Anda di halaman 1dari 8

CHAPTER 3

-Kelas, 12.45

Kini mereka bertiga menatap kearah Mei dengan tatapan menginterogasi. Karena sedari tadi Mei
hanya diam saja.

Menghela napas pelan, “Jadi yang itu tadi beneran Danu yang kita omongin kemarin ya?” Tanya Mei
sambil meringis.

“Iya Meiraa,” Kali ini bukan Ana yang menjawab, tapi Siska. “Jadi gimana ceritanya lo bisa kenal sama
Kak Danu?”

Sebenarnya sejak Kembali dari kantin Mei sudah ketar ketir kalau sampai di beri pertanyaan yang
macam-macam sama teman-temannya. Tadinya dia juga berharap agar sesampainya dikelas sudah
ada ibu guru, eh ini malah jam kosong.

“Kemarin ketemu diparkiran waktu mau pulang.”

“Terus?”

“Tuh anak mindahin motor gue ke pinggir lapangan Futsal, gue kan gatau, gue pikir motor gue ilang.
Pas gue cari ternyata di buat duduk sama dia dipinggir lapangan.”

“Jangan bilang Kak Danu lo maki-maki juga?!”

“Hehe iya.” Aku Mei sambil meringis karena tau sebentar lagi bakal kena semprot

“Sumpah Mei, bisa-bisanya lo maki-maki Kak Danu yang secara nih ya, cewek lain kalau ketemu Kak
Danu nyapa aja belum tentu di bales. Terus tadi juga lo di samperin malah marah-marah nggak
jelas.”

“Gini ya Anastasya, yang pertama dia pinjem motor gue nggak ijin, jelas aja gue marah. Yang kedua,
dia manggil-manggil nama gue dengan seenak jidatnya di ganti-ganti.” Sembur Mei sambil
mengerucutkan bibirnya lantaran sebal, karena teman-temannya terus menyudutkannya.
“Siapa tahu aja panggilan sayang, kan tadi Kak Danu bilang Mei bakal jadi miliknya nanti.” Komentar
Farsha yang dari tadi hanya mendengarkan omongan Mei.

Menoleh kearah Farsha “Realistis aja kali. Kalian kan tahu sendiri Kak Danu buaya-nya gimana,
omongan kek gitu kan udah biasa diucapin. Lagian Mei juga baru ketemu dua kali sama Kak Danu.”

“Nah, bener tuh si Siska, lagian kenapa sih cewek-cewek suka banget modelan kayak Danu, nyebelin
banget gitu orangnya.” Gerutu Mei.

“Mei!” Panggil seseorang dari belakang bangku Mei dan Ana. Sontak mereka menoleh ke sumber
suara.

“Eh, Saka? Ada apa?” Tanya Mei to the point.

“Emmm, lo tadi yang di samperin Kak Danu kan?”

“Eh? Lo kok tahu?”

“Beberapa anak yang duduk di deket meja lo pasti lihat dan tahu lah Mei”

“Hehe, iya sih. Kenapa emangnya lo tanya kek gitu?”

“Mau nanya aja sih, sebenernya ada hubungan apa lo sama Kak Danu, soalnya nggak biasanya dia
nyamperin cewek di tempat umum kayak tadi.”

“Ekhem!,” Ana sengaja mengeraskan suaranya, “Samuel! Tolong dong bilangin sama temen lo buat
jangan kepo-kepo amat sama urusan orang. Kasian masih muda, mana Lakik lagi!” Ucap Ana pada
Samuel yang berada di depannya dan di samping Saka, karena memang tempat duduk Saka dan
Samuel di belakang Mei dan Ana.

“Ana, gue ada didepan lo,jadi nggak usah teriak-teriak! Gue nggak budek, lagian kalo lo mau
ngomong sama Saka yaudah ngomong aja nggak usah nyindir-nyindir!” Balas Saka pedas.
Sedangkan Saka hanya menatap kesal kearah Ana, karena menyela ucapannya, padahal tadi Mei
sudah hampir membuka suara.

“Gaiss, gaisss! Yoga sama Danu berantem dilapangan basket!” Teriak seorang siswa di koridor kelas
sambil berlari, namun ucapannya sukses membuat semua orang kepo termasuk Mei dan teman-
temannya.

Tanpa babibu Ana menarik Mei lari menuju ke lapangan basket, karena hanya Mei yang berada di
dekatnya dan di susul anak-anak lainnya

```

-Lapangan Basket, 13.09 WIB.

Buugghhh! Buugghh!

“Akkhh! Sialan!”

Para siswi langsung memekik tertahan melihat Yoga dengan entengnya memukul wajah mulus milik
Danu, termasuk Mei dan Ana.

“Lah, Farsha sama Siska mana?” Tanya Mei pada Ana disampingnya sambil menoleh ke samping
kanan dan kiri, mencari keberadaan kedua sahabatnya.

“Si Siska kebelet.” Ucap Saka di belakangnya.

“Lo emang suka ngerebut milik gue ya Dan, dari dulu!” Yoga menarik kembali kerah Danu setelah
Danu sempat tersungkur ke tanah.

Teriakan Yoga mampu membuat semua orang yang ada di sana melihat perkelahian mereka kaget.

Dengan wajah yang masih memerah Yoga ingin Kembali melayangkan pukulan pada Danu, namun
bajunya di tarik dari belakang.

“STOP! STOP!” Teriak Rama kemudian menarik Yoga, sedangkan Bram langsung menyeret Danu.
“Lepasin gue anjing!”

“Kalian tuh kenapa sih, berantem mulu kalo ketemu? Nggak capek apa?”

“Kalian tuh kenapa sih, ikut campur mulu? Nggak malu?” Balas Yoga dengan amarah yang masih
menggebu.

Sementara Danu hanya memandang remeh sosok Yoga yang ada di depannya, dengan tangan yang
masih di pegang Rama.

“Bram, bawa Danu ke UKS suruh ngobatin lukanya. Biar Yoga gue yang urus!” Titah Rama

“Apa-apaan gue lo yang ngurus! Lo kira gue bayi!”

“Makanya diem aja!”

Tanpa banyak tanya, Bram menarik Danu menjauh dari Yoga dan Rama yang masih adu mulut. Dia
Ingin membawanya ke UKS namun matanya menangkap seorang cewek yang tadi di kantin menarik
perhatian sohibnya.

“Mei!” Panggil Bram langsung.

Bukan hanya Mei rupanya yang kaget, tetapi juga Danu yang sebelumnya tidak melihat ke beradaan
Mei.

Mei mengangkat sebelah alisnya, tanda bertanya, kenapa?

“Nih, Danu mukanya bonyok dikit. Lo obatin ya, bawa ke UKS!” Ucap Bram enteng.

Sontak Mei membelalakkan matanya kaget “Lah ngapa gue?” Jawabnya sambil menunjuk dirinya
sendiri.
“Yaaaa, lo kan temennya siapa itu, anak UKS?” Bram menoleh kepada Danu di sampingnya sambil
memelankan suaranya.

“Siska” Bisik Danu pada Bram.

“Nah, iya Siska. Lo kan temennya Siska anak UKS temennya Rama juga.”

Mei mengerutkan keningnya, “Lah yang anak UKS Siska kenapa jadi gue yang harus ngobatin dia?!”

“Udah, lo pasti bisa ngobatin! Udah ya gue duluan udah kebelet.” Tanpa menunggu jawaban dari
Mei Bram langsung lari menjauh dari mereka.

Mei menoleh ke belakang, mencari keberadaan Ana dan Saka yang tadi bersamanya. Namun nihil,
sepertinya mereka juga meninggalkannya setelah Danu dan Bram mendekatinya tadi.

Menghelas napas pelan, Mei memandang sekilas wajah Danu yang bonyok, membuatnya sedikit tak
tega.

Sementara Danu daritadi hanya diam memperhatikan Mei, “Ayo ke UKS!” Ucapan Mei sontak
membuatnya tersadar dari lamunannya.

Lalu Danu mengikuti Mei yang berjalan di depannya menuju UKS, tanpa memperdulikan tatapan
anak-anak lain yang mungkin kepo, ada hubungan apa kapten futsal dengan Mei yang hanya siswi
biasa?

```

-UKS, 13.29

“Aaakkkhh! Pelan-pelan jangan di tekan! Sakit tau!”

“Makanya kalau, sakit nggak usah sok-sok an berantem!” Mei membalas perkataan Danu masih
dengan telaten mengobati wajah Danu.
Sementara Danu mengangkat sebelah alisnya, merasa bingung. Sambil memandangi wajah Mei dari
jarak yang lumayan dekat itu. Kemudian meniupnya.

“Lo ngapain niup-niup wajah gue sih!”

“Lo imut,”

“Dih, ga jelas!”

“Lo lucu,”

“Ga nanya!”

“Lo cantik,”

“Emang!”

“Tapi sayang, lo judes.”

“Lo ngatain gue?”

“Tuh kan, ngegas”

Mei menghela napas lelah, “Terserah.” Setelahnya Mei membereskan kotak P3K, karena memang
sudah selesai mengobati Danu.

“Kayaknya udah takdir deh, kita bisa satu ruangan kayak gini.”

“…”

“Mei-Mei”
“…”

“Atau, kita jodoh! Kan kalau kata orang, ketemu berturut-turut sampai tiga kali bisa jadi jodoh!”

“Udah?”

“Apanya?” Danu ikut turun dari brankar, karena tadi memang mereka duduk di brankar.

“Ngocehnya!” Tanpa menunggu balasan dari Danu, berjalan cepat menuju pintu.

“Eh mau kemana lo?!.”

“Akhirat! Ya pulang lah bego!”

Belum sampai tangan Mei memegang gagang pintu, Danu sudah lebih dulu memegang gagang pintu.
Refleks Mei menoleh kebelakang, dan dia menabrak dada Danu.

“Anjirr!” Umpatnya pelan, namun masih bisa di dengar oleh Danu dan dengan tangan yang
mengusap keningnya.

Tangan Danu kemudian terulur untuk mengusap kening Mei. Dan Mei mendongak ke atas melihat
wajah Danu.

Dari jarak yang sedekat itu, Mei bisa mencium bau kopi dari tubuh Danu. Minuman yang aromanya
dia suka, tapi minumannya tidak.

Tangan Danu ikut mengusap pelan kening Mei dan membuat Mei sadar dari pemikirannya lalu
memalingkan wajahnya.

Kemudian Danu membungkukkan badannya, dan membisikkan sesuatu tepat disamping telingan
Mei.

“Makasih, udah mau bantu ngobatin wajah gue meskipun lo teken-teken juga tadi.”
Setelahnya, Danu Kembali menegakkan badannya dan tangannya yang dari tadi mengusap-usap
kening Mei berpindah ke kepala Mei dan di tepuk-tepukkan disana. Dan jangan lupakan senyum tipis
yang tersungging di bibirnya.

Ceklekk!

Danu melenggang pergi begitu saja setelahnya. Meninggalkan Mei yang masih mematung didepan
pintu dengan tangan kiri yang mengusap pelan keningnya yang tertutup sedikit poni.

Sementara tangan kanannya perlahan terangkat menyentuh dadanya.

“Sialan! Jantung murahan! Gitu aja udah jedag-jedug nggak jelas!” Dengusnya pelan, kemudian juga
keluar dari UKS yang sudah tidak ada siapa-siapa, karena sudah waktunya jam pulang.

Anda mungkin juga menyukai