Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

“ ABSES PERIANAL “

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Abses perianal adalah kondisi di mana rongga rektum terisi dengan nanah dan
nanah tersebut muncul di sekitar anus. Rektum adalah bagian terakhir dari usus
besar di mana tinja disimpan sebelum dikeluarkan melalui anus. Ketika rektum
dan kelenjar lendir dubur terinfeksi, maka akan terbentuk lubang-lubang kecil
pada rongga rektum dam terisi dengan nanah.
Abses Perianal adalah terkumpulnya nanah didaerah anus dan rectum .(Nelson
RL Abcarian,2006). Abses Parianal adalah manifestasi akut dan kronis dari
proses perirectal sama. Satu abses akan meyebabkan infeksi pada satu atau
lebih ruang dubur (ComanML,2009).

2. Etiologi
Menurut ahli penyakit infeksi penyebab abses antara lain :
1) Infeksi dari fisura anal dan masuknya mikroorganisme ke rectum
2) Infeksi menular seksual
3) Radang pada usus (Penyakit chorn dan koletisis useratif
4) Sistem kekebalan tubuh menurun
5) Deabetes militus
6) Personal hygiene yang buruk.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala penyakit ini terutama yaitu terasa berdenyut pada rektum dan
menjadi lebih parah ketika bergerak atau saat melakukan peregangan. Gejala
lain termasuk: demam, sembelit, kesulitan dalam buang air kecil. Kadang-
kadang rektum dapat terasa panas, nyeri dan bengkak.

4. Patofisiologi
secara spesifik mengawali Kuman yang masuk kedalam tubuh akan
menyebabkan kerusakanakan jaringan dengan cara mengeluarkan toksin.
Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis), kimiawi yang proses
peradangan atau melepaskan endotoksin yang ada hubunganya dengan dinding
sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada perubahan kondisi respon imunologi
mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak jaringan. Agent  fisik dan
bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan kerusakan jaringan,kematian
jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah penyebab
dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang terlihat  akibat dilatasi
arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi
bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat  terjadi
secara sistemik.
Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi termoregulasi
pada suhu lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi 
hipertermi. Peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah mengalir
keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan.  Sel-sel darah
mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona plasmatik. Leukosit
menempel pada epitel sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang
ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang mengikuti Fase hyperemia
meningkatkan permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarya plasma kedalam
jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat tekanan
hidrostatik meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi
cairan didalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan
eksudat  yaitu edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan
tekanan  pus dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator kimiawi,
termasuk bradikinin, prostaglandin, dan serotonin merusak ujung saraf sehingga
menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekanosensitif dan
termosensitif yang menimbulkan nyeri. Adanya edema akan mengganggu gerak
jaringan  sehingga mengalami penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan
terganggunya mobilitas litas.
Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila penyabab
kerusakan bisa  diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh  tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Reaksi sel fagosit yang berlebihan
menyebabkan debris terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses di sel
jaringan lain membentuk flegmon.

5. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada kasus abses perianal adalah :
- Terjadinya fistula perirektal :
Terbentuknya semacam saluran antara kulit dan anus.

6. Klasifikasi
Menurut Parks dan Persentase fistula anorektal adalah :
1) Intersfingerik 70%
2) Transfingterik 23%
3) Ekstrasfingterik 5%
4) Suprasfingterik 2%

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari abses perianal antara lain :
 Laboratorium
Belum ada pemeriksaan laboratorium khusus yang dilakukan untuk
mengevaluasi pasien dengan abses perianal, kecuali pada pasien
tertentu, seperti individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas
tubuh yang rendah karena memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya
sepsis bakterimia yang dapat disebabkan dari abses anorektal.

8. Penatalaksanaan
Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik.
Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah,
debridemen atau kuretase. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk
mengidentifikasi penyebabnya, utamanya apabila disebabkan oleh benda asing
karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda
asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersama dengan
pemberian obat analgetik. Drainase, abses dengan menggunakan pembedahan
biasanya diindikasi apabila abses telah berkembang dari peradangan serasa
yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus,
antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau didoxacillin sering digunakan.
Dengan adanya kemunculan stophylococcus aureus yang dapat melalui
komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efekif.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATN


BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 2, Cetakan 1.
Jogjakarta: MediAction

Siregar,R,S.Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.


Jakarta:EGC,2004.

Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and
Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester. Edisi 8
jakarta : EGC,2001.

Anda mungkin juga menyukai