Anda di halaman 1dari 6

1.

Kebun Campur Baur (Mala)


Pan Warno, ayah Fikri, adalah seorang petani di kebun. Sehabis masa panen, beliau biasanya
langsung menggemburkan tanah agar bisa ditanami dengan tanaman yang baru.
Pada saat akan menanam bibit, Pak Warno akan membuat galian pada tanah yang lurus seperti
tali. Galian yang ia buat juga tidak hanya satu baris. Tetapi ada beberapa baris, yang masing-
masing jaraknya sudah dihitung. Di setiap baris itulah nantinya akan ditanami dengan jenis bibit
tanaman yang berbeda-beda.
Di akhir setiap baris galian yang sudah dibuat, Pak Warno akan menancapkan sebuah tongkat
kecil, yang menjelaskan mengenai tanaman apa yang akan ditanaman nantinya.
Fikri selalu memperhatikan aktivitas ayahnya tersebut. Kebetulan di samping rumah Fikri juga
ada sebidang tanah yang kosong. Pak Warno mengijinkan anaknya untuk membuat ladang
kecilnya sendiri di sana.
Fikri sangat gembira, ia akhirnya dengan semangat membuat galur-galur seperti yang dibuat
ayahnya. Ia lalu membuka bungkusan amplop yang berisi bibit buah, lalu menuangkan bibit pada
amplop sesuai dengan galurnya masing-masing.
Bibit lobak ditanam di jalur lobak, bibit cabai ditanam di jalur cabai, dan bibit bunga matahari
ditanam di jalur bunga matahari.
Setelah pekerjaan menabur benih selesai dilakukan, Fikri sangat gembira. Sayang, saat itu tiba-
tiba datang angin yang sangat kencang yang merusak ladang kecil milik Fikri. Akhirnya semua
bibit tanaman yang Fikri tanamn keluar dari tanah dan saling bercampur baur satu dengan yang
lainnya.
Jadi ada biji lobak yang tertanam di jalur tanaman bunga matahari. Bibit cabai masuk ke dalam
jalur lobak dan tersebar di manapun mereka mendarat. Akhirnya kebun Fikri menjadi kebun
campur baur!.

2. Mendoan Udang (Kohar)


Ketika Dino berada di rumahnya, matahari sudah berada tepat diatas. Akhirnya, dia
melemparkan tasnya ke atas meja dan langsung merebahkan dirinya ke atas sofa. Di luar sana
cuaca sangat panas hingga menyengat kulit.
Uhh..pasti membuat dehidrasi. Seketika Dino teringat denagn perkataan gurunya yang
menjelaskan mengenai istilah dehidrasi dimana tubuh akan lemas karena kekurangan cairan.
Cuaca yang panas dan juga gerah menyebabkan jarak sekolah dan rumah yang hanya berjarak
beberapa ratus meter terasa menjadi lebih jauh dan juga melelahkan. Belum lagi rasa lapar yang
sangat meremas perut. Hmm..siang-siang panas begini memang paling enak untuk makan ayam
goreng, sambal, dan juga es jeruk.
Ups, Bobby hampir lupa kalau dia sedang berpuasa. Akhirnya buru-buru disingkirkan fikirannya
mengenai hidangan lezat yang biasa Bundanya siapkan ketika makan siang. Bobby lalu melirik
jam yang terpasang di ruang tamu. Masih jam 2, berati masih ada empat jam lagi hingga waktu
buka pusa tiba.
Duh, masih lama ya! Karena tidak sabar menunggu, Bobby diam-diam akhirnya mengendap-
ngendap menuju ke dapur dan membuka tudung makanan. Dibukanya tudung makanan. Tetapi?
Yah, tidak ada makanan di dalamnya.
“Lo, Mas Bobby sudah pulang?” tanya Rio adik semata wayangnya tiba-tiba.
Deg! Teguran Rio yang tiba-tiba membuat jantung Bobby lompat. Ternyata Rio sudah
memperhatikannya dari tadi.
“Mana Bunda, Ri? Kok rumah sepi amat?” Bobby pura-pura bertanya sambil membersihkan
meja makan.
“Bunda ke pasar.Lagi belanja untuk buka puasa!” Jawab Rio ringan.
Mendengar itu, Bobby langsung merebahkan diri ke kasur. Namun ia masih gelisah karena
perutnya sudah meronta-ronta. Ketika melihat adiknya sedang asyik mengerjakan PR di ruang
tengah, ia akhirnya kembali ke dapur dan membuka kulkas.
Uh kosong! Hanya ada makanan beku disana. Namun Bobby tidak menyerah, ia akhirnya
menatap pintu laci dapur yang terletak sangat tinggi menggunakan kursi lalu memeriksanya satu
per satu. Akhirnya ia menemukan sepiring mendoan udang yang berada tersembunyi di balik
kaleng.
Setelah melihat kiri kanan, Bobby langsung melahapnya dengan sangat cepat. Nyam, nyam,
nyam…hmm sungguh enak. Dalam sekejap empat potong mendoan udang sudah masuk ke
dalam perutnya.Ah, lumayan sampai menunggu maghrib tiba.
Ketika ibunya pulang, Bobby sudah menyelinap masuk ke dalam kamar dan pura-pura tidur.
Tapi kenapa kulitnya semakin panas, ya? Apakah udara menjadi semakin panas hingga ia
kegerahan. Dan, astaga! Seluruh tubuh Bobby kini berwarna kemerahan. Ia pun merasa gatal dan
panas.
Dari dapur ia mendengar Bundanya berteriak. “Lo, ko mendoan udangnya tinggal separuh?”
“Mendoan udang yang mana, Bun? sahut Rio dari ruang tengah.
“Itu, yang ibu taruh di atas lemari dapur. Kenapa tinggal empat potong, ya?”
Bobby yang diam-diam mendengarkan akhirnya terhenyak. Pantas saja tubuhnya panas dan
gatal-gatal. Ternyata akibat mendoan udang yang dimakannya tadi.
Ia baru tersadar bahwa di memiliki alergi terhadap udang. Akhirnya, Bobby segera berlari keluar
kamarnya sambil mengerang karena kepanasan dan kegatelan.
“Wah,ternyata kita ga perlu lagi menyewa detektif untuk menyelidiki kasus ini, Bun. Pelakunya
sudah ada di hadapan kita!” seloroh Rio menggoda kakaknya.
Bobby hanya meringis. Di dalam hati ia malu dan menyesal akan perbuatannya.
Yah..kalau sudah ketahuan seperti ini, bagaimana bisa untuk berpura-pura lagi.

3. Kado untuk Boy (Dani)


Hari ini, Boy sedang ulang tahun. Boy keluar dari rumahnya dengan wajah yang sangat cerah
secerah sinar matahari pagi itu. Boy ingin bermain dengan sepeda barunya. Namun ketika baru
akan menaiki sepeda, nenek Wati tetangganya tiba-tiba memanggilnya.
“Boy, ayo kesini sebentar. Nenek punya kado istimewa untukmu!”
Boy langsung bergegas ke halaman rumah nenek Wati. Nek wati langung menunjukkan
bungkusan kado tersebut kepada Boy.
“Terimakasih Nek!” kata Boy sopan dengan senyum di wajahnya.
Karena tidak sabar,Boy langsung membuka isinya. Wah,sisi kado tersebut rupanya adalah sebuah
jaring. Ia langsung berlari sambil menunjukkan jaring tersebut ke Bundanya.
“Bun, aku dapat hadiah jaring dari nek Wati!”
“Wah,cocok sekali! Minggu depan kita kan liburan ke pantai. Kamu bisa menangkap ikan atau
udang dengan jaring itu,” kata Bunda
“Tapi aku mau menangkap sesuatu sekarang Bun,” kata Boy tidak sabaran.
“Ya sudah, kalau begitu, coba kamu tangkap kupu-kupu!”usul Bunda.
Akhirnya Boy berlarian di halaan rumahnya untuk menangkap kupu-kupu. Namun kupu-kupu
tersebut usah ditangkap karena cepat sekali terbang.
Setelah beberapa lama, Boy akhirnya berhasil menangkap seekor kupu-kupu cantik yang
hinggap pada setangkai bunga. Kupu-kupu tersebut memiliki warna merah, kuning, ditambah
pola biru pada bagian sayapnya.
“Ah, Bunda tahu!” kata Bunda Boy. “Kita masukkan saja ke dalam toples selai. Lalu Bunda nanti
akan membuat lubang di tutupnya sehingga kupu-kupunya bisa bernafas!” Kalau ayah pulang,
nanti kamu perlihatkan ke ayah,” usul Bunda lagi.
Akhirnya jadilah toples kupu-kupu tersebut.
Tak lama kemudian, ayah pulang dari kantor.
“Wah, kupu-kupu yang cantik sekali,” puji Ayah.
“Tapi, sepertinya kupu-kupu ini merasa gelisah. Dia mungkin ingin mencari bunga dan juga sinar
matahari,” ujar Bunda.
“Iya, sepertinya Bunda benar,” kata Boy
Boy lalu menatap ayahnya.
“Ayah sudah puas melihat kupu-kupu ini?” tanya Boy
“Iya sudah Boy,” kata Ayah
Akhirnya Boy melepaskan kupu-kupu tersebut ke dekat jendela sambil berkata, “Ayo,
terbanglah, kupu-kupu! Nikmatilan sinar matahari dan cari bungamu..” kata Boy
Boy melihat keluar jendela, kupu-kupu itu terlihat sangat gembira.
Tak apalah, pikir Boy. Minggu depan, ia akan ke pantai untuk menangkap udang dan ikan
dengan jalanya.

4. Akibat Suka Membatalkan Janji (Afif)


“Ini sudah benar-benar mencurigakan,” pikir Sonia. Ia datang ke sekolah dan mendapati kedua
sahabatnya, Mia dan Reni, sedang asyik berbincang-bincang dengan Lina. Hal ini bahkan sudah
terjadi selama tiga hari berturut-turut.
“Kita, kan, tiga sekawan. Kalian, kenapa, sih selalu ngobrol dengan Lina? Tanya Sonia ingin
tahu.
“Dia kan selalu datang sekolah pagi-pagi, seperti aku dan Reni. Jadi, ya sudah kami ajak
bergabung saja.” Jawab Mia. “Kamu kan selalu berangkat siang, menjelang bel masuk,”
sambungnya lagi.
“Iya, aku memang selalu bangun kesiangan. Jadinya datang ke sekolah juga siang,” sahut Sonia.
“Makanya, datangnya pagi dong. Supaya kita bisa ngobrol sebelum sekolah dimulai,” saran
Reni.
Ketika mencoba datang lebih pagi, ternyata cukup susah. Suatu hari, Mia dan Reni mengajak
Sonia untuk belajar bersama.
“Maaf, ya, tidak ada supir yang bisa mengantarkanku,” ucap Sonia
Di lain hari, kedua sahabatnya mengajak Sonia untuk menjenguk Tia, teman sekelas
mereka.Mereka sudah berjanji untuk bertemu pukul 3 sore. Namun jam 2 sore, Sonia tiba-tiba
membatalkan janji dengan alasan ada saudaranya ya berkunjung ke rumah.
Begitu terus hingga berulang kali.
Suatu hari Sonia mengajak kedua sahabatnya untuk mengunjungi toko es krim yang baru buka.
“Es krimnya ada banyak rasa lo. Dan ada bonusnya juga. Beli satu es krim nanti kita bisa dapat
satu es krim lagi.” kata Sonia.
Ia sendiri sudah membayangkan kelezatan es krim vanilla yang sangat lembut dan manis.
Reni dan Mia saling bertatapan.
“Maaf, ya, Sonia. Aku tidak bisa. Lain kali saja ya,” ujar Mia menolak.
“Iya, soalnya aku udah ada janji. Tidak enak kan jika kita sering membatalkan janji?” sambung
Reni.
“Ya, sudahlah, aku akan pergi bersama dengan adikku saja,” kata Sonia kurang senang.
Sore itu, Sonia dan adiknya akhirya mengunjungi toko es krim. Di lain tempat, Mia, Reni, dan
juga Tia bersama-sama mengunjungi toko buku.
“Eh itu disebelah toko buku ada toko es krim. Yuk kita coba. Tadi aku lihat spanduknya, beli satu
gratis satu,” kata Mia.
“Ehh, tapi kalau bertemu Sonia disana kan tidak enak. Tadi dia mengajak kita, tapi kita tidak
mau. Sekarang kita yang malah ikut pergi ke sana,” kata Reni.
“Ah, tidak usah difikirkan. Dia, kan, tukang membatalkan janji. Aku juga tidak yakin kalau dia
benar-benar ada di toko es krim itu,” sambung Mia.
Akhirnya, Mia, Reni, dan juga Tia masuk ke dalam toko es krim tersebut. Disana mereka
bertemu dengan Sonia dan juga adiknya.
“Hai, es krimnya enak, ya? Kita dari toko buku sebelah. Terus aku ajak Mia dan Reni untuk
mampir ke toko ini,” kata Tia menjelaskan.
“Ooo, kalian dari toko buku? Kok ga ngajak aku? Tanya Sonia dengan nada kecewa.
“Maaf, Sonia. Kamu sering membatalkan janji. Jadi aku malas untuk membuat janji lagi
denganmu,” jawab Reni
“Lain kali kami akan mengajakmu, tetapi buang dulu sifat burukmu yang suka membatalkan
janji itu,” kata Mia tegas
Tiba-tiba Sonia merasakan bahwa kenikmatan es krim yang disantapnya menjadi berkurang.
Ternyata kebiasaan membatakan janji yang selalu dilakukannya dapat berdampak buruk kepada
persahabatnnya.

5. Kasih Sayang Seorang Pelayan (Idris)


Pak Syarif merupakan seorang pelukis ternama. Ia memiliki seorang pelayan yang setia.
Namanya adalah Bimo. Biasanya ketika menjelang pagi, Bimo sudah sigap membawakan
berbagai perlengkapan melukis milik pak Syarif, seperti cat minyak, kanva, dan juga kuas.
Pak Syarif biasa melukis di bawah pohon yang besar, tempat yang sangat indah namun juga
mengerikan. Di sekitar pohon, terdapat rumput hijau, dan juga bunga-bunga liar yang berwarna-
warni.
Kira-kira 10 meter ke arah selatan, terdapat sebuah rawa kecil yang permukaan atasnya tertutupi
oleh daun teratai.
Suatu hari pak Syarif baru saja menyelesaikan sebuah lukisan yang sangat indah. Lukisan
tersebut berupa seorang anak kecil yang membelai bulu anak anjing kecil berwarna coklat
dengan sangat lembut.
Anak itu sangat menyayangi anjingnya, anjing itu pun terlihat senang ketika berada dalam
pelukan si anak.
“Bimo, coba kemari dan lihat lukisanku!” kata Pak Sayrif dengan bangganya.
“Wah, luar biasa sekali Pak, sangat indah!”Pasti harganya sangat mahal bila dijual,” ujar Bimo.
Bimo kemudian melanjutkan kegiatannya di bawah pohon. Pak Syarif juga tidak henti-hentinya
memandang hasil karyanya. Untuk bisa memandang dari kejauhan, Pak Sayrif mulai berjalan
mundur. Oh, semakin jauh jarak yang hadir, ternyata lukisannya semakin indah terlihat.
Tanpa sadar Pak Syarif terus mundur hingga ia berada tepat di pinggir rawa. Melihat kondisi
majikannya yang sangat membahayakan, Bimo kemudian mendekati lukisan yang ada di bawah
pohon tersebut dan langsung mengangkatnya.
Melihat itu, Pak Syarif langsung berlari mendekati pohon dan berkata dengan sangat marah,
“Apa-apaan kamu ini, berani-beraninya ingin merusak lukisanku, atau kamu mau mencurinya?”
Tidak, Pak, maksud saya…!” jawab Bimo
Namun Pak Syarf tidak mau mendengarkan.
“Pergi kau dari sini, aku tidak membutuhkan pelayan sepertimu.” Bentak Pak Syarif.
Esok paginya Pak Syarif kembali ke pohon besar dengan membawa lukisan kebanggaannya.
Karena kemarin ia belum puas memandang, akhirnya hari ini ia berencana memandang
lukisannya sangat lama tanpa diganggu oleh Bimo.
Mula-mula Pak Syarif memandang lukisannya dari dekat, namun lama kelamaan ia mundur
kembali hingga tanpa sadar telah mencapai tepi rawa.
“Sungguh karya yang sangat hebat. Bahkan aku sendiri hampir meneteskan air mata ketika
memandangnya.Orang pasti akan tergerak untuk selalu menyayangi binatang. Dan akhirnya
mereka berfikir bahwa kasih sayang itu merupakan sesuatu yang sangat berharga!” pikir Pak
Syarif.
Tanpa sadar ia mundur kembali dan BYUURR..ia terperosok ke dalam rawa.
“Toloong….tolong…!” jerit Pak Syarif. Saat itulah Bimo datang sambil memberikan tambang
kepada Pak Syarif.
“Pegang ini, Pak!” kata Bimo sambil mengulirkan tambangnya ke Pak Syarif. Setelah berhasil
dipegang, Bimo lalu menarik Pak Syarif dengan sekuat tenaga dari dalam rawa. Setelah beberapa
lama akhirnya Pak Syarif berhasil diselamatkan.
Begitu sadar, Pak Syarif sudah mendapati dirinya dalam keadaan bersih. Ternyata Bimo yang
sudah mengurus dan merawat dirinya.
“Terimakasih Bimo, kamu telah menyelamatkanku!” kata Pak Syarif. “Aku juga minta maaf
perihal kejadian kemarin!”
“Tidak usah difikirkan, Pak. Saya sangat senang Bapak bisa selamat. Perihal kejadian kemarin,
saya sengaja mengangkat lukisan Bapak karena saya ingin menarik perhatian bapak.” Kata Bimo
“Kemarin bapak juga sudah berada di tepi rawa. Karena saya khawatir bapak akan jatuh ke
dalam rawa tadi, maka saya sudah mempersiapkan tambang!” kata Bimo.
Akhirnya, Bimo si pelayan yang setia mendapatkan hadiah dari Pak Syarif dan bisa kembali
bekerja. Pak Syarif akhirnya semakin mengerti akan kasih sayang dan memberikan hasil
penjualan lukisan tersebut ke panti asuhan.

6. Tanaman Jarak, Obat Sakit Gigiku (Agung)


Tanaman jarak itu ga bagus, Bun,” protes Syifa kepada Bundanya di sore hari itu.
“Tapi Nenek mau menanam tanaman ini di halaman kita, Nak.”
“Tapi, nanti taman kita bakalan jadi jelek, Bun.” protes Syifa tak kalah sengit.
Nenek Mira adalah nenek Syifa yang berasal dari desa. Rencananya tiga hari lagi Nenek Mira
akan berencana untuk tinggal bersama dengan anak dan juga cucunya. Sebelum pindah, Nenek
sudah mengirimkan sepuluh polibag kecil yang berisi bibit tanaman jarak. Rupanya nenek
meminta kepada Bunda agar menanam tanaman jarak tersebut di halaman rumah mereka.
“Sepertinya Nenek cerewet sekali, ya, Ma…” sungut Syifa.
“Hus, kamu ga boleh ngomong gitu, Syifa kan cucu kesayangannya Nenek. Biar nenek juga
semakin sayang sama Syifa, ayo kita bantu menyenangkan hati nenek dengan menanam tanaman
jarak ini,” bujuk Bunda.
Syifa hanya mengembungkan pipinya ketika mendengar perkataan Bunda. Sebenarnya Syifa
sangat suka sekali berkebun. Di rumahnya banyak sekali ditanam berbagai jenis bunga mulai dari
bunga anggrek hingga gelombang cinta.
Namun ketika melihat kiriman tanaman jarak dari neneknya, Syifa langsung tidak suka.
Menurutnya tanaman jarak tersebut sangat jelek karena bentuknya yang tidak beraturan.
Bunganya pun sangat kecil dan hampir tidak terlihat.
Tiga hari kemudian Nenek sudah datang. Dengan keadaan yang segar bugar Nenek Mira
langsung menghampiri Mira cucu kesayangannya.
“Syifaa, cucu Nenek!”
“Sudah ditanam belum tanaman jaraknya?” tanya nenek.
“Iya, sudah, Nek.” sahut Bunda sembari menunjuk ke tanaman jarak yang sudah ditanam rapi.
“Gigi Syifa sudah dicabut?” tanya nenek tiba-tiba di suatu sore.
“Belum, Nek. Kata dokter gigi kemarin giginya bisa dicabut kalau sudah tidak sakit lagi.”
“Makanya, kamu harus hati-hati kalau makan. Kalau masuk ke lubang, pasti akan sakit lagi.”
“Iya, Nek.”
“Nek, Syifa mau makan bakwan udang dulu ya.” kata Syifa
Satu gigitan. Dua gigitan. Dan Nyuuutt! Terasa ada makanan yang masuk kedalam lubang gigi.
Syifa langsung mengaduh.
“Aduh, Buunn…! Sakiitt bangeett! Hu..hu..hu..”
Aulia langsung memegangi pipinya sambil menangis.Bunda yang melihatnya seketika panik.
Tiba-tiba Nenek Mira memegang pipi Syifa dan memintanya untuk membuka mulut lebar-lebar.
Syifa merasakan sesuatu yang pahit di mulutnya. “Sabar, ya, sayang. Sebentar lagi tidak sakit,”
hibur Nenek sambil memberikan getah jarak kedalam lubang gigi Syifa.
Ternyata perkataan Nenek benar, tidak lama kemudian rasa sakit pada gigi Syifa menghilang.
Syifa kemudian berhenti menangis dan keheranan.
“Nek, sekarang giginya tidak sakit lagi.” Kata Syifa
“Alhamdulillah” seru Bunda dan Nenek bersamaan.
“Itu tadi apa, Nek.” Tanya Syifa penasaran.
“Itu getah jarak,” jawab Nenek kemudian.
“Itu, lo, getah dari tanaman yang nenek suruh Syifa tanam kemarin,” tambah Bunda sambil
menunjuk ke arah tanaman jarak yang ada di kebun.
“Ooo…” seru Syifa takjub.
“Nenek sengaja mengirim tanaman itu karena kemarin Bundamu memberi tahu bahwa gigi Syifa
berlubang,” jelas Nenek.
Akhirnya terjawablah alasan Nenek menyuruh menanam tanaman jarak untuk ditanam di kebun.

(Sumber: https://thegorbalsla.com/cerpen-bobo/)

Silakan dibedah unsur intrinsiknya kemudian dikirimkan dalam bentuk Presentasi Power Point ke
billahsensei.stibainvada@gmail.com
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai