Anda di halaman 1dari 5

Akibat Suka Membatalkan Janji

“Ini sudah benar-benar mencurigakan,” pikir Sonia. Ia datang ke sekolah dan mendapati kedua
sahabatnya, Mia dan Reni, sedanga syik berbincang-bincang dengan Lina. Hal ini bahkan
sudah terjadi selama tiga hari berturut-turut.

“Kita, kan, tiga sekawan. Kalian, kenapa, sih selalu ngobrol dengan Lina? Tanya Sonia ingin
tahu.

“Dia kan selalu datang sekolah pagi-pagi, seprti aku dan Reni. Jadi, ya sudah kami ajak
bergabung saja.” Jawab Mia. “Kamu kan selalu berangkat siang, menjelang bel masuk,”
sambungnya lagi.

“Iya, aku memang selalu bangu kesiangan. Jadinya datang ke sekolah juga siang,” sahut Sonia.

“Makanya, datangnya pagi dong. Supaya kita bisa ngobrol sebelum sekolah dimulai,” saran
Reni.

Ketika mencoba datang lebih pagi, ternyata cukup susah. Suatu hari, Mia dan Reni mengajak
Sonia untuk belajar bersama.

“Maaf, ya, tidak ada supir yang bisa mengantarkanku,” ucap Sonia

Di lain hari, kedua sahabatnya mengajak Sonia untuk menjenguk Tia, teman sekelas
mereka.Mereka sudah berjanji untuk bertemu pukul 3 sore. Namun jam 2 sore, Sonia tiba-tiba
membatalkan janji dengan alasan ada saudaranya ya berkunjung ke rumah.

Begitu terus hingga berulang kali.

Suatu hari Sonia mengajak kedua sahabatnya untuk mengunjungi toko es krim yang baru
buka.

“Es krimnya ada banyak rasa lo. Dan ada bonusnya juga. Beli satu es krim nanti kita bisa dapat
satu es krim lagi.” kata Sonia.

Ia sendiri sudah membayangkan kelezatan es krim vanilla yang sangat lembut dan manis.

Reni dan Mia saling bertatapan.

“Maaf, ya, Sonia. Aku tidak bisa. Lain kali saja ya,” ujar Mia menolak.
“Iya, soalnya aku udah ada janji. Tidak enak kan jika kita sering membatalkan janji?” sambung
Reni.
“Ya, sudahlah, aku akan pergi bersama dengan adikku saja,” kata Sonia kurang senang.

Sore itu, Sonia dan adiknya akhirya mengunjungi toko es krim. Di lain tempat, Mia, Reni, dan
juga Tia bersama-sama mengunjungi toko buku.

“Eh itu disebelah toko buku ada toko es krim. Yuk kita coba. Tadi aku lihat spanduknya, beli
satu gratis satu,” kata Mia.

“Ehh, tapi kalau bertemu Sonia disana kan tidak enak. Tadi dia mengajak kita, tapi kita tidak
mau. Sekarang kita yang malah ikut pergi ke sana,” kata Reni.

“Ah, tidak usah difikirkan. Dia, kan, tukang membatalkan janji. Aku juga tidak yakin kalau dia
benar-benar ada di toko es krim itu,” sambung Mia.

Akhirnya, Mia, Reni, dan juga Tia masuk ke dalam toko es krim tersebut. Disana mereka
bertemu dengan Sonia dan juga adiknya.

“Hai, es krimnya enak, ya? Kita dari toko buku sebelah. Terus aku ajak Mia dan reni untuk
mampir ke toko ini,” kata Tia menjelaskan.

“Ooo, kalian dari toko buku? Kok ga ngajak aku? Tanya Sonia dengan nada kecewa.

“Maaf, Sonia. Kami sering membatalkan janji. Jadi aku mala untuk membuat janji lagi
denganmu,” jawab Reni

“Lain kali kami akan mengajakmu, tetapi buang dulu sifat burukmua yang suka membatalkan
janji itu,” kata Mia tegas

Tiba-tiba Sonia merasakan bahwa kenikmatan e krim yang disantappnya menjadi berkurang.
Ternyata kebiasaan membatakan janji yang selalu dilakukannya dapat berdampak buruk
kepada persahabatnnya.
Kado Untuk Boy

Hari ini, Boy sedang ulang tahun. Boy keluar dari rumahnya dengan wajah yang sangat cerah
secerah sinar matahari pagi itu. Boy ingin bermain dengan sepeda barunya. Namun ketika
beru akan menaiki sepeda, nenek Wati tetangganya tiba-tiba memanggilnya.

“Boy, ayo kesini sebentar. Nenek punya kado istimewa untukmu!”

Boy langsung bergegas ke halaman rumah nenek Wati. Nek wati langung menunjukkan
bungkusan kado tersebut kepada Boy.

“Terimakasih Nek!” kata Boy sopan dengan senyum di wajahnya.

Karena tidak sabar,Boy langsung membuka isinya. Wah,sisi kado tersebut rupanya adalah
sebuah jaring. Ia langsung berlari sambil menunjukkan jaring tersebut ke Bundanya.

“Bun, aku dapat hadiah jaring dari nek Wati!”

“Wah,cocok sekali! Minggu depan kita kan liburan ke pantai. Kamu bisa menangkap ikan atau
udang dengan jaring itu,” kata Bunda

“Tapi aku mau menangkap sesuatu sekarang Bun,” kata Boy tidak sabaran.

“Ya sudah, kalau begitu, coba kamu tangkap kupu-kupu!”usul Bunda.

Akhirnya Boy berlarian di halaan rumahnya untuk menangkap kupu-kupu. Namun kupu-kupu
tersebut usah ditangkap karena cepat sekali terbang.

Setelah beberapa lama, Boy akhirnya berhasil menangkap seekor kupu-kupu cantik yang
hingap pada setangkai bunga. Kupu-kupu tersebut memiliki warna merah, kuning, ditambah
pola biru pada bagian sayapnya.

“Ah, Bunda tahu!” kata Bunda Boy. “Kita masukkan saja ke dalam toples selai. Lalu Bunda
nantiakan membuat lubang di tutupnya sehingga kupu-kupunya bisa bernafas!” Kalau ayah
pulang, nanti kamu perlihatkan ke ayah,” usul Bunda lagi.

Akhirnya jadilah tople s kupu-kupu tersebut.

Tak lama kemudian, ayah pulang dari kantor.


“Wah, kupu-kupu yang cantik sekali,” puji Ayah.

“Tapi, sepertinya kupu-kupu ini merasa gelisah. Dia mungkin ingin mencari bunga dan juga
sinar matahari,” ujar Bunda.

“Iya, sepertinya Bunda benar,” kata Boy

Boy lalu menatap ayahnya.

“Ayah sudah puas melihat kupu-kupu ini?” tanya Boy

“Iya sudah Boy,” kata Ayah

Akhirnya Boy melepaskan kupu-kupu tersebut ke dekat jendela sambil berkata, “Ayo,
terbanglah, kupu-kupu! Nikmatilan sinar matahari dan cari bungamu..” kata Boy

Boy melihat keluar jendela, kupu-kupu itu terlihat sangat gembira.

Tak apalah, pikir Boy. Minggu depan, ia akan ke pantai untuk menangkap udng dan ikan
dengan jalanya.
Kebun Campur Baur

Pan Warno, ayah Fikri, adalah seorang petani di kebun. Sehabis masa panen, beliau biasanya
langsung menggemburkan tanah agar bisa ditanami dengan tanaman yang baru.

Pada saat akan menanam bibit, Pak Warno akan membuat galian pada tanah yang lurus
seperti tali. Galian yang ia buat juga tidak hanya satu baris. Tetapi ada beberapa baris, yang
masing-masing jaraknya sudah dihitung. Di setiap baris itulah nantinya akan ditanami dengan
jenis bibit tanaman yang berbeda-beda.

Di akhir setiap bari galian yang sudah dibuat, Pak Warno akan menancapkan sebuah tongkat
kecil, yang menjelaskan mengenai tanaman apa yang akan ditanaman nantinya.

Fikri selalu memperhatikan aktivita ayahnya tersebut. Kebetulan di samping rumah Fikri juga
ada sebidang tanah yang kosong. Pak Warno mengijinkan anaknya untuk membuat ladang
kecilnya sendiri di sana.

Fikri sangat gembira, ia akhirnya dengan semangat membuat galur-galur seperti yang dibuat
ayahnya. Ia lalu membuka bungkusan amplop yang berisi bibit buah, lalu menuangkan bibit
pada amplop sesuai dengan galurnya maing-maing.

Bibit lobak ditanam di jalur lobak, bibit cabai ditanam di jalur cabai, dan bibit bunga matahari
ditanam di jalur bunga matahari.

Setelah pekerjaan menabur benih selesai dilakukan, Fikri sangat gembira. Sayang, saat itu
tiba-tiba datang angin yang sangat kencang yang merusak ladang kecil milik Fikri. Akhirnya
semua bibit tanaman yang Fikri tanamn keluar dari tanah dan saling bercampur baur satu
dengan yang lainnya.

Jadi ada biji lobak yang tertanam di jalur tanaman bunga matahari. Bibit cabai masuk kedalam
jalur lobak dan tersebar di manapun mereka mendarat. Akhirnya kebun Fikri menjadi kebun
campur baur!.

Anda mungkin juga menyukai