Anda di halaman 1dari 8

Pagi telah menampakkan sinarnya, menerangi ketiga

sahabat yang sedang berkumpul di sebuah rumah kayu


yang melayang. Angin semilir berhembus dengan
lembut. Menerpa dedaunan pohon berukuran besar dan
menari mengikuti arah angin. 
Mereka selalu berkumpul dan bermain bersama di
dalam rumah tersebut, bercanda, riang dan gembira.
Menikmati keindahan bunga bunga yang berbaris
dengan sangat rapinya dari atas pohon. 
Ketiga sahabat itu bernama, "Karin, gloria, dan viora." 
Sinar matahari mulai merambat di jendela rumah pohon
yang mereka tempati dan mewarnai dinding dinding
kayu dengan warna emasnya yang berkilau. 
Rumah yang dibangun diatas pohon yang tetap berdiri
dengan kokohnya itu, mereka namakan dengan sebutan,
"Rumah pohon persahabatan." 
Karin adalah sosok perempuan yang sangat
bersemangat dalam hal pelajaran fisika, dia juga sangat
suka bercanda dan ceria ketika ke dua sahabatnya itu
sedih. Namun, sifat manja nya itu menjadi kelemahan
yang belum bisa dia kuasai. 
Gloria perempuan dengan sifat nya yang cerewet, dia
suka bediam diri dan sangat suka mendegar musik
dengan handphone yang selalu ia bawa, walau begitu
dia sangat pintar dalam pelajaran sejarah, dan ingin
menjadi ahli sejarah, juga handal dalam bernyanyi. 
Dan yang tertakhir adalah, viora dia adalah perempuan
berambut panjang yang sangat baik, suka menolong dan
menasihati sahabatnya. Dia juga sangat pintar dalam
pelajaran biologi dan metematika tak heran dia selalu
mendapat peringkat pertama di Smp nya, nilai raport
nya pun tidak pernah rendah hingga menjadi murid
favorit di kelas. 
Pagi itu, karin sedang bangun dengan wajah yang
sangat lemas. Matanya yang masih berkunang kunang
membuatnya enggan berdiri, namun mau tidak mau dia
harus terbangun karena jam telah menunjukkan pukul
07.00, selain itu, ini juga adalah hari pertamanya
memasuki ruang kelas delapan, dia pun berusaha
bangun untuk mempersiapkan diri menuju sekolah. 
"Driing... Dringg." Lonceng sekolah berbunyi dengan
suara yang berisik.Membuat gloria yang sibuk
mendengar lagu menjadi terganggu, suara lonceng itu
bergema dengan keras hingga masuk ketelingannya. 
Sedangkan, viora dengan senyuman khas nya yang
begitu manis mulai mengambil buku buku nya di tas
biru tua untuk memulai pelajaran. tapi, hal tidak enak
dia rasakan tak tahu kenapa di sakit kepala. Tapi dia
berusaha menahannya.Lalu saat sakit kepalanya
perlahan baik. Entah kenapa viora terus menengok kiri
dan kanan berusaha mencari sesuatu. 
Gloria mengernyit, lalu memanggil viora yang duduk
tepat berada di depannya."Viora, kamu kenapa?" 
Viora berbalik, dan gloria menunggu jawaban viora
kepadanya."Apa kau melihat karin? Dari tadi aku tidak
melihatnya." 
Gloria menggeleng. Tiba tiba saja, guru dengan rambut
panjang berwarna hitam berkilau datang dengan elegan
seperti ratu inggris yang sedang berjalan di atas karpet
merah untuk menghadiri pertemuan penting. 
"Selamat pagi anak-anak!" Ujar ibu nirna dengan suara
lantang. 
Ibu nirna berbalik ke arah meja dan tampak mencari
cari sesuatu di tumpukan kertas yang di biarkan
berantakan.Tiba tiba saja, pintu kelas terbuka secara
perlahan hampir tidak menimbulkan suara, bayangan
manusia mulai terlihat. 
Dan saat di lihat, ternyata itu adalah karin. Karin yang
kaget melihat guru, berjalan perlahan agar hentakan
sepatunya yang besar tidak menimbulkan suara. 
Viora tak kuasa menahan tawa, saat ekspresi karin yang
begitu lucu di perlihatkan di depan kelas. 
Viora dan gloria melihatnya berlari di antara barisan
bangku coklat yang telah di tata dengan sangat rapi
hingga karin dapat duduk di samping viora dengan
lega. 
Karin menghela napas." Huh, hampir saja." Sambil
terengah engah. 
Guru nirna akhirnya, menemukan spidol nya yang
bersembunyi. Dan kembali menatap murid murid nya
yang tampak tidak sabar ingin belajar. Semua murid
perlahan membuka lembaran kertas putih di buku nya
yang baru. Dan mencatat sederetan huruf hingga
menjadi sebuah kalimat. 
Barisan tulisan gloria yang rapi membuat guru nirna
yang berjalan melihat kegiatan muridnya sangat suka
dengan tulisan gloria. 
Gloria terus menulis, tulisannya bagai tulisan ketikan
komputer, sederetan angka pun di tulisnya dengan
sangat rapi dan sangat hati hati. 
Saat itu, mereka berkumpul di kantin untuk makan
siang, mereka membawa bekal masing masing dan
tentunya selalu tersedia nasi. Mereka membicarakan
seputar pr yang akan mereka kerjakan di rumah pohon
persahabatan nanti saat pulang sekolah. 
Keramaian di dalam kantin membuat karin merasa
terganggu apalagi suara bising yang di keluarkan anak
anak nakal yang berteriak seenaknya di kantin. 
Sedangkan, viora sibuk memakan daging yang di
potong kecil kecil dan terlihat sangat enak. mereka
saling berbagi, mulai dari daging, sayur, dan ikan
dengan taburan saus yang dimiliki gloria. 
Namun, viora langsung memegang dadanya, dia
memperlihatkan raut wajah yang bergitu kesakitan. Dia
seolah ingin menjerit, detak jantungnya seperti
melemah dan sangat lambat. Bingung dengan hal itu,
karin pun bertanya dengan muka keheranan dan sedikit
khawatir. 
"Viora, viora ada apa?" Tanya nya.Gloria bertatapan
dengan karin, seolah ingin bertanya. "Kenapa dia?"
Viora mengangkat tangannya lalu mengacungkan
jempol tanda tidak apa apa. 
Mereka pun melanjutkan makan dengan lahapnya tapi,
tidak untuk viora. 
Hingga pada waktunya pelajaran telah berakhir. 
Mereka pun memutuskan untuk pergi kerumah karin
tempat dimana rumah pohon persahabatan itu di buat
atau lebih tepatnya halaman belakang rumahnya. 
Rumbut rumput yang berwarna hijau dan bunga bunga
yang bermekaran di pandang viora dengan rasa takjub. 
Melihat betapa indahnya bunga buga itu membuka
kelopaknya secara perlahan dan memamerkan
keindahan putik dan benang sari yang mereka miliki,
belum lagi, warna mereka yang bervariasi. Yah... Wajar
kalau banyak bunga di halaman rumah karin itu di
sebabkan karena ibu karin yang suka dengan bunga
bahkan ibunya dapat menghafal lebih dari 100 nama
bunga yang langka. 
"Viora, ayo naik!" Tegur karin sambil memegang
tangga yang terbuat dari papan papan kecil dan sebuah
tali tebal yang kuat lalu dirangkai hingga terciptalah
sebuah tangga sederhana tapi, bermanfaat. 
Saat berada di atas mereka pun mengeluarkan buku
fisika dan mengerjakan nya bersama sama. 
Viora langsung mengeluarkan, sebuah keripik kentang
yang bertugas untuk membuat tenggorokannya tidak
kering dan membagi kepada sahabatnya. Tapi tiba tiba
saja, sebuah darah menetes perlahan menyentuh
tangannya. 
"Astaga, viora hidung mu!" Ujar gloria.Viora terbelalak
melihat darah di tangannya, dia lantas mengambil tisyu
yang sudah disediakan di rumah pohon. 
"Apa kau tidak apa apa?" Tanya gloria sekali lagi. 
"Haha.. Tidak apa apa. Lagipula semua orang bisa
mengalami hal ini kan?" Katanya dengan raut wajah
yang masih ceria seolah tidak terjadi apa apa."Kau
yakin?" Tanya karin. Viora menatap kedua sahabat nya
lalu mengagguk pasti. 
"Pppiiipp..." Suara klakson terdengar bising. 
"Itu mungkin ayahku. Kurasa kita bisa melanjutkan nya
besok. Dahh.." Ucap viora yang merampas tasnya
dengan cepat dan turun dengan hati hati. 
Saat, menaiki mobil. Ayah viora terkejut melihat anak
nya. 
"Ya, ampun sayang. Kamu mimisan?" 
"A-apa," viora mengelus hidungnya. 
"Kita harus kerumah sakit, segera!" Perintah ayah nya
tegas. Sedangkan viora menunduk dan tidak berkata
apa-apa. 
Di perjalanan viora tak henti henti nya mengeluarkan
darah lewat hidungnya, dia berusaha menghentikan
darahnya dengan tisyu, tapi tiba tiba saja kedua hidung
mengeluarkan darah terus menerus tanpa henti,
sehingga membuat viora kesulitan bernafas hingga
kehilangan kesadaran. 
Ayah viora pucat pasih, tangannya gemetar dan
menggas mobilnya dengan cepat. Ayah nya menangis
dengan deras. Dia melihat anak nya pingsan di kursi
mobil. 
Hingga viora tidak dapat merasakan apapun, dia hanya
dapat mendengar detak jantung nya yang perlahan
melemah. Hujan jatuh dari langit biru da membasahi
rumah pohon. 
Entah kenapa perasaan gloria sangat tidak enak begitu
pun dengan karin yang sangat cemas dengan viora. 
Hujan semakin deras, karin melamun di depan jendela
kamarnya, malihat banyak nya air yang turun dan
membasahi bunga serta rumput ibunya. 
Pagi telah tiba, gloria dan karin sedang menunggu viora
untuk datang sekolah namun, sampai lonceng istirahat
pun dia belum kunjung datang. Hingga mereka berdua
memutuskan untuk datang ke rumah viora."Apa viora
baik baik saja?" Tanya gloria. 
"Aku juga tidak tahu, tapi kita akan tahu saat kita sudah
sampai." 
Rumah yang berdiri menjulang tinggi dengan warna
krem dan pintu berwarna putih terang sedang dilihat
gloria sambil mendongak. 
"Karin perlahan membuka pagar berwarna hitam
mengkilap dan masuk ke halaman rumahnya yang
sangat luas."Tok...tok...tok." 
Pintu putih tersebut perlahan bergeser dan terlihat
sebuah wanita dengan memakai sebuah celemek putih
yang kotor. 
"Ada apa?" Tanya nya."Ehm... Kami ingin mencari
viora, apa tante tahu?" Tanya karin dengan sopan. 
"Oh, nyonya sedang berada di rumah sakit." Gloria
yang mendengarnya terkejut, mendengar kalau viora
ada dirumah sakit. 
"Aku tahu di mana rumah sakitnya, hanya ada satu
rumah sakit yang dekat di sekotar sini." Ujar karin
dengan rasa yakin. 
"Apa tante tahu dia di bangsal berapa?" Tanya gloria
sekali lagi. 
"Dia sekarang berada di ruang ICU!" 
"ICU." Ulangnya. 
"Oh, kalian tidak tahu. Nyonya viora pernah mengalami
penyakit jantung selama kurang lebih 2 bulan." 
Kata wanita itu. 
Mata gloria samakin berkaca kaca mendengarnya.Tanpa
pikir panjang gloria mengajak karin untuk pergi ke
rumah sakit menaiki mobil milik ayahnya, tentu saja
karin mengangguk mantap. 
Mereka berlari di sepanjang trotor jalan menuju rumah
gloria dan cepat cepat pergi ke rumah sakit. Perasaan
perasaan yang karin dan gloria alami mulai sangat tidak
enak, bahkan mata mereka ikut prihatin dengan
perasaan mereka sehingga menurunkan tetesan air mata
yang mengalir dan membasahi pipi mereka. 
"Mobil mendadak berhenti. Saat ayah gloria
berteriak."Kita sudah sampai." 
Lamunan tentang hal hal yang pasti mereka pikirkan
tiba tiba terbongkar saat ayah nya berteriak, mereka
berlari secepat mungkin menuju ruang icu tanpa
menghiraukan orang orang yang melihat mereka. 
Gloria dan karin berpegangan tangan dengan sangat
kuat. Saat mereka sudah melihat ayah dan ibu viora
sedang menunggu di depan ruang icu. 
"Gloria! Karin! Apa yang kalian lakukan?" 
"Om, tante apakah viora baik baik saja?" 
Mereka menunduk tak kuasa melihat viora terbaring
lemah dengan banyak selang selang yang menancap di
seluruh tubuhnya mulai dari dada, dan tangan. Serta
tabung, dan alat bantu pernapasan semua di kerahkan
demi menyelamatkan nyawa sahabat nya. 
Tiba tiba, dokter membuka pintu dengan raut wajah
yang membuat ayah dan ibunya menangis. Satu kalimat
terdengar lembut namun menusuk hati. 
"Saya, sudah mencoba semaksimal mungkin!" 
"VIORAA!!" 
Gloria menyambar dokter begitu juga dengan kedua
orang tuannya, mereka mendapati viora terbaring
dengan begitu lemahnya. 
"Ayo, ayo bertahan. Jangan tinggalkan kami viora. Ayo
bangunn!" 
Jantung viora semakin melemah. Karin dan gloria
bersama sama memegeang tangan viora yang sangat
dingin dan pucat seperti mayat. 
Mereka terkaget saat melihat viora menggerakkan
jarinya. 
"Kumohon, jangan pergi sahabat ku! Kumohon." 
Dengungan komputer yang berfungsi merekam detak
jantung, tiba tiba saja menunjukkan garis yang lancip
dengan ukuran yang sangat kecil. 
Dengungan itu membuat semua menjadi hening dan
hampa.Viora berusaha mengatakan sesuatu, hal yang
begitu pedis dan sangat tertusuk.. Sambil tersenyum dia
berkata. 

Anda mungkin juga menyukai