Anda di halaman 1dari 7

Mesin Waktu Ajaib

Di sudut kota besar bernama Heland, hiduplah keluarga terkemuka yaitu Keluarga
Niaksa. Usaha mereka sangat maju hampir seluruh kota tersebut. Singgah Alex Niaksa adalah
pemilik hotel dan restoran yang mendunia bisnisnya berkembang pesat hingga memiliki
cabang di mana-mana.

Setelah hotel dan resto itu memiliki cabang di mana-mana Singgah Alex Niaksa
kewalahan untuk mengurus perusahaan itu, sampai perusahaan itu diturunkan kepada salah
satu cucunya dari tiga bersaudara yang bernama Alexander Niaksa. Alexander Niaksa adalah
cucu tertua dari 2 saudara-saudaranya yang lain. Saudara kedua dari Alexander adalah
Rayesa Niaksa dan saudara akhir dari Alexander adalah Violin Niaksa.

“ Kaak...”teriak Violin saat melihat lalu menoleh ke Rayesa baru saja ingin sarapan,
tidak ada siapa-siapa selain dia dan Kak Rayesa. Rayesa pun datang “Kenapa kok teriak-
teriak sih” tanya Rayesa dengan wajah terkejut. Violin berkata “Kak Alexander mana? Kok
gak ada ya?”tanya Violin dengan wajah gelisah. “Oh...udah berangkat kali “Jawab Rayesa
dengan santai. Violin bingung mau naik apa dia ke sekolah? Pikirnya. “Ya udah kak anterin
aku dong! Udah mau telat nih” pinta Violin dengan buru-buru. Rayesa pun menjawaab “Ya
udah kakak keluarin mobil dulu”.

Tiba di sekolah SMA Internasional ternyata Violin sudah ditunggu oleh temannya yang
bernama Fara Alaska. Dia adalah teman dari kecil. Pada jam istirahat, Violin tiba-tiba
membahas tentang mesin waktu yang dijual di toko antik yang berada di kota tetangga yaitu
Kota Gaxy. Arah menuju kota itu harus menaiki kereta bawah tanah. Di tengah berbincang-
bincang Fara berkata “Mesin waktu? Apa itu?” tanya Fara. Violin menjawab “ Mesin waktu
itu mesin yang bisa membawa kita ke masa depan atau masa lalu, kamu mau kan ikut
denganku membeli mesin itu? Kita patungan!..nah jika beberapa bulan nanti uangnya sudah
terkumpul, kita beli sama-sama dan naik kereta bawah tanah “jelas Violin. Lalu Fara bertanya
“Lah terus uang buat beli tiket kereta bawah tanah gimana dong ?“. Violin menjawab “ Nah
makanya kita patungan terus patungannya sehari berapa?” lanjut Fara lagi. Violin berpikir
sejenak “mmm...mungkin sehari lima puluh ribu akan cukup dalam 2 bulan, “kata
Violin.”Weis itu sih banyak banget untuk jajan sepauasnya, “sahut Fara. Violin menjawab
“Enak aja yaa, jangan dong mesin waktu itu mahal tau, apalagi barangnya udah antik dan
langka pasti lebih mahal lagi , “ jelas Violin.

Kriiiiiiing.......!!! bel pulang sekolah sudah berbunyi. Violin menunggu kakaknya di


gerbang. Setelah menunggu beberapa lama kakaknya tidak muncul juga sedangkan langit
mendung pertanda hujan akan segera turun. Fara kasihan melihat sobatnya Violin belum juga
dijemput kakaknya. Lalu Fara menawarkan tumpangan pulang pada Violin.”

Sesampainya di rumah, Violin berkata,”Mampir sini sebentar yuk, lagian mama sama
papamu lagi ada kerjaan di luar kota kan!” ajak Violin kepada Fara yang sedang duduk di
sepeda motor Ninjanya yang masih menyala itu. “Oke deh, tunggu ya aku mau parkir sepeda
motorku dulu,”jawab Fara.”Oke, jawab Violin. Setelah memarkir sepeda, Fara pun masuk ke
dalam rumah Violin. Fara bertanya,”Mama dan Papa mu kemana lin?”. Violin pun menjawab
”Mamaku lagi memantau renovasi butik kesayangannya sama temannya, kalau papaku lagi
ke hrumah kakaknya, jelas Violin. “OO...”jawab Fara singkat. Violin menyuruh Fara duduk
dan menawarkan minum. Violin berkata,”Mau minum apa?”. Fara menjawab, “Apa saja
boleh...eh aku boleh nonton TV gak?”.Violin tersenyum dan berkata, “Tentu anggap saja
rumah sendiri, santai saja “. Fara pun menyalakan TV dan mencari-cari saluran kesukaannya
apalagi kalau bukan bola. Setelah menemukan saluran yang dia suka, Violin telah kembali
dengan membawa 2 gelas jus jeruk untuk dia dan Fara. Teringat dengan kesepakatan yang
mereka buat, Violin membuka suara,”Oh iya...gimana kalau patungannya kita mulai hari ini
aja? mau nggak?”. Fara menjawab, “Boleh juga...tapi tunggu aku kan nggak bawa uang hari
ini, hanya cukup untuk membeli bensin nanti...gimana dong?”. Violin berkata, “Ya udah kita
tunda besok saja”. “Oke,”sahut Fara.”Eh berhubung ini hampir sore aku pamit dulu ya...,”ujar
Fara. “Oke..hati-hati, aku antar sampai depan,”tawar Violin.

Setelah kepulangan Fara, Orang tua Violin pun tiba begitu pula saudara-
saudaranya.”Habis ada tamu dik?” tanya kakak Violin.”Ya...Fara temanku itu lo, dia
mengantar aku pulang sebab kakak tidak menjemput Violin,”jawab Fara.”Nah iya...kakak
lupa dik, kebetulan tadi ada meeting dadakan, jadi lupa tidak mengabari kamu..maaf ya,” ujar
Alexander.”Iya tidak apa-apa kok kak...santai aja,”ucap Violin sambil membereskan bekas
minuman tadi. Sementara itu, orang tua Violin sibuk di dapur mengurus keperluan makan
malam. Violin sedang mencuci gelas dan berjalan menuju kamarnya. Ia mengatakan pada
keluarganya bahwa tadi sudah makan duluan sebelum semua tiba.

Violin merebahkan tubuhnya di kasur.”Lelah sekali “, pikirnya. Violin memejamkan


mata, suara dentingan sendok yang beradu dengan piring masih terdengar jelas di telinganya.
Lama kelamaan ia mulai terpejam dan tertidur lelap. Di bawah alam sadarnya Violin
menemukan dirinya berdiri tegak di depan Toko Galaxy. Violin terkejut, ia mematung lama
sekali tersadar dari lamunannya.Violin menoleh ke kanan dan ke kiri, sepi sekali ia
mendekati toko dan tergerak untuk memutar gagang pintu. Belum sampai pintu terbuka
Violin mendengar deringan HP nya yang berbunyi. Ia terbangun dan kaget segera mematikan
HP nya yang berdering. Violin pun berbaring kembali ke kasurnya sambil berpikir. Ia pun
akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia di depan pintu toko Galaxy mencoba memutar gagang
pintu dan masuk. Violin terkejut karena tiada satu orang pun di sana. Violin hanya berdiri dan
mematung lama di sana lalu ia pun tersadar dan terkejut. Violin pun mulai melangkahkan
kakinya ke arah mesin waktu itu, tetapi langkahnya terhenti. Ia merasa ada yang
mengikutinya dari belakang dan saat Violin berbalik badan, ia melihat seorang nenek yang
berpakaian sangat aneh sambil membawa kalung yang berbentuk jam kecil. Violin hanya
berdiri tegak di depannya, langkah-langkah nenek itu tepat di depan Violin. Nenek itu berkata
pada Violin,”pakailah ini!!”. Violin hanya terdiam, ia mengambil kalung itu dan ia
memakainya dan setelah memakai kalung itu ia menghadap ke depan tapi nenek itu sudah
tidak ada dan tiba-tiba ada bunyi jam weker “Kriiiiiiing!!”. Violin terbangun dan terkejut, ia
terperanjat “hah!....mimpi apa aku tadi?”.Violin berpikir dan melihat jam lalu pergi ke kamar
mandi.

“Violin....cepat kalau mandi , ayo makan dulu udah mau telat ini!”,panggil Mama
Violin. “Iya Maa...”, jawab Violin. Violin pun turun untuk makan.”Mah masak apa?”, tanya
Violin.”Masak spagheti kesukaanmu”, jawab Mama Violin. “Oooo”, jawab Violin singkat.
Saat Violin makan, mama berkata padanya “udah ditunggu Fara tuh! Kalau makan cepat
keburu telat”. Tiba-tiba Violin tersedak saat makan “huk..huk!...kesambet apa dia?”, pikir
Violin. Setelah selesai makan Violin pamit untuk pergi ke sekolah bersama Fara. Violin
bertanya pada Fara, “kesambet apa lu kok tiba-tiba jemput aku?”. “Ya gak papa emang gak
boleh ya udah aku berangkat sendiri aja kalau kamu gak mau!”, jawab Fara dengan panjang
lebar. “Ooo...ya dah deh daripada berangkat sendiri, jauh-jauh gak ada hasil”, jawab Violin.
Saat tiba di sekolah, bel sudah mau berbunyi. Untung saja Fara dan Violin sudah sampai di
kelas, kalau terlembat mereka akan dihukum.

“Kriiiiiing........!! “ bel istirahat seperti biasa Fara dan Violin pergi ke kantin. Saat di
kantin Fara bertanya, “kalung baru ya lin”. “Kalung apa?”, tanya balik Violin pada Fara. Fara
pun menjawab, “kalung yang ada di lehermu bagus loh berbentuk jam kecil, beli dimana?”.
Violin pun menjawab, “kamu pasti gak percaya sama mimpi aku, aku itu mimpi masuk ke
dimensi lain tapi disana gak ada apa-apa hanya ada toko”. “Toko apa?”, sahut Fara. “Toko
Galaxy seperti toko barang antik dan didalamnya hanya ada mesin waktu, tidak ada siapa-
siapa di dalam toko”, kata Violin. “Ketika aku berjalan ada yang mengikutiku dari belakang
dan saat aku balik badan...booom”,jelas Violin sambil mengejutkan Fara. Fara
berkata,”Yeeh! Untung jantungku gak copot,terus saat balik badan gimana?”.”Ada seorang
nenek memakai baju aneh banget sambil bawa kalung ini”, jelas Violin.”Ooo!”, jawab Fara
singkat. “Kamu mau pesan apa?”, tanya Fara. “Aku mau jus jeruk aja deh sama bakso”,
jawab Violin. “Eh kalau patungannya sekarang aja gimana?”, tanya Violin.”Ya dah ini 50
ribu kan?”, jawab Fara.”Iya”, kata Violin singkat. “Mak Ton!”,panggil Fara.”Iya nak pesan
apa?”, tanya Mak Ton. Fara pun menjawab, “jus jeruk 2 sama bakso 1 mak”. “Iya nak”,
jawab Mak Ton.

Setelah selesai makan tiba-tiba bel pun berbunyi, “ting...tung!!....”. Fara pun membayar
makan dan minum yang mereka pesan. Setelah itu mereka masuk ke kelas dan pelajaran pun
dimulai. Setelah beberapa jam pelajaran akhirnya bel pulang pun berbunyi. “Akhirnya pulang
juga”, kata Violin . “Iya”, sahut Fara. Bu Mita memberi tahu pada anak-anak ada ujian
sekolah saat ini.”What ulangan!!”,teriak Violin. Semua murid langsung melihat ke arah
Violin. Violin pun membungkam mulutnya.”Malunya”,pikir Violin.” Hanya ulangan mata
pelajaran saya saja”, kata guru menjelaskan.

Violin tak bisa fokus, segala suara seakan hilang dari pendengarannya. Dia tidak bisa
berpikir dan menggeram Aarrggh..”mengapa mimpi itu masih menggangguku”. Tiba-tiba
terdengar satu suara teriakan, “waktu tinggal 15 menit anak-anak”. Seketika riuh redam suara
pensil menggores buku terdengar tergesa-gesa. Violin mengejarkan tugasnya dengan tergesa-
gesa dan sebisanya.”Baiklah, aku akan segera menyelesaikan segala kebingungan ini”,pikir
Violin.

Di luar gerbang sekolah Fara terlihat duduk diam di atas sepeda motornya. Violin
melewatinya begitu saja. “Heeh, kenapa itu muka?ketabrak mobil baru tau rasa lu!”,kata
Fara.”Apaan sih!”, jawab Violin sewot. “Kenapa sih lu ngelamun aja dari tadi?”, tanya Fara.
Fara agak jengkel dibuatnya. “Aku ga tau ra..kenapa perasaanku gak enak ya”,Violin
menjelaskan dengan wajah sedih.”Bareng aku yuk pulangnya”, Fara menawarkan tumpangan.
“Gak deh, kakakku yang jemput”, tolak Violin.”Ok kalau gitu aku duluan ya”, jawab Fara.
Fara pun melesat pergi.
Violin akhirnya dijemput kak Alexa. Udara sedang panas-panasnya, matahari berada
tepat di atas kepala. Suasana di dalam mobil begitu pengap dan gerah. Saat itu kak Alexa
berdehem,”lin mama masuk rumah sakit tadi, tiba-tiba drop dan pingsan. Keadaan
perusahaan keluarga kita saat sedang tidak baik karena ada kasus besar yang menyebabkan
kebangkrutan”, jelas kak Alexa. Mendengar hal itu Violin kaget kemudian diam, hatinya
begitu dingin penuh kekhawatiran. “Bagaimana keadaan mama sekarang kak?”,tanya Violin
pada kakaknya. Mata Violin berkaca-kaca, kakaknya menoleh pada ke samping melihat raut
muka adiknya yang berubah sedikit pucat.”Tenang lin, mama sudah melewati masa kritisnya,
sekarang sudah baik-baik saja. “Kita mohon yang terbaik untuk mama ya”, hibur Alexander.
Violin menunduk diam, sejenak pandangannya menerawang jauh. Alexa tahu hati adiknya
masih belum sepenuhnya tenang, tapi mau bagaimana lagi, dia juga tidak bisa melawan
takdir.”Kakak sudah minta dokter yang terbaik untuk menangani mama, kakak berharap
kamu bisa sabar”,hibur kak Alex. “Aku ingin menjenguk mama kak”,pinta Violin lirih.
“Baiklah, tapi pulang dulu ya, ganti baju dan bersiap-siap”, terang kakaknya. “Iya kak”,
jawab Violin lemah.

“Mama.....”,sesenggukan Violin menyebut lirih mamanya. Tangannya mengenggam


jari ibunya erat-erat. Ia tak kuasa menahan air mata, ibunya adalah segalanya bagi Violin.
Sebisa mungkin ia harus melakukan sesuatu hal yang berarti. Ia tak mau kehilangan ibunya
karena ia hanya punyai ibu. Ayah kandungnya telah lama pergi meninggal, sejak ia berumur
3 tahun. Tidak banyak kenangan yang ia bisa ingat saat itu. Dan kini ibunya terbaring di
rumah sakit. Apa yang terjadi?...ia merasa sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan
darinya. “Kak, bolehkah Violin bertanya sesuatu?”, tanya Violin lirih. “Ada apa lin?”, jawab
Alex. “Aku ingin tahu sesuatu”, Violin meminta dengan muka memohon.”Jangan disini, mari
kita ke taman saja”,ajak Alex pada Violin. “Rayesa tolong jaga mama untuk kita ya”, pinya
Alexa. “Iya kak pasti”, jawab Yesa.

“Apa?!!Kok bisa?”, mata Violin membelalak kaget. “Dengar lin, jujur kakak juga
belum tahu siapa pelakunya, kakak masih menggali informasi yang akurat. Kita tidak bisa
menuduh siapa pun tanpa ada bukti nyata yang kuat”, jelas Alexa panjang lebar. Violin
berpikir keras bisakah dia membantu. Ia tidak ingin perusahaan turun temurun ini akan
hancur sia-sia. Walaupun sekarang terlihat menurun kualitasnya, setidaknya harus bisa
bertahan dulu.Tekadnya sudah bulat.

“Kak, Violin minta izin. Entah bagaiman akan membantu menemukan siapa
sebenarmya sang koruptor itu sehingga perusahaan ini bisa bangkrut seperti ini”, kata Violin
pada kak Alexa. Alexa mengernyitkan dahi. “Tidak Violin, biarlah ini sudah menjadi
tanggung jawab kakak apalagi nanti mengganggu waktu belajarmu”, sanggah Alexa.
“Keputusan Violin sudah final kak, jangan mengkhawatirkan aku. Aku pasti belajar mengatur
waktu sebaik mungkin”,jawab Violin tegas. “Huufh....baiklah, semoga ini menjadi jalan yang
terbaik. Jika butuh apapun bilang saja ,kakak akan berusaha membantu “, kata Alexa pasrah.
“Kakak memang yang terbaik”, kata Violin sambil tersenyum.

Hari minggu ini Violin tidak keluar rumah seperti teman-temannya. Ada temannya
yang jalan-jalan, nonton atau sekedar bersepeda di sekitar taman kota. Semua itu memang
kebiasaannya. Tapi kali ini berbeda. Ia menghabiskan waktunya untuk menemani ibunya di
rumah sakit. Ia berharap ibunya segera pulih seperti sedia kala agar bisa menemaninya jalan-
jalan, membeli baju baru, memasak bersama dan melakukan hal-hal yang menyenangkan
lainnya bersama-sama.

Ibunya sedang tidur sekarang, Violin keluar kamar. Sementara itu ibunya dijaga oleh
Kak Yesa. Selama berjalan menuju taman rumah sakit tak henti-hentinya Violin memutar
otak. Apa yang harus ia lakukan. Ia lelah dan menyendiri di kursi taman, memandangi
rumput pohon dan bunga-bunga segar yang indah. Termenung, ia sepatutnya bersyukur juga
memiliki 2 kakak yang baik dan ibu yang penyayang. Lama merenung tanpa sadar tangannya
menyentuh jam kecil yang tergantung dikalungnya. Bagian samping jam itu terdapat tombol
kecil, ia menekan dengan jarinya dan tiba-tiba....wuuusshh..seakan ada angin sepoi-sepoi
yang menerpa wajah dan tubuhnya.

“Kak Ayess...brukk!!”, jerit Violin. “Aduuuh....!”, rintih Violin sambil memegangi


lututnya yang sakit. “Makanya kalau jalan tuh lihat-lihat”, omel Fara mengagetkannya. Violin
mendongakkan kepalanya. “Kau ngapain disini?”, tanya Violin. “Memang kenapa suka-suka
akulah”,jawab Fara.Fara cuek pada Violin. Dia enggan membantunya sebab kedua tangannya
sibuk membawa makanan dan minuman. “Ya biasa aja kali, sewot amat”, Violin
memalingkan mukanya sebal. Matanya sekarang tertuju pada seorang ibu paruh baya dengan
pakaian modis yang membuatnya terlihat lebih muda daripada umurnya. Sepertinya dia
belum pernah melihatnya tapi kenapa ibu itu terkesan akrab dengan kakaknya. Sekejap dia
teringat pernah mengalami kejadian sama persis dengan ini, hanya saja saat itu dia tidak ada
kesan apapun dan tidak peduli dengan apa yang ia lihat sekarang. Mungkinkah ia sekarang
berada di masa lalu dan terulang kembali. Jika memang benar dia tak akan menyia-nyiakan
momen ini. Pasti ada tujuan penting mengapa takdir membawanya berjalan mundur. Tanpa
membuang waktu lagi ia tidak memperdulikan lututnya yang sakit.

Dulu setelah ia jatuh, ia hanya bersantai menikmati minuman yang ia pesan dari kak
Yesa. Kebetulan saat itu memang kak Yesa yang sedang berjaga di restoran sekaligus jadi
pelayan tambahan. Dan ibu itu menjadi kasir baru, sekarang dia juga memesan minuman dari
kak Yesa. Hanya saja ia curiga dengan ibu paruh baya itu, jadi setengah berbisik ia berkata
lirih.”Kak Yesa, siapa dia?”.”Oh itu karyawan baru kita baru kerja seminggu ini, masih
temannya mama”, balas kak Yesa sambil berbisik. “Nih sudah jadi jus jerukmu, lain kali hati-
hati ya”,kata kak Yesa.”Untung kali ini Cuma jalan gak fokus, nanti kalau sudah bisa
menyetir bisa berbahaya”, sambung kak Yesa. “Iya kakakku yang bawel”, balas Violin
gemas.”Eh aku mau ke toilet dulu kak”, kata Violi. “Iya jangan lama-lama ya, jawab kak
Yesa.

Violin menjauh menuju toilet, namun ditengah jalan ia berbelok mendekati lemari di
belakang kasir. Ia mengintai dari celah yang ada disana yang ada disana. Tak disangka orang
itu menyelipkan uang kedalam sakunya tanpa sepengetahuan siapapun. Bahkan kakaknya
yang berada di dekatnya. “Lihai banget ternyata,ini dia inti dari permasalahan beberapa
waktu ini mengapa terjadi kebangkrutan padahal diperkirakan restoran juga ramai
pengunjung”, pikir Violin.”Untung saja aku berhasil merekamnya”, batin Violin.
Tangan Violin menekan tombol disamping jam kecil di kalungnya sekali lagi dan
wuusshh....seakan ia dibawa ke suatu peristiwa beberapa waktu terakhir ketika ia ingin
membeli barang unik di toko antik. “Mah...bolehkah Violin minta uang saku lebih?”, pinta
Violin pada mamanya. Wajah mamanya terlihat begitu ingin tahu. “Untuk apa nak?”, tanya
mama.”Violin ingin membeli sesuatu yang unik ma, cantik banget...”, kata Violin memasang
muka memelas. “Bukankah uang sakumu sudah banyak?”, tanya mama. “Belajarlah
mendapatkan apa yang kau inginkan dengan usahamu sendiri, itu lebih bermakna”,jelas
mama Violin.”Tapi kan Violin masih sekolah, bagaimana Violin akan bekerja?”, protesnya.
“Mendapatkan uang tidak harus selalu dengan bekerja, kamu bisa menabung dengan uang
sakumu”, jawab mama. “Berhematlah lin, kamu tidak bisa selalu menggantungkan dari mama
atau orang lain sayang”,imbuh mama.”Iya mama, Violin paham kok”, jawab Violin lesu.

Itulah mengapa ia mencoba patungan bersama Fara 3 hari yang lalu. Tapi belum sampai
terkumpul, mamanya sakit dan ia mempertimbangkan lagi untuk membeli barang unik
dambaannya. Tersentak sadar, ia bangun dari mimpinya.”Lin..lin bangun oii!”, suara
kakaknya begitu nyaring ditelinganya. “Tidur di taman sendirian, kalau kamu lelah boleh
pulang”, Rayesa meneruskan kalimatnya. “Kak Alexa diman kak?”, tanya Violin tiba-tiba.
“Entahlah mungkin sebentar lagi sampai, restoran kan harus tetap jalan”, jawab kak
Yesa.”Baiklah, ayo kembali ke kamar mama”, ajak Violin. “Ada apa sih lin sepertinya
terburu-buru?”, tanya kak Yesa ingin tahu.”Nggak ada apa-apa kak”, jawab Violin.

“Kak Alex, Violin minta data pemasukan restoran dong”, suara Violin memecahkan
keheningan yang terjadi.”Untuk apa?”, tanya kak Alex.”Violin ingin mengecek aja sepertinya
ada yang janggal”,jawab Violin.”Wah adikku belajar dimana nih kok sudah seperti peramal
aja”,kata kak Alex sambil tersenyum. Violin cuma menyengir. “Ok habiskan dulu makanmu,
habis makan kuberi datanya”,kata kak Alex. “Jangan terlambat istirahat, kamu besok harus
sekolah”, tambah kak Alex. Hening kembali menerpa. Hanya suara dentingan sendok dan
piring yang terdengar. Mereka berdua kembali sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Sungguh perhatian kakak-kakakku, aku sungguh bahagia memiliki mereka”, pikir Violin.
Setelah menunggu agak lama Alexa memberikan beberapa berkas data restoran pada Violin.
Ia menaruhnya di dekat TV ketika Violin sedang asik menonton film.”Jangan terlalu larut
malam ya!”, perintah kak Alexa.”Iya kak siap!”, jawab Violin.

Keesokan harinya di ruang keluarga Violin memberikan dan mengutarakan


pendapatnya pada Alexander. “Kakak merasa janggal tidak dengan berkas laporan keuangan
ini dan siapa orang yang menangani laporan keuangan ini?”, tanya Violin.”Oh itu tugas
karyawan baru kita namanya Bu Sinta, ia sudah seminggu bekerja di restoran kita,
memangnya ada apa?”, jawab Alexa. “Coba kakak lihat sendiri dan ini ada video yang aku
ambil waktu mampir ke restoran”, jelas Violin. Mereka berdua pun memeriksanya. “Apa!
Jadi selama ini tanpa kita sadari ada karyawan kita yang korupsi?!”, teriak Alexa geram.
“Kak bukankah dia teman mama?”, sahut Violin. “Ya dan dia juga orang yang pernah
ditolong mama saat kesusahan”, jelas Alexa.”Terus gimana ini kak, jika mama tahu hal ini
pasti akan sulit dan menambah beban pikirannya”, kata Violin. “Aku akan mengurus hal ini,
tidak perlu khawatir”,kata Alexa. “Terima kasih kau sangat membantu lin”,sambung Alexa
sambil tersenyum.”Sama-sama kak, semoga berhasil ya”, jawab Violin.
Kriiiiiing....bel istirahat berbunyi. Violin menemui Fara di kantin.”Pesan apa ra?”,
tanya Violin. “Bakso dan es jeruk, kamu?”, tanya Fara.”Samain aja deh”, jawab Violin malas.
“Gimana nih..kemarin aku gak melihatmu keluar kelas, dobel dong patungannya”, kata Fara.
“Tidak perlu ra.Tolong kembaliin ya uangku...he...he”, Violin tertawa malu.”Loh...gak jadi
nih beli barang antikmu itu, beneran ini?”, tanya Fara.”Iya lagi butuh uang nih”,jelas Violin.
“Ha..ha..ha gaya banget sih lu, kamu kan ga pernah kekurangan uang,tinggal minta langsung
ting”, ejek Fara. “Enak aja lu..emang sulap?”, kata Fara. “Mamaku lagi di rumah sakit
sekarang, tidak bisa seperti dulu”, jelas Violin. “Oh maafkan aku”, sesal Fara.”Tidak apa-apa
ra...eh itu baksonya datang, Violin berhasil mengalihkan perhatian”,terang Violin

Satu bulan kemudian

Ibu Violin sudah kembali sehat dan mengawasi jalannya bisnis restoran mereka. Kak
Alexander sebagai direktur dan Kak Yesa sebagai managernya. Sedangkan Violin? Ia tidak
lagi mudah tertarik dengan barang-barang unik dan antik. Sesuatu yang lebih berharga telah
kembali yaitu mama dan keluarganya. Ia juga tersadar, mesin waktu bukanlah hal yang harus
kita genggam tetapi tentang bagaimana kita bisa lebih memahami hal-hal di sekitar kita dan
waktulah yang akan menjawabnya.

Untuk kalung jam, ia tidak selalu memakainya. Ia menyimpannya sebagai kenangan


dan pengingat baginya. Gunakanlah waktumu sebaik mungkin karena penyesalan akan
datang di akhir jika kau terlambat menyadarinya.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai