Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN


RESIKO BUNUH DIRI

I GUSTI MADE AMERTA YASA


NI MADE AGUSTINA DEWI
NI KADEK DWI SURYANI
NI KADEK RITA RUSMADEWI
NI KADEK SETIAWATI
NI KADEK SULASIH
NI KETUT MERTA ASIH
NI LUH GEDE AN MINANTI
PENGERTIAN

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar
dalam psikatri kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang
mereka buat. Di dunia lebih dari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap
hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun
(Ingram, 2013). Di Amerika Serikat, dilaporkan 25.000 tindakan bunuh
diri setiap tahun (Wilson dan Kneisl, 2013), dan merupakan penyebab
kematian kesebelas. Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita
adalah tiga berbanding satu (Stuart dan Sundden, 2017). Pada usia
remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua (Leahey dan
Wright, 2017).

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma


sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat. Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas
yang jika tidak di cegah dapat mengarah kepada kematian. Rentang
respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling
adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri, dan bunuh
diri merupakan respon maladaptif (Wiscarz dan Sundeen, 2013).
ETIOLOGI

Menurut teori terdapat 3 penyebab bunuh diri:

• Genetic dan teori biologi


• Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
1 menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri

• Teori sosiologi
• Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide
2 karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan
beradaptasi dengan stressor).

• Teori psikologi
• Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri

3 merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.


Menurut Cook Fontine (2017) menerangkan penyebab bunuh diri juga terjadi
pada golongan usia:

• Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, situasi


keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang atau
Pada anak selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina di
sekolah, kehilangan orang yang dicintai, di hukum
orang lain
• Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit
mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dari
penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak
Pada remaja
dimengerti orang lain, kehilangan orang yang dicintai,
keadaan fisik, masalah dengan orang tua, masalah
seksual, depresi

• Self-ideal terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik


Pada dewasa yang banyak, kegagalan akademik berarti kehilangan
penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi
untuk sukses

Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan, penyakit


yang menurunkan kemampuan berfungsi, perasaan tidak
Pada usia lanjut berarti di masyarakat, kesepian dan isolasi sosial,
kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan,
pasangan), sumber hidup berkurang
 
JENIS-JENIS PRILAKU BUNUH DIRI

• Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini


disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat
Bunuh diri egoistic yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
(faktor dalam diri berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
seseorang) menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan
untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan
mereka yang menikah.

• Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus


Bunuh diri altruistic ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena
(terkait kehormatan indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok,
seseorang) ia merasa kelompok tersebut sangat
mengharapkannya.

• Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi


antara individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut
Bunuh diri anomik meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa. Individu
(faktor lingkungan kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
dan tekanan) kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena
tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-
kebutuhannya.
MANIFESTASI KLINIS

1. Keputusan

2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal


dan tidak berguna

3. Alam perasaan depresi

4. Agitasi dan gelisah

5. Insomnia yang menetap

6. Penurunan BB

7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dengan


lingkungan.
LANJUTAN..

8. Petunjuk psikiatrik: upaya bunuh diri


sebelumnya, kelainan afektif, alkoholisme
dan penyalahgunaan obat, kelainan
tindakan dan depresi mental pada remaja,
dimensia dini/status kekacauan ,mental
pada lansia.

9. Faktor – faktor kepribadian: implisit,


agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif
dan negatif, keputusan, harga diri rendah,
batasan/gangguan kepribadian antisosial.
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) bunuh diri disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor
predisposisi dan faktor presipitasi:

Diagnostik

Sifat kepribadiaan

Faktor predisposisi Lingkungan psikososial

Riwayat keluarga

Faktor biokimia
LANJUTAN..

Perasaan terisolasi dapat terjadi karena


kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
Faktor presipitasi

Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat


menghadapi stres.

Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat


merupakan hukuman pada diri sendiri.

Cara untuk mengakhiri keputusasaan.


PENCEGAHAN

Mereka yang akan melakukan bunuh diri


biasanya memberikan peringatan pada
keluarganya dan sebelumnya sering mencari
nasehat medis. Sehingga ada kemungkinan
untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang
lebih baik. Pencegahan berskala besar harus
diarahkan untuk mengatasi isolasi sosial,
rendahnya harga diri, dan pengurangan kosumsi
dan penyalahgunaan alkohol dan obat.
PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis
pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah
orang mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia
tidak ditemukan atau melakukan tindakan agar tidak ditemukan.
Pada kasus bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka
bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan pasien
juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi
terapeutik.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
b. Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
c. Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
d. Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya
e. Membantu pasien untuk menggunakan koping individu
SUMBER DAN MEKANISME KOPING

Sumber koping

Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang mengancam


kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk bunuh diri. Kulaitas hidup menjadi isu yang
mengesampingkan kuantitas hidup. Dilema etik mungkin timbul bagi
perawat yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku merusak diri.

Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa
memberikan cara koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini mungkin
berada diantara individu dan bunuh diri. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar
dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif.
ASKEP RESIKO BUNUH DIRI

Anda mungkin juga menyukai