Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DUMAI

Laporan Ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Praktek Kerja


Lapangan SMKN 1 DUMAI

Oleh :

NAMA : YUNI SANIATI


NIS : 12179
KELAS : XI. AK3
PROGRAM KEAHLIAN : AKL

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 DUMAI


T.A 2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

KANTOR PAJAK PRATAMA DUMAI

Oleh :

NAMA : YUNI SANIATI


NIS : 12179
KELAS : XI. AK3
PROGRAM KEAHLIAN : AKL

Disahkan dan disetujui oleh:

Kepala Kantor Pembimbing

IVONNE KRISTINA SITOMPUL M. SATRIO BAKTI PRATHAMA B.

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disampaikan untuk memenuhi persayaratan


Penyelesaian Praktek Kerja Lapangan SMK Negeri 1 Dumai
Tahun Pelajaran 2019/2020

Oleh :

NAMA : YUNI SANIATI


NIS : 12179
KELAS : XI. AK3
KOMPETENSI KEAHLIAN : AKL

Disahkan dan disetujui oleh:

Guru Pembimbing Ketua Jurusan

Dra, WARNI Dra. SUTIHERMI


NIP:196711201995122001 NIP.196811121993032006

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Dumai dan dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik guna memenuhi
kelengkapan persyaratan mengikuti Uji Kompetensi di SMKN 1 Dumai Tahun
Pelajaran 2019/2020.

Laporan ini dibuat berdasarkan pengalaman saya pada saat PKL dan diarahkan oleh
pembimbing yang kemudian disesuaikan menurut jurnal yang ditentukan sekolah,
kemudian melampirkan hasil kerja saya dalam bentuk sebuah laporan.

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan untuk memberikan


pengalaman kepada siswa sebelum memasuki jenjang dunia usaha atau dunia industri.
Selain itu, siswa/i sudah bisa memiliki potensi untuk bekerja karena sudah memiliki
kesiapan sebelumnya.

Dalam penyusunan laporan PKL ini, tentu tak lepas dari pengarahan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Maka penulis ucapkan rasa hormat kepada semua pihak yang
telah membantu. Beberapa pihak tersebut di antaranya sebagai berikut :

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi selama PKL(Praktek Kerja
Lapangan)
2. Ibu Ivonne Kristina Sitompul selaku pemimpin Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Dumai
3. Bapak Drs. Dian Dini selaku kepala SMKN 1 Dumai
4. Bapak Kusnadi Sihombing selaku pembimbing Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai

iii
5. Bapak Yusri selaku pembimbing Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai
6. Bapak Afif Rasyid Amiruddin selaku pembimbing Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan ( PKL) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai
7. Ibu Dra, Warni selaku pembimbing Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
8. Ibu Dra.Sutihermi selaku ketua jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga
SMKN 1 Dumai
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan
laporan ini
Karena kebaikan semua pihak yang telah penulis sebutkan tadi maka penulis bisa
menyelesaikan laporan PKL ini dengan sebaik-baiknya. Terlepas dari semua ini,
penulis menyadari sepenuhnya dan meminta maaf bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi penyusunan kalimat dan penggunaan tata bahasa. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Dumai,

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN INDUSTRI ........................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH .......................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar belakang praktek kerja lapangan ........................................................ 1


1.2 Landasan Hukum PKL................................................................................ 2
1.3 Tujuan praktek kerja lapangan ................................................................... 3
1.4 Tujuan pembuatan laporan ......................................................................... 3
1.5 Manfaat PKL............................................................................................... 4
1.5.1 Bagi siswa.......................................................................................... 4
1.5.2 Bagi sekolah...................................................................................... 4
1.5.3 Bagi instansi/dudi.............................................................................. 5

1.6 Waktu dan Tempat pelaksanaan ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN .................................................... 6


2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama ................................................... 6
2.2 Visi .............................................................................................................. 8
2.3 Misi .............................................................................................................. 8
2.4 Motto ........................................................................................................... 9
2.5 Struktur organisasi ....................................................................................... 9
2.5.1 Struktur organisasi ............................................................................ 10
2.5.2 Tugas pokok...................................................................................... 12

v
2.5.3 Fungsi KPP Pratama........................................................................... 12

BAB III MELAKUKAN PENGISIAN SPT PPh BADAN 1771........................ 13


3.1 Surat Pemberitahuan tahunan ...................................................................... 13
3.2 Fungsi SPT tahunan PPh ............................................................................. 14
3.3 Ketentuan Umum ........................................................................................ 14
3.4 Pengisian SPT PPh Badan 1771 .................................................................. 15
3.4.1 Formulir lampiran 1771 – I ............................................................. 15
3.4.2 Formulir lampiran 1771 – II ............................................................ 27
3.4.3 Formulir lampiran 1771 – III ........................................................... 28
3.4.4 Formulir lampiran 1771 – IV .......................................................... 30
3.4.5 Formulir lampiran 1771 – V ............................................................ 33
3.4.6 Formulir lampiran 1771 – VI .......................................................... 36

BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 38


4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 38
4.2 Saran ............................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 40

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Praktek Kerja Lapangan

Di era globalisasi ini kemajuan alat-alat teknologi semakin pesat.


Begitu juga didalam dunia pendidikan, kita dituntut untuk lebih meningkatkan
keahlian sebagai kunci utama kita dalam mencapai kesuksesan. Sesuai dengan
kurikulum SMK, bahwa lulusan SMK diharapkan menjadi siswa yang siap
pakai atau siap kerja didalam dunia usaha maupun dunia industri.
Praktek kerja industri (Prakerin) merupakan salah satu
penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan sistematik
dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan praktek di dunia
industri untuk membentuk keahlian dan mental siswa agar menjadi
profesional dan siap terjun dalam dunia kerja.
Pelaksanaan praktek kerja industri (Prakerin) merupakan perwujudan
kebijakan dari metode “link and match” yang dalam prosesnya dilaksanakan
dalam dua tempat yaitu disekolah dan di dunia industri. Hal ini dilaksanakan
dalam rangka peningkatan mutu dari tamatan sekolah menengah kejuruan
(SMK) dalam mencapai tujuan yang relevan antara dunia pendidikan dengan
tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Kegiatan penyelenggaraan prakerin
diharapkan dapat meningkatkan keahlian dan etos kerja siswa/i yang meliputi
kemampuan bekerja, motivasi kerja, kreatifitas, disiplin dan kerajinan dalam
bekerja sesuai visi dan misi yang dimiliki SMK Negeri 1 Dumai.
Mengingat sulitnya untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil
dan berkualitas maka banyak sekolah kejuruan berusaha untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan mutu pendidikan
dan menyediakan sarana pendukung agar dihasilkan lulusan yang handal dan

1
memiliki kemampuan dasar sesuai bidang yang digelutinya. SMKN 1
mewajibkan siswanya untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan, sehingga
siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku sekolah ke
dalam lingkungan kerja yang sebenarnya.

1.2 Landasan Hukum PKL

a) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional.


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
b) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 323/U/1997, tentang
Penyelenggaraan Prakerin SMK.
c) Peraturan pemerintah No. 29 Tahun 1990, tentang Pendidikan Menengah yang
antara lain:
1. Penyelenggaraan SMK dapat bekerja sama dengan masyarakat terutama
dunia usaha atau industri dan para dermawan untuk memperoleh sumber daya
dalam rangka menunjang Penyelenggaraan.
2. Pada SMK dapat dilakukan uji coba gagasan baru yang diperlukan dalam
rangkapengembangan SMK.
d) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.080/V/1993, tentang
Kurikulum SMK yang menyatakan:
1. Menggunakan unit produksi sekolah berpotensi secara profesional sebagai
wahana pelatihan Kejuruan.
2. Melaksanakan sebagai kelompok mata pelajaran Kejuruan disekolah, dan
sebagai lainnya di dalam dunia usaha dan industri.

2
1.3 Tujuan PKL

Tujuan PKL pada umumnya adalah mengimplementasikan secara


sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja langsung di dunia
kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.
1. Siswa dapat menerapkan materi yang diperoleh di dalam sekolah ke dalam
dunia kerja.Contohnya di KPP Pratama Dumai memberikan pekerjaan
yang berhubungan dengan mata pelajaran yang disampaikan atau
dipelajari selama di sekolah sehingga kami dengan mudah untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut.
2. Siswa dapat memahami konsep non akademis seperti etika kerja,
profesionalitas kerja, disiplin kerja. Misalnya kami pada saat jam kerja
kami tidak menunda dan mementingkan masalah pribadi terlebih dahulu.
Karena di dunia usaha atau industri kita harus paham bahwa sepenuhnya
saat bekerja pikiran dan pekerjaan yang dikerjakan seharusnya lebih
penting.

1.4 Tujuan pembuatan laporan PKL

Adapun tujuan pembuatan laporan ini antara lain sebagai berikut:


1. Memberikan bekal dan pengalaman kepada para siswa dalam dunia
kerja untuk menyesuaikan diri menghadapi dunia kerja.
2. Agar siswa mampu mengembangkan dasar - dasar teori yang
didapatkan dari sekolah yang berhubungan dengan hasil prakerin.
3. Siswa dapat menuangkan pikiran ke dalam tulisan yang dapat diuji
keilmihannya.
4. Untuk mengetahui perkembangan siswa selama Prakerin.

3
5. Sebagai pertanggung jawaban atas tugas yang diberikan sekolah
kepada para siswa sehubung dengan pelaksanaan PKL dan sebagai
pengetahuan bagi siswa angkatan selanjutnya.

1.5 Manfaat PKL

Manfaat PKl (Praktek Kerja Lapangan) adalah agar kegiatan yang diupayakan
dari sekolah yang melibatkan siswa/i SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dapat
dilaksanakan di dunia industri untuk tujuan pendidikan, pembelajaran, dan pelatihan
siswa-siswi dalam dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya. Berikut manfaat PKL
bagi beberapa pihak antara lain:

1.5.1 Bagi siswa

1) Siswa memperoleh bentuk pengalaman nyata serta berbagai masalah yang


dihadapi di tempat kerja.
2) Menambah ilmu nonformal, terutama ilmu yang tidak didapatkan disekolah.
3) Siswa mendapatkan pandangan untuk mendirikan lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuannya.
4) Mengimplementasikan materi dan keterampilan yang selama ini di dapatkan
di sekolah sehingga dapat diterapkan dengan baik.
5) Melatih siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara profesional di
dunia kerja yang sebenarnya.
6) Bisa menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dasar yang dimiliki
siswa-siswi prakerin sesuai dengan bidangnya masing-masing.

1.5.2 Bagi sekolah

1) Memberikan kontribusi dan tenaga kerja bagi perusahaan atau istansi terkait.

4
2) Dapat menyesuaikan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan
kerja bahan evaluasi bagi kurikulum pendidikan.
3) Memberikan bekal dan pengalaman kepada siswa dalam dunia kerja untuk
menyesuaikan diri menghadapi dunia kerja.
4) Memberikan dorongan kepada siswa lewat Prakerin agar bisa bekerja sesuai
dengan bakat dan minatnya masing-masing.

1.5.3 Bagi Instansi/DUDI

1) Dapat memperkirakan kualitas siswa serta memberikan masukan dan evaluasi


kepada sekolah.
2) Mendukung program pendidikan pemerintah.
3) Mendapatkan tenaga kerja sementara sebagai sumber daya perusahaan.

1.6 Tempat dan waktu Pelaksaaan PKL

Adapun tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan penulis adalah di


Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai di Jalan Sultan Syarif Qasim No. 18
Dumai.
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan penulis adalah 6 Januari
2020 – 16 Maret 2020. Waktu pelaksanaan PKL dilaksanakan selama 6 bulan
lamanya namun, dikarenakan adanya penyakit Covid 19 pihak sekolah dan
tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di rumahkan untuk sementara
waktu guna menghindari keramaian dan terkena wabah Covid 19 saat sedang
pelaksanaan PKL. Waktu siswa/i di rumahkan dilaksanakan pada tanggal 16
Maret 2020 – 6 Juni 2020.

5
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kantor Pelayanan Pajak adalah unit kerja dari Direktorat Jendral Pajak
yang melaksanakan pelayanan di bidang perpajakan kepada masyarakat baik
yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun belum. Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Dumai merupakan Kantor Pajak yang berada di wilayah Kantor
Direktorat Jendral Pajak Riau dan Kepulauan Riau.
Sejalan dan searah dengan reformasi di Direktorat Jenderal Pajak,
demikian juga yang terjadi di Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 131/PMK.01/2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan dan PMK Nomor
132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal.
Direktorat Jenderal Pajak, maka terbitlah Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-1 /PJ/2007 tentang petunjuk pelaksanaan dalam
rangka Reorganisasi Kantor Pusat dan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Pajak. Semula Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau bernama Kanwil DJP
Sumatera Bagian Tengah yang akhirnya dipecah bersamaan dengan
terbentuknya Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi. Unit operasional
meliputi 2 Kantor Pelayanan Pajak Madya dan 12 Kantor Pelayanan Pajak
Pratama. Dari 12 Kantor Pelayanan Pratama salah satunya adalah Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Madya Dumai, beralamat Jl. Sultan Syarif Qasim No.
18 Dumai , KPP Pratama Dumai membawahi dua kabupaten atau kota yakni
Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir.

6
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai diresmikan pemakaiannya
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau yaitu Soeripto pada tanggal 5
Februari 1994. Sebelum berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai,
segala hak dan kewajiban perpajakan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan
dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan PBB Pekanbaru. Kantor Pelayanan PBB
Pekanbaru sendiri berdiri pada tahun 1961, dan pada tahun tersebut di daerah
Riau dibentuk 4 Kantor Dinas Luar (KDL) Jawatan Pajak Hasil Bumi yaitu
sebagai berikut:
a) Kantor Dinas Luar Jawatan Pajak Hasil Bumi di Kota Pekanbaru dan
Kampar
b) Kantor Dinas Luar Jawatan Pajak Hasil Bumi di Kabupaten Bengkalis yang
meliputi Kepulauan Riau
c) Kantor Dinas Luar Jawatan Pajak Hasil Bumi di Kecamatan Rengat
d) Kantor Dinas Luar Jawatan Pajak Hasil Bumi di Kecamatan Dabosingkep
Seiring dengan perkembangan yang terus dilakukan sebelum di kenal
dengan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan terjadi beberapa kali
perubahan nama dari KDL kemudian IPEDA, KAPEDA sampai Inspeksi
PBB. Berdasarkan keputusan Presiden No.12 Tahun 1976 tanggal 12 Maret
1976, Direktorat IPEDA di kembangkan profesi yang sebenarnya yaitu tepat
di bawah DJP. Perkembangan yang terakhir adalah berubahnya Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan mulai 1 April 1989 seiring
dikeluarkannya Undang-Undang No. 55 Tahun 1988 dan Keputusan Presiden
No. 76/KMK.01/1989. Seiring dengan Reformasi Birokrasi yang dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang mulai pada tahun 2004 untuk
daerah Jakarta dan Pulau Jawa yang kemudian dilanjutkan pada tahun-tahun
berikutnya untuk daerah diluar jawa tepatnya pada tahun 2008 terjadi
Reformasi Birokrasi pada Kantor Wilayah DJP Riau dan Kepulauan Riau
yang mengakibatkan adanya perubahan struktur internal seluruh Kantor
Pelayanan Pajak.

7
Salah satunya perubahan yang diakibatkan reformasi tersebut adalah
hilangnya beberapa nama instansi di tubuh DJP yang digabung menjadi satu
yang disebut dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

2.2 Visi

Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara yang terbaik demi


menjamin Kedaulatan dan Kemandirian Negara. Menjadi institusi pemerintah
yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan yang efektif, efisien
dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

2.3 Misi

Menjamin penyelenggaraan Negara yang berdaulat dan mandiri dengan:


a) Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang
perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan
anggaran pendapatan dan belanja Negara melalui sistem administrasi
perpajakan efektif dan efisien.
b) Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela
yang tinggi dan penegak hukum yang adil.
c) Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan
kewajiban perpajakan.
d) Aparatur pajak yang berintegritas,kompeten dan profesional dan
e) Kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja.

8
2.4 Motto

Melayani dengan PRIMA (Profesional, Ramah, Inovatif, Memuaskan,


dan Antusias).

2.5 Tata tertib dan jam kerja perusahaan

Tata tertib Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai, antara lain


sebagai berikut:
1) Meningkatkan disiplin pegawai,
2) Menjamin terpeliharanya tata tertib,
3) Menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif,
4) Menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional
dan
5) Meningkatkan citra dan kinerja pegawai.
Setiap pegawai mempunyai kewajiban untuk:
1) Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain,
2) Bekerja secara profesional, transparan dan akuntabel,
3) Mengamankan data atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak,
4) Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama pegawai, atau pihak lain
dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya,
5) Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor,
6) Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakan,
7) Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.

Jam kerja pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu pukul 07.00-17.00
WIB.

9
2.5.1 Struktur Organisasi

Pada umumnya setiap instansi mempunyai struktur organisasi. Struktur


organisasi merupakan suatu alat dari pimpinan yang mampu menciptakan dan
memelihara sistem hubungan dengan bagian-bagian yang ada dalam instansi
tersebut.Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dumai adalah:

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.206.2/PMK.01/2014 tentang


Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.01/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJP, berikut ini struktur KPP Pratama:

10
1. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal. Bagian ini bertugas untuk melakukan
urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga, pengelolaan kinerja
pegawai, dan sebagainya.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, yang bertugas untuk melakukan pengumpulan,
pencairan, pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi
perpajakan, dan masih banyak lainnya.
3. Seksi Pelayanan, yang bertugas untuk melakukan penetapan dan penerbitan produk
hukum perpajakan, dan sejenisnya.
4. Selanjutnya ada Seksi Penagihan, yang bertugas untuk melaksanakan urusan
penatausahaan piutang pajak, dan urusan piutang lainnya.
5. Seksi Pemeriksaan yang bertugas untuk melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan
Pajak dan administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, bertugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak. Tugas lainnya adalah pembentukan
basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi, dan masih banyak lagi.
7. Selain itu ada Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1. Tugasnya adalah melakukan
proses penyelesaian permohonan wajib pajak. Tugas lainnya adalah melakukan
bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak dan usulan
pengurangan PBB.
8. Dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, IV, yang masing-masing memiliki tugas
melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. Dan
penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib
pajak dalam melakukan intensifikasi dan himbauan kepada wajib pajak.

11
2.5.2 Tugas pokok

Tugas pokok KPP Pratama yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan


pengawasan Wajib Pajak dibidang:
1) Pajak penghasilan (PPh)
2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3) Dan pajak penjualan atas barang mewah
4) Serta pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.5.3 Fungsi Perusahaan/instansi

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Berfungsi sebagai pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi


perpajakan, penyajian informasi perpajakan, serta pendataan objek dan subjek pajak.
2. Berfungsi sebagai penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan
surat, pemberitahuan dan penerimaan surat lainnya.
4. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.
5. Pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak, pelaksanaan ekstensifikasi.
6. Pengurangan sanksi pajak, pelaksanaan pemeriksaan pajak, pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
7. Pelaksanaan konsultasi perpajakan, pembetulan ketetapan pajak, dan pelaksanaan
administrasi kantor.

12
BAB III
MELAKUKAN PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) PPh BADAN
DALAM FORMULIR NO. 1771

3.1 Pengertian SPT PPh Badan

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan


keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan
untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak (Pasal 1 ayat 11).
Bagi wajib pajak, SPT berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak terutang untuk
melaporkan hal-hal berikut ini:
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau
bagian tahun pajak.
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.
3. Harta dan Kewajiban.
4. Pembayaran dari pemotong/pemungut tentang pemotongan dan pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

SPT Tahunan PPh adalah surat yang dipergunakan Wajib Pajak untuk
menghitung dan menentapkan sendiri besarnya pajak penghasilan yang
terhutang dalam suatu tahun pajak.

 SPT Tahunan antara lain memuat jumlah peredaran usaha atau


penghasilan bruto, jumlah penghasilan netto,  jumlah penghasilan kena pajak,
jumlah pajak yang terhutang, jumlah pajak yang telah dibayar dalam tahun
berjalan (Kredit Pajak) dan jumlah kekurangan atau kelebihan pajak.

13
3.2 FUNGSI SPT TAHUNAN PPh

Sebagai sarana WP untuk menetapkan sendiri besarnya pajak yang terutang,


dengan cara :

a) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang


sebenarnya terutang.
b) Melaporkan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam suatu
tahun pajak atau bagian tahun pajak. 
c) Melaporkan pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak
lain dalam satu tahun pajak.

3.3 KETENTUAN UMUM

 Setiap WP wajib mengisi, menyampaikan SPT Tahunan dengan benar,


lengkap, jelas dan menandatanganinya.
 SPT Tahunan dapat di tandatangani oleh orang lain bukan WP sepanjang
dilampiri dengan surat kuasa khusus.
 SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau
tidak sepenuhnya di lampiri keterangan dan atau dokumen yang telah
ditetapkan.
  WP wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke Kas Negara
melalui KantorPos dan Giro atau bank yang ditunjuk oleh DJ  Anggaran
untuk menerima pembayaran pajak (Bank Persepsi).
  Apabila SPT Tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
ditetapkan atau dalam batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan
maka dikenakan sanksi administrasi berupa denda Rp 100.000,00 (seratus ribu
rupiah).

14
 Setiap orang yang karena ke alfaannya tidak menyampaikan SPT Tahunan
atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian negara, yaitu dipidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang,
yang tidak atau kurang bayar.
 Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Tahunan atau
menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
tahun dan atau denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang,
yang tidak atau kurang bayar.

3.4 PENGISIAN SPT PPh BADAN 1771

3.4.1 FORMULIR LAMPIRAN 1771 – I


PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO FISKAL

SPT Tahunan PPh Badan menggunakan format yang dapat dibaca


dengan menggunakan mesin pemindai (scanner), untuk itu perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi, jangan lupa untuk membuat ■ (segi empat hitam) di
keempat sudut sebagai pembatas dokumen agar dokumen dapat
dipindai;
2. Ukuran kertas yang digunakan F4/Folio (8.5 x 13 inci)dengan berat
minimal 70 gram;
3. Kertas tidak boleh dilipat atau kusut
4. Kolom Identitas

15
16
17
Angka 1 : PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI
Yang dimaksud dengan penghasilan neto komersial dalam negeri
adalah penghasilan neto menurut prinsip akuntansi Komersial Indonesia,
yakni semua penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar kegiatan
usaha di Indonesia, termasuk penghasilan yang dikenai PPh final dan yang
tidak termasuk Objek Pajak, dikurangi dengan pengeluaran atau biaya-biaya
sesuai dengan sistem dan metode akuntansi komersial Indonesia yang dianut
secara taat azas, sebelum dilakukan penyesuaian-penyesuaian fiskal
berdasarkan Undang-Undang PPh dan peraturan pelaksanaannya.
Huruf a - PEREDARAN USAHA
Diisi dengan jumlah penerimaan atau perolehan bruto dari kegiatan
usaha di Indonesia, setelah dikurangi dengan retur dan pengurangan penjualan
serta potongan tunai dalam Tahun Pajak yang bersangkutan bagi perusahaan
dagang dan perusahaan industri.
Huruf b - HARGA POKOK PENJUALAN
Diisi dengan biaya-biaya yang merupakan harga pokok penjualan bagi
kegiatan usaha Wajib Pajak. Apabila sesuai dengan sistem dan metode
akuntansi komersial yang dianut Wajib Pajak tertentu (misalnya: bank, dana
pensiun, reksadana, organisasi sosial, perkumpulan dan sebagainya) tidak
terdapat pemisahan atau pengelompokan biaya untuk harga pokok penjualan,
maka seluruh biaya- biaya dilaporkan pada huruf c biaya usaha lainnya.
Huruf c - BIAYA USAHA LAINNYA
Diisi dengan biaya-biaya usaha yang tidak termasuk ke dalam
kelompok harga pokok penjualan.
Huruf d - PENGHASILAN NETO DARI USAHA (1a-1b-1c)
Penghasilan neto tersebut diperoleh dari Peredaran Usaha dikurangi
harga pokok penjualan dikurangi Biaya Usaha Lainnya.

18
Huruf e - PENGHASILAN DARI LUAR USAHA
Diisi dengan jumlah Penghasilan Bruto Dari Luar Usaha yang diterima
dan/atau diperoleh dari luar kegiatan usaha tersebut pada huruf a, seperti :
penghasilan dari penyertaan modal di Indonesia, penghasilan dari penjualan
atau pengalihan maupun persewaan harta, serta penghasilan lainnya yang
bukan merupakan penghasilan dari kegiatan usaha atau tidak ada kaitannya
dengan kegiatan usaha.
Huruf f - BIAYA DARI LUAR USAHA
Diisi dengan biaya-biaya langsung yang terkait dengan penghasilan
dari luar usaha tersebut pada huruf e.
Huruf g - PENGHASILAN NETO DARI LUAR USAHA (1e-1f)
Diisi dengan hasil pengurangan huruf e dengan huruf f.
Huruf h – Jumlah (1d+1g)
Diisi dengan hasil pertamahan huruf d dengan huruf g.

Angka 2 : PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI


Diisi dengan penghasilan neto yang diterima atau diperoleh di luar
negeri, sesuai dengan lampiran khusus 7A/7B “Jumlah Neto”.

Angka 3 : JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL (1h+2)


Diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial Dalam Negeri dan
Luar Negeri.

Angka 4 : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN YANG


TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Untuk menghitung penghasilan neto fiskal yang dikenai PPh
berdasarkan ketentuan umum, penghasilan dari sumber di Indonesia yang
dikenai PPh final dan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak harus
dikeluarkan kembali, sehingga dengan pengurangan penghasilan tersebut pada

19
jumlah penghasilan neto fiskalnya (angka 8) akan menjadi nihil atau netral.
Diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial atas penghasilan yang
dikenai PPh final dan penghasilan neto komersial atas penghasilan yang tidak
termasuk objek pajak yang telah dimasukkan dalam angka 1 formulir 1771 - I
dan dalam hal mengalami kerugian komersial, diisi sesuai dengan jumlah
kerugian komersialnya.

Angka 5 : PENYESUAIAN FISKAL POSITIF


Yang dimaksud dengan penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian
terhadap penghasilan neto komersial (di luar unsur penghasilan yang dikenai
PPh final dan yang tidak termasuk Objek Pajak) dalam rangka menghitung
Penghasilan Kena Pajak berdasarkan Undang-Undang PPh beserta peraturan
pelaksanaannya, yang bersifat menambah penghasilan dan/atau mengurangi
biaya-biaya komersial tersebut pada angka 1.

Huruf a. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-


Undang PPh, pengeluaran perusahaan untuk pembelian atau perbaikan rumah
maupun kendaraan pribadi, biaya perjalanan pribadi atau keluarga, biaya
premi asuransi pribadi atau keluarga, dan pengeluaran lainnya untuk
kepentingan pemegang saham, sekutu atau anggota, tidak dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan.
Huruf b. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-
Undang PPh, pembentukan atau pemupukan dana cadangan secara fiskal tidak
dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan. Namun untuk jenis- jenis usaha
tertentu yang secara ekonomis memang diperlukan adanya cadangan untuk
menutup beban atau kerugian yang akan terjadi di kemudian hari, secara fiskal
diperkenankan, yang terbatas pada:

20
1) cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang;
2) cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3) cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4) cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5) cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan dan
6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 tentang Pembentukan
atau Pemupukan Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
219/PMK.011/2012.
Huruf c. Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf d Undang-Undang PPh,
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan (benefit in-kind) bukan
merupakan penghasilan bagi pegawai yang bersangkutan. Oleh karena itu
sesuai dengan prinsip taxability and deductibility, penyesuaian berdasarkan
Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang PPh, bagi Wajib Pajak pemberi kerja
tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan. Namun pemberian natura
berupa penyediaan makanan atau minuman di tempat kerja bagi seluruh
pegawai, demikian pula pemberian natura dan kenikmatan di daerah terpencil
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, serta pemberian natura
atau kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan
sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskannya (seperti: pakaian dan peralatan khusus untuk keselamatan
kerja, pakaian seragam petugas keamanan, antar-jemput pegawai, serta
akomodasi untuk awak kapal), dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan.

21
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.03/2009 tentang tentang
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto
pemberi kerja.
Huruf d. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf f Undang-
Undang PPh, pembayaran gaji, honorarium, dan imbalan lain sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan kepada pemegang saham atau
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sepanjang jumlahnya tidak melebihi kewajaran. Kewajaran diukur
berdasarkan standar yang berlaku umum untuk pekerjaan dengan kualifikasi
yang sama yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan
istimewa. Atas selisih yang melebihi kewajaran tersebut dapat dikategorikan
sebagai pembagian laba.
Huruf e. Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf a Undang-Undang PPh,
bantuan atau sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial, atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, bukan merupakan
penghasilan sepanjang tidak terdapat hubungan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak- pihak yang bersangkutan. Oleh
karena itu sesuai dengan prinsip taxability and deductibility, penyesuaian
berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf g Undang-Undang PPh, bagi Wajib Pajak
pemberi bantuan atau sumbangan dan harta hibahan tersebut tidak dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 245/PMK.03/2008 tentang Badan-badan
dan Orang Pribadi yang menjalankan Usaha Mikro dan Kecil yang menerima harta
hibah, bantuan atau sumbangan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak
Penghasilan.

22
Zakat atas penghasilan yang dibayar oleh Wajib Pajak Badan dalam negeri yang
dimiliki oleh pemeluk agama Islam dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dalam
menghitung Penghasilan Kena Pajak, dengan syarat :
a) Penghasilan yang dikenai zakat merupakan Objek Pajak yang telah
dilaporkan dalam SPT Tahunan.
b) Pembayaran zakat dilakukan kepada Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga
Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk atau disahkan pembentukannya oleh
Pemerintah Pusat/Daerah.
Dengan demikian zakat atas harta selain penghasilan dan zakat atas penghasilan yang
tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan (perlakuan pajaknya sama dengan sumbangan).
Huruf f. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf h Undang-
Undang PPh, PPh badan serta kredit pajak bukan merupakan biaya
perusahaan.
Huruf g. Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf i Undang-Undang PPh,
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi bukan merupakan penghasilan. Oleh karena itu sesuai
dengan prinsip taxability and deductibility, penyesuaian berdasarkan Pasal 9
ayat (1) huruf j Undang-Undang PPh, bagi perseroan komanditer tersebut
pembayaran gaji kepada para anggotanya tidak dapat dibebankan sebagai
biaya perusahaan.
Huruf h. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf k Undang-
Undang PPh, sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta
sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan bukan merupakan biaya perusahaan.

23
Huruf i. Diisi dari Lampiran Khusus I A/I B Daftar Penyusutan dan
Amortisasi Fiskal.
Huruf j. Diisi dari Lampiran Khusus I A/I B Daftar Penyusutan dan
Amortisasi Fiskal.
Huruf k. Penyesuaian berdasarkan Pasal 17 Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2010, dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak dapat
ditetapkan saat pengakuan biaya dalam hal-hal tertentu dan bagi Wajib Pajak
tertentu sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-184/PJ./2002 tentang
Pengakuan Penghasilan Atas Penghasilan Bank Berupa Bunga Kredit Non
Performing; Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.42/2002 tentang
Pengakuan Penghasilan Atas Penghasilan Bank Berupa Bunga Kredit Non-
Performing.
Huruf l. Penyesuaian berdasarkan ketentuan Pasal 4 dan Pasal 6
Undang-Undang PPh beserta peraturan pelaksanaannya, dalam hal:
1. Terdapat penghasilan yang tidak diakui secara komersial akan tetapi termasuk
Objek Pajak yang dikenai PPh tidak bersifat final.
2. Terdapat biaya-biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang diakui secara
komersial akan tetapi tidak dapat diakui secara fiscal.
3. Terdapat kerugian usaha di luar negeri baik melalui bentuk usaha tetap (BUT)
ataupun bukan BUT, setelah dilakukan penyesuaian fiskal positif dan negatif.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak
Luar Negeri;
* Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.42/2002 tentang
Perlakuan PPh Atas Pemberian Imbalan Bunga Kepada Wajib Pajak;
* Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-01/PJ.33/2005 tentang
Pemberian Imbalan Bunga Kepada Wajib Pajak.

24
Angka 6 : PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF
Yang dimaksud dengan penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian
terhadap penghasilan neto komersial (di luar unsur penghasilan yang dikenai
PPh final dan yang tidak termasuk Objek Pajak) dalam rangka menghitung
Penghasilan Kena Pajak berdasarkan Undang-Undang PPh beserta peraturan
pelaksanaannya, yang bersifat mengurangi penghasilan dan/atau menambah
biaya-biaya komersial tersebut pada angka 1.
Huruf a. Diisi dari Lampiran Khusus I A/I B Daftar Penyusutan dan
Amortisasi Fiskal.
Huruf b. Diisi dari Lampiran Khusus I A/I B Daftar Penyusutan dan
Amortisasi Fiskal.
Huruf c. Penyesuaian berdasarkan Pasal 17 Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2010, dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak dapat
ditetapkan saat pengakuan penghasilan dalam hal-hal tertentu dan bagi Wajib
Pajak tertentu sesuai dengan Kebijaksanaan Pemerintah.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-141/PJ./1999 tentang
pengakuan penghasilan dari Pengalihan harta atau agunan berupa tanah dan/atau
bangunan bagi Wajib Pajak tertentu;
a) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-563/PJ./2001 tentang saat
pengakuan penghasilan berupa keuntungan karena pembebasan utang yang
diperoleh debitur tertentu dari perjanjian restrukturisasi utang usaha;
b) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-184/PJ./2002 tentang
pengakuan penghasilan atas penghasilan bank berupa bunga kredit non
performing;
c) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.42/2002 tentang
pengakuan penghasilan atas penghasilan bank berupa bunga kredit non
performing.

25
Huruf d. Penyesuaian berdasarkan ketentuan umum Pasal 6 Undang-
Undang PPh beserta peraturan pelaksanaannya, dalam hal terdapat biaya-
biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang tidak diakui secara komersial
akan tetapi dapat diakui secara fiskal.

Angka 7 : FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA


PENGURANGAN PENGHASILAN NETO
Angka 7a
diisi tahun ke-berapa fasilitas tersebut telah digunakan.
Angka 7b
diisi dengan jumlah fasilitas penanaman modal berupa pengurangan
penghasilan neto yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
sebagaimana terdapat dalam daftar fasilitas penanaman modal angka 5b
(lampiran khusus 4A/4B).

Angka 8 : PENGHASILAN NETO FISKAL


Diisi dengan hasil perhitungan angka 3 dikurangi angka 4 ditambah
angka 5m dikurangi angka 6e dikurangi angka 7b.

26
3.4.2 FORMULIR LAMPIRAN 1771 – II

PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN, BIAYA USAHA


LAINNYA DAN BIAYA DARI LUAR USAHA SECARA KOMERSIAL

Lampiran ini diisi dengan perincian Harga Pokok Penjualan, Biaya


Usaha Lainnya dan Biaya Dari Luar Usaha secara komersial sesuai dengan
Lampiran 1771-I angka 1 huruf b, c dan f.
 Kolom (1) : nomor urut
 Kolom (2) : perincian
 Kolom (3) : diisi dengan biaya yang merupakan Harga Pokok
Penjualan
 Kolom (4) : diisi dengan Biaya Usaha Lainnya yang bukan merupakan
Harga Pokok Penjualan
 Kolom (5) : diisi dengan Biaya-biaya langsung yang terkait dengan
penghasilan dari luar usaha
 Kolom (6) : diisi dengan jumlah kolom (3) ditambah dengan kolom (4)
ditambah dengan kolom (5)

27
3.4.3 FORMULIR LAMPIRAN 1771 – III

KREDIT PAJAK DALAM NEGERI

Lampiran ini diisi dengan rincian bukti pungut PPh Pasal 22 dan bukti
potong PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang telah dibayar melalui pemungutan
atau pemotongan pajak oleh pihak lain dan/atau yang pembayarannya
dilakukan sendiri, atas penghasilan yang dikenai PPh tidak bersifat final yang
diterima atau diperoleh dan dilaporkan dalam SPT Tahunan Tahun Pajak ini.
Pemotongan PPh Pasal 26 yang dapat dikreditkan dengan PPh
Terutang untuk Tahun Pajak yang bersangkutan adalah pemotongan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5) Undang-Undang PPh.
 Kolom (1) : diisi dengan Nomor Urut untuk masing-masing jenis pajak
 Kolom (2) : diisi dengan Nama Pemotong/Pemungut Pajak. Dalam hal PPh
Pasal 22 dibayar sendiri kolom ini diisi dengan Nama Bank tempat
pembayaran.

28
 Kolom (3) : diisi dengan NPWP Pemotong atau Pemungut Pajak. Dalam hal
PPh Pasal 22 dibayar sendiri kolom ini diisi dengan Alamat Bank tempat
pembayaran.
 Kolom (4) : diiisi dengan:
- Untuk PPh Pasal 22 diisi dengan jenis transaksi atau
pembayaran
- Untuk PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 diisi dengan jenis
penghasilan yang dipotong PPh
 Kolom (5) : diisi dengan jumlah yang menjadi dasar pemotongan atau
pemungutan
 Kolom (6) : diisi dengan jumlah PPh yang dipotong atau dipungut
 Kolom (7) : diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan atau Pemungutan.
Untuk pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 22 yang
pembayarannya dilakukan sendiri, kolom (7) diisi dengan kata
“SSP” atau “SSPCP”.
 Kolom (8) : diisi dengan Tanggal Bukti Pemotongan atau Pemungutan dengan
format penulisan dd/mm/yy
Wajib Pajak wajib memperlihatkan serta menyerahkan bukti-bukti
pemungutan/pemotongan pajak oleh pihak lain apabila diminta untuk keperluan
pemeriksaan kewajiban perpajakan.

29
3.4.4 FORMULIR LAMPIRAM 1771 – IV

PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK


OBJEK PAJAK

30
Lampiran ini diisi dengan penghasilan-penghasilan tertentu yang
dikenai PPh final baik melalui pemotongan oleh pihak lain atau dengan
menyetor sendiri, termasuk penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto
tertentu yang dikenai PPh Final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013 beserta penghasilan-penghasilan tertentu yang tidak termasuk
sebagai objek pajak yang diterima atau diperoleh dalam Tahun Pajak ini,
sesuai dengan jumlah bruto atau nilai transaksinya. Wajib Pajak wajib
memperlihatkan serta membuat daftar rincian bukti-bukti pemotongan atau
pembayaran pajaknya apabila diminta untuk keperluan pemeriksaan
kewajiban pajak.
Bagi Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan dari usaha dengan
peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, wajib melampirkan rincian jumlah
penghasilan dan pembayaran PPh Final per Masa Pajak dari masing-masing
tempat usaha dengan contoh format sebagai berikut:

Daftar Jumlah Penghasilan Bruto dan Pembayaran PPh Final berdasarkan PP


46 Tahun 2013
Dari Masing-Masing Tempat Usaha
Nama : PT. Thellomoyo
NPWP : 07.555.666.2-001.000
Alamat : Jalan Murai Batu No. 18, Jakarta Timur

NPWM TEMPAT ALAMAT PEREDARAN PPH FINAL


NO USAHA KPP LOKASI BRUTO 1%DIBAYAR

1. 07.555.666.2-001.000 Jl. Murai


Batu no.18,
Januari Jakarta 100.000.000 1.000.000
Timur

31
Februari 150.000.000 1.500.000
……. …… …….
Desember 100.000.000 1.000.000
SUB TOTAL 1.300.000.000 13.000.000
2. 07.555.666.2-201.001 Jl. Ribud
Samudra
Januari No.66, Medan 50.000.000 500.000
Februari 45.000.000 450.000
…….. …….. ……..
Desember 75.000.000 750.000
SUB TOTAL 600.000.000 6.000.000
JUMLAH 1.900.000.000 19.000.000

Penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di


bursa tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sehubungan dengan telah
dicabut dan dinyatakan tidak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2009
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2011. Jadi kolom tersebut tidak perlu
diisi.

32
3.4.5 FORMULIR LAMPIRAN 1771 – V

 DAFTAR PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL DAN JUMLAH


DIVIDEN YANG DIBAGIKAN
 DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS

33
BAGIAN A : DAFTAR PEMEGANG SAHAM / PEMILIK MODAL DAN
JUMLAH DEVIDEN YANG DIBAGIKAN

 Kolom (1) : diisi dengan nomor urut.


 Kolom (2) : diisi dengan Nama Pemegang Saham atau Pemilik Modal sesuai
dengan kartu identitas.
 Kolom (3) : diisi dengan Alamat Pemegang Saham atau Pemilik Modal sesuai
dengan kartu identitas.
 Kolom (4) : diisi dengan NPWP Pemegang Saham atau Pemilik Modal. Untuk
pemegang saham/modal yang tidak memiliki NPWP (misalnya WP
luar negeri, WP yang penghasilannya di bawah PTKP) diisi dengan
“Tidak Ada”.
 Kolom (5) : diisi dengan jumlah modal yang disetor.
 Kolom (6) : diisi dengan persentase kepemilikan
 Kolom (7) : diisi dengan jumlah deviden yang dibagikan kepada pemegang
saham.

BAGIAN B : DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS

 Kolom (1) : diisi dengan nomor urut.


 Kolom (2) : diisi dengan nama pengurus atau komisaris sesuai dengan kartu
identitas
 Kolom (3) : diisi dengan alamat lengkap pengurus dan komisaris sesuai dengan
kartu identitas
 Kolom (4) : diisi dengan NPWP pengurus dan komisaris. Untuk pengurus atau
komisaris yang tidak memiliki NPWP (misalnya WP luar negeri,
WP yang penghasilannya di bawah PTKP) diisi dengan “Tidak
Ada”.
 Kolom (5) : diisi dengan jabatan pengurus atau komisaris.

34
Catatan:
 Wajib Pajak yayasan dan badan-badan lain yang tidak dimiliki atas dasar
penyertaan modal, serta KIK Reksa Dana dan KIK–EBA, cukup mengisi
Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dengan pernyataan : “Tidak Ada”,
pada kolom (2).
 Wajib Pajak perusahaan masuk bursa, pemegang saham publik tidak perlu
dirinci per nama (dapat dinyatakan secara kumulatif) kecuali apabila
kepemilikan sahamnya berjumlah 5% atau lebih dari jumlah modal disetor.
 Daftar Susunan Pengurus dan Komisaris diisi lengkap untuk kondisi akhir
periode tahun pajak bersangkutan (tahun pajak pelaporan SPT).

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ.42/2003


tentang kewajiban Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam SPT
Tahunan PPh Wajib Pajak Badan Bagi Pemegang Saham atau Pemilik Modal,
Pengurus dan Komisaris.

35
3.4.6 FORMULIR LAMPRAN 1771 – VI
 DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN
AFILIASI
 DAFTAR UTANG DARI PEMEGANG SAHAM DAN / ATAU
PERUSAHAAN AFILIASI
 DAFTAR PIUTANG KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN /
ATAU PERUSAHAAN AFILIASI

36
 Ketiga daftar diisi dengan angka saldo akhir tahun berdasarkan transkrip
kutipan elemen-elemen dari laporan keuangan komersial yang dilampirkan
pada SPT Tahunan.
 Penyertaan modal yang dicantumkan adalah penyertaan modal yang
memenuhi kriteria hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.
 Utang/Piutang yang dicantumkan adalah utang dari/piutang kepada pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik langsung maupun tidak
langsung.
 Wajib Pajak yang tidak mempunyai penyertaan modal atau penyertaan
modalnya tidak memenuhi kriteria hubungan istimewa, serta Wajib Pajak
yang tidak mempunyai utang/piutang pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, cukup mengisi daftar dengan pernyataan : “Tidak Ada”, pada
kolom (2).

37
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa kegiatan Praktik Kerja
Lapangan sangat bermanfaat baik siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan
maupun bagi pihak Dunia Industri. Selain itu kegiatan Praktik Kerja Lapangan
juga menjadi tempat dimana siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan
mengasah keterampilan mereka khususnya dalam hal praktik dimana mereka
dapat belajar lebih luas mengenai dalam hal dunia kerja serta melatih siswa-
siswi menjadi generasi muda yang bertanggung jawab dan profesional. Dalam
pembahasan ini penulis mengetahui bahwa SPT tahunan 1771 itu terdiri dari
beberapa lampiran yaitu, lampiran induk, formulir lampiran 1771 – I, formulir
lampiran 1771 – II, formulir lampiran 1771 – III, formulir lampiran 1771 –
IV, formulir lampiran 1771 – V, dan formulir lampiran 1771 – VI. Selain itu
jumlah lampiran juga terdapat fungsi dan ketentuan umum dalam melakukan
pengisian SPT tahunan 1771.

4.2 SARAN

Beberapa hal yang penulis temukan di lapangan saat pelaksanaan PKL sebagian
kecil justru tidak penulis temukan saat mengikuti pembelajaran di kelas. Maka dari
itu, penulis ajukan beberapa saran, antara lan yaitu :
1.    Saran untuk Sekolah
a. Sekolah perlu memberikan penekanan pada masalah budaya kerja yang
berlaku pada instansi pemerintah maupun swasta. Dengan demikian, para
siswa cenderung lebih mudah beradaptasi dalam dunia kerja.

38
b. Sekolah perlu memberikan penekanan pada penguasaan keterampilan yang
relevan dengan kemajuan teknologi di dunia kerja saat ini. Dengan demikian,
para siswa dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang diperolehnya
secara maksimal.
c. Hendaknya guru pembimbing harus lebih sering memonitoring para siswanya
di lingkungan PKL secara langsung sehingga siswa dapat berkonsultasi
mengenai informasi-informasi terbaru dari sekolah.

2. Saran untuk Perusahaan


a. Kepada Pimpinan perusahaan, penulis berharap agar tidak bosan-bosannya
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dan para peserta PKL
yang akan datang.
b. Untuk karyawan, penulis berharap agar memperkenalkan, menjelaskan,
membimbing, dan mengarahkan berbagai jenis kegiatan dalam lingkungan
praktik sehingga paserta PKL dapat belajar dengan maksimal. Hubungan
kerjasama antar karyawan juga harus dijaga, dipertahankan dan ditingkatkan
agar pelaksanaan kerja dapat lebih maksimal dan efisien.

3. Saran untuk Adik Kelas (Pembaca)


a. Rajinlah belajar.
b. Utamakan sekolah demi masa depan.
c. Bila sedang praktik jangan melakukan aktivitas pribadi dan mengganggu
pelaksanaan PKL serta patuhi tata tertib yang berlaku.
d. Bertindaklah dewasa dalam hal pola pikir dan perilaku agar pelaksanaan PKL
dapat berjalan dengan baik dan lancar.

39
DAFTAR PUSTAKA

https://plus.google.com/113732810579686028124/posts/feZcpUMME9X

https://www.liputan6.com/news/read/3874065/7-tujuan-prakerin-bagi-siswa-dan-10-
manfaat-yang-bisa-didapatkannya

https://www.google.com/search?
q=STRUKTUR+ORGANISASI+KPP+PRATAMA+DUMAI&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjB6YSYxv7gAhUShuYKHZxUDjsQ_AUIDigB
&biw=1366&bih=593#imgrc=QMGXf2IIIkKW9M:

https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor_Wilayah_DJP_Riau_dan_Kepulauan_Riau

http://www.9kata.com/2016/10/contoh-penutup-laporan-prakerin-atau-pkl-smk.html

https://www.academia.edu/6954388/TATACARA_PENGISIAN_SPT_TAHUNAN_PPh_WP-
BADAN

https://klikpajak.id/blog/berita-pajak/ketahui-sejarah-tugas-fungsi-dan-struktur-kpp-
pratama/#:~:text=Dalam%20melaksanakan%20tugasnya%2C%20KPP%20Pratama,dan
%20penerbitan%20produk%20hukum%20perpajakan.

40

Anda mungkin juga menyukai