Oleh :
Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Dumai dan dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik guna memenuhi
kelengkapan persyaratan mengikuti Uji Kompetensi di SMKN 1 Dumai Tahun
Pelajaran 2019/2020.
Laporan ini dibuat berdasarkan pengalaman saya pada saat PKL dan diarahkan oleh
pembimbing yang kemudian disesuaikan menurut jurnal yang ditentukan sekolah,
kemudian melampirkan hasil kerja saya dalam bentuk sebuah laporan.
Dalam penyusunan laporan PKL ini, tentu tak lepas dari pengarahan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Maka penulis ucapkan rasa hormat kepada semua pihak yang
telah membantu. Beberapa pihak tersebut di antaranya sebagai berikut :
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi selama PKL(Praktek Kerja
Lapangan)
2. Ibu Ivonne Kristina Sitompul selaku pemimpin Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Dumai
3. Bapak Drs. Dian Dini selaku kepala SMKN 1 Dumai
4. Bapak Kusnadi Sihombing selaku pembimbing Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai
iii
5. Bapak Yusri selaku pembimbing Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai
6. Bapak Afif Rasyid Amiruddin selaku pembimbing Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan ( PKL) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai
7. Ibu Dra, Warni selaku pembimbing Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
8. Ibu Dra.Sutihermi selaku ketua jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga
SMKN 1 Dumai
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan
laporan ini
Karena kebaikan semua pihak yang telah penulis sebutkan tadi maka penulis bisa
menyelesaikan laporan PKL ini dengan sebaik-baiknya. Terlepas dari semua ini,
penulis menyadari sepenuhnya dan meminta maaf bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi penyusunan kalimat dan penggunaan tata bahasa. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Dumai,
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
v
2.5.3 Fungsi KPP Pratama........................................................................... 12
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
memiliki kemampuan dasar sesuai bidang yang digelutinya. SMKN 1
mewajibkan siswanya untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan, sehingga
siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku sekolah ke
dalam lingkungan kerja yang sebenarnya.
2
1.3 Tujuan PKL
3
5. Sebagai pertanggung jawaban atas tugas yang diberikan sekolah
kepada para siswa sehubung dengan pelaksanaan PKL dan sebagai
pengetahuan bagi siswa angkatan selanjutnya.
Manfaat PKl (Praktek Kerja Lapangan) adalah agar kegiatan yang diupayakan
dari sekolah yang melibatkan siswa/i SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dapat
dilaksanakan di dunia industri untuk tujuan pendidikan, pembelajaran, dan pelatihan
siswa-siswi dalam dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya. Berikut manfaat PKL
bagi beberapa pihak antara lain:
1) Memberikan kontribusi dan tenaga kerja bagi perusahaan atau istansi terkait.
4
2) Dapat menyesuaikan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan
kerja bahan evaluasi bagi kurikulum pendidikan.
3) Memberikan bekal dan pengalaman kepada siswa dalam dunia kerja untuk
menyesuaikan diri menghadapi dunia kerja.
4) Memberikan dorongan kepada siswa lewat Prakerin agar bisa bekerja sesuai
dengan bakat dan minatnya masing-masing.
5
BAB II
Kantor Pelayanan Pajak adalah unit kerja dari Direktorat Jendral Pajak
yang melaksanakan pelayanan di bidang perpajakan kepada masyarakat baik
yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun belum. Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Dumai merupakan Kantor Pajak yang berada di wilayah Kantor
Direktorat Jendral Pajak Riau dan Kepulauan Riau.
Sejalan dan searah dengan reformasi di Direktorat Jenderal Pajak,
demikian juga yang terjadi di Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 131/PMK.01/2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan dan PMK Nomor
132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal.
Direktorat Jenderal Pajak, maka terbitlah Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-1 /PJ/2007 tentang petunjuk pelaksanaan dalam
rangka Reorganisasi Kantor Pusat dan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Pajak. Semula Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau bernama Kanwil DJP
Sumatera Bagian Tengah yang akhirnya dipecah bersamaan dengan
terbentuknya Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi. Unit operasional
meliputi 2 Kantor Pelayanan Pajak Madya dan 12 Kantor Pelayanan Pajak
Pratama. Dari 12 Kantor Pelayanan Pratama salah satunya adalah Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Madya Dumai, beralamat Jl. Sultan Syarif Qasim No.
18 Dumai , KPP Pratama Dumai membawahi dua kabupaten atau kota yakni
Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir.
6
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai diresmikan pemakaiannya
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau yaitu Soeripto pada tanggal 5
Februari 1994. Sebelum berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai,
segala hak dan kewajiban perpajakan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan
dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan PBB Pekanbaru. Kantor Pelayanan PBB
Pekanbaru sendiri berdiri pada tahun 1961, dan pada tahun tersebut di daerah
Riau dibentuk 4 Kantor Dinas Luar (KDL) Jawatan Pajak Hasil Bumi yaitu
sebagai berikut:
a) Kantor Dinas Luar Jawatan Pajak Hasil Bumi di Kota Pekanbaru dan
Kampar
b) Kantor Dinas Luar Jawatan Pajak Hasil Bumi di Kabupaten Bengkalis yang
meliputi Kepulauan Riau
c) Kantor Dinas Luar Jawatan Pajak Hasil Bumi di Kecamatan Rengat
d) Kantor Dinas Luar Jawatan Pajak Hasil Bumi di Kecamatan Dabosingkep
Seiring dengan perkembangan yang terus dilakukan sebelum di kenal
dengan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan terjadi beberapa kali
perubahan nama dari KDL kemudian IPEDA, KAPEDA sampai Inspeksi
PBB. Berdasarkan keputusan Presiden No.12 Tahun 1976 tanggal 12 Maret
1976, Direktorat IPEDA di kembangkan profesi yang sebenarnya yaitu tepat
di bawah DJP. Perkembangan yang terakhir adalah berubahnya Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan mulai 1 April 1989 seiring
dikeluarkannya Undang-Undang No. 55 Tahun 1988 dan Keputusan Presiden
No. 76/KMK.01/1989. Seiring dengan Reformasi Birokrasi yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang mulai pada tahun 2004 untuk
daerah Jakarta dan Pulau Jawa yang kemudian dilanjutkan pada tahun-tahun
berikutnya untuk daerah diluar jawa tepatnya pada tahun 2008 terjadi
Reformasi Birokrasi pada Kantor Wilayah DJP Riau dan Kepulauan Riau
yang mengakibatkan adanya perubahan struktur internal seluruh Kantor
Pelayanan Pajak.
7
Salah satunya perubahan yang diakibatkan reformasi tersebut adalah
hilangnya beberapa nama instansi di tubuh DJP yang digabung menjadi satu
yang disebut dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
2.2 Visi
2.3 Misi
8
2.4 Motto
Jam kerja pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu pukul 07.00-17.00
WIB.
9
2.5.1 Struktur Organisasi
10
1. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal. Bagian ini bertugas untuk melakukan
urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, pengelolaan kinerja
pegawai, dan sebagainya.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, yang bertugas untuk melakukan pengumpulan,
pencairan, pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi
perpajakan, dan masih banyak lainnya.
3. Seksi Pelayanan, yang bertugas untuk melakukan penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan, dan sejenisnya.
4. Selanjutnya ada Seksi Penagihan, yang bertugas untuk melaksanakan urusan
penatausahaan piutang pajak, dan urusan piutang lainnya.
5. Seksi Pemeriksaan yang bertugas untuk melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan
Pajak dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, bertugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak. Tugas lainnya adalah pembentukan
basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, dan masih banyak lagi.
7. Selain itu ada Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1. Tugasnya adalah melakukan
proses penyelesaian permohonan wajib pajak. Tugas lainnya adalah melakukan
bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak dan usulan
pengurangan PBB.
8. Dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, IV, yang masing-masing memiliki tugas
melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. Dan
penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib
pajak dalam melakukan intensifikasi dan himbauan kepada wajib pajak.
11
2.5.2 Tugas pokok
12
BAB III
MELAKUKAN PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) PPh BADAN
DALAM FORMULIR NO. 1771
SPT Tahunan PPh adalah surat yang dipergunakan Wajib Pajak untuk
menghitung dan menentapkan sendiri besarnya pajak penghasilan yang
terhutang dalam suatu tahun pajak.
13
3.2 FUNGSI SPT TAHUNAN PPh
14
Setiap orang yang karena ke alfaannya tidak menyampaikan SPT Tahunan
atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian negara, yaitu dipidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang,
yang tidak atau kurang bayar.
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Tahunan atau
menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
tahun dan atau denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang,
yang tidak atau kurang bayar.
15
16
17
Angka 1 : PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI
Yang dimaksud dengan penghasilan neto komersial dalam negeri
adalah penghasilan neto menurut prinsip akuntansi Komersial Indonesia,
yakni semua penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar kegiatan
usaha di Indonesia, termasuk penghasilan yang dikenai PPh final dan yang
tidak termasuk Objek Pajak, dikurangi dengan pengeluaran atau biaya-biaya
sesuai dengan sistem dan metode akuntansi komersial Indonesia yang dianut
secara taat azas, sebelum dilakukan penyesuaian-penyesuaian fiskal
berdasarkan Undang-Undang PPh dan peraturan pelaksanaannya.
Huruf a - PEREDARAN USAHA
Diisi dengan jumlah penerimaan atau perolehan bruto dari kegiatan
usaha di Indonesia, setelah dikurangi dengan retur dan pengurangan penjualan
serta potongan tunai dalam Tahun Pajak yang bersangkutan bagi perusahaan
dagang dan perusahaan industri.
Huruf b - HARGA POKOK PENJUALAN
Diisi dengan biaya-biaya yang merupakan harga pokok penjualan bagi
kegiatan usaha Wajib Pajak. Apabila sesuai dengan sistem dan metode
akuntansi komersial yang dianut Wajib Pajak tertentu (misalnya: bank, dana
pensiun, reksadana, organisasi sosial, perkumpulan dan sebagainya) tidak
terdapat pemisahan atau pengelompokan biaya untuk harga pokok penjualan,
maka seluruh biaya- biaya dilaporkan pada huruf c biaya usaha lainnya.
Huruf c - BIAYA USAHA LAINNYA
Diisi dengan biaya-biaya usaha yang tidak termasuk ke dalam
kelompok harga pokok penjualan.
Huruf d - PENGHASILAN NETO DARI USAHA (1a-1b-1c)
Penghasilan neto tersebut diperoleh dari Peredaran Usaha dikurangi
harga pokok penjualan dikurangi Biaya Usaha Lainnya.
18
Huruf e - PENGHASILAN DARI LUAR USAHA
Diisi dengan jumlah Penghasilan Bruto Dari Luar Usaha yang diterima
dan/atau diperoleh dari luar kegiatan usaha tersebut pada huruf a, seperti :
penghasilan dari penyertaan modal di Indonesia, penghasilan dari penjualan
atau pengalihan maupun persewaan harta, serta penghasilan lainnya yang
bukan merupakan penghasilan dari kegiatan usaha atau tidak ada kaitannya
dengan kegiatan usaha.
Huruf f - BIAYA DARI LUAR USAHA
Diisi dengan biaya-biaya langsung yang terkait dengan penghasilan
dari luar usaha tersebut pada huruf e.
Huruf g - PENGHASILAN NETO DARI LUAR USAHA (1e-1f)
Diisi dengan hasil pengurangan huruf e dengan huruf f.
Huruf h – Jumlah (1d+1g)
Diisi dengan hasil pertamahan huruf d dengan huruf g.
19
jumlah penghasilan neto fiskalnya (angka 8) akan menjadi nihil atau netral.
Diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial atas penghasilan yang
dikenai PPh final dan penghasilan neto komersial atas penghasilan yang tidak
termasuk objek pajak yang telah dimasukkan dalam angka 1 formulir 1771 - I
dan dalam hal mengalami kerugian komersial, diisi sesuai dengan jumlah
kerugian komersialnya.
20
1) cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang;
2) cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3) cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4) cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5) cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan dan
6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 tentang Pembentukan
atau Pemupukan Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
219/PMK.011/2012.
Huruf c. Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf d Undang-Undang PPh,
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan (benefit in-kind) bukan
merupakan penghasilan bagi pegawai yang bersangkutan. Oleh karena itu
sesuai dengan prinsip taxability and deductibility, penyesuaian berdasarkan
Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang PPh, bagi Wajib Pajak pemberi kerja
tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan. Namun pemberian natura
berupa penyediaan makanan atau minuman di tempat kerja bagi seluruh
pegawai, demikian pula pemberian natura dan kenikmatan di daerah terpencil
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, serta pemberian natura
atau kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan
sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskannya (seperti: pakaian dan peralatan khusus untuk keselamatan
kerja, pakaian seragam petugas keamanan, antar-jemput pegawai, serta
akomodasi untuk awak kapal), dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan.
21
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 tentang tentang
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto
pemberi kerja.
Huruf d. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf f Undang-
Undang PPh, pembayaran gaji, honorarium, dan imbalan lain sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan kepada pemegang saham atau
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sepanjang jumlahnya tidak melebihi kewajaran. Kewajaran diukur
berdasarkan standar yang berlaku umum untuk pekerjaan dengan kualifikasi
yang sama yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan
istimewa. Atas selisih yang melebihi kewajaran tersebut dapat dikategorikan
sebagai pembagian laba.
Huruf e. Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a Undang-Undang PPh,
bantuan atau sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, bukan merupakan
penghasilan sepanjang tidak terdapat hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak- pihak yang bersangkutan. Oleh
karena itu sesuai dengan prinsip taxability and deductibility, penyesuaian
berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf g Undang-Undang PPh, bagi Wajib Pajak
pemberi bantuan atau sumbangan dan harta hibahan tersebut tidak dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 245/PMK.03/2008 tentang Badan-badan
dan Orang Pribadi yang menjalankan Usaha Mikro dan Kecil yang menerima harta
hibah, bantuan atau sumbangan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak
Penghasilan.
22
Zakat atas penghasilan yang dibayar oleh Wajib Pajak Badan dalam negeri yang
dimiliki oleh pemeluk agama Islam dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dalam
menghitung Penghasilan Kena Pajak, dengan syarat :
a) Penghasilan yang dikenai zakat merupakan Objek Pajak yang telah
dilaporkan dalam SPT Tahunan.
b) Pembayaran zakat dilakukan kepada Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga
Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk atau disahkan pembentukannya oleh
Pemerintah Pusat/Daerah.
Dengan demikian zakat atas harta selain penghasilan dan zakat atas penghasilan yang
tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan (perlakuan pajaknya sama dengan sumbangan).
Huruf f. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf h Undang-
Undang PPh, PPh badan serta kredit pajak bukan merupakan biaya
perusahaan.
Huruf g. Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf i Undang-Undang PPh,
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi bukan merupakan penghasilan. Oleh karena itu sesuai
dengan prinsip taxability and deductibility, penyesuaian berdasarkan Pasal 9
ayat (1) huruf j Undang-Undang PPh, bagi perseroan komanditer tersebut
pembayaran gaji kepada para anggotanya tidak dapat dibebankan sebagai
biaya perusahaan.
Huruf h. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf k Undang-
Undang PPh, sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta
sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan bukan merupakan biaya perusahaan.
23
Huruf i. Diisi dari Lampiran Khusus I A/I B Daftar Penyusutan dan
Amortisasi Fiskal.
Huruf j. Diisi dari Lampiran Khusus I A/I B Daftar Penyusutan dan
Amortisasi Fiskal.
Huruf k. Penyesuaian berdasarkan Pasal 17 Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2010, dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak dapat
ditetapkan saat pengakuan biaya dalam hal-hal tertentu dan bagi Wajib Pajak
tertentu sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-184/PJ./2002 tentang
Pengakuan Penghasilan Atas Penghasilan Bank Berupa Bunga Kredit Non
Performing; Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.42/2002 tentang
Pengakuan Penghasilan Atas Penghasilan Bank Berupa Bunga Kredit Non-
Performing.
Huruf l. Penyesuaian berdasarkan ketentuan Pasal 4 dan Pasal 6
Undang-Undang PPh beserta peraturan pelaksanaannya, dalam hal:
1. Terdapat penghasilan yang tidak diakui secara komersial akan tetapi termasuk
Objek Pajak yang dikenai PPh tidak bersifat final.
2. Terdapat biaya-biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang diakui secara
komersial akan tetapi tidak dapat diakui secara fiscal.
3. Terdapat kerugian usaha di luar negeri baik melalui bentuk usaha tetap (BUT)
ataupun bukan BUT, setelah dilakukan penyesuaian fiskal positif dan negatif.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak
Luar Negeri;
* Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.42/2002 tentang
Perlakuan PPh Atas Pemberian Imbalan Bunga Kepada Wajib Pajak;
* Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-01/PJ.33/2005 tentang
Pemberian Imbalan Bunga Kepada Wajib Pajak.
24
Angka 6 : PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF
Yang dimaksud dengan penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian
terhadap penghasilan neto komersial (di luar unsur penghasilan yang dikenai
PPh final dan yang tidak termasuk Objek Pajak) dalam rangka menghitung
Penghasilan Kena Pajak berdasarkan Undang-Undang PPh beserta peraturan
pelaksanaannya, yang bersifat mengurangi penghasilan dan/atau menambah
biaya-biaya komersial tersebut pada angka 1.
Huruf a. Diisi dari Lampiran Khusus I A/I B Daftar Penyusutan dan
Amortisasi Fiskal.
Huruf b. Diisi dari Lampiran Khusus I A/I B Daftar Penyusutan dan
Amortisasi Fiskal.
Huruf c. Penyesuaian berdasarkan Pasal 17 Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2010, dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak dapat
ditetapkan saat pengakuan penghasilan dalam hal-hal tertentu dan bagi Wajib
Pajak tertentu sesuai dengan Kebijaksanaan Pemerintah.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-141/PJ./1999 tentang
pengakuan penghasilan dari Pengalihan harta atau agunan berupa tanah dan/atau
bangunan bagi Wajib Pajak tertentu;
a) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-563/PJ./2001 tentang saat
pengakuan penghasilan berupa keuntungan karena pembebasan utang yang
diperoleh debitur tertentu dari perjanjian restrukturisasi utang usaha;
b) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-184/PJ./2002 tentang
pengakuan penghasilan atas penghasilan bank berupa bunga kredit non
performing;
c) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.42/2002 tentang
pengakuan penghasilan atas penghasilan bank berupa bunga kredit non
performing.
25
Huruf d. Penyesuaian berdasarkan ketentuan umum Pasal 6 Undang-
Undang PPh beserta peraturan pelaksanaannya, dalam hal terdapat biaya-
biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang tidak diakui secara komersial
akan tetapi dapat diakui secara fiskal.
26
3.4.2 FORMULIR LAMPIRAN 1771 – II
27
3.4.3 FORMULIR LAMPIRAN 1771 – III
Lampiran ini diisi dengan rincian bukti pungut PPh Pasal 22 dan bukti
potong PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang telah dibayar melalui pemungutan
atau pemotongan pajak oleh pihak lain dan/atau yang pembayarannya
dilakukan sendiri, atas penghasilan yang dikenai PPh tidak bersifat final yang
diterima atau diperoleh dan dilaporkan dalam SPT Tahunan Tahun Pajak ini.
Pemotongan PPh Pasal 26 yang dapat dikreditkan dengan PPh
Terutang untuk Tahun Pajak yang bersangkutan adalah pemotongan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5) Undang-Undang PPh.
Kolom (1) : diisi dengan Nomor Urut untuk masing-masing jenis pajak
Kolom (2) : diisi dengan Nama Pemotong/Pemungut Pajak. Dalam hal PPh
Pasal 22 dibayar sendiri kolom ini diisi dengan Nama Bank tempat
pembayaran.
28
Kolom (3) : diisi dengan NPWP Pemotong atau Pemungut Pajak. Dalam hal
PPh Pasal 22 dibayar sendiri kolom ini diisi dengan Alamat Bank tempat
pembayaran.
Kolom (4) : diiisi dengan:
- Untuk PPh Pasal 22 diisi dengan jenis transaksi atau
pembayaran
- Untuk PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 diisi dengan jenis
penghasilan yang dipotong PPh
Kolom (5) : diisi dengan jumlah yang menjadi dasar pemotongan atau
pemungutan
Kolom (6) : diisi dengan jumlah PPh yang dipotong atau dipungut
Kolom (7) : diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan atau Pemungutan.
Untuk pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 22 yang
pembayarannya dilakukan sendiri, kolom (7) diisi dengan kata
“SSP” atau “SSPCP”.
Kolom (8) : diisi dengan Tanggal Bukti Pemotongan atau Pemungutan dengan
format penulisan dd/mm/yy
Wajib Pajak wajib memperlihatkan serta menyerahkan bukti-bukti
pemungutan/pemotongan pajak oleh pihak lain apabila diminta untuk keperluan
pemeriksaan kewajiban perpajakan.
29
3.4.4 FORMULIR LAMPIRAM 1771 – IV
30
Lampiran ini diisi dengan penghasilan-penghasilan tertentu yang
dikenai PPh final baik melalui pemotongan oleh pihak lain atau dengan
menyetor sendiri, termasuk penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto
tertentu yang dikenai PPh Final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013 beserta penghasilan-penghasilan tertentu yang tidak termasuk
sebagai objek pajak yang diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak ini,
sesuai dengan jumlah bruto atau nilai transaksinya. Wajib Pajak wajib
memperlihatkan serta membuat daftar rincian bukti-bukti pemotongan atau
pembayaran pajaknya apabila diminta untuk keperluan pemeriksaan
kewajiban pajak.
Bagi Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan dari usaha dengan
peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, wajib melampirkan rincian jumlah
penghasilan dan pembayaran PPh Final per Masa Pajak dari masing-masing
tempat usaha dengan contoh format sebagai berikut:
31
Februari 150.000.000 1.500.000
……. …… …….
Desember 100.000.000 1.000.000
SUB TOTAL 1.300.000.000 13.000.000
2. 07.555.666.2-201.001 Jl. Ribud
Samudra
Januari No.66, Medan 50.000.000 500.000
Februari 45.000.000 450.000
…….. …….. ……..
Desember 75.000.000 750.000
SUB TOTAL 600.000.000 6.000.000
JUMLAH 1.900.000.000 19.000.000
32
3.4.5 FORMULIR LAMPIRAN 1771 – V
33
BAGIAN A : DAFTAR PEMEGANG SAHAM / PEMILIK MODAL DAN
JUMLAH DEVIDEN YANG DIBAGIKAN
34
Catatan:
Wajib Pajak yayasan dan badan-badan lain yang tidak dimiliki atas dasar
penyertaan modal, serta KIK Reksa Dana dan KIK–EBA, cukup mengisi
Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dengan pernyataan : “Tidak Ada”,
pada kolom (2).
Wajib Pajak perusahaan masuk bursa, pemegang saham publik tidak perlu
dirinci per nama (dapat dinyatakan secara kumulatif) kecuali apabila
kepemilikan sahamnya berjumlah 5% atau lebih dari jumlah modal disetor.
Daftar Susunan Pengurus dan Komisaris diisi lengkap untuk kondisi akhir
periode tahun pajak bersangkutan (tahun pajak pelaporan SPT).
35
3.4.6 FORMULIR LAMPRAN 1771 – VI
DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN
AFILIASI
DAFTAR UTANG DARI PEMEGANG SAHAM DAN / ATAU
PERUSAHAAN AFILIASI
DAFTAR PIUTANG KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN /
ATAU PERUSAHAAN AFILIASI
36
Ketiga daftar diisi dengan angka saldo akhir tahun berdasarkan transkrip
kutipan elemen-elemen dari laporan keuangan komersial yang dilampirkan
pada SPT Tahunan.
Penyertaan modal yang dicantumkan adalah penyertaan modal yang
memenuhi kriteria hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.
Utang/Piutang yang dicantumkan adalah utang dari/piutang kepada pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik langsung maupun tidak
langsung.
Wajib Pajak yang tidak mempunyai penyertaan modal atau penyertaan
modalnya tidak memenuhi kriteria hubungan istimewa, serta Wajib Pajak
yang tidak mempunyai utang/piutang pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, cukup mengisi daftar dengan pernyataan : “Tidak Ada”, pada
kolom (2).
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa kegiatan Praktik Kerja
Lapangan sangat bermanfaat baik siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan
maupun bagi pihak Dunia Industri. Selain itu kegiatan Praktik Kerja Lapangan
juga menjadi tempat dimana siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan
mengasah keterampilan mereka khususnya dalam hal praktik dimana mereka
dapat belajar lebih luas mengenai dalam hal dunia kerja serta melatih siswa-
siswi menjadi generasi muda yang bertanggung jawab dan profesional. Dalam
pembahasan ini penulis mengetahui bahwa SPT tahunan 1771 itu terdiri dari
beberapa lampiran yaitu, lampiran induk, formulir lampiran 1771 – I, formulir
lampiran 1771 – II, formulir lampiran 1771 – III, formulir lampiran 1771 –
IV, formulir lampiran 1771 – V, dan formulir lampiran 1771 – VI. Selain itu
jumlah lampiran juga terdapat fungsi dan ketentuan umum dalam melakukan
pengisian SPT tahunan 1771.
4.2 SARAN
Beberapa hal yang penulis temukan di lapangan saat pelaksanaan PKL sebagian
kecil justru tidak penulis temukan saat mengikuti pembelajaran di kelas. Maka dari
itu, penulis ajukan beberapa saran, antara lan yaitu :
1. Saran untuk Sekolah
a. Sekolah perlu memberikan penekanan pada masalah budaya kerja yang
berlaku pada instansi pemerintah maupun swasta. Dengan demikian, para
siswa cenderung lebih mudah beradaptasi dalam dunia kerja.
38
b. Sekolah perlu memberikan penekanan pada penguasaan keterampilan yang
relevan dengan kemajuan teknologi di dunia kerja saat ini. Dengan demikian,
para siswa dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang diperolehnya
secara maksimal.
c. Hendaknya guru pembimbing harus lebih sering memonitoring para siswanya
di lingkungan PKL secara langsung sehingga siswa dapat berkonsultasi
mengenai informasi-informasi terbaru dari sekolah.
39
DAFTAR PUSTAKA
https://plus.google.com/113732810579686028124/posts/feZcpUMME9X
https://www.liputan6.com/news/read/3874065/7-tujuan-prakerin-bagi-siswa-dan-10-
manfaat-yang-bisa-didapatkannya
https://www.google.com/search?
q=STRUKTUR+ORGANISASI+KPP+PRATAMA+DUMAI&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjB6YSYxv7gAhUShuYKHZxUDjsQ_AUIDigB
&biw=1366&bih=593#imgrc=QMGXf2IIIkKW9M:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor_Wilayah_DJP_Riau_dan_Kepulauan_Riau
http://www.9kata.com/2016/10/contoh-penutup-laporan-prakerin-atau-pkl-smk.html
https://www.academia.edu/6954388/TATACARA_PENGISIAN_SPT_TAHUNAN_PPh_WP-
BADAN
https://klikpajak.id/blog/berita-pajak/ketahui-sejarah-tugas-fungsi-dan-struktur-kpp-
pratama/#:~:text=Dalam%20melaksanakan%20tugasnya%2C%20KPP%20Pratama,dan
%20penerbitan%20produk%20hukum%20perpajakan.
40