3.1. Pengertian
Pengertian Break Event Point menurut beberapa pakar adalah
sebagai berikut:
Menurut Sigit (1993, p. 2)
“Break Even Point adalah suatu cara atau suatu teknik yang digunakan oleh
seorang petugas atau manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume
(jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan yang
bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba”
Menurut Schmidgall, Hayes, dan Ninemeier (2002)
“Break Even Point adalah suatu alat manajemen yang dapat membantu
manajer restoran untuk melihat hubungan antara bermacam-macam biaya,
pendapatan dan volume penjualan. Melalui analisa titik impas, manajer juga
dapat menentukan jumlah pendapatan yang diperlukan pada suatu tingkat
pencapaian laba yang diinginkan yang juga biasa disebut Analisis Biaya-
Volume-Laba”.
Menurut Mulyadi (1993, 230)
“Break Even Point adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan
minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum
memperoleh laba yang dengan kata lain labanya sama dengan nol”.
Menurut Matz, Usry, dan Hammer (1991, p. 202)
“Break Even Point adalah suatu analisa yang digunakan untuk menentukan
tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua biaya yang
terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi, yang mana analisa tersebut
dapat menunjukkan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba
ataupun menderita rugi”.
Menurut Rony (1990, p. 358)
“Break Even Point adalah sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada
titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan
tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian”.
Dari berbagai definisi tersebut maka dapat dirangkum bahwa Break-Even
Point atau sering disingkat dengan BEP adalah suatu titik atau keadaan
dimana pendapatan dan pengeluaran sama atau suatu kondisi dimana
penjualan perusahaan cukup untuk menutupi pengeluaran bisnisnya. Break-
even point yang biasanya dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Titik
Impas” ini biasanya membandingkan jumlah pendapatan atau jumlah unit
yang harus dijual untuk dapat menutupi biaya tetap dan biaya variabel terkait
dalam menghasilkan suatu penjualan. Dengan kata lain, Titik Impas atau
Break Even Point adalah titik dimana suatu bisnis tidak mengalami kerugian
dan juga tidak memperoleh keuntungan.
Analisisis Break Event Point: adalah suatu analisis untuk mengetahui
hubungan antara biaya, volume penjualan dan laba. Analisis Break-Even
Point (BEP) umumnya digunakan untuk menghitung kapan sebuah
usaha/bisnis atau proyek akan menguntungkan dengan cara menyamakan
total pendapatannya dengan total biaya. Dengan Analisis Break Even Point
Halaman III-1
(BEP) ini, Manajemen Perusahaan dapat mengetahui jumlah penjualan
minimum yang harus dipertahankan agar tidak mengalami kerugian dan juga
mengetahui jumlah penjualan yang diharuskan untuk memperoleh tingkat
keuntungan tertentu serta membantu manajemen dalam pengambilan
keputusan apakah akan melanjutkan atau memberhentikan bisnisnya.
Halaman III-2
3.2.3. Asumsi Break Even Point
Analisis break even point sangat penting bagi manajemen untuk
mengetahui hubungan antara biaya, volume dan laba, khususnya informasi
mengenai jumlah penjualan minimum dan besarnya penurunan realisasi
penjualan dari rencana penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian.
Analisis Break Even Point membutuhkan asumsi tertentu sebagai dasarnya.
Bila asumsi dasar salah satunya mengalami perubahan, maka akan
berpengaruh pada posisi titik impas, sehingga perubahan tersebut akan
berpengaruh juga terhadap laba perusahaan.
Terdapat beberapa asumsi dasar dalam analisis Break Even Point yaitu
“Horngren dkk, 2006:447”:
a) Satu-satunya faktor yang memengaruhi biaya adalah perubahan
volume.
b) Manajemen menggolongkan setiap biaya “atau komponen biaya
gabungan” baik sebagai biaya variabel maupun biaya tetap.
c) Beban dan pendapatan adalah linier diseluruh cakupan volume
relevannya.
d) Tingkat persediaan tidak akan berubah.
e) Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah penjualan
gabungan merupakan kombinasi produk yang membetuk total
penjualan.
Halaman III-3
3.3.1. Cara Menghitung Break Event Point
Untuk menghitung Break Event Point (BEP), terdapat dua pendekatan
yang dapat dipakai. Kedua pendekatan tersebut adalah
Pendekatan Matematik
Menghitung BEP dengan pendekatan Matematik menggunakan
formula sebagai berikut:
FC
BEP (Unit) = ====== Rumus I
P – VC
FC
BEP (Rp.) = ======= Rumus II
1 – VC/P
Keterangan:
BEP (Unit) : BEP dalam satuan unit
BEP (Rp.) : BEP dalam satuan rupiah
FC : Total Biaya Tetap
P : Harga Jual Per Unit
VC : Biaya Variabel Per Unit
Contoh 1:
PT ABC bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp. 3.000.000,- Biaya variabel
per unit Rp. 400,- Harga jual per unit Rp. 1.000,-. Kapasitas produksi
maksimum 10.000 unit. Hitunglah BEP:
Dalam unit.
Dalam rupiah.
Jawab:
3.000.000
BEP (Unit) = = 5.000 unit
1.000 – 400
3.000.000
BEP (Rp. ) =
1 – (400/1000)
3.000.000
BEP (Rp.) = = Rp. 5.000.000,-
0,60
Halaman III-4
Contoh 2:
Penjualan 8000 unit @ Rp 5000 Rp 40.000.000
HARGA POKOK PENJUALAN :
Biaya Tetap Biaya Variabel
Bahan Langsung - Rp 7.200.000
Tenaga Langsung - Rp 6.800.000
BOP Rp 2.500.000 Rp 4.000.000
Jumlah Rp 2.500.000 Rp 18.000.000 Rp 20.500.000
Biaya Usaha :
Biaya Penjualan Rp 2.400.000 Rp 3.600.000
Biaya Adm Rp 2.600.000 Rp 2.400.000
Jumlah Rp 5.000.000 Rp 6.000.000 Rp 11.000.000
Total Biaya Rp 7.500.000 Rp 24.000.000 Rp 31.500.000
LABA USAHA ………………………………………. Rp 8.500.000
7.500.000
BEP (Unit) = = 3.750 Unit
(5.000 – 3.0000)
FC
BEP (Rp.) = ======= Rumus II
1 – VC/P
7.500.000
BEP (Rp.) =
1 – (24.000.000/40.000.000)
Halaman III-5
3.3.2. Margin of Safety (M/S)
Margin of Safety: adalah suatu analisis untuk menentukan sejauhmana
penurunan penjualan dapat ditoleransi agar perusahaan tidak menderita
kerugian.
Budget Sales – BEP x 100%
M/S =
Budget Sale
Contoh:
PT ABC merencanakan penjualan sebanyak Rp. 8.000.000,- Break event
terjadi pada penjualan Rp. 5.000.000,-
10.000.000 – 5.000.000
M/S =
10.000.000
= 50%
Halaman III-6
Contoh:
PT ABC menginginkan profit margin 20%, berapa penjualannya?
3.000.000
Sales Minimum=
1 – ((400/1000) + 20%)
Atau
3.000.000
Sales Minimum = = Rp. 7.500.000
1 – 0,6
= Rp. 7.500.000,-
Halaman III-7