulis yang

diketahui yaitu jenis tenda dan jumlah orang, kemudian dimisalkan untuk :

jenis tenda I dan : jenis tenda II. Untuk kolom harga seharusnya tidak

disertakan karena itu merupakan fungsi objektif. Kemudian ayu belum tepat

dalam membuat model matematikanya, Ayu menuliskan

seharusnya yang benar . Padahal model matematika yang

benar adalah yang ditulis oleh Ayu. Dalam mencari nilai dan seharusnya

Ayu mengubah dulu pertidaksamaan tersebut ke dalam persamaan, baru

dilakukan eliminasi dan subtitusi. Berdasarkan komentar yang dituliskan

67
subjek 2 terlihat bahwa grafik yang Ayu gambar sudah benar hanya saja

Ayu tidak menuliskan pertidaksamaan garisnya pada grafik tersebut.

Kemudian dalam menentukan titik pojok untuk fungsi objektifnya Ayu

masih salah. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan subjek 2

untuk mengklarifikasi komentar subjek 2 tersebut sebagai berikut.

Peneliti : “Jadi tabel yang dibuat Ayu kurang tepat ya?”


Subjek 2 : “Iya seharusnya harga tidak ikut dimasukkan kedalam
tabel.”
Peneliti : “Untuk model matematika yang Ayu buat itu masih
salah?”
Subjek 2 : “Iya modelnya salah.”
“Trus harusnya menuliskan fungsi objektifnya juga setelah
menuliskan model matematika, tetapi Ayu malah
menuliskannya di belakang.”
Peneliti : “Tetapi grafik yang dibuat Ayu sudah benar ya?”
Subjek 2 : “Iya sudah.”
“Hanya saja mengambil titik pojok untuk fungsi
objektifnya itu masih salah jadi pengaruh di nilai
minimumnya.”

Dari hasil wawancara tersebut, subjek 2 berkomentar bahwa pada tabel

seharusnya harga tidak diikutsertakan, kemudian untuk model matematika

masih salah, tetapi untuk grafik dan penentuan daerah penyelesaian yang

Ayu gambar sudah benar hanya saja salah dalam menentukan titik pojoknya.

Padahal jawaban Ayu dalam menentukan daerah penyelesaian tersebut

kurang tepat, meskipun model matematika yang Ayu buat sudah tepat. Hal

ini menunjukkan bahwa subjek 2 tidak mampu mengungkapkan definisi

dengan benar dan tidak dapat menggunakan notasi yang tepat. Secara

umum, dapat disimpulkan bahwa content knowledge yang dimiliki subjek 2

berada pada level 0.

68
c. Subjek 3

Vignette kasus I

Gambar 36. Komentar subjek 3 vignette kasus I

Subjek 3 berkomentar bahwa dalam tabel yang dibuat Ati

dituliskan S.A dan S.B, mungkin yang dimaksud Ati adalah jenis sepeda A

dan jenis sepeda B, jadi seharusnya kolom dalam tabel berisi jenis sepeda,

jumlah, dan harga. Kemudian sebaiknya Ati memberikan keterangan nama

variabel di bawah atau samping tabel misalnya : jenis sepeda A dan :

jenis sepeda B, baru dibuat model matematikanya. Dalam menuliskan fungsi

non negatif Ati juga salah, seharusnya dan . Untuk

mengklarifikasi komentar yang telah subjek 3 tuliskan, peneliti melakukan

wawancara pada subjek 3 sebagai berikut.

Peneliti : “Untuk jumlah masing-masing jenis sepeda kenapa 1?”


Subjek 3 : “Itu hanya untuk memisalkan saja sih, agar lebih mudah.”
“Biasanya dalam soal kan ada misalnya kue jenis I terbuat
dari tepung dan gula, yang seharusnya dimisalkan sebagai x
nya itu kuenya tetapi siswa malah biasanya yang dimisalkan
sebagai x itu tepungnya.”
“Jadi kalau dibuat masing-masing 1 itu biar siswa tidak
bingung dalam memisalkan.”
Peneliti : “Kemudian untuk memisalkan dan itu setelah membuat
tabel ya? Bukan sebelum membuat tabel?”
Subjek 3 : “Iya, setelah membuat tabel.”
Peneliti : “Kenapa?”

69
Subjek 3 : “Ya setau saya seperti itu sih.”
Peneliti “Kemudian kenapa kira-kira Ati menuliskan syarat non
negatifnya semua?”
Subjek 3 : “Kalau menurut saya anaknya itu belum paham maksud dari
dan itu adalah variabel dari yang dia misalkan.”

Dari hasil wawancara tersebut, menurut subjek 3 ketika memisalkan jumlah

untuk masing-masing jenis sepeda berjumlah 1 itu untuk memudahkan

siswa dalam memisalkan variabel. Kemudian setelah membuat tabel

seharusnya dibuat permisalannya terlebih dahulu, dan untuk tanda dalam

syarat non negatif, subjek 3 berasumsi bahwa Ati mungkin belum paham

bahwa yang dimaksud dan dalam syarat itu merupakan variabel yang ia

misalkan yaitu permisalan jenis sepeda A dan jenis sepeda B. Hal ini

menunjukkan subjek 3 mampu mengungkapkan definisi dengan benar dan

menggunakan notasi dengan yang tepat secara masuk akal.

Vignette kasus II

70
Gambar 37. Komentar subjek 3 vignette kasus II

Subjek 3 berkomentar bahwa dalam membuat tabel Ayu

seharusnya menuliskan jenis tenda, jumlah tenda, dan jumlah orang, untuk

masing-masing kolomnya. Kemudian dimisalkan terlebih dahulu menjadi

variabel misal : jenis tenda I dan : jenis tenda II, baru dibuat model

matematikanya. Berdasarkan komentar yang subjek 3 tuliskan, model

matematika yang Ayu buat sudah benar, tetapi Ayu tidak menuliskan fungsi

objektif setelah membuat model matematikanya, karena Ayu menuliskan

fungsi objektif tersebut setlah mencari titik potong.

Subjek 3 juga berkomentar bahwa untuk mengeliminasi dan

subtitusi seharusnya pertidaksamaan diubah dahulu ke bentuk persamaan,

baru dilakukan eliminasi dan subtitusi. Terlihat bahwa dalam menentukan

titik potong Ayu sudah benar menurut subjek 3, grafiknya juga sudah benar,

tetapi dalam menentukan DHP dan titik pojok untuk fungsi objektifnya

masih salah. Kemudian subjek 3 menuliskan perhitungan titik pojok untuk

fungsi non negatifnya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek 3 mampu

menafsirkan dan menggunakan representasi grafis dan representasi lainnya

71
secara tepat. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan subjek 3

untuk mengklarifikasi komentar subjek tersebut sebagai berikut.

Peneliti : “Tabel yang dibuat Ayu bagaimana?”


Subjek 3 : “Tabelnya kurang jelas karena tidak ada keterangan jenis
tenda.”
Peneliti : “Tapi untuk harga tidak ikut di tabel ya?”
Subjek 3 : “Tidak soalnya itu kan untuk fungsi onjektif.”
Peneliti : “Nah kemudian kan kamu sudah menuliskan perhitungan
nilai minimum yang benar ya, tapi kenapa nilai minimumnya
pada titik (15,5) dengan jumlah 2250000 bukan pada titik
(0,20) dengan jumlah 2000000?”
Subjek 3 : “Oh iya saya gak liat yang atas sendiri hehe.”

Dari hasil wawancara tersebut, menurut subjek 3 tabel yang dibuat oleh Ayu

kurang jelas karena dalam tabel yang Ayu buat tidak ada keterangan jenis

sepeda dan kolom harga seharusnya tidak diikutsertakan karena itu

merupakan untuk fungsi objektifnya. Tetapi subjek 3 kurang teliti dalam

memilih nilai minimum padahal perhitungannya sudah benar. Secara umum,

dapat disimpulkan bahwa content knowledge yang dimiliki subjek 3 berada

pada level 1.

72
B. Pembahasan

Berdasarkan data hasil observasi dari ketiga subjek, pada saat kegiatan

pembelajaran mahasiswa calon guru matematika cenderung tidak menyampaikan

tujuan pembelajaran secara jelas sesuai RPP. Mahasiswa calon guru matematika

hanya menjelaskan pada pertemuan saat itu akan membahas tentang program linier.

Tetapi ada salah satu mahasiswa calon guru matematika menyampaikan tujuan

pembelajaran dengan jelas sesuai dengan RPP pada pertemuan pertama yaitu

menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dua variabel, sedangkan

untuk pertemuan kedua mahasiswa calon guru matematika tersebut tidak

menyampaikan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan RPP yang telah disusun oleh mahasiswa calon guru

matematika, tujuan pembelajaran masih terdapat kerancuan. Salah satu kerancuannya

yaitu mahasiswa calon guru matematika menuliskan tujuan pembelajaran mengenai

poin siswa dapat merumuskan model matematika dari masalah program linier

menjadi poin setelah siswa dapat menentukan fungsi objektif dan kendala serta

menggambar grafik daerah fisibel dari program linier. Kemudian kerancuan tujuan

pembelajaran yang lain yaitu peserta didik mampu membuat grafik sistem

pertidaksaman linier, tidak dijelaskan pertidaksamaan linier yang dimaksud berapa

variabel. Karena sesuai pada kompetensi dasar kurikulum 2013, sistem

pertidaksamaan linier yang dimaksud adalah sistem pertidaksamaan linier dua

variabel.

Mengenai pengetahuan terhadap konten materi yang sedang dibelajarkan,

mahasiswa calon guru matematika memiliki pengetahuan konten yang cukup, terlihat

73
saat menjelaskan di depan subjek tidak kebingungan dan terlihat lancar tidak melihat

catatan. Hal ini sesuai dengan definisi kompetensi profesional yang terdapat dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat 7 poin pertama mengenai

kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang keilmuan meliputi

penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi

program satuan pendidikan. Tetapi ada salah satu mahasiswa calon guru matematika

ketika menjelaskan sering membawa catatan dan sempat kebingungan saat

menjelaskan suatu penyelesain mengenai masalah nilai optimum.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara

peneliti dengan masing-masing subjek, strategi yang diterapkan oleh ketiga subjek

berbeda-beda. Meskipun masing-masing mahasiswa calon guru matematika

menggunakan strategi yang berbeda, tetapi ketiga strategi tersebut mendukung

ketercapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan pendapat Maryati (2014)

yang menyatakan bahwa pada tahap implementasi hendaknya calon guru

menerapkan strategi pembelajaran yang mendukung ketercapaian tujuan

pembelajaran.

Setelah strategi ini diterapkan, mahasiswa calon guru matematika juga

dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, kesulitan siswa mengenai program

linier, serta miskonsepsinya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Maryati (2014) yang

menyatakan bahwa pada tahap refleksi hendaknya calon guru memperhatikan

pemahaman siswa, termasuk miskonsepsi dan kesulitan yang dialami siswa. Hasil

wawancara menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu mengenai

model matematika khususnya dalam menentukan tanda yang digunakan untuk sistem

74
pertidaksamaan linier dua variabelnya. Kemudian untuk miskonsepsi yang dialami

siswa menurut mahasiswa calon guru matematika yaitu dalam hal memisalkan

variabel. Karena masih banyak siswa yang terbalik dalam menyusun model

matematikanya.

Berdasarkan data hasil observasi, peneliti melihat mahasiswa calon guru

matematika menyampaikan pertanyaan dalam menyelidiki kesulitan dan miskonsepsi

siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryati (2014) yang menyatakan bahwa pada

tahap implementasi calon guru hendaknya menyampaikan pertanyaan dalam

menyelidiki miskonsepsi dan kesulitan belajar siswa. Khususnya ketika mahasiswa

calon guru matematika tersebut sedang menjelaskan suatu penyelesaian soal di papan

tulis. Strategi yang digunakan oleh mahasiswa calon guru matematika dalam

mengatasi kesulitan dan miskonsepsi siswa yaitu menghampiri siswa satu persatu

saat siswa mengerjakan latihan soal secara individu maupun saat siswa mengerjakan

LKS secara berkelompok.

Berdasakan wawancara peneliti dengan masing-masing subjek, strategi

pembelajaran yang digunakan oleh mahasiswa calon guru matematika mempunyai

kelebihan dan kelemahan. Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa mahasiswa

calon guru matematika mengetahui kelebihan dan kelemahan dari strategi yang telah

diterapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryati (2014) yang menyatakan bahwa

pada tahap refleksi hendaknya calon guru mengetahui kekuatan dan kelemahan

strategi pembelajaran yang telah diterapkan.

Dalam hal mengintegrasikan materi pelajaran dengan materi lain yang

dapat mendukung pemahaman siswa, mahasiswa calon guru matematika

75
mengintegrasikan materi sistem pertidaksamaan linier dua variabel sebelum masuk

pada model matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryati (2014) yang

menyatakan bahwa pada tahap implementasi hendaknya calon guru

mengintegrasikan materi pembelajaran dengan materi lain yang dapat mendukung

pemahaman siswa.

Berdasarkan data hasil catatan lapangan dan dokumentasi video ketika

masing-masing subjek mengajar, mahasiswa calon guru matematika membekali

siswa dengan materi mengenai sistem pertidaksamaan linier dua variabel terlebih

dahulu sebelum masuk pada materi program linier. Rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang disusun oleh mahasiswa calon guru matematika juga

sesuai dengan strategi yang dipilih. Kemudian saat pembelajaran di kelas juga sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh mahasiswa calon

guru matematika. Hal ini sesuai dengan kompetensi pedagogik yang terdapat pada

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat 4 pada poin keempat

mengenai kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yaitu

dalam perancangan pembelajaran. Tetapi ada salah satu mahasiswa calon guru

matematika yang pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama kurang sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang telah disampaikan di awal pembelajaran. Tujuan

pembelajaran yang disampaikan yaitu siswa dapat menentukan menentukan

penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dua variabel, tetapi saat pembelajaran

pertemuan pertama mahasiswa calon guru tersebut hanya mengintegrasikan materi

program linier dengan materi mengenai persamaan garis lurus, dan mengenai

76
menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dua variabel akhirnya

disampaikan pada pertemuan kedua.

Dalam hal memberikan feedback untuk mengetahui pemahaman siswa,

meskipun masing-masing mahasiswa calon guru menggunakan metode yang

berbeda-beda, tetapi inti dari ketiga metode feedback tersebut sama, yakni siswa

diminta untuk mengerjakan soal-soal. Hal ini sesuai dengan pendapat Loughran dkk

(2006: 17-19) dalam CoRe yang disusunnya yaitu cara spesifik yang dilakukan untuk

mengetahui pemahaman siswa mengenai materi yang dibelajarkan. Cara spesifik

mahasiswa calon guru matematika untuk mengetahui pemahaman siswa yaitu dengan

meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal.

Berdasarkan data yang diperoleh dari vignette ketiga subjek, content

knowledge yang dimiliki oleh mahasiswa calon guru matematika berada pada level 1.

Sesuai dengan karakteristik content knowledge level 1 menurut Karahasan dalam

Maryono dkk (2016) yaitu mengungkapkan definisi dengan benar, menggunakan

notasi yang tepat secara masuk akal, masih menggunakan pertanyaan deklaratif dan/

atau prosedural, menafsirkan dan menggunakan representasi grafis dan representasi

lainnya, melihat hubungan beberapa topik/ subunit. Tetapi ada salah satu mahasiswa

calon guru matematika memiliki content knowledge pada level 0.

77
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dari 3 subjek penelitian, diperoleh

kesimpulan bahwa pedagogical knowledge mahasiswa calon guru matematika

sebagai berikut.

1. Dalam memulai kegiatan pembelajaran, mahasiswa calon guru matematika

tidak menyampaikan tujuan pembelajaran secara mendetail.

2. Berdasarkan RPP, tujuan pembelajaran yang disusun oleh mahasiswa calon

guru matematika sudah jelas, sesuai dengan kurikulum.

3. Mahasiswa calon guru matematika juga memiliki pengetahuan terhadap

konten materi yang akan dibelajarkan yaitu mengenai pertidaksamaan linier

dua variabel, membuat model matematika, menggambar grafik dari model

matematika yang sudah dibuat, menentukan daerah himpunan penyelesaian,

dan menentukan nilai optimum.

4. Mahasiswa calon guru matematika menerapkan strategi pembelajaran yang

mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran yaitu menggunakan strategi

kooperatif.

5. Dengan menggunakan strategi kooperatif tersebut, cara mahasiswa calon guru

matematika dalam mengatasi kesulitan dan miskonsepsi siswa yaitu dengan

menghampiri masing-masing siswa ketika siswa tersebut sedang mengerjakan

latihan soal maupun ketika siswa sedang berdiskusi kelompok.

79
78
6. Dalam kegiatan pembelajaran mahasiswa calon guru matematika

menyampaikan pertanyaan untuk menyelidiki kesulitan dan miskonsepsi

siswa khususnya ketika sedang menjelaskan penyelesaian soal tentang

program linier.

7. Ketika mengajar, mahasiswa calon guru matematika dapat mengetahui sejauh

mana pemahaman siswa, kesulitan siswa, serta miskonsepsinya dengan

menggunakan strategi kooperatif yang telah diterapkan.

8. Mahasiswa calon guru matematika juga mengintegrasikan materi pelajaran

dengan materi lain yang dapat mendukung pemahaman siswa.

9. Cara mahasiswa calon guru matematika untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa adalah dengan memberikan feedback yaitu siswa diminta

untuk mengerjakan latihan soal.

Dari uraian di atas terlihat bahwa pada aspek pedagogical knowledge,

sebagian besar poin CoRe terpenuhi. Kemudian untuk aspek content knowledge

yang dimiliki oleh mahasiswa calon guru matematika dengan indeks prestasi

lebih dari 3.00 sebagian besar berada pada level 1 yaitu dapat mengungkapkan

definisi dengan benar, menggunakan notasi yang tepat secara masuk akal,

menafsirkan dan menggunakan representasi grafis dan representasi lainnya, dan

melihat hubungan beberapa topik/ subunit.

79
B. Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Dalam memulai pembelajaran hendaknya mahasiswa calon guru

matematika menyampaikan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang

akan diajarkan secara jelas dan detail, agar siswa tahu apa yang harus

mereka pelajari.

2. Bagi calon peneliti lain, diharapkan dapat mengembangkan penelitian

tentang pedagogical content knowledge mahasiswa calon guru

matematika.

80
Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI

No Butir Pernyataan Deskripsi


1 Penyampaian tujuan
pembelajaran
2 Memiliki tujuan pembelajaran
yang jelas, sesuai dengan
kurikulum
3 Memiliki pengetahuan terhadap
konten materi yang akan
dibelajarkan
4 Menerapkan strategi
pembelajaran yang mendukung
ketercapaian tujuan pembelajaran
5 Menyampaikan pertanyaan dalam
menyelidiki miskonsepsi siswa
6 Menerapkan strategi
pembelajaran untuk mengatasi
miskonsepsi siswa
7 Menyampaikan pertanyaan dalam
menyelidiki kesulitan siswa
8 Menerapkan strategi
pembelajaran untuk mengatasi
kesulitan siswa
9 Mengintegrasikan materi
pelajaran dengan materi lain yang
dapat mendukung pemahaman
siswa

81
Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

No Pertanyaan
1 Apa kesulitan Anda dalam mengajarkan materi ini kepada siswa?
2 Strategi apa yang Anda gunakan dalam mengajarkan materi ini kepada siswa
dan mengapa Anda menggunakan strategi tersebut?
3 Dengan strategi ini apakah Anda dapat mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa, kesulitan siswa mengenai materi ini, serta miskonsepsinya?
4 Setelah strategi ini diterapkan apa kelebihan dan kelemahannya?
5 Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dan miskonsepsinya?

82
Lampiran 3

83
84
Lampiran 4

SOAL VIGNETTE

1. Penjual sepeda ingin membeli dua jenis sepeda, sebanyak-banyaknya 25 buah


dengan harga tidak lebih dari Rp840.000,00. Harga sepeda jenis A Rp30.000,00
perbuah dan harga sepeda jenis B Rp40.000,00 perbuah. Tentukan model
matematika dari permasalahan tersebut!

2. Sebuah toko menyediakan dua macam tenda. Tenda jenis I dapat menampung 10
orang dengan harga Rp150.000,00. Tenda jenis II dapat menampung 4 orang
dengan harga Rp100.000,00. Satu regu pramuka dengan anggota 110 orang
berencana mengadakan kemah. Jika banyak tenda yang dibutuhkan paling sedikit
20 tenda, banyak tenda yang harus dibeli agar pengeluaran seminimum mungkin
adalah… .

85
Lampiran 5

PEMBAHASAN

1. Berdasarkan data tersebut, dapat kita rangkum dalam tabel berikut.


Misalkan: = banyak sepeda jenis A
= banyak sepeda jenis B
Jenis Jumlah Harga
Sepeda A 30000
Sepeda B 40000
25

Model Matematika:

2. Permasalahan dapat dirangkum sebagai berikut


Misalkan: = banyak tenda jenis I
= banyak tenda jenis II
Jenis Jumlah Kapasitas Harga
Tenda I 10 150000
Tenda II 4 100000
20 110

Model Matematika:

Fungsi tujuan
Sebelum membuat grafik, dicari terlebih dahulu titik potong garis
dan yaitu:

86
| |
| |

Jadi titik potongnya adalah


Grafik daerah penyelesaian:

Perhitungan fungsi tujuan:

Titik Pojok
(0, 20) 2000000
(0, 27.5) 2750000
(5, 15) 2250000
Pengeluaran minimum terjadi untuk pembelian 20 jenis tenda II. Jadi banyak
tenda yang harus dibeli adalah 20 buah.

87
Lampiran 6

88
89
Lampiran 7

90
91
Lampiran 8

92
93
Lampiran 9

94
95
96
97
Lampiran 10

Hasil Wawancara Subjek 1 (Pertemuan Pertama)

Peneliti : “Apa kesulitanmu ketika mengajarkan materi ini kepada


siswa?”
Subjek 1 : “Kesulitannya itu dalam menentukan tanda kurang dari atau
sama dengan ( ) dan tanda lebih dari atau sama dengan ( )
dalam soal cerita”.
“Dan kebanyakan siswa lupa dengan materi sebelumnya, ada
pula yang mengatakan belum pernah mendapatkan materi
sebelumnya yaitu materi tentang sistem persamaan dan
pertidaksamaan linear dua variabel”.
Peneliti : “Strategi apa yang kamu gunakan dalam mengajarkan materi
ini kepada siswa?”
Subjek 1 : “Strategi atau modelnya saya menggunakan ekspositori”
Peneliti : “Kenapa kok pakai ekspositori?”
Subjek 1 : “Karena yang pas memang menggunakan itu”.
“Dalam ekspositori itu kan ceramah dan bertanya, karena
kalau hanya ceramah saja itu tidak mungkin, nanti siswanya
bisa mengantuk dan siswa juga tidak paham”.
Peneliti : “Apakah dalam strategi ekspositori hanya ada ceramah dan
bertanya saja?”
Subjek 1 : “Ekspositori itu ceramah, bertanya, sama penugasan
kayaknya mbak.”
Peneliti : “Kayaknya? “
“Yakin tidak?”
Subjek 1 : “Ya yang saya tahu itu mbak.”
Peneliti : “Dengan strategi ekspositori ini apakah kamu bisa
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, kesulitan siswa
mengenai materi ini, serta miskonsepsinya?
Subjek 1 : “Emm…bisa sih, tadi kan kalau misal saya bertanya kepada
siswa saya bisa tahu siswa itu sudah paham atau belum
dengan materi yang saya sampaikan”.
Peneliti : “Kemudian untuk mengetahui kesulitan siswa juga dengan
bertanya?”
Subjek 1 : “Iya”.
Peneliti : “Tadi ada siswa yang miskonsepsi tidak?”
Subjek 1 : “Miskonsepsi sendiri itu apa ya mbak?”
Peneliti : “Semisal yang kamu maksud konsepnya itu begini, tetapi
siswanya malah memahaminya berbeda dengan yang kamu
maksud, gitu”.
Subjek 1 : “Saya rasa tadi tidak ada sih”.
Peneliti : “Nah setelah strategi ini diterapkan apa kelebihan dan
kelemahannya?”
Subjek 1 : “Kelebihannya saya rasa siswa bisa lebih paham, meskipun
ada beberapa juga yang belum paham”.

98
“Kalau kekurangannya itu mungkin ya biasa lah namanya
pelajaran matematika siswa pasti bisa ngantuk dan bosan,
gitu”.
Peneliti : “Tadi kan ada siswa yang kesulitan menentukan tanda, apa
yang kamu lakukan untuk mengatasi kesulitan siswa
tersebut?”
Subjek 1 : “Untuk mengatasi kesulitan tersebut saya mereview materi
yang tadi saya jelaskan, dan siswa saya suruh untuk
membuka lagi catatan sebelumnya”.
Peneliti : “Untuk review tadi, yang pertama kamu sampaikan itu kan
persamaan garis ya? Itu apa hubungannya dengan program
linear?”
Subjek 1 : “Kalau prolin kan kita nanti akan membentuk persamaan
garis, persamaan garis itu akan membentuk DHP”.
Peneliti : “Tetapi tadi yang disampaikan hanya persamaan garisnya
saja ya? Tidak menentukan DHP?”
Subjek 1 : “Oh iya tadi masih kurang mbak..hehe”.
Peneliti : “Kenapa?”
“Padahal di RPP pertemuan pertama kan kamu nulisnya ada
materi menentukan DHPnya juga?”
Subjek 1 “Iya mbak tadi lupa.”

99
Hasil Wawancara Subjek 1 (Pertemuan Kedua)

Peneliti : “Apa kesulitanmu dalam mengajarkan materi ini kepada siswa?”


Subjek 1 : “Kesulitannya pas menentukan daerah hasil penyelesaian.”
Peneliti : “Berarti pas grafik itu ya?”
Subjek 1 : “Iya. Menentukan titik potongnya juga masih bingung, trus
menentukan garisnya.”
Peneliti : “Strategi yang digunakan apa?”
Subjek 1 : “Sama seperti pertemuan pertama.”
Peneliti : “Kenapa?”
Subjek 1 “Ya sama seperti kemearin juga sih mbak.”
Peneliti : “Hasil wawancara pertemuan kemarin kan strategi yang kamu
gunakan punya kelemahan bikin siswa ngantuk dan bosan ya?”
“Kenapa dipertemuan kedua ini tidak dirubah strateginya?”
Subjek 1 : “Heeee..kenapa ya mbak?”
“Belum begitu memahami strategi yang lain sih soalnya.”
Peneliti : “Oh gitu ya?”
Subjek 1 “Iya mbak.”
Peneliti : “Dengan strategi ini apakah bisa tahu sejauh mana pemahaman
siswa, kesulitan siswa, serta miskonsepsinya?”
Subjek 1 : “Bisa.”
Peneliti : “Pemahamannya bagaimana?”
Subjek 1 : “Sebagian ada yang paham, tapi kebanyakan belum sih.”
Peneliti : “Kesulitannya?”
Subjek 1 : “Menggambar grafik, ya itu tadi menentukan daerah
penyelesaiannya.”
Peneliti : “Miskonsepsinya?”
Subjek 1 : “Miskonsepsinya itu pas menentukan titik potong, siswa masih
memakai tanda hubung pertidaksamaan, tidak diubah dulu ke
bentuk persamaan.”
Peneliti : “Kelebihan dan kelemahan strategi yang digunakan apa?”
Subjek 1 : “Sama sih seperti kemarin.”
Peneliti : “Cara mengatasi kesulitan dan miskonsepsi siswa?”
Subjek 1 : “Ya paling diingatkan kembali, membuka catatan yang sudah
ditulis, dan dijelaskan lagi.”

100
Hasil Wawancara Subjek 2

Peneliti : “Apa kesulitanmu ketika mengajarkan materi ini kepada


siswa?”
Subjek 2 : “Kesulitannya itu program linier kan merupakan soal cerita,
nah soal cerita itu terkadang membuat siswa bosan.”
“Kemudian kita sebagai guru dituntut untuk dapat
menjelaskan kepada agar siswa paham terhadap maksud yang
ada pada soal cerita tersebut, kan susah.”
Peneliti : “Berarti kalau bukan soal cerita lebih mudah ya
menjelaskannya?”
Subjek 2 : “Iya.”
Peneliti : “Kemudian strategi apa yang kamu gunakan ketika mengajar
tadi?”
Subjek 2 : “TGT.”
Peneliti : “Kenapa?”
Subjek 2 : “Karena kalau program linier itu kan soal cerita, kalau tidak
diselingi dengan permainan, tidak diselingi dengan turnamen,
nanti krik-krik.”
Peneliti : “Memakai TGT ini apakah bisa tahu sejauh mana
pemahaman siswa?”
Subjek 2 : “Bisa. Soalnya kan kalau TGT itu ada games, games-nya itu
perkelompok, nah pas games itu kan kita bisa tahu siswa
sudah pada paham atau belum, sedangkan kalau turnamen itu
nanti ada bangku berdasarkan prestasi siswa.”
Peneliti : “Kemudian bisa tahu juga tidak kesulitan yang dialami
siswa?”
Subjek 2 : “Bisa.”
Peneliti : “Contohnya?”
Subjek 2 : “Pas mengerjakan LKS itu siswa mengerjakannya lama
sekali.”
Peneliti : “Siswa mengalami kesulitan dalam hal apa?”
Subjek 2 : “Memodelkan matematikanya.”
Peneliti : “Jadi siswa masih bingung atau bagaimana?”
Subjek 2 : “Iya masih bingung.”
Peneliti : “Dalam hal apa?”
Subjek 2 : “Menentukan tandanya, semisal kalau sekurang-kurangnya
itu siswa masih bingung memakai tanda atau .”
Peneliti : “Ohh..kemudian ada siswa yang mengalami miskonsepsi
tidak?”
Subjek 2 : “Ada.”
Peneliti : “Bagaimana?”
Subjek 2 : “Tadi kan ada soal, yang seharusnya siswa itu memisalkan
lapisan luar dari patung itu emas dan perak, tetapi ada yang
memisalkan perak dan perak, emas dan emas.”
Peneliti : “Ohh maksudnya dalam memisalkan variabelnya masih

101
kebalik-balik ya? Atau bagaimana?”
Subjek 2 : “Iya.”
Peneliti : “Apa kelebihan dan kekurangan dari strategi yang kamu
gunakan?”
Subjek 2 : “Kalau kelebihannya itu TGT lebih menyenangkan, tidak
membosankan.”
“Kelemahannya waktunya molor lama sekali karena perlu
teams untuk diskusi LKS kemudian games, dan turnamen.”
Peneliti : “Nah tadi ka nada siswa yang mengalami kesulitan dan
miskonsepsi.”
“Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi kesulitan dan
miskonsepsi siswa tersebut?”
Subjek 2 : “Terkadang miskonsepsi siswa kan berbeda-beda tiap
individu, jadi kalau semisal sedang membahas LKS ya mau
tidak mau menghampiri tiap-tiap siswa.”

102
Hasil Wawancara Subjek 3

Peneliti : “Apa kesulitanmu dalam mengajarkan materi ini kepada


siswa?”
Subjek 3 : “Kesulitannya pas membuat anak bisa memodelkan
matematika.”
Peneliti : “Memodelkannya itu sulit pas apanya?”
Subjek 3 : “Tanda. Anak-anak antara tanda atau itu tidak teliti.”
Peneliti : “Strateginya apa yang digunakan dalam mengajarkan
materi ini?”
Subjek 3 : “Strateginya saya pakai Jigsaw dicampur sama Talking
Stick.”
Peneliti : “Kenapa?”
Subjek 3 : “Karena menurut saya itu menarik buat anak-anak.”
“Membuat siswa itu aktif dan tidak pasif, serta tidak
membosankan.”
Peneliti : “Apakah dengan strategi ini bisa tahu sejauh mana
pemahaman siswa, kesulitan siswa, serta miskonsepsinya?”
Subjek 3 : “Emm..kalau pemahamannya bisa tahu dari evaluasinya.”
“Tapi tadi saya kan memberikan beberapa soal untuk
membuat model matematika, nah kebanyakan anak-anak
sudah memahami lah.”
Peneliti : “Bisa tahu juga kesulitannya juga?”
Subjek 3 : “Iya. Kesulitannya yang menentukan tanda itu tadi.”
Peneliti : “Kemudian bisa tahu miskonsepsi siswa juga tidak?”
Subjek 3 : “Bisa sih masalah variabel.”
Peneliti : “Bagaimana memang?”
Subjek 3 : “Tadi kan misalnya ada roti jenis 1 bahannya tepung dan
gula, harusnya memisalkannya roti jenis 1 itu x, tetapi
siswa malah memisalkannya tepungnya itu yang x.”
Peneliti : “Setelah strategi ini diterapkan apa kelebihan dan
kelemahannya?”
Subjek 3 : “Kelebihannya itu membuat siswa aktif.”
“Kekurangannya apa sih ya?”
“Mungkin dari segi waktu jadi agak lama.”
Peneliti : “Kemudian apa yang kamu lakukan untuk mengatasi
kesulitan siswa dan miskonsepsinya?”
Subjek 3 : “Emm..melatih siswa dengan soal-soal agar siswa terbiasa
untuk mengerjakan, dan dijelaskan lagi.”

103
Lampiran 11

104
105
106
Lampiran 12

Komentar Subjek 1

107
108
Komentar Subjek 2

109
110
111
112
Komentar Subjek 3

113
114
Lampiran 13

RPP Subjek 1 Pertemuan Pertama

YAYASAN PENDIDIKAN CIPTA KARYA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) CIPTA KARYA PREMBUN
Jln. Kutoarjo Km 17, Tersobo, Prembun, Kebumen, Telp (0287) 662363
e-mail : smk_ck_prembun@yahoo.com

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/Semester : XI/I
Tahun Pelajaran : 2016-2017
Materi Pokok : PROGRAM LINEAR
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 x pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI (KI)


3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan program linear dua variabel dan metode penyelesaiannya
dengan menggunakan masalah kontekstual.

C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


3.2.1 Menetukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua
variabel.

115
E. MATERI PEMBELAJARAN
Menyelesaikan Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
1. Persamaan Garis Lurus
a. Persamaan garis lurus yang melalui dua titik yaitu (x 1, y1) dan (x2, y2)
adalah

b. Persamaan garis lurus melalui titik (x1, y1) dengan gradien m adalah

c. Persamaan garis lurus yang memotong sumbu x di titik (a, 0) dan


memotong sumbu y di titik (0, b) adalah atau
2. Cara Menggambar Garis Lurus
a. Menentukan titik potong sumbu x dan titik potong sumbu y, kemudian
kedua titik tersebut dihubungkan dan diperpanjang.
b. Atau dengan cara mengambil minimal dua titik yang terletak pada
garis tersebut kemudian dihubungkan dan diperpanjang.
3. Cara Menentukan Daerah Himpunan Penyelesaian Sistem
Pertidaksamaan Linear dengan Dua Variabel
Pertidaksamaan linear dua variabel adalah pertidaksamaan yang
dapat ditulis dalam bentuk atau atau
atau .
Untuk menentukan Daerah Hasil Penyelesaian (DHP) dari
atau dapat digunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Gambar garis
b. Ambil sembarang titik P (x1, y1) yang terletak di luar garis
, kemudian hitunglah nilai dan bandingkan dengan nilai c.
1) Jika maka daerah yang sepihak dangan P (x1, y1)
merupakan DHP dari
2) Jika maka daerah yang sepihak dengan P (x1, y1)
merupakan DHP dari

116
c. Arsir daerah yang bukan merupakan penyelesaian dan DHP dibiarkan
tetap bersih.

F. METODE PEMBELAJARAN
- Ekspositori
- Penugasan

G. MEDIA/ALAT DAN SUMBER BELAJAR


Alat / Bahan : White Board, Spidol, Tayangan Power Point dan Lembar Kerja
Siswa, Laptop, LCD
Sumber Belajar :
- Buku Siswa Matematika Kelas XI
- Buku Guru Matematika Kelas XI
- Internet
- Buku Matematika lainnya

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
Indikator:
3.2.1 Menetukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua variabel.
Alokasi
Kegiatan Kegiatan Pembelajaran
Waktu
a. Salam dan berdoa..
b. Guru melakukan absensi kehadiran
siswa dan melihat kesiapan siswa
Pendahuluan mengikuti pelajaran. 10’
c. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan pokok-pokok
materi yang akan dipelajari.
a. Guru mengajak siswa
memperhatikan dan memahami
Kegiatan Inti 70’
materi pertidaksamaan linear dua
variabel pada buku siswa atau

117
sumber pembelajaran lain.
b. Guru bertanya kepada siswa sejauh
mana memahami materi tersebut.
c. Guru memberikan penjelasan materi
mengenai penyelesaian sistem
pertidaksamaan linear dua variabel.
d. Guru dan siswa saling tanya jawab
mengenai materi yang disampaikan.
e. Guru memberikan contoh soal dan
dikerjakan bersama siswa.
f. Guru memberikan latihan soal.
(lampiran I)
g. Siswa mengerjakan latihan soal.
h. Guru berkeliling dan mengamati
siswa dalam menyelesaikan soal
tersebut.
i. Jika ada siswa yang kesulitan maka
guru memberikan arahan tanpa
memberikan hasil jawabannya.
j. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menuliskan hasil
penyelesaiannya di depan.
k. Guru membahas latihan soal.
a. Guru meminta seorang siswa untuk
menyimpulkan materi apa saja yang
didapat pada pertemuan ini.
Penutup b. Guru memberikan informasi tentang 10’
materi pelajaran pada pertemuan
selanjutnya.
c. Guru dan siswa berdoa bersama.

118
Prembun, Januari 2017
Mahasiswa Praktikan

Tika Susilowati
NIM. 142140151

119
RPP Subjek 1 Pertemuan Kedua

YAYASAN PENDIDIKAN CIPTA KARYA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) CIPTA KARYA PREMBUN
Jln. Kutoarjo Km 17, Tersobo, Prembun, Kebumen, Telp (0287) 662363
e-mail : smk_ck_prembun@yahoo.com

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/Semester : XI/I
Tahun Pelajaran : 2016-2017
Materi Pokok : PROGRAM LINEAR
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit (3 x pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI (KI)


5. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
6. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR
3.3 Menjelaskan program linear dua variabel dan metode penyelesaiannya
dengan menggunakan masalah kontekstual.

C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


3.2.2 Merumuskan model matematika dari masalah program linear.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat mengenal masalah yang merupakan program linear.
2. Siswa dapat menentukan fungsi objektif dan kendala dari program linear.
3. Siswa dapat menggambar daerah fisibel dari program linear.
4. Siswa dapat merumuskan model matematika dari masalah program linear.

120
E. MATERI PEMBELAJARAN
Merancang Model Matematika dari Masalah Program Linear
Sebelum merancang model matematika dari masalah program
linear, ada beberapa hal yang harus dipahami:
1. Program linear adalah metode untuk menyelesaiakan permasalahan
tentang maksimum / minimum yang menggunakan sistem persamaan atau
pertidaksamaan linear.
2. Dalam persoalan program linear terdapat tujuan persoalan yang akan
dicapai, dinyatakan dalam bentuk fungsi linear . Fungsi
linear tersebut disebut fungsi tujuan atau fungsi sasaran.
3. Model matematika adalah suatu penulisan permasalahan dalam bentuk
matematika dengan menggunakan variabel-variabel dalam persamaan-
persamaan atau pertidaksamaan-pertidaksamaan. Salah satu cara yang
mudah menentukan model matematika adalah dengan membuat tabel
untuk menuliskan permasalahan tersebut.
Ada beberapa langkah-langkah dalam menentukan model
matematika dari suatu permasalahan linear, perhatikanlah contoh berikut.
Perhatikan kalimat dibawah ini.
Ibu ingin menyiapkan kue untuk acara keluarga. Ibu akan membeli dua
jenis kue yang jumlahnya paling sedikit 20 buah.
Kalimat di atas dapat ditulis dengan bentuk pertidaksamaan dua variabel.
Adapun langkah-langkah dalam menentukan model matematika
dari suatu permasalahan program linear adalah sebagai berikut.
a. Membuat pemisalan
Kita tuliskan pemisalan dari objek pada permasalahan dengan sebuah
variabel.
Pada contoh di atas,
Misalkan: x = banyak kue jenis pertama yang dibeli Ibu
y = banyak kue jenis kedua yang dibeli Ibu.
b. Mengganti kalimat yang menyatakan jumlah dengan tanda
ketidaksamaan.

121
Pada contoh di atas, " Ibu akan membeli dua jenis kue yang
jumlahnya paling sedikit 20 buah ", artinya Ibu akan membeli kedua jenis
kue tersebut yang jumlahnya lebih dari atau sama dengan 20. Ini berarti
tanda ketidaksamaan yang digunakan adalah ≥ 20.
c. Menuliskan bentuk pertidaksamaan dari permasalahan tersebut.
Pada contoh di atas, dapat diketahui bahwa kue jenis pertama
ditambah kue jenis kedua jumlah paling sedikit adalah 20. Jadi, bentuk
pertidaksamaan dari kalimat tersebut adalah x + y ≥ 20.
Untuk memudahkan kita dalam memodelkan permasalahan program
linear ke dalam kalimat matematika berupa pertidaksamaan, pahamilah
tabel berikut ini.
Kata yang
Tanda Bentuk
Menyatakan Contoh Kalimat
Pertidaksamaan Peridaksamaan
Pertidaksamaan
Nilai x lebih
“lebih dari”
dari 5.
Nilai x kurang
“kurang dari”
dari 3.
“lebih dari sama Nilai x dan y
dengan” peling sedikit 2.
Jumlah nilai x
“kurang dari
dan y tidak
sama dengan”
lebih dari 8.

F. METODE PEMBELAJARAN
- Ekspositori
- Penugasan

G. MEDIA/ALAT DAN SUMBER BELAJAR


Alat / Bahan : White Board, Spidol, Tayangan Power Point dan Lembar Kerja
Siswa, Laptop, LCD

122
Sumber Belajar :
- Buku Siswa Matematika Kelas XI
- Buku Guru Matematika Kelas XI
- Internet
- Buku Matematika lainnya

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
3.2.2 Merumuskan model matematika dari masalah program linear.
Alokasi
Kegiatan Kegiatan Pembelajaran
Waktu
a. Salam dan berdoa..
b. Guru melakukan absensi kehadiran siswa
dan melihat kesiapan siswa mengikuti
Pendahuluan 10’
pelajaran.
c. Guru mengajak siswa mengingat materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
a. Guru memberikan penjelasan materi
mengenai masalah yang merupakan
program linear.
b. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
c. Guru dan siswa saling tanya jawab
Kegiatan Inti mengenai materi yang disampaikan. 70’
d. Guru memberikan contoh soal dan
dikerjakan bersama.
e. Jika ada siswa yang kesulitan maka guru
memberikan arahan tanpa memberikan
hasil jawabannya.
a. Guru dan siswa membuat kesimpulan
materi yang telah dipelajari.
Penutup 10’
b. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan untuk lebih semangat

123
dalam belajar.
c. Guru dan siswa berdoa bersama.

Pertemuan 2
3.2.2 Merumuskan model matematika dari masalah program linear.
Alokasi
Kegiatan Kegiatan Pembelajaran
Waktu
a. Salam dan berdoa.
b. Guru melakukan absensi kehadiran
siswa dan melihat kesiapan siswa
Pendahuluan mengikuti pelajaran. 10’
c. Guru mengajak siswa mengingat
materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
a. Guru memberikan penjelasan materi
mengenai fungsi objektif dan
kendala dari program linear serta
menggambar daerah fisibel dari
program linear.
b. Siswa memperhatikan penjelasan
guru.
Kegiatan Inti 70’
c. Guru dan siswa saling tanya jawab
mengenai materi yang disampaikan.
d. Guru memberikan contoh soal dan
dikerjakan bersama.
e. Jika ada siswa yang kesulitan maka
guru memberikan arahan tanpa
memberikan hasil jawabannya.
a. Guru dan siswa membuat
Penutup 10’
kesimpulan materi yang telah

124
dipelajari.
b. Guru mengakhiri kegiatan belajar
dengan memberikan pesan untuk
lebih semangat dalam belajar.
c. Guru dan siswa berdoa bersama.

Pertemuan 3
3.2.2 Merumuskan model matematika dari masalah program linear.
Alokasi
Kegiatan Kegiatan Pembelajaran
Waktu
a. Salam dan berdoa.
b. Guru melakukan absensi kehadiran siswa
dan melihat kesiapan siswa mengikuti
Pendahuluan 10’
pelajaran.
c. Guru mengajak siswa mengingat materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
d. Guru memberikan penjelasan materi
mengenai merumuskan model matematika
dari masalah program linear.
e. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
f. Guru dan siswa saling tanya jawab
mengenai materi yang disampaikan.
g. Guru memberikan contoh soal dan
Kegiatan Inti 70’
dikerjakan bersama.
h. Guru memberikan latihan soal. (lampiran
II)
i. Siswa mengerjakan latihan soal.
j. Guru berkeliling dan mengamati siswa
dalam menyelesaikan soal tersebut.
k. Jika ada siswa yang kesulitan maka guru

125
memberikan arahan tanpa memberikan
hasil jawabannya.
l. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menuliskan hasil
penyelesaiannya di depan.
m. Guru membahas soal.
n. Guru dan siswa membuat kesimpulan
materi yang telah dipelajari.
o. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
Penutup 10’
memberikan pesan untuk lebih semangat
dalam belajar.
p. Guru dan siswa berdoa bersama.

Prembun, Januari 2017


Mahasiswa Praktikan

Tika Susilowati
NIM. 142140151

126
RPP Subjek 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1


(RPP 1)

SatuanPendidikan : SMK Ma’arif 2 Gombong


Kelas/Semester : XI/1
Mata Pelajaran : MatematikaWajib
MateriPokok : Program Linear
Waktu : 2 × 45 menit
Pertemuan Ke 1

A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan (KI 3)
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
2. Keterampilan (KI 4 )
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI Pengetahuan
3.4 Menjelaskan program linear dua variabel dan metode
penyelesaiannya dengan menggunakan masalah kontekstual.

2. KD pada KI Keterampilan
4.4 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan program
linear dua variabel.

127
C. Indikator
1. Indikator KD pada KI Pengetahuan
3.4.1 Mendeskripsikan konsep sistem persamaan dan pertidaksamaan
linier dua variabel dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah program linear.
3.4.2 Menerapkan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan masalah
program linear terkait masalah nyata dan menganalisis kebenaran
langkah-langkahnya.
3.4.3 Menganalisis bagaimana menilai validitas argumentasi logis yang
digunakan dalam matematika yang sudah dipelajari terkait
pemecahan masalah program linier.
2. Indikator KD pada KI Keterampilan
4.4.1 Merancang dan mengajukan masalah nyata berupa masalah
program linear, dan menerapkan berbagai konsep dan aturan
penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dan menentukan nilai
optimum dengan menggunakan fungsi selidik yang ditetapkan.
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi
dan mengomunikasikan pada kegiatan diskusi dalam menyelesaikan
tugas,peserta didik dapat:
1. Membuat kerangka berpikir dari suatu permasalahan program linier.
2. Menentukan Model Matematika dari suatu permasalahan program linier.
3. Membuat grafik sistem pertidaksamaan linier.
4. Terampil membuat kerangka berpikir dari suatu permasalahan program
linier.
5. Terampil menentukan Model Matematika dari suatu permasalahan
program linier.
6. Terampil membuat grafik sistem pertidaksamaan linier.

128
E. Materi Pembelajaran
1. Mengingatkan kembali peserta didik tentang model matematika dalam
bentuk sistem pertidaksamaan linier.
Peridaksamaan linear dua variabel dapat dinyatakan dalam bentuk :
ax + by > c tanda bisa dengan <, ≤, atau ≥
Dengan x, y variabel dan a, b, c konstanta
Gabungan dua atau lebih pertidaksamaan linear disebut sistem
pertidaksamaan linear.
2. Masalah dalam program linier
Seorang pengrajin patung akan membuat beberapa patung Dewi Sri dan
beberapa patung Ganesha. Sebuah patung Dewi Sri membutuhkan 2 gram
emas dan 2 gram perak untuk lapisan luarnya. Sedangkan, sebuah patung
Ganesha membutuhkan 3 gram emas dan 1 gram perak untuk lapisan
luarnya. Persediaan emas dan perak pengrajin tersebut masing-masing
hanya 12 gram dan 8 gram.
a. Berapa banyak masing-masing patung yang dapat dibuat dengan
persediaan tersebut?
b. Berapa banyak masing-masing patung harus dibuat agar memperoleh
jumlah maksimum?
c. Jika patung Dewi Sri akan dijual dengan harga Rp 500.000,00 per
buah, sedangkan patung Ganesha akan dijual dengan harga Rp
400.000,00 per buah, berapa banyak masing-masing jenis patung yang
harus dibuat agar pengrajin memperoleh pendapatan yang sebanyak-
banyaknya?
F. Pendekatan : scientific approach
G. Model : Teams, Games, Tournament
H. Metode : diskusi kelompok, tanya jawab, penugasan
I. Alat/Media/Bahan :
1. Alat/Media : LCD, laptop dan LKS
2. Alat atau bahan :
 Papan tulis

129
 Penghapus
 Spidol
J. Sumber Belajar :
Buku Guru Kurikulum 2013 “Matematika Kelas X”, Buku Siswa Kurikulum
2013 “Matematika Kelas X” edisi revisi 2014.
K. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu


1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan
berdo’a untuk memulai pembelajaran.
2. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
peserta didik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
3. Memeriksa kehadiran peserta didik.
Pendahuluan 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada 10 menit
pertemuan yang berlangsung.
5. Memberitahukan materi pelajaran yang akan
dibahas pada pertemuan saat itu.
6. Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman
belajar sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran.

Pemberian stimulus terhadap siswa


Mengamati
1. Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa
kelompok

Inti 2. Guru mengajak siswa untuk mengenal konsep


70 menit
program linear dan menentukan model matematika.
3. Guru menjelaskan materi konsep program linear dan
menentukan model matematika.
4. Guru meminta siswa untuk membaca pengertian
persamaan dan pertidaksamaan linier dua variabel

130
dan memahami konsep program linear dan
menentukan model matematika.
Identifikasi masalah
Mengamati
1. Siswa berdiskusi tentang konsep program linear dan
menentukan model matematika.
2. Siswa mengidentifikasi masalah dalam konsep
program linear dan menentukan model matematika.
3. Siswa menentukan penyelesaian dari konsep program
linear dan menentukan model matematika.
Menanya

1. Siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang


diberikan oleh guru.
2. Guru meminta siswa untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas dari permasalahan tersebut. Jika tidak
satupun siswa mengajukan pertanyaan, guru harus
mempersiapkan dan menanyakan pertanyaan terkait
masalah tersebut.
Pengumpulan data
Mengumpulkan Informasi
1. Guru meminta siswa untuk mencari contoh lain
permasalahan yang berkaitan dengan konsep program
linear dan menentukan model matematika.
2. Guru meminta siswa mendiskusikan lembar kerja
siswa mengenai konsep program linear dan
menentukan model matematika.
3. Siswa menyampaikan pada kelompok lain dan
menanggapinya.

131
Pembuktian
Menalar
1. Guru menugaskan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan konsep program
linear dan menentukan model matematika.
2. Guru mengarahkan siswa untuk dapat menghitung
unsur-unsur yang belum diketahui.
3. Guru membimbing/menilai kemampuan siswa dalam
melakukan aktifitas dan merumuskan kesimpulan.
4. Siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan
baik melalui pengamatan maupun eksperimen.
Menarik kesimpulan/generalisasi
Mengkomunikasikan
1. Guru menugaskan siswa untuk menyajikan hasil
pengamatan dan eksperimen yang telah dilakukan.
2. Siswa lain memberikan tanggapan terhadap jawaban
dari kelompok lain.
3. Guru bersama siswa membuat kesimpulan
berdasarkan hasil pengamatan dan eksperimen yang
telah dilakukan.

1. Guru dan siswa menyimpulkan tentang bagaimana


menghitung konsep program linear dan menentukan
model matematika.
Penutup 2. Guru memberikan PR/tugas kepada siswa. 10 menit
3. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan tetap semangat untuk belajar.
4. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.

132
I. Penilaian Pengetahuan dan Keterampilan
1. Teknik Penilaian
Pengamatan, Tes tertulis, dan Penugasan
2. Instrumen Penilaian
Terlampir
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

Mahasiswa Praktikan

Yohana Rahmawati
NIM. 142140048

133
RPP Subjek 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Prembun


Kelas/Semester : XI/1
Mata Pelajaran : Matematika (Wajib)
Materi Pokok : Program Linear
Alokasi Waktu : 12 x 45 menit (6 × Pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan konsep sistem persamaan dan pertidaksamaan linier
dua variabel dan menerapkannya dalam pemecahan masalah program
linear.
3.2 Menerapkan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan masalah
program linear terkait masalah nyata dan menganalisis kebenaran
langkah-langkahnya.

134
3.3 Menganalisis bagaimana menilai validitas argumentasi logis yang
digunakan dalam matematika yang sudah dipelajari terkait pemecahan
masalah program linier.
4.1 Merancang dan mengajukan masalah nyata berupa masalah program
linear, dan menerapkan berbagai konsep dan aturanpenyelesaian
sistem pertidaksamaan linier dan menentukan nilai optimum dengan
menggunakan fungsi selidik yang ditetapkan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Memiliki sikap kemampuan bekerjasama, sikap toleransi dalam
perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi
menyelesaikan masalah, bertangungjawab dalam pembelajaran
Program Linear.
2. Mendeskripsikan konsep sistem persamaan dan pertidaksamaan linier
dua variabel
3. Menerapkan konsep sistem persamaan dan pertidaksamaan linier dua
variabel dalam pemecahan masalah program linear.
4. Menganalisis kebenaran langkah-langkah penyelesaian masalah
program linear.
5. Menerapkan berbagai konsep dan aturan penyelesaian sistem
pertidaksamaan linier dan menentukan nilai optimum dengan
menggunakan fungsi selidik yang ditetapkan.

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan
siswa dapat:
1. Memiliki sikap kemampuan bekerjasama, sikap toleransi dalam
perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi
menyelesaikan masalah, bertangungjawab dalam pembelajaran
Program Linear.

135
2. Mendeskripsikan konsep sistem persamaan dan pertidaksamaan linier
dua variabel
3. Menerapkan konsep sistem persamaan dan pertidaksamaan linier dua
variabel dalam pemecahan masalah program linear.
4. Menganalisiskebenaran langkah-langkah penyelesaian maslah
program linear.
5. Menerapkan berbagai konsep dan aturanpenyelesaian sistem
pertidaksamaan linier dan menentukan nilai optimum dengan
menggunakan fungsi selidik yang ditetapkan.

E. Materi Pembelajaran
1. Mengingatkan kembali peserta didik tentang model matematika dalam
bentuk sistem pertidaksamaan linier.Peridaksamaan linear dua
variabel dapat dinyatakan dalam bentuk :
ax + by > c tanda bisa dengan <, ≤, atau ≥. Dengan x, y variabel dan
a, b, c konstanta. Gabungan dua atau lebih pertidaksamaan linear
disebut sistem pertidaksamaan linear.
2. Masalah dalam program linier
Seorang pengrajin patung akan membuat beberapa patung Dewi Sri
dan beberapa patung Ganesha. Sebuah patung Dewi Sri membutuhkan
2 gram emas dan 2 gram perak untuk lapisan luarnya. Sedangkan,
sebuah patung Ganesha membutuhkan 3 gram emas dan 1 gram perak
untuk lapisan luarnya. Persediaan emas dan perak pengrajin tersebut
masing-masing hanya 12 gram dan 8 gram.
a. Berapa banyak masing-masing patung yang dapat dibuat
dengan persediaan tersebut?
b. Berapa banyak masing-masing patung harus dibuat agar
memperoleh jumlah maksimum?
c. Jika patung Dewi Sri akan dijual dengan harga Rp 500.000,00
per buah, sedangkan patung Ganesha akan dijual dengan harga
Rp 400.000,00 per buah, berapa banyak masing-masing jenis

136
patung yang harus dibuat agar pengrajin memperoleh
pendapatan yang sebanyak-banyaknya?

F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik approach
2. Model Pembelajaran : Jigsaw dan Talking Stick
3. Metode : Diskusi kelompok, tanya jawab, dan
penugasan

G. Alat/Media/Bahan
1. Alat/media : LCD, papan tulis, laptop, penggaris
2. Sumber Belajar : Buku guru Matematika kelas XI, Buku siswa
matematika XI diterbitkan Depdikbud. Lingkungan, Internet.

H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan 1. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan dari
guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran
sebelumnya
2. Peserta didik menerima informasi tentang
pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan materi
yang memiliki keterkaitan dengan materi sebelumnya.
3. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi,
ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran serta metode yang akan dilaksanakan.
Inti 4. Kegiatan diawali dengan siswa diminta untuk
membentuk kelompok yang beranggotakan maksimal
5 siswa tiap kelompok
5. Siswa di dalam setiap kelompok diberi bagian materi
yang berlainan
6. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi bagian
materi yang ditugaskan

137
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
7. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari
sub bagian yang sama berkumpul dalam kelompok
baru yang disebut sebagai kelompok ahli
8. Setelah anggota dari kelompok ahli selesai
mendiskusikan sub bab bagian mereka, maka
selanjutnya masing-masing anggota dari kelompok
ahli kembali kedalam kelompok asal dan secara
bergantian mengajar teman dalam 1 kelompok
mengenai sub bagian yang telah dikuasai sedangkan
anggota lainnya mendengarkan penjelasan dengan
seksama
9. Masing-masing kelompok ahli melakukan presentasi
hasil diskusi yang telah dilakukan
10. Guru melaksanakan evaluasi dengan model talking
stick
11. Guru mengambil sebuah tongkat dan memberikannya
ke siswa, setelah itu guru memimpin sebuah lagu
untuk memutarkan tongkat tersebut, guru
memberhentikan tongkat dan siapa yang memegang
tongkat akan mendapatkan pertanyaan dari guru
demikian seterusnya

Penutup 12. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah


dipelajari
13. Peserta didik merefleksi penguasaan materi yang telah
dipelajari dengan membuat catatan penguasaan
materi.
14. Peserta didik melakukan evaluasi pembelajaran.
15. Peserta didik saling memberikan umpan balik hasil
evaluasi pembelajaran yang telah dicapai.
16. Guru memberikan tugas mandiri sebagai pelatihan
keterampilan dalam menyelesaikan masalah
matematika yang berkaitan dengan program linear
17. Peserta didik mendengarkan arahan guru untuk materi
pada pertemuan berikutnya

138
I. Instrumen Penilaian
Penilaian dilakukan selama kegiatan pembelajaran yaitu Penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Teknik penilaian yang digunakan adalah: tes,
pengamatan, dan proyek.
Prosedur penilaian:
No Aspek Yang Dinilai Teknik Waktu Penilaian
Penilaian
Sikap
1 Pengamatan Selama
a.. Terlibat aktif dalam pembelajaran dan
pembelajaran Program saat diskusi
Linear
b. Bekerja sama dalam
kegiatan berkelompok
c. Toleran terhadap proses
pemecahan masalah
yang berbeda dan kreatif
Pengetahuan
2 Pengamatan Penyelesaian tugas
a.. Menjelaskan kembali dan Tes Individu dan
definisi program linier Kelompok
secara tepat dan
sistematis
b. Terampil menerapkan
konsep atau prinsip dan
strategi pemecahan
masalah yang relevan
yang berkaitan dengan
program linier
Keterampilan
3 Pengamatan Penyelesaian tugas
Terampil
. menerapkan konsep dan Tes (baik individu
dan prinsip dan strategi maupun kelompok)
pemecahan masalah yang
relevan yang berkaitan
dengan konsep program linier

Tes Tertulis
1. Gambarlah daerah penyelesaian setiap sistem persamaan di bawah ini.

a.

b.

139
2. Dengan persediaan kain polos 20 meter dan kain bergaris 10 meter, seorang
penjahit akan membuat 2 model pakaian jadi. Model I memerlukan 1 meter
kain polos dan 1,5 meter kain bergaris. Model II memerlukan 2 meter kain
polos dan 0,5 meter kain bergaris. Bila pakaian tersebut dijual, setiap model I
memperoleh untung Rp 15.000,00 dan model II memperoleh untung Rp
10.000,00. (UAN 2004 No. 22) Nyatakan masalah tersebut dalam model
matematika!
3.

Tentukan sistem pertidaksamaan dari daerah yang diaksir di atas!


4. Pesawat penumpang mempunyai tempat duduk 48 kursi. Setiap penumpang
kelas utama boleh membawa bagasi maksimum 60 kilogram sedangkan kelas
ekonomi maksimum 20 kilogram. Pesawat hanya dapat membawa bagasi
maksimum 1440 kg. Harga tiket kelas utama Rp 150.000,00 dan kelas
ekonomi Rp 100.000,00. Supaya pendapatan dari penjualan tiket pada saat
pesawat penuh mencapai maksimum, tentukan jumlah tempat duduk kelas
utama!

140
Lembar Pengamatan Sikap

Mata Pelajaran : Matematika (Wajib)


Kelas/Semester : XI IPS /Ganjil
Materi Pokok : Program Linear
Tahun Ajaran : 2017/2018
Waktu Pengamatan : 3 x 4 jam pelajaran

Sikap
Aktif Bekerjasama Toleran
No Nama Peserta Didik Keterangan
S K K S
KB B B SB B
B B B B
1
2
3
4
5
Keterangan :
KB : Kurang Baik
B : Baik
SB : Sangat Baik

141
Lembar Pengamatan Keterampilan

Mata Pelajaran : Matematika (Wajib)


Kelas/Semester : XI IPS /Ganjil
Materi Pokok : Program Linear
Tahun Ajaran : 2017/2018
Waktu Pengamatan : 3 x 4 jam pelajaran

Keterampilan
Menerapkan konsep/pronsip dan
No Nama Siswa
strategi pemecahan masalah
KT T ST
1
2
3
4

Keterangan:
KT : Kurang Terampil
T : Terampil
ST : Sangat Terampil

Purworejo, Januari 2017


Mahasiswa Praktikan

Tika Erviyanti
NIM 142140052

142
Lampiran 14

143
144
145
146
147
148
Lampiran 15

149
150
Lampiran 16

151
Lampiran 17

152
Lampiran 18

153
Lampiran 19

154
155
156
157

Anda mungkin juga menyukai