Anda di halaman 1dari 43

KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.Y


DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RUANG ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 18 -19 MEI 2021

OLEH:
I GUSTI MADE AMERTA YASA, S.KEP
NIM : 20089142221

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi
Oksigenasi adalah penambahan oksigen kedalam sistem pernafasan yang diperlukan dalam
proses metabolisme dan menghasilkan karbondioksida, energi dan air.
Pernafasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan. Fungsi
utama pernafasan adalah untuk memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh sel. Saat bernafas, tubuh mengambil oksigen dari
lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh terutama ke sel-sel melalui darah guna
dilakukan pembakaran selanjutnya sisa pembakaran akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru
untukdibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi untuk tubuh.
Kebutuhan Oksigen kapisitas udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-5 L) tetapi
yang diproses dalam paru-paru adalah sekitar ± 500 ml yakni, yang dihirup (inspirasi) dan yang
dikeluarkan (ekspirasi) pada pernafasan biasa.
Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi disebabkan oleh:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas adalah Suatu keadaan ketika seorang individu mengalami
suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.( Carpenito,Lynda Juall 2012).
2. Ketidakefektifan Pola Pernapasan adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola
pernapasan. (Carpenito, Lynda Juall 2012).
3. Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan
jalannya gas (oksigen dan karbondioksida ) yang aktual (atau dapat mengalami potensial) antara
alveoli paru – paru dan sistem vaskular. (Carpenito, Lynda Juall 2012).

B. Fisiologi Pernafasan
a. Sistem pernafasan atas
1) Hidung
Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan
penghangata sesuai dengan suhu tubuh.
2) Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi 2 untuk udara dan untuk makanan. Faring terdiri
atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan menghancurkan kuman patogen yang masuk bersama udara.
3) Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasanya disebut jakun. Selain
berperan, dalam menghasilkan suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan
jalan nafas dan melindungi jalan nafas bwah dari air dan makanan yang masuk.
b. Sistem pernafasan bawah
1) Trakea
Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago yang
menghubungkanlaring dengan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru bronkus
utama terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus
terminal. Keseluruhan. Keseluruhan jalan nafas tersebut membentuk pohon bronkus.
2) Paru
Paru-paru ada 2 buah terletak sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri atas
beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri dua lobus) dan dipasok oleh satu
bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan nafas yang bercabang-
cabang, yaitu alveolus , pembuluh darah, paru dan jaringan ikat elastis. Permukaan luar
paru dilapisi oleh kantung tertutup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal
membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi
permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan itu terdapat cairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas guna mencegah friksi selama gerakan nafas.
c. Pernafasan eksternal
1) Ventilasi pulmoner
Saat bernafas, udara bergantian masuk keluar parumelalui proses ventilasi sehingga
terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan nafas yang bersih, sistem saraf pusat dan
sistem pernafasanyang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi
dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
2) Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernafasan berikutnya adalah difusi oksigen
dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adlah pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi menuju area berkonsentrasi rendah. Proses ini
berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran
serta perbedaan tekanan gas.
3) Transpor oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga dari pernafsan adalah transpor gas-gas pernafasan. Pada proses ini, oksigen
diangkut dari paru-paru menuju jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan
menuju ke paru.
a) Transpor Oksigen
Proses iniu berlangsung pada sistem jantung dan paru. Normalnya, sebagian besar
oksigen yaitu sebesar 97% berikatan lemah dengan hemoglobin dan diangkut ke
selurujh jaringan dalam bentuk oksihemoglobin dan sisanya terlarut dalam plasma.
Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi atau jumlah oksigen yang masuk ke paru adan
perfusi atau aliran darah ke paru dan jaringan. Kapasitas darah yang membawa
oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen dalam plasma, jumlah hemoglobin dan
ikatan oksigen dengan hemoglobin.

b) Transpor karbondioksida
Karbon duioksida sebagai hasil dari metabolisme sel terus menerus diproduksi dan
diangkut menuju paru dengan 3 cara yaitu sebagian besar karbondioksida yaitu sekitar
70% diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat, sebanyak 23%
karbondioksida berikatan dengan hemoglobin memmentuk karbamiohemoglobin dan
sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam bentuk asam
karbonat.
d. Pernafasan internal
Pernafasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung
dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida selama
proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung
oksigen di bawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya, pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara kapiler sitemik dan jaringan. Seperti di kapiler paru,
pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Pernafasan
a. Faktor fisiologis
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen.
Secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk membawa oksigen ke jaringan adalah
97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan
pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas peningkatan oksigen.
2) Penurunan konsentrasi oksigen
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi pernafasan dan penurunan kadar
oksigen lingkungan.
3) Hipovolemia
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah akibat kehilangan cairan
ekstraseluler misal pada penderita syok dan dehidrasi berat.

4) Peningkatan laju metabolik


Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus dan
mengakibatkan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan
menyebabkan penurunan massa otot.
5) Kondisi lain
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti obesitas, abnormalitas
muskuloskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan syaraf gangguan syaraf pusat
dan penyakit kronis.
b. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernafasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi dalam kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi
tersebut dapat terhambat sehingga menggangu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi
tersebut antara lain gangguan pada sistem pernafasan dan kardiovaskuler, penyakit kronis,
penyakit obstruksi pernafasan atas dan lain-lain.
c. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang ditandai
dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran
pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan paru yang masih sedikit
karena kemampuan paru dalam minyintesis surfaktan paru baru berkembang pada
trimester terakhir.
2) Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran nafas atas seperti faringitis,
influenza, tonsilitis dan aspirasi benda asing.
3) Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisikomengalami infeksi saluran nafas akut akibat kebiasaan buruk
seperti merokok.

4) Dewasa muda dan paruh baya


Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko penyakit paru dan jantung.
5) Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada fungsi normal
pernafasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran
bronkus, dan kifosis tulang belakang yang dapat menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh pada penurunan kadar oksigen.
d. Faktor perilaku
1) Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru sedangkan
manultrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot opernafasan yang akan mengurangi
kerja pernafasan.
2) Olahraga
Latihan fisikakan mengakibatkan aktivitas metabolik, denyut jantung, dan kedalaman
sera frekuensi pernafasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Ketergantungan zat adiktif
Pengunaan alkohol dan zat-zat adiktif yang berlebihan dapat menggangu proses
oksigenasi. Hal ini disebabkan:
a) Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernafasan dan susunan saraf
pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan sehingga mengakibatkan
penurunan laju dan kedalaman pernafasan
b) Penggunaan narkotik dan analgesik terutama morfin dan meperidin dapat
mendepresi pusat pernafasan sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernafasan.
4) Emosi
Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktifitas saraf
simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi
pernafasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernafasan.
5) Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang.
Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer dan penyakit jantung.
Selain itu nikotin juga dapat menyebabkan vaskontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
e. Lingkungan
1) Suhu
Faktor suhu panas atau dingin dapat mempengaruhi afinitas atau kekuatan ikatan
hemoglobin dengan oksigen. Dengan kata lain suhu lingkungan juga mempengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
2) Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan oksigen juga akan turun.
Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan
frekuensi pernafasan dan denyut jantung. Sebaliknya pada dataran rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
3) Polusi
Polusi udara seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk,
tersedak dan berbagai gangguan pernafasan lain pada orang yang menghisapnya.
D. Gangguan Pemenuhan Oksigenasi
1) Ketidakefektifan Pola nafas
a. Data Mayor
1. Dispnea
2. Penggunaan otot bantu pernafasan
3. Fase ekspirasi memanjang
4. Pola nafas abnormal

b. Data Minor
1. Ortopnea
2. Pernafasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior – posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Ekskursi dada berubah
2) Gangguan pertukaran gas
a. Data Mayor
1. Dispnea
2. PCO2 meningkat/menurun
3. PO2 menurun
4. Takikardia
5. pH arteri meningkat/menurun
6. bunyi nafas tambahan
b. Data Minor
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Pusing
4. Penglihatan kabur
5. Gelisah
6. Nafas cuping hidung
7. Pola nafas abnormal
8. Warna kulit abnormal
9. Kesadaran menurun
3) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
a. Data Mayor
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebihan
4. Mengi, wheezing dan ronkhi kering
5. Mekonium di jalan nafas (pada neonatus)
b. Data Minor
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
4. Gelisah
5. Sianosis
6. Bunyi nafas menurun
7. Frekuensi nafas berubah
8. Pola nafas berubah
4) Gangguan penyapihan ventilatir
a. Data mayor
1. Frekuensi nafas meningkat
2. Penggunaan otot bantu nafas
3. Nafas megap-megap (gasping)
4. Upaya nafas dan bantuan ventilator tidak singkron
5. Nafas dangkal
6. agitasi
7. nilai gas darah arteri abnormal
b. Data minor
1. Lelah
2. Kuatir mesin rusak
3. Fokus meningkat pada pernafasan
4. Gelisah
5. Auskultasi suara inspirasi menurun
6. Warna kulit abnormal
7. Nafas paradoks abdominal
8. diaforesis
5) Gangguan ventilasi spontan
a. Data mayor
1. Dispnea
2. Penggunaan otot bantu nafas meningkat
3. Volume tidak menurun
4. PCO2 meningkat
5. PO2 menurun
6. SaO2 menurun
b. Data minor
1. Takikardia
2. Gelisah
6) Resiko aspirasi
Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Oksigenasi
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi meliputi riwayat keperawatan, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan diagnostik.
a. Riwayat keperawatan
1) Masalah keperawatan dulu dan sekarang
2) Riwayat penyakit :
a) Nyeri
b) Paparan lingkungan atau geografi
c) Batuk
d) Bunyi nafas mengi
e) Faktor resiko penyakit paru misal perokok aktif atau pasif
f) Frekuensi infeksi pernafasan
g) Masalah penyakit paru masa lalu
h) Penggunaan obat
3) Adanya batuk dan penanganan
4) Kebiasaan merokok
5) Masalah pada fungsi sistem kardiovaskuler.
6) Faktor resiko yang meperberat masalah pernafasan
a) Resiko hipertensi dan penyakit jantung
b) Merokok
c) Usia paruh baya dan lanjut
d) Obesitas
e) Diet rendah lemak
f) Peningkatan kolesterol

7) Riwayat penggunaan medikasi


8) Stressor yamh dialami
9) Status dan kondisi kesehatan

b. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Pada saat inspeksi perawat mengamati tindakan kesadaran klien, penampilan umum,
postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa, dada (kontur dada intrakosta;
diameter anteroposterior; struktur toraks;pergerakan dada), pola nafas (frekuensi dan
kedalaman pola nafas; durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum,
adanya sianosis, adanya deformitas, dan jaringan parut pada dada.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas dada
pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan
punggung pasien dengan memintanya menyebut tujuh-tujuh secara berulang. Jika
pasien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya
getaran pada telapak tangannya. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada
individu sehat dan akan meningkat pada kondisi konsolidasi. Selain itu, palpasi juga
dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri
tekan,thrill, titik impuls maksimum, abnormalitas masssadan kelenjar, sirkulasi
perifer, denyut nadi, pengisian kapiler.
3) Perkusi
Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan atau udara dalam paru. Perkusi
sendiri dilakukan dengan menekankan jari tengah (tangan non dominan) pemeriksa
mendatar di atas dada pasien.kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan
menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya,
dada menghasilkan bunyi resonan atau gulungan gaung perkusi. Pada penyakit
tertentu ( misalnya pneumonia, emfisema), adanya udara pada dada, atau paru-paru
menimbulkan bunyi hipersonan dan bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak atau
kempis terdengar apabila perkusi apabila perkusi dilakukan di antara area yang
mengalami atelektasis
4) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilakan di dalam tubuh.
Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, durasi, intensitas, dan kualitasnya.
Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas
vesikular, bronkial, bronkovesikular, rales, ronkhi; untuk mengetahui adanya
perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu terjadinya.
c. Pemeriksaan diagnostik.
Beberapa pemeriksaan diagnostik:
Penilaian ventilasi dan oksigenasi:uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah, arteri,
oksimetri dan pemeriksaan darah lengkap.
Tes struktur sistem pernafasan: sinar x dada, bronoskopi dan scan paru.
Deteksi abdonormalitas sel dan infeksi saluran pernafasan :kultur kerongkongan,
sputum, uji kulit, torakentesis.
2. Penetapan Diagnosa
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi d/d perubahan kedalaman pernafasan,
cuping hidung
b. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar kapiler d/d hipoksia dan
pernafasan abnormal (kecepatan, irama, kedalaman)
c. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas b/d asma d/d perubahan frekuensi nafas
d. Gangguan penyapihan ventilator b/d pertukaran gas d/d peningkatan konsentrasi pada
pernapasan
e. Gangguan ventilasi spontan b/d diespnea d/d penggunaan otot bantu nafas
f. Resiko aspirasi b/d efek agen farmakologis bernafas d/d ketidakmatangan koordinasi
3. Rencana Tindakan
Hari Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
/Tgl Kep.
1 Ketidakefe Setelah diberikan 1. Pantau keadaan 1. Pasien dengan pola
ktifan pola asuhan keperawatan umum pasien dan nafas tidak efektif
nafas selama … x 24 jam TTV mengalami pola nafas
diharapkan pola yang abnormal, tidak
nafas efektif dengan menunjukan perilaku
kriteria : peningkatan fungsi
- Menunjukkkan paru yang cenderung
pola nafas efektif mempengaruhi
dengan frekuensi kenyamanan bernafas
nafas 16-24
pasien sehingga perlu
kali/menit dan
dilakukan pantau
irama teratur
keadaan umum dan
- Mampu
TTV.
menunjukkan 2. Posisikan pasien
perilaku 2. Posisikan pasien untuk
peningkatan fungsi untuk memaksimalkan
paru
memaksimalkan ventilasi.
ventilasi 3. Mengajarkan pasien
3. Ajarkan pasien menggunakan
bagaimana pernafasan dalam.
menggunakan
inhaler sesuai resep,
sebagaimana 4. Kolaborasi terapi
mestinya oksigen
4. Kolaborasi
humidikasi
tambahan
(nebulizer) dan
terapi oksigen
2 Ketidakefe Setelah diberikan 1. Pantau keadaan 1. Pasien dengan pola
ktifan asuhan keperawatan umum pasien dan nafas tidak efektif

bersihan selama … x 24 jam TTV mengalami pola nafas


yang abnormal, tidak
jalan nafas diharapkan bersihan
menunjukan perilaku
jalan nafas efektif
peningkatan fungsi
dengan kriteria :
paru yang cenderung
-Menunjukkan jalan
mempengaruhi pola
nafas bersih nafas pasien sehingga
-Suara nafas normal perlu dilakukan
tanpa suara pemantauan keadaan
tambahan umum pasien.
-Tidak ada 2. Mengatur posisi yang
2. Atur posisi yang nyaman.
penggunaan otot
nyaman seperti
bantu nafas
posisi semi fowler 3. Beri latihan
-Mampu melakukan
perbaikan bersihan 3. Beri latihan pernafasan dalam.
jalan nafas pernafasan dalam
dan batuk efektif 4. Kolaborasi
4. Kolaborasi humidikasi tambahan
humidikasi dan terapi oksigen
tambahan
(nebulizer) dan
terapi oksigen

3 Gangguan Setelah diberikan 1. Identifikasi 1. Paisen dengan


pertukaran asuhan keperawatan kebutuhan gangguan pertukaran

gas selama … x 24 jam aktual/potensial gas mengalami gejala


pasien untuk distress pernafasan
diharapkan
memasukan alat dan penurunan
mempertahankan
membuka jalan nafas ventilasi yang
pertukaran gas yang
cenderung
normal dengan
mempengaruhi
kriteria : pertukaran gas
-Menunjukkan sehingga perlu
perbaikan ventilasi dilakukan identifikasi
dan oksigenasi kebutuhan aktual
jaringan /potensial pasien
-Tidak ada gejala untuk memaukan alan

distres pernafasan membuka jalan nafas.


2. Posisikan pasien
2. Posisikan pasien untuk
untuk memaksimalkan
memaksimalkan ventilasi.
ventilasi 3. Mengajari pasien
3. Ajarkan pasien menggunakan inhaler.
bagaimana
menggunakan
inhaler sesuai resep, 4. Kolaborasi pemberian
4. Kolaborasi dalam oksigen
pemberian
oksigenasi
4 Gangguan Setelah diberikan 1. Monitor adanya 1. Mengetahui frekuensi
Penyapiha asuhan keperawatan penurunan dan pernapasan adekuat

n selama … x 24 jam peningkatan


tekanan inspirasi 2. Untuk membantu
Ventilator diharapkan jalan
2. Berikan melancarkan jalan
napas paten dengan
bronkodilator jika napas
kriteria :
perlu 3. Meningikatkan intake
- Bernapas spontan
3. Tingkatkan intake dan cairan adekuat
<30x/menit
dan cairan adekuat 4. Kolaborasi pemilihan
- Memelihara
4. Kolaborasi dengan mode ventilasi yang
kebersihan paru
tim medis lainnya digunakan
dan bebas dari
untuk pemilihan
tanda-tanda
mode ventilasi
distress
yang digunakan
pernapasan
5 Gangguan Setelah diberikan 1. Memantau 1. Mengetahui
ventilasi asuhan keperawatan efektivitas terapi keefektivitas terapi

spontan selama … x 24 jam oksigen oksigen


2. Lakukan hygiene 2. Untuk membantu
diharapkan jalan
mu;ut secara rutin melancarkan jalan
napas paten dengan
napas
kriteria :
3. Aturan untuk 3. Memudahkan pasien
- Respon alergi
penggunaan untuk mobilisasi
sistemik : tingkat
perangkat oksigen
keparahan respon
yang memudahkan
hipersensitivitas mobilitas dan
imun sistemik mengajarkan
terhadap antigen pasien yang sesuai 4. Berkolaborasi dengan
lingkungan 4. Kolaborasi dengan tim medis lainya
(eksogen) tim medis lainnya untuk tindakan
- Respon ventilasi untuk memberikan selanjutnya
mekanis : terapi lainnya
pertukaran
alveolar dan
perfusi jaringan
didukung oleh
ventilasi mekanik
- Status pernapasan
pertukaran
- Gas : pertukaran
CO2 atau O2 di
alveolus untuk
mempertahankan
konsentrasi gas
darah arteri dalam
rentang normal
6 Resiko Setelah diberikan 1. Moitoring tingkat 1. Mengetahui tingkat
Aspirasi asuhan keperawatan kesadaran, reflek kesadaran, adanya

selama … x 24 jam batuk dan reflek batuk dan


kemampuan kemampuan menelan
diharapkan aspirasi
menelan
terkontrol dengan
2. Bantu 2. Untuk membantu
normal dengan
mengeluarkan melancarkan jalan
kriteria :
sekret dengan napas
- Klien dapat
melakukan suction
bernapasdengan
jika diperlukan
mudah, tidak
3. Sarankan 3. Meningkatkan
irama, frekuensi
pidato/bicara kemampuan untuk
pernapasan normal
patologi
- Pasien mampu berkonsultasi berkomnikasi
menelan, 4. Kolaborasi dengan
mengunyah tanpa tim medis lainnya 4. Berkolaborasi dengan
terjadi aspirasi dan untuk memberikan tim medis lainya
mampu melakukan terapi lainnya untuk tindakan
oral hygiene selanjutnya
- Jalan nafas paten,
tidak merasa
tercekik dan tidak
ada suara napas
abnormal

4. Implementasi
Intervensi untuk meningkatkan dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat, meliputi
promosi kesehatan dan perilaku pencegahan, penempatan, dan teknik batuk. Intervensi lain
termasuk terapi oksigen, teknik inflasi paru, hidrasi, pemberian obat, dan fisioterapi dada.
5. Evaluasi
Evaluasi intervensi keperawatan dan terapi dengan membandingkan kemajuan klien dengan
tujuan dan hasil yang diinginkan dari rencana asuhan keperawatan. Harapan klien dapat
membantumengevaluasi pelayanan dari perspektif klien.
Tanyakan klien tentang derajat sesak napasnya. Minta klien untuk menilai sesak napas pada
skala 0 sampai 10, dengan 0 tidak ada sesak napas dan 10 ada sesak napas berat. Tanyakan klien
apakah intervensi membantu mengurangi dispnea.
Evaluasi kadar gas darah arteri, tes fungsi paru, tanda vital, pemeriksaan EKG, dan data
pemeriksaan fisik memberikan ukuran yang objektif terhadap keberhasilan terapi dan
pengobatan. Ketika tindakan keperawatan ditujukan untuk meningkatkan oksigenasi tidak
berhasil, jangan ragu untuk memberitahu dokter tentang perburukan status oksigenasi.
Pemberitahuan segera membantu menghindari situasi gawat darurat atau bahkan kebutuhan
untuk dilakukan RJP. Bandingkan hasil dengan hasil yang diinginkan untuk menentukan apakah
terapi baru atau yang diperbaharui diperlukan dan apakah terjadi diagnosis keperawatan baru dan
membutuhkan rencana pelayanan baru.
Daftar Pustaka
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan klasifikasi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Nanda NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi
Jilid 1. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika

Moorhead, sue., dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Diterjemahkan oleh Nurjannah,
Intansari., dkk. 2016. Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Kelima. Yogyakarta:
Mocomedia

M. Bulechek, Gloria., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Diterjemahkan oleh
Nurjannah, Intansari., dkk. 2016. Pengukuran Intervensi Kesehatan Edisi keenam.
Yogyakarta: Mocomedia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.Y
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI ASTINA RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 18 -19 MEI 2021

HARI/TANGGAL : Selasa , 18 Mei 2021


JAM :09.00

PASIEN
a. Nama : TN K
b. Jenis Kelamin :Laki laki
c. Umur :69 Tahun
d. Agama :Hindu
e. Status Perkawinan :Tidak Kawin
f. Pekerjaan :Petani
g. Pendidikan terakhir :SD
h. Alamat :Br.BENG
i. No.CM :89000232
j. Diagnostik Medis
: ASMA BRONCIALE
PENANGGUNG JAWAB
a. Nama :Tn. A
b. Umur :58
c. Pendidikan :SD
d. Pekerjaan :Petani
e. Alamat :Br.Beng
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN Riwayat
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Pasien mengeluh demam sejak kemarin, sesak, batuk dan tidak mampu mengeluarkan dahak sendiri
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Sebelum pasien di bawa ke Puskesmas pasien mengatakan mempunyai riwayat asma sejak 10 tahun
dan penyakit sering kumat ketika udara dingin, atau terpapar debu dan sering lelah saat beraktivitas
setelah itu pasien mengeluh demam sejak kemarin, sesak, batuk dan tidak mampu mengeluarkan
dahak sendiri
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan jika sakit sesak nafasnya kembali kumat pasien hanya berbaring di tempat tidur
dan meminum obat untuk mengurangi sesak nafasnya
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan bahwa dirinya memiliki riwayat penyakit asma
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan ia sering bolak balik kerumah sakit karena penyakit asma nya
3) Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan ia dulu sering merokok tetapi hanya saat setelah makan saja
c. Riwayat Penyakit Keluarga
pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat asm

d.Genogram Keluarga
Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal serumah

: Cerai
a.Diagnosa Medis dan therapy
b.Diagnosa Medis : Asma Bronciale
c.Therapy : Salbutamol 3x1 (2 mg),Paracetamol 3x1 (500mg) , Nebulizer(combiven)

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit ia bisa beraktivitas serta melakukan kegiatan sebagai mana
mestinya sebagai kepala keluarga,
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat penyakit sesak nafasnya kembali kumat tidak bisa beraktivitas karena
terganggu oleh sesak nafas dan sering mudah lelah
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan ia tidak ada alergi terhadap makanan ataupun minuman dan ia makan setiap 3
kali sehari dan minum air minimal 500cc
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat ia dirawat ia tidak nafsu makan
c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit ia BAB 1 sampai 2 kali sehari dengan konsistensi lembek,
berwarna kunin, tidak disertai adanya lendir dan darah, serta tidak ada nyeri
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit ia hanya BAB 1 kali dalam sehari dengan konsistensi lembek, berwarna
kunin, tidak disertai adanya lendir dan darah, serta tidak ada nyeri
2) BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit ia BAK 3 sampai 4 kali sehari dengan urine berwarna kuning
jernih serta tidak ada darah dan tidak ada nyeri
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit ia BAK seperti biasa sama seperti ia sebelum sakit dengan urine
berwarna kuning jernih serta tidak ada darah dan tidak ada nyeri
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

2) Latihan
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit ia tidak memiliki masalah saat beraktivitas dan biasanya ia
beraktivitas secara mandiri sebagai mana mestinya dapat ia lakukan dengan baik setiap harinya
 Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit ia setiap beraktivitas secara ringan ia dibantu oleh orang lain seperti
istrinya atau anaknya
e. Pola kognitif dan Persepsi
Pasien mengatakan ia mampu mengenali sesak nafasnya dan ia merasa tidak semua aktivitas ia bisa
lakukan secara mandiri
f. Pola Persepsi-Konsep diri
 gambaran diri / citra tubuh : pasien mengatakan ia tidak memiliki kelainan pada bentuk tubuh
 ideal diri : pasien mengatakan bahwa ia bersikap ramah dengan siapa pun baik dengan keluarga
maupun dengan orang lain dusekitar tempat tinggalnya
 harga diri : pasien mengatakan meskipun ia dirawat di rumah sakit, ia tidak merasa malu
 peran : pasien mengatakan ia sebagai kepala keluarga yang sementara tidak bisa melakukan
pekerjaannya karena harus menjalani perawatan
 Identitas : pasien mengatakan meskipun ia dirawat dirumah sakit, ia tidak ada perubahan terhadap
dirinya sendiri
g. Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit ia tidak memiliki gangguan pada pola tidurya, ia bisa tidur pada
pukul 21.00 atau paling lambat pada pukul 22.00 wita dan terbiasa bangun pukul 06.00 wita
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit ia tidak bisa tidur dengan tenang karena sesak nafasnya yang
mengganggu istirahatnya
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan ia merupakan seorang kepala keluarga yang selalu baik kepada keluarganya,
namun saat ia sakit ia harus menjalani perawatan intensif dan ia tidak bisa melakukan perannya
secara optimal sebagai kepala keluarga
i. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien mengatakan ia berstatus menikah

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakan meskipun ia harus menjalani perawatan dirumah sakit ia tidak merasa terbebani,
stress ataupun takut harus menjalani perawatan, ia selalu kooperatif setiap prosedur tindakan yang
akan dilakukan kepanyanya
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Tn.M merupakan seorang yang beragama hindu
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : baik
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS : verbal: 5 Psikomotor: 6 Mata : 4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 110x/menit , Suhu = 38,5oC , TD =130/90 mmHg , RR = 28x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
inspeksi : bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, tidak ada benjolan, bentuk mata, hidung,
bibir, telinga simetris, tidak ada sekret pada hidung, adanya penggunaan cuping hidung, tidak ada
sinus, adanya reflek pupil, konjungtiva unanemis, sklera berwarna putih, tidak ada sariawan, adanya
sianosis pada bibir, tidak ada kelainan pada leher, tidak ada lessi
palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Dada :
 Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, gerakan simetris, tidak ada lessi, tidak adanya jejas
Palpasi : pernapasan kanan dan kiri simetris
Perkusi : ICS 1 dextra, ICS 2 dextra, ICS 2 Sinistra terdengar sonor, ICS 3 sinistra, ICS 4 Sinistra,
ICS 5 sinistra terdengar dullnes
Auskultasi : terdengar suara mengi pada paru-paru
 Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris, gerakan simetris, tidak ada lessi, tidak adanya jejas, tidak ada
cekungan dan pengembungan
Palpasi : tidak ada cardiomegaly
Auskultasi : s1, s2 pada jantung terdengar normal tunggal reguler
c. Payudara dan ketiak :
Inspeksi : tidak ada benjolan, bentuk simetris rata kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pendarahan
d. abdomen :
inspeksi : tida ada lesi, tidak ada benjolan
auskultasi : terdengar peristaltik usus 20x/menit
palpasi : tidak ada nyeri tekan
perkusi : terdengar bunyi timpani
e. Genetalia :
Inspeksi : tidak terpasang kateter, tidak keluar cairan, tidak ada pendarahan
f. Integumen :
Inspeksi : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada lesi, tidak ada pendarahan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, akral teraba hangat
g. Ekstremitas :
 Atas
Inspeksi : bentuk tangan simetris, tidak ada bekas luka operasi, jari-jari lengkap
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Bawah
Inspeksi : bentuk tangan simetris, tidak ada bekas luka operasi, jari-jari lengkap
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
h. Neurologis :
 Status mental da emosi :
Tn.M dalam keadaan baik, mampu menjawab pertanyaan dengan baik, fokus dan sesuai topik
pertanyaan dan tidak memiliki gangguan emosional
 Pengkajian saraf kranial :
Olfaktorius : tn.m mampu mengunakan indra penciumannya dengan baik
Opticus : reflek pupil baik, mapu membedakan warna dengan baik
Okulomotoris, trokleris, abdusen : pergerakan otot mata baik dan kemampuan pergerakan bola mata
kesegala arah
Trigeminus : pergerakan rahang baik, simetris saat terbuka dan tertutup
Fasialis : mampu berekspresi sesuai dengan situasi dan kondusi
Vestibuloacusticus : mampu mendengar dan merespon dengan baik
Glosofaringeus dan vagus : mampu melipat dan mengembalikan lidah dengan baik dan mampu
berbicara dengan baik dan ambulasi jelas
Aksesorius : mampu menggerakan kepala dengan baik
Hipoglosus : mampu menggerakan lidah kesegala arah
 Pemeriksaan refleks :
Patologis ektermitas atas dan bawah baik, tn.m berespon dengan baik
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
2. Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorak
3. Hasil konsultasi
Control rutin
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data

Sintom Etiologi Problem

Data subjektif : Allergen (cuaca dingin) Ketidak efektifan

 Tn.Y mengatakan sesak napas bersihan jalan napas

dan batukberdahak. Antigen yang terikat Berhubungan dengan

 Tn.Y. mengatakan waktu IGE pada permukan sel mucus dalam jumlah

timbulnya serangan sesak mast atau basofil berlebihan.

seringterjadi tiba-tiba dan

terjadi di malam hari. Pemiabilitas kapiler

 Tn.Y mengatakan serangan asma meningkat

terjadijika ia merasa

kedinginan, atau terkena Edema mukosa, sekresi

paparan debu. produktif, kontriksi otot

 Tn.Y mengatakan ketika polos meningkat

serangan terjadigejala lain yang

di timbulkan yaitu pilek Spasme otot polos

sekresi kelenjar bonkus

meningkat

Penyempitan/obstruksi

proksimal dari bronkus


dan batuk berdahak. pada tahap eksprasi dan

 Tn.Y juga mengatakan inspirasi

ketika batuk sulit

untuk mengeluarkan Mucus berlebih,batuk,

dahak, wheezing, sesak napas

Data Subjektif :

 Tn.Y Nampak sesak. Ketidak efektifan

 terdapat bunyi suara bersihan jalan napas

napas ronchi

 pernapasan 28

x/menit.

 Irama napas cepat,

 Nampak batuk

berdahak dengan

konsistensi kental dan

berwarna kuning.

 Tekanan darah:

100/80 mmHg.

 Respirasi: 28x/ menit.

 Nadi: 100x /menit

 Suhu: 38,5.0C.
29

1. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan NOC : Respiratory Status NIC : Menejemen Jalan Napas Rasional

Ketidak efektifan bersihan Setalah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital. 1. Tanda-tanda vital merupakan

jalan napas Berhubungan keperawatan selama 2 kali 24 2. Berikan Tn.Y Posisi acuhan mengetahui kadar

dengan mucus dalam jam diharapkan bersihan jalan senyamanmungkin (semi umum pasien.

jumlah berlebihan. Ditandai napas kembali efektif ditandai fowler). 2. Dengan posisi semi fowler

dengan : dengan : 3. Kaloborasi pemberian obat dapat meningkatkan

Data subjektif :  sesak napas berkurang saat nebulizer (combiven). ekspansi paru sehingga

 Tn.Y mengatakan beraktivitas ringan. 4. Latih Tn. Y batuk efektif. memungkinkan upaya napas

sesaknapas dan batuk  dapat batuk secara efektif, 5. Berikan Health Education lebih dalam dan lebih kuat

berdahak.  irama napas teratur. tentang penyakit dengan cara serta menurunkan

 Tn.Y mengatakan waktu  frekwensi pernapasan dalam menghindari faktor pencetus. ketidaknyamanan dada.

timbulnya serangan sesak rentang normal yaitu 16 – 24 3. Combivent bekerja dengan

sering terjadi tiba-tiba kali permenit. cara melebarkan saluran

napas bawah sehingga


30

dan terjadi di malam hari.  tidak ditemukan bunyi napas keluhan sesak napas

 Tn.Y mengatakan tambahan (ronchi). berangsur-ansur hilang.

serangan asma terjadi 4. Batuk efektif diberikan

jika ia merasa Dapat menghemat energi

kedinginan, atau terkena sehingga tidak mudah lelah

paparan debu. dan dapat mengeluarkan

 Tn.Y mengatakan ketika dahak secara maksimal.

serangan terjadi gejala 5. Health Education mengubah

lain yang di timbulkan pemahaman perilaku hidup

yaitu pilek dan batuk sehat menjadi sehat.

berdahak.

 Tn.Y juga mengatakan

ketika batuk sulit untuk

mengeluarkan dahak,
31

Data Subjektif :

 Nampak sesak.

 terdapat bunyi suara napas

ronchi

 pernapasan 28 x/menit.

 Irama napas cepat,

 Nampak batuk berdahak

dengan konsistensi kental

dan berwarna kuning.

 Tekanan darah: 100/80

mmHg.

 Respirasi: 28x/ menit.

 Nadi: 100x /menit

 Suhu: 36.0C.
32

2.Implemenasi Keperawatan
Implentasi keperawatan pada Tn.Y yaitu:

Hari/tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi

Selasa ,18 Mei 2021 Ketidak efektipan Bersihan jalan 1. Memonitor tanda-tanda vital. Subjektif :
, jam 09.45
napas berhubungan dengan Hasil : Tn.Y mengatakan masih
penumpukan mucus dalam  Tekanan darah : 1O0/80 merasasesak, Tn,Y mengatakan
jumlah berlebihan mmHg, masih batuk dan sulit untuk
 Respirasi : 28 kali permenit mengeluarkan dahak
 Nadi: 90 kali permenit Objektif :
 Suhu : 36.50c Keadaan umum , lemah, Tn.Y
Nampak sesak, Tn.T nmapak
batuk berdahak. Sputum kental
dan berwarna kuning pernapasan
cepat terdapat bunyi suara napas
tambahan (ronchi).
 Tekakan darah : 1O0/80
mmHg,
33

 Respirasi 28 kali permenit


 Nadi : 90 kali permenit
 Suhu : 36,50C
Assesment :
masalah Tn.Y belum teratasi
Planning :
intervnsi di lanjutkan memonitor
tanda-tanda vital,melatih batuk
efektif, memberikan posisi yang
nyaman, kaloborasi pemberian
obat inhalasi, pantau batuk
efektif, frekuensi nafas, irama
nafas, dan bunyi nafas
Jam 09:50 2. Memberikan T.Y posisi

senyaman mungkin.

Hasil :

Pasin lebih nyaman dengan


34

posisi semifowler

Jam 09,55 3. Mengkaloborasikan pemberian

obat nebulizer sesuai program

terapi

Hasil:

1 ampul obat combivent dosis

yang diberi 2,5 ML, 3 sampai 4

kali per hari diberikan.

Jam 10.00 4. Melelatih Nn.T batuk efektif,

Hasil :

Tn.Y Nampak sulit untuk

melekukan batuk efektif karna Tn.Y

baru pertama kali


35

melakukan. Melatih batuk

efektif dilakukan 2 kali dalam

sehari

Jam 10. 15 5. ajarkan Tn.Y tentang


penyakitnya dengan cara
menghindari faktor pencetus.
Hasil :
Menjelaskan Pengertian,

asma bronkial, Tanda dan

gejala asma bronkial, Faktor

pencetus asma bronkial,

Perawatan asma bronkial di

rumah, Cara pencegahan

kekambuhan asma bronkial,


36

Cara pernafasan yang benar.

Hari/ tanggal / jam Diagnosa Implementasi Evaluasi

Rabu 19 Mei 2021 Ketidak efektipan Bersihan jalan 1. Memonitor tanda-tanda Subjektif :
, jam 09.00
napas berhubungan dengan vital.
Tn.Y mengatakan sesak
penumpukan mucus dalam Hasil :
berkurang, Tn,Y mengatakan
jumlah berlebihan  TD:1O0/60 mmHg,
 R : 26kali permenit masih batuk beradahak,
 Nadi: 98 kali menit Objektif :
 S : 36.3 c 0
Keadan Umum mulai membaik

,Nampak batuk berdahak,nampak


37

tidak sesak.

 Tekanan Darah : 100/60

mmHg,

 Respirasi : 26 kali permenit.

 Nadi : 98 kali permenit.

 Suhu : 36,30C,

 terdapat bunyi suara napas

tambahan, (ronchi), sputum

berkurang dan berwarna putih

Assesment:

masalah teratasi sebagian.

Planing :

intervensi dilanjutkan, kaji tanda-

tanda vital, berikan posisi


38

senyaman mungkin, latih batuk

efektif, kaloborasi pemberian

obat nebulizer, pantau batuk

efektif, frekuensi nafas, irama

nafas, dan bunyi nafas

Jam 09.05 2. Memberikan Tn.Y posisi

senyaman mungkin.

Hasil :

Tn.Y lebih nyaman dengan

posisi Semi Fowler


39

Jam 09,10 3. Mengkaloborasikan pemberian

obat nebulizer sesuai program

terapi

Hasil:

1 ampul obat combivent dosis

yang diberi 2,5 ML, 3 sampai 4

kali per hari diberikan.

Jam 09.15 4.Melelatih Tn.Y batuk efektif,

Hasil :

Tn.Y nampak bisa

melekukuan batuk efektif

namun masih dibantu oleh

perawat melatih batuk efektif

hari ke dua dlakukan 3 kali

dalam sehari.
40

Hari/ tanggal/ jam Diagnosa Implementasi Evaluasi

Rabu, 19 Mei 2021 Ketidak efektipan Bersihan jalan 1.Memonitor tanda-tanda vital. Subjektif:
jam 09.00
napas berhubungan dengan Hasil :
Tn. Y mengatakan sudah tidak
penumpukan mukus dalam TD: 1O0/ 70 mmHg,
sesak, Tn.Y mengatakan sudah
jumlah berlebihan R : 18 kali permenit
N : 89 kali permenit tidak batuk dan dahak sudah
S : 360C
tidak ada

Objektif :
Keadaan Umum, Nampak baik,
 Tekana Darah: 1O0/ 70
mmHg,
 Respirasi : 18 kali permenit
 Nadi : 89 kali permenit
 Suhu : 360C
Nampak tidak sesak, Nampak

tidak batuk, tidak terdapat bunyi

napas tambahan.
41

Assesment :

masalah Tn.Y

teratasi.

P : intervensi dihentikan

Jam 09,05 2.Memberikan Tn.Y posisi

senyaman mungkin.

Hasil :

Tn.Y lebih nyaman dengan

posisi semifowler

Jam 09.10 3.Mengkaloborasikan pemberian

obat nebulizer sesuai program

terapi

Hasil:
42

1 ampul obat combivent dosis

yang diberi 2,5 ML, 3 sampai 4 kali

per hari diberikan.

Jam 09.20 4.MelelatihTn.Y batuk efektif,

Hasil :

Tn.Y nampak bisa melakukan

batuk efektif tanpa bantuan

intruksi perawat melatih batuk

efektif dilakukan 3 kali dalam

sehari.

Anda mungkin juga menyukai