Anda di halaman 1dari 35

Pertemuan 04

Analisis Titik Impas Lanjutan


(Break even Point)
Oleh
Kurjono
Universitas Pendidikan Indonesia
2023
Materi
• Analisis sensitivitas
• Margin of safety,
• Degree of leverage,
• Shutdown point dan
• Pengaruh Pajak Penghasilan
Analisis Sensitivitas
• Analisis sensitivitas dilakukan untuk menguji jika terjadi
perubahan pada data yang diprediksi atau terjadi perubahan
pada asumsi-asumsi yang ditetapkan

• Analisis sensitivitas menjawab beberapa pertanyaan, antara


lain :
- bagaimana pengaruh kenaikan biaya variabel
terhadap laba?
- bagaimana pengaruh kenaikan biaya tetap?
• Analisis sensitivitas juga memberikan gambaran kepada
manajemen tentang struktur biaya pada berbagai alternatif.
• Misalnya Mr. G bermaksud menyelenggarakan pentas musik.
Biaya sewa peralatan, musisi, penyanyi, dan biaya
penyelenggaraan lainnya dari Mr. D adalah sebagai berikut :
- Biaya tetap Rp 20.000.000
- Biaya variabel dihitung Rp 120.000 per tiket masuk
- Harga tiket masuk Rp 200.000
Analisis sensitivitas dapat memberikan gambaran berbagai resiko
pada berbagai pilihan kemungkinan yang akan terjadi. Berdasarkan
hal ini Mr.G membuat beberapa alternatif :
• Alternatif 1 : kondisi awal
• Alternatif 2 : Biaya tetap turun menjadi Rp 14.000.000, tetapi biaya
variabel ditambah 5% per tiket yang terjual
• Alternatif 3 : Tidak ada biaya tetap tetapi biaya variabel ditambah
dengan 20% dari tiket yang terjual
Perhitungan untuk alternatif 1 adalah sebagai berikut:
1. Biaya tetap = Rp 20.000.000
Biaya variabel per unit = 120.000
Harga jual per unit = 200.000
Margin kontribusi per unit = 80.000
Titik Impas : 20.000.000 = 250 unit
80.000
Laba/rugi untuk 200 tiket : 80.000x(200-250)=Rp 4.000.000 R
Laba/rugi untuk 300 tiket : 80.000x(300-250)=Rp 4.000.000
Pengaruh Perubahan Biaya Tetap, Variabel dan Harga Jual
terhadap BEP
• Biaya tetap: Jika biaya tetap berubah, maka titik impas akan mengalami perubahan
dengan arah yang sama dengan perubahan biaya tetap.

• Biaya variabel : Titik impas akan mengalami perubahan dalam arah yang sama dengan
perubahan dalam biaya variabel per unit. Hal ini terjadi karena biaya variabel per unit
naik/turun, maka marjin kontribusi per unit akan turun/naik, sehingga diperlukan jumlah
penjualan dalam unit yang lebih banyak untuk menutup biaya tetap.

• Harga Jual: Kalau harga jual per unit berubah maka titik impas akan berubah dengan
arah kebalikan dari perubahan harga. Jadi kalau suatu perusahaan menaikkan
(menurunkan) harga jual, maka akan dibutuhkan lebih sedikit (lebih banyak) unit yang
terjual untuk mencapai posisi impas.
Pemakaian Analisis CVP
• Digunakan oleh para manajer untuk pengambilan keputusan dan
perencanaan
• Menentukan volume penjualan yang diharapkan untuk memenuhi target
laba
• Mengetahui bagaimana pengaruh perubahan harga jual, biaya variable, dan
biaya tetap terhadap laba yang diharapkan
Target laba
π= MK – F
= (p-v)X-F
X = F +π
(p–v)
Contoh
Data :
Harga jual/unit Rp 5.000 (p)
Biaya variable/unit Rp 2.500 (v)
Jumlah biaya tetap Rp 180.000.000/tahun (F)
Investor menanamkan modalnya sebesar Rp 250.000.000
dan mengharapkan laba sebesar 20% /tahun dari investasinya
A. Berapa volume penjualan untuk memenuhi target tersebut ?
 = MK – F
= (p-v)X – F
X=F+
(p-v)
X = 180.000.000 + 50.000.000
(5.000 – 2.500)
= 230.000.000
2.500
= 92.000 unit
B. Bagaimana bila terjual 80.000 unit ?
 = MK – F
= (p-v) X – F
= {(5.000-2.500) 80.000} – 180.000.000
= 20.000.000
Dengan menggunakan titik impas
Q = Biaya tetap = 180.000.000
MK/unit 2.500
= 72.000 unit
 = (Q1 – Qo) x (p-v)
= (80.000 – 72.000) x (2.500)
= 20.000.000
MARGIN OF SAFETY
• Jumlah maksimum penurunan target pendapatan
penjualan boleh terjadi, agar penurunan tersebut
tidak mengakibatkan perusahaan menderita
kerugian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
manajemen memerlukan informasi margin of
safety dari anggaran laba projeksi tahun
anggaran yang akan datang.
Pemakaian Analisis CVP
Margin Of Safety
• Kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) di atas titik impas volume
penjualan.
• Margin of safety menjelaskan jumlah dimana penjualan dapat menurun sebelum
kerugian mulai terjadi
• Semakin tinggi margin of safety, semakin rendah resiko untuk tidak balik modal
• Rumus :
MS = volume penjualan yang diharapkan – volume titik impas
volume penjualan yang diharapkan
x 100
Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected Income
Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:

 Pendapatan Jumlah Rp. 500.000.000 100%

   
Biaya Variabel Rp. 300.000.000 60%
Laba kontribusi Rp. 200.000.000 40%
Biaya tetap Rp. 150.000.000 30%

Laba bersih Rp. 50.000.000 10%


Titik Impas
• Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan
Rp. 500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan informasi
berapa pendapatan minimum yang harus dicapai perusahaan untuk tahun
anggaran yang akan datang agar tidak rugi. Dari target tersebut diatas impas
dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp. 500.000.000 / 40 % ). Angka
tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan penjualan
(revenues) yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan
harus dapat menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.
• Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas,
perusahaan baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti
semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk
mendapatkan laba.
Margin of Safety
• Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan
informasi berapa jumlah maksimum penurunan target pendapatan
penjualan boleh terjadi, agar penurunan tersebut tidak mengakibatkan
perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran laba
projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1.
karena impas diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah maksimum
penurunan target pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan
perusahaan mengalami kerugian adalah Rp. 125.000.000 ( Rp.
500.000.000 – Rp. 375.000.000) atau 25%
(Rp.125.000.000/Rp.500.000.000).
Margin of Safety
• Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa
jumlah volume penjualan minimum agar perusahaan tidak
menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan dengan
angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau
pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi
berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan
penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak
menderita rugi.
• Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan
volume penjualan impas merupakan angka margin of safety.
• Contoh 3:
• PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran 20X1 adalah
sbb: Persediaan awal 100 kg, Rencana produksi 1.100 kg, rencana penjualan 1000,
persediaan akhir 200
• Harga per satuan adalah 172.000
Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1
Biaya variabel standar per kg produk :
Biaya bahan baku Rp. 10.000
Biaya tenaga kerja variabel 7.000
Biaya overhead variabel 8.000
Jumlah biaya produksi variabel Rp. 25.000
Biaya administrasi variabel 10.000
Biaya pemasaran variabel 8.000
Jumlah biaya variabel 43.000
• Biaya Tetap
• Biaya overhead pabrik tetap Rp.37.400.000
• Biaya pemasaran tetap 15.000.000
• Biaya administrasi & umum 25.000.000
Jumlah biaya tetap Rp 77.400.000

Dari informasi diatas diperoleh perhitungan :


Impas (Rp) = = Rp.103.200.000
Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn
20X1,minimum PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan
sebesar Rp.103.200.000 agar perusahaan tidak menderita kerugian
• Kuantitas produk minimum yang harus dijual agar perusahaan tidak
mengalami kerugian, maka
Impas (kg) =
= 600 kg
Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan
memperoleh laba sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya
tetap seluruhnya telah tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.
Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi
pada volume penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya
dalam tahun anggaran 20X1 untuk mendapatkan keuntungan misalnya
Rp. 90.000.000. Maka Perencanaan volume penjualan dihitung sbb
• Volume penjualan =
• Berdasarkan data dalam contoh 2 diatas , volume penjualan yang dapat
menghasilkan laba bersih Rp.90.000.000 dihitung sbb
• Volume penjualan (Q) =
• Volume penjualan (Rp) =
• Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan
sebanyak 1,297 kg atau dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba
bersih diperkirakan Rp. 90.000.000
• Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan
perusahaan memperoleh laba, semakin kecil margin of
safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan target
pendapatan penjualan.
• Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara
margin of safety dan pendapatan penjualan sebesar 25%,
berarti penurunan target pendapatan penjualan sedikit diatas
25% telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.
Degree of Operating Leverage (DOL)
• Degree Of Operating Leverage memberikan
ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan
terhadap laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Dengan parameter ini, manajemen akan
dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan
kegiatan yang menyebabkan pendapatan
penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Rumus DOL
• Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :

• DOL =

• Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan


perubahan pendapatan, dengan demikian setiap
perubahan pendapatan penjualan dapat diketahui dengan
cepat dampak perubahannya terhadap laba bersih
dengan menggunakan degree of operating leverage
Contoh DOL
• Pendapatan penjualan Rp. 172.000.000
• Biaya variabel 43.000.000
• Laba kontribusi Rp. 129.000.000
• Biaya tetap 77.400.000
• Laba bersih Rp. 51.600.000

• Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp.
172.000.000, DOL perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp.
129.000.000 / Rp. 51.600.000).
• Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen
pemasaran mengusulkan promosi produk dengan cara
tertentu, yang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan
volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat
manajemen dapat memperkirakan kenaikan laba bersih
sebesar 12,5% (2,5 X 5 %).

• DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi


disekitar keadaan impas. Misalnya PT.Eliona beroperasi pada
volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan laba rugi
dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:
• Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000
• Biaya variabel 27.090.000
• Laba kontribusi Rp. 81.270.000
• Biaya tetap 77,400.000
• Laba bersih Rp. 3.870.000

• Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada


tingkat penjualan Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan
mengalami penurunan sebesar 42 % (21 X 2%). Sebagai bukti dapat
dilihat laporan laba rugi berikut:
• Pendapatan penjualan Perubahan turun 2%
• Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000 Rp. 106.192.800 -2 %
• Biaya variabel 27.090.000 26.548.200
• Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Rp. 79.644.600
• Biaya tetap 77.400.000 77.400.000
• Laba bersih Rp. 3.870.000 Rp. 2.244.600 -42%
• Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp.
• 1.625.000 atau sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000)
Degree of Operating Leverage
• Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih
sebagai dampak terjadinya sekian persen perubahan
pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL dihitung
adalah 4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000)
• yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan
mengakibatkan 4% (4X1%) kenaikan laba bersih.
• Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan
penjualan sebesar 5% maka dalam tahun anggaran tersebut
laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan 20%
(4X5%).
Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )
• Ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup
usaha dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan
dengan biaya tunai (cash cost atau atau out of pocket cost atau biaya
keluar dari saku). Biaya tunai adalah biaya-biaya yang memerlukan
pembayaran segera dengan uang kas. Dalam pengambilan keputusan
untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar
dari saku (out –of pocket cost ) dengan biaya terbenam (sunk cost ),
yaitu pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang
manfatnya masih dinikmati sampai sekarang). Contoh biaya terbenam
adalah biaya depresiasi,amortasi dan deplesi
• Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak
dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat
penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan
mencari perpotongan antara garis pendapatan penjualan dengan garis
biaya tunai dalam grafik impas.
• Contoh
• Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut
terdiri dari biaya keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya
terbenam( sunk cost ) sebesar Rp. 12.900.000, maka dapat dibuat
taksiran laba tunai dan laba akuntansi (accounting profit , yaitu
pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya –biaya, baik terbenam
maupun biaya keluar dari saku. Titik penutupan usaha dapat pula
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
• Titik penutupan usaha =

• Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan


sbb: Titik penutupan usaha = Rp. 86.000.000

• Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb: Titik
penutupan usaha = = 500 kg

• Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus


dihentikan jika penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha
sebesar Rp. 86.000.000 atau 500 kg.
Titik penutupan usaha ( Shut Down Point
• Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika
pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya
tunainya. Dari contoh 1 diketahui bahwa biaya tetap perusahaan
tersebut sebesar Rp. 150.000.000, 100.000.000 merupakan biaya
tunai, maka anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar
Rp.250.000.000 (100.000.000/40%).
• Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000,
usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena
pendapatan penjualan dibawah jumlah tersebut akan mengakibatkan
perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
Pengaruh Pajak Penghasilan
• Rumus-rumus sebelumnya yang digunakan untuk mencari titik impas
adalah rumus yang belum memperhitungkan pajak penghasilan. Berikut ini
akan dilihat pengaruh pajak penghasilan terhadap titik impas. Rumus yang
telah dimodifikasi tersebut

• 
• Keterangan
• TFC = Total Fixed Cost/ Tota biiaya Tetap
• EAT = Earning After Tax/ Pendapatan setelah pajak
• %T = % pajak penghasilan (dalam bilangan desimal)
• S = Sales /Penjualan total (harga jual per unit)
• TVC = Total variabel cost ( bisa juga dipakai biaya Variabel per unit)
• Contoh
PT Raharja Makmur menghasilkan satu macam produk dengan
data
Harga jual per unit Rp 2.000,-
Biaya Variabel per unit Rp 1.200,-
Biaya tetap Rp 6.000.000,-
Tax sebesar 25%
Total produksi 1000 unit
Perusahaan mengiginkan laba sebesar Rp 300.000,-
Berapa besarnya penjualan yang harus dicapai perusahaan agar
mencapai titik

Anda mungkin juga menyukai