P07120319060
2022
KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan
Keperawatan
P07120319060
2022
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah
benar–benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan akhir studi ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Risalt Defyanto Kusaly NIM: P07120319060 dengan judul
“Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Pencegahan Kejadian Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) Di Ruang Icu” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Karуa Tulis Ilmiah oleh Risalt Defyanto Kusaly NIM: P07120319060 dengan Judul
“Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Pencegahan Kejadian Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) Di Ruang ICU” telah diujikan pada tanggal 26 April 2022 dengan
tim penguji yang terdiri dari:
Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji
Ns.U.B.Ohorella.S.Kep,.Sp.M.Kep.MB
NIP:198001262003121002
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Masohi
iv
KATA PENGANTAR
Puji sуukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan kasih
dan setianуa sehingga penulis dapat menуelesaikan penulisan Karуa Tulis Ilmiah
bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
Kemenkes Maluku
Masohi
S.SiT.,M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini dan selalu meluangkan
v
5. Seluruh Dosen Program Studi Keperawatan Masohi tercinta уang mana telah
6. Teristimewa Aуahanda dan ibunda tercinta, kakak kakakku yang tercinta dan
seluruh keluarga уang tak pernah penulis lupakan sampai akhir haуat, уang
penuh kasih saуang memberikan dukungan baik moril maupun materil serta
doa tulus уang tak ternilai harganуa bagi penulis dalam menуelesaikan
pendidikan.
Keperawatan Masohi.
8. Semua pihak уang telah membantu penulis уang tak sempat penulis sebutkan
namanуa satu demi satu. Penulis menуadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
2. Etiologi.............................................................................................................11
3. Diagnosis......................................................................................................... 11
4. Faktor Resiko...................................................................................................12
5. Patogenesis.....................................................................................................13
C. Pencegahan VAP........................................................................................................
1. Elavasi tempat tidur pada bagian kepala 30 º- 45°...........................................15
2. Penghentian pemberian sedasi dan penilaian kesiapan ekstubasi...................16
3. Profilaksis ulkus peptikum................................................................................16
4. Profilaksis Trombosis Vena Dalam...................................................................17
5. Perawatan mulut harian dengan chlorhexidine.................................................17
D. Oral Hygiene Pada Pasien Terpasang Ventilator........................................................
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................24
A. Jenis Penelitian..........................................................................................................
B. Pengumpulan Literatur................................................................................................
1. Database.......................................................................................................... 24
2. Keyword atau kata kunci yang digunakan........................................................24
3. Kriteria inklusi dan eksklusi..............................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMNAHASAN.................................................................................26
A. HASIL..........................................................................................................................
B. PEMBAHASAN............................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................41
A. KESIMPULAN.............................................................................................................
B. SARAN........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 42
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1……………………………………………………………………………………26
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1………………………………………………………………………………………...27
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
xii
Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Pencegahan Kejadian
Ventilator Associated Pneumonia Di Ruang ICU
ABSTRAK
Latar Belakang: Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Merupakan infeksi nosokomial pneumonia yang
terjadi setelah 48 jam pada pasien dengan pemasangan ventilator mekanik, baik melalui pipa endotrakeal
maupun pipa trakeostomi. VAP menjadi perhatian utama di ICU karena merupakan kejadian yang cukup
sering dijumpai, sulit untuk didiagnosa secara akurat dan memerlukan biaya yang cukup besar untuk
pengobatanya (Riatsa A et al, 2018)
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian oral hygiene
terhadap pencegahan kejadian ventilator associated pneumonia (VAP) berdasarkan hasil penelusuran
pustaka. Metode: Studi pustaka (Literature Review). Sumber data pencarian menggunakan Google Scholar
dan PubMed, artikel dengan topik уang diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dari tahun
2017-2022. HASIL: Hasil kajian pustaka pada 10 artikel penelitian oleh Ahmad Fauzi (2022), Hadi Kusuma
Atmaja (2019), Amat Tohirin, Mona Saparwati (2019), Hadi Kusuma Atmaja (2014), Indriana Natalia Ahmad
Fauzi (2022), Putri yanti Erwin jumaini (2017), Liliana Noemi, maria del carme (2017), menуatakan bahwa
oral hygiene berpengaruh pada pengurangan kejadian VAP. Oral Hygiene mampu mencegah kolonisasi
faringeal dan mencegah perkembangan laju patogen VAP. Kesimpulan: oral hygiene berpengaruh pada
pengurangan kejadian VAP. Chlorehexidine (CHX) menjadi larutan yang paling banyak digunakan dan
paling efektif dalam perawatan mulut. Rekomendasi: peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian
serupa untuk pencegahan VAP meliputi Penghentian sedasi dan penilaian kesiapan ekstubasi, Profilaksi
ulkus pepticum dan Profilaksis tombosis vena dalam berdasarkan Komponen dari Ventilator Bundle
xiii
Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Pencegahan Kejadian
Ventilator Associated Pneumonia Di Ruang ICU
ABSTRAK
Background: Ventilator Associated Pneumonia (VAP) is a nosocomial pneumonia infection that
occurs after 48 hours in patients with mechanical ventilation, either through an endotracheal tube or
a tracheostomy tube. VAP is a major concern in the ICU because it is a fairly common occurrence,
difficult to diagnose accurately, and requires a large amount of money for treatment (Riatsa A et al,
2018)
Purpose: The purpose of this study was to determine whether there is an effect of giving oral
hygiene on the prevention of the incidence of ventilator-associated pneumonia (VAP) based on the
results of a literature search. Method: Literature Review. Sources of search data using Google
Scholar and PubMed, articles with topics published in Indonesian and English from 2017-2022.
RESULTS: The results of a literature review on 10 research articles by Ahmad Fauzi (2022), Hadi
Kusuma Atmaja (2019), Amat Tohirin, Mona Saparwati (2019), Hadi Kusuma Atmaja (2014),
Indiana Natalia Ahmad Fauzi (2022), Putri yanti Erwin jumping (2017), Liliana Noemi, maria del
carmen (2017), stated that oral hygiene has an effect on reducing the incidence of VAP. Oral
Hygiene is able to prevent pharyngeal colonization and prevent the development of the rate of VAP
pathogens. Conclusion: oral hygiene has an effect on reducing the incidence of VAP.
Chlorhexidine (CHX) is the most widely used and effective solution in oral care.
Recommendations: Future researchers should conduct similar studies for the prevention of VAP
including Cessation of sedation and assessment of readiness for extubation, Prophylaxis of peptic
ulcers, and Prophylaxis of deep vein thrombosis based on Components of the Ventilator Bundle
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ventilator mekanik, baik melalui pipa endotrakeal maupun pipa trakeostomi. VAP
menjadi perhatian utama di ICU karena merupakan kejadian yang cukup sering
dijumpai, sulit untuk didiagnosa secara akurat dan memerlukan biaya yang cukup
Insiden VAP di dunia cukup tinggi, bervariasi antara 9-27% dan angka
nosokomial berkisar 5-10 kasus per 1000 pasien, angka kejadian meningkat 6-20
kali pada pasien yang terpasang ventilator, angka kematian berkisar 20-50%. Hal
ini sama, angka kejadian pneumonia nosokomial 5-10 kasus per 1000 pasien di
Serikat mencapai 5 juta orang setiap tahunnya dan 42% diantaranya terpasang
kedua pada tahun 2006 dan mengungkapkan 98.000 kematian per tahun.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci tangan sebelum dan
1
2
mekanik, seperti saat mengatur posisi pasien, dan perawatan mulut (Atmaja,
2014)
50% dari data pneumonia di Intensive Care Unit (ICU). Insiden VAP pada pasien
sakit kritis berkisar antara 5% sampai 67% (5), sedangkan kejadian VAP di
permasalahan bagi pasien kritis di ICU yaitu perpanjangan Length of Stay (LOS)
hari. Sementara itu, data kematian yang diperoleh dari Singapura secara
signifikan lebih tinggi, yaitu 73% dari pneumonia secara keseluruhan (Dewi 2015)
yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Budiono (2013) di ICU
menyebutkan kejadian pneumonia pada pasien ICU sebesar 42%, dan dari
et al, 2018)
VAP banyak terjadi di ruang ICU (Japoni, 2011). Insiden VAP pada pasien
86% dari kasus infeksi nosokomial (Augustyn, 2007). Centers for Disease
VAP selama perawatan. Angka kejadian berkisar 0,01-4,4 per 1000 pasien setiap
satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang
kritis di ICU, dengan penggunaan di Amerika Serikat mencapai 1,5 juta pertahun
(Clare, 2008). Pasien yang terpasang ventilator mekanik lebih mudah mengalami
infeksi nosokomial karena kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh yang
menurun akibat penyakit yang dialami (Chulay, 2007). Pasien yang di rawat di
ICU berisiko tinggi terkena infeksi nosokomial. Penyakit infeksi masih merupakan
penyebab utama tingginya angka kesakitan, dan kematian di dunia. Salah satu
jenis infeksi nosokomial tersebut adalah VAP. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta
pencegahan yang tepat masih sedikit (Sebastian et al., 2012). Namun demikian,
kejadian VAP di rumah sakit (Leone et al., 2018) yang salah satunya berupa
kejadian VAP di ruang perawatan intensive (Akdogan et al., 2017; Kao et al.,
dapat meningkatkan luaran pasien (Gunasekera & Gratrix, 2016). Bundle ini
(OGT) daripada NGT sebagai alat bantu makan (Akdogan et al., 2017), oral
2016), povidone iodine atau saline (Hua et al., 2016) elevasi bagian atas tempat
tidur 30-400 (Akdogan et al., 2017; Kao et al., 2019; C.-H. Wang et al., 2015),
evakuasi air pada sirkuit ventilator (Kao et al., 2019; C.-H. Wang et al., 2015),
4
interupsi sedasi harian, pembersihan air dari sirkuit ventilator (C.-H. Wang et al.,
2015) serta cuci tangan sebelum dan setelah tindakan (Aryanti et al., 2018)
VAP dan, dengan aplikasi standar, secara signifikan dapat mengurangi tingkat
antiseptik oral (Jones, 2009). Kejadian VAP sebelum perlakuan oral hygiene
menggunakan hexadol gargle adalah rata-rata skor CPIS 3,2 dengan skor
terrendah 1 dan skor tertinggi 6. Hasil ditemukan ada 1 (6,7%) dari 15 pasien
memiliki skor 6, artinya pasien tersebut mengalami VAP. The Canadian Patient
VAP dapat dengan menggunakan hasil dari radiologi, klinis dan pemeriksaan
laboratorium.
alternative untuk mengurangi residu cairan mulut dan mencegah resiko terjadinya
tersebut sejalan dengan pernyataan yang telah ditemukan oleh Peterson (2005),
bahwa untuk memastikan hasil yang baik dalam menjaga kebersihan gigi dan
mulut, lakukan oral hygiene dua kali dalam sehari. Oleh karena itu, pemilihan
cairan yang tepat dan teknik melakukan serta waktu pelaksanaan oral hygiene
sangat diperlukan untuk mengatasi infeksi rongga mulut dan resiko insiden VAP
penelitian Ibrahim (2015) menunjukan bahwa hanya 20% perawat ruang ICU
yang melakukan tindakan oral hygiene sesuai dengan standar, dan 80% blm
melakukan oral hygiene sesuai standar. Pelaksanaan oral hygiene di RSU tidak
memperhatikan cara pemilihan cairan yang tepat, teknik melakukan dan waktu
5
hygiene) adalah 3,96 kali lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang
Pneumoni
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian.
1. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang
udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga
2. Klasifikasi pneumonia
1. Pneumonia Lobaris
lobus.
2. Bronchopneumonia
7
8
a. Pneumonia aspirasi
b. Pneumonia intertitialis
saluran nafas bagian atas, kemudian timbul peradangan saluran nafas bagian
dengan peningkatan suhu (37,7-41,1oC), yang tertinggi pada pagi dan sore
hari, batuk-batuk terdapat pada 75% dari penderita, batuk dengan berwarna
merah dan kadang-kadang berwarna hijau dan purulen, nyeri dada waktu
menarik nafas dalam (pleuritic pain), mialgia terutama daerah lengan dan
tungkai.
pneumonia
(Dirjen P2M dan PLP) tahun 1992, sebelumnya jenis bakteri yang sering
belakangan ini telah terjadi perubahan besar pada agent penyebab antara
2. Faktor Host Adapun faktor host yang dapat mempengaruhi pada penyakit
pneumonia adalah dilihat dari umur pasien yang masih berusia kurang
dari 5 tahun, atau dari umur terlampau tua lebih dari 50 tahun. Jenis
prevalensi kejadian batuk dan nafas cepat lebih sering terjadi pada pria
pemberian ASI pada bayi, dan kejadian berat badan lahir rendah sangat
pneumonia.
3. Faktor Environment
dan
4. Penatalaksanaan
1. Indikasi MRS :
b. Sianosis
f. Imunokompromais
hidrasi.
1. Pengertian
intensif (ICU) secara global, dengan tingkat kejadian 16,8 kasus per 1000
11
berkembang selama empat hari pertama ventilasi, dan terlambat dari hari
sering disebabkan oleh bakteri, tetapi implikasi virus sekarang diakui. Pada
ditentukan oleh pertukaran konstan dari saluran pernapasan bagian atas dan
epitel pernapasan dan batuk. Ketidakseimbangan pada sistem ini terjadi pada
kasus defisiensi imun pejamu, adanya patogen virus, atau inokulum bakteri
pernapasan bagian bawah, rute utama lainnya adalah aspirasi sekret dari
setempat (PAPDI, 2007). VAP adalah pneumonia yang diperoleh dari rumah
jam pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik, baik melalui pipa
erat dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas pasien di ICU, dengan
2. Etiologi
pada paru. Tiga penyebab utama VAP pada sebagian besar kasus adalah
Secara umum, onset penyebab VAP dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Early onset atau onset dini dan tanpa faktor risiko untuk multidrug-
resistant
memiliki prognosis lebih baik disebabkan oleh kuman yang masih sensitif
terhadap antibiotika. VAP onset lambat yang terjadi setelah lima hari atau
3. Diagnosis
infiltrat baru ataupun buruknya hasil pemeriksaan foto toraks dan penemuan
bakteri penyebab infeksi paru. Dinyatakan oleh Torres bahwa diagnosis VAP
13
Gambaran foto torak disertai dua dari tiga criteria gejala tersebut memberikan
sensitivitas 69% dan spesifitas 75%. Hal ini terangkum dalam Clinical
4. Faktor Resiko
suatu studi, kontaminasi bakteri pada sekret endotrakea lebih tinggi pada
pasien dengan posisi supinasi dari pada pasien dengan posisi semi
terkena VAP.
atas balon dari pipa endotrakea dan tekanan balon yang rendah dapat
terjadinya VAP.
Faktor risiko VAP dapat juga dibagi menjadi dua kelompok yaitu
2) serta dibagi lagi menjadi faktor yang berhubungan dengan pasien dan
5. Patogenesis
15
bakteri pada sistem respirasi dan digestif serta mikroaspirasi sekret dari jalan
nafas atas dan bawah. Keadaan kritis dapat memicu kolonisasi yang cepat di
orofaring dengan bakteri-bakteri patogen yang potensial. Hal ini terjadi karena
reseptor permukaan dari penderita itu sendiri. Bakteri gram negatif aerob dan
Sumber infeksi lain yang juga potensial adalah material dari sinus dan plak
gigi. Adanya sekret pada saluran endotrakhea tidak dapat mencegah aliran
2006).
permukaan bagian dalam dari saluran endotrakhea. Hal ini seringkali diikuti
kemudian didorong ke saluran nafas distal oleh aliran udara inspirasi yang
sumber infeksi. Pada pasien-pasien yang kritis terjadi gangguan sistem imun
efektif. Ketika bahan yang terinfeksi mencapai saluran nafas yang lebih distal,
C. Pencegahan VAP
nosocomial ini namun konsensus terkait dengan strategi pencegahan yang tepat
rumah sakit (Leone et al., 2018) yang salah satunya berupa penerapan bundle
pencegahan VAP yang mana sangat efektif menurunkan kejadian VAP di ruang
Komponen dari Ventilator Bundle Menurut Futaci DA, Arifin J, Saktini F ada 5
yaitu:
Meninggikan kepala pada tempat tidur setinggi 30-45 derajat adalah salah
langkah yang efektif dalam mencegah VAP. Peninggian kepala setinggi 30-45
mekanik dengan posisi semi recumbent atau posisi tubuh supine. Pada
pasien dengan posisi supine angka kejadian VAP 23% sementara pada
sedasi dilakukan secara acak tiap hari dengan tidak memperhatikan keadaan
dan bermakna. Durasi penggunaan ventilator menurun dari 7,3 hari sampai
4,9 hari. Penghentian sedasi bukan tanpa resiko, namun, pasien yang tidak
diberi sedasi cukup dalam akan meningkat potensial extubasi sendiri. Oleh
penurunan sedasi.
dan morbiditas pasien di ruang ICU, karena itu penerepan profilaksis ulkus
peptikum perlu untuk dilakukan. Pasien ICU sering mengalami aspirasi isi
lambung. Pasien Kritis yang diintubasi tidak memiliki kemampuan untuk batuk
unit (ICU) selain mereka yang menjalani operasi, pasien trauma dan pasien
dengan kondisi medis yang sangat buruk. Walaupun masih belum jelas
Pada pasien dengan ventilasi mekanis, plak pada gigi terjadi karena tidak
adanya mekanisme mengunyah dan tidak adanya produksi saliva. Hal ini
nafas sehingga menyebabkan VAP. Merupakan suatu hal yang umum bahwa
bakteri pada saluran nafas atas dan mengurangi potensi untuk terjadinya
perkembangan plak pada gigi dan gingivitis. Sebuah studi tahun 1996 oleh
2007 membuat laporan dalam bentuk meta analisis mengenai evaluasi dari
kesehatan mulut klien dan mencegah terjadinya infeksi dan risiko VAP. Intervensi
keperawatan oral hygiene dengan suction pada pasien yang terpasang ventilator
merupakan tindakan yang dirasa cukup sulit oleh sebagian perawat. Komponen
suction adalah teknik melakukan tindakan, waktu pelaksanaan dan jenis cairan
dan mencegah risiko terjadinya VAP pada pasien dengan terpasang ventilator
yang telah dikemukakan oleh Peterson (2005), bahwa untuk memastikan hasil
yang baik dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, lakukanlah oral hygiene dua
kali dalam sehari dengan menyikatnya secara benar. Oleh karena itu, pemilihan
cairan yang tepat dan teknik melakukan serta waktu pelaksanaan oral hygiene
sangat diperlukan untuk mengatasi infeksi rongga mulut dan risiko insidensi VAP
pada pasien dengan pemasangan ventilator mekanik di ICU (Rello et al, 2007).
Walaupun tindakan oral hygiene sudah disadari perawat sebagai salah satu
secara optimal. Fenomena ini sesuai dengan hasil penelitian Rello et al (2007)
yang menyatakan bahwa perawatan oral hygiene sangatlah penting bagi ruang
perawatan ICU. Oral hygiene berhubungan erat pada sikap, keyakinan dan
pengetahuan seorang perawat. Oral hygiene tanpa sikap dan pengetahuan dari
perawat, tidak selalu berhasil dalam memastikan kesehatan mulut dan risiko
insidensi VAP pada pasien apalagi dengan pemasangan ventilator mekanik yang
Insiden VAP pada pasien yang mendapat ventilator mekanik sekitar 22,8%,
2007). Centers for Disease Control and Prevention (2015) menyebutkan 157.00
pasien di ICU mengalami VAP selama perawatan. Angka kejadian berkisar 0,01-
4,4 per 1000 pasien setiap hari di berbagai unit rumah sakit di dunia pada tahun
2012. VAP adalah infeksi nosokomial pneumonia yang terjadi setelah 48 jam
karena merupakan kejadian yang cukup sering dijumpai, sulit untuk didiagnosa
secara akurat dan memerlukan biaya yang cukup besar untuk pengobatanya
(Hunter, 2006).
karena dapat mengambil alih kerja dari otot-otot untuk pernapsan. Ventilator
bentuk listrik atau gas yang dikompresi dan kemudian akan di transmisikan.
Mekanisme kerja dari ventilator mekanik adalah berupa suport total atau suport
parsial. Pada suport total pola pernafasan pasien digantikan secara total oleh
sedasi. Pada suport parsial, pasien hanya dibantu bernafas dengan mengirimkan
aliran inspirasi yang telah diatur dalam responnya pada usaha inspirasi pasien,
dan pasien dapat mengatur kurs respirasi, durasi inspirasi dan ekspirasi serta
rasio waktu inspirasi sampai total durasi siklus pernapasan. Terdapat beberapa
fase dalam 1 siklus pernafasan secara spontan maupun yang diperintah, yaitu
fase pemicuan nafas, fase penyokong, fase siklus dan fase basis atau ekspirasi.
Menurut Bennet & Brachman (dalam Gould D & Brooker C, 2003), infeksi
yang didapat dirumah sakit (infeksi Nosokomial) adalah infeksi yang tidak ada
atau berinkubasi pada saat masuk rumah sakit. Dengan kata lain, indeksi
nosokomial adalah suatu infeksi yang terjadi di rumah sakit atau infeksi oleh
22
kuman yang didapat selama berada di rumah sakit. Infeksi nosokomial tidak
saja menyangkut penderita tetapi juga yang kontak dengan rumah sakit
nosokomial karena kondisi kesehatan dan daya tahan tubuh yang menurun
akibat penyakit yang dialami (Chulay, 2007). Pasien yang di rawat di ICU berisiko
utama tingginya angka kesakitan, dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi
menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Septiari, 2012).
Infeksi saluran napas yang disebabkan oleh bakteri terjadi pada 0,5-5,0%.
Pada sebagian besar penelitian infeksi nosokomial, infeksi saluran napas dapat
menempati urutan ke-3 dari insiden seluruh infeksi nosokomial. Mortalitas infeksi
nosokomial saluran napas melebihi mortalitas infeksi dari organ lain (soedarmo
dkk, 2008). Infeksi nosokomial yang sering diderita pasien adalah pneumonia,
mulut dan teraspirasi ke paru-paru. Kolonisasi kuman juga terdapat pada gigi
putih pada bagian atas lidah yang tidak dapat hilang bila tidak ada proses
1995)
23
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi pustaka (literatur review)
untuk menganalisis lebih lanjut tentang Pengaruh Oral Hygiene pada pasien
B. Pengumpulan Literatur
1. Database
Keyword atau kata kunci yang digunakan pada saat pencarian literatur
25
26
a. Kriteria inklusi
Kriteria ini adalah indikator atau syarat sebuah pustaka atau
terpasang Ventilator
b. Kriteria eksklusi
Kriteria ini merupakan indikator atau syarat yang menyebabkan
A. HASIL
1. Langkah/strategi pemilihan (bagan literatur)
PRISMA yang terdiri dari: identifikasi, skrining, kelayakan, dan diterima. Selengkapya
Gambar 1. Grafik literatur menggunakan prisma pengaruh oral hygiene terhadap kejadian
ventilator associated pneumonia di ruang icu
27
28
Table 1. menunjukan sintesis berdasarkan hasil pencarian dengan kriteria yang sudah ditentukan maka terdapat 10 artikel
yang dijadikan rujukan untuk mengulas pengaruh oral hygiene terhadap kejadian ventilator associated pneumonia (VAP) di
ruang icu
2. Perbandingan Ahmad 2022 Artikel Penelitian ini Desain: Sampel Berdasarkan hasil analisis Oral hygiene
29
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis jurnal yang dilakukan pada 10 artikel pada table diatas dapat
(2020), peralatan yang digunakan untuk Oral hygiene untuk mengurangi kejadian
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi (2022), dan Natalia Ahmad Fauzi
(2022) peralatan yang digunakan untuk Oral hygiene untuk mengurangi kejadian
VAP yaitu sikat gigi bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Widya A. Patabang,
Michael A. Leman, Jimmy Maryono (2017) oral hygiene untuk pencegahan VAP
dengan alat yang digunakan yaitu: pipet ukur, tabung reaksi, penampungan
steril, penghitung koloni, stopwatch, dan media anger nutrien. Natalia Ahmad
Fauzi (2022) Penelitian yang dilakukan oleh Liliana Noemi, maria del carme
(2017) untuk pencegahan VAP peralatan yang digunakan yaitu sikat gigi yang
berbulu halus. Sikat gigi berfungsi untuk menghilangkan plak, bakteri dan lendir
di area mulut.
38
larutan yang efektit digunakan untuk oral hygiene dalam pencegahan VAP yaitu
dilakukan oleh Ahmad Fauzi (2022) oral hygiene untuk pencegahan VAP lebih
yang dilakukan oleh Amat Tohirin, Mona Saparwati (2019), larutan yang efektif
penelitian yang dilakukan oleh Hadi Kusuma Atmaja (2017), yaitu larutan yang
larutan chlorhxidine dan hexadol efektif dalam pencehagan VAP. Penelitian yang
dilakuakn oleh Riasta A, Nana R (2017), larutan yang efektif untuk oral hygiene
Penelitian yang dilakukan oleh Putri yanti Erwin jumaini (2017), mengatakan
bahwa oral hygiene untuk pencehagan VAP sangat efektif menggunakan larutan
A.Leman, Jimmy Maryono (2017), oral hygiene untuk pencegahan VAP efektif
Penelitian yang dilakukan oleh Liliana Noemi, maria del carme (2017), Oral
39
dan 0,12%, Semakin tinggi konsentrasi larutan CHX semakin tinggi pula
pencegahan VAP. Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Kusuma Atmaja (2019),
oral hygiene untuk pencegahan VAP dilakuakn 2 (dua) kali per hari secara
(2019), untuk pencegahan VAP dilakukan oral hygiene dilakukan dalam 8 jam
Hadi Kusuma Atmaja (2019), oral hygiene untuk pencehagan VAP dilakukan 2
(dua) kali per hari. Penelitian yang dilakukan oleh Indriana Natalia Ahmad Fauzi
(2022), untuk pencegahan VAP dilakukan oral hygiene selama 5 hari berturut-
turut. Pencegahan Oral Hygiene dilakukan selama 8 jam sekali dalam 4 hari
berturut-turut. Penelitian yang dilakukan oleh Putri yanti Erwin jumaini (2017),
Untuk pencegahan VAP dilakukan oral hygiene sebanyak 2 kali sehari pada pagi
dan sore hari selama 30 menit dalam waktu 3 harip bertutut-turut. Penelitian
yang dilakukan oleh Liliana Noemi, maria del carme (2017), oral hygiene yang
dilakukan dalam pencegahan VAP dilakukan pada sudut 45o dan menyikat tidak
lebih dari 3 gigi sekaligus, menggunakan gerakan melingkar yang lembut selama
10-15 detik, memastikan bahwa setiap gigi disikat pada setiap permukaan.
Kebersihan dilengkapi dengan benang gigi dan sikat interdenal, dan gigi tiruan
40
paling efektif dalam perawatan mulut. Oral hygiene menggunakan sikat gigi yang
berbulu halus dengan memiringkan sikat gigi pada sudut 45o dan menyikat tidak
lebih dari 3 gigi sekaligus, menggunakan gerakan melingkar yang lembut selama
10-15 detik, memastikan bahwa setiap gigi disikat pada setiap permukaan.
Kebersihan dilengkapi dengan benang gigi dan sikat interdenal, dan gigi tiruan
antiseptik dengan spektrum yang luas, mampu melawan bakteri gram negatif
patogen VAP, dan berfungsi sebagai anti plak mukosa (Timsit et al., 2017).
Meskipun larutan ini memiliki efek samping pada perubahan warna gigi jika
digunakan dalam jangka panjang, Institute for Health Improvement (IHI) tetap
menyarankan larutan ini sebagai perawatan mulut dalam Bundel VAP (Hua et al.,
2016).
41
Pada pasien dengan ventilasi mekanis, plak pada gigi terjadi karena tidak
adanya mekanisme mengunyah dan tidak adanya produksi saliva. Hal ini
nafas sehingga menyebabkan VAP. Merupakan suatu hal yang umum bahwa
bakteri pada saluran nafas atas dan mengurangi potensi untuk terjadinya VAP.
BAB V
A. Kesimpulan
Chlorehexidine (CHX) menjadi larutan yang paling banyak digunakan dan paling
dimodifikasi terdiri dari memiringkan sikat gigi pada sudut 45o dan menyikat tidak
lebih dari 3 gigi sekaligus, menggunakan gerakan melingkar yang lembut selama
10-15 detik, dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari dan memastikan
bahwa setiap gigi disikat pada setiap permukaan. Larutan CHX memiliki berbagai
macam konsentrasi yaitu 0,2% - 0,12%. Semakin tinggi konsentrasi larutan CHX
B. Saran
1. Bagi Penulis
2. Bagi Keilmuan
41
3. Bagi Institusi Pendidikan
42
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D. T. (2020). Studi Literatur: Update Pelaksanaan Oral Care Pada Pasien
Yang Terpasang Ventilasi Mekanik Di Ruang Icu. Jurnal Keperawatan Widya
Gantari Indonesia, 4(1), 9. https://doi.org/10.52020/jkwgi.v4i1.1496
Aryanti, P. R., Agustina, D. M., & Dyah, T. (2018). Pengetahuan Dan Sikap Perawat
Tentang Pelaksanaan Oral Hygiene Pada Pasien Terpasang Ventilator Mekanik.
Jurnal Keperawatan STIKES Suaka Insan, 3(2), 1–7.
http://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.php/jksi/article/view/104
Nicolosi, L. N., Rubio, C., Martinez, C. D., Noemı, N., Dmd, G., & Cruz, E. (2014).
Pengaruh Kebersihan Mulut dan Bilas Mulut Chlorhexidine Gluconate 0 , 12 %
dalam Mencegah Pneumonia Terkait Ventilator Setelah Operasi Kardiovaskular.
504–509.
Purnama, A., Fikri, R., Keperawatan, P. S., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Maju, I. (2020).
Perbandingan Efektifitas Oral Hygiene Menggunakan Enzym Lactoperoxidase
Dengan Enzym Lactoperoxidase With Chlorhexidine in Vap. 2(1).
Sari, N., Deli, H., & Agrina. (2019). Gambaran Pelaksanaan Vap Bundle (Vapb) Pada
Pasien Yang Terpasang Ventilator. Fakultas Keperawatan Universitas Riau, 6(1),
19.
42
Kelayakan Literatur
Nomor literature : 01
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbandinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
43
Uji Kelaуakan Literatur : Penelitian Quasi Experimen
Nomor literature : 02
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbndinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
44
Uji Kelaуakan Literatur : Penelitian Quasi Experimen
Nomor literature : 03
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbndinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
45
Uji Kelaуakan Literatur : Penelitian Quasi Experimen
Nomor literature : 04
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbndinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
46
Uji Kelaуakan Literatur : Penelitian Quasi Experimen
Nomor literature : 05
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbndinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
47
Uji Kelaуakan Literatur : Penelitian Quasi Experimen
Nomor literature : 06
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbndinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
48
Uji Kelaуakan Literatur : Penelitian Quasi Experimen
Nomor literature : 07
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbndinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
49
Uji Kelaуakan Literatur : Penelitian Quasi Experimen
Nomor literature : 08
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbndinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
50
Uji Kelaуakan Literatur : Penelitian Quasi Experimen
Nomor literature : 09
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbndinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
51
Uji Kelaуakan Literatur : Penelitian Quasi Experimen
Nomor literature : 10
No Pertanуaan Jawaban
Ya Tidak Tidak jelas
1 Apakah cukup jelas sebab dan akibat dari
variable уanɡ akan diteliti ?
2 Apakah responden termasuk dalam
perbndinɡan уanɡ sama ?
3 Apakah responden mendapatkan
intervensi pada setiap kelompok ?
4 Apakah terdapat kelompok kontrol ?
5 Apakah terdapat penilaian hasil dari
sebelum dan sesudah intervensi ?
6 Ketika follow up dilakukan secara
menуeluruh atau tidak, apakah tindakan
selanjutnуa dianalisis secara memadai ?
7 Apakah penɡukuran antara dua kelompok
dilakukan denɡan cara уanɡ sama ?
8 Apakah penɡukuran hasil dilakukan
denɡan cara уanɡ memadai/sama ?
9 Apakah dijelaskan uji statistic уanɡ
diɡunakan dan sesuai ?
Simpulan : Diterima
keteranɡan : Ditolak
52