Anda di halaman 1dari 6

Naura Faradisa E (25/9H)

ALTRA

Aileaela Florencia, wanita dengan parasnya yang menawan, mempunyai tatapan yang tulus dan
begitu indah, senyuman yang manis, sedikit troublemaker hingga beberapa guru begitupula
beberapa temannya membencinya. Ketika semua orang mempuyai suatu hal yang dapat
membuatnya bahagia hanya dengan membayangkan saja, begitu juga dengan Aiela. Jetra
Kamazhana, siapa yang tak tau dengan lelaki tersebut, lelaki dengan wajah yang tampan,
matanya yang begitu indah , badannya yang tinggi,dan memiliki rahang tegas. Ia adalah ketua
genk Grixen di SMA Neocity.

Aiela menyukai lelaki tersebut, dan tidak ada yang tahu bahwa dia menyukai Jetra selain kedua
temannya, begitu pula lelaki itu. Ia merasa tidak bisa menyembunyikan perasaannya terus
menerus. Maka dari itu ia megumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengungkapkan
perasaannya yang tulus untuk lelaki itu. Aiela berharap, lelaki itu bisa menjadi alasan terakhir
yang dapat membuatnya bertahan dalam hidup yang tidak adil ini.

Kini sebotol air mineral dan roti coklat sudah berada dalam genggamannya, setelah Jetra bermain
basket, Aiela segera menyusul Jetra dan mengikutinya memasuki ruang kelas yang kebetulan
sedang dalam keadaan kosong. Sadar telah diikuti, Jetra lantas membalikkan badan tubuhnya dan
menatap Aliea dengan muka yang sangat amat datar Aiela yang kini sudah menghentikan
langkahnya tidak jauh darinya

Aiela mengulurkan tangannya, memberikan Jetra sebotol air mineral dan roti coklat “Ini hadiah
dan aku cuma mau bilang kalau aku suka sama kamu” Aiela pun meninggalkan Jetra yang hanya
bisa diam membeku, mungkin ia shock atas perkataan yang baru saja Aiela katakan.
Kenyataannya Jetra tau bahwa Aiela hari hari belakangan ini sering memperhatikan dia, namun
ia mengacuhkannya saja. Setelah kejadian itu, mungkin banyak orang yang tau bahwa Aiela
menaruh perasaannya kepada seorang ketua geng Grixen yaitu Jetra.

Jika orang lain mencintai bulan, Aiela lebih menicintai matahari. Tidak ada alasan tertentu, tetapi
menurutnya matahari cukup menjadi penerang yang luas untuk hidupnya yang kelewat gelap.
Meskipun ada bintang dan bulan yang tidak kalah terang, tetapi tetap saja langit di atas sana
masihlah terlihat hitam.

Matahari tampak terang di atas sana. Seraya merasakan sapuan cahaya di wajahnya, Aiela
mengetuk ngetuk pulpen di dagunya, terlihat memikirkan sesuatu. Tangannya yang bebas
menyisir rambutnya yag tergerai. Ada beberapa helai rambut jatuh di tangannya. Bukan karena
Aiela penyakitan, tetapi karena sebuah keadaan yang memaksa Aiela melakukan itu.
“Rambut lo pada rontok,kenapa? Gara gara itu lagi?” mengerti yag dimaksud Liana temannya,
Alana pun mengangguk. Kelihatan bahwa ia tidak tertarik membahas hal itu lebih lanjut. Tidak
lama, bel berdering tanda istirahat. Sea sudah terlebih dahulu keluar. Ketiganya beriringan
menuju kantin. Dari depan saja kantin sudah terlihat ramai, apalagi di bagian pojok,area
kekuasaan genk Grixen.

Jika hendak mencari anggota genk Grixen di SMA Neocity, hl itu tidaklah sulit, tinggal
menanyakan ke siswa siswi atau guru, pasti mereka tahu. Terlalu kurang update jika tidak
mengetahui genk tersohor sekaligus komplotan anak anak nakal yang hobinya menyusahkan
guru tersebut. Tetapi di balik itu semua, kadang kala anak Grexin sering membantu jika sekolah
mengadakan acara.

Masih membahas Grexin, geng yang terdiri dari beberapa anggota itu tengah dihukum karena
kedapatan membolos saat pelajaran. Aiela memperhatikan jetra dari jendela kelasnnya. Ia
bersyukur telah menjalankan tugasnya, tugas yang dimaksud Aiela adalah memasukkan tisu, roti,
dan susu kotak tanpa rasa di kolong meja Jetra. Jetra itu cowok yang kurang suka makanan
maupun minumamn manis, jadi Aiela sengaja memberikan susu tanpa rasa kepada Jetra.

Masih dalam tahap penjemuran layaknya ikan kering. Aiela sampai merasa kesal dengan
gurunya itu, dan lebih kesalnya lagi saat melihat seluruh anggota Grexin diperintahkan push up
sebanyak lima puluh kali. Aiela mengambil ponselnya, mengetikkan sesuatu di sana “Jangan
lupa minum susu, makan roti, sama pake tisu yang aku kasih” kemudian mengirimkan pesan itu
kepada Jetra.

Aiela baru saja menaruh tisu, roti, dan juga susu tanpa pemanis buatan di kolong meja seseorang.
Hal terseut sudah menjadi kewajiban yang ia lakukan setiap pagi. Jetra terkadng memberikan roti
dan juga susu pemberian Aiela kepada temannya tanpa sepngetahuan Aiela. Aiela meringis saat
badan orang yang lebih besar darinya itu menabraknya. Matanya menangkap sosok Jetra yang
tengah terdiam memandanginya, cowok itu tidak mengeluarkan reaksi sampai teman mendorong
bahunya pelan.

Jetra pun akhirnya mengulurkan tangannya membantu Aiela yang sudah akan melompat lampat
kesenangan. Bayangkan saja, untuk pertama kalinya tangannya digenggam oleh tangan besar
seorang Jetra. Ada sedikit rasa syukur di dalam hati Aiela karena tidak keceplosan mengumpat
tadi. Setidaknya ia bisa pencitraan di depan cowok yang ia taksir.

Seakan mengerti keadaan, Sea membuka suara “Eh, …oh nggak kok, nggak.” “Alah bohong
banget lu.Jet, kalau gue minta gani rugi bisa nggak nih?” “Iya tuh Jet. Masa lo habis nabrak anak
orang nggak ganti rugi,sih. Minta maaf aja nggak,” timpal temannya Jetra. Jetra mendengus
seraya memandang kesal kepada ketiga sahabatnya. ”Hmm, dia tanggung jawab gue pulang
sekolah.” Suara berat Jetra serasa nyanyian merdu di telinga Aiela.
Senyum Aiela tidak pudar sedikit pun saat ia duduk tidak tenang di belakang Jetra. Jantungnya
seakan mau lepas saat ini, bibirnya juga terasa kram sedari tadi karena tidak hentinya ia
tersenyum. Walaupun dibatasi oleh tas Jetra, hal itu tidaklah menjadi masalah.

Selama beberapa menit di perjalanan berdua bersama Jetra, suara Aiela lah yang mendominasi
memecah keheningan. Jetra hanya berdehem atau bergumam saja jika ditanya dan memilih diam
saat Aiela bercerita. Aiela bersyukur setidaknya ia tidak berpikir untuk menurunkannya di jalan
karena mulutnya yang tidak bisa diam ini. “Jet, besok pulang bareng lagi, ya?” “Nggak” “Loh
kenapa? Takut bensinnya habis?” “Ada urusan” Jawab Jetra singkat. Aiela cukup tau diri dengan
jawaban Jetra yang seperti itu.

Tidak terasa mereka telah sampai di depan pagar tinggi berwarna hitam.Aiela beranjak turun
dengan modus memegang pundak Jetra. Inginnya Aiela ingin berlama lama berduaan bersama
Jetra, menanyakan ini itu kepada Jetra. “Makasih banyak, ya. Hati hati, kalau bisa kamu hubungi
aku nanti kalau udah sampai rumah engan selamat hehehe…. “ Aiela memberikam senyum
terbaiknya seraya menepuk nepuk punggung tangan Jetra yang sedang memegang gas motor.

Aiela berjalan meninggalkan Jetra yang tengah focus mengarahkan tatapannya ke kaca spion
motornya.

Suasana hening nan penuh buku menyambut Aiela saat ini di perpustakaab. Awal masuk ke
tempat tersebut, para murid pecinta langsung berbisik, seakan Aiela yang masuk ke perpistakaan
itu adalah sebuah keajaiban. Tak memusingkan itu, ia memilih berjalan seraya mencari cari
keberadaan Jetra.

Berbicara tentang Jetra, cowok berambut hitam legam sedang berada di perpustakaan saat ini
sebab Pak Doni yang tak lain adalah guru matematika kelas IPA 1, menyuruh Jetra untuk
mengambilkan buku untuknya.

Aiela tidak merasa tertarik sedikit pun saat melihat buku buku yang berjejer rapi di setiap rak.
Jangankan untuk tertarik dengan buku, melihat perpustakaan saja Aiela tidak berkenan. Selama
bersekolah di tempat ini, terhitung ini adalah kedua kalinya ia masuk ke sini. Kalau bukan karena
Jetra, mana mau Aiela ke perpustakaan.

Aiela tersenyum jenaka saat melihat Jetra di depan sana tengah mencari buku yang diminta oleh
Pak Doni, langkah kakinya dipercepat hanya untuk segera menghampiri cowok itu. Tetapi, Aiela
mendadak memperlambat langkahnya saat melihat Jetra yang tak sengaja menubruk seorng
cewek.

Dari belakang sini Ailea dapat menebak siapa cewek yang bersama Jetra. Mereka berdua tampak
kaku, apalagi cewek itu. Ailea memilih diam di tempatnya melihat reaksi Jetra dari belakang,
cowok yang ia sukai itu tampaknya mengulurkan tangan untuk membantu Aloka berdiri dari
duduknya.
Dari tempatnya Ailea merasa panas sendiri, ia akhirnya memilih mendekat kea rah dua orang itu,
kemudian menggandeng lengan Jetra posesif. “ Yuk,kamu udah selesai kan cari bukunya?”
Kedatang Ailea cukup membuat Aloka salah tingkah hingga membuat cewek itu menjauh.

Ailea itu egois sekalipun Aloka adalah cewek yang Jetra taksir dalam diam dari pandangan
Ailea, tapi ia tak akan membiarkan Jetra jatuh pada orag lain selain dirinya. “Ngapain?” tanya
Jetra pada Ailea yang masih menempel di lengannya. “Cari kamu,” jawab Ailea sambil
tersenyum. Jetra memilih jalan terlebih dahulu. “Ish, jangan cepet cepet,dong. Kan aku susah
larinya.” Jetra terus berjalan seraya mencoba melepaskan rangkulan Ailea di lengannya.

Karena Ailea tau bahwa Jetra akan risi dengan keberadaannya, ia akhirnya memilih merangkul
pinggang cowok itu sebentar, kemudian berlari mendahuluinya. Ailea tertawa, tahu betul
bagaimana reaksi Jetra saat ini. Ailea menoleh sekilas ke belakang seraya berlari, ia menjulurkn
lidah kea rah Jetra, tanda bahwa ia berhasil merangkul cowok itu.

“Kenapa lo nolak balikan sama gue?!” “Karen ague emang nggak mau balikan” “Kenapa?
Karena Jetra itu?” “iya emang kenapa, hah?” Ailea tampak berusaha untuk meredam emosinya
agar tidak memukul kepala cowok yang sedang mengendarai motor ini. “Sialan apa yang lo
banggain dari dia?” “Hharusnya gue yang tanya kayak gitu sama lo, Apa yang lo banggain dari
diri lo? Gue rasa Jetra pantes buat gue sukai karena setidaknya dia lebih baik dari gue. Buat apa
bertahan sama orang kaya lo. Bukannya gue berubah baik, malah gue jadi tambah suram.”

“Turun lo!’ Jay berseru keras seraya meminggirkan motornya. “Turun!” Dengaan kesal,Ailea
memilih turun dari motor merah Jay, kemudian Jay meninggalkan Ailea. Mengumpati Jay, itulah
yang dilakukan Ailea saat ini. Ailea terus berjalan seraya menendang nendangi batu kecil yang ia
lewati, rumahnya masih jauh. Jay itu mantan pacar Ailea. Tepat saat tamat sekolah menengah
pertama, Jay memutuskannya sepihak karena mendapati kebenaran bahwa Ailea memanfaatkan
Jay. Mungkin hal ini juga berlaku pada mantan Ailea yang lain.

Tangan cewek itu dengan setia memegang tali tasnya dengan kepala menunduk. Akan tetapi deru
mobil yang berhenti tepat di sampingnya membuatnya menoleh. Ailea merasa tak asing dengan
mobil hitam yang berhenti ini. Ia sempat terdiam sebentar mengamati mobil itu.

Tetapi Ailea mendadak kaget saat tahu siapa yang turun dari mobil. Lelaki yang tampak familiar
di matanya, Ailea dengan cepat berjalan meninggalkan orang itu. Suasana sepi cukup membuat
cewek itu ketakutan, apalagi saat berbalik, ia melihat orang yang mengikutinya itu.

Ailea mulai capek tapi ia tak berniat menghentikan langkahnya, sampai tiba tiba tangan besar
menarik paksa tanganku. Ailea berusaha melepaskan tangan yang menariknya itu seraya minta
tolong sekeras kerasnya.
Lelaki itu menarik Ailea dengan keras hingga membuat cewek itu terjugkal kedepan. Dengan
paksa, Ailea ditarik menuju mobil. Ailea meracau, tangan dan kakinya tidak diam , berusaha
untuk lepas dari orang itu.

Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, sebuah saputangan berwarna putih, yang
Aliea yakin ia pasti akan pingsan setelah dibekap sapu tangan tersebut.

Dibawah gelapnya langit, Ailea bersumpah akan mengahantui hidup lelaki kekar ini jika
dibunuh olehnya. Ailea meracau menggerak gerakkan kepala agar tidak bisa diraih oleh orang
itu. Tetapi sial, orang itu berhasil. Ailea tak tahu harus apalagi kecuali meracaulebih kuat dengan
sisa tenaganya.

Cewek itu memilih membuang salivanya di wajah orang bertubuh kekar itu. Tidak ada belas
kasihan untuk manusia berhati iblis seperti itu bsgi Ailea, walaupun ia tahu bahwa kelakuannya
sangat tidak sopan.

Ailea berusaha berlari sekencang mungkin. Aiela dengan tidak sengaja ia tersandung batu
lututnya sempat beradu dengan aspal hingga membuat darah keluar . Tiba tiba ia merasakan ada
yang menariknya, tarikan keras yang menyuruhnya untuk berlari pergi.Ternyata Ardi teman Jetra
yang menyelamatkannya. Tangannya ditarik keras oleh cowok itu. “Masuk cepetan” perintah
Ardi,membuat Aiela dengan cepat masuk ke mobil.

Perlahan, beban dan sesak yang sedari tadi didalam diri Aiela menghilang, setelah disodorkan air
mineral. Aiela langsung menghabiskannya tanpa pikir panjang. Lima menit setelah keheningan,
Kalula menoleh kearah Ardi yang juga menoleh ke arahnya. Kemudian mereka berbalik kearah
Aiela yng tela mengurut betisnya yang mungkin saja menurut mereka terasa pegal.

Ardi adalah mantan tetangga sekaligus kaka kelas Aiela saat SMP, dan Stephany pacarnya
Ardi. “Ela,” ujar setephany pelan pada Aiela. “Iya” “Ini ada P3K. Pake deh buat bersihin luka
lu.” “ Oh iya mbak, makasih ya.”

Dengan diawali decak malas, Aiela akhirnya menceritakan kejadi tadi dengan sedetal detailnya.
“Harusnya lo bilang ke gue buat bujuk Jetra supaya bisa anatr lo pulang. Si Jay juga cari
masalah amat. Lihat aja besok tu bocah, habis di tangan gue.”

Aiela memutuskan untuk tidak menyukai Jetra, karenanya ia hampir kehilangan nyawa, dan
percuma juga jika ia terus mengejar ngejar Jetra jika Jetra saja menyukai perempuan lain.
Kejarlah yang pasti pasti. Percuma mengejar jika dia terus berlari

Anda mungkin juga menyukai