Anda di halaman 1dari 4

Selamat Tinggal Sahabatku

Pengarang : Maman syahman


Pagi telah menampakkan sinarnya, menerangi ketiga sahabat yang sedang berkumpul di
sebuah rumah kayu yang melayang. Angin semilir berhembus dengan lembut. Menerpa
dedaunan pohon berukuran besar dan menari mengikuti arah angin. Mereka selalu berkumpul
dan bermain bersama di dalam rumah tersebut, bercanda, riang dan gembira. Menikmati
keindahan bunga bunga yang berbaris dengan sangat rapinya dari atas pohon.
Ketiga sahabat itu bernama, "Karin, gloria, dan viora." Sinar matahari mulai merambat di
jendela rumah pohon yang mereka tempati dan mewarnai dinding dinding kayu dengan warna
emasnya yang berkilau. Rumah yang dibangun diatas pohon yang tetap berdiri dengan
kokohnya itu, mereka namakan dengan sebutan, "Rumah pohon persahabatan." Karin adalah
sosok perempuan yang sangat bersemangat dalam hal pelajaran fisika, dia juga sangat suka
bercanda dan ceria ketika ke dua sahabatnya itu sedih. Namun, sifat manja nya itu menjadi
kelemahan yang belum bisa dia kuasai.
Gloria perempuan dengan sifat nya yang cerewet, dia suka bediam diri dan sangat suka
mendegar musik dengan handphone yang selalu ia bawa, walau begitu dia sangat pintar
dalam pelajaran sejarah, dan ingin menjadi ahli sejarah, juga handal dalam bernyanyi.
Dan yang tertakhir adalah, viora dia adalah perempuan berambut panjang yang sangat baik,
suka menolong dan menasihati sahabatnya. Dia juga sangat pintar dalam pelajaran biologi
dan metematika tak heran dia selalu mendapat peringkat pertama di Smp nya, nilai raport nya
pun tidak pernah rendah hingga menjadi murid favorit di kelas.
Pagi itu, karin sedang bangun dengan wajah yang sangat lemas. Matanya yang masih
berkunang kunang membuatnya enggan berdiri, namun mau tidak mau dia harus terbangun
karena jam telah menunjukkan pukul 07.00, selain itu, ini juga adalah hari pertamanya
memasuki ruang kelas delapan, dia pun berusaha bangun untuk mempersiapkan diri menuju
sekolah.
"Driing... Dringg." Lonceng sekolah berbunyi dengan suara yang berisik.Membuat gloria
yang sibuk mendengar lagu menjadi terganggu, suara lonceng itu bergema dengan keras
hingga masuk ketelingannya.

Sedangkan, viora dengan senyuman khas nya yang begitu manis mulai mengambil
buku buku nya di tas biru tua untuk memulai pelajaran. tapi, hal tidak enak dia rasakan tak
tahu kenapa di sakit kepala. Tapi dia berusaha menahannya.Lalu saat sakit kepalanya
perlahan baik. Entah kenapa viora terus menengok kiri dan kanan berusaha mencari sesuatu.
Gloria mengernyit, lalu memanggil viora yang duduk tepat berada di depannya."Viora,
kamu kenapa?" Viora berbalik, dan gloria menunggu jawaban viora kepadanya."Apa kau
melihat karin? Dari tadi aku tidak melihatnya."
Gloria menggeleng. Tiba tiba saja, guru dengan rambut panjang berwarna hitam berkilau
datang dengan elegan seperti ratu inggris yang sedang berjalan di atas karpet merah untuk
menghadiri pertemuan penting.
"Selamat pagi anak-anak!" Ujar ibu nirna dengan suara lantang. Ibu Nirna berbalik ke
arah meja dan tampak mencari cari sesuatu di tumpukan kertas yang di biarkan
berantakan.Tiba tiba saja, pintu kelas terbuka secara perlahan hampir tidak menimbulkan
suara, bayangan manusia mulai terlihat.
Dan saat di lihat, ternyata itu adalah karin. Karin yang kaget melihat guru, berjalan
perlahan agar hentakan sepatunya yang besar tidak menimbulkan suara. Viora tak kuasa
menahan tawa, saat ekspresi karin yang begitu lucu di perlihatkan di depan kelas.
Viora dan gloria melihatnya berlari di antara barisan bangku coklat yang telah di tata dengan
sangat rapi hingga karin dapat duduk di samping viora dengan lega. Karin menghela napas."
Huh, hampir saja." Sambil terengah engah.
Guru nirna akhirnya, menemukan spidol nya yang bersembunyi. Dan kembali menatap
murid murid nya yang tampak tidak sabar ingin belajar. Semua murid perlahan membuka
lembaran kertas putih di buku nya yang baru. Dan mencatat sederetan huruf hingga menjadi
sebuah kalimat.
Barisan tulisan gloria yang rapi membuat guru nirna yang berjalan melihat kegiatan
muridnya sangat suka dengan tulisan gloria.
Gloria terus menulis, tulisannya bagai tulisan ketikan komputer, sederetan angka pun di
tulisnya dengan sangat rapi dan sangat hati hati.
Saat itu, mereka berkumpul di kantin untuk makan siang, mereka membawa bekal
masing masing dan tentunya selalu tersedia nasi. Mereka membicarakan seputar pr yang akan
mereka kerjakan di rumah pohon persahabatan nanti saat pulang sekolah.
Keramaian di dalam kantin membuat karin merasa terganggu apalagi suara bising yang
di keluarkan anak anak nakal yang berteriak seenaknya di kantin. Sedangkan, viora sibuk
memakan daging yang di potong kecil kecil dan terlihat sangat enak. mereka saling berbagi,
mulai dari daging, sayur, dan ikan dengan taburan saus yang dimiliki gloria. Namun, viora
langsung memegang dadanya, dia memperlihatkan raut wajah yang bergitu kesakitan. Dia
seolah ingin menjerit, detak jantungnya seperti melemah dan sangat lambat. Bingung dengan
hal itu, karin pun bertanya dengan muka keheranan dan sedikit khawatir. "Viora, viora ada
apa?" Tanya nya.Gloria bertatapan dengan karin, seolah ingin bertanya. "Kenapa dia?" Viora
mengangkat tangannya lalu mengacungkan jempol tanda tidak apa apa. Mereka pun
melanjutkan makan dengan lahapnya tapi, tidak untuk viora.
Hingga pada waktunya pelajaran telah berakhir. Mereka pun memutuskan untuk pergi
kerumah karin tempat dimana rumah pohon persahabatan itu di buat atau lebih tepatnya
halaman belakang rumahnya. Rumbut rumput yang berwarna hijau dan bunga bunga yang
bermekaran di pandang viora dengan rasa takjub. Melihat betapa indahnya bunga buga itu
membuka kelopaknya secara perlahan dan memamerkan keindahan putik dan benang sari
yang mereka miliki, belum lagi, warna mereka yang bervariasi. Yah... Wajar kalau banyak
bunga di halaman rumah karin itu di sebabkan karena ibu karin yang suka dengan bunga
bahkan ibunya dapat menghafal lebih dari 100 nama bunga yang langka. "Viora, ayo naik!"
Tegur karin sambil memegang tangga yang terbuat dari papan papan kecil dan sebuah tali

tebal yang kuat lalu dirangkai hingga terciptalah sebuah tangga sederhana tapi, bermanfaat.
Saat berada di atas mereka pun mengeluarkan buku fisika dan mengerjakan nya bersama
sama. Viora langsung mengeluarkan, sebuah keripik kentang yang bertugas untuk membuat
tenggorokannya tidak kering dan membagi kepada sahabatnya. Tapi tiba tiba saja, sebuah
darah menetes perlahan menyentuh tangannya. "Astaga, viora hidung mu!" Ujar gloria.Viora
terbelalak melihat darah di tangannya, dia lantas mengambil tisyu yang sudah disediakan di
rumah pohon.
"Apa kau tidak apa apa?" Tanya gloria sekali lagi. "Haha.. Tidak apa apa. Lagipula
semua orang bisa mengalami hal ini kan?" Katanya dengan raut wajah yang masih ceria
seolah tidak terjadi apa apa."Kau yakin?" Tanya karin. Viora menatap kedua sahabat nya lalu
mengagguk pasti.
"Pppiiipp..." Suara klakson terdengar bising. "Itu mungkin ayahku. Kurasa kita bisa
melanjutkan nya besok. Dahh.." Ucap viora yang merampas tasnya dengan cepat dan turun
dengan hati hati. Saat, menaiki mobil. Ayah viora terkejut melihat anak nya.
"Ya, ampun sayang. Kamu mimisan?"
"A-apa," viora mengelus hidungnya. "Kita harus kerumah sakit, segera!" Perintah ayah
nya tegas. Sedangkan viora menunduk dan tidak berkata apa-apa. Di perjalanan viora tak
henti henti nya mengeluarkan darah lewat hidungnya, dia berusaha menghentikan darahnya
dengan tisyu, tapi tiba tiba saja kedua hidung mengeluarkan darah terus menerus tanpa henti,
sehingga membuat viora kesulitan bernafas hingga kehilangan kesadaran.
Ayah viora pucat pasih, tangannya gemetar dan menggas mobilnya dengan cepat. Ayah nya
menangis dengan deras. Dia melihat anak nya pingsan di kursi mobil. Hingga viora tidak
dapat merasakan apapun, dia hanya dapat mendengar detak jantung nya yang perlahan
melemah. Hujan jatuh dari langit biru da membasahi rumah pohon. Entah kenapa perasaan
gloria sangat tidak enak begitu pun dengan karin yang sangat cemas dengan viora.
Hujan semakin deras, karin melamun di depan jendela kamarnya, malihat banyak nya air
yang turun dan membasahi bunga serta rumput ibunya.
Pagi telah tiba, gloria dan karin sedang menunggu viora untuk datang sekolah namun,
sampai lonceng istirahat pun dia belum kunjung datang. Hingga mereka berdua memutuskan
untuk datang ke rumah viora."Apa viora baik baik saja?" Tanya gloria. "Aku juga tidak tahu,
tapi kita akan tahu saat kita sudah sampai." Rumah yang berdiri menjulang tinggi dengan
warna krem dan pintu berwarna putih terang sedang dilihat gloria sambil mendongak.
Karin perlahan membuka pagar berwarna hitam mengkilap dan masuk ke halaman rumahnya
yang sangat luas."Tok...tok...tok."
Pintu putih tersebut perlahan bergeser dan terlihat sebuah wanita dengan memakai
sebuah celemek putih yang kotor. "Ada apa?" Tanya nya."Ehm... Kami ingin mencari viora,
apa tante tahu?" Tanya karin dengan sopan.
"Oh, nyonya sedang berada di rumah sakit." Gloria yang mendengarnya terkejut,
mendengar kalau viora ada dirumah sakit. "Aku tahu di mana rumah sakitnya, hanya ada satu
rumah sakit yang dekat di sekotar sini." Ujar karin dengan rasa yakin.
"Apa tante tahu dia di bangsal berapa?" Tanya gloria sekali lagi."Dia sekarang berada di
ruang ICU!"
"ICU." Ulangnya."Oh, kalian tidak tahu. Nyonya viora pernah mengalami penyakit
jantung selama kurang lebih 2 bulan." Kata wanita itu. Mata gloria samakin berkaca kaca
mendengarnya.Tanpa pikir panjang gloria mengajak karin untuk pergi ke rumah sakit menaiki
mobil milik ayahnya, tentu saja karin mengangguk mantap. Mereka berlari di sepanjang
trotor jalan menuju rumah gloria dan cepat cepat pergi ke rumah sakit. Perasaan perasaan
yang karin dan gloria alami mulai sangat tidak enak, bahkan mata mereka ikut prihatin
dengan perasaan mereka sehingga menurunkan tetesan air mata yang mengalir dan
membasahi pipi mereka.

Mobil mendadak berhenti. Saat ayah gloria berteriak."Kita sudah sampai." Lamunan tentang
hal hal yang pasti mereka pikirkan tiba tiba terbongkar saat ayah nya berteriak, mereka
berlari secepat mungkin menuju ruang icu tanpa menghiraukan orang orang yang melihat
mereka.
Gloria dan karin berpegangan tangan dengan sangat kuat. Saat mereka sudah melihat
ayah dan ibu viora sedang menunggu di depan ruang icu. "Gloria! Karin! Apa yang kalian
lakukan?" "Om, tante apakah viora baik baik saja?"
Mereka menunduk tak kuasa melihat viora terbaring lemah dengan banyak selang selang
yang menancap di seluruh tubuhnya mulai dari dada, dan tangan. Serta tabung, dan alat bantu
pernapasan semua di kerahkan demi menyelamatkan nyawa sahabat nya. Tiba tiba, dokter
membuka pintu dengan raut wajah yang membuat ayah dan ibunya menangis. Satu kalimat
terdengar lembut namun menusuk hati."Saya, sudah mencoba semaksimal
mungkin!""VIORAA!!"
Gloria menyambar dokter begitu juga dengan kedua orang tuannya, mereka mendapati
viora terbaring dengan begitu lemahnya. "Ayo, ayo bertahan. Jangan tinggalkan kami viora.
Ayo bangunn!"Jantung viora semakin melemah. Karin dan gloria bersama sama memegeang
tangan viora yang sangat dingin dan pucat seperti mayat. Mereka terkaget saat melihat viora
menggerakkan jarinya. "Kumohon, jangan pergi sahabat ku! Kumohon."Dengungan
komputer yang berfungsi merekam detak jantung, tiba tiba saja menunjukkan garis yang
lancip dengan ukuran yang sangat kecil
.
Dengungan itu membuat semua menjadi hening dan hampa.Viora berusaha mengatakan
sesuatu, hal yang begitu pedis dan sangat tertusuk. Sambil tersenyum dia berkata.
"SELAMAT TINGAL SAHABATKU!"

Anda mungkin juga menyukai