LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK
INDUSTRI 4
(KURSI DINGKLIK)
Disusun Oleh:
Kelompok : I (Satu)
Nama Anggota / NPM : 1. Darius Ernanto N / 32414546
2. Hasan Fatoni / 34414838
3. Ilham Aji N / 35414160
4. Melisa Kintan P / 36414576
5. Rifiyandi / 39414350
Kelas : 4ID12
Asisten Pebimbing : Violita Elgiana, S.T
VII-1
VII-2
PENDAHULUAN
letak fasilitas yang baik, serta produk yang dihasilkan sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan dapat meningkatkan keuntungan
penjualan dan menjadikan produk yang lebih unggul dari produk
pesaing.
BAB II
IDENTIFIKASI AWAL
2.1 Inisialisasi
Ukuran Ukuran
No.
Nama Unit/ Tipe Pakai Terima Berat/Unit Harga/Uni
Kom
Komp. Assy Bahan (cm) (cm) (kg) t(Rp)
p
(p×l×t) (p×l×t)
Papan
1 1 Kayu 29x22x2 30x23x2,1 0,653 5.000
Alas
Papan
2 Kaki – 4 Kayu 15x3x3 16x4x3,1 0,142 1.460
Kaki
Papan
Crossbar
3 2 Kayu 23x3x3 24x4x3,1 0,203 2.100
Depan
Belakang
Papan
Crossbar
4 2 Kayu 18x3x3 19x4x3,1 0,145 1.550
Kiri
Kanan
Papan
5 Crossbar 4 Kayu 3x3x3 4x4x3,1 0,023 808
Segitiga
komponen adalah kayu jati. Ukuran terima adalah ukuran yang didapat
sebelum semua komponen di proses dan ukuran pakai adalah ukuran
komponen yang sudah mengalami proses dan siap dipakai contoh
untuk ukuran terima sebelum diproses komponen alas adalah
30x23x2,1 cm setelah diproses dengan cara dipotong ukuran alas
yang siap pakai menjadi 29x22x2 cm.
Ukuran
No. Nama Tipe Kemasan Unit Berat/Unit
Unit/Assy Harga/Unit(Rp)
Komp Komp. Bahan (cm) Tersedia (kg)
(p×l×t)
1 13333 15100
2 13414 14990
3 13490 14888
4 13486 14894
5 13471 14913
6 13467 14920
7 13476 14907
8 15452 12241
9 15452 12241
10 13471 14913
11 13471 14913
12 13476 14907
Tabel 2.4 data mesin yang digunakan merupakan suatu data yang di
dalamnya terdapat nomor mesin, jenis-jenis mesin dan kegunaannya
beserta ukuran mesin yang digunakan. Nomor mesin F1 yaitu meja
fabrikasi dan kegunannya untuk proses mengukur dan memiliki ukuran
mesin sebesar 2x1 m, nomer mesin F2 yaitu mesin jigsaw dan
kegunaannya untuk proses memotong dan memiliki ukuran mesin
sebesar 2x1 m, nomer mesin F3 yaitu amplas dan kegunaannya untuk
proses menghaluskan dan memiliki ukuran 1,5x1 m. Nomor mesin F4
yaitu mesin assembling dan kegunaannya untuk proses merakit serta
memiliki ukuran mesin sebesar 2x1 m dan nomor mesin F5 adalah
mesin cat dan kegunaannya untuk proses pengecatan dan memiliki
ukuran mesin sebesar 2x1 m.
satuan dari mesin jigsaw Rp. 290.000 dan harga total dari mesin jigsaw
sebesar Rp 11.890.000. Mesin amplas memiliki jumlah 5 unit, harga
satuan dari mesin amplas Rp. 350.000 dan harga total dari mesin
jigsaw sebesar Rp 1.750.000. Mesin assembly memiliki jumlah 8 unit,
harga satuan dari mesin assembly Rp. 2.275.000 dan harga total dari
mesin jigsaw sebesar Rp 18.200.000 dan Mesin cat memiliki jumlah 6
unit, harga satuan dari mesin cat Rp. 450.000 dan harga total dari
mesin cat sebesar Rp 2.700.000.
BAB III
ASPEK TEKNIS
waktu kerja
waktu proses kerja
.......................................3.1
%scrap OPC
............................................3.2
100
Bahan disiapkan
95%
..……………………………3.4
Efisiensi Mesin
(Produksi mesin/jam x reabilitas x jam kerja/hari
…….….....3.5
= 767.3360
= 807.7221
= = 0.9312
= 0.9312 ≈ 1
Volume Komponen = (p x l x t)
= 0,001449 m3
= 0,3 x 0,23
= 0,069 m2
= 676 x 5 x 1
= 3380 unit
= 0,001449 x 3380
= 4,89762 m3
= 0,0414 m3
Jumlah tumpukan =
= = 118,3
= 119 tumpukan
= 0,069 x 119
= 8,211 m2
= 8,211 x 150 %
= 12,3165 m2
= 8,211 + 12,3165
= 20,5275 m2
dengan hari kerja dan banyaknya kuantitas papan alas maka didapat
hasil sebanyak 3380 unit. Volume total dari komponen papan alas
adalah hasil dari perkalian antara volume komponen dengan
banyaknya jumlah produksi selama seminggu dalam kurun waktu lima
hari kerja dengan hasil yaitu 4,89762 m3. Kapasitas vol/tumpukan pada
komponen papan alas didapat dengan hasil sebesar 0,0414 m 3 yang
didapat dari hasil perkalian dengan tinggi tumpukan yaitu 0,6 meter.
Jumlah tumpukan adalah banyaknya tumpukan yang ada pada luas
lantai ini dengan jumlah tumpukan sebanyak 119 tumpukan. Luas
lantai pada model tumpukan ini adalah luas lantai yang didapat dari
hasil perkalian antara jumlah tumpukan dengan luas komponen
dengan hasil sebesar 8,211 m2. Kelonggaran yang diberikan untuk
komponen papan alas adalah sebesar 150 %, hal ini dikarenakan
ukuran dari kemasan papan alas yang kecil, sehingga tidak
membutuhkan alat pengangkut khusus. Kelonggaran diberikan untuk
jalur pejalan kaki atau karyawan dan memudahkan proses
pengangkutan atau pemindahan, maka kelonggaran untuk luas lantai
komponen papan alas adalah sebesar 12,3165 m2, sehingga total luas
lantai untuk komponen papan alas, yaitu seluas 20,5257 m 2. Total luas
lantai gudang bahan baku yang diperlukan adalah seluas 41, 2765 m2.
= 0,16 x 0,02
= 0,0032 m2
produk/hari
= 4 x 676
= 2704 unit
= 2704 x 5
= 13.520 unit
Kemasan Tersedia =
= 3380 Kemasan
= 0,0032 x 3380
= 10,816 m2
= 10,816 + 16,224
= 27,04 m2
= 2 ´ 1 = 2 m2
= 12 ´ 2
= 24 m2
= 24 ´ 200 %
= 48 m2
+ kelonggaran
= 24+ 39,9775 + 48
= 111.9775 m2
= 0,010846 m3
= 0,29 × 0,22
= 0,0638 m2
Produk/minggu =
= = 3380 unit
= 0,010846 ´ 3380
= 36,65948 m3
= 0,03828 m3
Jumlah Tumpukan =
= 957,6667
= 958 tumpukan
= 0,0638 ´ 958
= 61,1204 m2
= 61,1204 ´ 200 %
= 122,2408 m2
= 61,1204 + 122,2408
= 183,3612 m2
perkantoran adalah sebesar 283 m2, jadi total luas lantai yang
diperlukan untuk perkantoran PT. Alam sejahtera sebesar 566 m 2.
2. Meningkatkan produktivitas.
1 1 ..... …………….3.6
LuasDepartemenA LuasDepartemenB
Penentuan ongkos
2 material handling
2 dapat digunakan sebagai
dasar untuk menentukan tata letak fasilitas. Ditinjau dari segi biaya,
tata letak yang baik adalah tata letak yang mempunyai total ongkos
material handling kecil, meskipun dalam hal ini biaya bukan satu-
satunya indikator untuk menyatakan bahwa tata letak itu baik dan
masih banyak faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Suatu
perencanaan tata letak fasilitas atau pabrik, aktivitas dalam
pemindahan bahan material merupakan salah satu faktor yang cukup
penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Kegiatan pemindahan
material tersebut dapat ditentukan dengan terlebih dahulu
memperhatikan suatu proses aliran bahan yang terjadi dalam suatu
kegiatan operasi, kemudian hal yang harus diperhatikan adalah tipe
Lay Out yang akan digunakan. Lay-out by product yaitu penempatan
mesin yang disesuaikan dengan urutan proses produksi dari produk
yang akan dibuat pada satu departemen. Lay-out By Process
merupakan penempatan mesin-mesin yang sama pada satu
departemen (Wignjosoebroto, 2003).
Biaya Operator =
= Rp 114.000
= 114.000 / 76,46352
= Rp 1.490,90703
Depresiasi =
= Rp 57.142,857
Biaya Operator =
= Rp 114.000
Jarak Tempuh
= 69,3136 m
Biaya BBM =
= Rp 100,9303
Biaya Perawatan =
= = Rp 100.000
Biaya Perawatan
+ Rp100.000
= Rp 271.243,7875
BPM/m =
= Rp 5.738,00017
Depresiasi =
= Rp 4.081,6327
Biaya Operator =
= Rp 114.000
Biaya BBM = Rp 0
Biaya Perawatan =
= Rp10.000
Biaya Perawatan
= Rp 128.081,6327
BPM/m =
= Rp 1.936,86038
Produk/Hari
= 979.524 cm3
Komponen x %Scrap)
= 0,653 – (0,653x0%)
= 0,653 kg
= 0,653 x 676
= 441,428 kg
1.358,084 kg
150 kg.
Kolom 10 (Frekuensi/Hari) =
= 0,6925 ≈ 1
BPM/m =
= = Rp 5.738,00017
Kolom 12 =
= 12,47556 m
= 1 x 5.738,00017 x 12,47556
= Rp 71.582,7635
dengan berat total 0,653 kg. Berat total satu buah komponen papan
alas yang akan diangkut sebesar 441,428 kg . Alat angkut yang
digunakan adalah mini forklift karena berat total komponen utama
sebesar 1.358,084 dan lebih dari 150 kg. Frekuensi pengangkutan per
hari sebanyak 1 kali yang berarti komponen utama hanya diangkut
sebanyak 1 kali. Biaya Penanganan Material (BPM) sebesar Rp
5.738,00017 per meter yang berarti komponen utama yang diangkut
oleh mini forklift harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 5.738,00017
per meternya untuk setiap komponen utama. Jarak antar departemen
sebesar 12,47556 meter yang berarti seberapa jarak tempuh alat
angkut untuk memindahkan komponen utama dari receiving ke meja
fabrikasi . Total BPM yang didapatkan sebesar Rp 71.582,7635 yang
berarti besar biaya penanganan material perpindahan dari departemen
receiving sampai departemen meja fabrikasi.
produk
= 8 x 676
= 5.408 pcs
Kolom 6 (Kemasan/hari) =
= 109 pcs
= (5 x 5 x 1)x 109
= 2.725 cm3
komponen tambahan
= 50 x 0,005
= 0,25 kg
95,609 kg
ra 1 kg sampai 50 kg.
Kolom 11 (Frekuensi/hari) =
= 0,014 ≈ 1 kali
BPM/m =
= Rp 1.936,86038
Kolom 13 =
= 66,12848
= 1 x 1.936,86038 x 66,12848
= 128.081,63277
= 7.331.896 cm3
= 7.852.163 cm3
1 produk)
= 1,1183986 + 0,25
= 1,3673986 kg
= 1,1183986 x 676
= 756,03745 kg
x Kemasan/hari
= 1,3673986 x 676
= 924,36145 kg
penunjang
756,03745 kg
Kolom 10 (Frekuensi/hari) =
= 7.331.896 / 3.375.000
= 2,1724 ≈ 3 kali
Kolom 11 (BPM/m) =
= Rp 12.305,20698
Kolom 12 =
= 9,9807 m
x Jarak
= 3 x 12.305,20698 x 9,9807
= Rp 368.443,7378
Pola ini jarang dipakai karena pada umumnya pola ini digunakan
untuk perpindahan bahan secara mekanis dan keterbatasan ruangan.
Dalam keadaan tersebut, pola ini memberi lintasan terpendek dan
berguna banyak pada area yang terbatas. Pola aliran ini dapat dilihat
pada gambar 3.6 (Wignjosoebroto, 2009).
FTC Inflow =
Dari R ke F1 =
=1
Hasil dari mesin potong, mesin serut, dan juga pada shipping
sama semuanya yaitu 1 yang berarti ongkos yang masuk ke bagiannya
masing-masing biayanya sama. Koefisien dari bagian assembly
berbeda dengan yang lainnya, pada bagian receiving ke assembly
ongkos pemindahan material yang masuk sebesar 0,721. Koefisien dari
bagian mesin serut ke assembly ongkos pemindahan material yang
masuk sebesar 0,279. Hasil ongkos tersebut kurang dari 1 yang
menunjukkan bahwa harga ongkos yang masuk di meja assembly
berbeda dan tidak sama dibandingkan dengan ongkos yang lainnya.
FTC Outflow =
Dari R ke F1 = = 0,583
F4
BAB IV
ASPEK FINANSIAL
Nilai Sisa =
= Rp17.372.239,50
Nilai susut/tahun =
= Rp17.024.794,71
Total Investasi Awal = Penjumlahan Total Harga
= Rp1.739.086.033,62
Modal Sendiri (75%) = Total Investasi awal x 75%
= Rp1.739.086.033,62 x 75%
= Rp1.304.314.525,21
Modal Pinjam (25%) = Total Investasi awal x 25%
= Rp1.739.086.033,62 x 25%
= Rp 434.771.508,40
Berdasarkan tabel 4.1 hingga 4.3 terdapat komponen biaya
investasi berisi hal-hal yang berhubungan dengan pendirian
suatu perusahaan seperti tanah, bangunan tertutup, bangunan
terbuka, serta peralatan kebutuhan baik produksi, kebutuhan
perkantoran serta kebutuhan fasilitas. Tanah memiliki luas
sebesar 2714,22395 m2, bangunan tertutup memiliki jumlah luas
tanah sebesar 1737,22395 m2 serta bangunan terbuka memiliki
jumlas luas tanah sebesar 977 m 2. Luas bangunan tertutup
merupakan area luas tanah yang meliputi luas lantai pabrik, luas
lantai perkantoran, serta luas lantai fasilitas dalam area tertutup.
Luas bangunan terbuka merupakan area luas tanah terbuka yang
meliputi taman, parkiran, pembuangan limbah dan sebagainya.
Peralatan pendukung seperti kebutuhan produksi, kebutuhan
perkantoran serta kebutuhan fasilitas yang lain terdiri dari satuan
unit maupun set, seperti 12 unit meja fabrikasi, 1 unit meja
direktur, meja pantry 2 unit dan sebagainya. Harga per unit
Perkantoran = Rp31.400.000 x 12
= Rp376.800.000
Biaya Bahan Langsung
Lotting = Kuantitas x Target Produksi x Hari
Kerja
= 1 x 676 x 245
=165.620
(Contoh: Papan Alas) = Biaya Komponen x (Lotting)
= Rp5000 x 165.620
= Rp828.100.000
Biaya Bahan Tak Langsung
Lotting = Kuantitas x Target Produksi x Hari
Kerja
= 4 x 676 x 245 = 662.480
(Contoh: Papan Kaki-Kaki) = (Lotting x harga) + (Kemasan/Hari)
x Hari Kerja x 1000
= (662.480 x 1460) + 676 x 245 x
1000
= Rp1.132.840.800
Biaya Overhead Pabrik = Rp75.000.000 x (10% x Rp
75.000.000)
(Contoh: Tahun 2) = Rp82.500.000
Gaji Tenaga Kerja Langsung = Total Gaji Tenaga Kerja Langsung x
12
= Rp166.440.000 x 12
= Rp 1.997.280.000
Gaji Tenaga Kerja Tak = Rp115.200.000 x 12
Langsung Non Perkantoran = Rp 1.382.400.000
Total Modal Kerja = Total Modal Kerja Tahun 0 + Tahun
1
= Rp112.789.992 + Rp
12.265.993.563
= Rp12.378.783.555
Modal Sendiri = (Total Modal Kerja Tahun 0 +
Tahun1)
x75%
= Rp12.378.783.555 x 75%
= Rp9.284.087.666
Modal Pinjaman =(Total Modal Kerja Tahun 0 + Tahun
1) x25%
= Rp12.378.783.555 x 25%
= Rp3.094.695.889
Biaya modal kerja merupakan biaya awal yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan produksi.
Biaya modal kerja terdiri dari biaya pra-investasi, biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya pra-investasi yaitu biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan sebelum melakukan investasi
pendirian perusahaan dengan biaya pra-investasi sebesar
Rp60.000.000.
Biaya tetap adalah biaya pengeluaran bisnis yang tidak
bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh
bisnis tersebut. Biaya tetap terdiri dari pajak bumi, bangunan
untuk tanah dan bangunan tertutup, biaya penyusutan, serta
biaya tenaga kerja tak langsung perkantoran. Biaya bangunan
untuk tanah sebesar Rp9.359.392,93 dan biaya bangunan untuk
bangunan tertutup sebesar Rp43.430.599. biaya tersebut
didapat dari investasi awal yang dikali dengan 5% yang artinya
untuk tahun 0 sampai dengan tahun 5. Biaya penyusutan
mempunyai nilai sebesar 62.299.731,11 yang telah didapat dari
tabel investasi awal. biaya tenaga kerja tak langsung
perkantoran mempunyai biaya sebesar Rp476.800.000 yang
= Rp3.179.904.000
Biaya bahan tak langsung = Total biaya bahan tak langsung
= Rp5.139.519.840
Biaya overhead pabrik = Total biaya overhead
= Rp75.000.000
Gaji Tenaga Kerja Tak = Total gaji TK TL perkantoran
Langsung Perkantoran = Rp376.800.000
Gaji Tenaga Kerja langsung = Total gaji Tenaga Kerja langsung
= Rp1.997.280.000
Gaji Tenaga Kerja Tak = Total gaji TK TL NP
Langsung Non Perkantoran = Rp.1.382.400.000
Biaya fabrikasi total = PBB + penyusutan + biaya
bahan
langsung + biaya bahan tak
langsung ....biaya overhead
pabrik + gaji TK TL perkantoran +
gaji TK langsung + gaji TK TL NP
= Rp52.789.991,68 +
Rp62.299.731,11
+ Rp3.179.904.000...+
Rp5.139.519.840 +
Rp75.000.000
+ Rp376.800.000 +
Rp1.997.280.000
+ Rp.1.382.400.000
= Rp12.265.993.562.8
PPN = 15% x Harga Pokok Penjualan
= 15% x Rp12.265.993.562.8
= Rp1.839.899.034,42
Profit = Harga Pokok Penjualan x 30%
= Rp12.265.993.562.8 x 30%
= Rp3.679.798.068,84
Harga Jual = Harga Pokok Penjualan + PPN
+ Profit
= Rp12.265.993.562.8 +
Rp1.839.899.034,42 +
Rp3.679.798.068,84
= Rp17.785.690.666
HPP/ unit =
= Rp74.061
= Rp107.389
PBB merupakan pajak bumi dan bangunan yang
didapatkan dari hasil penjumlahan dari PBB tanah dan PBB
bangunan tertutup pada tabel modal kerja dengan total biaya
sebesar Rp52.789.991,68. Biaya penyusutan yaitu nilai
depresiasi dari suatu komponen per tahun seiring berkurangnya
umur ekonomis dari komponen tersebut dan diperoleh biaya
penyusutan sebesar Rp62.299.731,11. Biaya bahan langsung
yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat komponen utama
dengan nilai sebesar Rp3.179.904.000. Biaya bahan tak langsung
yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat komponen
= =Rp705.893.479
= = 0,167
Aliran kas adalah aliran kas masuk dan aliran kas keluar
atau setara kas. Dengan kata lain dalam Laporan Aliran kas akan
memberikan informasi tentang berapa jumlah kas yang tersedia
untuk menjalankan aktivitas. Terdapat 3 proyeksi aliran kas yaitu
(Abdurrahman, 2013):
1. Aliran Kas Positif
Digambarkan dengan asumsi bahwa aliran kas yang masuk
lebih besar dibandingkan aliran kas keluar. Aliran kas positif
ditandai dengan adanya jumlah kas yang tersedia pada akhir
suatu periode akuntansi lebih besar dibandingkan dengan
jumlah kas yang masuk dengan yang keluar. Suatu unit bisnis
yang berada pada posisi ini akan mempunyai prospek
keuangan yang sehat untuk masa yang akan datang.
2. Aliran Kas Tetap
Digambarkan dengan adanya aliran kas yang masuk sama
besar dengan jumlah kas yang keluar. Jadi jumlah kas yang
tersedia pada akhir periode akuntansi akan sama besar
dengan jumlah kas awal. Pada posisi ini akan mempunyai
prospek keuangan yang boleh dikatakan masih optimis untuk
masa yang akan datang.
3. Aliran Kas Negatif
Dalam kondisi ini digambarkan dengan aliran kas masuk yang
lebih kecil dari aliran kas yang keluar. Hal ini mengakibatkan
semakin lama jumlah persediaan kas awal akan semakin
menurun, sehingga ini menjadi masalah yang serius dan
dapat berbahaya untuk masa yang akan datang.
Proyeksi aliran kas menunjukkan banyaknya aliran uang
yang masuk dan keluar dari perusahaan atau pemasukan serta
pengeluaran perusahaan. Berikut merupakan perhitungan aliran
kas.
NPV = ………………………..
4.5 Net Present Value arus kas yang diperoleh dari selisih
aliran kas yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan.
Berikut ini adalah perhitungan NPV.
Keterangan :
n = 1,2,3, .... n (menunjukkan tahun)
F = pendapatan bersih setelah pajak
I = 11%
NPV =
=
F1(P/F,11%,1)+F2(P/F,11%,2)+F3(P/F,11%,3)+F4(P/F,11%,4)+
...F5(P/F,11%,5)
=Rp2.975.330.742 (0,900901) + Rp3.029.684.539
(0,811622) +
Rp3.084.038.337 (0,731191) + Rp3.138.392.135
(0,658731) +
Rp3.192.745.933 (0,593451)
Mencari NPV +
NPV + (21 %) = -ICF + OCF (P/A, i%, n) + TCF (P/F, i%, n)
= - Rp14.117.869.589 + Rp3.309.399.462,18
(2,925984) + Rp12.482.579.648 (0,385543)
= - Rp14.117.869.589 + Rp9.683.249.876 +
Rp4.812.571.205
= Rp377.951.492
Mencari NPV -
NPV + (22 %) = -ICF + OCF (P/A, i%, n) + TCF (P/F,i%, n)
= - Rp14.117.869.589 + Rp3.309.399.462,18
(2,86364) + Rp12.482.579.648 (0,369999)
= - Rp14.117.869.589 + Rp9.476.928.676 +
Rp4.618.541.987
= -Rp22.398.926
IRR
= 0,22 + 0,0094
= 0,2294 = 22,94%
Keterangan :
i1 = Tingkat bunga atas
i2 = tingkat bunga bawah
NPV 1= nilai NPV atas (+)
NPV 1= nilai NPV bawah (-)
Berdasarkan nilai IRR yang dihasilkan yaitu 22,94% dapat
disimpulkan nilai IRR lebih dari suku bunga yang digunakan yaitu
11% dan nilai tersebut dapat dikatakan proyek investasi yang
akan dilakukan dapat dijalankan.
BEP (Rp) =
= = Rp1.455.289.378
BEP (Unit) =
= 13.552 unit
Berdasarkan perhitungan BEP diatas, diketahui bahwa
perusahaan harus menjual 13.552 unit kursi dingklik untuk hasil
penjualan Rp1.455.289.378 pada tahun pertama. Kondisi
tersebut merupakan kondisi dimana perusahaan tidak
mengalami keuntungan maupun kerugian.
BAB V
5.3 Template
Template merupakan gambar lanjutan yang lebih jelas dan
lebih detail dari AAD dalam perancangan tata letak pabrik.
Template berguna dalam mengembangkan alternatif-alternatif
yang dapat diterapkan untuk pengaturan mesin atau peralatan
produksi (Wignjosoebroto, 2003).
Terdapat berbagai informasi yang dapat diketahui dari
template yaitu, tata letak kantor dan peralatannya, tata letak
pelayanan yang ada di pabrik (mushola, jalan, tempat parkir
kendaraan bermotor, gudang, pelayanan kesehatan), tata letak
5.3.1 Template 2D
Template 2 dimensi memberikan gambaran yang jelas dari
fasilitas yang terdapat pada PT. Alam Sejahtera. Dibawah ini
merupakan gambaran template 2D PT. Alam Sejahtera.
5.3.2 Template 3D
Template 3 dimensi merupakan gambaran proyeksi pabrik
yang akan didirikan dari template 2 dimensi yang telah dibuat.
Template 3 dimensi terbagi menjadi dua template yaitu tanpa
atap dan dengan atap. Dibawah ini merupakan gambaran
template 3D PT. Alam Sejahtera tanpa atap.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Saran penyusunan laporan akhir yaitu berisikan masukan
atau ide yang sifatnya membangun. Saran ditujukan untuk
pengerjaan laporan akhir praktikum perancangan teknik industri
4 karena sangat membutuhkan ketelitian dalam perhitungan.
Perhitungan pada praktikum perancangan teknik industri 4
memiliki keterkaitan antara satu dengan modul lainnya, sehingga
perhitungan perlu diselesaikan dengan teliti agar tidak terjadi
kekeliruan yang berkelanjutan. Perhatikan pembuatan tata letak,
dalam hal ini bisa berupa produk apa yang akan dibuat dan
berapa banyak. Perhatikan dalam penentuan luas lantai antar
departemen, kantor, dan fasilitas sesuaikan dengan luas lahan
pendirian perusahaan. Perhatikan sejumlah investasi yang akan
di input, dan teliti dalam perhitungan untuk meminimalkan revisi
perhitungan data.