Anda di halaman 1dari 12

EPISODE 11

Matahari bersinar terang pagi ini dengan indah. Hari

ini Althair tidak ada kelas. Biasanya ia akan menghabiskan

waktu untuk tidur seharian. Namun, kali ini berbeda, ia

akan pergi ke taman untuk kesekian kalinya. Tidak perlu di

jelaskan lagi Althair mau apa kesana.

Althair bangkit dari tidurnya menegakkan badannya

kemudian diam mengumpulkan kesadarannya. Ia segera

beranjak dari tempat tidurnya dan memasuki kamar mandi.

Tidak membutuhkan waktu lama, Althair sudah

keluar dari kamar mandi dan telah mengenakan pakaian

casual nya dengan rapi,


Althair segera keluar dari kamarnya dan melihat Bi

Irah yang sedang menyiapkan sarapan. Sialnnya, orangtua

Althair ada disana, duduk rapi di ruang makan. Ia

menghela nafas sebentar, kemudian dengan berani

melewatkan ruang makan tanpa menoleh sedikit pun pada

orang tuanya.

“Al!”

Althair tahu betul siapa yang memanggilnya dengan

suara berat dan tegas. Tanpa mempedulikan panggilan itu

Althair keluar rumah tanpa takut.



Althair duduk di bangku taman yang biasa di duduki

oleh Aurora. Namun saat ini tidak ada Aurora disana.


Mungkin hari ini Aurora sedang bersama ibunya, fikir

Althair.

Althair masih menunggu kedatangan Aurora.

Hampir satu jam, ia masih belum melihat tanda-tanda

keberadaan Aurora. Ia beranjak kemudian melangkahkan

kakinya untuk kembali kerumah. Langkahnya terhenti saat

mendengar suara lembut yang memanggil namanya.

“Althair!”

Althair segera menoleh ke arah suara. Ia melihat

Aurora yang berjalan menghampirinya dengan tangan yang

melambai menyapa.

Althair membalas dengan tersenyum. Ia senang

Aurora masih mengingat namanya.

“Dari tadi disini?” tanya Aurora.


Althair menggelengkan kepalanya. “Enggak,”

jawabnya bohong. Tidak mau membuat Aurora merasa

tidak enak.

“Mama kamu ada?” tanya Althair takut tiba-tiba Ibu

Aurora datang.

“Enggak, kenapa?”

Althair menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Binggung, bagaimana cara mengajak Aurora. “Mau ikut?”



Aurora turun dari motor Althair kemudian berusaha

membuka helmnya namun ia tidak bisa. Althair yang

menyadari itu segera membantu membukanya kemudian

melepaskan helm Aurora.


Aurora merasa takjub setelah sampai di kampus

Althair. Ia tidak pernah membayangkan akan menginjak

tempat ini, kampus impiannya, dulu.

Althair telah memarkirkan motornya kemudian

menghampiri Aurora yang masih mengedarkan

pandangannya. “Kenapa?” tanyanya.

Aurora menjawab hanya dengan gelengan kepala

kemudian mengalihkan pandangannya pada Althair.

“Mau ke perpustakaan?” tawar Althair.

Aurora tentu saja mengangguk bahagia.



“Tunggu disini, aku beli minum.” ucap Althair

kemudian pergi meninggalkan Aurora.


Setelah Althair pergi, Aurora beranjak dari tempat

duduknya untuk mencari buku. Setelah menemukan ia

kembali ke tempat duduknya.

Saat sedang asyik membaca, tiba-tiba tiga orang

laki-laki mendekat kemudian menyimpan tas diatas meja

dan duduk mengelilinginya, membuat Aurora merasa

sedikit takut.

Tiga orang laki-laki itu adalah Fadil, Fasya, dan

Azhar yang juga merasa aneh saat ada perempuan yang

menduduki tempat yang biasa Althair tempati.

“Maba?” tanya Fadil pelan pada kedua temannya.

Fasya dan Azhar menggeleng tidak tahu.

Althair yang baru kembali berdecak sebal saat

melihat ketiga temannya yang sibuk berbisik sembari

menatap Aurora. Ia tahu Aurora merasa tidak nyaman.


Althair menghampiri Aurora dan memberikan

minuman yang ia beli kemudian menarik Fasya yang duduk

tepat dihadapan Aurora. Fasya mengalah dan duduk di

samping Fadil.

“Makasih,” ucap Aurora.

Mata ketiga temannya itu sukses terbuka lebar.

Tidak mempercayai apa yang baru saja mereka lihat.

Althair membawa seorang perempuan.

“Al, pacar lo?” tanya Fasya.

Althair menggelengkan kepalanya.

“Perempuan yang lo cer—”

Althair dengan sengaja melempar sedotan kearah

Fadil yang lansung ditepis.

Fadil berdecak, “Sok galak, nyampah lagi,”


“Kenalin Azhar,” sapa Azhar sembari mengulurkan

telapak tangannya.

“Auro—”

Belum selesai dan belum sempat membalas uluran

tangan Azhar, Althair segera menepis tangan Azhar

membuat Azhar kembali melongo.

“Aurora namanya,” ucap Althair memperkenalkan.

“Gue tanya dia, bukan lo Al,” ucap Azhar.

Althair tidak mempedulikan perkataan Azhar.

“Cuma kenalan aja gaboleh, protektif banget , pacar

lo aja bukan.” lanjut Azhar.

Aurora hanya diam, tidak tahu harus berbuat apa.

Ide jahil muncul di otak Fadil, ia mendekati Aurora

dan berpura-pura akan membisiki sesuatu. Sebelum semua

itu terjadi Althair berdiri dan segera menarik Aurora


menjauh dari teman-temannya kesabarannya sudah habis.

Ketiga temannya tertawa lepas merasa lucu melihat Althair

seperti itu.



Posisi Althair dan Aurora saat ini berada di kantin,

tepatnya di meja paling ujung yang jauh dari keramaian.

“Maafin mereka,” ucap Althair.

Aurora mengangguk sekilas kemudian tersenyum.

“Mau makan? Atau mau beli minum? Minuman tadi

ketinggalan,” tawar Althair.

“Enggak usah,” tolak Aurora.


Kemudian keduanya bungkam sesaat dan Aurora

kembali mengeluarkan suaranya.

“Althair,” panggil Aurora.

Althair mengalihkan pandangnnya pada Aurora

kemudian bergumam sebagai jawaban.

“Kamu semester berapa?” tanya Aurora.

“Tujuh,” jawab Althair singkat.

“Asik, ya. Bisa pergi ke kampus, ketemu temen-

temen,” ucap Aurora sedikit murung.

Althair hanya tersenyum tipis. Hal yang dikatakan

Aurora tidak semuanya benar. Ia sama sekali tidak merasa

bahagia berada dikampus.

“Kamu enggak kuliah?” tanya Althair.

Aurora mengelengkan kepalanya lemah.


“Kenapa?”

“Mama enggak ngebolehin,” jawab Aurora pelan.

Althair merasa menyesal menanyakan hal itu saat

melihat wajah Aurora yang berubah menjadi sedih. Ia

merutuki mulut bodohnya.

Althair kembali teringat dengan kejadian beberapa

hari yang lalu, saat ia melihat Aurora di rumah sakit. Ia

merasa penasaran dan akan menanyakannya.

“Aurora, lusa kemarin aku lihat kamu di rumah

sakit,” ucap Althair ragu.

Aurora menegak ludahnya gugup. Bagaimana bisa

Althair tahu itu.

“Kamu sakit?” tanya Althair pelan.

Aurora mengelengkan kepalanya cepat. Berusaha

menyangkal. Ia tidak mau Althair tahu.


“Mama aku bentar lagi pulang, bisa anter aku?”

Althair mengangguk kemudian beranjak dari

tempatnya membuat Aurora menghela nafas lega.



Anda mungkin juga menyukai