Analisis ini melibatkan saling berhubungan anatara : harga
jual, volume penjualan, biaya variabel, biaya tetap, dan komposisi produk yang dijual. Agar perencanaan laba dapat efektif, manajemen harus dapat memperkirakan dampak perubahan masing-masing faktor tersebut terhadap laba bersih, titik impas, dan ROI dari suatu perusahaan. Analisis biaya-volume-laba ini merupakan salah satu alat bagi manajemen yang digunakan untuk menyusun perencanaan laba. A. Analisis Titik Impas Adalah keadaan suatu perusahaan yang pendapatan penjualannya sama dengan jumlah total biaya, atau besarnya contribution margin sama dng total by tetap. Titik berat analisis titik impas diletakkan pada penaksiran tingkat penjualan minimum yang menghasilkan laba sama dengan nol. Sedangkan analisis biaya-volume-laba titik berat analisis sampai seberapa besar perubahan biaya, volume penjualan, harga jual per unit berdampak terhadap laba perusahaan. Ada empat pendekatan untuk menentukan titik impas : 1. Persamaan Matematis Total pengh. = Total biaya Total pengh. = Total by tetap + Total by variabel Total pengh. = Total FC + VC/unit x vol.penjualan sehingga persamaannya adalah : pX = a + Bx di mana : p: harga jual per unit X : volume penjualan a : total biaya tetap b : biaya variabel per unit Contoh : 1 CV SOKA Semarang menjual genteng soka dengan penjualan normal 500.000 buah tiap bulan, dengan harga Rp. 1.000,- per unit. Biaya variabel per unit Rp. 700,- dan total biaya tetap per bulan Rp. 30.000.000,-. Diminta : (dengan pendekatan : persamaan) a. Titik impas b. Berapa volume penjualan jika menginginkan laba Rp. 7.500.000,-. c. Berapa % laba absolut dari penjualan jika perusahaan menjual 500.000 unit. 2. Pendekatan Contribution Margin (CM) : Contribution Margin per unit Contribution margin (CM) adalah selisih antara harga jual dengan biaya variabel. Jika CM sama dengan total biaya tetap, maka perusahaan tidak laba atau rugi (impas). CM per unit = p – b Biaya tetap total Titik impas = --------------------- CM per unit Rumus di atas digunakan untuk menghitung titik impas dalam unit produk. Contoh 2 Dari contoh 1 dengan pertanyaan yang sama dengan pendekatan CM 3. Contribution Margin Ratio Merupakan perbandingan antara CM dengan total penjualan. Rasio ini menunjukkan persentase setiap satu rupiah penjualan yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan sisanya merupakan laba. CM per unit CM Rasio = --------------------- x 100 % Harga jual per unit
Biaya tetap total
Titik Impas = --------------------- CM rasio Contoh 3 Dari contoh 1 dengan pertanyaan sama dan dengan pendekatan CM rasio 4. Pendekatan Grafik Hubungan biaya – volume – laba dapat dianalisis dengan grafik dua sumbu. Sumbu vertikal menunjukkan variabel dependen (RP/uang), dan sumbu horisontal menunjukkan variabel independen (unit/produk). Manfaat Analisis Biaya – Volume – Laba : Hubungan antara biaya, volume, dan laba dipengaruhi oleh salah satu atau kombinasi dari faktor – faktor : 1. harga jual per unit 2. volume penjualan 3. biaya variabel per unit 4. total biaya tetap 5. Komposisi produk yang dijual Manajemen memungkinkan memperkirakan pengaruh kegiatan atau usaha yang akan dilakukan dan pengaruh kondisi pasar terhadap laba yang diinginkan. Dengan demikian manajemen dapat memilih salah satu dari berbagai usulan kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba di masa yang akan datang. Asumsi dalam Titik Impas. Analisis Impas didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu. Jika salah satu asumsi berubah, maka akan mempengaruhi posisi impas, dan selanjutnya akan mempengaruhi laba. Asumsi-asumsi yang mendasari adalah : 1. Harga jual per unit yang dianggarkan tetap konstan pada berbagai volume penjualan 2. Biaya dapat dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, yang mempunyai tingkat variabilitas terhadap produk yang dijual 3. Kapasitas yang dimiliki perusahaan tidak berubah 4. Tingkat efisiensi perusahaan tidak berubah 5. Teknologi yang digunakan perusahaan tidak berubah 6. Jumlah persediaan awal dan akhir tidak berarti 7. Jika menjual lebih dari satu macam produk, maka komposisinya tidak berubah. Dampak Perubahan Faktor-Faktor Titik Impas : 1. Perubahan harga jual per unit. 2. Perubahan biaya variabel per unit. 3. Perubahan biaya tetap total. 4. Perubahan harga jual, biaya variabel, dan biaya tetap secara bersama. 5. Perubahan komposisi produk yang dijual Contoh: 4 CV SOKA Semarang menjual genteng soka dengan penjualan normal 500.000 buah tiap bulan, dengan harga Rp. 1.000,- per unit. Biaya variabel per unit Rp. 700,- dan total biaya tetap per bulan Rp. 30.000.000,-.(Dari contoh 1) Diminta menghitung titik impas, jika : a. Harga jual per unit turun 10%, sedangkan yang lain tetap b. Biaya variabel per unit naik dngn Rp. 50 sedangkan yg lain tetap. c. Biaya tetap total naik menjadi Rp. 36.000.000,-. d. Harga jual naik menjadi Rp. 1.200,- per unit, biaya variabel per unit naik dengan Rp. 100,- dan biaya tetap total turun menjadi Rp. 28.000.000,- Contoh : 5 (Perubahan komposisi produk yang dijual) PT Sahabat pada bulan Maret 2014 menjual dua jenis produk dengan komposisi sebagai berikut : Produk A Produk B Volume penjualan 1.000 unit 2.000 unit Harga jual per unit Rp. 1.500,- Rp. 2.500,- Biaya variabel per unit Rp. 575,- Rp. 1.500,- Jika diketahui total biaya tetap sebesar Rp. 1.800.000,- per bulan. Diminta : a. Laba bersih dalam % dari penjualan b. Titik impas Mulai bulan April terjadi perubahan komposisi volume penjualan, produk A naik 20%, dan produk B turun 10 %, diminta : c.Laba bersih d.Titik impas.
Perencanaan Laba dan Pajak Penghasilan
Laba yang dimaksud adalah laba sebelum pajak / EBIT (earning bifore tax). Jika perusahaan menginginkan laba setelah pajak / EAT (earning after tax) dalam jumlah tertentu, maka EBIT dicari dengan menggunakan rumus : 1. Tarip pajak tunggal : EAT EBIT = ------------------ 1 – tarip pajak
Biaya tetap + EBIT
Penjualan yg diinginkan = -------------------------- CM per unit
2. Tarip pajak progresif
Misalnya : Penghasila / laba tarif pajak I. Rp 0 - Rp. 25.000.000 10% II. Sampai dengan Rp. 50.000.000 15% III. Di atas Rp. 50.000.000 25% EAT Untuk lapisan I EBIT = ------------- 0,90
EAT – Rp. 1.250.000
Untuk lapisan II EBIT = ----------------------------- 0,85
(15% - 10% ) x Rp.25.000.000 = Rp. 1.250.000
EAT – Rp. 6.250.000
Untuk lapisan III EBIT = ----------------------------- 0,75 (15% - 10% ) x Rp.25.000.000 = Rp. 1.250.000 (25% - 15%) x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000 Pengurang EAT Rp. 6.250.000
Contoh 6 (perencanaan laba).
PT Cahaya Semarang pada bulan Maret 2014 memiliki data sebagai berikut : Biaya variabel per unit Rp. 2.250,-, baya tetap total Rp. 300.000.000,-. Sedangkan harga jual produk per unit Rp. 5.250,-. Perusahaan tersebut menginginkan laba bersih setelah pajak (EAT) Rp. 73.750.000,-. Berapa unit volume penjualan, jika diketahui tarif pajak secara progresif : 10% dari laba sampai dengan Rp. 25.000.000,- 15% dari laba sampai dengan Rp. 50.000.000,- 25% dari laba sampai dengan Rp. 75.000.000,- 40% dari laba di atas Rp. 75.000.000,-
B. Batas Keamanan (Margen of Safety / MS)
Adalah selisih antara rencana penjualan dengan titik impas (dalam unit atau satuan uang). MS memberikan informasi mengenai seberapa jauh realisasi penjualan dapat turun dari rencana penjualannya, agar perusahaan tidak menderita kerugian. Penurunan realisasi penjualan dari rencana penjualan, maksimun sebesar MS, agar perusahaan tidak rugi. Rumus : MS = Rencana penjualan – Titik Impas MS % MS = ------------------------ x 100% Rencana penjualan
Contoh 7 (Margin of Safety / MS)
CV Arinda Semarang memiliki rencana penjualan pada bulan Maret 2013 sebesar 140.000 unit produk dengan harga Rp. 5.000,- per unit. Biaya variabel per unit Rp. 3.000,-, dan total biaya tetap Rp. 200.000.000,-. Diminta : a. Tentukan titik impas b. Berapa % margin of safety
C. Leverage Operasi (Operating Laverage)
Adalah suatu pengukur perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh perubahan volume penjualan. Rumus perhitungan Tingkat Leverage Operasi (TLO) : CM TLO = ------------- Laba Bersih TLO dipengaruhi oleh struktur biaya dari suatu perusahaan. Jika FC tinggi,VC per unit rendah TLO tinggi Jika FC rendah,VC per unit tinggi TLO rendah Karena tinggi rendahnya TLO searah dengan biaya tetap, maka Leverage Operasi juga didifinisikan sebagai alat pengukur biaya tetap. Jika TLO suatu perusahaan tinggi, maka laba sifatnya sangat peka atau sensitif terhadap perubahan penjualan. Contoh 8 ( Tingkat Leverage Operasi) Pada akhir tahun 2013 PT AA dan PT YY memiliki data sbb : PT. AA : Penjualan Rp. 100.000.000,-, total VC Rp. 40.000.000,- dan total FC Rp. 40.000.000,- PT. YY : Penjualan Rp. 100.000.000,-, total VC Rp. 60.000.000,-, dan total FC Rp. 20.000.000,-. Diminta : a. Menyusun R/L dari kedua perusahaan tersebut b.Menetapkan TLO dari kedua perusahaan tersebut Jika pada periode berikutnya (tahun 2014) penjualan dari kedua perusahaan tersebut naik 25%, Saudara diminta : c.Menyusun R/L dari kedua perusahaan tersebut d.Menetapkan TLO dari kedua perusahaan tersebut e.Perusahaan mana yang lebih menguntungkan untuk berinvestasi ?