Anda di halaman 1dari 10

Perubahan pada

adaptasi kekebalan
tubuh bayi dari intra ke
ekstra uteri
KELOMPOK 4
Adaptasi kekebalan tubuh bayi

Sistem imunitas atau sering juga disebut kekebalan tubuh, merupakan pertahanan tubuh menghadapi organisme dan
kuman-kuman berbahaya. Sistem imunitas merupakan hasil kerjasama dari rangkaian sel, jaringan, protein, dan organ
tubuh.
Sistem imunitas dibentuk sejak awal kehidupan, yaitu dalam masa kandungan. Sistem imunitas ini akan terus berkembang
seiring dengan pertambahan usia. Itu sebabnya bayi dan anak-anak tampak lebih sering terkena infeksi atau sakit, jika
dibanding remaja atau dewasa. Alasannya, sistem imunitas pada bayi dan anak masih belajar mengenali dan melindungi
tubuh dari kuman yang masuk. Sedangkan pada anak remaja dan orang dewasa, sistem imunitas tubuhnya sudah langsung
mengenali jenis kuman dan segera menyerangnya begitu kuman masuk ke dalam tubuh.
sistem kekebalan manusia adalah sistem pertahanan yang dibentuk untuk
mencegah manusia terkena penyakit. Sistem kekebalan tubuh akan
menghasilkan antibodi, sel darah putih, dan berbagai zat yang dapat
menghancurkan zat-zat asing seperti bakteri dan virus. Tidak hanya
itu, sistem kekebalan juga terdiri atas:
• Tonsil (amandel) dan timus yang berfungsi untuk membuat antibodi di
dalam tubuh.
• Kelenjar getah bening, yang bertanggung jawab atas sirkulasi cairan
limfa yang terdiri dari sel darah putih yang berfungsi untuk melindungi
tubuh dari infeksi.
• Sumsum tulang, merupakan jaringan lunak yang terdapat pada tulang-
tulang panjang, seperti lengan, kaki, tulang belakang, dan tulang
panggul. Jaringan ini berfungsi untuk memproduksi sel darah merah,
trombosit, sumsum kuning, dan beberapa jenis sel darah putih.
• Limpa, yaitu organ yang ada di dalam tubuh yang bertugas untuk
menyaring dan menghancurkan sel-sel darah merah dan trombosit
yang sudah tua ataupun rusak, serta membantu sistem kekebalan
tubuh untuk menghancurkan berbagai zat asing yang dapat
menyebabkan peradangan di dalam tubuh.
• Sel darah putih, yaitu sel darah yang dibentuk pada jaringan tulang
lunak yang memiliki fungsi utama untuk melindungi tubuh dari infeksi.
Kekebalan tubuh bayi
dalam intra uteri
Ketika kehamilan usia tua dan mendekati hari kelahiran,
maka sistem kekebalan tubuh ibu akan ditransfer ke janin
melalui pembuluh darah dan plasenta. Komponen sistem
kekebalan tubuh yang diberikan ibu pada janin yaitu
Immunoglobulin G (IgG). Imunoglobulin adalah jenis antibodi
yang dibentuk oleh tubuh untuk melawan racun, bakteri,
virus, dan zat asing lainnya. Sedangkan di antara berbagai
macam immunoglobulin, hanya IgG lah yang dapat melintasi
plasenta dan merupakan antibodi yang paling kecil yang
dibentuk tubuh tetapi jumlahnya paling banyak.
Whoa!
Setidaknya terdapat 75 hingga 80 persen IgG dari total antibodi yang dibentuk. Oleh karena
itu pada bayi yang lahir prematur sangat rentan terkena berbagai penyakit karena tidak
mendapatkan antibodi yang cukup dari sang ibu.
IgG dianggap sangat penting untuk menjaga janin di dalam kandungan agar tidak terkena
infeksi dan berbagai komplikasi yang dapat membahayakan kesehatannya. Kondisi ini
disebut dengan imunitas pasif, karena antibodi dihasilkan dari ibu kemudian diberikan
kepada anak melalui berbagai proses.
Pada saat dalam kandungan plasenta merupakan sawar yang menjaga janin bebas dari
antigen dan stres imunologis. Setelah lahir, bayi menjadi rentan terhadap berbagai
infeksi dan alergi karena sistem kekebalan tubuhnya belom matang, Sistem kekebalan
tubuh akan memberikan kekebalan alami dan kekebalan yang didapat, kekebalan alami
terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang meminimalisir infeksi. Contoh kekebalan
alami adalah perlindungan oleh membran mukosa kulit , fungsi saringan saluran nafas,
pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindunga kimia oleh
lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu sel
darah yang dapat membunuh mikroorganisme asing. Namum pada BBL sel darah ini
belom matang oleh karena itu belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien , kekebalan ini didapat ketika bayi sudah dapat membentuk reaksi antibodi
terhadap antigen asing.
Sistem kekebalan tubuh ekstrauteri
bayi yang baru lahir tidak bisa langsung menghasilkan sistem kekebalan tubuh sendiri. Sehingga, semua
komponen sistem kekebalan tubuh yang ada di bayi yang baru lahir didapatkannya dari sang ibu. Di detik
pertama bayi lahir ke dunia, mereka harus bertarung melawan ganasnya lingkungan sekitar.
Polutan, virus, kuman, dan bakteri tak ketinggalan turut ‘menyambut’ kelahiran bayi. Sistem imun pada bayi baru
lahir juga masih lemah sehingga mereka rentan terkena penyakit.
Logikanya, bayi baru lahir belum memiliki kemampuan untuk menentukan mana bakteri atau virus yang
termasuk teman atau musuh. Vaksinasi yang diberikan pada bayi pun masih sangat terbatas.
Apalagi, tidak semua jenis vaksin dapat diberikan pada awal kehidupan bayi.
Lalu, bagaimana mereka membangun pertahanan dan imunitas?
Jawabannya ada pada kekebalan tubuh yang diturunkan langsung dari ibu. Lewat plasenta, antibodi ibu
diberikan pada bayinya. Di sinilah terjadi perlindungan paling utama pada bayi baru lahir.
Investigasi yang dilakukan tim peneliti dari Ragon Institute Massachusetts General Hospital, MIT, dan Harvard ini
menemukan fakta bahwa antibodi yang ‘diwariskan’ lewat plasenta ini bersifat spesial.
Plasenta  ibu mengaktifkan sel natural killer yang menjadi sistem imun bawaan. Sel-sel ini berfungsi sangat efektif
dalam melindungi bayi di hari-hari pertama mereka lahir ke dunia.
Bayi yang baru lahir mendapat dukungan sistem imunitas melalui air susu ibu (ASI) yang pertama kali keluar
atau disebut kolostrum. Kolostrum mengandung immunoglobulin A (IgA) yang mampu melindungi tubuh
bayi dari kuman. Caranya, dengan membentuk jaringan pelindung pada usus, hidung, dan tenggorokan.
Saat menyusui, bayi memperoleh antibodi dan faktor pelindung kuman lain dari tubuh ibunya. Kedua hal inilah
yang akan memperkuat sistem imunitas. Hal tersebut akan membantu memerangi infeksi dan berbagai
penyakit seperti diare, infeksi telinga dan pernapasan, serta meningitis. Bayi menyusui juga terlindung dari
asma, obesitas, alergi, diabetes, serta sindrom kematian bayi mendadak atau sudden infant death syndrome
 (SIDS).
Oleh karena itu, ASI dianggap sebagai makanan yang paling sempurna untuk bayi karena selain
sangat mudah dicerna, tetapi juga mampu melindungi bayi yang rentan terhadap bermacam-
macam penyakit infeksi.
Pada bayi yang sehat, dengan seiring bertambahnya umur maka bayi akan secara alami
membentuk antibodinya sendiri. Antibodi yang berhasil diterima bayi dari ibu melalui ASI
lama-lama akan menurun. Ketika bayi berumur 2 hingga 3 bulan, bayi sudah mulai
membangun sistem kekebalan tubuh dan memproduksi antibodinya sendiri. Setelah bayi
memasuki usia 6 bulan, maka sistem kekebalan tubuhnya sudah bisa bekerja dengan
normal, layaknya sistem kekebalan tubuh pada orang dewasa.
Pemberian imunisasi pada anak balita juga sangat penting untuk dilakukan karena dapat
meningkatkan dan menguatkan sistem kekebalan tubuh mereka yang baru saja dibentuk.
Imunisasi dasar diperlukan oleh bayi yang baru lahir, yang terdiri dari bacillus calmette
guerin (BCG), diphtheria pertusis tetanus-hepatitis b (DPT-HB) atau diphtheria pertusis
tetanus-hepatitis b-hemophilus influenza type b (DPT-HB-Hib), hepatitis B pada bayi baru
lahir, polio, dan campak. Kemudian terdapat imunisasi lanjutan yang merupakan
imunisasi ulangan untuk memperpanjang perlindungan dari penyakit
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai