Anda di halaman 1dari 6

Nama: Riska Amalia R.

Absen:27

Kelas:9H

LUKA MEYRA

Meyra Avelista. Gadis yang kerap dipanggil Meyra atau Mey. Gadis yang punya banyak warna
sebelum badai datang, karena terang pernah diperlihatkan pada dunia sebelum kalbu menguasai
dirinya. “Kapan Mey bisa bahagia Tuhan?”. Kata yang sering dia ucapkan setelah luka datang.

Plak!!

Satu tamparan yang sangat nyaring yang diberikan Papa Meyra terdengar hingga kamarnya.

“Kamu seharusnya bisa mendidik anak kamu agar tidak menggangu saya terus Aritha! Saya sudah
punya keluarga baru” Ucap Winarto papa Meyra dengan nada membentak.

“Kamu Papanya mas, wajar saja kalau dia masih menginginkan kasih sayangmu. Dengar ini baik-
baik, saya mendidik Meyra dengan baik sedari kecil, sedangkan kamu? Kamu gak pernah sekalipun
memberi kasih sayang, didikan untuk Meyra. Kamu gak pernah sekalipun jadi contoh yang baik
buat dia” Ucap Aritha.

Berisik, itu adalah kata yang pas untuk menggambarkan suasana sore di rumah Meyra. Meyra
termenung menatap langit-langit kamarnya. Ia berucap dalam hatinya, Mey lelah, Mey sakit
Tuhan. Kapan semua ini akan berakhir. Setelah termenung, ia turun ke bawah tepatnya di ruang
keluarga. Setelah sampai di tangga terakhir, ia menatap kedua orang tuanya dengan tatapan
jenuh.

“ Mah, Pah, tolong jangan ribut. Kalau seandainya Mey bisa minta ke Tuhan, Mey nggak mau kok
hidup di dunia ini kalau memang Mey hanya bisa menjadi anak sialan untuk Papa dan Mama.
Lebih baik, Papa pulang kerumah keluarga Papa yang baru dan Mama lebih baik urusin pekerjaan
Mama saja yang sudah menjadi prioritas utama Mama. Mey nggak ingin kalau kehadiran kalian
disini hanya untuk membuat keributan saja” Ucap Meyra dengan mata yang berkaca-kaca. Setelah
merasa cukup akan ucapannya, ia langsung berlari menuju kamarnya untuk menumpahkan air
mata yang sudah ia bendung sedari tadi.

“Mau sampai kapan Tuhan?” Ucap Meyra dengan nada pelan

“Dari pada di rumah jadi sedih ginu, mendingan cari angin aja deh di taman” kata Meyra dalam
hati.

Setelah sampai di taman, Meyra langsung duduk di bangku taman yang memang sudah
disediakan sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Tiba-tiba ada yang
menyeletuk “hati-hati kalau lagi sedih jangan di taman, apalagi duduknya di bawah pohon sambil
ngelamun gini”. Ucap seseorang itu.

Dengan reflek, Meyra menoleh ke orang tersebut. Sehingga terjadi eye contact yang cukup lama
dengan orang tersebut.
“Ehm, sorry lu siapa ya?” Ucap Meyra sambil menatap orang itu

“Gimana kalau kita kenalan dulu, gue Ziko Anthonio, kalau nama lu siapa?”

“Meyra Avelista”

“Ooh, neng Meyra namanya. Dari pada sedih disini mending ikut gue cari makan aja deket situ.
Tenang aja nggak bakal gue apa-apain kok”

“Boleh deh, lagi laper juga gue, tapi awas aja kalau lu ngapa-ngapain”

“Shiap dah neng, gak bakal”

*Keesokan harinya

Meyra sudah siap dengan seragam barunya. Ya, seragam barunya, karena ia pindah sekolah dan
ini hari pertama dia untuk masuk disekolah baru ini. “ Mah, Mey pamit dulu ya”

“Iya hati-hati maaf Mama nggak bisa nganterin kamu karena ada urusan mendadak di kantor”.
Mendengar itu, Meyra hanya tersenyum dan berlalu pergi untuk menunggu bus di halte.

*Sekolah

“Oh iya, dengar-dengar ada murid baru nih”. Ucap Zaki

“Wihh sapatuh? Laki apa cewek?”. Ucap Vero Abyal

“Gatau si”. Sahut Zaki

“Dihh, ngapain lu bilang kalau gitu”. Ucap Ver

*Bel masuk berbunyi

“Selamat pagi anak-anak”

“Pagi Bu” ucap seluruh murid dengan serempak

“Silahkan masuk nak, kalian kali ini kedatangan teman baru. Silahkan kamu bisa mulai
perkenalannya”

“Pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Meyra Avelista, kalian bisa memanggilku Meyra atau
Mey juga bisa” ucap Meyra dengan senyum khasnya.

“Baik, silahkan duduk di sampingnya Natha ya, Natha silahkan angkat tanganmu”

“Baik Bu, terimakasih “

*Bel istirahat berbunyi

“ Hai, boleh temenan nggak?”

“Hai, boleh banget” kata Meyra

“Kenalin, namaku Cahaya Mentari, kamu bisa manggil aku Tari”


“Oke Tari, ayo kita ke kantin, perut udah pada keroncongan nih isinya”

“Siap, gas”

Sesampainya di kantin, Meyra dan Tari sudah tidak kebagian tempat duduk. Namun pada
akhirnya ada yang memanggil Meyra “Mey sini aja dah, udah kagak dapet tempat duduk juga kan
lu” yang ternyata itu adalah Zaki, masih ingat dengan Zaki kan kalian? Yang bertemu dengan
Meyra di taman waktu itu. Meyra dan Tari pun seketika saling tatap dan pada akhirnya
mengangguk. Sampai pada akhirnya mereka berjalan ke meja tempat Zaki dkk duduk.

“Beh seneng banget deh Mey gue, akhirnya kita bisa ketemu lagi, apa jangan-jangan kita jodoh
ya?” ucap Zaki

“Ngawur banget kamu Zak” Sahut Meyra dengan tersenyum

“Dih kepedean banget jadi orang, sok-sokan mau jodoh sama cewek mahal anti diskon” Sahut
Vero

“Ngapain dah nyahut mulu tu mulut”

Tidak ada yang sadar kalau sedari tadi Alveska selalu menatap Meyra dalam diam dengan
pandangan yang sulit diartikan. Pada akhirnya, Meyra sadar dan terjadilah eye contact yang cukup
lama. Tapi pada akhirnya, suara Vero memecah keheningan.

“Nih pada diem-diem baek, kagak ada niatan mau pesen makan nih?”

“Iya, pada mau pesen apa?” sahut Tari membalas ucapan Vero

“Aku bakso 1 deh Tar sama es teh nya 1” ucap Meyra pada Tari

“Yang lainnya mau pesen apa?” tanya Tari pada yang lainnya

“Nasgor 1, mie ayam 1, es teh satu” Ucap Ziko dengan tak tau diri

“Al, lu mau pesen apa?” Tanya Vero

“Nasgor 1 sama Es jeruk 1”

“Oke siap” sahut Tari dan Vero bersamaan

Akhirnya Vero dan Tari pun berangkat memesan makanan. Meja tersebut pun akhirnya hening,
entah dari Meyra yang canggung untuk membuka obrolan, dan Al yang malas berbicara,
sementara Ziko yang sibuk dengan ponselnya. Setelah menunggu waktu yang cukup lama,
pesanan mereka akhirnya tiba. Lantas, mereka langsung makan bersama dengan ditemani
candaan Vero dan Ziko yang sesekali Tari dan Meyra juga ikut masuk dalam pembicaraan, namun
Al hanya diam yang sesekali mengangguk untuk menanggapinya. Tak terasa, waktu istirahat sudah
selesai, akhirnya mereka berpisah karena kelas mereka yang berbeda.

*Jam pulang

Setelah semua selesai, Meyra dan Tari berjalan menuju parkiran. Sesampainya diparkiran,
ternyata Alvero dkk sudah berada diparkiran. Melihat hal itu, sontak Meyra dan Tari menyapa
gerombolan Al.

“Eh Mey, aku pulang duluan ya. Udah dijemput soalnya”


“Oh iya, duluan aja”

“Semuamya, aku pamit duluan ya”

“Siap neng hati-hati “ ucap Vero untuk Tari

Setelah Tari pulang, Meyra bergeas pergi menuju halte untuk menunggu bis. Namun, baru saja
satu langkah, suara Ziko memberhentikan langkahnya.

“Mey, bareng gue aja sekalian, satu arah kan”

Mendengar itu, sontak Vero dan Alveska pun bertatapan dan kaget akan ucapan Ziko, karena
meskipun Ziko orang yang humoris, tapi ia tak pernah sekalipun memberi tumpangan pada cewek.
Tapi pada akhirnya Meyra pun setuju untuk ikut Ziko.

Singkat cerita, setelah kejadian itu pun Meyra dan Ziko semakin dekat. Sampai pada waktu
Meyra akan ulang tahun yang ke 17 nya, Ziko ingin memberi surprise untuk Meyra. Persiapan
untuk menyiapkan surprise pun pastinya tak sendiri. Dengan dibantu teman-teman Ziko yakni
Alveska dan Vero serta Teman Meyra yaitu Tari. Tak terasa hari ulang tahun Meyra pun tiba.

Semua tampak bahagia disana. Tak terkecuali Meyra, tapi siapa sangka didalam lubuk hatinya ia
sangat berharap orang tuanya hadir disini untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi, apa boleh buat.
Dia tak bisa egois hanya untuk kesenangannya, ayahnya yang sudah memiliki keluarga baru dan
ibunya yang sangat sibuk bekerja. Tapi ia harus bisa menutupi kesedihannya tanpa bisa dilihat
orang lain.

Tanpa disadari, saat merayakan ulang tahun Meyra dicafe, ada seorang cowok berhoodie
hitam yang menatap Meyra dengan tatapan tajam. Sampai akhirnya, mata cowok berhoodie
hitam itu bertubrukan dengan Alveska. Ya, Alveska. Dan disinilah awal luka Meyra kembali.

Entah mengapa, sejak saat kejadian merayakan ulang tahun Meyra, Alveska menjadi akrab
dengan Meyra. Padahal, Alveska sangat cuek dengan perempuan. Hal itu sebenarnya membuat
Ziko dan Vero bertanya-tanya dalam hati. Sampai pada waktu, Meyra diajak Alveska untuk pergi
ke suatu tempat. Akhirnya tanpa pikir panjang, Meyra menyetujui ajakan Alveska. Sampai
akhirnya ia sampai di sebuah bangunan terbengkalai. Segera ia diajak masuk Alveska. Tapi siapa
sangka didalamnya adalah bangunan yang sangat megah. Lebih kagetnya Meyra, seseorang yang
keluar dari suatu ruangan didalamnya adalah Cakra. Mantan kekasih Meyra yang sangat terobsesi
dengan Meyra.

“Hai, lama tidak berjumpa Meyra, kau masih ingat denganku kan?”

“Cakra? Ini apa maksudnya Al?”

“Gue sengaja bawa lu kesini, karena gue mau balas dendam, papa lu udah ngehancurin
keluarga gue. Gara-gara papa lu, papa mama gue cerai. Dan akhirnya papa gue bunuh diri karena
ia merasa kehilangan jiwa dan raganya, yaitu mama gue.

Tanpa mendengar jawaban Meyra, segera Alveska keluar dan langsung pergi meninggalkan
Meyra di kediaman Cakra.

“ALVESKAAA!!!!” teriak Meyra

Dengan perlahan, Meyra segera berbalik badan dan langsung melihat ke arah Cakra yang saat
itu sedang menatapnya.
“ Mau apa kamu?” tanya Meyra pada Cakra

“Kamu” jawab Cakra seraya mendekat pada Meyra

Mendengar jawaban tersebut sontak Meyra terkejut. Tanpa disadari Meyra, Cakra membekap
Meyra yang lainnya sudah ada obat bius. Segera Meyra dibawa Cakra ke kamarnya untuk
melakukan hal tak senonoh, dengan keadaan Meyra yang sudah tak sadarkan diri. Setelah cukup
lama melakukan hal itu, Meyra bangun dalam keadaan yang sudah sangat kacau. Matanya kini
terbuka lebar saat ia merasakan sudah tidak mengenakan baju dan ada noda darah dikasurnya. Ia
langsung teringat dengan Cakra. Ia menduga pasti Cakra yang melakukan hal ini. Meyra langsung
saja menangis dan memukul kepalanya sendiri seperti orang depresi.

Mendengar keributan yang berasal dari dalam kamarnya, Cakra langsung saja masuk dan
melihat Meyra seperti orang depresi. Ia mendekati Meyra dan bertanya

“Kenapa?”

“KAMU TANYA AKU KENAPA? KAMU KAN YANG SUDAH MELAKUKAN

INI PADAKU?” teriak Meyra

“Iya, karena prinsipku, tidak ada yang boleh memilikimu selain aku”

“Jahat kamu Cak, kamu orang yang paling jahat, brengsek”

Mendengar hal itu, Cakra langsung saja keluar kamar dan pergi entah kemana. Sementara
Meyra, ia sangat merasa dititik terendahnya. Ia sudah tidak mempunyai alasan untuk hidup.
Keluarga yang berantakan, tubuh yang menurutnya sudah kotor.

“ Meyra capek, Meyra menyerah Tuhan” kata Meyra dalam hatinya.

Ia teringat Ziko, Tari, Vero. Tiga orang itu alasan Meyra untuk bertahan hidup didunia yang
kejam ini. Tapi, sepertinya Meyra menyerah. Ia sudah tidak tahan dengan semua ini. Akhirnya, ia
menyayat nadinya sendiri dan BRAK

Pintu didobrak dengan keras dan nampak seorang cowok yang ternyata itu adalah Ziko. Tanpa
pikir panjang Ziko langsung saja merebut pisau dari Meyra dan melemparkannya. Dibelakang Ziko,
terlihat Tari dan Vero. Mereka terkejut akan kondisi Meyra.

Langsung saja mereka membawa Meyra ke rumah sakit. Di tengah perjalanan, Ziko bertanya
pada Meyra, siapa dalang dibalik kejadian ini. Meyra menjawab jika Alveska yang merupakan
dalang dibalik kejadian ini. Dan Alveska yang membawa Meyra pada Cakra, mantan yang obsesi
pada Meyra. Meyra juga menceritakan kejadiannya secara rinci. Mendengar hal tersebut, Ziko tak
tinggal diam.

Setelah sampai di rumah sakit. Ziko berpesan pada Tari untuk menjaga Meyra. Sementara Vero,
ia diajak Ziko untuk pergi menemui Alveska. Saat diperjalanan, memang Ziko sudah menceritakan
semuanya pada Vero. Setelah sampai di kediaman Al, Ziko langsung saja membogem Al, dan
terjadi perkelahian. Namun Vero menghentikannya, ia berkata jika masalah ini diselesaikan
dengan baik-baik saja. Dan akhirnya mereka setuju, Ziko bertanya pada Al, mengapa ia
menjerumuskan Meyra pada Cakra. Dan akhirnya Al mengaku, jika ia punya dendam pribadi
dengan Meyra, terutama pada Papanya. Namun Al tidak tahu, jika Meyra juga bernasib sama
seperti dirinya yang tidak mendapat kasih sayang orang tuanya. Dari mana Al tahu kalau Meyra
juga broken home sama seperti dirinya? Ia diberi tahu Ziko. Memang, tanpa kita ketahui Meyra
sudah terbuka dengan Ziko tentang masalah pribadinya. Alveska menyesal tentang apa yang ia
lakukan pada Meyra. Dan Al memutuskan untuk ikut ke rumah sakit dan ingin meminta maaf
kepada Meyra. Sementara Cakra, ia sudah menghilang entah kemana setelah kejadian itu.

Sesampainya Ziko, Al dan Vero, ternyata orang tua Meyra juga berada disana. Mereka
dihubungi oleh Tari. Setelah menunggu waktu yang lama, dokter keluar dari ruangan. Dokter
menyatakan jika Meyra dalam keadaan kritis. Saat Meyra kritis, Al meminta maaf pada orang tua
Meyra karena ulahnya, Meyra dinyatakan kritis. Orang tua Meyra memaafkan Al, karena ini juga
salah mereka. Mereka tidak terlalu memperdulikan Meyra dan untuk marah pada Al, sudah tidak
ada gunanya. Dan saat itu pula, orang tua Meyra berdamai meski tidak rujuk. Melihat hal itu, Tari,
Ziko dan Vero tersenyum. Sementara Al, ia juga sudah ikhlas atas kematian papanya dan akan
memulai hidup baru.

Dua bulan telah terlewati, Meyra masih dinyatakan kritis sampai saat ini. Namun, Ziko selalu
datang ke ruangan Meyra meski hanya untuk memberi Meyra bunga atau untuk mengecup dahi
Meyra.

Genap empat bulan, Meyra telah sadarkan diri. Saat Meyra sadar, langsung saja Ziko
menceritakan kejadian-kejadian saat Meyra kritis. Mulai dari kelulusan yang diwakili orang
tuanya, dan orang tuanya yang sudah berdamai namun tidak rujuk sampai Alveska meminta maaf
pada orang tua Meyra dan dia juga sudah berdamai dengan masa lalunya dan ingin memulai
lembaran baru. Mendengar hal itu, sontak Meyra sangat senang akan berita ini.

Kehidupan Meyra yang dulunya penuh luka, sekarang dipenuhi kebahagiaan. Keluarga yang
menyayanginya meski papanya tidak tinggal serumah dengannya tapi, masih memberikan kasih
sayang untuk Meyra. Dan untuk pertemanan, Meyra juga beruntung karena saat ini ia mempunyai
banyak teman. Untuk kisah percintaannya, ia sudah dilamar Ziko pada saat kelulusan sekolah
kemarin. Dan akhirnya lengkap sudah kebahagian Meyra.

Anda mungkin juga menyukai