Anda di halaman 1dari 211

Captain, I Love You!

Chapter 1

Seorang pria fokus menatap sisa-sisa air hujan dari jendela kamar
apartementnya. Walaupun matanya terfokus pada objek itu, namun tidak
dengan fikirannya, fikirannya melayang tidak ditempatnya. Masih teringat
dalam fikirannya permintaan bundanya tadi saat ia mengunjungi bundanya
itu. Pria bernama lengkap Ali Zafrano Lukas itu tak pernah menyangka
bahwa ia akan dijodohkan sebelumnya. Sebenarnya ini bukan perjodohan
seperti yang biasa terjadi dengan disertakan pemaksaan, namun mengingat
ini adalah permintaan terakhir almarhum ayahnya yang ia sampaikan pada
bundanya membuat Ali tak tega menolaknya. Namun Ali juga tak yakin jika
menerima perjodohan dengan anak sahabat ayahnya itu yang sama sekali
belum ia kenal. Lagipula dizaman seperti sekarang rasanya perjodohan itu
sudah menjadi hal yang jarang. Lalu apa yang harus Ali lakukan sekarang? ia
benar-benar merasa dilema.

“Li” tiba-tiba suara panggilan disertakan pintu kamar yang terbuka membuat
Ali terbangun dari lamunannya kemudian beralih menatap kearah suara.

“Kenapa Rell?” tanya Ali beralih duduk disofa yang ada didalam kamarnya.

“Gimana tadi, lo udah ngomong sama bunda?” tanya Verrell, sahabat Ali. Ali
mengangguk pelan.

“Bunda lo ngomong apa?” tanya Verrell lagi penasaran. Pasalnya sejak


pulang dari rumahnya yang berada di Bandung, Ali tak begitu banyak bicara.

Ali kemudian menghela nafas pelan, mulailah mengalir cerita pertemuannya


dengan bundanya itu. Verrell menempatkan dirinya sebagai pendengar yang
baik. Farell bisa melihat ada beban dan kebimbangan yang sedang dirasakan
oleh sahabatnya itu. Bersahabat dengan Ali sejak kecil membuat Verrell tak
begitu sulit jika harus mengerti keadaan Ali. Jujur jika Verrell ada pada posisi
Ali ia pasti akan mengalami kebingungan yang sama.

“Gue tau banget gimana lo, lo pasti tau apa yang terbaik buat lo, gue harap
apapun yang lo pilih itu bisa bikin lo bahagia karna ini bukan hal yang
sepele, ini menyangkut masa depan lo, jadi fikirin baik-baik ya” Verrell
menepuk pelan pundak Ali memberikannya semangat setelah sahabatnya itu
menyudahi ceritanya. Setelah itu Verrell keluar kamarnya, ia ingin
memberikan Ali waktu untuk berfikir.

Ali menghela nafasnya sejenak kemudian mengeluarkan ponselnya dari


sakunya, sepertinya ia harus segera mengambil keputusan.

******

Seorang gadis menghempaskan badannya dibedcover bermotif doraemon.


Dipejamkannya matanya sesaat sembari meregangkan otot-ototnya yang
menegang karna letih seharian berjalan-jalan dengan Itte, sahabatnya sejak mereka
duduk dibangku SMA membuat gadis ini lupa waktu. Gadis itu melirik jam
dindingnya berbentuk kepala doraemon yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Ia pun langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Prilly latunadira, gadis berparas cantik itu sangat menyukai apapun berbau
doraemon. Sudah bisa dipastikan barang apapun dikamarnya tak jauh-jauh dari
animasi kucing itu. Setelah beberapa saat kini Prilly sudah mengenakan piyama
doraemonnya. Prillypun langsung memutuskan untuk keruang makan karna pasti
mama, papa dan kakak laki-lakinya sudah menunggunya untuk makan malam.

“Malam ma, pa, kak” sapa Prilly kemudian mengambil posisi duduk disamping
kakaknya.

“Malam sayang” balas Ayu dan Indra bersamaan selaku orangtua Prilly. Sementara
Reno, kakak Prilly hanya membalas dengan senyuman sapaan adiknya karna
sedang asik dengan santap makan malamnya. Prilly langsung menyantap makan
malamnya. Karna dietnya, menu makan malam Prilly hanya potongan buah apel.

“Prill, tadi Ali nelfon papa, katanya besok dia mau kesini” ucap Indra. Prilly
mengerinyitkan dahinya mendengar nama yang sepertinya pernah ia dengar.

“Ali?”
“Iya anaknya sahabat papa kamu yang mama ceritain waktu itu” balas Ayu. Prilly
pun hanya manggut paham tanpa minat mengetahui lebih tentang pria itu.

“Besok kamu harus temui dia ya” ucap Ayu lagi.

“Ma, prilly kan udah bilang kemarin. Prilly gak niat sama perjodohan ini. Jadi kalau
dia datang bukan urusan aku, silahkan mama dan papa ladenin dia" ucap Prilly
kemudian berlalu kekamarnya.

Ayu dan Rizal hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak
gadisnya itu. Sementara Reno yang sudah sangat paham sifat adiknya hanya
memilih diam.

*****

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, eh Ali udah datang. Ayo masuk. Pa, Ali udah datang nih" Setelah
dipersilahkan masuk oleh Ayu, Alipun langsung duduk disofa ruang tamu. Indra
yang sudah menunggunya sejak tadi langsung menyambut kedatangan Ali. Ini
memang bukan pertemuan pertama mereka, tapi sudah cukup lama mereka tidak
bertemu. Terakhir bertemu saat ayah Ali masih ada.

Mereka terlibat perbincangan kecil. Disela pembicaraannya Ayu bergegas


memanggil putrinya yang tak kunjung menghampiri mereka, padahal Ayu sudah
berpesan bahwa Prilly harus menemui Ali saat ia datang.

Ternyata Prilly benar-benar tak main-main dengan ucapannya. Ia sama sekali tak
mau turun keruang tamu dan lebih memilih sibuk bergulat dibalik selimut bermotif
doraemonnya sembari memainkan ponselnya. Namun dengan sedikit paksaan dari
ayu akhirnya Prillypun dengan terpaksa mengikuti mamanya menemui Ali.

"Li, ini prilly" ucap Ayu memperkenalkan putrinya. Ali tersenyum menatap Prilly
sementara Prilly menatap Ali sinis.

"Ali" Ali memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya.. Prilly menatap


tangan Ali tanpa minat, hingga sesaat kemudian Ayu menyikutnya membuat Prilly
mau tak mau membalas uluran tangannya.

"Prilly" balas Prilly seadannya kemudian berlalu dari hadapan orangtuanya dan Ali.

"Prill.... Prilly" panggil Ayu yang tak di dihiraukan oleh Prilly.

"Maaf ya Li,mungkin dia belum terbiasa" ucap Indra merasa tak enak dengan Ali. "

"Gak papa om" balas Ali sembari tersenyum kecil.


Setelah beberapa saat berbincang dengan keluarga Prilly, Alipun memutuskan
untuk pulang.

"Eh lo" ucap seseorang yang membuat Ali yang hendak membuka pintu mobilnya
terhenti.

Ali menatap seorang gadis yang tadi memberi kesan perkenalan yang cukup buruk
kini berada dibelakangnya.bGadis itu kini sedang menatapnya tajam.

"Oh hai" balas Ali sembari tersenyum. Prilly tersenyum sinis kearah Ali.

"Siapa nama lo? Oh whatever with your name. Gue cuma mau ngingetin sama lo. Lo
lupain masalah perjodohan itu karna perjodohan itu gak akan pernah terjadi" ucap
Prilly penuh penekanan kemudian langsung masuk kedalam rumahnya tanpa
menunggu jawaban dari Ali.

Ali menatap kepergian Prilly, dihelanya nafasnya panjang. Gadis seperti itu akan
jadi istrinya? Oh god!

*****

Prilly menggerutu tak jelas sembari merapikan tatanan rambutnya. Moodnya benar-
benar sudah hancur. Ban mobilnya yang bocor membuat ia harus pergi menuju
lokasi pemotretan bersama Ali atas usul mamanya karna mobil yang ada
dirumahnya semuanya sudah terpakai. Sebenarnya Prilly bisa saja menolak, namun
sifat memaksa mamanya kembali kambuh membuat Prilly jengah. Dan disinilah
Prilly sekarang, menunggu kedatangan Ali.

"Kamu mau pemotretan dimana?" Tanya Ali saat Prilly sudah memasuki mobilnya.
Prilly memutar bola matanya malas.

"Taman bunga didaerah Jaksel" balas Prilly malas. Ali yang tau tempat yang
dimaksud Prilly langsung melajukan mobilnya. Prilly menatap Ali heran, sebenarnya
Ali ini siapa? Kenapa ia bisa memiliki mobil sekeren ini? Audi hitam mengkilap
keluaran terbaru.

Selama diperjalanan seperti biasa hanya ada keheningan diantara mereka. Prilly
sibuk memoles wajahnya karna takut tak sempat sampai disana nanti. Prilly sudah
menjadi model sejak 1 tahun belakangan ini. Sebenarnya orang tua Prilly awalnya
tak mengizinkan Prilly menjadi model. Tapi karna sikap Prilly yang keras kepala
membuat mereka mau tak mau harus mengizinkannya.

“Gak usah tebal-tebal. Kasian cantiknya kamu ketutupin” ucap Ali yang sontak
membuat Prilly menoleh tajam padanya. Ali tersenyum sembari fokus kearah
jalanan.
“Gue mau diapain juga bakal cantik” balas Prilly ketus kembali memoles wajahnya.

“Iya, kamu cantik” ucap Ali lembut. Prilly kembali menoleh pada Ali yang lagi-lagi
sedang tersenyum. Haruskan disetiap kalimatnya diakhiri dengan senyuman?

Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai juga ditempat pemotretan Prilly.

“Makasih, lo bisa pulang sekarang” ucap Prilly.

“Loh kenapa pulang? Aku bisa nungguin kamu” balas Ali.

“Gue bukan anak kecil yang harus lo tungguin, gue bisa pulang sediri” tanpa
menunggu balasan dari Ali, Prilly langsung bergegas pergi. Ali menggelengkan kecil
kepalanya menatap kepergian Prilly. Ini untuk pertama kalinya Ali bertemu gadis
yang begitu ketusnya. Rasanya tak ada alasan Ali tetap berada disini, apalagi
mengingat peringatan keras Prilly tadi, Ali langsung menyalakan mobilnya dan
segera pergi.

*****

Prilly membiarkan wajahnya di poles dengan berbagai make up untuk persiapan


pemotretannya kali ini. Sesekali ia terlihat protes saat merasa ada make up yang
tak sesuai dengan keinginannya. Sang perias hanya mengikuti apa kata Prilly karna
sudah sangat tahu watak gadis itu. Namun konsentrasi Prilly dalam meriasa wajah
cantiknya harus terganggu saat melihat sepasang orang yang tak jauh darinya.
Hatinya menggeram kesal saat menyadari bahwa adegan dihadapannya itu adalah
unsur kesengajaann. Leo Nugraha, seorang pria yang dulu pernah menempati tahta
tertinggi dihati Prilly kini tampak dengan sengaja merusak pemandangannya
dengan memamerkan kemesraannya dengan Siska Monika, model yang sedang
naik daun. Seketika itu juga Prilly merutuki kebodohannya yang pernah jatuh dalam
pesona seorang fotografer profesional itu. Prilly kira ia adalah pria yang baik,
sampai Prilly rela menentang orangtuanya yang melarang hubungan mereka.
Namun nyatanya ia tak sebaik yang Prilly fikir. Ia hanyalah seorang pria yang
memanfaatkan keadaan dengan memacari Prilly saat karir modelnya sedang
diatas. Namun saat datang model baru yang karirnya lebih baik, ia meninggalkan
Prilly begitu saja. Tak mudah memang menerima semuanya bagi Prilly, namun ia tak
ingin terlihat lemah didepan pria itu. Namun yang kini membuat Prilly tak nyaman
adalah asumsi Leo yang menyatakan bahwa Prilly masih mengharapkannya karna
belum memiliki penggantinya. Jujur bukan itu alasan Prilly masih sendiri saat ini,
hanya saja ia tak ingin mendapatkan pria seperti Leo lagi.

Prilly menghembuskan nafas jengah saat melihat Leo dengan sengaja mengelus pipi
Siska ketika ia menyadari Prilly sedang memperhatikannya. Ini tak bisa dibiarkan,
Prilly harus mencari cara agar pria itu berhenti berfikir bahwa ia masih
mengharapkannya.
*********

Ali menatap lurus dari balkon kamar apartementnya. Namun pikirannya ntah
menerawang kemana.

“Bro bengong aja lo. Hati-hati dedemit masuk” ledek Verrell yang tiba-tiba datang.

Ali melirik Verrell sejenak sembari tersenyum kecil kemudian kembali menatap
lurus.

“Jadinya kapan lo bakal nikah?” Tanya Verrell. Ali mengangkat bahunya pertanda ia
tak tahu.

“Kayaknya dia gak mau de Rell nikah sama gue” ucap Ali yang malah membuat
Verrell terkekeh.

“You kidding me? Siapa cewek yang nekat nolak lo?”

“Prilly”balas Ali.

“Mungkin dia masih butuh waktu buat kenal lo aja kali” ucap Farell memberi
semangat sahabatnya itu. Ali menatap Verrell kemudian mengangguk sembari
tersenyum.

Ali dan Verrell sudah bersahabat sejak mereka duduk dibangku SD, bahkan
dibandung, tempat orang tua mereka rumah mereka bersebelahan. Bahkan
sekarang Ali dan Verrell bekerja dibidang yang sama dan tinggall di apartement
yang sama. Mengingat pekerjaan mereka yang menuntut mereka tak selalu ada
dirumah membua Ali dan Verrell lebih memilih tinggal di apartement yang dekat
dengan tempat kerjanya.

Tiba-tiba ponsel Ali berdering membuat Ali beralih menatap ponselnya. Nomor yang
tak dikenal. Siapa?

“Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

“Maaf ini siapa ya?”

“Gue prilly”

“Oh prill, ada apa?”

“Gue mau ngomong sama lo, besok lo kerumah gue”


“Besok aku gak bisa, aku harus kerja”

“Lusa”

“Aku masih kerja”

“Hari setelah lusa”

“Aku masih kerja juga”

“Sok sibuk banget sih lo. Jadi lo bisanya kapan?”

“Seminggu lagi gimana?”

“Ha? Sumpah ya, lo ngeselin. Terserah lo deh”

Prilly langsung mematikan sambungan telfonnya. Ali tersenyum kecil, bahkan


ditelfonpun ia masih terdengar sangat jutek. Ali jadi penasaran. Apa kira-kira yang
akan disampaikan gadis itu.

“Siapa Li?”Verrell.

“Prilly”

“Prilly? Dia bilang apa?”

“Kenapa lo jadi kepo banget sih” ledek Ali sembari terkekeh kemudian berlalu dari
hadapan Verrell.

"Woy kampret! Gue bukannya kepo, tapi peduli" pekik Verrell tak terima ledekan Ali.

*********

Ali berjalan memasuki bandara sembari satu tangan memegang topi


kebanggannya, sementara tangan lain menyeret kopernya. Sepanjang ia berjalan,
perhatian terasa berpusat padanya. Hampir semua wanita menatapnya dengan
tatapan memuja. Ini sudah menjadi hal yang biasa bagi Ali. Sapaan demi sapaan
diterimanya..Ali membalasnya dengan senyuman ramah yang mampu membuat
siapapun meleleh dan merasa tersanjung mendapat senyuman dari seorang Ali.
Bagaimana tidak? Ali adalah Seorang pilot berparas tampan. Seragam pilot melekat
sangat pas dibadannya membuatnya terlihat semakin mempesona.

“Selamat pagi Captain” sapa seorang pramugari saat berpaspasan dengan Ali.

“Selamat pagi” balas Ali ramah.


“Verrell sudah flight?” Tanya Ali pada pramugari itu. Pasalnya Ali tak tahu kalau hari
ini Verrell ada penerbangan, tiba-tiba saja tadi pagi saat ia bangun Verrell sudah
tidak ada diapartement.

“Sudah Capt, pesawatnya sudah take of sejak setengah jam yang lalu menuju
samarinda” jelas pramugari itu yang dibalas Ali dengan anggukan paham.

“Terimakasih. Permisi” pamit Ali kemudian berlalu dari pramugari itu.

Hari ini adalah jadwal Ali keberangkatan ke Malaka.

Ali sudah menjadi pilot sejak 5 tahun yang lalu, namun pangkat sebagai captain
baru ia dapat sejak 3 tahun belakangan ini. Ali sekolah penerbangan di Amerika,
dan setelah lulus dengan nilai yang sangat baik Ali kembali ke Indonesia bekerja
untuk negaranya. Ali yang cerdas membuatnya tak memerlukan waktu terlalu lama
untuk diangkat menjadi captain.

Menjadi pilot adalah cita-cita Ali sejak kecil. Hidup dikeluarga yang mampu tak
membuat Ali kesulitan untuk meraih cita-citanya. Sebenarnya ayahnya
menginginkan agar Ali menjadi penerus perusahaannya, namun Ali bersikeras ingin
menjadi pilot, karna pada saat kecil menurut Ali menjadi pilot itu sangat keren.

Chapter 2

******

Seperti ucapan Ali,setelah seminggu bekerja, malam ini Ali menghampiri Prilly
kerumahnya, jujur Ali sangat ingin tau apa yang akan dikatakan Prilly. Ditekannya
bel rumah Prilly. Ternyata yang membukanya adalah bik Minah, pembantu Prilly. Bik
Minah langsung mempersilahkan Ali masuk dan mengantarkannya keruang tamu.
Ali mengerinyitkan dahinya saat melihat sudah ada Prilly dan kedua orang tuanya
disana. Ada apa ini?

“Malam om, tante” sapa Ali ramah.

“Malam Ali, silahkan duduk” ucap Indra mempersilakan.

Ali mengambil posisi duduk dihadapan Prilly. Diliriknya gadis itu yang hanya
memasang wajah datarnya.

“Jadi begini Li. Om disini mau sampaiin kalau Prilly menerima perjodohan kalian"
ucap Indra membuat Ali menatapnya tak percaya. Bagaimana bisa? Bukankah gadis
ini menolaknya?”
“Kamu serius?” Tanya Ali yang kini sudah beralih menatap Prilly. Prilly hanya melirik
Ali dengan ekor matanya.

“Iya” balas Prilly. Ali tersenyum kecil. Akhirnya sebentar lagi ia bisa mewujudkan
keinginan terakhir ayahnya.

“Kalau gitu sekarang kita harus bicarain tentang pernikahan kalian” ucap Ayu
antusias. Tentu saja ia ikut senang. Pasalnya Ali memang merupakan menantu
idamannya. Rasanya tak ada yang kurang dari diri Ali.

******

“Gue mau pernikahan kita dilaksanakan 2 minggu lagi” ucap Prilly yang membuat
Ali menghentikan aksinya saat hendak membuka pintu mobilnya. Sekarang Prilly
sedang mengantar Ali hingga sampai kemobilnya atas paksaan mamanya.

“Apa gak terlalu cepat?” tanya Ali.

“Lo bisa gak sih ikutin kata gue aja?”tanya Prilly kesal.

“Yaudah deh,terserah kamu aja ya” ucap Ali lembut sembari tersenyum.

“Lo kerja apa?” tanya Prilly. Sebenarnya hal ini membuat Prilly penasaran. Ali
tampak berfikir sejenak.

“Sopir” balas Ali membuat Prilly terbelalak.

“Eh lo pikir gue bego apa. Mobil lo aja kayak gini. Gak mungkin lo sopir”

“Ya terserah kamu kalau gak percaya”

Prilly menatap Ali geram.

“Whatever about your job! I don't care!” Ucap Prilly ketus kemudian berlalu dari Ali.
Ali tersenyum kecil menatap kepergian Prilly. Kenapa gadis itu sangat mudah kesal
kepadanya?

*****

Ini benar-benar cukup memusingkan bagi Ali, bundanya dan kedua orang tua Prilly.
Bagaimana tidak? Prilly bersikeras agar pernikahan itu tetap dilaksanakan
secepatnya dan tinggal tersisa 9 hari lagi. Hal itu makin dipersulit dengan Ali yang
masih ada jadwal perbangan. Tapi bersyukur orang tua mereka banyak turut andil.
Bahkan gedung tempat akad dan resepsi sudah didapat, undangan dan makanan
juga sudah didapat, bahkan 2 hari yang lalu mereka sudah melaksanakan fitting
baju pengantin. Dan sekarang tinggal mereka melaksanakan foto prewedding
walaupun sebenarnya sudah ada beberapa foto prewed mereka, namun ini foto
terakhir. Tentu saja semua atas dasar permintaan Prilly. Dipernikahan ini Prilly yang
sangat dominan bahkan bisa dibilang ini semua atas idenya. Keluarganya dan Ali
hanya mempersiapkan segala yang ia mau. Seperti sekarang, Prilly meminta agar
foto prewed mereka dilaksanakan ditepi pantai.

Ali kini sedang berdiri dipinggir pantai, Prilly masih melakukan beberapa persiapan
sedangkan Ali sudah siap dengan jas biru dan baju kaos putih polos didalamnya
dilengkapi dengan celana biru sebatas lutut. Kombinasi antara formal dan
nonformal. Ali menatap lurus kearah laut, suara desiran ombak terdengar sahut-
sahutan. Sebenarnya Ali sudah lama mempunyai pernikahan impian. Sebagai
seorang pilot tentu saja Ali ingin konsep pernikahannya tak jauh-jauh dari
profesinya, namun ia bisa apa? Menuangkan sedikit idenya saja sepertinya tak bisa.
Ali menyunggingkan senyumnya. Ia harus bahagia, bukankah kebahagian itu harus
diciptakan dan bukan dicari? Tuhan sudah sangat baik mengirimkannya jodoh lebih
cepat dari yang ia kira. Ali hanya berharap kalau tuhan tak salah mengirim jodoh
padanya. Lagi pula Ali percaya dengan keputusan almarhum ayahnya. Tak mungkin
ayahnya merencanakan perjodohan ini sejak lama jika ini bukanlah yang terbaik
untuknya.

“Kamu jangan kaku gitu dong saying” omel Prilly sembari menggelengkan
kepalanya menatap tingkah kaku suaminya saat lampu kamera mulai menerpa
mereka.

“Mau gimana lagi, ini bukan bidang aku sayang. Aku gak biasa difoto-foto gini”
balas Ali.

“Kamu itu calon suaminya seorang model, jadi kamu juga harus kelihatan keren
juga, ini foto prewed kita loh”

“Oke oke, kamu ajarin aku dong” ucap Ali.

“Yaudah sini dulu aku rapiin bajunya” Prilly mengarahkan Ali agar menghadap
padanya. Dirapikan kerah kemeja Ali. Ali tersenyum melihat perlakuan lembut
istrinya. Setelah dirasa rapi, Prilly tersenyum pada Ali.

“Nih gini nih. Tangan kamu melingkar pinggang aku” ucap Prilly memberi arahan
agar tangan Ali melingkar dipinggangnya. Ali melingkarkan tangannya dipinggang
Prilly kemudian membawa Prilly agar makin dekat dengannya hingga hampir tak
ada jarak diatara mereka. Prilly mendongakkan wajahnya kemudian tersipu malu
mendapati wajah Ali yang begitu dekat hingga ia bisa merasakan hembusan nafas
Ali. Tangan Prilly dengan sendirinya melingkari tengkuk Ali.
Cekret!

1 foto berhasil diabadikan.

“Bro mulai yuk” tepukan dibahunya menyadarkan Ali dari lamunannya. Ali menoleh
kebelakang mendapati Rian, teman lamanya yang kini meringkup sebagai
fotografer foto preweednya sudah berada dibelakangnya.

“Oh oke” balas Ali sembari tersenyum.

Saat Rian sudah pergi Ali terkekeh sendiri sembari menggaruk tengkuknya yang tak
gatal. Bagaimana bisa ia berhayal seperti itu. Heiii Ali! Yang akan kau nikahi itu
gadis jutek, bukan seorang gadis yang lemah lembut.

Ali langsung bergegas menuju set tempat mereka akan melakukan pemotretan.
Ternyata Prilly sudah ada disana. Ali tak menyangkal kalau Prilly adalah gadis yang
cantik. Lilahtlah bagaimana cantiknya Prilly dengan gaun sebatas lutut berwarna
biru dan putih itu. Belum lagi rambut yang ia gulung keatas dan jepitan bunga-
bunga mawar itu yang menambah kecantikannya. Ali berdiri disamping Prilly
mendengar arahan fotografer. Prilly tampak sangat mengerti, wajar saja, ia kan
model. Sementara Ali harus mendengar dengan seksama karna ini bukan
bidangnya.

Difoto yang pertama Ali dan Prilly berpose sedang bermain sepeda dipinggir pantai.
Ali duduk dikemudi sepedanya sementara Prilly duduk menyamping didepannya.
Prilly tampak mengalungkan tangannya dileher ali kemudian dahi dan hidung
mereka menyatu. Senyum mereka sama-sama mengembang membuat siapa saja
yang melihatnya akan berdecak kagum. Pasti semua orang disini berfikir kalau
mereka sama-sama sedang menyalurkan cintanya sehingga mendapatkan
chemistry yang begitu kuat. Mereka memasuki foto kedua, difoto ini Ali dan Prilly
berpose sedang berlarian sembari bergandengan tangan dengan 1 tangan sama-
sama memegang ikatan balon berwarna warni. Terlihat tawa mereka sangat natural
difoto itu. Mama Prilly yang ikut menemani mereka melakukan foto prewedd
berdecak kagum. Dari awal ia sudah yakin, kalau perjodohan ini adalah keputusan
yang terbaik. Memasuki foto ketiga yang merupakan foto terakhir. foto ketiga ini
sengaja diambil saat matahari tenggelam. Ali dan Prilly sudah siap diset, kini Ali dan
Prilly harus berpose sesuai arahan yang mana Ali harus memeluk Prilly dari
belakang sehingga siluet merekalah yang akan diambil saat ini. Ali awalnya tanpak
ragu, karna berarti ini adalah untuk pertama kalinya Ali memeluk Prilly.

"Maaf" ucap Ali sebelum ia memeluk Prilly dari belakang.


"Santai aja" balas Prilly datar. Ali baru sadar, tentu saja tak ada masalah bagi Prilly.
Dia model, berpose seperti ini pasti sudah sangat biasa, berbeda dengan Ali. Tiba-
tiba saja ada yang menjanggal diperasaan Ali saat membayangkan Prilly berpose
seperti ini dengan pria lain. Sang fotografer bersiap-siap mengambil foto mereka.
Ali sudah memeluk Prilly, Prilly mengelus tangan Ali yang ada dipinggangnya
membuat Ali terpejam. Andai saja ditengah-tengah mereka ada cinta, pasti moment
ini akan terasa lebih indah.

Cekret!

1 foto sudah diambil.

Cekret

Cekret

Cekret

Sepertinya fotografer itu ketagihan mengambil foto mereka.

"Oke selesai" ucap sang fotografer yang membuat Ali langsung melepaskan
pelukannya pada Prilly. Fotografer itu mendekat pada mereka untuk
memperlihatkan hasil fotonya. Prilly tampak antusias melihatnya. Walaupun
sebenarnya pernikahan ini bukan yang ia ingikan karna Ali bukan suami masa
depan impiannya tapi Prilly sebagai wanita tetap ingin pernikahannya bisa
membuat siapa saja iri dan berdecak kagum.

"Udah oke kan? Gue mau beresin set dulu ya bro" pamit Rian.

"Thanks ya bro" balas Ali yang mendapat anggukan dari Rian.

Ali melirik Prilly yang kini berada disampingnya yang sedang melepaskan beberapa
aksesoris ditubuhnya.

"Kamu capek?" Tanya Ali lembut. Ali bisa melihat raut wajah lelah dari Prilly. Prilly
hanya melirik Ali sejenak tampa menjawab. Prilly menggapai-gapai pengait
kalungnya untuk melepaskannya. Namun karna susah Prilly memutar kalungnya
agar bisa dibuka dari depan, namun Ali dengan cepat menahan tangan prilly.

"Biar aku bantuin" ucap Ali sembari tersenyum. Tanpa mendengar jawaban dari
Prilly Ali langsung berdiri dibelakang Prilly, membuka pengait kalung Prilly membuat
Prilly terdiam mematung. Kenapa pria ini selalu memperlakukannya sangat lembut?
Ali memberikan kalung Prilly kepadanya. Tanpa mengucapkan apapun Prilly segera
pergi berlalu dari Ali setelah mengambil kembali kalungnya.

"Sama-sama" ucap Ali sembari terkekeh. Gadis itu bener-benar jutek.

*****
Prilly mengaduk-ngaduk hot chocolate sembari menerawang kedepan, kalau hot
chocolate itu bernyawa pasti ia akan minta ampun pada Prilly karna merasa pusing.

“Lo kenapa sih bengong aja?” Tanya Caca. Saat ini Prilly dan Caca sedang ada
disalah satu cafe.

“Prill!” Sentak Caca membuat Prilly tersadar dari lamunannya.

“Apaan sih Ca” balas Prilly malas.

“Lo kenapa sih? Lagi mikiran apa?”

“Ca, kayaknya gue salah ambil keputusan deh” lirih Prilly membuat Caca
mengerinyitkan dahinya heran.

“Keputusan apa?” Prilly memijit pelipisnya pelan. Bingung harus bagaimana cara
menjelaskannya pada Caca. Tiba-tiba Prilly tertunduk. Air matanya mengalir begitu
saja membasahi pipinya

“Gue udah ngambil keputusan yang salah Ca, harusnya gue gak terima pernikahan
ini Cuma karna mau dapat pengakuan dari Leo kalau gue udah move on dari dia”
ucap Prilly lirih. Caca menatap sahabatnya itu tak percaya.

“Oh no Prilly! Apa yang lo lakuin?” Tanya Caca tak percaya. Ini benar-benar hal
bodoh. Sangat bodoh!

“Gue gak bisa mikir jernih saat itu Ca, gue bener-bener sakit hati sama Leo, gue
cuma mau dia tau kalau gue bisa dapatin pasangan baru.” balas Prilly dalam
isakannya.

“Tapi gak gini caranya Prill! Lo udah nyeret pihak lain yang bersalah masuk kedalam
masalah lo dan Leo” ucap Caca frustasi. Jujur ia sangat kecewa dengan tindakan
Prilly.

“Gue harus apa sekarang Ca? Gue gak mau nikah sama Ali”

“Prill lo dengerin gue ya, tuhan udah menyiapkan segala macam takdir untuk
umatnya, dan lo, harus menjalankan takdir lo saat ini. Percaya, tuhan tau mana
yang terbaik buat lo” ucap Caca. Caca kemudian memeluk Prilly mencoba
menenangkan sahabatnya itu.

Chapter 3
********

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Prilly maupun Ali. Akhirnya
mereka sudah resmi menjadi suami istri. Tadi pagi, ikrar suci itu sudah berlangsung.
Dan malam ini saatnya dilangsungkannya resepsi disalah satu hotel berbintang
diibu kota. Ballroom hotel itu sudah didesign sedemikian rupa menjadi sangat
elegant. Warna putih dan biru sangat kental memenuhi ruangan besar itu. Tamu
yang diundang tak banyak karna hanya keluarga dan sahabat terdekat dan
beberapa rekan kerja dari keluarga Ali maupun Prilly lah yang datang. Keterbatasan
tamu itu juga membuat acara resepsi ini terasa lebih hikmat. Tak terlalu formal dan
terkesan santai.

“Menantu bunda cantik banget” puji Dewi melihat kecantikan menantunya. Dewi
berdiri dibelakangan Prilly yang sedang duduk di depan cermin besar usai di make
up.

“Iya bun, bang Ali beruntung punya istri cantik gini” puji Nayla pula, adik satu-
satunya Ali. Prilly tersenyum kecil mendapati pujian dari mertua dan adik iparnya
itu.

“Makasih Bun, Nay”

“Yaudah yuk kebawah. Tamu udah pada dating” ucap Dewi.

Prilly dan Caca yang sedari tadi menemani Prilly saat sedang di make up mengikuti
Dewi dari belakang. Tiba-tiba Prilly menahan lengan Caca membuat langkah Caca
terhenti dan langsung menatapnya heran.

"Gue gak bisa Ca. Gak bisa" bisik Prilly lirih.

"Lo udah terlalu jauh melangkah kepermainan lo Prill, dan sekarang lo udah benar-
benar jadi istri Ali. Jangan berbuat bodoh untuk kedua kalinya" balas Caca tegas.

Cacapun langsung menggandeng Prilly untuk segera menuju tempat resepsi. Prilly
hanya mengikuti Caca dengan pasrah.

Prilly benar-benar ingin waktu bisa diulang kembali. Agar ia tak membiarkan dirinya
melakukan hal bodoh ini. Menikah dengan Ali hanya untuk pembuktian pada Leo?
Oh that's stupid thing!

Sesampainya ditempat resepsi ternyata benar sudah dipenuhi tamu. Ali yang
melihat kehadiran Prilly langsung menghampirinya. Ali tersenyum kearah Prilly.
Prilly hanya menatap ali datar, namun sikap Prilly tak menghapus guratan senyum
dibibir Ali. Tiba-tiba Prilly tertegun, untuk pertama kalinya ia begitu memperhatikan
wajah Ali. Tak bisa dipungkiri kalau Ali sangat tampan. Tapi apakah tampan sudah
cukup untuk merebut hatinya? Rasanya tidak.
"Tamunya udah pada nunggu. Kita kesana yuk" ajak Ali menggandeng tangan Prilly
yang membuyarkan lamunan Prilly. Tanpa menjawab Prilly hanya mengikuti Ali
menuju pelaminan yang bernuansa modern itu. Tempat resepsi ini didominasi
warna biru senada dengan pakaian yang dipakai Ali dan Prilly.

Satu persatu tamu mulai menghampiri mereka, Ali dan Prilly tampak menyalami
para tamu sembari tersenyum. Ada beberapa tamu yang tak dikenal Ali maupun
sebaliknya. Prilly mengedarkan pandangannya kesetiap sudut ruangan ini. Namun
sosok Leo dan kekasih barunya itu tak kunjung terlihat. Prilly ingin melihat reaksinya
saat menghadiri pernikahan ini. Pasalnya saat beberapa hari yang lalu ketika Prilly
memberikan undangan padanya ia terlihat begitu kaget. Prilly berharap ia benar-
benar datang karna Prilly sudah membayar sangat mahal hanya untuk melihat
ekspresi pria itu.

“Kamu capek?” Pertanyaan lembut Ali membuyarkan lamunan Prilly. Ternyata sedari
tadi, Ali memperhatikan Prilly yang terlihat memikirkan sesuatu.

“Enggak” balas Prilly singkat. Mendengar jawaban seadanya dari Prilly, Ali hanya
mengangguk paham sembari tersenyum.

“Congrats captain” ucap Verrel yang tiba-tiba datang dengan hebohnya. Ali
membelalakkan matanya membuat Verrel sadar apa yang ia katakan. Prilly
mengerinyitkan dahinya.

“Oh maksud gue, congrats bro” ucap Verrell memperbaiki ucapannya.

“Thanks bro” balas Ali.

“Gue Verrell” ucap verrel memperkenalkan dirinya. Ia sadar pasti istri sahabatnya
ini tak mengenalnya.

“Prilly” balas Prilly sembari tersenyum kecil.

“Lo gabakal nyesel jadi istri sahabat gue” ucap Verrell pada Prilly yang hanya
dibalas Prilly dengan senyuman kikuk. Tak akan menyesal? Bagaimana bisa? Apakah
pria yg sudah menjadi suaminya ini sangat sempurna?

******

Waktupun semakin malam. Setelah merasa semua tamu datang, acara resepsi pun
usai. Sebenarnya Indra sudah menyiapkan satu kamar hotel untuk mereka namun
Prilly menolak dan ingin segera pulang Siapa yang bisa menolaknya?
“Kamar kalian ada diatas. Istirahat dulu gih” ucap Ayu saat mereka sudah sampai
dirumah Prilly.

“Iya ma, kami istirahat dulu ya” pamit Ali.

“Bun, Nay. Ali sama Prilly istirahat dulu ya” pamit Ali sopan pula kepada bunda dan
adiknya kemudian menggandeng tangan Prilly menuju kamarnya. Prilly hanya diam
mengikuti Ali. Ntah lah, sedari tadi tak banyak kata yang diucapkan Prilly, apalagi
semenjak ia tahu bahwa Leo benar-benar tak datang.

"Aku mau mandi dulu ya" ucap Ali ketika mereka sudah sampai dikamarnya. Prilly
hanya diam tak menjawab ucapan Ali dan hanya memilih duduk ditepi ranjang. Ali
hanya tersenyum melihat sikap acuh Prilly. Akankah gadis itu seperti itu teru
menerus?

Setelah beberapa lama dikamar mandi. Kini Ali sudah keluar dengan piyama hitam
sutranya. Diliriknya Prilly yang masih tak berkutik dari posisi awalnya. Perlahan Ali
berjalan menghampiri prilly kemudian berdiri dihadapannya.

"Kamu kenapa, dari tadi aku liat diem terus. Kamu sakit" tanya Ali lembut.

"Gue mau lo ceraikan gue sekarang" balas Prilly tegas. Ali terbelalak kaget
mendengarkan ucapan Prilly. Cerai? Apa gadis ini sadar apa yang barusan ia
ucapan.

"Maksud kamu apa sih?" Tanya Ali tak mengerti.

"Gue mau lo ceraikan gue. Lo gak mungkin bahagia sama gue, dan gue juga gak
mungkin bahagia sama lo" ucap Prilly yang kini sudah mulai terisak. Ia benar-benar
ingin Ali melepaskannya saat ini.

"Kita baru nikah tadi Prill, dan sekarang kamu dengan gampangnya minta cerai?"
Tanya Ali tak percaya. Ya Tuhan, itu tidak mungkin. Ali mengusap wajahnya kasar.
Prilly tampak makin terisak.

"Kamu dengerin aku baik-baik. Aku gak akan ceraikan kamu sampai kapanpun.
Kalau kamu gak bisa berjuang untuk pertahanin pernikahan kita, biarkan aku
memperjuangkannya sendiri" balas Ali penuh penekanan. Ali langsung keluar dari
kamar itu meninggalkan Prilly yang masih terisak. Ia tak mungkin melampiaskan
emosinya pada Prilly. Ia harus benar-benar mendinginkan pikirannya dulu. Dan Prilly
juga mungkin butuh waktu untuk berpikir lagi. Ali hanya berharap besok prilly sudah
tak meminta hal-hal yang tak mungkin seperi ini.

Chapter 4
*****

Sinar matahari yang memaksa masuk kedalam kamar melalui celah-celah jendala
membuat Ali mengerjap-ngerjapkannya. Perlahan Ali membuka matanya seiring
mengumpulkan kesadarannya. Setelah matanya terbuka sempurna, Ali melirik
kesamping ranjangnya. Kosong. Tak ada Prilly. Jadi tadi malam Prilly tak tidur disini?

Ingatan Ali kembali kepada kejadian tadi malam, kejadian yang tak pernah ia
sangka sebelumnya. Prilly memintanya untuk menceraikannya? Bagaimana bisa?
Jujur walaupun rasa cintanya belum tumbuh pada perasaan Ali, tapi dia sama sekali
tidak pernah berfikir untuk menceraikannya. Setelah perdebatan panas tadi malam
Ali memutuskan keluar kamar untuk menenangkan hati dan pikirannya. Ia tak ingin
meluapkan segala emosinya pada Prilly. Tapi sepertinya saat Ali pergi keluar kamar
Prilly juga keluar entah kemana, bahkan saat Ali bangun tadi subuh untuk sholatpun
Prilly juga tak ada. Ali mengusap wajahnya kasar. Ali sangat bersyukur diberikan
tuhan kesabaran yang luar biasa besar, dan sepertinya ini adalah keturunan
ayahnya. Ali tak terlalu terbiasa meluapkan emosinya pada siapapun karna Ali
yakin, emosi tak akan menyelesaikan apapun.

Ali memutuskan untuk mandi, hitung-hitung membuatnya lebih segara dan


menenangkan hati dan perasaannya.

*****

Ali kini berada di depan kamar Prilly. Tadi saat ia hendak sarapan ia bertemu dengan
Reno. Ali fikir Prilly sudah ada diruang makan, tapi ternyata tidak. Menurut Reno
Prilly sedang ada dikamar pribadinya. Ali tak tahu sebelumnya jika dirumah ini Prilly
memiliki kamar pribadi. Ia fikir kamar yang ia tempati saat ini adalah kamar Prilly.
Tiba-tiba Ali terkekeh geli saat membaca tulisan dipintu kamar Prilly Prilly's private
room. Tulisan itu dilengkapi juga stiker doraemon. Seperti anak kecil bukan?
Membuat identitas kepemilikan kamar. Ali memutuskan untuk langsung membuka
pintu kamarnya, Ali yakin Prilly belum bangun. Benar saja, saat Ali memasuki kamar
Prilly, Prilly sedang tertidur sembari meringkuk diranjangnya seperti anak bayi. Ali
mengedarkan pandangannya kesekeliling kamar ini. Penuh dengan segala macam
pernak pernik bernuansa doraemon. Kamar yang jauh dari kata rapi ini terlihat
hampir tak berbentuk. Ali menggelengkan kepalanya melihat beberapa baju
berserakan dilantai. Ali memunguti baju itu satu persatu kemudian meletakkannya
kekeranjang pakaian. Ali kemudian berjalan menghampiri Prilly. Ditatapnya dalam-
dalam wajah damai Prilly. Tak ada sama sekali kesan jutek atau ketus dari wajahnya.
Malah terlihat hmmmmmm menggemaskan. Ali terkekeh kecil saat menyadari
dirinya menganggap gadis jutek ini menggemaskan. Tangan Ali terulur mengelus
pucuk kepala Prilly. Ali tersenyum saat melihat prilly sedikit menggeliat. Tak ingin
mengganggu tidurnya, Alipun memutuskan untuk keluar. Namun sebelumnya, Ali
memperbaiki letak selimut prilly yang sedikit tersingkap, kemudian menutup
badannya sebatas dada.

*******

Prilly memperhatikan penampilannya didepan cermin. Walaupun baru menikah


kemarin, Prilly sudah kembali pada aktivitas lamanya. Sebelum pergi ke lokasi
pemotretan ini Prilly sempat terlibat perdebatan dengan mamanya yang
melarangnya pergi. Namun dengan sikap keras kepala yang Prilly punya akhirnya ia
tetap pergi. Prilly sempat bingung karna setelah dia bangun tidur Ali sudah tidak
ada dirumah. Sempat terfikir dibenak Prilly bahwa pria itu memutuskan untuk pergi.
Namun mengingat ucapannya kemarin malam Prilly langsung menepis pikirannya.

“Ternyata benar lo udah move on dari gue” ucapan seseorang itu membuat Prilly
yang sedari tadi merapikan anak rambutnya langsung menoleh keasal suara.
Melihat siapa yang datang ia hanya memutar bola matanya malas.

“Lo itu gak pantas untuk selalu dikenang” balas Prilly santai.

“Tapi rasanya lo berlebihan deh kalau ngelakuin semua ini Cuma buat buktiin
kegue” ucapan Leo itu membuat Prilly menatapnya geram. Kenapa dulu ia sempat
mencintai pria menyebalkan seperti ini?

“Lo gak usah sok tau deh, gue lakuin ini karna gue emang cinta sama suami gue,
bukan karna lo!” jelas Prilly penuh penekanan membuat Leo tersenyum simpul.

“Bagus kalau gitu, lagian gak terlalu penting buat gue” Leo mengeluarkan sebatang
rokok kemudian menghidupkannya dan mulai menghisapnya. Prilly menatap pria
dihadapannya dengan tatapan menjijikkan.

“kamu udah siap pemotretannya?” tiba-tia sebuah suara terdengar diantara


mereka. Prilly membulatkan matanya tak percaya saat melihat seorang pria
berperawakan tinggi kokoh dengan wajah terpahat begitu tampan berdiri
dihadapannya.

“Belum, baru mau mulai” balas Prilly yang masih tampak terkejut.

Pria itu mengangguk paham kemudian beralih menatap Leo yang tampak menatap
Pria itu bingung.

“oh iya Li, kenalin ini Leo fotografer disini dan Leo ini Ali suami gue” jelas Prilly
dengan malasnya memperkenalkan kedua Pria yang selalu membuat hatinya kesal
beberapa waktu belakangan ini. Kedua pria itu saling berjabat tangan sembari
tersenyum. Prilly memperhatikan raut wajah Leo yang biasa saja. Bukannya Prilly
berharap Leo masih menyimpan perasaan padanya. Hanya saja Prilly ingin melihat
ekspresi kesal dari pria itu.

Tak berapa lama Leo mengintruksikan bahwa pemotretan akan segera dimulai.
Sebenarnya Prilly sudah menyuruh Ali untuk tak menunggunya. Namun dengan
santainya Ali menolak permintaan Prilly itu kemudian berlalu menuju sofa yang
berada diruangan ini. Prilly hanya mampu menggeram kesal melihat suaminya itu.

Ali menunggu Prilly sembari memainkan ponselnya. Games adalah salah satu
pelariannya dalam mengusir jenuh saat ini. Prilly sesekali melirik Ali. Tiba-tiba
tampak salah seorang rekan modelnya menghampiri Ali, mengajaknya bercerita,
dan dengan ramahnya Ali meresponnya walaupun tampak masih fokus pada
ponselnya. Prilly menatap kesal saat menyadari bahwa rekan modelnya yang tidak
ia ketahui namanya itu tampak mencari perhatian suaminya.

“Yuk pulang” ucap Prilly membuat Ali langsung mendongakkan wajahnya menatap
Prilly. Saat pemotretannya usai Prilly langsung menghampiri Ali yang kini sudah
sendiri karna rekan modelnya tadi sudah pergi. Ali tersenyum kemudian bangkit dari
duduknya.

“Dasar kadal, bukannya nungguin istri malam tebar pesona!” ketus Prilly kemudian
berlalu dari Ali. Ali menautkan Alisnya bingung tak paham dengan ucapan Prilly,
namun sesegera mungkin Ali mengikuti Prilly.

"Masuk" ucap Ali agar Prilly masuk kedalam mobilnya yang pintunya sudah
dibukakan Ali. Prilly hanya diam sembari melipat Kedua tangannya didepan dada.
Pandangannya diedarkan kesepanjang jalan.

"Katanya tadi mau pulang"

"Gue pulang pakai taksi" balas Prilly ketus. Memang ia tadi tidak membawa mobil.

"Aku kesini buat jemput kamu disuruh mama. Masa kamu pakai taksi" ucap Ali. Prilly
masih diam tak bergeming.

"Ya tapi terserah kamu sih. Kamu kan tau sendiri tempat pemotretan kamu didalam
gang, gak ada taksi yang lewat. Palingan ojek. Kalau gitu aku pulang duluan ya" Ali
hendak menutup kembali pintu mobilnya, namun tiba-tiba Prilly terlebih dahulu
masuk. Ali terkekeh kecil melihat sikap istrinya itu. Menggemaskan sekali.

******

Prillly mengupas apelnya sembari sesekali bersenandung. Malam ini rumahnya


terasa sepi karna orangtuanya yang sedang pergi menemui rekan bisnisnya,
sementara Reno pasti sedang ada di apartement miliknya, Reno memang jarang
dirumah. Ia lebih memilih tinggal di apartement yang lebih dekat dengan kantor.
“Kamu gak makan?” Prilly hanya diam tak menjawab. Dari suaranya saja ia sudah
tau siapa yang bertanya.

“Bikinin aku kopi boleh gak?” kini Prilly menatap malas kearah Ali yang sedang
berdiri dibalik minibarnya.

“Kopi ada disebelah sana, guenya ada didalam toples, air panasanya ada ditermos,
lo bisa bikin sendiri kan?” ucap Prilly seadanya kemudian kembali mengupas
apelnya. Ali hanya tersenyum kecil mendengar jawaban Prilly. Bukankah biasanya
disaat santai seperti ini istri akan membuatkan minuman untuk suami? Tapi
sepertinya itu tak berlaku untuk Prilly

Alipun akhirnya memutuskn untuk membuat kopinya sendiri. Tak begitu sulit, dulu
sebelum menikah ia juga sering membuatnya sendiri

“awww” pekik Ali saat tangannya dengan tak sengaja tersiram air panas. Prilly yang
mendengar pekikan Ali langsung berlari kearah Ali.

“Lo kenapa? Tangan lo kesiram?” tanya Prilly yang tampak panik dan langsung
menatap tangan Ali.

“Gak papa kok, Cuma kaget aja tadi. Airnya panas banget” balas Ali sembari
tersenyum.

“Yaudah Lo duduk aja sana, biar gue bikinin”ucap Prilly kemudian mengambil alih
gelas yang Ali pegang. Alipun memutuskan untuk dudukn diminabar
memperhatikan istrinya yang sedang menyedukan kopi untuknya.

“Nih” Prilly memberikan gelas kopi itu pada Ali.

“Makasih, kamu khawatir banget ya aku kenapa-kenapa?” tanya Ali sembari


tersenyum menggoda istrinya. Didalam hati Prilly merutuki kebodohannya atas
sikap spontannya tadi. Harusnya ia biasa saja. Kenapa ia begitu peduli? Pasti pria
dihadapannya ini kini sedang besar kepala. Tanpa menjawab ucapan Ali, Prilly
langsung berlalu kekamarnya. Ali terkekeh melihat tingkah istrinya. Apalagi melihat
pipinya yang tampak pula merona. Menggemaskan sekali.

*****

Ali membolak balik agendanya untuk penerbangan besok. Mengingat jadwal


penerbangan yang sudah disusun jauh-jauh hari Ali memutuskan untuk tak
mengambil cuti terlebih dahulu setelah menikah. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka
dan ternyata Prillylah yang masuk. Prilly melirik Ali sekilas kemudian berlalu menuju
lemari pakaian. Prilly benar-benar kesal. Kenapa mamanya membawa semua
pakaiannya kekamar ini? Ia jadi harus bolak balik kamar untuk mengambil
pakaiannya. Prilly menggapai-gapai piyamanya yang berada pada lemari bagian
atas. Tapi rasanya begitu sulit.
"Kalau gak bisa itu minta tolong. Ntar kamau jatuh" ucap Ali lembut yang entah
sejak kapan sudah berada di belakang Prilly yang membuat Prilly tersentak kaget.
Prilly menoleh kebelakang membuat wajahnya dan Ali bertemu hingga hidung
mancung mereka saling bersentuhan. Ali tersenyum kecil sembari menggigit bibir
bawahnya yang membuat Prilly merasa Ali sangat... errr menggemaskan. Prilly
langsung mengalihkan pandangannya sementara Ali membantu mengambil
piyamanya dan memberikannya pada Prilly.

"Makasih" Prilly langsung berlalu dari Ali.

"Kamu mau tidur dimana?"

"Diteras" balas Prilly ketus. Ali terkekeh geli mendengar jawaban istrinya. Ali merasa
harus sudah terbiasa dengan sifat ketus istrinya itu.

Chapter 5

*****

Ali menyeret kopernya keluar kamar. Diliriknya jam yang sudah menunjukkan pukul
setengah 6 pagi. Ia harus segera pergi. Namun langkah Ali terhenti saat ia melihat
pintu kamar Prilly. Ali berjalan menuju kamar Prilly. Dibukanya pintu kamar itu dan
terlihatlah seorang gadis meringkuk didalam selimutnya. Ali menghampiri Prilly.
Dielusnya pucuk kepala Prilly dengan lembut sembari tersenyum.

"Aku kerja dulu yaa" bisik Ali kemudian mencium dahi Prilly lembut. Karna tak
punya waktu lama Ali langsung segera pergi.

******

Prilly mendumel tak jelas pagi ini. Ia benar-benar merasa repot karna baju-bajunya
yang sudah dipindahkan mamanya kekamar yang Ali tempati. Dengan terpaksa
Prilly menuju kamar ali. Saat ia membuka pintunya, tiba-tiba dahi Prilly berkerinyit
saat melihat kamar itu kosong. Kemana Ali? Tak mau ambil pusing Prilly langsung
menuju lemari. Lagi-lagi dahi Prilly berkerinyit saat melihat koper yang sempat ia
lihat dibawah lemari sudah tak ada. Apa Ali kabur dari rumah? Rasanya tak
mungkin. Kemana dia sebenarnya?

*****
"Ma Ali kemana?" Tanya Prilly sambil mengaduk-ngaduk teh yang ia buat. Jujur ia
menjadi sangat penasaran kemana pria itu. Mama Uli yang sedang menyiram
tanaman dihalaman belakang menggelengkan kepalanya jengah melihat putrinya.
Bagaimana ia tak tau kalau suaminya kerja.

"Kamu gimana sih. Suami kerja kok gak tau. Prill, cobalah buat peduli sama suami
kamu" ucap mama Uli mengingatkan.

"Lah dianya aja gak bilang sama aku kalau mau kerja" ucap Prilly membela dirinya.
Mama Uli hanya bisa menghela nafas berat. Putrinya memang sangat keras kepala.

*********

"What? Suami lo udah 4 hari gak pulang dan dia bilang kerja?" Tanya Caca tak
percaya. Memang ini sudah 4 hari Ali pergi.

"Tau tuh anak. Jangan-jangan dia punya cabe-cabean lagi" ucap Prilly ngasal yang
berhasil mendapat satu jitakan pelan didahinya dari iIte.

"Lo tu ya, seuzon banget sama suami. Dosa tau gak"

"Terus menurut lo? Dia bilang kerjanya supir lah, karyawan lah, mana ada yang
kerja Berhari-hari gak pulang" ucap Prilly.

"Lagian nih ya te, gue gak percaya dia supir atau karyawan. Lo tau gak? Mobil dia
itu keren banget, dan barang-barang dia brendid semua" ucap Prilly lagi.

"Wah, kerjaannya bukan sembarangan tu Prill"

"Jangan-jangan dia pengedar narkoba" ucap Prilly lagi yang berhasil mendapat
hadiah jitakan dari Itte.

"Istri durhaka!"

"Pokoknya gue harus tau siapa dia sebenarnya" tekat Prilly. Caca hanya mampu
mengangkat bahunya acuh melihat sikap sahabatnya itu.

*****

Prilly mondar mandir dikamarnya berfikir keras. Sudah 5 hari Ali tak pulang dan itu
makin membuat Prilly penasarab sebenarnya apa yang dikerjakan suaminya itu?
Akhirnya Prilly memutuskan untuk mencari informasi tentang Ali dikamarnya.
Sesampainya dikamar Ali, Prilly mulai mencari-cari. Pasti akan ada yang bisa ia
dapatkan dikamar ini. Prilly memulai membuka buka laci, lemari dan setiap sudut
ruangan. Tapi ia tak menemukan apa apa.

Tiba-tiba saat Prilly sibuk mencari,

"Aaaaaaa" pekik Prilly saat tiba-tiba lampu padam menjadi gelap gulita.

"Mama, papa, kak Reno!!!!" Pekik Prilly. Namun tak ada jawaban. Prilly baru ingat
kalau mama dan papanya sedang keluar sementara Reno masih berada di
apartementnya. Pembantunya pasti juga sudah tidur sekarang.

"Aaaa gelap" Prilly terduduk dilantai. Jujur ia sangat takut gelap. Prilly mulai terisak
karna merasa takut.

"Prill" suara panggilan itu sangat Prilly kenal.

"Aliii. Gue takut" Ali langsung mempercepat langkahnya. Dengan penyinaran dari
ponselnya Alipun mencari Prilly.

"Prill kamu kenapa?" Tanya Ali yang sudah berada dihadapan Prilly. Prilly langsung
mendongakkan kepalanya dan kemudian berhamburan kepelukan Ali. Ali yang
awalnya kaget kemudian membalas pelukan Prilly untuk menenangkannya. Tadi
saat Ali pulang dari apartement Verrell untuk mengganti seragam pilotnya tiba-tiba
saja lampu padam. Mendengar suara Prilly Ali langsung segera menuju kamarnya.

"Kamu tunggu disini dulu ya. Aku cari lampu emergency dulu" kata Ali. Baru Ali
melangkah tapi Prilly menahannya. Sepertinya Prilly masih takut. Tanpa berfikir
panjang Ali langsung menggendongnya dan mendudukkannya diranjang membuat
Prilly terpekik kaget.

"Udah terang" ucap Ali saat lampu emergency sudah berhasil dinyalakan. Prilly
menatap Ali sesaat. Kemudian langsung mengambil lampunya hendak keluar dari
kamar itu.

"Kamu boleh gak jaga perasaan aku. Tapi setidaknya kamu jaga perasaan orangtua
kamu. Gimana perasaan mereka kalau mereka tau kita gak sekamar?" Ucap Ali
yang menghentikan langkah Prilly. Prilly tampak berfikir sejenak. Kemudian Prilly
berbalik berbaring diranjang menutup badannya dengan selimut. Ali tersenyum
kecil, setidaknya kali ini istrinya itu mendengarkannya.

*****
"Prill, bangun, udah azan tu, sholat yuk" ajak Ali.

"Prill" Ali mengguncang-guncangkan bahu Prilly untuk membangunkannya.


Bukannya bangun, Prilly malah makin menenggalamkan badannya didalam selimut.
Ali menghela nafas panjang melihat sikap istrinya. Disingkirkannya guling yang
sedari tadi menghalangi mereka yang sengaja dibuat Prilly.

"Yaassiin. Wal qur-aanil hakiim"

Prilly langsung terlonjat bangun saat Ali memanjatkan surah yaassiin untuknya.
Prilly menatap Ali tajam.

"Lo pikir gue udah mati?"

"Kamu gak mau diajak sholat, berarti kamu maunya disholatin" balas Ali santai
sembari tersenyum.

"Elo!" Prilly menatap Ali geram. Dengan emosi yang menggebu-gebu Prilly langsung
keluar dari kamar itu. Ali terkekeh geli melihat istrinya. Sangat menggemaskan.

*****

Prilly mengikat rambutnya asal sembari berjalan keluar kamarnya. Pagi ini mood
Prilly benar-benar hancur karena kejadian tadi subuh. Setelah merasa siap Prilly
langsung keluar dari kamarnya. Pagi ini Prilly memutuskan untuk lari pagi,mumpung
sudah terlanjur bangun pagi. Saat Prilly baru keluar kamar langkah Prilly terhenti
saat melihat Ali juga baru keluar kamarnya dengan style yang sama dengannya.
Sepertinya ia akan lari pagi. Prilly memutar bola matanya malas. Ali tampak
berjalan menghampiri Prilly membuat Prilly menggerutu dalam hati.

"Belum puas juga lo ngancurin mood gue pagi ini?" Tanya Prilly ketus. Bukannya
membalas Ali malah berlutut dihadapan Prilly. Dengan telaten diikatnya tali sepatu
Prilly yang terlepas membuat Prilly terdiam.

"Talinya diiket dulu dong. Nanti kamu jatuh" ucap Ali lembut. Setelah siap Ali
langsung pergi dari hadapan Prilly meninggalkan prilly yang masih terdiam atas
tindakan Ali tadi.

*****

Prilly menatap jengah pada pemandangan dihadapannya. Ingin sekali rasanya ia lari
ditempat lain, tapi ntah kenapa kakinya seperti tak terkendali berlari dibelakang Ali.
"Yaks cabe!" Umpat Prilly saat melihat 2 orang wanita berbaju super ketat
membiarkan bagian tubuhnya menonjol menyamai larinya dengan Ali. Wanita itu
menatap Ali dengan tampang memuja dan mengeluarkan pujian pujian manja.
Seperti biasa, Ali hanya menanggapi dengan senyuman sambil terus berlari. Prilly
yang mulai tak suka dengan pemandangan itu langsung lari mendahului Ali dan
cabe cabeannya. Sebenarnya apa pedulinya ia dengan Ali?

"Kamu belum capek?" Suara itu berhasil mengagetkan Prilly. Ali? Kenapa dia ada
disini? Prilly langsung menoleh kebelakang. Ternyata cabe cabean itu sudah
kelelahan.

"Kalau gue capek ya gue berhenti lah" balas Prilly ketus. Ali pun mengangguk
angguk kecil.

"Udah sana lo lari sama cabe cabean lo" ucap Prilly ketus. Ali tampak berfikir
sejenak. Sesaat kemudian ali terkekeh geli. Ada yang lucu?

"Kenapa lo ketawa?"

"Gak kenapa kenapa"

Tiba-tiba dengan cepat Ali menarik Prilly kedalam pelukannya membuat Prilly
terkejut dan berhenti berlari. Prilly mendongakkan wajahnya menatap Ali. Wajah ali
penuh peluh, membuatnya makin tampan. Prilly menggelengkan kepalanya kecil. Ia
terpesona? Tidak mungkin!

"Ada lubang, hati-hati dong" ucap Ali seperti biasa dengan nada lembut. Prilly
melirik lubang yang Ali maksud. Hampir saja ia jatuh. Ali kemudian melepaskan
pelukannya. Ntah kenapa Prilly jadi merasa canggung. Sementara Ali hanya
tersenyum kecil melihat istrinya yang kelihatan sedang salah tingkah. Prilly selalu
bingung kenapa ali sering sekali tersenyum.

"Lo tau gak orang lagi kesel? Ngapain senyum senyum?"

"Kamu imut kalau lagi kesel" balas Ali sembari tersenyum gemas membuat Prilly
terbelalak.

"Lo fikir gue cewek apa yang bakal langsung klepek-klepek denger gombalan gak
banget lo itu?"

"Gombal? Itu namanya fakta" Tak ingin berlama lama melihat senyum Ali, Prilly
langsung pergi berlari mendahului Ali.

*****
“Cieee pengantin baru, pagi -pagi udah lari pagi bareng” goda Reno saat Ali dan
Prilly memasuki rumah. Prilly menatap tajam kakaknya tak terima digoda
sementara Ali hanya tertawa kecil. Prilly menatap kakanya sengit.kenapa ia
sekarang terlihat menyebalkan? Dan sejak kapan ia sudah pulang kerumah? Sudah
menjadi kebiasaan Reno pergi dan datang kerumah sesukanya. Tak ingin makin
digoda kakanya, Prillypun langsung bergegas menuju kamar, rasanya badannya
sudah sangat lengket. Sementara Ali mengikuti Reno menuju ruang makan.

“Papa udah kekantor bang?” Tanya Ali.

“Udah Li”

“Mama?”

“Katanya sih tadi mau kebutiknya” balas Reno yang membuat Ali mengangguk
paham.

“Li” panggil Reno. Ali yang sedang mengoleskan selai kerotinya melirik Reno
sejenak.

“Lo gak tidur sekamar bareng Prilly?” Pertanyaan itu berhasil membuat Ali terdiam.
Jadi Reno tau?

“Sekamar kok bang”

“Lo gak usah nutup nutupin. Gue pernah waktu itu malam- malam kekamar Prilly
buat ngambil sepatu gue yang tinggal disana, tapi gue liat Prilly tidur disana” ucap
Kevin. Ali bingung harus menjawab apa.

“Gue gak ngerti jalan pikiran adek gue itu. Dulu dia yang minta pernikahan ini
dilanjutin, tapi kenapa dia sekarang bersikap kayak gitu?” Nada suara Reno
terdengar kecewa.

“Mungkin dia punya alasan bang kenapa kayak gitu”

“Lo gak seharusnya nutupin sikap buruk Prilly ke elo dari gue ataupun mama papa”

“Bang, itu udah tanggung jawab gue. Sebagai suami gue harus tutupi sikap buruk
istri gue, yang harus gue lakuin cuma ngerubah dia Biar lebih baik lagi” jelas Ali.
Jujur Reno benar-benar kagum pada Ali. Sangat kagum. Bagaimana bisa ia sangat
sabar menghadapi adiknya itu.

“Udah ah bang, kenapa kita malah melow gini” ucap Ali yang membuat tawa
mereka pecah. Akhirnya merekapun melanjutakn sarapannya diselingi obrolan kecil.

Chapter 6
*****

Prilly sibuk membolak balikkan majalah fashionnya. Ali yang kebetulan lewat
diruang santai tempat Prilly berada kini memilih untuk menghampiri Prilly dan
duduk disampingnya.

“Kamu lagi ngapain?” Tanya Ali. Prilly melirik Ali sejenak.

“Lagi ngerokin monyet” jawab Prilly asal yang membuat Ali tertawa geli.

“Mana monyetnya?”

“Elo!” Geram Prilly yang lagi-lagi membuat Ali tertawa. Prilly menatap Ali sembari
mengerinyitkan dahinya membuat Ali menghentikan tawanya. Apanya yang lucu?
Kenapa tawanya bisa selepas itu?

“Lo gak kerja?” Tanya Prilly cuek padahal terlihat jelas kalau ia sangat ingin tau.

“Kan kemaren udah, aku libur dulu 2 minggu” balas Ali membuat Prilly terbelalak.

“Kerja cuma 5 hari tapi liburnya 2 minggu?” Tanya Prilly tak percaya. Ini benar-benar
membingungkan bagi Prilly.Alipun mengangguk sambil tersenyum. Prilly
memperbaiki duduknya menghadap pada Ali sembari menatap Ali tajam.

“Lo itu sebenarnya kerjaannya apa sih?” Untuk kesekian kalinya Prilly bertanya
seperti itu.

“Kan aku udah pernah bilang”

“Lo jangan coba-coba bohongin gue ya. Gue bakal cari tau!” Ucap Prilly penuh
penekanan. Ali hanya tersenyum kecil menanggapi Prilly. Inilah yang ia mau.
Istrinya berusaha mencari tau tentangnya agar ia sedikit peduli. Prilly kembali fokus
pada majalahnya.

“Prill”

“Hmmm?”

“Kita ke Bandung yuk. Ketemu bunda” Prilly melirik Ali sejenak.

“Bukannya bunda baru aja dari sini? Jadi ngapain ke Bandung sih”

“Ya kan bunda yang kesini. Bukan kita yang kesana. Lagian gak lama kok, cuma 3
atau 4 hari aja” Prilly menghela nafas kasar.

“Li, gue lusa ada pemotretan. Gue gak ada waktu. Kalau lo mau liat bunda, lo pergi
aja sendiri. Ntar kalau gue lagi ada waktu biar gue kesana sendiri”
Ali tampak diam mendengar ucapan Prilly. Tanpa berkata apapun, Ali pergi berlalu
dari Prilly. Prilly mengusap wajahnya kasar. Apa yang baru ia katakan salah? Prilly
bisa melihat jelas raut kekecewaan dimata Ali.

*****

Ali berdiri dibalkon kamarnya sembari menatap kosong kearah kolam renang
dibawahnya. Jujur Ali sangat kecewa. Sesulit itu kan membawa istrinya menemui
bundanya? Masalahnya Ali sudah terlanjur janji pada bundanya untuk membawa
Prilly setelah penerbangannya kemarin.

“Kita perginya kapan?” Ali tersentak kaget mendengar suara itu. Ali langsung
berbalik dan mendapati Prilly ternyata sudah ada dibelakangnya.

“Kamu mau ikut?” Tanya Ali tak percaya. Prillypun mengangguk.

“Terus jadinya kapan?”

“Besok gimana?”

“Yaudah, gue mau beresin baju dulu. Lo pilih aja baju apa yang mau lo bawa, terus
anterin kekamar gue biar gue yang masukin koper” ucap Prilly kemudian berlalu
keluar dari kamar. Ali tersenyum kecil. Jadi dia sudah berubah pikiran?

*****

Ali memasuki kamar Prilly dengan beberapa baju ditangannya.

“Letakin aja diatas ranjang” ucap Prilly yang sibuk mengemasi baju bajunya. Saat
Ali hendak meletakkan bajunya tiba-tiba Ali terfokus pada sebuah foto dinakas.
Sepertinya foto ini tak sempat dilihat Ali saat ia kekamar ini untuk pertama kalinya.
Ali mengambil foto itu sambil tersenyum gemas.

“Kamu waktu kecil lucu ya” ucap Ali membuat Prilly langsung menoleh padanya.
Dengan cepat Prilly merebut foto itu.

“Kenapa gak jadi pilot aja?” tanya Ali. Pasalnya foto itu tampak Prilly kecil
menggunakan seragam pilot.

“Dulu sih maunya gitu. Tapi gak dibolehin mama sama papa” balas Prilly sembari
melihat fotonya. Ali mengangguk paham sembari berfikir. Jika saat kecil cita-cita
Prilly adalah pilot, apakah ia akan senang saat mengetahui bahwa pekerjaan
suaminya adalah pilot?

"Udah ah lo mah kepo. Sana keluar. Kapan kelarnya nih Nyiapin bajunya" ucap Prilly
sewot kembali mengemasi bajunya. Ali tertawa kecil melihat istrinya kemudian
menaruh pakaiannya diranjang.

"Nih buat kamu" Ali mengeluarkan sesuatu dari tumpukan baju yang ia bawa tadi
kemudian keluar dari kamar Prilly. Prilly terbelalak kaget saat melihat boneka
doraemon berukuran sedang ditangannya. Boneka doraemon yang hanya
diproduksi dijepang dan hanya dijual dinegara singapore selain jepang. Boneka
yang berbahan sangat lembut dan warna sangat persis dengan kartun
aslinya..bagaimana bisa Ali mempunyai boneka ini? Prilly menatap kagum pada
boneka incarannya sejak dulu itu..dipeluknya boneka itu erat-erat. Akhirnya ia
memilikinya juga. Tapi dari mana Ali mendapatkannya?

Chapter 7

*****

Hari ini Ali dan Prilly berangkat ke Bandung setelah berpamitan dengan kedua orang
tua Prilly maupun Reno. Tentu mereka mengizinkan. Ayu senang putrinya ingin ikut
menemui mertuanya itu.

Prilly menatap keluar jendela, sementara Ali fokus menyetir sambil sesekali melirik
Prilly. Prilly mengamati embun-embun yang berada diluar jendela karna sepanjang
perjalanan sedang turun hujan. Apalagi saat mereka memasuki kota Bandung,
hujan yang tadinya biasa saja menjadi terasa sangat dingin. Belum lagi karna
rumah Ali bukan berada dipusat kota bandung melainkan dipuncak. Karna Ali
menempati salah satu vila keluarganya disana.

“Kamu kedinginan?” Tanya Ali saat melihat Prilly mengusap usap lengannya sendiri.

“Sedikit”

Ali menepikan mobilnya sejenak. Prilly menatap Ali heran yang sedang membuka
jaket yang sedari tadi ia kenakan. Kemudian Ali menutupi badan Prilly dengan
jaketnya sembari tersenyum.
“Eh gak usah, ntar lo yang dingin lagi. Gak konsen nyetirnya. Gue gak mau mati
muda ya” protes Prilly hendak memberikan jaketnya pada Ali kembali, namun Ali
menahannya.

“Gak papa” balas Ali kemudian kembali menjalankan mobilnya. Prilly akhirnya
pasrah dan kembali menatap keluar jendela. Tiba-tiba hati prilly terasa
menghangat. Apa ini karna perlakuan manis Ali? Dihirupnya aroma tubuh Ali dari
jaket itu. Menenangkan. Prilly terpejam hingga tak sadar ia pun tertidur.

*****

Sesampainya di Bandung, kedatangan Ali dan Prilly disambut baik oleh


Prilly.walaupun Prilly tak menginginkan pernikahan ini, ia sadar bahwa ia juga harus
menghormati mertuanya. Terlebih melihat mertuanya itu yang sangat
menyayanginya. Setelah berbincang-bincang sedikit dengan bundanya, Ali
membawa Prilly kekamarnya. Prilly mengerinyitkan dahinya saat melihat Ali yang
langsung berbaring diranjangnya ketika mereka tiba dikamar Ali. Jujur ia sangat
penat dan ingin juga berbaring. Tapi ada Ali disana.

“Gue mau tidur disitu. Lo sana cari kamar yang lain” ucap Prilly membuat Ali
terkekeh. Prilly makin mengerinyitkan dahinya

“Ini tu rumah aku. Jadi terserah aku tidur dimana, lagipula kan kalau dirumah kamu,
kamu yang mutusin buat pindah kamar, nah kalau aku mutusin buat gak mau
pindah kamar” balas Ali sembari tersenyum penuh kemenangan. Prilly menatap
geram kearah Ali.

“Oh oke. Kalau gitu gue tidur dibawah” Prilly langsung mengambil bantal kemudian
berbaring dikarpet.

“Silahkan”

Prilly mengusap ngusap tubuhnya. Ternyata bukan pilihan yang bagus, karna sangat
dingin. Prilly menghela nafas kasar. Tak ada pilihan lain.

“Yaudah gue tidur sama lo. Tapi lo jangan macam macam! Kalau sampai besok pagi
gue bangun dengan keadaan tak semestinya atau lo peluk peluk gue. Gue bakal
pastiin hidung mancung lo pindah kedengkul!” Ucap Prilly penuh penekanan
kemudian berbaring disamping Ali membelakanginya. Ali tertawa geli mendengar
ucapan istrinya. Seram, namun menggemaskan.

“Selamat tidur” ucap Ali kemudian mematikan lampu tidurnya.

*****
Sinar matahari yang masih samar-samar dengan udara yang masih dingin masuk
menembus celah jendela. Prilly mengerjap ngerjapkan matanya, bukan karna sinar
matahari namun dingin yang menusuk ketulang. Tiba-tiba Prilly tersadar kalau yang
berada Dikepalanya kini bukanlah bantal, dan tangannya sendiri menghimpit
sesuatu. Prilly terbelalak kaget saat melihat dirinya yang tertidur didada bidang Ali
dengan tangan yang memeluk perut Ali. Jadi rasa nyaman yang ia dapati sepanjang
malam ini dari sini? Prilly memukul dahinya pelan atas kebodohannya. Bagaimana
kalau Ali tau? Bukannya ia yang melarang Ali mendekatinya? Tak ingin menunggu
sampai Ali bangun, Prilly langsung bergegas menuju kamar mandi membersihkan
dirinya. Ali terkekeh geli saat melihat istrinya yang berlari kekamar mandi.
Sebenarnya Ali sudah bangun sedari tadi. Hanya saja ia tak ingin membangunkan
istrinya yang kelihatan sangat nyaman memeluknya. Benarkah ia nyaman? Ntah
lah. Ali kembali menarik selimutnya menutupi tubuhnya, hawa dingin alami ini
yang ia rindukan. Rasanya ia enggan meninggalkan rumah.

*****

Prilly mengusap wajahnya frustasi. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bahkan ia
tak tau harus mulai dari mana. Tadi saat ia selesai mandi, Prilly langsung menemui
bundanya yang sedang ada didapur untuk sekedar membantunya memasak untuk
sarapan.namun karna bahan masakan yang sudah habis akhirnya Dewi
memutuskan untuk kepasar bersama Nayla kemudian meminta Prilly untuk
membuatkan Ali sarapan dengan bahan masakan yang masih tersisa. Dan disinilah
Prilly sekarang, di dapur. Prilly memasang celemek bermotif bunga bunga
kebadannya. Ditatapnya semua bahan bahan membuat nasi goreng yang tadi ia
lihat diinternet sudah lengkap semua dihadapannya.

“Ayo Prilly, lo pasti bisa. Nasi goreng doang mah kecil” ucap Prilly menyemangati
dirinya sendiri.

Prillypun mulai memasak berkutat dengan berbagai macam bahan masakan.


Sesekali diliriknya ponselnya untuk melihat resepnya. Sangkin asiknya memasak
terkadang tak jarang celemek yang Prilly pakai terciprat bahan bahan masakannya.
Sesekali Prilly juga mengelap peluhnya, ini pengalaman baru baginya, biasanya ia
hanya berkutat dengan lampu kamera.

“Nasi goreng ala Prilly sudah siap” ucap Prilly girang melihat nasi gorengnya sudah
siap. Sebenarnya ia ingin mencobanya terlebih dahulu, tapi ntah kenapa ia lebih
ingin Ali yang pertama kali mencobanya. Prillypun kemudian membuka celemeknya
dan segera bergeges membangunkan Ali. Sesampainya dikamar ternyata Ali masih
terlelap. Prillypun membuka gorden dan jendela terlebih dahulu agar sinar matahari
masuk kekamar. Setelah itu Prilly menghampiri Ali yang masih terlelap.

“Li, bangun, sarapan dulu yuk” Prilly menarik narik pelan selimut yang dipakai Ali.
Ali langsung mengerjap ngerjapkan matanya. Ternyata tak sulit membangunkannya.
Prilly duduk ditepi ranjang disamping Ali menunggu Ali bangun sepenuhnya. Tapi
setelah mata itu mengerjap malah tak terbuka.

“Ali bangun dong” ucap Prilly lagi menarik lengan Ali. Namun tanpa diduga Prilly, Ali
malah menarik Prilly kedalam pelukannya sehingga Prilly menindih Ali membuat
Prilly terbelalak kaget. Perlahan mata Ali terbuka memperlihatkan bola mata hitam
legamnya, nafasnya mintnya menyapu wajah Prilly membuat Prilly menatapnya tak
berkedip.

“Hukuman karna tadi malam kamu tidur sambil meluk aku” ucap Ali lembut sembari
tersenyum. Prilly langsung membulatkan matanya. Jadi Ali tau? Oh tuhan, Prilly
benar-benar merasa malu.

“Si...siapa juga yang melukin lo” elak Prilly. Mungkin masih ada kesempatannya
untuk berbohong.

“Kamu fikir aku gak tau?” Badan Prilly makin menegang.

“Prilly bodoh! Tengsin parah” batin Prilly merutuki dirinya sendiri.

“Gue kan gak sengaja, namanya juga tidur” ucap Prilly membela diri. Ali terkekeh
kecil. Istrinya ini benar-benar tak ingin kalah.

“Terus kalau minsalnya aku yang gak sengaja meluk kamu tadi malam, kamu bakal
diam aja?” Tanya Ali yang berhasil membuat Prilly terdiam.

“Terima hukumun dari aku ” bisik Ali membuat jantung Prilly berdetak lebih cepat,
nafas tercekat dan peredaran darah terhenti. Ali mengeratkan tangannya
dipinggang Prilly. Prilly yang menindih badan Ali hanya menahan badannya dengan
kedua tangannya didada Ali. Ali sedikit menaikkan kepalanya agar mendekat
kewajah Prilly membuat Prilly dengan susah payah menelan ludahnya. Apa yang
akan dilakukan Ali? Tiba-tiba Prilly merasa seluruh fungsi ditubuhnya berhenti
termasuk otak cerdasnya dan sifat ketusnya. Harusnya kini ia mengomeli habis
habisan karna sudah memeluknya, tapi ntah kenapa Prilly tak bisa berbuat apa
selain memejamkan matanya. Ali tersenyum melihat tingkah gugup Prilly. Ternyata
istrinya yang jutek ini bisa gugup juga.

“Kamu bau asep. Abis ngapain sih?” Bisik Ali yang membuat Prilly terbelalak. Jadi
dia??? Arrghh! Kali ini Prilly merasa benar benar bodoh. Prilly langsung bangkit dari
posisinya dan menatap Ali tajam.
“Sekarang lo mandi dan buruan sarapan!” Geram Prilly kemudian berlalu dari kamar
dengan kesalnya. Ali hanya tertawa melihat istrinya itu.

Setelah mandi Ali langsung bergegas menuju meja makan. Ia sedikit kaget saat
Prilly memberikannya sepiring nasi goreng buatannya. Untuk pertama kalinya
istrinya itu memasakannya sarapan. Namun saat Prilly menjelaskan bahwa itu
adalah terpaksa karna permintaan bunda, ada sedikit rasa kecewa yang Ali rasakan.
Prilly memperhatikan dengan serius saat Ali menyantap makanannya, ia benar-
benar penasaran pendapat Ali tentang makanannya. Namun Prilly

******

Prilly melihat suasana sekitar rumah Ali yang dekat dengan perbukitan dan kebun
teh. Pemandangan dihadapannya hampir semuanya berwarna hijau.

“Pasti kakak jarang liat pemandangan kayak gini kan?” Tanya Nayla yang tiba-tiba
datang menghampiri Prilly dan duduk disamping Prilly yang sedang duduk disebuah
bangku dihalaman rumah Ali.

“Iya nih, kalau dijakarta liatnya macet muluk” balas Prilly sembari terkekeh yang
membuat Nayla ikut terkekeh. Prilly terdiam sejenak memikirkan sesuatu.

“Nay” panggil Prilly yang membuat Nayla menoleh padanya.

“Sebenarnya Ali itu kerja apa sih?” Tanya Prilly yang membuat nayla
mengerinyitkan dahinya. Tapi sesaat kemudian Nayla tersadar. Ia sudah pernah
membicarakan ini sebelumnya dengan Ali.

“Bang Ali pasti udah pernah kasih tau kekakak kan? Pokoknya pekerjaan bang Ali
halal” balas Nayla sembari tertawa kecil. Prilly menghela nafas kecil. Sepertinya
sulit mencari informasi tentang Ali.

Chapter 8

******

Malam ini suasana dirumah orangtua terasa menghangat, sebenarnya bukan karna
suhunya, karna suhunya tetap saja terasa dingin, melainkan suasana yang terasa
hangat oleh obrolan Dewi, Nayla, Ali maupun Prilly. Ali tampak tersenyum menatap
Prilly yang sedang bercanda gurau dengan bundanya dan Nayla. Mungkin
dihadapannya gadis itu selalu jutek, namun berbeda jika didepan keluarga, dan
tentunya Ali sangat bersyukur. Jadi bundanya tak perlu curiga kalau hubungan
mereka tak sebaik kelihatannya. Tiba tiba terdengar suara ponsel Prilly.

“Bun, aku angkat telfon dulu ya” pamit Prilly yang dibalas Dewi dengan anggukan.
Ali hanya menatap kepergian Prilly. Siapa yang menelfonnya?

******

Setelah berkeliling rumah mencari Prilly, akhirnya Ali menemukan Prilly dibalkon
kamarnya, pasalnya saat Prilly berpamitan untuk mengangkat telfon,ia tak kembali
lagi. Ali mengerinyitkan dahinya saat menghampiri Prilly. Kenapa tubuh Prilly
bergetar? Samar samar Ali juga mendengar isakan. Tapi Ali tak bisa melihat jelas
karna Prilly membelakanginya.

“Prill” panggil Ali. Namun tak ada jawaban dari Prilly. Ali terbelalak kaget saat sudah
ada disamping Prilly dan dapat melihat wajah Prilly yang penuh dengan air mata.

“Kamu kenapa?” Tanya Ali. Tapi lagi-lagi Prilly tak menjawab. Ali mengarahkan bahu
Prilly agar menghadap padanya.

“Heiii jawab aku dong..kamu kenapa?”

“Gue dipecat sama management karna tadi gak datang pemotretan” ucap Prilly
dengan nada bergetar

“Kamu dipecat? Kok bisa, kan cuma gak dateng pemotretan sekali doing”

“Lo gak ngerti. Ini tuh project besar” ucap Prilly dalam isakannya.

Tiba tiba Ali merasa bersalah. Karna bagaimanapun Prilly dipecat karna ikut
dengannya.

“Maaf ya, gara-gara aku kamu dipecat” ucap Ali merasa tak enak.

Prilly mendongakkan wajahnya sendu menatap Ali. Tanpa menjawab ucapan Ali,
Prilly langsung memeluk tubuh kekar Ali menumpahkan tangisnya. Ali terpaku
mendapati pelukan mendadak dari Prilly. Prilly memeluk tubuhnya erat. Namun Ali
dengan segera membalas pelukan Prilly, diusapnya punggung Prilly memberikan ia
ketenangan, hingga makin lama isakan prilly terdengar makin melemah.

“Kalau gue dipecat,gue kerja apa lagi?” Ucap Prilly lemah. Ali mengerinyitkan
dahinya mendengar ucapan Prilly. Sepenting itukah pekerjaannya bagi Prilly.
“Kamu gak perlu kerja, ada aku kan” ucap Ali. Prilly mendongakkan kepalanya
namun tak melepaskan pelukannya pada Ali.

“Lo bener-bener gak ngerti ya? Dari dulu gue gak mau bergantung sama orangtua
gue. Dan cuma jadi model cara satu satunya” ucap Prilly. Ali terdiam sejenak
mendengar ucapan Prilly. Fakta baru yang ia ketahui tentang istrinya, ternyata Prilly
adalah gadis yang sangat mandiri. Ali kembali mendekap Prilly membuat Prilly
menenggelamkan wajahnya didada Ali.

“Udah ya, kamu jangan nangis lagi. Pulang dari Bandung,kita cari solusinya. Sekali
lagi aku minta maaf karna udah bikin kamu dipecat” ucap Ali lembut. Prilly
melepaskam pelukannya pada Ali kemudian menyeka air matanya.

“Bukan salah lo kok. Lagian emang gue kan yang mau kesini sama lo” ucap Prilly.
Alipun mengangguk paham. Jujur Ali lega, Ali kira Prilly akan marah seperti
biasanya. Tapi belakangan ini gadis ini banyak berubah.

“Udah ah, gue ngantuk” Prillypun berlalu memasuki kamar diikuti Ali dibelakangnya.
Prilly membaringkan badannya diranjang disusul Ali disampingnya.

“Kalau ntar malam Tiba-tiba gue gak sengaja meluk lo. Lo harus lepasin sendiri.
Jangan modus..awas aja lo!” Ancam Prilly membuat Ali terkekeh. Baru Ali akan
menjawab tiba-tiba,

“Aaaaaaa” pekik Prilly saat lampu padam.

“Ssttt jangan ribut..udah malem nih. Gak bakal kenapa kenapa kok. Kamu tidur aja
yaa”

“Ali boleh peluk gak?” Tanya Prilly takut -takut. Disini benar-benar gelap. Ali tertawa
kecil. Gadis ini benar-benar seperti bunglon.

“Boleh” balas Ali yang membuat Prilly langsung meringkuk dalam pelukan Ali.
Malam ini ia harus menurunkan gensinya. Harus!

*****

Prilly meraba-raba ranjang disampingnya. Kenapa terasa kosong? Prilly mulai


membuka matanya. Ia mengrinyitkan dahinya saat melihat tak ada Ali
disampingnya.
“Alii....” Tak ada sautan dari Ali. Prilly memutuskan untuk mencari Ali keluar kamar,
namun sesaat kemudian Prilly menghentikan langkahnya, harusnya ia mandi
terlebih dahulu, Prillypun menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah mandi Prilly langsung bergegas menuju luar kamarnya untuk menemui
Ali.Namun kata Nayla Ali sedang ada dikebun teh milik keluarganya untuk
mengecek keadaan disana. Ini salah satu rutinitas Ali saat kesini, memantau
perkebangan usaha milik keluarganya itu. Prilly akhirnya memutuskan untuk
menyusul Ali. Prilly menuju perkebunan teh yang paling dekat dengan rumah Ali.
Sepanjang perjalanan Prilly disugukan oleh Pemandangan yang asri. Sesekali Prilly
melewati sungai yang kecil. Tiba-tiba langkah Prilly terhenti saat melihat seseorang
yang sangat ia kenal. Berjalan disekita kebun teh yang tak jauh darinya. Namun ia
tak sendiri. Dengan siapa dia? Prilly menyipitkan matanya memastikan. Ternyata
benar.

“Ninggalin istrinya sendiri. Tapi jalan sama cewek lain!”

Prilly melipat kedua tangannya didepan dada melihat sepasang orang yang
sepertinya sedang bercengkrama, sesekali Prilly tampak mencibir saat sepasang
orang itu sama sama tertawa lepas. Prilly mengalihkan pandangannya kearah lain.
Prilly merutuki dirinya sendiri yang kesal melihat Ali dengan gadis lain. Apa
pedulinya? Prilly memutuskan untuk pulang saja. Namun benerapa langkah Prilly
akan pergi ia berbalik lagi. Kenapa ia harus pergi. Pria itu harus tau kalau ia sedang
kesal sekarang. Dengan perasaan kesal Prilly langsung berjalan mendekati
sepasang orang itu.

“Ali!” Panggil Prilly membuat Ali dan gadis dihadapannya langsung menoleh pada
Prilly.

“Kamu kenapa ada disini?” Tanya Ali yang terlihat bingung. Prilly menatap gadis
disamping Ali dengan tatapan tak suka. Sementara yang dipandang hanya
tersenyum menatap Prilly.

“Pulang yuk” ucap Prilly selembut mungkin, namun penuh penekanan.

“Aku masih ada urusan disini” balas Ali membuat Prilly makin kesal.

“Jadi ini istri kamu?” Tanya gadis disamping Ali.

“Oh iya Dinda, kenalin ini Prilly istri aku. Dan Prilly, ini Dinda, teman aku sejak kecil
dan sekarang jadi penanggung jawab perkebunan peninggalan ayah” jelas Ali
memperkenalkan kedua gadis dihadapannya. Sebenarnya Ali heran kenapa Prilly
ada disini, dan kenapa Prilly menatap Dinda dengan tatapan tak suka.

“Ali pulang yuk, disini dingin banget” rengek Prilly tak memperdulikan ucapan Ali
yang baru memperkenalkan Dinda padanya.
“Gak bisa Prill, aku masih Harus keliling perkebunan buat liat perkembangannya
sama Dinda. Kamu pulang sendiri aja ya” ucap Ali memberi pengertian. Jadi Ali
menolaknya dan lebih memilih gadis ini? Prilly menatap Ali tajam.

“Oh oke” tak ingin berlama-lama berada didekat kedua orang ini, Prilly langsung
berlalu pergi.

“Prill” Prilly yang sudah berjalan meninggalkan Ali dan Dinda kembali berhenti saat
Ali memanggilnya. Namun ia enggan untuk berbalik. Prilly hanya diam sembari
melipat kedua tangannya didepan dada.

Ali berjalan menghampiri Prilly kemudian membuka jaketnya dan menutupi tubuh
Prilly dengan jaketnya. Prilly yang kaget dengan aksi Ali langsung mendongak
mendapati Ali yang sedang tersenyum padanya.

“Ini tu bandung, bukan jakarta. Kalau kamu pakai baju kayak gini, bisa sakit” ucap
Ali lembut. Prilly melirik bajunya, benar saja Prilly menggunakan baju tanpa lengan.
Prilly kembali menatap Ali sembari mengerucutkan bibirnya. Ia masih kesal pada Ali
walaupun sikapnya barusan ia aku sangat manis.

“Kamu mau ikut aku bentar gak? Abis itu kita pulang bareng” ucap Ali. Prilly tampak
berfikir sejenak. sesaat kemudian ia mengangguk setuju.

“Yuk Din kita lanjutin” ucap Ali pada Dinda. Akhirnya merekapun berlanjut untuk
melihat kondisi pekerbunan bersama Prilly.

“Li liat kali yang disana deh. Kamu inget gak? Dulu waktu kecil kita sering main air
dikali itu” ucap Dinda sembari menunjuk sebuah kali yang tak jauh dari mereka.

“Iya yah. Air kalinya gak sederes dulu”

Prilly memutar bola matanya malas. Apa mereka sedang flashback. Prilly terlihat
makin geram apalagi saat mereka sama sama tertawa dan Dinda memukul pelan
lengan Ali. Sangkin geramnya Prilly menendang batu yang berada didepannya
hingga.

“Awwwww!” Pekik Prilly. Jempol kakinya tiba tiba mengeluarkan Darah, mendengar
pekikan Prilly, Ali langsung menoleh kearah Prilly.

“Kamu kenapa?” Tanya Ali.

“Prill kamu kenapa?” Dindapun ikut bertanya. Prilly tak menjawab dan hanya melirik
kearah kakinya. Ali mengikuti arah pandangan Prilly

“Perih” rengek Prilly. Tanpa pikir panjang Ali langsung menggendong prilly.

“Aku harus pulang. Kamu lanjutin sendiri aja ya Din. Aku tunggu laporannya”.
******

“Awwwwww pelan pelan dong!” Pekik Prilly saat Ali memberiskan lukanya lalu
memberikannya obat merah.

“Tahan Prill, kan lagi di obatin”

Tadi Ali langsung membawa Prilly pulang dan meninggalkan Dinda. Memang
pekerjaannya belum selesai, seharusnya Ali menyelesaikan mengecek perkebunan
hari ini juga karna besok mereka sudah kembali kejakarta dan tak tau kapan bisa
mengeceknya lagi, namun bagi Ali sekarang istrinya lebih penting.

“Udah selesai” ucap Ali sembari menutup botol obat merahnya. Prilly yang masih
merasa perih dikakinya memutuskan untuk mengipas ngipasnya mengurangi rasa
pedihnya.

“Ini gara-gara lo tau gak. Coba aja lo gak pergi kekebun tinggalin gue, coba aja lo
gak lama-lama pergi sama cewek itu, coba aja lo ikutin kata gue buat pulang.
Semuanya gak akan kejadian” omel Prilly. Ali menggaruk tengkuknya yang
sebenarnya tak gatal. Benarkah ini salahnya?

“Aku kan gak nyuruh kamu nyusul”

“Jadi lo gak suka gue nyusul? Lo kepengen lama-lama sama cewek itu?” tanya Prilly
tajam. Ali menautkan alisnya heran, sebenarnya istrinya ini kenapa? Kenapa malah
membawa bawa Dinda?

“Bukan gitu, ta...”

“Udahlah, kaki gue perih nih. Jangan kebanyakan ngomong” ucap Prilly ketus. Ali
menghela nafas sejenak. Kenapa istrinya kembali ketus? Ali lebih memilih diam,
sementara Prilly sibuk mengipas ngipas kakinya sambil sesekali melirik Ali. Kenapa
Ali diam? Apa karna mendapat sikap ketusnya? Bagi Prilly ini wajar. Ali sudah
membuatnya kesal, tapi disaat yang bersamaan Ali juga membuatnya bahagia atas
sikap manisnya. Prilly merutuki dirinya sendiri. Sebenarnya dirinya ini kenapa?

“Gue berat banget ya? Sampai keringatan gini gendongnya” ucap Prilly sembari
menyeka peluh Ali didahinya. Ali yang sedari tadi diam kini beralih menatap Prilly
yang sedang serius menyeka peluhnya.

“Sedikit” balas Ali sembari tertawa kecil menggigit bibirnya. Eeeerrrr


menggemaskan.
“Aliiii” pekik Prilly tak terima, dengan kata lain Ali menyebutnya berat? Prilly terus
menyeka peluh Ali, sementara Ali hanya tersenyum kecil. Sebenarnya istrinya ini
kenapa? Benar-benar seperi bunglon, sifatnya sering berubah-ubah.

“Kamu cemburu sama Dinda?” Pertanyaan Ali sontak membuat Prilly terhenti
menyeka peluh Ali namun tangannya tetap berada dipipi Ali. Prilly mencoba
mencerna ucapan Ali. Apa? Cemburu?

Ali memegang tangan Prilly yang ada dipipinya kemudian menggenggamnya.


Sebenarnya Ali sudah menyadari perubahan sifat Prilly sejak Prilly melihatnya
bersama Dinda. Awalnya Ali fikir Prilly akan biasa saja. Namun makin lama gerak
gerik istrinya itu makin mencurigakan.

“Ce..cemburu? Lo kok pede banget” ucap Prilly.

“Ya bukannya pede. Cuma kamu beda aja sejak kamu liat aku sama Dinda tadi”
Prilly merutuki dirinya yang tiba tiba menjadi gelagapan. Harusnya ia biasa saja.

Ali yang masih menggenggam tangan Prilly mengarahkan punggung tangan Prilly
kebibirnya lalu mengecupnya.

“Dia beneran temen kecil aku kok. Tadi itu karna kerjaan” jelas Ali lembut. Prilly
benar-benar serasi kaku sekarang. Ia harus apa? Berdiam saja menerima perlakuan
manis Ali? Atau memarahinya karna sudah mencium tangannya? Rasanya Prilly
benar benar ingin hilang dari hadapan Ali sekarang.

“Gue gak cemburu! Maksudnya gue itu cuma, tadi tu gue, arghhhh!”Prilly langsung
berlalu dari hadapan Ali. Bahkan ia tak tau harus bicara apa didepan Ali. Ali
terkekeh kecil melihat sikap istrinya itu.

Prilly langsung berlari kekamar dan menutup pintunya. Kenapa ia selalu bersikap
seperti itu setiap dihadapan Ali? Membingungkan.

Chapter 9

*****

Setelah beberapa hari pula sampai dijakarta, Ali harus kembali melakukan
penerbangan. Kini ia harus berangkat ke Bangkok. Ali membuka matanya saat
mendengar suara alarm dari ponselnya. Ali melirik istrinya yang sedang bergulung
didekapannya. Semenjak pulang dari bandung, Prilly tak pernah tidur dikamar
pribadinya lagi. Walaupun setiap malam ia selalu mengingatkan Ali agar tak
menyentuhnya saat ia tidur, tetap saja saat bangun selalu Prilly yang memeluknya.
Walaupun sebenarnya tak jarang juga Ali ikut memeluknya. Ali tersenyum melihat
wajah polos istrinya saat sedang tertidur. Dielusnya pipi mulus nan chubby milik
istrinya itu. Difikir-fikir sikap Prilly belakangan ini berubah. Apakah ia mulai
menerima Ali? Atau bahkan mencintainya? Ali cepat-cepat menepis pikirannya itu.
Tak mungkin secepat itu. Ali menepuk dahinya Pelan. Ia harus segera bersiap siap.
Kenapa malah memperhatikan wajah cantik istrinya?

Tak butuh waktu lama Ali sudah siap dengan celana jeans dan kaos hitam polosnya
dan koper ditangannya. Bajunya ini nanti akan berganti dengan seragam pilot
kebanggaannya.

“Aku kerja dulu. I will miss you” bisik Ali pada Prilly lalu mengecup dahi Prilly
lembut. Sebelum keluar dari kamar, Ali meletakkan sesuatu dinakas untuk Prilly.

*****

Prilly mengerjap-ngerjapkan matanya saat sudah merasa sinar matahari pagi begitu
menusuk matanya. Diregangkannya otot-otot badannya. Prilly melirik kearah
samping. Kosong. Kemana Ali? Prilly langsunh duduk dari tidurnya, mengedarkan
pandangannya kesekeliling kamarnya yang cukup luas ini. Tak ada Ali.

“Li... Ali...” panggil Prilly, namun tak ada sautan. Prilly bangkit dari ranjang hendak
mencari Ali ke kamar mandi, namun langkahnya terhenti saat melihat sesuatu
dinakas. Sebuah miniatur doraemon dan setangkai mawar merah. Prilly membuka
sebuah kertas kecil yang berada tangkai bunga mawar itu.

“Aku kerja dulu ya. Have a good day without me” ucap Prilly membaca kertas itu.
Jadi Ali pergi bekerja? Kenapa tak berpamitan padanya? Prilly menghirup aroma
bunga itu dalam dalam. Pikiran Prilly menerawang makin penasaran dengan
pekerjaan Ali.

*****

Caca mengetuk-ngetukkan jarinya kemeja cafe sambil menatap sahabatnya jenuh.


Kenapa sahabatanya ini sangat suka mengadu masalah rumah tangganya padanya?
Bahkan hari ini meminta bertemu dengannya hanya untuk mengadu bahwa
suaminyab tak pamit padanya saat berkerja dan meminta bantuanya untuk mencari
tahu pekerjaan suaminya. Dan sekarang sahabatnya itu benar-benar sedang fokus
pada ponselnya saat mendapat usul dari Caca untuk mencari informasi tentangnya
dari sosial media. Namun tiba-tiba Prilly tambah menghela nafas panjang.

“Gak ada Ca, gue udah cari di instagram, path, twitter, facebook, periscope,
snapchat, semuanya gak ada”

“Ya mungkin aja suami lo itu emang gak suka main sosial media gitu”

Prilly meneguk jus jeruknya, namun seketika ia terhenti saat teringat sesuatu.

“Ca”

“Apaan?”

“Bayarin makanan gue ya” pinta Prilly dengan tatapan memohon.

“Eh, lo yang ngajakin gue kesini masa lo yang minta bayarin, harusnya gue dong.
Ternyata selain istri durhaka, lo juga sahabat yang durhaka” ucap Caca yang
mendapat pelototan dari Prilly.

“Lo kan tau kalau gue sekarang PENGANGGURAN” ucap Prilly penuh penekanan.

“Ah gue gak percaya, lo pasti mau bohongin gue”

“Kalau lo gak percaya liat aja nih dompet gini, isinya cuma gocengan doing” Prilly
mengeluarkan dompetnya.

Namun tiba-tiba mata Prilly terbelalak kaget saat melihat dompetnya penuh dengan
lembaran uang seratus ribu dan lima puluh ribu. Ntahlah berapa jumlah, yang Prilly
tau ini sangat banyak, hingga dompetnya benar benar penuh.

“Kan bener lo mau bohongin gue. Lo bener bener ya. Liat noh dompet lo sampai
sesek kebanyakan uang” ucap Caca. Prilly menelan ludah susah payah melihat
uang didompetnya.

“Beneran Ca, terakhir gue liat isinya cuma 40 ribu, kenapa bisa sebanyak ini?”
Tanya Prilly tak percaya.

“Ya kali aja dimasukkin bokap lo” balas Caca. Prilly langsung menggeleng..tak
mungkin papanya, papanya tau kalau Prilly tak suka beri uang jajan, lagi pula
kalaupun papanya, pasti ia akan memberikannya langsung.

“Gak mungkin bokap gue Ca”

“Oh, atau jangan jangan Ali” ucapan Caca berhasil membuat prilly mengingat Ali.
Apa benar Ali? Tapi kenapa sebanyak ini? Kapan ia meletakkannya. Prilly benar-
benar dibuat bingung sekarang.
“Udah lah, pake bingung lagi. Jajanin gue yaa Prill" ucap Caca dengan tatapan
memohon. Prilly menatap geram pada sahabatnya itu. Tadi saja ia marah-marah,
sekarang malah sok manis!

Chapter 10

*****

Prilly membaringkan tubuhnya diranjang. Malam ini ia harus berusaha lagi agar bisa
tidur. Ini sudah malam ke5. Prilly bingung pada dirinya sendiri, kenapa semenjak Ali
pergi ia begitu susah tidur. Saat menceritakan kondisinya kini pada mamanya,
mamanya menjawab bahwa ini karna ia merindukan Ali. Benarkan? Tiba-tiba saat
Prilly mulai menutup matanya, ponselnya berdering. Prilly terbelalak saat melihat
siapa yang menghubunginya. Seketika Prilly gelagapan. Ia harus apa?
Mengangkatnya telfon dari Ali?

“Halo?”

“Haii, kamu belum tidur?”

“Menurut lo?”

“Hahaha, oke, aku tau kamu belum tidur. Kenapa belum tidur? Udah malam loh.
Kata mama kamu gak bisa tidur yaa beberapa hari belakangan ini?”

Prilly Menggeram kesal. Jadi mamanya melaporkan pada Ali?

“Gue cuma gak bisa tidur aja”

“Jangan gitu dong. Gak baik buat kesehatan kamu. Aku gak mau kalau kamu sakit”

“Apa urusannya sama lo kalau gue sakit?”

“Loh kamu kan istri aku, mana mungkin aku biarin istri aku sakit”

Tiba-tiba pipi Prilly terasa memanas mendengar ucapan Ali. Namun dengan cepat
Prilly menguapkan perasaan menghangatnya itu.

“Makanya buruan pulang!”

“Hahaha, apa hubungannya aku pulang sama kamu bisa tidur?”

Prilly memukul dahinya pelan. Apa yang barusan ia katakan?


“Gue mau tidur. Good nite” Prilly langsung mematikan telfonnya. Ia tak ingin
mulutnya ini makin menjadi jadi berbicara yang tidak tidak. Harus dipindahkan
kemana wajah cantiknya itu nanti saat Ali pulang.

******

Prilly meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku saat tertidur. Sinar matahari pagi
yang begitu menyengat sudah sedari tadi memaksa masuk kedalam jendela. Prilly
membuka matanya perlahan saat merasakan sesuatu yang lumayan berat
menimpa perutnya. Saat mata Prilly terbuka sempurna, mata hazel coklatnya
langsung bertemu dengan mata hitam legam Ali. Prilly membelalakkan matanya
saat melihat Ali yang sedang berbaring disampingnya sembari tersenyum dengan
tangan memeluknya. Benarkah ini Ali? Atau ia sedang bermimpi?

“Ali” panggil Prilly tak percaya.

“Pagi” sapa Ali sembari tersenyum.

Prilly hanya bisa terdiam menatap Ali. Pikirannya menginstruksinya agar menjauh
dari Ali dan mengomelinya karna berani memeluknya dan pergi lama seenaknya
dan sekarang pulang dengan tampang tanpa dosanya. Namun hatinya berkata lain.
Prilly masih belum mengerti perasaannya..apakah ia rindu dengan Ali? Ali menarik
Prilly pelan kedalam dekapannya, ditenggelamkamnya wajah Prilly kedalam dada
bidangnya membuat Prilly menghirup aroma tubuh Ali dalam dalam yang ia akui
sangat menenangkan. Pasti Ali baru saja selesai mandi. Lagi-lagi pikiran dan hati
Prilly harus berperang menentukan sikap apa yang harus ia tunjukan didepan Ali.

“Lo kapan pulang?” hanya pertanyaan dengan nada lemah itulah yang bisa
dikeluarkan Prilly.

“Tadi subuh” balas Ali sembari mengelus punggung Prilly membuat Prilly makin
dalam meringkuk dalam pelukan Ali.

“Lo tu kerja apa sih? Pulangnya lama-lama muluk” ketus Prilly Membuat Ali
terkekeh.

“Yang penting halal” Prilly mendongakkan kepalanya tak puas dengan jawaban Ali.

“Kamu kangen banget ya sampai boneka yang aku kasih dibawa tidur?” Tanya Ali
dengan senyuman jail membuat Prilly terbelalak dan menjauh dari Ali. Lagi lagi
Prilly harus merutuki kebodohannya!
“Kamu kangen aku?” Tanya Ali lagi yang kini ikut bangkit dan duduk dihadapan
Prilly. Prilly tak tau harus jawab apa. Apa yang harus ia katakan? Mengakui kalau
dirinya rindu? Lalu bagaimana kalau pria dihadapannya ini besar kepala.

“Iya, aku kangen kamu. Kangen banget sampai aku gak bisa tidur. Tapi apa cuma
aku yg kangen?” Batin Prilly memekik, namun tetap saja ia tak bersuara. Prilly
hanya mampu menatap Ali yang juga sedang menatapnya. Sesaat kemudian Ali
terlihat tersenyum.

“Aku paham kok. I miss you more” ucap Ali sembari mengelus pipi Prilly dan diakhiri
dengan menyentil kecil hidung mancungnya.

“Buruan mandi. Mama sama papa udah nunggu dibawah” Ali kemudian keluar dari
kamar meninggalkan Prilly yang masih mematung. Apakah Ali bisa mendengar kata
hatinya? Oh gawat! Sepertinya mulai sekarang Prilly tak ingin sembarangan
membatin lagi.

*****

Ali dan Prilly kini sedang berkumpul dengan mertuanya diruang santai usai sarapan
tadi.Sebenarnya Ali sudah ada di Jakarta sejak tadi malam. Dan saat ia menelfon
prilly itu ia baru saja sampai dibandara. Namun karna sudah sangat malam dan rasa
lelah yang menyerang, Ali memutuskan untuk pulang keapartementnya yang lebih
dekat dengan bandara. Saat subuhlah ia baru pulang kerumah.

“Apa rencana kamu selanjutnya Prill?” Tanya Indra yang membuat Prilly
mengalihkan perhatiannya yang sedari tadi sedang asik menonton.

“Rencana apa pa?” Tanya Prilly bingung.

“Kamu kan udah gak model lagi”

“Oh itu, ntar aku coba cari kerjaan pa”

“Gimana kalau kamu kerja dikantor papa aja. Lagian kan itu memang bidang kamu
sesuai lulusan kuliah kamu kan” ucap Indra. Memang Prilly baru saja wisuda dari
kuliah jurusan managementnya.

“Iya sih pa, tapi kalaupun aku mau kerja kantoran, itu bukan diperusahaan papa”

Ali hanya mendengar pembicaraan mereka. Sebenarnya Ali tak ingin Prilly kerja.
Tapi apa ia mau mendengarkan perkataan Ali?
“Prill ikut aku bentar yuk” ajak Ali. Ayu dan Indra ikut menatap Ali.

“bentar ya ma, pa” pamit Ali. Prillypun mengangguk kemudian mengikuti Ali yang
ternyata membawanya kekamarnya tepatnya dibalkon kamarnya.

“Kenapa?” Tanya Prilly.

“Aku mau kamu gak usah kerja” ucap Ali yang membuat Prilly menatapnya heran.

“Loh kenapa?”

“Aku mau kamu selalu ada dirumah. Kamu tau kan aku kalau kerja berhari hari.
Kalau kamu kerja, kita kapan ketemunya”

“Lo egois banget ya. Nyuruh gue dirumah terus sedangkan lo sendiri jarang
dirumah” balas Prilly kesal. Ia tak suka Ali melarangnya bekerja dengan alasan yang
menurut Prilly tak masuk diakal.

“Aku pergi lama buat kerja, untuk kita. Aku bisa penuhi permintaan kamu” ucap Ali
memberi pengertian. Prilly mengalihakan pandangannya dari Ali sembari melipat
kedua tangannya didepan dada..kalau ia tak bekerja, ia akan semakin tersiksa saat
Ali pergi. Menunggu Ali pulang dengan hanya berdiam diri diruamah itu sangat
menyiksanya. Ali menarik pelan dagu Prilly agar menatapnya.

“Jangan bikin kita semakin jauh dengan keinginan kamu untuk bekerja ini” ucap Ali
dengan tatapan memohonnya. Ali hanya tak ingin hubungannya yang hampir baik
dengan Prilly makin merenggang karna jarangnya bertemu dengan Prilly. Prilly
tampak berfikir sejenak. Sebenarnya Ali ada benarnya.

“Oke, gue gak bakal kerja” ucap Prilly membuat senyum Ali mereka.

“Makasih sayang” ucap Ali lalu memeluk Prilly, mendengar ucapan Ali rasanya
darah Prilly berdesir. Sayang? Apa ia tak salah dengar?

“Hmmmm, Li?” panggil Prilly. Ali yang masih memeluk Prilly hanya membalas
dengan deheman..

“Temenin gue ke acara pernikahn temen gue mau gak?” tanya Prilly.

“Boleh, sekarang?” Prilly mengangguk sebagai jawaban.

“Yaudah kamu siap-siap ya, aku mau siap-siap juga” Ali melepaskan pelukannya
kemudian tersenyum manis kearah Prilly dan berlalu memasuki rumahnya. Tanpa
disadari Prilly tersenyum kecil menatap kepergian suaminya. Sebenarnya Prilly
tadinya tak berminat untuk datang, namun tiba-tiba ia ingin merasakan menghadiri
sebuah acara bersama suaminya. Prillypun akhirnya memutuskan untuk bersiap-
siap pula.
Chapter 11

*****

Ali dan Prilly memasuki sebuah hotel berbintang yang dijadikan tempat resepsi
pernikahan salah satu teman Prilly saat kuliah dan berprofesi sama-sama sebagai
model. Ali menggandengan tangan istrinya mesra. Mereka tampak serasi, Prilly
dengan gaun merah muda yang dikombinasikan dengan warna hitam yang begitu
pas dibadannya, sedangkan Ali yang menggunakan jas semi formal berwarna hitam.
Tak jarang mata para undangan yang lain melirik pada mereka. Setiap orang yang
mengenali Prilly selalu bertanya siapa yang bersama Prilly. Dengan bangganya Prilly
mengenalkan Ali sebagai suaminya. Siapa yang tak bangga memiliki suami dengan
wajah yang begitu tampan? Setelah memberi selamat pada pengantin, Ali dan
Prilly, menikmati pesta beserta hidangannya.

“Aku ketoilet bentar ya” bisik Ali. Prilly yang sedang berbicara dengan Caca yang
ternyata juga menghadiri acara ini hanya membalas dengan anggukan

Sepeninggalannya Ali ketoilet dan Caca yang sudah pulang terlebih dahulu,
Prillypun memutuskan untuk menunggu Ali dan mengajaknya pulang. Tiba-tiba ada
yang memegang bahu Prilly membuat Prilly menoleh kebelakang. Prilly menghela
nafas jengah saat menyadari siapa yang ada dibelakangnya.

“Sendiri aja Prill? Suami lo mana? Kok gak ada? Atau jangan-jangan suami sewaan
lagi?” Prilly mengepalkan tangannya kuat-kuat mendengar ucapan meremehkan
dari Leo.Tampak pula siska yang berada disamping Leo ikut tertawa membuat Prilly
makin geram.

“Suami gue ada kok, dan tolong jaga omongan lo. Lo pikir gue kayak lo apa?
Tukang pemanfaat. Dan dia korban lo selanjutnya biar agency model lo lakukan”
Prilly menunjuk Siska membuat Leo langsung mencekal tangan Prilly, Prilly sedikit
meringis.

“Jauhkan tangan lo dari istri gue” suara lantang itu membuat Leo mau tak mau
melepaskan cekalan tangannya dari tangan Prilly. Prilly langsung menoleh pada Ali
yang ternyata ada dibelakangnya. Wajahnya tampak tak sedamai biasanya.
Rahangnya mengeras sempurna dan matanya menatap tajam kearah Leo

“Jangan pernah sentuh istri gue apalagi nyakitin dia. Lo lupa tugas cowok
sebenarnya yang harusnya lindungin cewek? Ini untuk yang pertama dan terakhir
kalinya gue lihat lo kasarin istri gue” ucap Ali memberi peringatan kemudian
menggandeng Prilly pergi.

Sesampainya dimobil Ali dan Prilly sama-sama terdiam. Terlebih lagi Ali. ia tampak
mengatur nafasnya yang memburu. Namun sesaat kemudian Ali beralih menatap
Prilly. Di ambilnya satu tangan Prilly kemudian di perhatikannya.
“Masih sakit?” tanya Ali lembut. Prilly sempat terdiam sesaat mendengar
pertanyaan Ali, namun sesaat kemudian ia menggeleng.

“Makasih” ucap Prilly pelan bahkan hampir tak terdengar, namun Ali masih mampu
mendengarnya dan membuat pria itu tersenyum.

“Gak usah bilang makasih gitu sama suami sendiri. Kamu tau gak, aku itu kayak
tukang kebun. Tugas aku untuk menjaga bunga agar tetap indah. Sebagai tukang
kebun aku gak akan biarin satu orangpun merusak keindahan bunga yang selama
ini aku jaga” ucapan Ali itu berhasil membuat pipi Prilly memanas. Prilly tersenyum
kecil menutupi wajahnya yang sudah bersemu.

*****

Prilly membolak-balikkan majalah yang ada ditangannya, sesekali Prilly tampak


menghela nafas berat. Diletakannya majalahnya itu dimeja. Tiba-tiba Prilly rindu
kehidupannya yang dulu. Ptilly memukul dahinya pelan. Kenapa ia begitu bodoh
dulu mengambil keputusan untuk menikah dengan Ali hanya demi Leo. Harusnya
kini Prilly masih bisa berkarya dalam bidang modelingnya atau mungkin
memperluas bidangnya. Prilly selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah
keputusannya selama ini sudah benar? Apakah ia masih tetap bisa bahagia?

Suara pintu yang terbuka membangunkan Prilly dari lamunannya. Terlihat Ali yang
memasuki kamar. Ali hanya melirik Prilly sejenak kemudian langsung berlalu menuju
kamar mandi membuat Prilly menatapnya heran. Tak biasanya Ali seperti itu.

*****

Ali menikmati langit malam dari balkon kamarnya, angin malam ini terasa tak
begitu menusuk tulang. Arah mata Ali mungkin memang menuju bintang, namun
tidak dengan fikirannya. Fikirannya mengingat kembali kejadian tadi siang saat ia
sedang menunggu Verrell disebuah cafe dan tak sengaja bertemu dengan Caca. Tak
tahan rasanya membendung pertanyaan yang selama ini selalu ingin ia cari tahu
jawabannya, akhirnya Alipun bertanya pada Caca apa yang membuat Prilly ingin
melanjutkan pernikahan ini. Menurut Ali Caca sebagai sahabatnya pasti tahu. Yang
mengganjal hati Ali selama ini adalah, kenapa gadis itu menerima perjodohan ini
jika sifatnya masih tetap ketus padanya, walaupun sebanarnya belakangan ini
sikapnya sudah memiliki perubahan. Awalnya Caca menolak untuk menjawab,
namun dengan sedikit memohon akhirnya ia menceritakan juga. Jawaban Caca
benar-benar mengganggu fikiran Ali. benarkan Prilly menikah dengannya hanya
untuk pembuktian pada seorang pria bernama Leo itu? Kenapa fikiran gadis itu
begitu dangkal? Ia sudah melibatkan banyak orang dalam hal spele ini. Ntah kenapa
rasanya sangat kecewa. Padahal Ali sama sekali tak memaksa. Ali memijat
pelipisnya pelan memikirkan hal ini. Diliriknya kedalam kamar, Prilly tampak sudah
tertidur.

*****

Ali yang hampir tertidur harus terusik oleh suara ponsel Prilly yang berdering.
Diliriknya Prilly yang berada disampingnya sudah tertidur pulas. Kemudian ia beralih
pula menatap ponsel Prilly dinakas dahi Ali berkerinyit saat melihat nama Leo dan
menampilkan pesan chat melalui linenya yang sebagian bisa dibaca tanpa harus
dibuka. Ali kembali mengerinyitkan dahinya saat membaca pesan itu. Besok gue
mau ketemu sama lo. Jadi Leo ingin mengajak Prilly bertemu? Tapi untuk apa? Tiba
Prilly yang menggeliat dalam tidurnya membuat Ali kembali berbaring.

Chapter 12

*****

Sore ini Prilly tampak sudah siap, berbagai macam pertanyaan memenuhi pikiran
Prilly. Untuk apa sore ini Leo mengajaknya bertemu? Namun karna penasaran,
Prillypun memutuskan untuk menemuinya.

“Kamu mau kemana?” tanya Ali yang baru keluar dari kamar mandi.

“Mau keluar sebentar” balas Prilly kemudian berlalu keluar kamar. Ali hanya mampu
menghela nafas panjang.

*****

Mobil yang Prilly bawa berhenti disebuah taman yang tak jauh dari rumahnya. Prilly
berjalan malas kearah seseorang yang tampak sudah menunggunya didepan
mobilnya.

“Mau apa lo?” tanya Prilly.

“Gue minta maaf soal kejadian waktu itu Prill, gue kebawa emosi” Prilly hanya
memutar bola matanya malas saat menyadari pembicaraan ini kurang penting

“gue bener-bener minta maaf juga udah selalu nantangin lo selama ini. Tapi percaya
Prill, gue lakuin ini buat bikin lo cepat lupa sama gue, mungkin kalau lo benci sama
gue lo jadi cepat lupa sama gue. Berhenti berfikir kalau gue selama ini pacarin lo
Cuma buat manfaatin lo dan mutusin lo karna dapat model yang lebih ngetop dari
lo, gue yakin lo sebenarnya juga paham kalau kita pisah karna kita sama-sama gak
cocok” ucapan Leo itu membuat Prilly berfikir, ada beberapa ucapan Leo yang
menurut Prilly sangat benar. Prilly menatap Leo mencari kebohongan dimatanya,
namun Prilly sama sekali tak menemukannya. Jadi perlakuan Leo selama ini hanya
karna ingin membuat Prilly lebih mudah melupakannya?
“Gue minta maaf Prill, gue yakin sekarang lo udah bisa lupain gue. Gue rasa
semuanya udah jelas”

“Gue juga minta maaf udah berfikiran buruk sama lo. Tapi cara lo sukses banget
bikin gue benci sama lo” balas Prilly diiringi tawanya membuat Leo ikut tertawa.

“Jadi sekarang kita temenan?”

“Ya temenan” mereka sama-sama tersenyum kemudian Leo membawa Prilly dalam
pelukannya.

Sementara itu tak jauh dari mereka didalam mobil tampak menatap nanar kearah
mereka. Ntah apa yang kini ada dalam pikiran orang itu, tak lama setelah itu orang
itu memutuskan untuk pergi.

*****

“Kamu dari mana aja?” tanya Ali saat Prilly memasuki kamar.

“Jalan-jalan sama Caca”

“Sama Caca atau sama Leo?” pertanyaan Ali itu sukses membuat Prilly kaget.

“Aku udah tau semuanya. Aku udah tau tujuan kamu terima nikah sama aku. Kamu
tau gak Prill, yang kamu lakuin ini berlebihan. Kamu udah bawa aku, keluarga kamu
dan keluarga aku untuk balas dendam sama mantan kamu itu. Terus sekarang kamu
udah berhasil, kamu puas? Gimana kalau orangtua kita tau?” Prilly tak menyangka
bahwa Ali tahu semuanya. Prilly masih tetap terdiam mencerna ucapan Ali.

“Aku gak pernah maksain kamu buat terima perjodohan ini. Tapi setidaknya kamu
cerita sama aku dari awal biar kita sama-sama cari solusinya”

“Lo gak bakal ngerti”

“Gimana aku mau ngerti kalau kamu gak kasih kesempatan aku buat ngerti?kalau
kamu masih punya perasaan sama Leo, kamu bisa ngomong baik-baik sama dia”
ucap Ali lirih. Ntah kenapa sekarang wajah almarhun ayahnyalah yang terbayang.
Bagaimana jika ayahnya ini tahu bahwa menantunya ini hanya memanfaatkan
situasi yang ada untuk kepentingan pribadinya yang terbilang konyol. Pernikahan
itu bukanlah sesuatu yang patut untuk dipermainkan. Yang lebih membuat Ali gusar
adalah ia yang sudah belajar menggunkan rasa dalam pernikahan

“Enggak! Lo gak tau apa apa tentang perasaan gue. Lo itu cuma orang baru yang
masuk dalam kehidupan gue. Jadi stop sok tau tentang apa yang gue rasakan sama
Leo!”ucap Prilly dengan nada membentak. Entah kenapa ia sangat tidak suka Ali
mengambil kesimpulan sendiri kalau ia masih mencintai Leo.
“Ya, kamu benar, aku cuma orang baru yang masuk kedalam kehidupan kamu.
Bahkan aku bisa pastiin kalau aku gak ada harganya sama sekali buat kamu. Aku
bisa terima kamu jutekin aku, ngomelin aku, tapi aku gak terbiasa dengan ketidak
jujuran kamu” ucap Ali penuh penekanan. Prilly menggigit bibir bawahnya menahan
tangisnya. Prilly berusaha agar air yang sudah menggenang dipelupuk matanya tak
jatuh saat ini.

“Maaf udah terlalu jauh masuk kedalam kehidupan kamu” ucap Ali dingin. Baru kali
ini Prilly mendengar nada suara Ali dingin tak selembut biasanya.

Ali langsung menuju lemari, mengambil koper yang sudah ia kemasi sedari tadi
tanpa berbicara apapun pada Prilly langsung keluar dari kamar. Prilly terduduk
dilantai. Tangisnya yang sedari tadi ia tahan sudah pecah sekarang.

“Aliiii... maksud aku gak gitu” ucap Prilly lemah dalam isakanya.

Ali bertemu dengan Ayu dan Indra yang sepertinya mendengar pertengkaran
mereka. Wajah mereka terlihat khawatir.

“Maafin Ali, ma, pa” ucap Ali lirih, sama sekali tak pernah terbesit dalam pikiran Ali
untuk membuat mertuanya kecewa akan rumah tangganya. Indra menepuk pelan
pundak menantunya itu.

“Gak papa kok. Papa ngerti” balas Indra menenangkan.

“Ali mau keapartement malam ini, besok pagi-pagi banget Ali harus flight ke
malaka. Takutnya kalau berangkat besok malah telat” ucap Ali menjelaskan saat
melihat kedua mertuanya menatapnya yang sedang membawa koper.

“Yaudah kamu hati-hati ya. Usahakan malam ini kamu tenangin hati dan pikiran
kamu, biar gak mengganggu flight kamu besok” pesan Ayu yang dibalas Ali dengan
Anggukan.

“Ali pergi dulu ya ma, pa, titip Prilly” ucap Ali yang dibalas mertuanya dengan
anggukan. Alipun segera bergegas pergi. Berat rasanya pergi, apalagi mengingat
hubungannya dengan Prilly kini. Tapi menurut Ali lebih baik pergi dari pada akibat
hati mereka yang sama-sama sedang tak enak yang malah akan memperkeruh
suasana.

Setelah Ali pergi, Ayu segera menghampiri Prilly.

“Sayang, bangun nak” Ayu membantu putrinya yang terduduk dilantai sembari
terisak.

“Ma, Ali kemana? Ali gak bakal ninggalin Prilly kan ma?” Tanya Prilly lemah.

“Enggak kok, Ali gak bakal pergi” ucap Ayu menenangkan putrinya.
“Prilly gak maksud buat bohongin Ali ma, gimana Prilly ngejelasin kalau Ali nya udah
pergi” Ayu mengelus rambut Putrinya, membiarkan Prilly tenang. Sebenarnya mama
Uli sangat kecewa dengan sikap Prilly pada Ali. Namun melihat putrinya kini ia
menjadi tak tega.

*****

Prilly mengerjap-ngerjapkan matanya yang sangat terasa berat sembari meraba


raba disamping. Kosong. Saat mata Prilly terbuka sempurna, dada Prily terasa sesak
saat menyadari Ali yang tak ada disampingnya. Ingatan Prilly kembali pada kejadian
tadi malam, penyesalan menyelimuti diri Prilly. Harusnya ia jujur, karna yang
dituntut Ali adalah kejujuran, Prilly hanya tak ingin Ali ikut dalam masa lalunya.
Prilly hanya berniat menjaga perasaan Ali. Namun kini Prilly sadar, harusnya ia
terbuka dalam hal apapun pada Ali. Tiba-tiba air mata Prilly jatuh membasahi
pipinya. Apa Ali begitu marah padanya? Apa Ali berniat meninggalkannya?

“Ali kamu bakal pulangkan?” Tanya Prilly lirih sambil mengelus bantal yang biasa
dipakai Ali.

Chapter 13

*****

Sudah seminggu Ali pergi, tak ada tanda-tanda ia akan kembali. Prilly tak
menyangka pria lembut dan murah senyum itu akan sebegininya saat sedang
marah. Prilly hanya bisa menunggu kepulangan Ali. Setiap ia bertanya pada mama
papanya, kapan Ali pulang, mereka hanya menjawab sebentar lagi. Prilly
memperhatikan penampilannya didepan cermin, ternyata pengaruh Ali sangat besar
padanya. Lihatlah betapa sembabnya matanya kini. Prilly mengambil sebuah kotak
beludru berwarna merah hati. Dibukanya kotak itu menampakkan sebuah cincin,
sebuah cincin yang sangat berkilau. Prilly merutuki kebodohannya. Cincin ini begitu
indah, harusnya ia dari dulu memakainya. Prilly memakaikan cincin pernikahannya
dengan Ali kejari manisnya, terlihat sangat pas dijarinya. Dikecupnya cincin itu.
Cincin yang menjadi tanda bahwa ia adalah milik Ali maupun sebaliknya.
*****

Prilly berjalan ditaman kota. Rasanya hari ini ia ingin menenangkan fikirannya,
karna ia tak akan mungkin bisa menenangkan hatinya juga. Sebenarnya
orangtuanya melarang Prilly untuk keluar,namun jika hanya berdiam diri dirumah ia
akan semakin kalut. Lagipula rencanya Prilly tak akan sendiri. Ia telah mengajak
sahabatnya Caca. Sembari menunggu Caca, hanya berjalan-jalan ditaman inilah
yang bisa ia lakukan. Ia benar-benar membutuhkan sahabatnya itu sekarang, Prilly
mengakui bahwa Caca itu lebih bisa besikap dan berfikir lebih dewasa.

Namun saat Prilly sedang larut dalam lamunannya sembari berjalan ia merasa ada
yang sedang menarik tas sandangnya membuat Prilly terpekik. Ternyata ada 3
orang pria bertubuh besar dihadapannya. Prilly berusaha meronta ronta
mempertahankan tasnya, namun tenaganya tak sebanding membuat tasnya
terlepas. Tak puas dengan mengambil tasnya, salah satu dari pria itu menarik
tangan Prilly, mencoba melepaskan cincinnya.

“Lo boleh ambil semuanya, tapi jangan ambil cincin ini!” Pekik Prilly meronta ronta
sekuat tenaga ia menahan jarinya tetap tergenggam. Merasa tak sabar dengan
perlawanan Prilly, pria itu mendorong Prilly hingga Prilly terjatuh dan kepalanya
mengenai bangku taman yang terbuat dari semen. Bau anyir darah menyeruak
mengenai indra penciuman prilly. Hingga semuanya terasa kelam

*****

“Pa, Prilly gak papa kan?” Tanya Ayu khawatir saat melihat suaminya baru kembali
dari ruangan dokter.

“Gak papa kok ma, mama yang tenang ya. Prilly cuma shock aja tadi. Terus ada luka
sedikit dikepalanya” jelas Indra. Ayu menghela nafas lega.

Tadi Ayu mendapat kabar dari Caca kalau Prilly masuk rumah sakit. Memang tadi
awalnya Prilly ingin meminta Caca menemaninya jalan-jalan ditaman, namun karna
Caca memiliki pekerjaan ia datang telat. Caca sempat terkejut saat ia datang tiba-
tiba Prilly sudah pingsan dan dibantu oleh beberapa pengunjung taman. Karna saat
Prilly pinsan tadi beberapa orang langsung menghampirinya membuat para jambret
itu pergi.

“Kita harus kasih tau Ali pa” ucap Ayu.

“Iya ma, tapi gak sekarang. 1 jam lagi Ali sampai di Jakarta. Saat itu kita baru kasih
tau Al” jelas Indra yang dibalas anggukan paham oleh istrinya. Akhirnya merekapun
memasuki kamar Prilly karna kata salah satu suster yang menangani Prilly, Prilly
sudah sadar.

“Sayang, kamu gak papa kan?” Tanya Ayu pada Prilly. Prilly memegang dahinya
yang terasa pusing.

“Gak papa kok ma, cuma rada pusing aja” balas Prilly pelan.

“Kamu lain kali hati hati ya. Jangan jalan sendiri sambil ngelamun” pesan Indra
lembut. Ia yakin semua ini pasti terjadi karna putrinya sedang melamun saat
berjalan. Tiba-tiba Caca memasuki ruangan Prilly yang membuat Prilly mengalihkan
pandangannya pada Caca.

“Maaf ya Prill, gue gak bisa nemuin yang ngejambret lo. Tas lo jadi gak balik deh”
ucap Caca merasa bersalah. Ucapan Caca membuat Prilly teringat sesuatu. Prilly
langsung menatap jari manisnya. Senyum Prilly mengembang saat melihat benda
berkilau itu masih ada dijarinya.

“Gak papa kok te, itu gak begitu penting” balas Prilly. Tentu saja tasnya tak begitu
penting. Karna bagi Prilly kini. Cincinnya ini kini jauh lebih penting.

*****

Ali melangkahkan kakinya besar-besar menyusuri lorong rumah sakit. Rasa rindu
dan panik menjadi satu. Bagaimana keadaan istrinya sekarang? Tadi saat baru
sampai Jakarta Ali langsung segera ke apartement untuk mengganti seragam dan
berniat hendak segera pulang untuk segera memperbaiki hubungannya dengan
Prilly. Namun dijalan ia mendapat telfon dari papa mertuanya kalau Prilly ada
dirumah sakit, sebenarnya Ali ingin bertanya apa yang terjadi pada istrinya, namun
sepertinya langsung kerumah sakit adalah pilihan terbaik.

“Pa, ma, gimana keadaan Prilly?” Tanya Ali panik saat melihat mertuanya ada
didepan pintu ruang rawat Prilly.

“Kamu langsung masuk aja Li” balas Indra.

Dengan tak sabaran Ali langsung memasuki ruangan Prilly. Dilihatnya istrinya yang
sedang tertidur dengan ada perban dikepalanya. Tiba tiba rasa bersalah menyeruak
dalam perasaan Ali. Lihatlah istrinya sekarang! Ali benar benar tak bisa memaafkan
dirinya sendiri jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya.

“Prill, heii bangun” Ali mengusap pipi Prilly lembut. Sebenarnya ia tak tega
membangunkan Prilly, namun ia harus memastikan kalau istrnya baik baik saja.
Prilly membuka matanya perlahan. Prilly menatap Ali tak percaya saat sudah ada
dihadapannya. Tanpa berfikir panjang Prilly langsung memeluk Ali dengan posisi
masih terbaring.
“Ali ini bener kamu?” Tanya Prilly tak percaya. Ali membalas dengan anggukan
sembari mengelus rambut Prilly. Ali melepaskan pelukannya perlahan. Disekanya air
mata Prilly. Kenapa istrinya menangis?

“Kamu kenapa bisa kayak gini?” Tanya Ali khawatir. Prilly hanya diam menatap Ali.
Ia bisa lihat raut kekhawatiran dari Ali.

“Kata papa kamu dijambret? Kamu ngelawan mereka ya makanya kayak Gini?”
Tanya Ali lagi. Prilly tampak mengela nafas sejenak. Tak ada lagi yang harus ia
tutupi dari Ali.

“Mereka mau rebut cincin pernikahan kita. Makanya aku lawan” jelas Prilly sembari
terisak. Ali melirik jari manis Prilly. Cincin itu melingkar indah dijarinya. Jadi karna
cincin itu?

“Kamu gak seharusnya kayak gini. Cincin itu gak ada artinya kalau kamu kenapa-
kenapa” ucap Ali.

“Kamu gak ngerti! Cincin ini berarti buat kamu. Kamu hampir pergi dari aku, dan
cuma cincin ini yang aku punya” pekik Prilly dalam isakannya. Ali langsung
merengkuh tubuh istrinya dalam pelukannya.

“Dengerin aku ya, cincin itu emang penting, dan aku bener-bener seneng kamu
sekarang udah pakai cincin itu. Tapi aku gak mau kamu kenapa kenapa. Kamu ngerti
kan?” Tanya Ali yang dibalas Prilly dengan anggukan paham. Ali perlahan
melepaskan pelukannya. Ali melirik pergelangan tangan prilly yang memar.

“Sakit ya? Ini tadi kenapa?” Tanya Ali menyentuh lembut pergelangan tangan Prilly.

“Ditarik-tarik penjambret itu” rengek Prilly manja membuat Ali terkekeh.

Ali memegang lembut pergelangan tangan Prilly yang memar, kemudian Ali
mencium tepat dibagian tangannya yang memar membuat Prilly tersenyum. Ali
menciumnya sembari memejamkan matanya. Perasaan menghangat menjalar di
tubuh Prilly merasakan sentuhan suaminya.

“Masih sakit?” Tanya Ali yang dibalas Prilly dengan gelengan pelan.

“Li” panggil Prilly.

“Hmmmm”

Prilly menangkup kedua pipi Ali. Ditatapnya manik-manik mata milik suaminya yang
selalu meneduhkan.

“Maafin aku ya” ucap Prilly dengan nada bergetar, mengingat kesalahannya
rasanya Prilly ingin terisak kencang.

“Maaf buat apa?” Tanya Ali.


“Kan kamu, sangkin salahnya aku banyak banget kamu jadi bingung ya aku minta
maaf yang mana?” Tanya Prilly yang sudah mulai menangis. Ali terkekeh geli
melihat tingkah istrinya.

“Maafin aku ya, selama ini udah jadi istri durhaka sama kamu, jutekin kamu muluk,
gak mau nurut, gak mau jujur. Aku bener-bener minta maaf” ucap Prilly tulus. Ali
tersenyum mendengar ucapan Prilly. Akhirnya, kesabarannya selama ini tak sia-sia.
Benar kata orang, bahkan batu yang begitu keraspun bisa lapuk bila ditetesin air
setiap saat. Tak beda dengan Prilly selama ini.

“Sayang, dengerin aku ya. Kamu gak salah kok. Mungkin Kemarin kemarin belum
waktunya aja kamu nerima aku” balas Ali tak kalah tulus. Prilly merutuki
kebodohannya. Bagaimana bisa ia menyia-nyiakan Ali selama ini.

“Sini deh, aku mau bisikin sesuatu sama kamu" ucap Prilly membuat Ali
mengerinyitkan dahinya. Namun sesaat kemudian Ali mendekatkan telinganya pada
Prilly

“Aku cinta kamu” bisik Prilly. Ali terdiam sesaat mendengar ucapan Prilly. Apa ia tak
salah dengar.

“Aku cinta kamu” bisik Prilly sekali lagi.

“Aku cinta kamu lebih” balas Ali lalu mencium dahi Prilly lembut membuat Prilly
terpejam. Prilly kembali memeluk Ali erat. Perasaan lega menguap dalam peraaaan
Prilly. Akhirnya hubungannya dan suaminya kini sudah sangat membaik.Prilly baru
tersadar bahwa dalam pelukan inilah tempat ternyamannya selama ini.

Chapter 14

*****

“Itu laptop siapa?” Tanya Prilly saat memasuki kamar dan mendapati Ali yang
sedang duduk dikepala ranjang sembari berkutat dengan laptopnya.

“Laptop aku, baru sempat bawa dari apartement” balas Ali yang membuat Prilly
menganguk paham.

2 hari yang lalu Prilly sudah keluar dari rumah sakit.dan kini Prilly menyibukkan diri
dengan memindahkan barang-barang dari kamar Pribadinya ke kamarnya dengan
Ali. Prilly mulai menata beberapa barang bawaan dari kamar pribadinya tadi.
Menyulap kamar ini penuh bermotif pernak-pernik doraemon. Ali tersenyum kecil
melihat Prilly. Ditutupnya laptopnya lalu Ali segera menghampiri Prilly dan tiba-tiba
menggendong istrinya itu membuat Prilly terpekik.
“Udah malam, kamu itu harusnya istirahat, baru aja sembuh” ucap Ali
membaringkan Prilly diranjang.

“Kamu bilang-bilang dong kalau mau gendong, aku kaget tau” omel Prilly.Ali hanya
terkekeh kecil lalu ikut berbaring disamping Prilly. Dipeluknya istrinya itu.

“Aku besok harus pergi kerja” ucap Ali yang membuat Prilly yang sedang
menenggelamkan wajahnya didada Ali kini mendongakkan wajahnya.

“Kamu kan Baru pulang, masa kerja lagi” protes Prilly.

“Cuma 4 hari kok..abis itu aku janji ambil cuti” Prilly tampak berfikir sejenak dan
akhirnya mengangguk pasrah.

“Aku bakal kangen banget sama kamu” rengek Prilly. Ali kembali terkekeh geli.
Sungguh tak bisa diucapkan bagaimana bahagianya Ali saat ini melihat sikap
istrinya.

“Aku akan lebih kangen kamu” Ali kembali memeluk Prilly. Rasanya kini hati Ali
dipenuhi rasa bahagia. Kesabarannya berbuah manis.

*****

Saat matahari sudah mulai berusaha menerobos celah celah jendela Prilly
meregangkan ototnya yang terasa kaku saat tertidur. Dibukanya matanya perlahan.
Setelah matanya sudah terbuka sempurna, Prilly langsung menoleh ke sisi ranjang
sebelahnya. Ali sudah tidak ada disampingnya. Prilly menghela nafas kasar, selalu
seperti itu, kenapa Ali tak pernah membangungkannya? Atau memang salah dia
yang selalu tak bisa bangun pagi? Prilly bangkit dari tidurnya, pandangannya
terhenti pada secarik kertas dan serangkai mawar merah dinakas.

“Pagi sayang, maaf ya aku gak pamit, kamu tidurnya nyenyak banget sih, aku jadi
gak tega. Janji sama aku kalau kamu gak bakal susah tidur lagi walaupun gak ada
aku, cuma 4 hari kok. I love you” pipi prilly terasa memanas karna bersemu
membaca pesan dari suaminya itu. Prilly mengambil setangkai bunga mawar itu
kemudian menghirup aromanya yang wangi. Prilly segera bergegas menuju kamar
mandi untuk membersihkan dirinya agar merasa lebih segar.

*****

Prilly memasuki kamarnya kembali setelah mengisi perutnya. Rasanya hari ini ia
ingin bermalas-malasan, tak ada kegiatan yang bisa ia lakukan. Tiba-tiba
pandangan Prilly terhenti pada laptop ali diatas meja saat hendak menuju ranjang,
kenapa Ali tak membawanya? Apa pekerjaan Ali tak membutuhkan laptop? Tiba-tiba
Prilly teringat sesuatu, dengan cepat Prilly berlari menuju laptop Ali. Prilly yakin
dengan laptop ini ia bisa mencari tau pekerjaan. Prilly berdecak kesal saat melihat
laptop Ali yang menggunakan kata sandi untuk membukanya. Bagaimana cara ia
tahu informasi tentang Ali jika laptop ini tak bisa di buka. Akhirnya Prilly mencoba
menerka-nerka kata sandinya. Pertama Prilly mencoba membuat nama lengkap Ali,
namun ternyata salah. Kemudian ia mencoba mengingat-ingat tanggal lahir Ali dan
kembali mencobanya dan lagi-lagi salah. Prilly benar-benar tak bisa menerkanya.
Namun sesaat kemudian ada yang melintas difikiran Prilly. Antara perasaan yakin
dan tak yakin Prillypun mengetik tanggal pernikahan mereka, dan alhasil
kuncinyapun terbuka. Tiba-tiba pipi Prilly memanas mengingat kata sandi yang Ali
buat.

Dengan sangat teliti Prilly mulai membuka satu persatu folder di laptop ali. Hingga
ada 1 folder yang sangat menarik perhatiannya dengan nama "My Job"

Prilly menghela nafas sejenak sebelum membuka folder itu. Apapun isinya nanti,
Prilly sudah siap. Ia bertekat apapun perkerjaan Ali, ia akan menerimanya, sebaik
atau seburuk apapun Itu. Karna kini Prilly sudah mencintai Ali, bahkan sangat,
rasanya tak logis kalau rasa itu sirna hanya karna pekerjaan Ali. Prillypun langsung
mengklik folder itu, tiba-tiba mata Prilly terbelalak sempurna. Ditutupnya mulutnya
yang akan memekik melihat isi folder itu.

“Ja...jadi, A..Ali pilot?” Tanya Prilly tak percaya. Dilihatnya lagi lebih detail foto-foto
didalam folder itu. Foto Ali menggunakan seragam pilot, berfoto diberbagai macam
pesawat dengan berbagai macam pilot asing. Dada Prilly rasanya tak beraturan, tak
menyangak kalau suaminya berprofesi sesuatu yang bahkan tak pernah ia
banyangkan sebelumnya.

“Ya Tuhan, jadi suamiku pilot?”

Chapter 15

*****

Kini Ali sudah menginjakkan kakinya di bandara SoekarnoHatta, setelah 4 hari


melakukan flight, akhirnya kini ia bisa pulang kerumah dan mendapatkan jatah cuti
2 minggu. Ali tersenyum kecil saat membayangkan kalau kini sudah ada yang
menunggunya dirumah. Rasa rindu yang sangat besar membuat Ali ingin segera
pulang.
“Baru sampai bro?” Tanya Verrell saat berpaspasan dengan Ali didalam bandara.

“Iyanih, lo mau flight kemana?”

“Ke Lombok, biasalah, gue kan gak sama kayak captain Ali yang kalau flight keluar
negeri terus” goda Verrell membuat Ali terkekeh.

“Makanya kerja yang semangat. Cari juga penyemangat” goda Ali pula.

“Oh jadi lo ngeledek nih? Oke tunggu aja undangan dari gue ya. Yaudah ah gue
buru-buru nih”

“Oke, take care bro”

Verrellpun berlalu dari Ali. Ali kembali melanjutkan perjalanannya keluar bandara.
Sapaan demi sapaan didapati Ali. Ali membalas setiap sapaan itu dengan senyuman
lembutnya. Captain ramah ini selalu menjadi pusat perhatian.

“Selamat datang captain Ali” ucap seseorang membuat langkah Ali terhenti. Ali
langsung menoleh keasal suara yang sepertinya ia kenal. Ali terbelalak kaget saat
melihat Prillylah yang menyapanya.

“Sayang, kamu kok ada disini?” Tanya Ali heran.

“Aku mau jemput suami aku yang ternyata adalah seorang pilot” balas Prilly diiringi
senyumnya. Ali tersenyum menatap prilly.

“Jadi kamu udah tau semuanya?” Tanya Ali memastikan yang langsung dibalas Prilly
dengan anggukan.

“And you know what? I'm so proud of You’ ucap Prilly membuat Ali lagi-lagi
tersenyum. Sungguh sangat menyiksa rasanya menunggu kepulang Ali. Semenjak
tau bahwa suaminya pilot Prilly ingin segera menemui Ali.

“Seharusnya pekerjaan ini gak kamu tutupin dari aku” ucap Prilly.

“Ya aku kan maunya kamu tau saat kamu udah cinta sama aku. See! Waktunya
tepatkan” balas Ali. Ali memang sengaja menyembunyikan pekerjaannya. Selain itu
pengalaman dimasa lalu juga dapat mengajarkan Ali rasanya sudah cukup ia
mendapatkan wanita yang hanya melihatnya dari fisik dan pekerjaannya saja.
Keputusannya menyembunyikan pekerjaannya sepertinya sangat tepat. Membuat
Prilly jatuh cinta terlebih dahulu dengan segala sifat baik maupun buruknya.

Prilly memperhatikan penampilan Ali dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan
seragam captainnya. Benar benar mengangumkan. Ciptaan Tuhan yang hampir
sempurna. Prilly memang tak begitu sering bepergian menggunakan pesawat,
namun kenapa ia taak pernah melihat Ali selama ini?
“Kamu ganteng banget pakai seragam itu” puji Prilly menatap Ali dengan tatapan
berbinar.

“Mau peluk captain?” Tanya Ali menggoda istrinya.

“Mauuuu” pekik Prilly dan langsung berhamburan kepelukan Ali membuat Ali
tertawa gemas.

“Aku kangen banget sama kamu” ucap Prilly dalam dekapan Ali. Ali makin
mengeratkan pelukannya.

“Aku juga kangen kamu sayang"”balas Ali sembari mengelus punggung Prilly.Prilly
merenggangkan pelukannya lalu mendongakkan kepalanya menatap Ali yang lebih
tinggi darinya.

“Jadi ini nih yang katanya kerjaannya supir” sindir Prilly mengingat ucapan Ali yang
pernah mengakui dirinya sebagai supir. Ali terkekeh kecil mendengar ucapan Prilly.

“Kan emang bener aku supir. Tapi supir pesawat”

“Kamu mah, supir itu ya supir bajaj, supir kopaja, supir angkot” protes Prilly
membuat tawa Ali makin lepas.

“Iya deh iya. Sayang bisa gak kita kangen kangenannya dirumah aja? Aku laper
banget nih” ucap Ali yang membuat prilly teringat sesuatu.

“Oh iya, aku udah masakin makanan kesukaan kamu dirumah” ucap Prilly membuat
Ali mengerinyitkan dahinya heran.

“Emangnya kamu tau aku suka apa?”

“Tau. Kamu suka ayam gulai sama udang asam manis kan?” Tanya Prilly
meyakinkan.

“Kok bisa tau? Pasti tanya Nayla deh” tebak Ali yang dibalas Prilly anggukan
sembari tertawa kecil.

“Yaudah, ayuk captain Ali kita pulang. Nyonya Prilly istri dari captain Ali udah siapin
makanan” ucap Prilly membuat Ali tertawa gemas dan membenamkan kepala Prilly
didadanya.

“Gaya banget. Yaudah yuk” Ali menggandeng Prilly keluar dari bandara.

Banyak pasang mata menatap mereka dengan tatapan kagum dan kecewa. Kagum
karna yang mereka lihat adalah pasangan yang sangat serasi dan terlihat sangat
bahagia, dan Tatapan kecewa karna pilot idola mereka yang sangat ramah dan
tampan ternyata sudah memiliki pasangan. Prilly menatap takjub pada Ali yang tak
hentinya membalas sapaan siapapun yang menyapanya. Prilly mungkin memang
bukan seperti Ali yang bisa ramah dengan siapapun. Tapi melihat Ali sepertinya
keramahan Ali bisa tertular padanya. Tak jarang juga Prilly ikut tersenyum pada
orang orang yang melemparkan senyum padanya

*****

“Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

Ali dan Prilly memasuki rumahnya dan langsung disambut oleh kedua orang tuanya.

“Ya ampun, menantu mama gagah banget pake seragam pilot, perdana loh ini”
goda Ayu membuat Ali tersenyum kecil.

“Gimana Prill akhirnya tau pekerjaan suami? Bangga dong?” Tanya Indrra Prilly
melirik Ali sejenak.

“Bangga banget pa. Tapi kalau kata Ali dia bukan pilot, tapi supir” ucap Prilly yang
membuat tawa mereka pecah.

“Yaudah kita langsung makan aja yuk” ajak Ayu.

“Aku mau ganti baju dulu ya” ucap Ali kemudian berlalu kekamar.

Prilly menyusul mama Uli yang terlebih dahulu kedapur untuk menyiapkan makanan
sembari menunggu Ali mengganti seragamnya.

“Kenapa senyum senyum terus?” Goda mama Uli saat melihat senyuman yang
sedari tadi tak lepas dari putrinya.

“Enggak, gak papa kok” elak Prilly membuat Ayu tersenyum kecil.

“Jadi enakan mana, pacaran dulu baru nikah atau nikah dulu baru pacaran?” Prilly
tampak berfikir sejenak.

“Nikah dulu baru pacaran kali ya ma. Lebih greget” balas Prilly diiringi tawanya
membuat Ayu ikut tertawa. Jujur Ayu sangat senang dengan perubahan sikap
putrinya sekarang.

Setelah semua makanan sudah dihidangkan dan Alipun sudah mengganti


seragamnya, merekapun langsung menyantap makanannya..senyum Prilly merekah
saat melihat Ali yang makan sangat lahap. Melihat Ali yang seperti ini membuat
Prilly merasa harus lebih rajin lagi memasak dan banyak-banyak Belajar.

“Ma, pa, lusa Ali dan Prilly akan berangkat honeymoon” ucap Ali setelah usai
menyantap makanannya.

“Uhuk...uhuk..” Prilly yang masih mengunyah makanannya langsung terbatuk batuk


mendengar ucapan Ali. Dengan sigap Ali langsung memberikan Prilly minum.
“Honeymoon?” Tanya Prilly tak percaya.

“Iya, kita honeymoon, kamu mau kan?” Tanya Ali. Prillypun langsung membalas
dengan anggukan cepat membuat Ali tersenyum. Honeymoon berarti akan jalan-
jalan bukan? Prilly memang sangat suka traveling

“Kalau kamu emang mau pergi, ya gak papa. Mama dan papa pasti mengizinkan.
Yang penting papa minta kamu Ali tolong jaga anak papa” ucap Indra
mengingatkan.

“Ali bakal jaga Prilly lebih dari Ali menjaga diri Ali sendiri” balas Ali mantap.

“Tapi yang lebih penting lagi, bawain mama oleh-oleh” ucap Ayu menimpali.

“Masalah oleh-oleh mah gampang ma” balas Prilly pula.

“Tapi mama gak mau sembarangan oleh oleh, mama mau oleh-oleh cucu" ucapan
Ayu berhasil membuat Ali dan Prilly tampak salah tingkah, hal itu sontak membuat
Ayu dan Indra tertawa.

*****

Setelah berkemas untuk berbulan madu besok, sore ini Ali dan Prilly bersantai di
gazebo samping kolam renang. Prilly duduk bersandar sembari membaca komik
doraemonnya sementara Ali rebahan dan menjadikan paha Prilly sebagai
sandarannya.

“Kucing muluk yang dibaca” ledek Ali. Prilly yang fokus membaca komiknya tak
menghiraukan ucapan Ali.

"Sayang,sebenarnya kita mau honeymoon kemana?” tanya Prilly. Pasalnya sejak


tadi Ali sama sekali tak menjawab pertanyaannya ini dan hanya selalu tersenyum.

“Rahasia dong”

“Dasar captain ngeselin!” Cibir Prilly mencubit pelan hidung mancung Ali membuat
Ali tersenyum sembari terpejam.

“Awas aja ya aku laporin kamu kepolisi” ucap Prilly yang membuat Ali
mengerinyitkan dahinya heran.

“Kenapa?”
“Aku bakal laporin kamu kepolisi biar besok ada berita yang bunyinya gini, seorang
captain pilot berinisial AS membawa pergi honeymoon seorang mantan model
berinisal PL tanpa memberi tau tujuan mereka akan pergi” ucap Prilly dengan wajah
serius membuat Ali tertawa geli.

“Apaan sih kayak gitu. Laporin aja”

“Oh nantangin. Oke”

“Aliii... Prilly” perdebatan Ali dan Prilly terhenti saat melihat Ayu yang berjalan
menghampiri mereka. Ali bangkit dari posisinya dan duduk disamping Prilly.

“Kenapa ma?” Tanya Prilly.

“Liat ini deh” Ayu memberikan majalah pada Prilly. Prilly melihat isi majalahnya,
tiba-tiba matanya terbelak.

“Kenapa sih?” Tanya Ali mengambil alih majalah Itu, ekspresinya tak kalah kaget
dengan Prilly.

Sebuah artikel disalah satu halamannya menjadi alasannya dengan judul “model
cantik Prilly latuconsina terlihat menjemput seorang captain pilot tampan
dibandara, kekasih atau suami?” Artikel itu dilengkapi pula dengan foto Ali dan Prilly
yang berjalan bergandengan dibandara. Memang tak banyak yang tau kalau Prilly
sudah menikah.

“Apaan sih nih. Ternyata ada paparazzi” ucap Prilly.

“Ya biarin lah Prill, biar pada tau juga kalau kamu itu udah punya suami” ucap Ayu
pula.

“Iya sih ma, tapi ngeselin gak sih, selama aku jadi model aku gak pernah masuk
majalah kecuali foto buat prodak, lah sekarang tiba-tiba nongol dimajalah dan
langsung berita gini” ucap Prilly kesal.

“Kalau menurut mama sih ini karna Ali ya yang menarik perhatian” goda Ayu yang
membuat Ali tersenyum.

“Apa senyum-senyum? Jadi kamu seneng masuk majalah gini?” Tanya Prilly sewot
membuat Ali dan Ayu makin terkekeh.

Prilly mengerucutkan bibirnya sebal. Apa selama ini ia kurang terkenal, atau jangan-
jangan kharisma Ali yang lebih memikat. Tiba-tiba ponsel Prilly berdering. Prilly
mengangkat telfonnya agak jauh dari Ali dan mamanya. Setelah beberapa saat
Prilly kembali dengan wajah yang makin ditekuk.

“Kenapa lagi saying” tanya Ali membawa kepala Prilly menyandar didadanya.

“Manager aku dimanagement aku dulu minta aku balik kesana lagi” ucap Prilly.
“Terus masalahnya dimana?” Tanya Ayu heran.

“Masalahnya aku harus ajak Ali ikut disalah satu pemotretan itu. Berarti mereka
mau ajak aku balik terpaksa karna sebenarnya maunya Ali” ucap Prilly kesal. Lagi-
lagi Ali dan Ayu tertawa melihat tingkah Prilly.

“Aku serius Ali, jangan ketawa” Prilly tampak makin kesal.

“Kamu urusin deh nih istri kamu Li. Mama mau masuk dulu” ucap mama Uli berlalu
masuk kedalam rumah.

“Aku gak mau kamu jadi model!” Ucap Prilly yang lagi dan lagi membuat Ali
tertawa.

“Siapa yang mau jadi model sih sayang. Aku itu pilot, bukan model”

“Makanya muka jangan diganteng-gantengin, biar gak ditawarin jadi model” ketus
Prilly

“Iya deh iya nih jelek” Ali memperlihatkan wajah anehnya yang membuat tawa
Prilly pecah.

“Aaaaaa gak mau kayak gitu” Prilly mengusap wajah Ali yang aneh agar kembali
pada bentuk semula membuat tawa mereka pecah.

Chapter 16

*****

Ali dan Prilly memasuki bandara ditemani mama dan papanya untuk mengantar
mereka honeymoon, mata Prilly terbelalak saat melihat di bandara ada beberapa
wartawan, saat melihat mereka wartawan itu langsung menghampiri mereka. Prilly
melirik Ali yang terlihat tenang. Ali tersenyum sembari mengangguk pada Prilly
seperti memberi kode. Prilly melirik mama dan papanya juga yang melakukan hal
yang sama.

“Prilly minta waktunya sebentar ya. Apa benar kamu sudah menikah?”

“Siapa nama pria disamping kamu ini?”

“Apa benar profesinya pilot atau model juga seperti kamu?”

“Kalian apa benar mau melakukan perjalanan keluar negri?”


“Apa pria ini yang membuat hubungan kamu dan fotografer Leo putus?”

Prilly menghela nafasnya jengah mendengar pertanyaan wartawan itu, apalagi


pertanyaan terakhirnya. Prilly merasa bukan artis, hanya model. Jangan-jangan
setelah ini wajahnya akan terpampang di infotaiment.

“Perkenalkan, ini Ali Zafriano Lukas , suami aku. Dia pilot, bukan model” jelas Prilly
sembari tersenyum menjawab sebagian pertanyaan wartawan itu. Ali ikut
melemparkan senyumnya pada para wartawan.

“Udah berapa lama kalian menikah. Dan apa sekarang kalian akan pergi
honeymoon?” Tanya salah seorang wartawan.

“Kita menikah sekitar satu setengah bulan yang lalu. Dan kita sekarang memang
mau pergi honeymoon” jawab Ali.

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan oleh wartawan itu. Hingga berakhir pada
mereka yang meminta benerapa foto Ali dan Prilly. Setelah beberapa saat mereka
berpamitan karna pesawat Akan segera take off.

“Wartawan itu tau dari mana ya kita disini?” Tanya Prilly saat sudah berlalu dari
wartawan. Ali hanya mengangkat bahu pertanda tak tau. Tiba-tiba Prilly mendapat
sebuah sms dari Caca.

“Maaf ya Prill, gue capek dikejar wartawan. Jadi gue kasih tau aja deh kalau hari ini
lo sama Ali mau ke bandara hehe..maaf ya” Prilly menggeram kesal membaca
pesan dari Caca. Ali hanya terkekeh kecil melihat Prilly yang mengomel-ngomel
pada ponselnya seolah olah itu adalah Caca.

*****

Prilly melirik jam diponselnya yang menunjukkan pukul 11 malam. Sampai saat ini
Prilly belum tau kemana tujuan mereka sebenarnya. Tiba-tiba Ali memperlihatkan
sebuah rancangan perjalanan. Mata Prilly terbelalak kaget melihatnya. Prilly
menatap Ali tak percaya.

“Ja...jadi kita bakal ke Yunani?” Tanya Prilly memastikan. Ali tersenyum sembari
mengangguk pasti.

“Kamu gak suka ya? Atau kamu mau ke Paris? Kita masih bisa ganti kok” tanya Ali
saat melihat ekspresi Prilly yang masih terlihat kaget. Prilly langsung menggeleng
cepat. Sesaat kemudian Prilly langsung memeluk tubuh kekar Ali.
“Aku gak nyangka banget kalau kamu bakal bawa aku ke negara yang bahkan gak
pernah terbayang sama sekali kalau aku bakal kesana. Makasih sayang” ucap Prilly
dalam pelukannya. Ali tersenyum senang sembari mengelus punggung Prilly.

“Gak ada kata makasih sayang” balas Ali kemudian melepaskan pelukannya.

“Kayaknya kita harus masuk pesawat sekarang deh, walaupun aku pilot, aku gak
bisa bikin pesawat nunggu” ucap Ali diiringi tawanya yang membuat Prilly ikut
tertawa.

Ali dan Prilly langsung berjalan memasuki pesawat. Perjalanan ke Yunani bukanlah
perjalanan yang singkat. Mereka akan transit di Singapore kemudian berlanjut ke
Athena. Ali benar-benar mencari pesawat yang sangat nyaman untuk mereka.
Waktu yang malam membuat mereka tak banyak dapat melihat pemandangan dari
balik jendela pesawat. Beberapa penumpang lain tampak menggunakan waktu
untuk beristirahat.

“Kenapa bukan kamu yang Jadi pilot dan bawa pesawatnya?” tanya Prilly. Ali
tersenyum kecil mendengar pertanyaan istrinya yang menurutnya agak konyol itu.

“Sayang,ini tuh pesawat, bukan angkot yang supirnya bisa seenaknya diganti”

“Disini ada kerneknya gak?” Tanya Prilly yang membuat Ali tertawa. Ali tau istrinya
ini sedang mengajaknya bercanda karna Prilly ingin menghilangkan rasa takutnya,
informasi dari mama Uli, 2 tahun belakangan ini Prilly takut naik pesawat karna saat
terakhir menaiki pesawat ada sedikit masalah pada pesawatnya walaupun tak
menyebabkan pesawatnya jatuh.

“Ada aku sayang. Kamu tidur aja ya biar gak takut” ucap Ali menenangkan istrinya.
Prilly mengangguk kecil lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Ali dan mulai
terpejam. Ali mengelus rambut istrinya mengantarkan Prilly kealam mimpinya. Ali
mengalihakan pandangannya keluar jendela pesawat. Sudah lama rasanya tidak
duduk dibangung penumpang seperti ini. Biasanya Alilah yang selalu mengendarai
pesawat membawanya menembus awan dan mengantarkan para penumpang
menuju tempat tujuannya.

*****

Lebih kurang pukul 10 pagi,pesawat mendarat di Athena. Prilly yang keluar dari
pesawat meregangkan ototnya yang terasa lelah. Matanya menatap kesekeliling
bandara. Untuk pertama kalinya ia melihat suasana Yunani.

“Kita udah sampai?” Tanya Prilly. Ali membalas dengan gelengan sembari
tersenyum.
“Lah terus?”

“Kita bakal ke santorini sayang”

“Kamu tunggu disini dulu ya, ada yang harus aku urus sebentar”ucap Ali yang
dibalas Prilly dengan anggukan. Prilly menunggu Ali beberapa saat, hingga Ali
kembali lagi.

“Pesawat buat ke Santorini masih lumayan lama. Kita jalan dulu yuk, cari makan”
ajak Ali. Prillypun membalas dengan anggukan antusias karna perutnya lumayan
lapar.

Ali dan Prilly mencari tempat makan yang tak begitu jauh dari bandara. Mata
mereka dimanjakan dengan bangunan kuno khas Yunani. Setelah makan dan
berjalan-jalan disekitar Athena dan tak lupa mengabadikan moment mereka. Pukul
5 sore mereka kembali kebandara.

“Loh bukannya kita naik pesawat itu ya?” Tanya Prilly saat Ali malah
menggandengnya berjalan melewati pesawat yang akan mengantarkan penumpang
dari Athena menuju Santorini.

“Bukan sayang, kita naik itu” Ali menunjuk sebuah private Heli membuat mata Prilly
terbelalak dan mulutnya terbuka sempurna. Ali terkekeh geli melihat ekspresi
istrinya.

“Mau nyoba naik private Heli yang dibawa captain Ali?” Tanya Ali sembari
menggoda istrinya.

“Mauuuuuuuu” pekik Prilly membuat Ali tertawa gemas dan mendekap Prilly dalam
pelukannya. Ali menggandeng Prilly menuju private heli menghampiri seseorang
yang berseragam pilot yang sudah ada didepan heli itu.

“Kalo apogevma (selamat sore)” sapa Ali pada pilot itu.

“Kalo apogevma kapetanios Ali (selamat sore juga captain Ali)” balas pilot itu.

“Afto eisagagei igynaika mou, Prilly (perkenalkan ini istri saya, Prilly)” ucap Ali
memperkenalkan Prilly.

“Chairomai pou se gnorizo, Prilly. Eisai toso omorfi. (Senang berkenalan denganmu
Prilly. Kamu cantik sekali)” ucap pilot itu. Prilly yang tak paham hanya tersenyum
kecil. Kenapa suaminya sangat fasih berbahasa Yunani?

“Ini namanya pilot Fauz sayang. Aku kenal dia udah lama waktu sama-sama kuliah
dulu dan ternyata dia kembali ke Yunani setelah selesai kuliah dan menjadi pilot"
jelas Ali yang dibalas Prilly dengan anggukan paham.
“Prepei na pao, tha sas do xana (saya harus pergi, sampai jumpa lagi)” ucap Ali
berpamitan pada Fauz.

“Eina oka. Na prosecheis (baiklah, hati-hati)” balas Fauz sembari tersenyum.

Ali dan Prilly melemparkan senyum pada Fauz. Fauz adalah salah satu teman Ali
saat kuliah di amerika. Karna sudah cukup lama juga berteman dengan fauz, Ali jadi
terbiasa dengan bahasa Yunani kentalnya.

“Kita naik heli ini cuma berdua?” Tanya Prilly saat Ali hendak menaiki heli itu.

“Iya dong sayang. Mana bisa rame-rame”

“Iya sih. Emang kamu tau jalannya?” Tanya Prilly ragu yang membuat Ali terkekeh.

“Tenang aja, ntar diatas ada palang penunjuk jalannya” balas Ali diiringi tawanya
yang membuat Prilly mengerucutkan bibirnya.

“Aku serius Ali” Prilly memukul pelan lengan Ali.

“Aku taulah sayang..makanya aku berani ngajak kamu naik ini. Udah ah yuk”

Ali terlebih dahulu menaiki heli yang cukup tinggi itu. Saat sudah sampai diatas. Ali
mengulurkan tangannya membantu Prilly naik. Prilly meraih tangan Ali dan menaiki
heli. Ali menarik tangan Prilly cukup kencang dan langsung membuat Prilly jatuh
kepelukannya. Sesaat kemudian Ali mencium singkat bibir Prilly.

“Modus! Gaya banget mau nolongin naik” ledek Prilly yang membuat Ali terkekeh.
Ali mulai mengghidupkan helinya. Menekan beberapa tombol dari sekian banyak
tombol yang sama sekali tak dimengerti Prilly. Baling-baling heli itu mulai berputar,
makin lama semakin kencang menghasilkan bunyi yang lumayan bising. Prilly
menutup matanya sejenak, mensugestikan dirinya bahwa naik heli tak akan
semenakutkan naik pesawat, lagi pula ada Ali disini yang pasti akan menjaganya.
Tiba-tiba saat Prilly masih terpejam Prilly merasakan sesuatu yang lembut
didahinya.

“Gak papa kok sayang, aman, ada aku yang bakal jagain kamu” bisik Ali membuat
Prilly menjadi tenang. Prilly membuka matanya dan mendapati Ali yang sedang
tersenyum.

Ntah apa yang dilakukan Ali yang sama sekali tak dimengerti Prilly membuat heli ini
terbang. Makin tinggi dan makin tinggi. Prilly melirik Ali yang terlihat tenang
membawa heli sama halnya dengan membawa mobil. Prilly bisa memastikan kalau
Ali selalu terlihat tampan saat melakukan penerbangan. Sedangkan hanya
menggunakan kemeja polos berwarna dongker saja ia kelihatan sangat tampan,
apalagi kalau menggunakan seragam pilotnya. Ali menyentil pelan hidung Prilly saat
menyadari kalau istrinya itu sedari tadi memperhatikannya.

Prilly menikmati pemandangan hamparan lautan luas. Benar benar penakjubkan.


Heli yang terbang tak terlalu tinggi membuat pemandangan ini benar benar terasa
makin indah. Belum lagi lautan biru itu sudah mulai terpantul cahaya jingga dari
matahari.

“Sebenarnya kita udah bisa sampai ke Santorini sejak tadi, tapi Kamu tau gak
kenapa aku memilih buat berangkat lebih sore?” Tanya Ali pada Prilly. Prilly menatap
Ali sembari menggeleng.

“Aku mau kamu liat itu” ucap Ali sembari menatap kedepan.

Prilly mengikuti arah pandangan Ali. Prilly menutup mulutnya tak percaya.
Didepannya, tepat didepannya terlihat matahari memasuki peraduannya. Sunset
yang terasa amat dekat didepan mata.

“Sayang indah banget” ucap Prilly takjub.

“Akan banyak hal indah yang akan kita temui berdua dihidup ini sayang, setelah
kamu ngasih cinta kamu ke aku, aku janji akan ngasih keindahan dunia buat kamu”
Prilly menatap haru suaminya. Di elusnya pipi Ali lembut. Beruntung rasanya
memiliki Ali.

*****

Heli yang dibawa Ali mendarat di bandara Santorini pukul setengah 7 malam.
Bandara Santorini ini termasuk bandara yang kecil namun dengan pemandangan
yang indah karna berada tak jauh dari laut. Bahkan dari bandara sudah bisa melihat
hamparan lautan. Ali turun dari helinya terlebih dahulu. Kemudian Ali mengulurkan
tangangannya untuk menggendong Prilly turun. Prilly tersenyum senang melihat
sikap manis suaminya. Seperti tadi, kali ini Ali sudah disambut juga oleh seorang
pilot dan kembali berbincang sedikit menggunakan bahasa Yunani yang sama sekali
tak Prilly mengerti.

“Yuk sayang” ajak Ali menggandeng Prilly sembari membawa koper mereka keluar
dari bandara.

“Kita mau cari hotel ya? Hotelnya didekat sini?” Tanya Prilly

“Kita harus ke kota Fira dulu, ibu kota Santorini. Hotel kita ada disana” balas Ali.
Prilly langsung menghela nafas lelah. Ternyata perjalanannya sangat jauh walaupun
mata sudah dimanjakan dengan pemandangan indah, tetap saja badan terasa lelah.

“Aku capek banget saying” rengek Prilly. Ali mendekap Prilly sesaat.

“Sabar ya. Tu supir dan mobil pesanan kita udah dating” ucap Ali sembari menunjuk
seseorang diluar bandara yang berdiri didekat mobilnya sembari memegang papan
nama Ali. Prillypun akhirnya mengangguk setuju. Ali dan Prilly berjalan menghampiri
seorang pemuda yang menjemput mereka.

“Echete kyriarchisei Ali? (Apakah anda tuan Ali?)” Tanya pemuda itu.

“Nai (ya)” balas Ali

“To ono mou Gaurat. Tha paro ta filoxenei sto Xenodocheio sta Fira (perkenalkan
nama saya Gaurat. Saya akan mengantar tuan menuju hotel di Fira)” ucap pemuda
bernama Gaurat itu.

“Sas efcharisto (terimakasih)” balas Ali. Gaurat mengangguk hormat kemudian


membukakan pintu untuk Ali dan Prilly. Setelah Ali dan Prilly masuk ia segera
memasukkan barang mereka kebagasi.

“Bisa gak sih gak usah pakai bahasa Yunani? Bahasa Inggris aja biar aku paham.
Gimana kalau kalian ngomongin aku?” Ali terkekeh geli mendengar ucapan Prilly.

“Apaan sih sayang. Gak semua orang Yunani bisa bahasa Inggris. Sama kayak orang
Indonesia. Gak semuanya juga kan bisa bahasa Inggris”

Chapter 17

*****

Setelah beberapa lama perjalanan, akhirnya mereka sampai juga dikota Fira
tepatnya dihotel yang akan mereka tempati. Karna struktur lansekap di Santorini
tepatnya di Fira ini merupakan bertingkat-tingkat karna bekas pegunungan, jadi
hotel-hotel disini dibangun disisi tebing dengan view langsung berhadapan ke arah
laut. Hotel disini tak sama dengan di Indonesia yang bertingkat tingkat, namun
dibangun menyebar disekitar tebing. Warna bagunan yang serba putih sangat
kontras dengan warna birunya laut. Walaupun sudah malam, keindahannya masih
bisa terasa, apalagi lampu lampu hotel yang sudah semua menyala membuat
tebing ini menjadi terang.

“Kita nginap disini?” Tanya Prilly antusias yang dibalas Ali dengan anggukan.
“Aaaaaaa kerennn” pekik Prilly membuat Ali terkekeh. Ali mengajak Prilly menuju
kamar mereka dipandu oleh petugas hotel.

Prilly menatap takjub dengan design hotel yang serba putih ini. Belum lagi
didepannya terdapat private pool dengan tempat duduk santai langsung
menghadap kelaut. Melihat sebuah ranjang berukuran king size membuat Prilly
langsung membaringkan tubuhnya melepas penat dari perjalanan yang panjang.

“Sayang makan malam dulu yuk” ajak Ali saat sudah menutup pintu setelah
petugas hotel itu pergi.

“Aaaaa aku capek banget. Nanti aja deh” Prilly meracau tak jelas dengan wajah
yang sudah terbenam dibantal.

“Ayo dong, ntar baru deh tidur, kamu belum makan loh. Tapi mandi dulu deh biar
seger” ucap Ali. Prilly sama sekali tak menjawab dan Masih setia dengan posisinya.
Ali duduk ditepi ranjang lalu melepaskan wedges yang dipakai Prilly. Merasa tak
direspon Prilly, Ali menggelitik telapak kaki Prilly membuat Prilly menggelinjang
kegelian.

“Aaaa Ali geli”

“Mandi gak?”

“Iyaa iyaa aku mandi. Ampunn” pekik Prilly sembari cekikikan. Ali menghentikan
aksinya. Prilly dengan terpaksa bangun dari tidurnya.

“Dasar captain ngeselin. Tukang maksa” ledek Prilly kemudian mencium Ali singkat
dan langsung berlalu kekamar mandi membuat Ali tersenyum.

Ali menelfon petugas hotel untuk memesan makanannya. Malam ini mereka akan
makan dikamar dan langsung beristirahat karna badan yang benar benar terasa
penat. Ali tersenyum kecil mengingat rancangan perjalanan bulan madu yang ia
buat dalam waktu yang singkat namun dengan persiapan yang sangat matang.

*****

Pagi ini Ali dan Prilly menikmati suasana di Fira, Santorini. Mereka melewati jalanan
kecil ditebing ini. Sesekali mereka melewati beberapa kamar hotel yang juga
berdesign mewah, namun karna tempat yang bertingkat-tingkat, dari jalan tak ada
yang bisa melihat kearah kamar hotel pengunjung yang lain, karna kebanyakan
kamar hotel dipakai untuk para pengantin baru yang sedang honeymoon, jadi
privasi sangat dijaga.

“Sayang kamu tau, disini itu tempat liburannya artis-artis populer dunia” ucap Ali.
“Masa sih?” Tanya Prilly.

“Iya, bahkan pangeran William suka banget liburan disini.”

“Wah berarti kita kayak artis artis dunia dong” ucap Prilly diiringi tawanya.

Ali dan Prilly berdiri disalah satu sisi tebing yang ditutupi kubah berwarna biru. Dari
semua bangunan ditebing ini, hanya ini satu-satunya yang dikombinasikan warna
biru. Disini tak hanya ada Ali dan Prilly. Tapi ada beberapa pasang dari negara
negara lain.

“Foto yuk” ajak Prilly langsung mengeluarkan ponselnya. Ali akhirnya hanya
mengikuti Prilly, sebenarnya bukan Ali sekali kalau harus berpose didepan kamera.
Prilly mengajak Ali berselfie berbagai macam gaya. Ali hanya mengikuti permintaan
istrinya.

“Kita masuk kemuseum itu yuk” ajak Ali menggandeng tangan Prilly. Prilly langsung
mengikuti Ali menuju meseum.

Prilly tampak sangat antusias melihat benda benda bersejarah di museum ini.
Mungkin dari luar tidak kelihatan seperti museum, tapi didalam penuh dengan
barang barang antik. Ali merasa sangat senang melihat Prilly yang kelihatan
senang.

******

Setelah penat berjalan-jalan, Ali dan Prilly kembali kehotelnya. Prilly langsung
mendudukkan tubuhnya disofa.

“Sayang, aku mau ngomong sesuatu” ucap Ali membuat Prilly kini menatap
suaminya itu.

“Mau ngomong apa?”

Ali tampak menggaruk tengkuknya gatal sembari berfikir membuat Prilly


menatapnya heran.

“kenapa sih?”

“Kamu mau ice cream gak? Aku pesenin ya. Enak nih makan ice cream”

“Ali aku lagi serius ya. Kamu jangan ngalihin pembicaraan deh. Kamu mau ngomong
apa?” Tanya Prilly kini dengan nada serius. Prilly merasa Ali sedari tadi selalu
mengalihkan pembicaraannya.
“Ali buruan dong mau ngomong apa?” Desak Prilly saat Ali masih tetap diam.

“Aa..aku” Ali mengambil nafasnya sejenak..tenang captain! Ini bukan hal sulit. Ali
mencoba menenangkan dirinya.

“Kita kan udah lama nikah. Tapi kayaknya aku belum ngambil hak aku deh” ucap Ali
ragu-ragu membuat Prilly terdiam..raut wajah Prilly seketika berubah.

“Sayang tapi aku bener-bener gak ada maksud buat maksa kamu atau apapun
kok..maaf ya, kita lupain aja” ucap Ali merasa tak enak. Mungkin waktunya benar-
benar sedang tidak tepat. Tiba-tiba Prilly memeluk Ali erat membuat Ali
kebingungan.

“Maafin aku ya sayang” ucap Prilly.

“Loh maaf buat apa?”

“Maafin aku karna udah lama banget nunda hak kamu. Maaf sayang” Ali tersenyum
kemudian membalas pelukan Prilly lebih erat.

“Gak papa kok. Aku tau kamu selama ini belum siap aja”

“Aku kan cuma mau ngasih keorang yang aku cinta”

“Tapi kalau kamu belum siap sekarang gak papa kok”

“Siapa bilang gak siap?" Bisik Prilly menggoda suaminya. Ali tersenyum menerima
godaan istrinya sepertinya ini adalah sebuah signal. Dan menurut Ali ini waktu
untuk menyiapkan oleh-oleh yang diminta mertuanya.

*****

“Sayang buruan dong. Ntar kita ketinggalan kapal loh” ucap Ali didepan pintu hotel
menunggu Prilly. Setelah memoles wajahnya dengan terburu-buru Prilly langsung
menghampiri Ali. Prilly mencubit pelan lengan Ali kesal.

“Kamu tuh ngeselin! Kamu tau gak aku kurang tidur gara-gara kamu dan sekarang
kamu minta cepat-cepat. Ngeselin. Aku jadi dandannya ngasal nih” omel Prilly yang
membuat Ali terkekeh.

Ali memperhatikan penampilan Prilly dari atas sampai bawah. Prilly menggunakan
dress sebatas lutut tanpa lengan berwarna pink soft dengan rambut yang dibiarkan
terurai.
“Selalu cantik” puji Ali lembut sembari tersenyum kemudian menggenggam tangan
Prilly, Prilly hanya bisa bersemu mendapat pujian dari suaminya.

Hari ini Ali dan Prilly akan mengunjungi beberapa tempat wisata. Dan wisata
pertama Ali dan Prilly adalah pulau Palai Kameni. Untuk menuju kesana mereka
harus menggunakan kapal dari dermaga Limani Skala. Ali sengaja sudah menyewa
mobil dan supir untuk mengantar mereka berjalan jalan disekitar sini. Kini mereka
sudah ada di Dermaga, sembari menunggu kapal berlayar, mereka menghabiskan
waktu berburu pernak-penik khas Santorini.

“Yuk sayang, kapalnya udah mau jalan” ajak Ali.

Ali dan Prilly menaiki kapal. Ali begitu tampak menjaga Prilly, bagaimana tidak,
disini banyak sekali orang-orang bertubuh besar dan tegap, Ali hanya tak ingin
istrinya kenapa-kenapa. Sesampai dikapal Ali mengajak Prilly didek atas agar bisa
lebih melihat Pemandangan. Prilly tampak sibuk dengan kameranya. Sementara Ali
hanya tersenyum menatap istrinya.

Cekrek!

1 foto Ali sedang tersenyum berhasil diabadikan Prilly. Prilly tersenyum melihat hasil
foto suaminya yang sungguh tampan. Ali ikut melihat hasil foto Prilly sembari
memeluk Prilly dari belakang.

“Suami aku ganteng” ucap Prilly memperlihatkankan hasil fotonya membuat Ali
tersenyum.

“Love you” bisik Ali kemudian mencium pipi Prilly.

“Love you too”

Kapal berhenti di pemandian air hangat di Palaia Kameni. Penumpang kapal


langsung berhamburan keluar untuk mandi ataupun sekedar mencuci kaki
dipemandian air hangat yang terbilang unik karna air nya yang seperti air laut
namun bersuhu hangat. Karna area ini memang bekas letusan gunung, jadi
tempatnya seperti danau buatan. Ali dan Prilly memutuskan untuk tidak mandi
karna malas kalau harus berganti ganti baju. Mereka hanya memutuskan untuk
mencuci-cuci kaki dan duduk ditepi pemandian sembari mengabadikan momentnya.

“Mata dijaga!” Ucap Prilly ketus saat Ali mengedarkanpan pendangannya kesekitar
pemandian melihat beberapa turis berenang. Ali terkekeh geli mendengar ucapan
istrinya.

“Apaan sih. Gak liat mereka kok”

“Bohong! Gak cukup liatin aku apa?” Tanya Prilly kesal membuat Ali lagi lagi
terkekeh. Ternyata istrinya sangat posesif.
Ali mengalihkan pandangannya pada Prillly. Hanya menatap Prilly tak menatap yang
lain. Hal itu malah membuat Prilly salah tingkah. Tapi tak apa, dari pada suaminya
melihat bule-bule yang hanya menggunakan bikini berenang. Namun lama
kelamaan Prilly merasa gugup dilihat intens seperti itu ditatap Ali.

“Jangan liatin aku kayak gitu dong” protes Prilly.

“Katanya harus jaga mata. Ya mending aku lihat yang halal aku aja” ucap Ali
membuat pipi Prilly bersemu.

*****

Tak terasa sudah beberapa saat mereka ada dipemandian air hangat ini. Kini
saatnya mereka kembal kedermaga, karna Ali dan Prilly ingin makan siang. Ali dan
Prilly memilih makan disalah satu resto yang terletak paling tinggi ditebing Fira ini.
Suasana ini langsung menampakkan hampir seluruh kota Fira.

“Kamu udah sering kesini ya?” Tanya Prilly mengingat Ali sangat paham seluk beluk
kota ini.

“Enggak sih, tapi dulu pernah kesini waktu liburan sama temen-temen pilot” balas
Ali membuat Prilly mengangguk paham.

Setelah makan mereka memutuskan untuk bersantai disini saja. Menikmati


penandangan yang begitu menakjubkan sambil bercerita banyak hal. Banyak hal
baru tentang Ali yang baru Prilly ketahui. Begitu pula sebalikknya. Pukul 5 sore Ali
dan Prilly berangkat menuju Oia, spot terbaik melihat sunset bahkan sudah diakui
didunia. Ali dan Prilly penasaran. Sebenarnya sabagus apa sampai tak ada satu
turispun yang melewatkan melihat sunset di Oia saat bepergian ke Santorini. Saat
tiba di Oia ternyata sudah cukup banyak orang disana, walaupun tak sebanyak
biasanya karna bukan musim libur. Mereka sumua menyebar disekitar tebing yang
merupakan bekas benteng.

“Aaaaa aku gak sabar liat sunsetnya” pekik Prilly antusias saat melihat matahari
yang perlahan mulai beransur menuju peraduannya. Ali yang sedari tadi berada
disamping Prilly mengubah posisinya menjadi dibelakang Prilly, dipeluknya istrinya
itu dari belakang, menyandarkan kepalanya dipundak Prilly. Prilly terpejam
mengelus tangan kekar Ali dipinggangnya.

Makin lama matahari makin tampak terbenam seakan akan ditelan laut. Cahaya
jingganya memantul mengenai air laut yang biru dan memantul Juga pada
bangunan ditebing yang serba putih. Semua mata terpana melihat keindahan
ciptaan tuhan itu. Hingga tiba-tiba semua mata itu beralih fokus terutama mata
prilly yang tiba-tiba terbelalak melihat sebuah spanduk besar terbang dibantu
dengan lampion dari bawah tebing. Tak hanya spanduk itu saja yang terbang, tapi
juga puluhan lampion menyinari langit yang mulai gelap. Prilly menutup mulutnya
tak percaya saat membaca tulisan "i love you my wife, Prilly latunadira" di spanduk
itu. Terdengar suara riuh tepuk tangan pengunjung lain melihat pemandangan
didepannya. Mata mereka mengedar kesetiap pengunjung mencari siapa dibalik
momment romantis ini. Prilly langsung menatap Ali yang sedang tersenyum lembut
padanya. Air mata prilly tak bisa dibendungnya lagi. Prilly langsung memeluk tubuh
kekar ali erat. Oh Tuhan, ini sangat indah, kapan Ali menyiapkan semua ini? Prilly
terus menangis haru didalam pelukan Ali. Ali melonggarkan sedikit pelukannya
kemudian menangkupkan wajahnya Prilly.

“Sayang jangan nangis dong” Ali menyeka air mata Prilly.

“Kamu, kamu romantis banget. Aku bahagia banget saying” ucap Prilly. Ali
tersenyum lembut pada Prilly.

“Aku akan lakukan apapun buat bikin kamu bahagia” bisik Ali kembali memeluk
Prilly.

“Kamu gak perlu lakuin apapun buat bikin aku bahagia. Karna bersama kamu,
adalah kebahagiaan terbesar aku” balas Prilly mengeratkan pelukannya pada Ali.

Sungguh tak bisa Prilly ucapkan bagaimana bahagianya saat ini. Pria yang pernah ia
tolak mentah-mentah masuk kedalam kehidupannya kini menyerahkan hidupnya
untuk membuat Prilly bahagia. Kalau waktu bisa diulang, Prilly ingin mengulang
waktu pertama mereka bertemu, Prilly ingin saat itu menyambut Ali dengan sikap
manisnya.

*****

“Udah siap captain” pekik Prilly membuat Ali yang sedang berdiri ditepi private pool
menoleh pada Prilly.

Ali memperhatikan setiap inci penampilan Prilly tanpa berkedip. Istrinya itu kini
memakai gaun sepanjang lutut tanpa lengan berwarna merah, dengan mode lace
dress rambutnya digulung keatas menampakkan leher jenjangnya.

“Sayang” panggil Prilly membuyarkan lamunan Ali.

“Kamu cantik. Bidadari dari kayangan mana?” Tanya Ali membuat pipi Prilly
bersemu.

“Sejak kapan captain polos ini bisa gombal?”

“Itu bukan gombal, tapi tulus sayang. Yaudah yuk” Ali mengandeng tangan Prilly
membawanya menuju top hotel. Setelah melihat sunset yang menakjubkan tadi,
malam iniAli mengajak istrinya untuk makan malam.
Prilly menatap kagum pada pemandangan diatas ini. Seperti sudah disulap
sedemikian rupa. Ditempat yang luas dan sebenarnya kosong ini kini sudah ada
sebuah meja dan dua buah kursi yang berhadapan dengan berbagai makanan
dimejanya. Meja ini juga dikelilingi lilin dan lantainya yang berwarna merah akibat
ribuan kelopak bunga mawar merah. Terdapat pula seorang pemain piano tak jauh
dari meja itu yang sedari tadi sudah mengalunkan nada nada indah. Belum lagi bila
melihat kelaut yang dipenuhi lampu lampu dari kapal.

“Sayang, ini indah banget” ucap Prilly.

“Gak ada yang seindah kamu” balas Ali membuat Prilly tersenyum malu. Ali
membawa Prilly duduk dikursi yang sudah disiapkan.

“Please jangan bilang makasih. Aku kan udah bilang, setelah kamu kasih cinta kamu
ke aku. Aku akan kasih kebahagiaan dunia kekamu” ucap Ali saat prilly yang
tampaknya hendak mengucapkan kata terimakasih. Ali mengambil piring Prilly
kemudian memotongkan steaknya membuat Prilly tersenyum.

“Selamat makan sayang” ucap Ali memberikannya kembali pada Prilly.

“Selamat makan juga sayang”

Ali dan Prilly makan sembari sesekali bercanda gurau.

“Mau dansa sama aku?” Tanya Ali mengulurkan tangannya pada Prilly setelah
beberapa saat selesai makan.

“Mauu” pekik Prilly menyambut uluran tangan Ali.

Ali meletakkan tangannya dipinggang Prilly, sementara prilly mengalungkan


tangannya ditengkuk Ali, dahi mereka menyatu. Mereka berdansa mengikuti alunan
musik.

“Sayang” panggil Prilly lembut.

“Iya?”

“Kenapa sih selama ini kamu tahan sama sikap jutek aku?”

“Aku gak punya alasan lain selain agar kamu tetap menjadi milikku” balas Ali tulus.

Perasaan Prilly tiba-tiba menghangat mendengar ucapan tulus suaminya. Belum lagi
jika menatap mata Ali yang akan makin memperlihatkan ketulusannya.

“Dingin?” Tanya Ali saat Prilly tiba-tiba memeluknya. Prillypun mengangguk kecil
pertanda ia memang sudah mulai kedinginan.

“Balik ke hotel yuk”


“Ayuk”

“Tapi sampai dihotel lakuin yang anget-anget”

Dahi Prilly berkerinyit mendengar ucapan suaminya yang terkesan ambigu.

“Maksudnya?”

“Kayaknya kalau cuma sekali gak bisa langsung jadi deh” ucapan Ali itu sukses
membuat Prilly paham.

“Dasar captain mesummmm!!!!”

Chapter 18

*****

Prilly dengan bersemangat memasuki mobil, Ali hanya tersenyum kecil melihat
ekspresisumringah istrinya. Bagaimana tak senang, Prilly fikir liburannya dengan Ali
akan segera berakhir, namun ternyata belum, suaminya yang penuh kejutan itu
membawa Prilly pergi ke Turki Ali dan Prilly harus kembali dari Santorini menuju
Athena, dari Athena mereka baru terbang ke Turki. Karna negara Yunani dan Turki
tak terlalu jauh, diperkirakan dari Santorini sampai Istanbul Turki hanya
menggunakan waktu 1 setengah jam. Ali dan Prilly mengambil keberangkatan
malam pukul 19.30 dan akan tiba di Istanbul pukul 20.45

“Aaaaaa akhirnya sampai juga di Instanbul. Gak nyangka bisa Sampai disini” pekik
Prilly girang. Ali mengelus pipi Prilly sembari tersenyum.

“Kita kehotel dulu letakin barang-barang abis itu kita cari makan ya” ucap Ali yang
langsung dibalas Prilly anggukan.

*****

“Kamu mau makan apa?” Tanya Ali.

“Apa aja deh yang anget anget. Dingin nih” balas Prilly. Ali mengangguk paham
kemudian mendekap Prilly yang tampak kedinginan.

“Ali?” Prilly dan Ali mendongakkan wajahnya menatap siapa yang baru saja
memanggil Ali. Ali dan Prilly mendongakkan kepalanya menatap orang itu.
“Aura?” Ali langsung bangkit dari duduknya menatap tak percaya pada seseorang
dihadapannya.

“Iya Aura, gue kira lo udah lupa” ucap seorang wanita bernama Aura itu sembari
terkekeh.

“Ya enggak lah, kok lo bisa ada disini?” Tanya Ali heran.

“Iya gue lagi liburan aja sebelum pindah kerja”

“Loh lo pindah kerja kemana? Bukannya lo kerja di Itali?”

“Iya sih, tapi gue bakal balik lagi ke Indonesia, dan lo tau apa? Gue bakal bekerja
dimaskapai yang sama dengan lo dan Verrell” jelas lembari antusias. Ali yang
mendengarnya juga tampak antusias. Prilly yang melihat obrolan dua orang ini
hanya mengerutkan dahinya tak mengerti.

Aura tampak melirik kearah Prilly yang sedari tadi hanya memilih diam. Ali
mengikuti arah pandangan Aura dan baru saja tersadar.

“Duduk dulu Ra” tawar Ali.

“Oh oke” Aura mengambil posisi duduk dihadapan Ali dan Prilly.

“Oh iya sayang, kenalin ini Aura, sahabat aku waktu SMP dan SMA, waktu itu kami
sahabat bertiga bareng Verrell juga. Dan dia ini pramugari” jelas Ali
memperkenalkan Aura pada istrinya.

Prilly dan Aura saling melempar senyuman tipis. Aura memang pantas menjadi
pramugari dengan badan tinggi semampainya, wajahnya tirus dan sepertinya ada
blasteran dari luar negri.

“Lo udah nikah? Kok gak ngundang gue sih?”

“Gimana mau ngundang lo nya lama di Itali”

Obrolan terus berlanjut..sesekali terdengar Ali dan Aura bercerita masa lalu mereka
saat masih bersekolah. Prilly yang tak paham arah pembicaraan mereka hanya
mendengar tanpa minat.

“Kayaknya kami harus balik kehotel deh Ra” ucap Ali menyudahi obrolannya.

“Oh oke deh, kita lanjutin obrolannya saat udah di Jakarta aja deh ya kayaknya”
balas Aura diiringi tawanya.

“Eh ngomong-ngomong hotel lo dimana?” Tanya Aura.

“Tuh yang didepan”


“Wah sama dong gue juga disitu”

“Wah samaan, yaudah kalau gitu gue sama istri gue pergi dulu ya” ucap Ali yang
dibalas Aura dengan anggukan. Prilly dan Aura lagi-lagi hanya melempar senyuman

*****

“Kamu kok diem aja? Kenapa?” Tanya Ali lembut saat mereka sampai dikamarnya.

“Gak kenapa-kenapa kok” balas Prilly kemudian merebahkan badannya diranjang


merilexkan otot-ototnya.

“Bohong!” Ucap Ali lembut namun terdengar tegas. Prilly menatap Ali kemudian
mengerucutkan bibirnya membuat Ali menatapnya bingung.

“Captain ngeselin! Tadi istrinya dicuekin..aku gak suka dicuekin gitu” Prilly
memukul-mukul pelan lengan Ali yang malah membuat Ali terkekeh. Ali langsung
mendekap Prilly membuat Prilly mengentikan aksinya.

“Maaf deh ya, namanya juga udah lama gak ketemu. Lagian kamu juga diem-diem
aja”

“Aku kan gak kenal dia”

“Makanya kenalan”

Prilly hanya diam tak tau lagi harus menjawab apa. Ia tau kalau mereka sudah lama
tak bertemu, ia hanya tak suka dicuekin. Ali melepaskan pelukannya kemudian
menarik dagu Prilly pelan agar memandangnya.

“Maaf ya kalau aku tadi nyuekin kamu. Kapan-kapan kalau aku cuekin kamu lagi
kamu boleh langsung pukul aku, atau cubit aku, atau cium aku biar aku sadar kalau
udah cuekin kamu” ucap Ali membuat Prilly mencibir.

“Yang terakhir mah maunya kamu” ledek Prilly membuat Ali terkekeh geli.

*****

Ali duduk dikedai kopi yang hanya buka tengah malam dan terkenal lezat. Tadinya
ia mengajak Prilly. Namun karna lelah Prilly lebih memilih tetap di hotel karna kata
Ali ia hanya pergi sebentar.
“Aura?”

Aura yang merasa dipanggil langsung menoleh keasal suara. Saat yakin kalau orang
yang duduk dibagian pojok kedai kopi itu adalah Aura, Ali langsung
menghampirinya.

“Kok lo ada disini?” Tanya Ali.

“Emangnya gue gak boleh ngopi apa?” Tanya Aura sembari terkekeh membuat Ali
ikut terkekeh pula.

“Istri lo mana?”

“Dihotel, kayaknya dia capek banget deh” balas Ali membuat Aura mengangguk
paham.

Aura mengaduk-ngaduk kopinya tanpa minat membuat Ali menatapnya heran.

“Lo kenapa? Ada masalah?” Tanya Ali. Aura yang tersadar dari lamunannya
langsung menggeleng kecil.

Kita udah temen lama loh, lo kenapa?"tanya Ali lagi.

Aura menghela nafas panjang sejenak. Kemudian ceritanya mengalir begitu saja. Ali
memposisikan dirinya sebagai pendengar yang baik, tak ada sama sekali niat untuk
memotong cerita Aura yang sepertinya sangat emosianal itu. Saat sekolah Ali
memang terkenal sangat ramah, bisa bergaul dengan siapapun. Tak heran kalau Ali
memiliki banyak teman.

“Makanya li gue pindah ke Indonesia, gue benar-benar udah bingung banget


gimana cara menghindar dari dia” ucap Aura yang sepertinya menyudahi ceritanya.
Ali mengangguk paham.

“Kalau menurut lo dia emang bukan cowok yang baik buat lo, gue rasa keputusan lo
udah bener deh”

“Thanks ya Li udah mau denger cerita gue tentang cowok sialan itu” ucap Aura
yang malah membuat Ali terkekeh.

“Oke,gak masalah” Ali melirik jam tangannya.

“Ya ampun, udah jam setengah 2”

“Duh kita kelamaan ya ngobrolnya? Balik kehotel yuk. Gue udah ngantuk banget
nih” ucap Aura yang mendapat anggukan setuju dari Ali.

Chapter 19
******

Prilly meraba-raba disampingnya, kenapa kosong? Prilly langsung membuka


matanya, benar saja, Ali tak ada disana. Prilly langsung melirik jam yang membuat
Prilly terbelalak. Kenapa Ali belum pulang. Merasa khawatir Prilly langsung memakai
jaketnya untuk menutupi gaun tidurnya dan langsung menyusul Ali.

“Thanks banget loh Li buat waktunya” ucapan itu membuat Prilly menghentikan
langkahnya. Prilly menatap tajam pada orang yang berada didepan pintu kamar
hotel yang tak jauh dari kamar hotelnya. Setelah memastikan bahwa yang ia lihat
adalah benar, Prilly langsung kembali menuju kamar.

Prilly berdiri dibalkon kamar hotel yang memperlihatkan pemandangan Instanbul


ditengah malam. Suhu yang lumayan dingin, mungkinkah sedingin hati Prilly kini?
Atau malah tak seperti hati Prilly yang malah terasa memanas? Prilly menggeram
kecil. Giginya ia katupkan kuat-kuat pertanda kini ia sedang kesal. Bahkan benar-
benar kesal. Tiba-tiba Prilly mendengar suara pintu terbuka, tanpa menoleh Prilly
sudah tau itu siapa. Prilly sengaja tadi segera kembali kekamar agar kedua orang
yang ia pergoki jalan bersama ditengah malam itu tak melihat keberadaannya.

“Kamu udah bangun sayang? Maaf aku ta..”

“Kamu tau gak definisi sebentar itu sebenarnya apa?” Tanya Prilly dingin memotong
ucapan Ali.

“Aku minta maaf soalnya ta..”

“Yang aku tanya sama kamu, kamu tau gak definisi sebenar?” Tanya Prilly lagi yang
kini sudah membalikkaan badannya menghadap Ali. Ali tau kini istrinya sedang
marah, bahkan Ali bisa melihat jelas dari tatapannya yang tajam. Tapi kenapa Prilly
terlihat benar-benar marah jika alasannya karna ia pulang lama?

“Kamu pergi jam 10 dan baru balik jam setengah 2, itu definisi sebentar munurut
kamu”tanya Prilly lagi. Ali menggenggam kedua tangan Prilly. Ia tak ingin istrinya itu
salah faham.

“Sebenarnya yang bikin lama itu apanya sih? Minum kopinya, atau kangen-
kangenannya?” Tanya Prilly lagi sebelum Ali buka suara untuk menjelaskan. Ali
menghela nafas berat sesaat, ia sudah terlambat, istrinya sudah terlanjur salah
paham.

“Aku udah boleh jelasin?” Tanya Ali lembut. Prilly hanya diam mengalihkan
pandangannya dari Ali. Bolehkah ia marah? Kalau tak boleh marah, kecewa
bolehkah?
“Tadi aku emang rencananya mau ngopi doang sebentar, tapi tiba-tiba disana aku
ketemu Aura, terus dia cerita. Aku gak tau Kalau bakal selama ini. Aku minta maaf
ya sayang. Aku gak ada niat buat bohongin kamu” ucap Ali menjelaskan. Prilly tetap
saja diam tak menatap Ali.

“Mau maafin aku?” Tanya Ali lembut.

“Aku mau tidur” balas Prilly dingin kemudian berlalu membaringkan tubuhnya
diranjang . Ali mengusap wajahnya kasar. 1 hal yang tak akan pernah Ali lupakan
tentang Prilly, kalau istrinya ini sangat keras kepala. Ali berjalan menuju ranjang
menghampiri Prilly.

“Sayang, heii kita selesaiin kesalah pahaman kita ini dulu ya” ucap Ali mengelus
pucuk kepala Prilly yang sedang berbaring membelakanginya.

“Aku ngantuk, kamu tidur aja” balas Prilly dengan nada datarnya membuat Ali
menghela nafasnya sejenak. Ali ikut berbaring disamping Prilly kemudian memeluk
Prilly dari belakang yang sepertinya lebih memilih diam.

Ali yang memang lelah terlelap dengan posisi memeluk Prilly. Prilly yang tak bisa
tidur perlahan membalikkan badannya menghadap pada Ali. Ditatapnya wajah
tampan suaminya saat sedang terlelap itu.

“Kamu kan tau aku gimana. Aku itu egois, keras kepala, posesif. Harusnya kamu
ngerti itu dan jangan sampai mancing sifat buruk aku itu keluar. Aku bukan cewek
lembut atau anggun. Aku paling gak suka liat milik aku sama orang lain” ucap Prilly
sembari mengelus wajah Ali. Tak lama setelah itu Prilly ikut terlelap menyusul Ali.

*****

Ali membuka matanya mengumpulkan kesadarannya.

“Sayang?" Panggil Ali saat menyadari tak ada Prilly disampingnya.

“Sayang?” Panggil Ali lagi, namun tak ada jawaban. Ali langsung bangkit dari
tidurnya mencari Prilly dikamar mandi. Namun tak ada. Dengan cepat Ali mengganti
bajunya dan segera keluar kamar hotel mencari Prilly. Ali menghela nafas lega saat
melihat Prilly ada di resto hotel.

“Kamu kok gak ngajakin aku sarapan?” Tanya Ali lembut sembari mengelus pipi
Prilly.Prilly hanya diam tanpa menoleh pada Ali sembari melanjutkan Memakan cake
yang sedari tadi ia pesan.
“Kamu masih marah?” Tanya Ali lagi. Pertanyaan yang bodoh sebenarnya, karna
tentu saja Prilly marah.

“Pikir aja sendiri” balas Prilly ketus kemudian berlalu dari Ali. Lagi-lagi Ali harus
menghela nafasnya panjang. Ali langsung mengejar Prilly yang tampak hendak
keluar hotel.

“Sayang jangan gini terus dong. Please maafin aku, aku janji gak bakal kayak gitu
lagi..kamu jangan rusak honeymoon kita dong” ucap Ali membuat Prilly
menghentikan langkahnya.

“Gak salah denger? Lo yang udah rusak honeymoon kita!”

Ucapan Prilly itu sukses membuat Ali terdiam. Ya ia salah, ia akui ialah yang
bersalah disini.

“Maaf kalau aku udah rusak honeymoon kita” ucap Ali lirih. Prilly mencoba
mengatur nafasnya mengontrol emosinya.

“Kamu mau kemana?” Tanya Ali saat Prilly hendak pergi

“Gue mau pergi muter-muter disini”

“Aku temenin ya”

“Gak usah” ketus Prilly kemudian berlalu dari Ali.

Ali menatap kepergian istrinya. Ternyata seperti ini kalau Prilly sedang marah? Ali
benar-benar tak ingin Prilly seperti ini lagi. Alipun akhirnya mengikuti Prilly dari
belakang, sedikit menjaga jarak namun bisa mengawasi istrinya. Ali selalu
memperhatikan gerak-gerik istrinya. Prilly tampak berjalan-jalan berkeliling taman
yang tak jauh dari hotel. Beberapa kali tampak Prilly memasuki toko penjual oleh-
oleh khas Turki.

“Lo bisa gak berhenti ngikutin gue?” Sentak Prilly yang tampak mulai jengah karna
Ali yang selalu mengikutinya walaupun dalam jarak yang jauh.

“Gimana mungkin aku biarin kamu jalan-jalan sendiri. Kita kesana yuk, ada air
mancur keren banget”

“Gue lagi gak mau jalan-jalan sama lo, jadi jangan ikutin gue lagi” ucap Prilly
memperingati lalu berlalu dari Ali. Lagi dan lagi Ali hanya mampu menghela nafas
panjang. Sepertinya Ali harus lebih menjaga jaraknya agar istrinya itu tak kembali
marah.

*****
Prilly terduduk disofa kamar hotelnya, lelah berjalan tak tentu arah seharian.

“Capek banget ya sayang?” Tanya Ali menghampiri Prilly. Prilly hanya melirik Ali
dengan ekor matanya tanpa berniat membalasnya. Ali mengalihkan pandangannya
pada Prilly yang tampak mengelus ngelus kakinya.

“Bentar ya”

Ali berlalu kedapur kamar hotel ini. Beberapa saat kemudian Ali kembali dengan
baskom air hangat ditangannya. Prilly menatap Ali heran. Tiba-tiba Ali berlutut
didepan Prilly melepas wedges Prilly. Kemudian membenamkan kaki Prilly kedalam
baskom berisi air hangat itu.

“Biar mendingan pegelnya” ucap Ali sembari tersenyum lembut, membuat Prilly
menatap Ali iba. Apa ia keterlaluan?

“Lain kali jangan kelamaan pakai wedges ya”

Ali berjalan kearah balkon, menatap luar langit malam di Instanbul. Ntah kenapa
rasanya menyesal membawa Prilly ke Turki kalau seperti ini akhirnya. Ali memijat
pelipisnya sejenak, menenangkan sedikit pikirannya. Tiba-tiba Ali merasa ada
sepasang tangan yang memeluk tubuhnya dari belakang. Ali juga merasa
seseorang itu menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam. Ali tersenyum saat
menyadari kalau itu adalah istrinya.

“Aku kesel deh sama diri aku sendiri. Sekarang aku gak bisa kayak dulu lagi yang
selalu jutek sama kamu, sekarang kalau aku jutekin kamu malah aku yang sakit hati
liat wajah polos kamu” ucap Prilly dengan nada manjanya membuat Ali terkekeh. Ali
membalikkan tubuhnya memeluk Prilly.

“Kalau kamu mau jutekin aku gak papa kok, aku emang salah, aku rela diapain aja
kalau aku salah. Lagian lebih bagus dikasih pelajaran kan dari pada didiemin aja,
biar lain kali gak diulang lagi”

Prilly menatap suaminya itu, Ali benar-benar pria yang sangat bijaksana dan
pastinya sangat penyabar. Bagaimana Prilly tidak luluh.

“Yaudah kalau gitu, aku kasih kamu pelajaran sekarang” Prilly melepaskan
pelukannya lalu memukul-mukul pelan dada bidang Ali.

“Dasar captain ngeselin! Terlalu baik sampai gak tau kalau istrinya bisa sakit hati.
Kesellll” Prilly terus memukul dada Ali sementara Ali hanya tersenyum hingga Prilly
menghentikan aksinya.

“Capek?” Tanya Ali.


“Capek” rengek Prilly manja membuat Ali tertawa gemas. Ali langsung membawa
istrinya itu kedalam pelukannya.

“Sayang, jangan terlalu baik jadi orang, karna sekarang ada hati yang harus kamu
jaga” ucap Prilly pelan. Ali mengangguk sembari mengelus rambut istrinya.

“Iya Sayang, maaf yaa. Maaf banget. Lagian Aura bener-bener cuma teman aku
kok”

“Bohong! Kamu cingkuh” Prilly mengerucutkan bibirnya membuat Ali tersenyum


gemas.

“Cingkuh? Cingkuh ma capa?”

“Cama Aula” ucap Prilly membuat tawa mereka pecah. Ali mendekap Prilly kuat-
kuat sangkin gemasnya dengan istrinya itu saat menirukan suara anak kecil.

Chapter 20

*****

“Jalan-jalan yuk” ajak Ali saat Prilly baru membuka matanya.

“10 menit lagi ya aku mandi” ucap Prilly. Alipun mengangguk setuju. Ali mendekap
istrinya itu kedalam pelukannya.

“Sayang, aku boleh tanya?” Tanya Ali. Prilly mengangguk pelan dan siap
mendengarkan pertanyaan Ali.

“Waktu itu sebelum kita berantem waktu awal-awal nikah, aku liat kamu ketemuan
sama Leo di taman. Kalian ngomongin apa?” Prilly terdiam sejenak mendengar
pertanyaan Ali. Tiba-tiba ia teringat Leo.

“Waktu itu Leo ngajakin ketemu. Katanya dia mau ngomongin sesuatu. Dia jelasin
semuanya sama aku tentang kesalah pahaman kami selama ini.” jelas Prilly, Alipun
mengangguk paham, sepaling tidak rasa penasarannya terobati.

“Kayaknya kamu terlalu banyak tau masa lalu aku deh, sedangkan aku gak tau apa-
apa tentang kamu” ucap Prilly.

“Dimasa lalu aku, belum ada kamu, jadi kayaknya gak penting diomongin deh, yang
penting itu sekarang, karna udah ada kamu” ucap Ali membuat Prilly mencibir.
“Gombal! Gombalan lo garing captain” ledek Prilly membuat mereka sama sama
tertawa.

*****

Ali mengajak Prilly berkeliling kota Instanbul, dan tempat tujuan Ali adalah taman
tulip. Taman tulip ini adalah taman yang wajib dikunjungi para wisatawan saat
berada ke Turki. Taman ini menjadi sangat indah karna bunga tulip yang berwarna
warni terhampar ditengah tengah taman.

“Aaaaaaaa keren” pekik Prilly girang. Ali tersenyum melihat antusias istrinya itu.

“Aku baru sekali loh liat taman tulip ini. Ternyata lebih indah dari pada bunga
mawar ya” ucap Prilly lagi. Ali mengangguk setuju. Memang benar, sebenarnya
bunga tulip berbagai warna ini lebih indah dari pada bunga mawar.

Ali menggandeng Prilly mengelilingi taman ini. Ali tersenyum kecil melihat istrinya,
bagi Ali melihat Prilly bahagia adalah kebahagiaan terbesarnya.

“Cantik” gumam Ali membuat Prilly menghentikan langkahnya.

“Cantik? Siapa yang cantik? Kamu lirik-lirik bule ya? Dasar genit!” Omel Prilly
mengerucutkan bibirnya kesal. Ali terkekeh geli melihat ekspresi istrinya itu.

“Siapa yang lirik bule. Gak ada yang secantik kamu” Blush! Tiba-tiba pipi Prilly
terasa memanas.

“Cemburuan” ledek Ali.

“Siapa juga yang cemburuan?”

“Kamu”

“Enggak”

“Iya”

“Enggak”

“Ih ngeselin. Enggak!” Rengek Prilly manja yang lagi lagi membuat Ali terkekeh

“Iya deh iya, enggak” Ali lebih memilih mengalah, karna kalau tidak, sepertinya
perdebatan ini tak akan usai.

“Li, fotoin aku bareng bunga-bunga itu dong” ucap Prilly

“Oke” Ali mengambil kamera yang sedari tadi di sandang Prilly.


Prilly mulai Berpose dihamparan bunga tulip. Ali tersenyum saat melihat istrinya
yang sangat mahir berpose, pantas saja ia menjadi model.

“Bagus gak?” Tanya Prilly ikut melihat hasil fotonya.

“Bagus”

“Gantian sini, aku yang fotoin kamu” ucap Prilly mengambil alih kameranya. Alipun
hanya mengikut kemudian berpose sebisanya. Namun bagi Prilly, Ali bahkan sudah
seperti model profesional.

“Foto berdua yuk” akhirnya merekapun mengambil foto berdua dengan latar bunga
tulip. Ali dan prilly sama-sama tertawa melihat beberapa hasil foto dengan pose
aneh mereka.

“Sayang” panggil Prilly saat mereka melanjutkan berjalan-jalan lagi disekitar taman.

“Iya sayang”

“Kayaknya Aura suka deh sama kamu”

Ali menghentikan langkahnya lalu menatap Prilly heran, namun sesaat kemudian Ali
malah terkekeh.

“Kok malah ketawa sih?”

“Lagian kamu sih,ada-ada aja, mana mungkin Aura suka sama aku” balas Ali santai.

“Kamu itu emang gak peka atau terlalu polos sih?”

“Sayang, aku sama Aura itu udah temenan sejak SMP, bahkan tamat SMA kami
jarang ketemu, masa iya dia tiba-tiba suka sama aku”

“Ya bisa aja dia suka sama kamu dari dulu, dan sekarang bersemi lagi saat kalian
ketemu. Kamu harus liat mata dia dong gimana natap kamu”

Ali tertawa kecil. Jujur ia tak paham kenapa Prilly bisa berpendapat seperti itu

“Kamu dengerin aku ya. Aku udah punya kamu, aku gak pernah natap dalam wanita
manapun buat tau perasaan mereka ke aku, aku cuma akan natap 1 wanita dengan
dalam dan itu cuma kamu” ucap Ali meyakinkan Prilly.

“Lagian kalau dia suka sama aku apa ngaruhnya sih? Yang suka dia kan, bukan aku”
Prilly mencoba mencerna ucapan Ali. Ali benar, tapi Prilly juga tak bisa pungkiri
kalau ia bisa melihat tatapan memuja dari wanita itu saat melihat Ali. Prilly tiba-tiba
memeluk Ali erat, ditenggelamkannya wajahnya didada Ali.

“Kamu gak bakal suka sama dia kan?” Tanya Prilly dengan nada manja membuat Ali
tersenyum gemas.
“Gak akan sayang. Aku kan udah punya istri. Yang ini aja gak abis-abis” canda Ali
diiringi tawanya membuat Prilly mendongakkan wajahnya mengerucutkan bibirnya.

“Ih gak lucu!”

“Aku kan pilot. Bukan pelawak”

“Udah ah jangan bahas orang Lain lagi” ucap Ali pula yang mendapat anggukan
dari Prilly

“Sayang, mau ice cream” rengek Prilly menunjuk kios ice cream khas turki.

“Mau ice cream?”

“Mauuuuuuu”

“Cium dulu” ucap Ali menunjuk pipinya sembari tersenyum jail membuat Prilly
tersipu. Prilly sedikit menjinjit lalu mencium pipi Ali singkat.

“Ini gak sekalian” Ali beralih menunjuk bibirnya.

“Ih apaan sih,buruan mau ice cream” Prilly langsung menarik tangan Ali kekios ice
cream.

Ali terkekeh geli melihat Prilly yang dikerjai pedagang ice cream itu saat menyajikan
ice creamnya. Itu adalah salah satu ciri khas pedangan ice cream Turki. Ali menatap
gemas istrinya yang seperti anak kecil.

*****

Ali dan Prilly menaiki lift menuju lantai dasar hotel untuk makan malam. Tanpa
disangka ternyata Aura juga ikut Menaiki lift yang sama dengan mereka.

“Eh, hai Li, Prill” sapa Aura.

“Hai Ra” balas Ali dan Prilly bersamaan

“Pada mau kemana?”

“Mau makan” balas Ali.

“Eh gue mau beli tiket ke Jakarta nih. Kalian pulang besok kan? Siapa tau aja bisa
satu pesawat” tanya Aura.

Ali melirik Prilly yang sedang memutar bola matanya malas. Ali tersenyum kecil
melihat ekspresi istrinya itu.
“Belum tau nih, kami belum pesen tiket” balas Ali membuat Prilly menatapnya
heran. Bukankah tadi selesai jalan jalan Ali sudah membelinya?

“Yaudah deh kalau gitu. Ntar gue mau beli tiket rencanya mau yang sore. Kalau
kalian mau ntar samaan aja yang sore” ucap Aura.

Prilly hanya membalas dengan anggukan kecil sembari tersenyum kecut. Ali sedari
tadi berusaha menahan kekehannya melihat ekspresi menggemaskan istrinya.
Akhirnya lift berhenti juga dilantai dasar.

“Prill, Li,gue duluan yaa” pamit Aura yang dibalas anggukan oleh Ali dan Prilly.

“Kamu kok bohong sih? Bukannya kamu udah beli tiket ya?”

“Ya emang. Aku cuma mau jaga perasaan istri aku aja. Kalau aku bilang kita ambil
jam yang pagi terus dia nyamain, kamunya baper lagi..aku kan bisa dijudesin istri
aku lagi” jelas Ali sembari tersenyum. Mendengar penjelasan Ali, Prilly langsung
tersenyum sumringah. Ia bahkan tak berfikir sejauh itu.

“Aaaaaaaaa suami aku pintel banget cih. Telnyata benel gak cingkuh” ucap Prilly
menirukan suara anak kecil sembari mencubit pelan pipi Ali. Ali tersenyum gemas
melihat ekspresi istrinya. Akhirnya merekapun melewati dinner dengan saling
bercanda gurau, malam terakhir di Turki.

Chapter 21

*****

“Mamaaaaaaa”

Prilly memekik girang lalu langsung berlari memeluk mama Uli saat tiba dibandara
Soekarno-Hatta. Mamanya memeluk putrinya itu penuh rindu.

“Apa kabar pa?” Tanya Ali setelah menyalami papa mertuanya itu.

“Alhamdulillah baik Li. Liat tuh istri kamu. Ya gitu kalau lagi kangen sama
mamanya” Indra melirik istri dan putrinya yang saling berpelukan erat. Ali ikut
menatap mereka sembari tersenyum kecil.

“Dirumah aja ya kangen kangenannya” ucapan Indra membuat Ayu dan Prilly
tertawa kecil. Akhirnya merekapun memutuskan untuk pulang. Namun langkah
mereka terhenti saat melihat beberapa wartawan.
“Ma kok ada mereka?” Tanya Prilly heran.

“Duh mama lupa. Kamu tau gak, selama kamu pergi, infotaiment sibuk ngomongin
kalian, apalagi liat postingan kamu di ig” jelas Ayu membuat Prilly membelalakkan
matanya tak percaya.

“Terus nih ya, manager kamu dulu sibuk telfonin mama, mau nawarin kamu sama
Ali iklan lah, ftv lah, bintang tamu acara talk show lah" jelas Ayu lagi yang membuat
Prilly makin cengo.

“Gak usah tertarik Li. Pilot lebih keren” canda Indra membuat Ali terkekeh.

“Yaudah yuk kesana aja dulu, kasian mereka udah lama nunggu” ucap Ali yang
mendapat anggukan setuju dari yang lainnya. Ali Prilly dan orang tuanyapun
menghampiri wartawan itu membuat mereka yang sedari tadi sibuk dengan
aktivitas masing-masing langsung mengerubuninya. Pertanyaan demi pertanyaan
mereka lontar. Dengan ramahnya Ali dan Prillypun menjawab. Mereka juga
menceritakan pengalaman mereka selama berbulan madu. Prilly tak menyangka
bawah ia dan Ali sedang menjadi pasangan yang paling diperbincangkan
belakangan ini.

“Cieeee jadi artis” ledek Prilly saat berjalan keluar dari bandara.

“Apaan sih. Aku gak minat jadi artis sayang. Istri aku ini, klepek klepek sama aku
karna aku pilot, bukan artis” balas Ali diiringi tawa gelinya.

“Iuhhhhh! Captain kepedean”

*****

“Lagi ngapain sih?” Tanya Ali yang baru selesai mandi lalu mengikuti Prilly berbaring
diranjang. Ali duduk menyandar dikepala ranjang membuat Prilly yang tadinya
berbaring dikasur kini ikut duduk bersandar didada Ali.

“Ini lagi upload foto aku tadi sama Caca. Abis temu kangen” memang tadi siang
Prilly melepas rindu dengan sahabatnya itu. Ali mengangguk paham sembari ikut
menatap kelayar ponsel istrinya itu.

“Sayang” panggil Ali.

“Hmmm?”
“Besok aku udah harus flight” ucapan Ali itu berhasil Mengalihkan fokus Prilly dari
ponselnya.

“Besok?” Tanya Prilly meyakinkan yang dibalas Ali dengan anggukan.

“Berapa lama?”

“Sepuluh hari” Prilly mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Ali. Ali terkekeh
geli melihat ekspresi lucu istrinya.

“Kenapa gitu ekspresinya?”

“Kelamaan” rengek Prilly manja.

“Kamu bakal flight kemana aja sih? 2 minggu itu lama sayang” protes Prilly.

“Di agenda aku, aku bakal ke Thailand, Malaysia, Singapore sama Vietnam" jelas Ali
membuat prilly makin mengerucutkan bibirnya.

“Kamu kan tau gimana pekerjaan suami kamu” Ali mencoba memberikan
pengertian pada Prilly. Dibawanya istrinya itu kedalam pelukannya.

“Tapi aku bakal kangen banget sayang. Seminggu aja udah uring-uringan, gimana
kalau 2 minggu" ucap Prilly lirih. Ali makin mengeratkan pelukannya.

Sepertinya mulai saat ini akan sangat sulit untuk berpamitan saat flight pada
istrinya ini. Jujur Ali juga sebenarnya akan sangat tersiksa menahan rindu. Tapi mau
bagaimana lagi, inilah pekerjaan dia.

“Aku juga pasti bakal kangen banget sama kamu sayang. Gak papa ya aku tinggal
sebentar. Ada mama sama papa kan. Oke?” Ali mengelus rambut Prilly sayang. Prilly
mendongakkan wajahnya menatap Ali. Namun sesaat kemudian Prilly mengangguk
sembari tersenyum kecil.

“Tapi kamu harus janji sama aku” ucap Prilly membuat Ali mengerinyatkan dahinya
heran.

“Janji apa?”

“Janji captain” balas Prilly. Ali makin mengerinyitkan dahinya.

“Janji apaan tuh?”

“Pokoknya kamu harus ikutin kata kata aku” ucap Prilly lagi. Akhirnya Alipun
mengangguk setuju.

“Saya Ali Zafrano Lukas”

“Saya Ali Zafrano Lukas”


Berjanji akan menjaga hati dan mata selama flight terutama dari Aura" Ali terkekeh
geli mendengar ucapan Prilly yang harus dia ikuti

“Ih jangan ketawa. Ikutinnn!”

“Berjanji akan menjaga hati dan Mata terutama dari Aura”

“Kalau saya melanggar, saya akan menerima hukuman apapun termasuk dicuekin
istri 1 bulan”

“Kalau saya melanggar, saya akan menerima hukuman apapun termasuk dicuekin
istri 1 bulan”

“Nah kamu udah ngucapin janji captain. Kamu gak boleh langgar. Jaga keselamatan
ratusan penumpang aja kamu bisa. Masa jaga perasaan istri gak bias” ucap Prilly.

“Oke,janji captain” Ali mengajukan kelingkingnya yang langsung disambut Prilly. Ali
tertawa gemas melihat tingkah istrinya itu. Ada-ada saja yang ia lakukan yang
dapat membuat rasa cintanya semakin dalam.

Chapter 21

******

Ali memasuki bandara. Pandangan seperti biasa, Ali disambut oleh senyuman orang
orang didalam bandara. Ali melirik ponselnya membaca pesan Yang dikirim Verrell.
Ali melangkah menuju resto menyusul Verrell. Ali menyipitkan matanya saat melihat
Verrell tak sendiri. Ternyata ia bersama Aura.

“Yang habis honeymoon seger banget” ledek Verrell saat Ali sudah ada
dihadapannya. Ali hanya tersenyum kecil.

“Gue baru tau loh kalau Aura bakal kerja disini juga” ucap Verrell. Ali beralih melirik
Aura sejenak.

“Eh gue udah harus siap-siap mau flight nih” Ali bangkit dari posisinya. Ntah kenapa
saat melihat Aura tiba-tiba ia teringat janji captainnya pada istrinya.

“Gue juga” Aura ikut bangkit dari duduknya.


“Lo bukannya sama gue ya Ra? Kita beda maskapai sama Ali” ucap Verrell membuat
Aura menatapnya bingung. Ia kira Ali yang akan satu maskapai dengannya.

“Yaudah gue duluan ya Rell, Ra”

“Yoi bro. Take care!”

*****

"Anak mama kok malah uring uringan gini? Tumben malam-malam mau nyemil,
biasanya disuruh makan malam aja susah, katanya takut gendut" ucap Ayu heran
yang melihat putrinya memangku beberapa toples cemilan.

“Aku gak bisa tidur ma, jadi yaudah nyemil aja dari pada cengo”

“Kenapa gak bisa tidur? Karna gak ada Ali ya?” Tanya Ayu.

Prilly menghela nafas sejenak lalu meletakkan toples-toples itu diatas meja. Kini
Prilly malah berbaring dipangkuan mamanya itu.

“Beda aja ma rasanya gak ada Ali” ucap Prilly lirih. Ayu mengelus pucuk kepala
putrinya itu sambil tersenyum kecil. Tak menyangka putrinya yang dulu selalu
mengacuhkan suaminya kini terlihat sangat bergantung padanya.

"Itukan pekerjaan dia, jadi kamu harus ngerti dan terbiasa" ucap Ayu memberi
pengertian.

"Udah tidur sana. Udah malam banget loh" Prilly hanya diam tak beranjak dari
posisinya.

"Ali bilang sama mama tadi ditelfon, katanya kalau kamu gak mau tidur, dia bakal
ingkarin janji captainnya" ucapan Ayu itu langsung membuat Prilly bangkit dari
posisinya

"Serius ma Ali bilang gitu?"

"Iya, ya walaupun mama gak tau janji captain itu apaan, tapi kayaknya lebih baik
sekarang kamu tidur deh, dari pada Ali ngelanggar" saran Ayu.

Prilly tampak berfikir sejak, namun sesaat kemudian ia langsung berlari


kekamarnya. Ayu terkekeh geli melihat sikap putrinya itu. Bagi Ayu Prilly masih putri
kecilnya..hanya saja sekarang sudah ada seseorang yang lebih melindunginya.
*****

Prilly membalik-balikkan badannya mencari posisi yang nyaman sambil


mengerucutkan bibirnya kesal teringat ucapan mamanya. Jadi Ali mengancamnya?

Ting!

Tiba-tiba ponsel prilly berbunyi pertanda ada pesan WA masuk.

"Tidur sayang. Jangan mikirin aku terus. Aku kan kerja. Janji captai gak akan pernah
dilanggar"

Ternyata isi pesan itu dari Ali. Prilly tersenyum kecil membaca pesan dari suaminya.

"Iya sayang, aku tidur. Buruan pulang kang sopir!"

Prilly terkekeh sendiri membaca pesan yang ia kirim pada Ali. Sesaat kemudian
Prilly mulai terlelap. Ia harus segera tidur sesuai perintah captain.

Chapter 22

*****

Prilly mondar-mandir didepan cermin sembari memegang ponselnya. Kini ia benar-


benar sedang bingung. Sudah seminggu Ali pergi, dan bagi Prilly itu adalah saat-
saat yang sangat membosankan, yang ia lakukan hanya tidur, nonton, nyemil dan
sebagainya. Benar-benar membosankan. Tadi pagi managernya memberi tau Prilly
kalau ia mendapat tawaran untuk syuting iklan didaerah puncak Bogor. Ntah kenapa
Prilly tiba-tiba sangat ingin kembali ke aktivitas lamanya itu..apalagi saat Ali pergi
ini, ia ingin menyibukkan dirinya. Namun bagaimana dengan Ali? Prilly bingung
apakah ia harus meminta izin dulu atau tidak pada Ali? Tapi ia benar-benar sangat
ingin melakukan aktivitas itu kini. Apakah Ali akan mengizinkannya? Akhirnya
Prillypun mengambil tasnya kemudian segera keluar kamar.

"Kamu yakin mau pergi Prill?"tanya mama Ayu yang melihat putrinya baru menuruni
tangga.

"Iya ma, abis borring juga nih"

"Gimana kalau kamu perginya nanti aja sama mama, tungguin mama pulang dari
cek resto dulu, soalnya hari ini mama ada meeting"
"Prilly calling jam 3 ma, kalau nunggu mama Prilly gak bakal bisa sampai Bogor jam
3 kan. Lagian Prilly sama manager Prilly kok, gak sendiri"

"Terus gimana sama Ali? Kamu belum izin sama dia loh"

"ntar aja kalau Ali nelfon aku izinnya. Yaudah aku pergi dulu ya ma, bye" Prilly
mencium mamanya singkat kemudian bergegas pergi.

"Hati-hati sayang" pekik Ayu karna Prilly sudah mulai jauh. Mama Uli
menggelengkan kepalanya menatap Kepergian putrinya itu. Prilly tak pernah
berusah soal sikapnya yang satu ini. Keras kepala.

*****

Prilly menjalankan syuting iklan dengan sangat antusias. Pasalnya ia sangat rindu
bidang ini. Belum lagi iklan yang ia bintangi kali ini merupakan salah satu prodak
terkenal. Saat sudah selesai syuting, Prilly memutuskan untuk bersantai sejenak.
Udara yang dingin membuatnya tenang. Tiba-tiba ponselnya berdering, tertera
nama Ali, dengan cepat Prilly langsung mengangkatnya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Kamu lagi dimana?" Pertanyaan Ali itu membuat Prilly terdiam sejenak.

"Kamu dimana sayang?"

"Aa..aku lagi di Bogor"

"Di Bogor? Jadi bener kamu hari ini syuting? Kenapa gak ngabarin aku?"

"Tadinya aku mau ngabarin kamu, tapi aku kira kamu lagi flight, jadi aku tungguin
kamu nelfon aku aja"

"Kamu kan bisa sms atau kirim WA, kamu ke Bogor loh, itu gak dekat, jadi kalau aku
gak nelfon kamu, kamu gak bakal kasih tau kan? Tadi kebetulan aja aku nelfon
mama, aku juga tau dari mama"

Prilly menghela nafas sejenak. Ia bisa mendengar nada kekecewaan dari Ali.

"Maaf sayang, aku bener-bener kangen banget jadi model"


"Tapi bukan gini caranya. Ada aku suami kamu, kamu tau kan, apapun yang
dilakukan istri adalah tanggung jawab suami, dan apapun yang dilakukan istri harus
seizin suami. tapi apa mungkin pengecualin buat kamu?"

"Gak gitu sayang. Aku.. aku" suara Prilly terdengar bergetar.

"Yaudah kalau gitu, aku mau istirahat dulu. Kamu juga ya, pasti capek banget.
Assalamualaikum" Ali langsung memutuskan sambungannya.

"Ali....Ali.. aku.. haloo" Prilly Mengusap wajahnya kasar. Sepertinya kali ini Ali benar
benar marah, walaupun Ali sama sekali tak berbicara dengan nada ketus, kasar,
bahkan tak ada nada tinggi, namun Prilly bisa merasakan kalau Ali benar-benar
kecewa padanya.

Prilly menangkup wajahnya. Air matanya jatuh begitu saja. Belum lagi rasa rindu
yang tersalurkan, sudah ditambah pula dengan rasa penyesalan.

"Prill, gabung sama yang lain yuk" tiba-tiba Rini, managernya datang menghampiri
Prilly. Dengan cepat Prilly menyeka air matanya.

"Mak, gue pulang aja deh ya"

"Loh kok pulang sih? Katanya mau nginep dulu, ngumpul ngumpul dulu" ucap Rini
heran

"Lain kali aja deh Mak, kalau lo masih mau disini, gak papa. Gue pulang sendiri aja
ya"

"Jangan dong. Yaudah sekarang kita pulang ya. Kita pamit dulu sama yang lain"
ucap Rini. Prillypun mengangguk kecil, akhirnya merekapun berpamitan dengan
yang lain.

*****

"Mama"

Prilly yang melihat mamanya sedang duduk disofa sambil menonton tv langsung
menghampiri mamanya. Dipeluknya mamanya itu erat.

"Ali marah sama Prilly, Ma" ucap Prilly lirih. Mama Uli mengelus punggung putrinya
itu.

"Ali gak marah kok sayang, Ali cuma kecewa, wajar dong kalau Ali kayak gitu"
"Iya sih ma, tapi kan Prilly udah minta maaf"

"Kalau Minsalnya Ali yang salah, kamu langsung maafin Ali gak?" Tanya Ayu. Prilly
tampak berfikir sejenak, tapi sesaat kemudian Prilly menggeleng.

"Nah jadi gak salah dong apa yang dilakuin Ali sekarang?" Prilly hanya terdiam
mendengar ucapan mamanya, sepertinya mamanya benar.

*****

Ali mengerjap-ngerjapkan matanya saat mendengar ponselnya berbunyi. Ada


panggilan via line dari mama mertuanya. Dengan cepat Ali mengangkatnya.

"Assalamualaikum ma"

"Waalaikumsalam sayang"

Ali langsung terdiam, ini bukan suara mama mertunya, tapi suara istrinya.

"Kamu kok gak angkat telfon aku?" Tanya Prilly lirih. Ali menghela nafas sejenak.

"Tadi aku lagi tidur, jadi gak tau kamu nelfon"

"Bohong! Telfon aku kemarin juga gak diangkat" suara Prilly kini malah terdengar
bergetar.

"Kamu marahkan sama aku? Aku bener-bener minta maaf sayang, aku tau aku
salah. Aku janji gak bakal gitu lagi, tapi please jangan diemin aku. Mendingan
sekarang kamu marahin aku, kamu bentak aku, kamu boleh ngomong apa aja, yang
penting jangan cuekin aku, jangan diemin aku, aku gak bisa" Prilly mulai terisak.
Jujur Ali tak tega mendengar istrinya seperti itu. Kalau ia kini ada disampingnya,
ingin rasanya merengkuhnya kedalam pelukannya. Tapi apakah ia salah kalau
kecewa?

"Aku gak marah kok, cuma kecewa. Udah ya kamu jangan nangis lagi, aku mau
mandi dulu ya"

"Jangan tutup telfonnya" ucap Prilly saat Ali baru akan mematikan telfonnya.

"Kamu sekarang lagi dimana? Aku mau nyusul" Ali mengerinyitkan dahinya.
Menyusul?

"Aku lagi di vietnam. Ini lagi dihotel. Udah ya, gak papa kok. Aku gak marah" Ali
mencoba menenangkan istrinya itu yang ia yakini kini sedang menangis terisak.
"Kamu gak cinta lagi ya sama aku?" Pertanyaan Prilly itu langsung membuat Ali
menggeleng cepat, walaupun Prilly tak akan tau bahwa ia sedang menggeleng.

"Kamu ngomong apaan sih? Kekecewaan aku gak bakal ngurangin rasa cinta aku.
Aku cuma kecewa. Kamu tau kan kalau sebelumnya aku udah larang kamu buat jadi
model. Tapi bukan berarti saat aku pergi kamu bisa seenaknya buat nerima tawaran
syuting. Maksud aku baik kok, aku cuma gak mau kamu kecapekan, kalaupun kamu
mau balik ke dunia model lagi, kita bisa omongin bareng-bareng kan. Aku tau
banget sifat kamu, tapi sepaling tidak, izin sama aku. Aku tau kamu bosan nungguin
aku" jelas Ali panjang lebar.

"Aku gak pernah bosan sayang. Aku selalu nungguin kamu. Aku bener-bener minta
maaf" ucap Prilly lirih. Ali menghela nafas sejenak. Suara istrinya terdengar sangat
parau, apa dia sudah menangis semalaman?

"Yaudah, kita lupan aja ya. Kamu jangan nangis lagi. Ayo hapus air matanya, ini
perintah Captain!"

"Enggak, kamu masih marah"

"Marah apa lagi sih?"

"Kamu marah, buktinya kamu gak mau manggil aku sayang" rengek Prilly yang
malah terdengar manja. Ali terkekeh kecil mendengar suara istrinya itu.

"Kenapa makin manja sih?" Tanya Ali berniat ingin menggoda istrinya.

"Kan kamu udah gak cinta sama aku, aku manja aja kamu protes" Prilly kembali
terisak. Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Istrinya ini sedang kenapa?
Kenapa sensitif sekali?

"Aku gak protes, cuma nanya" balas Ali lembut.

"Kan ngomongnya gak pake sayang" lagi-lagi Prilly merengek membuat Ali
tersenyum gemas. Andai ia sekarang ada disamping istrinya itu, ia pasti akan
langsung mendekapnya. Sangat menggemaskan.

"Iya sayang" ucap Ali lembut.

"Lagi!"

"Sayang"

"Lagi.. lagi..."
"I love you sayang" ucap Ali sangat lembut sembari tersenyum. Terdengar kekehan
kecil dari Prilly yang membuat Ali ikut terkekeh. Lucu sekali istrinya itu. Tadi
menangis, kemudian tiba-tiba tertawa.

"I love you more kang sopir. Buruan pulang" rengekan manja itu lagi-lagi
keluar."Sabar sayang, kan masih 5 hari lagi" ucapan Ali itu berhasil membuat Prilly
mengerucutkan bibirnya.

"Oke, aku bakal nungguin kamu, aku bakal diem dirumah gak bakal kemana mana,
sampai suami aku pulang" ucap Prilly.

"Gak gitu juga, kamu boleh kemana aja, asal izin aku dulu, tapi jangan syuting,
kalau itu besok kita bicarain kalau aku udah pulang"

"Oke Captain. Siap laksanakan" ucap Prilly yang membuat tawa mereka pecah.

"Aku mau mandi dulu ya" ucap Ali.

"Yaudah kalau gitu. Take care ya sayang kerjanya, jangan tinggalin sholatnya,Maaf
mungkin aku udah rada ganggu kerjaan kamu"

"Gak papa kok,kamu jaga kesehatan yaa, Jangan lupa sholat juga. Love you"

"Love you more" Sambungan telfonnya terputus.

*****

"Makan muluk, liat tuh lemaknya numpuk dipipi" ledek Reno kemudian mengambil
alih toples keripik kentang ditangan Prilly.

"Ih kakak mah, balikin" Reno tak menghiraukan rengekan adiknya itu dan malah
memakannya.

"Kak balikin dong"

"Ntar kamu gendut"

"Bodo amat, balikin dong. Ma, kak Reno nih" rengek Prilly. Ayu yang mendengar
kegaduhan langsung menghampiri anak-anaknya itu.

"Kenapa sih pada ribut banget?"

"Kak Reno nih ma, cemilan aku diambil" adu Prilly.

"Reno balikin dong" Reno tersenyum gemas melihat adiknya yang sedang
mengerucutkan bibirnya.
"Nih deh" Reno mengembalikan cemilannya lalu mengacak rambut adiknya itu dan
bergegas pergi kekamarnya. Ayu menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak
anaknya itu.

"Assalamualaikum. Papa pulang"

"Waalaikumsalam" balas Prilly dan mamanya bersama-sama.

"Papa bawa martabak nih" ucap papa rizal memperlihatkan 2 kantong belanjaan.
Prilly menatap martabak itu dengan tatapan lapar.

"Aaaaaa mau" Prilly langsung mengambil kantong berisikan martabak manis.

"Loh Prill, bukannya kamu gak suka martabak manis ya? Nih papa belikan martabak
telor" ucap Indra heran. Bukannya menghiraukam ucapan papanya, Prilly langsung
melahap martabak itu.

Indra dan Ayu saling bertatapan heran. Selama ini Prilly selalu ingin memakan
martabak telor, kenapa sekarang berbeda.

"Huekk... huekkk" saat sedang asik makan, tiba-tiba saja Prilly merasa mual. Prilly
langsung berhenti makan dan berlari Kamar mandi. Ayu dan Indra yang merasa
khawatir langsung mengikuti putrinya.

"Hueeekkk. Huekkk"

"Prill, kamu gak papa sayang?"

"Gak papa kok Ma, cuma mual aja. Mungkin masuk angin karna kemarin pulang dari
Bogor malem-malem. Hueek" Prilly terlihat sangat lemas. Tiba-tiba Ayu teringat
sesuatu.

"Pa, cepat siapin mobil. Kita harus kerumah sakit sekarang. Buruan Paa" pekik Ayu
heboh. Disela putrinya sibuk menahan mualnya Ayu tampak tersenyum sumringah

Chapter 23

*****

Ali menginjakkan kakinya dibandara SoekarnoHatta dengan senyum mengembang.


Ia memasuki bandara sembari menyeret kopernya. Tujuan satu satunya adalah
menemui seseorang yang sudah menunggunya. Rasa rindu benar-benar sudah
memuncak, selama Ali menjadi pilot, tak pernah ia sesemangat ini ketika pulang.
Pasalnya, ada seorang wanita yang sangat manja yang kini sudah menunggunya
didalam bandara. Senyum Ali merekah saat melihat seorang wanita cantik sedang
berdiri dengan dress selutut berwarna kuning pastel sedang tersenyum kearahnya,
Ali makin mempercepat langkahnya. Sesampainya dihadapan orang itu yang tak
lain adalah istrinya, Ali langsung membawanya kedalam dekapannya.

"Aku kangen banget sama kamu" ucap Prilly dalam pelukannya.

"Sama sayang, kamu tau, rindu ini benar-benar menyiksa aku" Ali merenggangkan
pelukannya kemudian menatap wajah cantik istrinya.

"Kamu kok makin chubby?" Tanya Ali yang membuat Prilly mengerucutkan bibirnya.
Ali terkekeh melihat ekspresi menggemaskan istrinya itu.

"Enggak kok, aku becanda" Ali kembali membawa Prilly dalam pelukannya.

"Oh iya, aku jemput kamu gak sendirian" ucap Prilly membuat Ali mengerinyitkan
dahinya, Ali mengedarkan pandangannya kesekitarnya. Tak ada siapa siapa.

"Kamu sama siapa? Sama Mama? Papa? Atau bang Reno? Mereka dimana?" Tanya
Ali..Prilly menggelengkan kepalanya sembari tersenyum membuat Ali menatapnya
heran.

"Terus sama siapa? Kamu sendirian sayang"

Prilly kembali tersenyum. Diraihnya Tangan Ali, kemudian diusapkannya keperut


ratanya membuat Ali menatapnya semakin heran.

"Sama captain junior" ucap Prilly yang sontak membuat Ali terbelalak.

"Ka..kamu hamil?" Tanya Ali yang dibalas Prilly dengan anggukan.

"Aku bakal jadi ayah? Didalam sini ada anak kita?"

"Iya sayang"

Ali tak bisa menyembunyikan kebahagiannya. Ali langsung memeluk Prilly erat
membuat Prilly terkekeh geli berhasil memberi kejutan pada suaminya.

"Makasih sayang..alhamdulillah"

"Iyaa sayang, tapi jangan kuat kuat dong peluknya, kasin anak kita kegencet"

"Eh maaf, aku kesenengan" Ali merenggangkan sedikit pelukannya tanpa berniat
melepaskannya.
*****

"Hayoo lagi ngomongin apa? Lagi ngomongin aku ya?" Tanya Prilly menghampiri Ali,
papanya dan Reno yang sedang berbincang diruang santai membuat ke3 pria itu
menatapnya.

"Udah siap sayang?" Tanya Ali.

"Udah nih, tapi maaf ya aku gak dandan, gak tau kenapa aku males banget make up
deh"

Ali memperhatikan penampilan istrinya, baju kaos putih dengan tulisan dibagian
depan, celana jeans dengan model robekan robekan dibagian lutut. Ali tersenyum
kecil melihat penampilan yang beda dari istrinya,biasanya ia selalu tampil modis
sebagai model. Bahkan malam ini Prilly tampak hanya menggunakan make up
sangat tipis. Malam ini Ali berniat membawa Prilly kesuatu tempat. Mengingat
tempat yang akan mereka datangi rasanya tak ada masalah dengan penampilan
Prilly.

"Gak papa kok sayang, kamu selalu cantik" ucap Ali tulus. Prilly tersipu dipuji
didepan papa dan kakaknya.

"Yaudah kita pergi yuk, pa, bang kami pergi dulu yuk" pamit Ali. Ali menggandeng
tangan Prilly, namun Prilly sama sekali tak beranjak dari posisinya.

"Kenapa?" Tanya Ali.

"Kita naik mobil?"

"Iya dong, naik apa lagi?"

"Aku mau naik motor" ucap Prilly membuat Ali, papanya dan Kevin mengerinyitkan
dahinya heran.

"Ini udah malam sayang, lagian kamu hamil kan, gak baik buat kesehatan kamu"

"Ih pokoknya aku mau naik motor" rengek Prilly sambil menghentak hentakkan
kakinya kelantai. Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal karna bingung. Ali
melirik mertua dan kakak iparnya yang juga tampak bingung.

"Yaudah deh Li, pakai motor gue nih" Kevin memberikan kunci moge nya. Ali
menghela nafas sejenak, apa Istrinya sedang ngidam? Bukankah ia baru beberapa
minggu hamil?

"Yaudah deh kita naik motor. Sekarang kamu ambil jaket" ucap Ali pasrah. Prilly
langsung mengembangkan senyumnya dan berlari kekamar.
"Yang sabar sabar ya Li" ucap Indra diiringi tawanya memuat Ali dan Reno ikut
tertawa.

*****

"Yeayyyy, jalan-jalan pake motor" pekik Prilly girang. Ali yang sedang memakai
helmnya hanya tersenyum kecil mendengar istrinya yang sangat antusias.

"Yuk naik" ucap Ali. Prillypun langsung menaiki motornya dengan senyum
sumringah. Tanpa aba-aba langsung dilingkarkannya tangannya dipinggang Ali
membuat Ali terkekeh kecil. Istrinya sangat terlihat bersemangat malam ini.

"Kamu bisa bawa motor?" Tanya Prilly saat Ali mulai menghidupkan mesin
motornya.

"Pesawat yang gede aja bisa aku bawa, apalagi motor" balas Ali membuat Prilly
memasang wajah anehnya mendengar captain polos itu begitu percaya diri.

"Yaudah kalau gitu buruan cussss kang supir, aku penasaran kamu mau bawa aku
kemana"

"Aku belum mau jalan kalau kamu masih manggil aku kang supir" Prilly tertawa geli
mendengar untuk pertama kalinya suaminya itu protes dipanggil kang sopir.

"Iya deh iya, captain sayang" Ali tersenyum puas mendengar ucapan istrinya lalu
segera melajukan motornya. Prilly tersenyum menikmati angin malam sambil
menyenderkan kepalanya pada punggung Ali. Sesekali Ali mengelus lembut tangan
Prilly yang melingkar dipinggangnya.

*****

Setelah beberapa saat perjalanan, motor yang Ali kendarai berhenti disebuah
rumah yang cukup luas. Rumah yang didominasi warna putih dan biru pastel.
Dengan sebuah air mancur kecil dan taman kecil pula didepannya. Pagar berwarna
hitam menjulang tak terlalu tinggi. Pagar itu terbuka otomatis saat Ali menekan
sebuah tombol didinding pagarnya.

"Ini rumah siapa sayang?" Tanya Prilly. Bukannya membalas, Ali hanya tersenyum
kemudian menggandeng tangan Prilly menuju pintu utama membuat Prilly makin
heran. Ali tampak mengeluarkan kunci dalam jaketnya kemudian membuka pintu
itu.
"Ih jawab dong,ini rumah siapa? Kok kuncinya ada dikamu?"

"Ih gak sopan, jangan masuk masuk aja dong" ucap Prilly saat Ali membawanya
masuk ketika pintu itu sudah terbuka.

"Gak papa sayang, yuk" Akhirnya Prillypun dengan ragu mengikuti Ali memasuki
rumah itu.

Mata Prilly membelalak kaget saat mengedarkan pandangannya kesekeliling rumah


berlantai dua itu. Sementara Ali hanya tersenyum kecil melihat ekspresi
menggemaskan istrinya.

"I...ini..?" Prilly sampai tak bisa berkata apa-apa sangkin terkejutnya, ini benar-
benar diluar dugaan.

"Ini rumah kita sayang, rumah kamu, aku sama anak kita" ucap Ali sembari
mengelus pucuk kepala Prilly. Mendengar ucapan Ali membuat Prilly langsung
memeluk Ali erat.

"Sayang, kamu beli rumah ini buat kita? Aaaa makasih sayang" ucap Prilly dalam
pelukan Ali, air mata haru tak dapat lagi dibendungnya.

"Gak ada kata makasih sayang" Ali merenggangkan sedikit pelukannya lalu
menyeka air mata Prilly.

"Kamu kok bisa sih beli rumah kayak gini? Aku gak tau lagi, bukannya kamu sibuk"

"Sesibuk sibuknya aku, aku gak bakal lupa sama keluarga aku, aku mau ajak
ngejalanin rumah tangga yang seharusnya, tinggal dirumah yang aku beli pakai
jerih payah aku sendiri sama anak dan istri aku" ucap Ali tulus membuat Prilly
menatapnya haru.

"Aku bahagia tuhan ciptakan kamu buat dipasangin sama aku" ucap Prilly.

"Kamu suka?" Tanya Ali. Prilly mengangguk cepat.

Prilly mengedarkan pandangannya kesekeliling rumah, senyumnya merekah saat


melihat foto-foto mereka tersebar disekeliling ruangan. Bahkan ada dinding yang
diberi wallpaper doraemon dipenuhi dengan foto mereka mulai dari foto
prewedding, dan foto honeymoon.

"Aku punya sesuatu buat kamu dirumah ini. Semoga kamu suka ya" Ali membawa
Prilly kesuatu ruang dirumah ini.

"Ini dia" ucap Ali saat mereka sampai diruangan yang ali maksud. Prilly menutup
mulutnya tak percaya, mata hazelnya sangat berbinar melihat ruangan itu.

"Aaaaaaa lucuuuuuu" pekik Prilly memasuki ruangan itu. Ali tersenyum gemas
melihat istrinya.
"Ya ampun, ini lucu banget, yang ini aku belum punya, yang ini juga belum, ini juga,
aaaaa semuanya aku belum punya" ucap Prilly heboh menunjuk barang barang
diruangan ini.

Bagaimana tidak antusias, ruangan ini penuh dengan semua pernak-pernik


doraemon, ruangan yang terletak didepan halaman belakang dengan dinding kaca
memperlihatkan suasana taman belakang dengan kolam renang dan beberapa
pohon yang membuatnya teduh, tempat ini sepertinya merupakan ruang santai
namun didesign serba doraemon.

"Aaaaaa sofanya unyu" Prilly memekik girang, Ali yang gemas langsung
menghampiri istrinya dan mencubit pipi Prilly pelan.

"Gemesin banget sih" ucap Ali yang membuat Prilly tersenyum memperlihatkan
deretan giginya yang rapi.

"Ini keren banget sayang, kok kamu kepikiran sih bikin beginian? Terus kok bisa
semua pernak pernik doraemon disini semuanya aku gak punya?" Tanya Prilly.

"Ya, aku kepengen aja bikin kamu betah dirumah, jadi bisa santai disini. Ada
beberapa barang doraemon disini yang sengaja aku beli dibeberapa negara waktu
aku flight kemarin" jelas Ali membuat Prilly tersenyum haru. Suaminya ini sangat
sempurna, Prilly yakin diluar sana banyak sekali wanita yang ingin ada diposisinya.

"Lomantis banget cih cuami aku,

Padahal waktu flight malah sama aku tapi sempet sempetnya beli ginian" Prilly
menirukan suara anak kecil sembari mengelus pipi Ali.

"Alasannya cuma 1, karna aku cinta kamu" balas Ali membuat prilly tersipu.

Tiba-tiba Prilly teringat sesuatu yang membuatnya terdiam.

"Kenapa?" Tanya Ali lembut.

"Kamu kan tau kalau kamu flight pasti lama-lama, kamu tega tinggalin aku sendiri
disini?" Tanya Prilly lirih. Ali menarik dagu Prilly yang sedang tertunduk agar
menoleh padanya.

"Ntar kan bisa kamu kerumah mama dulu, atau ntar aku panggilin mbok jum,
asisten rumah tangga aku dibandung" Prilly tampak berfikir sejenak,
disandarkannya kepalanya didada Ali.

"Kamu bisa gak kalau gak flight selama aku hamil?" Tanya Prilly sembari memainkan
ujung baju Ali.

"Ya gak bisa dong sayang, ntar anak sama istri aku, mau aku kasih makan apa?"
"Makan apa aja aku mau kok, asal sama kamu" ucap Prilly dengan nada manja
membuat Ali terkekeh.

"Ini bukan aku yang minta loh, tapi anak kita" Prilly beralih mengelus perutnya yang
masih rata.

"Kamu yang gak mau ditinggal malah bawa-bawa anak kita" Ali menarik pelan
hidung mancung Prilly.

"Sayang, bisa sih kalau aku gak flight lagi, tapi aku harus berhenti jadi pilot, terus
aku jadi CEO di perusahaan peninggalan papa. Gimana?"

"Enggak!" Jawab Prilly cepat membuat Ali mengerinyitkan dahinya.

"Aku tetep mau kamu jadi pilot, gak mau jadi yang lain" rengek Prilly manja. Ali
tersenyum kecil mendengar rengekan manja istrinya.

"Aku cuma mau suami aku itu jadi kang supir"

"Panggil apa tadi?"

"Kang supir" Ali mengerucutkan bibirnya menirukan Prilly saat sedang merajuk.

"Iyaa iyaa captain sayang. Kenapa sih gak mau dipanggil kang supir?"

"Kalau kamu manggil gitu, aku ngerasa kayak akang akang yang suka narik angkot
di bandung tau gak" ucap Ali membuat Prilly tertawa.

Ali melirik jam tangannya.

"Pulang yuk, ntar kemaleman, Kita kan naik motor, insyaallah lusa kita udah pindah
disini ya" ucap Ali yang dibalas Prilly dengan anggukan setuju. Alipun membawa
Prilly keluar dari rumah mereka.

Chapter 24

*****

Ali mengedarkan pandangannya kesekeliling cafe yang didominasi warna hitam dan
putih ini, terlihat banyak pernak pernik dan miniatur pesawat yang sepertinya
menjadi tema cafe ini. Pandangan Ali terhenti saat melihat seseorang melambaikan
tangan padanya.

"Udah lama?" Tanya Ali kemudian duduk dihadapan orang itu.


"Lumayang, bahkan gue udah sempet ngepelin ni cafe" ketus orang itu membuat Ali
tertawa.

1 fakta tentang sahabatnya ini, wajahnya selalu datar walaupun sedang melucu.
Hari ini Ali sengaja ingin bersantai dengan Verrell untuk sekedar bercerita-cerita.
Awalnya ia ingin mengajak Prilly, namun Prilly menolak dengan alasan bahwa hari
ini ia sedang malas pergi.

"Tumben banget lo ngajakin ngobrol di cafe, dibayarin gak nih?" Canda Ali membuat
Verrell tertawa kecil.

Ali bernafas lega saat menyadari Verrell hanya sendiri, tak ada Aura. Ali benar-benar
sedang tak ingin perang bersama istrinya yang menggemaskan namun bisa tiba-
tiba menjadi garang.

"Pesan ajalah, urusan bayar mah gampang" ucap Verrell menimpali candaan Ali.

Merekapun kemudian makan seperti 2 orang anak muda yang sedang hang out.
Mereka bahkan jauh lebih keren daripada para siswa yang tampak sedang
berkumpul beberapa meja tak jauh dari mereka, bahkan banyak mata wanita yang
menatap mereka dengan tatapan memuja, terlebih lagi pada Ali. Karna memang
pada dasarnya Ali adalah orang yang ramah, sesekali ia membalas senyuman
mereka. Terkadang ali terkekeh geli melihat respon mereka yang berlebihan saat Ali
membalas senyumnya. Bukankah senyum adalah ibadah?

"Li, salah gak sih kalau sahabat suka sama sahabatnya sendiri?" Tanya Verrell yang
membuat Ali yang sedang mengunyah malah

Tersendak sendak, dengan cepat Verrell memberikan minuman pada Ali.

"Tadi lo ngomong apa?" Tanya Ali saat selesai meneguk minumnya. Verrell
menggaruk tengkuknya yang tak gatal sebelum menjawab ucapan Ali.

"Salah gak kalau suka sama sahabat sendiri?"

"Lo lagi suka sama cewek?"

"Gue lagi nanya loh sama lo, kenapa lo jadi balik nanya?"

Ali tampak berfikir sejenak, namun sesaat kemudian Ali teringat sesuatu.

"Lo suka sama Aura?" Verrell menggaruk tengkuknya yang tak gatal lagi membuat
Ali makin yakin kalau ucapannya tadi benar.

"Seriusan lo suka sama Aura?"tanya Ali menyakinkan.

"Hmmm, ya gitu Li" balas Verrell pelan membuat tawa Ali pecah.
"Kenapa lo ketawa?"

"Payah banget lo, mau bilang suka sama Aura aja malu malu" ledek Ali.

"Lo sahabat gue bukan sih? Support kek" verrell kesal menatap Ali kesal.

"Oke oke. Sekarang kita serius. Sejak kapan lo suka sama Aura?"

"Ya baru-baru ini. Karna maskapai kita sama, jadi ya sering dekat. Tapi nih ya bro,
gue heran deh, dia itu cuek banget, gue kan jadi mikir-mikir lagi mau deketinnya"
ucap Verrell. Ali tampak berfikir sejenak. Cuek? Sepertinya Aura tidak seperti itu
saat dengannya. Apa benar kata Prilly kalau Aura menyukai Ali?

"Ya namanya juga cewek, jinak-jinak merpati bro, pandai pandai lo deh jinakinnya.
Gue support lo, lo kan udah lama kenal sama dia, pasti buat dia cinta sama lo itu
gak susah" ucap Ali memberi semangat.

"Gue kayaknya harus banyak belajar dari lo nih, lo aja bisa luluhin Prilly yang
juteknya akut gitu" Ali tersenyum kecil mendengar ucapan Verrell,ia juga tak
menyangka bisa meluluhkan Prilly.

"Yang dibutuhin cuma sabar bro, hati cewek itu kayak ice crem, dingin tapi manis, lo
cuma butuh sinar matahari yang hangat buat melelehkannya" ucap Ali. Tepukan
tangan riuh keluar dari tangan Verrell membuat tawa mereka pecah.

Tiba-tiba ponsel Ali berbunyi. Ternyata istrinya, dengan cepat Ali mengangkatnya.
Verrell hanya memperhatikan Ali yang tampak mengangkat telfonnya.

"Siapa Li?"

"Prilly, gue balik dulu ya, katanya dia kangen"

"Elah, tu kursi belum juga anget kena pantat lo,masa udah kangen"

"Dia lagi hamil bro, jadi sensitif" ucap Ali membuat Verrell terbelalak.

"Serius, wah congrats bro. Buruan dah pulang, dari pada di amukin bumil lo" ucap
Verrell membuat tawa mereka pecah.

*****

Ali melangkahkan kakinya menuju kamarnya, dibukanya knop pintu lalu


mengedarkan pandangannya kedalam kamar. Mata Ali membulat saat melihat
istrinya sedang terisak sembari duduk menyandar dikepala ranjang, dengan cepat
Ali langsung menghampiri istrinya itu.
"Hei sayang, kamu kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Ali khawatir dan langsung
memeluk Prilly. Prilly yang sedari tadi menunduk langsung mendongakkan wajahnya
menatap Ali. Di peluknya erat suaminya itu membuat Ali bingung. Istrinya ini
sedang kenapa?

"Kamu kenapa sayang?" Tanya ali lembut.

"Kamu kok lama? Kan aku nyuruh pulang dari tadi" ucap prilly sambil terisak. Ali
menggaruk tengkuknya yang tak gatal bingung. Jadi istrinya menangis karna ia
terlambat pulang?

"Sayang, kamu kan tau Jakarta macetnya gimana, aku tadi kejebak macet" ucap Ali
memberi pengertian. Prilly hanya diam dan makin mengeratkan pelukannya pada
Ali.

"Maaf ya, kamu jangan nangis dong" Ali mengelus pucuk kepala istrinya membuat
tangis Prilly makin lama makin mereda.

"Sensitif banget sih, ini pasti karna kamu ya nak?" Ali beralih mengelus perut Prilly
membuat Prilly tersenyum terlebih saat Ali mencium perutnya.

Chapter 25

*****

Ali dan Prilly keluar dari audi hitam mengkilat milik Ali. Ali menggandeng Prilly
memasuki studio tempat acara talkshow yang akan mereka hadiri. Malam ini
mereka terlihat sangat serasi. Prilly menggunakan pakaian berwarna hitam putih.
Baju model lace yang menyatu dengan rok sebatas lutut yang membentuk bodynya
membuatnya terlihat sangat sempurna. Ali memakai baju kemeja polos berwarna
hitam, simple namun mampu membuat hawa manapun tak berkedip melihatnya.
Awalnya Ali menolak menghadiri acara ini dan sempat pula melarang Prilly. Namun
istrinya yang tampak sudah rindu dengan dunia ini selalu memohon sejak
mendapat tawaran dari managernya. Ali yang tak tegapun akhirnya mengizinkan
dan menyetujui untuk ikut.

Di ruang make up,Prilly tampak antusias bertemu dengan teman teman lamanya.
Teman-temen yang sebenarnya tak seprofesi dengannya. Walaupun seorang model,
namun Prilly memiliki cukup banyak teman dari kalangan artis. Tapi sepertinya
sekarang ia sudah menjelma menjadi seorang artis. Acara talkshow yang
bertemakan "suami tampan, pekerjaan mapan" itu membuat semua artis yang
menjadi bintang tamu diharuskan membawa suaminya. Suami mereka Ada yang
pengusaha, dokter, chef dan sebagainya.

Sesekali Ali menjawab pertanyaan yang dilontarkan host, namun Ali lebih banyak
hanya tersenyum, karna terkadang ia bingung, tak biasa tersorot begitu banyak
kamera.

"Sayang pulang yuk" bisik Ali saat prilly masih asik juga bercerita dengan teman
temannya padahal acara sudah usai.

"Aku masih mau ngobrol nih. Kamu pulang duluan aja ya"

"Kok gitu sih, aku tungguin ya"

"Gak usah, liat aja tuh suami mereka aja udah pada pulang. Kamu pulang aja. Jam
10 aku pulang"

"Terus kamu pulang sama siapa?"

"Gampanglah, aku nanti dianterin temen aku, aku pulang aja" ucap Prilly dan
kembali bercerita dengan tamannya. Ali menghela nafas kasar. Benar-benar keras
kepala.

*****

Ali yang tak bisa tenang hanya mondar mandir dipintu utama, hampir setiap saat
dilirik jam yang sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Perasaannya semakin
gelisah saat ponsel Prilly tak aktif. Ini yang tak Ali inginkan sebenarnya, ia tadi
menolak saat Prilly memintanya pulang duluan, tapi dengan sikap keras kepala
yang Prilly punya akhirnya Alipun menyerah. Mendengar suara deru mobil
membuat Ali langsung mengintip dari celah jendela. Perasaannya sedikit lega saat
melihat istrinya yang sudah pulang. Tak lama pintupun terbuka.

"Loh kamu belum tidur?" Tanya Prilly. Ali menghela nafasnya kasar. Kenapa Prilly
tampak sesantai itu? Apa ia tak tau kalau ali sangat khawatir?

"Ikut aku" ucap Ali singkat kemudian berlalu kekamarnya. Prilly mengerinyitkan
dahinya heran kemudian mengikuti Ali kekamar.

"Kenapa baru pulang?"tanya Ali.

"Tadi keasikan ngobrol, jadi lupa jam"

"Tapi ini udah malem banget, kenapa hp kamu gak aktif?"


"Hp aku mati, batrainya habis sayang"

"Kamu tau gak sih, kamu lagi hamil, harusnya kamu banyak banyak istirahat"

"Kamu kok egois banget? Aku itu jarang-jarang ketemu sama temen-temen aku, jadi
wajarlah" Prilly tampak kesal pada suaminya. Sementara Ali menggeleng kepelanya
tak percaya. Ini lah yang selalu terjadi bila berdebat dengan istri, bahkan Prilly
menyebutnya egois, kalau Ali egois, terus ia apa?

"Yaudah lah terserah kamu" sepertinya Ali sedang malas berdebat, apalagi ia tau
jika pada ujungnya semua perkataannya juga tak akan Didengarkan Prilly. Ali berlalu
kearah ranjang kemudian merebahkan tubuhnya.

"Ali kamu kenapa sih?"

"Ali"

"Ali"

Ali yang terlihat lelah memilih tak menyahut. Wajar bukan kalau ia marah? Kalau ia
tak boleh marah, bagaimana dengan kecewa?

*****

Prilly mengerjap-ngerjap matanya saat merasa sinar matahari mulai menyengat


masuk kedalam kamarnya. Saat matanya terbuka sempurna, Prilly melihat
suaminya yang sedang berdiri di depan cermin sambil mengancing kemejanya.

"Kamu udah bangun sayang? Dari tadi?" Tanya Prilly. Ali melirik Prilly mengangguk
kecil kemudian menata rambutnya.

"Kamu mau kemana?"tanya Prilly lagi.

"Mau kebandara, lagi ada urusan" balas Ali tanpa menoleh pada Prilly.

Prilly menghela nafas sejenak, sadar bahwa suaminya sedang marah padanya. Prilly
bangkit dari tidurnya kemudian berdiri dihadapan Ali. Dibenarkannya kerah bajunya
suaminya. Ali menatap Prilly nanar. Kalau ia sedang tak kecewa pasti kini ia akan
memeluk istrinya ini, namun rasa kecewanya lebih besar.

"Aku minta maaf ya sayang" ucap Prilly lirih. Ali menghela nafasnya sejenak
kemudian tersenyum kecil.

"Kamu langsung mandi abis itu sarapan ya, aku pergi dulu" ucap Ali kemudian
berlalu dari Prilly keluar kamar.
Prilly terduduk dikursi riasnya, di pijatnya dahinya pelan. Prilly bahkan bingung
dengan sikapnya sendiri. Kenapa sifat keras kepalanya sangat susah dirubah?
Belum lagi sifat moodyannya. Saat Ali marah ketika ia flight rasanya tak sesakit ini,
apa karna Prilly bisa melihat langsung wajah kecewa Ali?

******

Ali memasuki bandara, namun kini para pengunjung menatapnya dengan tatapan
berbeda,bukan lebih aneh, namun lebih terpukau. Bagaimana tidak, captain idola
mereka kini tak memakai seragamnya, hanya memakai Kemeja dongker polos yang
membuatnya terlihat makin memukau.

"Jadi ketemu sama captain Hillers?" Tanya Verrell saat berpaspasan dengan Ali.

"Jadi nih, tapi kayaknya dia baru sampai setengah jam lagi. Lo mau flight kemana?"

"Ke Bali" Alipun mengangguk paham.

"Li, Rell" suara panggilan itu membuat mereka menoleh. Aura.

"Lo bukannya gak flight ya? Kok kesini?" Tanya Aura pada Ali.

"Lagi ada urusan"

"Gue boleh ngomong bentar sama lo Li?"tanya Aura. Ali melirik verrell sejenak
meminta pendapat. Verrell tampak mengangguk kecil.

"Oke deh"

Ali mengikuti Aura memasuki resto. Dibiarkannya Aura memesankan minuman


untuknya.

ini. Ternyata Aura ingin bercerita tentang mantannya kembali. Sebenarnya Ali tak
begitu paham masalah Aura. Namun Ali sempat kaget saat Aura memintanya untuk
melindunginya jikalau benar mantannya akan menghampirinya ke Indonesia.
Mendengar permintaan Aura itu Ali teringat ucapan Prilly bahwa Aura menyukainya.
Benarkah? Dengan halus Ali menolak permintaan Aura. Lagi pula ia harus memberi
Verrell peluang untuk mendekati Aura.

*****
Setelah Berjam-jam melakukan pertemun akhirnya Ali pulang juga, bahkan Ali baru
pulang pukul 7 malam.

"Kamu kok lama banget?"tanya Prilly saat membukakan pintu untuk Ali.

"Tadi pertemuannya agak lama"

"Aku sendirian tauk nungguin kamu"

"Mama sama papa kemana?" Tanya Ali.

"Ke Jogja" balas Prilly membuat Ali mengangguk paham. Ali langsung melangkah
menuju kamar.

"Kamu mau kemana?"

"Mandi"

"Selesai mandi kamu kesini lagi ya, aku lagi bikinin kamu cupcake" Ali mengangguk
kecil kemudian kembali melangkah kekamarnya. Prilly segera bergegas melanjutkan
membuat cupcakenya.

Sudah 1 jam lebih Prilly menunggu,tapi Ali belum juga keluar dari kamar. Sudah
terlalu lama menunggu akhirnya Prilly memutuskan untuk menyusul Ali kekamar,
dibawanya cupcake yang sudah ia buat. Saat membuka knop pintu, prilly mendapati
Ali yang sudah terbaring dikasur dengan posisi menelungkup. Prilly menghampiri Ali
dan duduk disamping Ali yang sedang berbaring.

"Sayang, heiii Ali" panggil Prilly, Ali hanya menggeliat kecil tanpa membuka
matanya. Hal itu membuat Prilly menghela nafas pelan.

"Kamu masih marah ya sama aku? Aku bener-bener minta maaf. Aku sadar ini
bukan yang pertama kalinya aku bikin salah kayak gini. Tapi aku bener bener minta
maaf sayang. Kamu kan tau sifat aku kayak gini, aku cuma butuh waktu dan
bimbingan kamu doang buat rubah sifat aku" ucap Prilly dengan nada bergetar
menahan isakannya. Ditatapanya suaminya itu dalam-dalam, apa suaminya sudah
bangun? Kenapa nafasnya tak seteratur tadi. Prilly menatap beberapa cupcake
ditangannya, air matanya jatuh begitu saja.

"Kamu jahat, aku bikin ini pakai perjuangan, dari tadi aku susah susah nahan mual
buat bikin cupcake ini, gak tau kenapa hari ini perut aku rasanya gak enak banget.
Liat deh cupcakenya sampai dingin, aku dari tadi nungguin kamu dibawah" Prilly
menyeka air matanya dengan punggung tangannya,namun air matanya terus saja
keluar.

"Kamu boleh marah, kamu boleh kecewa,tapi setidaknya kamu hargai usaha aku
sama anak kita" prilly mengatur nafasnya sejenak.
Di ambilnya salah satu cupcake itu, tak tega rasanya melihat hasil usahanya
dibiarkan dingin tak Tersentuh. Prilly memakan cupcakenya dalam tangisnya. Tiba-
tiba Ali bangun dari posisinya kemudian menarik tengkuk Prilly mengambil alih
cupcake yang belum sempat dikunyah Prilly kemudian dipindahkannya kemulutnya.
Prilly menatap Ali tak percaya.

"Maaf" ucap Ali lirih. Disekanya air mata Prilly yang sedari tadi tak henti menetes

"Kamu jahat" ucap Prilly lirih, air matanya kembali menetes, dengan sigap Ali
menyeka air mata istrinya itu.

"Maaf ya sayang, aku gak maksud buat gak ngehargai kamu, aku tadi
kecapekan,jadi tidur" jelas Ali lembut.

"Kamu masih marah sama aku?" Tanya Prilly pelan.

"Kapan sih aku bisa marah sama kamu? Aku cuma kecewa"

"Aku bener-bener minta maaf sayang, aku tau aku salah,aku juga kesel sama diri
aku sendiri kenapa ngelakuin hal yang bikin kamu kecewa lagi. Aku bener-bener
minta maaf" Prilly tertunduk lemah. Ia bener-bener menyesal. Sifat egois dan labil
yang sepertinya bawaan dari lahirnya itu akan sangat mengganggu hubungannya
dengan Ali.

"Itulah gunanya aku. Aku suami kamu, udah kewajiban aku buat ngerubah sifat
kamu biar lebih baik lagi. Asalkan kamu mau nurut. Mau berubah kan buat aku?"
Tanya Ali yang langsung dibalas Prilly anggukan patuh, Ali tersenyum gemas
melihat ekspresi istrinya itu. Ali langsung membawa Prilly kedalam pelukannya.

"Aku paling gak suka didiemin kamu, rasanya nyesek" Prilly memegang dadanya
seolah memberi tau pada Ali bagian mana yang terasa sakit membuat Ali tertawa.

"Awas aja kalau kamu diemin aku lagi, aku bakal suruh anak kita manggil kamu om"
ucap Prilly sembari mendongakkan kepalanya memperlihatkan wajah cemberutnya
pada Ali. Ali yang gemas langsung menggigit ujung hidung mancung Prilly.

"Yaudah kalau gitu aku bakal suruh anak kita panggil kamu tante"ucap Ali pula
membuat Prilly membelalakkan matanya pada Ali.

"Kalau Anak kita manggil kamu om, terus manggil aku tante, jadi dia anak siapa?"
Tanya Prilly.

"Anak tetangga" ucap Ali yang langsung dihadiahi pulukan dilengannya dari Prilly.
Sementara Ali hanya terkekeh.
Chapter 26

*****

"Aaaaaaaaa welcome to our home" pekik prilly. Ali yang memasuki rumahnya
sembari menyeret 2 koper besar mereka tersenyum kecil melihat istrinya yang
girang. Prilly berlari menuju ruangan yang diberinya nama doraemon room itu..

"Sayang jangan lari dong" ucap Ali sedikit berteriak agar prilly mendengar. Ali
menghela nafasnya sejenak melihat istrinya itu kemudian bergegas menuju kamar
meletakkan koper mereka sebelum menyusul Prilly.

Hari ini Ali dan Prilly sudah pindah kerumah mereka. Karna orangtua Prilly masih
berada di jogja, mereka tidak bisa mengantar Ali dan Prilly.

"Ngapain disini sayang? Angin malam gak baik loh buat kamu" bisik Ali sembari
memeluk Prilly dari belakang, Prilly yang sedang berdiri ditepi kolam renang
tersenyum merasakan pelukan hangat suaminya. Dielusnya tangan Ali yang
melingkar dipinggangnya.

"Masuk yuk" ajak Ali.

"Gendong" rengek Prilly membuat Ali tertawa gemas.

*****

Ali menutup telfonnya kemudian kembali berkutat dengan bawang, wajan, ikan, dan
berbagai peralatan masak lainnya. Pagi ini ia ingin membuatkan istrinya sarapan.
Sebelumnya Ali mendapat telfon dari bundanya yang memberi tahu bahwa besok
akan mengunjungi Ali dan Prilly. Dengan serius Ali mengolah segala macam
masakan yang ada di hadapannya.

Prilly mengerjap-ngerjapkan matanya mengumpulkan kesadarannya. Prilly


mengerinyitkan dahinya mendengar suara-suara dari arah dapur, belum lagi ada
aroma masakan. Siapa yang memasak? Bukankah mereka belum menerima
asissten rumah tangga? Karna penasaran Prillypun langsung bergegas menuju
dapur. Senyum Prilly merekah saat melihat suaminya sedang bergelut dengan
bahan masakan. Sesekali Ali tampak menyeka peluhnya yang malah membuat ia
terlihat lebih tampan. Prilly terkekeh kecil saat menyadari Ali Menggunakan celemek
bermotif doraemon.

Prillypun melangkah pelan mendekati Ali yang sedang membelakanginya. Dengan


cepat Prilly memeluk Ali dari belakang membuat Ali tersentak kaget.

"Lagi masak apa sih captain?" Tanya Prilly.


"Kamu bikin kaget aja. Aku lagi bikinin sarapan buat kamu sayang" jelas Ali.

Prilly melepaskan pelukannya lalu memperhatikan Ali yang sibuk mengoseng


ngoseng.

"Kamu bisa masak?"

"Bisa dong. Kamu lupa dulu sebelum nikah aku cuma tinggal berdua sama Verrell"

"Iya sih, tapi emangnya kalian gak pesen makan aja gitu?".

"Yakali sayang setiap hari mesen. Kami itu pria-pria mandiri" balas Ali diiringi
tawanya.

"Gayaan banget. Coba nanti kita buktiin, enakan mana masakan kamu apa aku"
tantang Prilly.

"Oke, siapa takut. Oh iya, tadi mantan kamu SMS" ucap Ali saat mengingat kejadian
tadi pagi saat ia secara tak sengaja melihat pesan di ponsel Prilly dari Leo, sudah
lama tak terdengar tiba-tiba saja pria itu menghubungi istrinya. Walaupun tak ada
yang mencurigakan dari pesannya tetap saja ada perasaan tak rela yang Ali
rasakan.

"Mantan? Mantan yang mana?" Tanya Prilly heran.

"Mantan kamu ada berapa sih sayang emangnya? Ya Leo lah" sindir Ali.

"Ih kamu mah. Dia bilang apa?"

"Ciee kepo banget ya?"

"Apaan sih, kan cuma pengen tau"

"Kepengen tau banget?"

"Ih ngeselin!" Prilly mencubit pelan lengan Ali yang malah membuat Ali terkekeh.

"Dia nanya kabar kamu terus kasih tau kalau dia udah nikah sama pacarnya itu, tapi
nikahnya di Singapore makanya gak ngundang kamu" jelas Ali.

"Leo nikah?" Tanya Prilly tak percaya.

"Iya, kok kaget banget, gak suka dia nikah?" Lagi-lagi Ali yang sedang memotong
wortel terdengar menyindir Prilly membuat Prilly menatapnya kesal.

"Kalau cemburu bilang aja kali kang, dari tadi nyindir muluk" kini giliran Prilly yang
menyindir Ali.

"Cemburu? Enggak kok" balas Ali sembari tersenyum kecil.


"Cieee bohong. Captain polos kayak kamu gak pantes bohong. Liat tuh senyumnya
aja gak ikhlas. Cieee cemburu" Prilly menekan nekan pipi suaminya dengan
telunjuknya yang membuat Ali gemas dan langsung mengigit telunjuk Prilly.

"Ih Ali sakit!"

"Abis gemes, udah ah kamu tunggu dimeja makan aja, bentar lagi selesai" Prilly
mengerucutkan bibirnya kemudian berlalu kemeja makan.

******

"Pelan-pelan dong makannya sayang" ucap Ali membersihkan ujung bibir Prilly.

"Seriusan masakan kamu enak banget" dengan mulut yang masih penuh makanan
Prilly memberi nilai makanan Ali membuat Ali menggelengkan kepalanya.

"Aaaaa kenyang" pekik Prilly. Ali membelalakkan matanya mrlihat makanan


dihadapan Mereka sudah habis semua, yang tersisa hanya yang ada dipiring Ali
sekarang.

"Kamu makannya kebanyakan sayang, nanti kamu gendut" ucap Ali yang malah
membuat Prilly tiba-tiba ingin menangis.

"Jadi kamu gak suka kalau aku gendut? Iya? Kamu mau cari cewek lain? Kamu
jahat" Prilly mulai terisak membuat Ali menggaruk tengkuknya bingung. Apa ia
salah bicara?

"Hei aku bakal terima kamu apa adanya sayang, gak peduli kamu gendut"

"Bohong! Kamu pasti bakal selingkuh? Aaaaaaa nak panggil dia om!" Prilly
merengek-rengek membuat Ali makin kelabakan.

"Jangan gitu dong, nak bilangin ke mommy dong, daddy gak bakal selingkuh" ucap
Ali seolah-olah bicara pada anaknya.

"Bener gak bakal cingkuh?" Tanya Prilly yang tangisnya mulai mereda.

"Bener sayang, remember janji captain? Selalu aku pegang" ucap Ali membuat
senyum Prilly merekah. Prilly langsung bangkit dari duduknya dan langsung duduk
dipangkuan Ali. Ali tertawa geli, istrinya ini benar-benar sangat sensitif dan labil.
Sangat menggemaskan.

"Sayang" panggilan Ali yang membuat Prilly sedari tadi memainkan alis mata Ali
yang lentik kini fokus menatap Ali.
"Besok bunda bakal kesini"

"Oh ya? Aku udah kangen banget sama bunda. Besok kamu jemput bunda?"

"Enggak, kata bunda, bunda bisa kesini sendiri" balas Ali membuat Prilly
mengangguk paham.

*****

Ali mengecek agendanya sembari mengelus pucuk kepala Prilly yang sedang
berbaring disampingnya.

"Oh iya sayang aku baru inget. Lusa aku harus flight" ucap Ali.

"Ha? Lusa? Kamu gimana sih. Lusa kan jadwal check up aku kedokter kandungan"

"Ya mau gimana lagi? Ini udah tugas aku sayang"

"Kamu gimana sih? Ini itu check up pertama buat anak kita. Kamu gak mau liat apa
perkembangan anak kita?" Tanya Prilly yang tampak mulai kesal dengan Ali.

"Aku mau banget, tapi aku bener-bener gak bisa"

"Yaudah lah terserah kamu" Prilly berbalik memunggungi Ali membuat Ali
mengusap wajahnya kasar.

"Sayang jangan gini dong. Kamu ngertiin pekerjaan aku" ucap Ali lembut. Prilly
hanya diam tak menjawab ucapan Ali.

"Heiii, masa gara-gara ini kita berantem? Kamu kan bisa di anter mama atau bunda
nanti" Prilly berbalik kemudian bangkit dari tidurnya.

"Kamu gak ngerti ya, aku maunya sama kamu. Suami aku kan kamu. Kalau kamu
gak bisa yaudah. Gak usah aja sekalian selamanya anterin aku check up" ucap Prilly
dengan nada meninggi kemudian keluar dari kamar.

Ali menghela nafas berat. Apakah masalahnya sebesar itu? Ali bukannya tak ingin,
hanya saja ia tak bisa. Inilah resikonya. Bukankah masih ada check up selanjutnya?
Sebenarnya ini adalah salah komunikasi. Harusnya Prilly bisa menyamakan jadwal
check upnya dengan jadwal Ali. Ali akhirnya memutuskan untuk menyusul Prilly. Ali
mencari Prilly kesetiap sudut ruangan. Ali bernafas lega saat mendapati Prilly di
doraemon room nya. Prilly tampak sedang memandang kosong kearah kolam
renang. Ali bisa melihat air bening yang menggenang dipelupuk matanya. Ali
menghampiri Prilly kemudian duduk disampingnya. Ali menarik lembut kepala Prilly
agar menyandar di dadanya. Prilly Hanya diam membuat perasaan Ali makin tak
tenang.

"Sayang, inilah resikonya jadi istri aku. Aku punya kewajiban yang benar-benar gak
bisa aku tinggalin. Kamu tau gak, kalau bisa, bahkan bukan hanya lusa. Aku bahkan
mau liat perkembangan anak kita disetiap harinya" jelas Ali lembut sambil
mengusap rambut Prilly.

"Tapi aku maunya sama kamu, aku mau kamu juga liat perkembangan anak kita"
balas Prilly dengan nada bergetar. Egois memang, tapi itulah yang ia rasakan.

Ali memeluk Prilly erat yang sudah mulai terisak. Ali memilih diam sejenak
membiarkan Prilly menangis dalam pelukannya, berusaha memberikan pelukan
ternyamannya.

"Jadwal check up nya bisa diubah besok?" Tanya Ali yang dibalas Prilly gelengan
pelan.

"Besok jadwal dokternya udah full"

Ali melepaskan pelukannya kemudian berlutut dihadapan Prilly. Digenggamnya


tangan Prilly kemudian dikecupnya beberapa kali.

"Gak papa ya untuk kali ini gak aku temenin? Aku janji bulan bulan selanjutnya aku
bakal selalu temenin kamu. Kita bisa samain jadwalnya sama jadwal flight aku. Mau
ya?" Tanya Ali lembut. Prilly menatap Ali dalam melihat tatapan sendu memohon
suaminya. Prilly baru sadar kalau bukan hanya dia yang merasa sedih disini, tapi
sepertinya suaminya lebih sedih, hanya saja Ali begitu bisa menyembunyikan
kesedihannya tidak seperti Prilly yang sangat ekspresif.

"Iya aku mau, maaf ya sayang tadi udah gak ngertiin kamu" Prilly menangkup pipi
Ali dengan tangannya membuat Ali tersenyum lega.

"Maafin daddy ya sayang. Daddy janji ini yang pertama dan terakhir kalinya daddy
gak nemenin kamu sama mommy" ucap Ali sembari mengelus perut Prilly.

"Janji?" Tanya Prilly.

"Janji"

"Kalau gitu janji captain kamu nambah" ucap Prilly membuat dahi Ali berkerinyit.

"Tambah gimana?"

"Kamu sekarang ikutin aku"

"Ikutin apa sih sayang?"

"Kamu bakal ucapin janji captain pasal ke 2" ucap Prilly membuat Ali menatapnya
heran.

"Oke" balas Ali.

"Saya Ali Zafrano Lukas"


"Saya Ali Zafrano Lukas"

"Berjanji akan selalu menemani istri check up anak pertama kami setiap bulannya"

"Berjanji akan selalu menemani istri check up anak pertama kami setiap bulannya"

"Kalau saya melanggar, saya rela anak saya memanggil saya om"

"Kalau saya melanggar, saya rela anak saya memanggil saya om"

"Yeayyyy janji captain pasar ke 2 kelar. Inget janji ya" ucap Prilly. Ali yang gemas
melihat tingkah istrinyapun mencubit pipi Prilly gemas membuat tawa mereka
pecah.

Chapter 27

*****

"Bun Ali pergi dulu ya. Titip Prilly bentar" ucap Ali lalu mencium punggung tangan
bundanya. Kemarin Dewi sudah ada dirumah anak dan menantunya.

"Iya li, kamu hati-hati ya"

"Kamu yakin gak mau aku anter?"tanya Prilly.

"Iya sayang, aku pergi dulu ya. Kamu jaga kesehatan, jaga anak kita juga" Ali
mencium dahi Prily lembut.

Setelah Prilly mencium punggung tangan Ali, Alipun bergegas pergi.

Setelah kepergian Ali,Prilly dan Dewi memutuskan Untuk bersantai di doraemon


room sambil ngeteh.

"Ini Ali yang bikinin?" Tanya bunda Resi.

"Iya bun, Ali sengaja ngasih ruangan ini buat Prilly santai"

"Jujur bunda bangga sama Ali. Sekarang Ali benar-benar mengabdikan dirinya buat
keluarga"

"Iya bun, Prilly juga bangga banget"

"Walaupun kamu gak cinta sama dia?" Pertanyaan Dewi itu berhasil membuat Prilly
terdiam.
"Maksud bunda apa?" Tanya Prilly yang masih belum percaya akan pertanyaan
mertuanya itu. Dewi yang sedari tadi menatap Prilly kini mengalihkan
pandangannya kearah kolam renang.

"Disaat malam selesai resepsi kalian dan kalian udah masuk kamar, gak lama
bunda nyusulin, ada sesuatu yang mau bunda kasih. Tapi saat bunda sampai
didepan pintu, bunda denger kalian berantam, bahkan bunda denger kamu minta
cerai" suara Dewi terdengar lemah. Prilly benar benar terkejut mendengar
penuturan bunda Resi. Ia tak menyangka, tindakan bodohnya malam itu juga
didengar oleh mertuanya.

"Jujur saat itu bunda sedih banget, bahkan malam itu saat Ali keluar kamar, bunda
bisa liat kesedihan diwajah putra satu satunya bunda. Sebenarnya saat itu bunda
ngerasa gagal jadi ibu, harusnya bunda gak maksain buat jodohin kalian karna
mengingat pesan ayah. Walaupun sebenarnya ayah sangat membebaskan Ali
memilih pasangan hidupnya dulu, tapi suatu saat ayah minta Ali akhirnya menikah
sama anak temennya yaitu kamu" terdengar nada lirih dari setiap ucapannya.

Tiba-tiba saja air mata Prilly jatuh, rasa menyesal makin menyelimuti dirinya.

"Prill..Prilly" ucap Prilly tergantung saat lagi-lagi Dewi melanjutkan ucapannya.

"Tapi bunda berusaha untuk pura-pura gak tau, karna bunda yakin kalian bisa
menyelesaikan masalah kalian. Sampai saat kalian ke Bandung, bunda benar-benar
berharap saat itu keadaan kalian bisa membaik, bunda sengaja nyuruh kamu buatin
Ali sarapan karna bunda yakin Sebelumnya kamu gak pernah bikinin Ali sarapan.
Bunda cuma mau putra bunda yang selama ini selalu membahagiakan bunda juga
bisa di bahagiakan seseorang" Dewi tampak susah payah menahan tangisnya.

"Bunda" Prilly menggangam tangan mertuanya lembut dengan air mata yang terus
saja jatuh.

"Maafin Prilly bun, maafin Prilly" Prilly menunduk sembari masih menggengam
tangan bunda. Hatinya terasa sangat nyeri, ternyata saat itu bukan hanya hati
seorang pria yang begitu baik yang ia lukai, tapi juga hati wanita yang begitu
lembut dan penuh kasih sayang untuk putranya.

Tangan Dewi terulur untuk menghapus air mata Prilly. Ditatapanya menantunya itu
penuh sayang, ntah kenapa tatapan itu membuat Prilly makin merasa bersalah.

"Sekarang bilang sama bunda kalau kamu udah cinta sama Ali" ucap Dewi lembut.
Kini Prilly mendongakkan wajahnya menatap mertuanya itu yang sedang tersenyum
lembut, walaupun Prilly bisa melihat genangan air mata di pelupuk matanya. Prilly
menghela nafasnya sejenak mengatur nafasnya.
"Prilly CINTA sama Ali bun, Prilly CINTA banget sama Ali. Dan anak ini, bukti CINTA
Prilly buat Ali" ucap Prilly memberi penekanan pada kata cinta sembari membawa
tangan Dewi mengelus perutnya.

"Prilly pernah benar-benar sangat bodoh menolak Ali masuk kedalam kehidupan
Prilly. Dan Prilly gak akan ngulangin kebodohan itu lagi bun, maaf karna Prilly
pernah melukai perasaan bunda dan Ali. Prilly benar-benar minta maaf bun" ucap
Prilly tulus.

Dewi tersenyum lembut mendengar pengakuan menantunya itu, pengakuan yang


selama ini ia harapkan dan selalu ia tunggu.

"Jangan benci Prilly bun" pinta Prilly lirih.

Dewi langsung membawa Prilly dalam pelukannya. Diusapnya rambut putrinya itu
dengan sayang.

"Enggak sayang. Bunda gak Akan mungkin benci sama kamu. Bunda sangat sayang
sama kamu. Ternyata bunda gak salah menunggu cinta diatara kalian. Bunda yakin
kamu adalah yang terbaik buat Ali. Jangan pernah berfikir bunda bakal benci kamu
ya" ucap Dewi. Prilly mengangguk kecil sembari tersenyum lega. Kini prilly tau, dari
mana Ali mendapat sifat penyanyang, penyabar, bahkan pemaaf itu.

Chapter 28

*****

Kini kehamilan Prilly sudah memasuki bulan ke 5, perut rata Prilly dulu kini beralih
membuncit, namun sama sekali tak mengurangi kecantikannya walaupun berat
badannya sudah mulai naik beberapa kilo. Seperti kebanyakan ibu hamil, Prilly
masih sangat sensitif dan sering mengidam bahkan hal yang aneh-aneh, namun
dengan sabar Ali selalu menghadapinya. Belum lagi Ali yang harus ekstra sabar
meninggalkan Prilly saat ia akan flight karna Prilly selalu menangis saat akan
ditinggal. Namun semuanya pasti berujung pada Ali yang selalu bisa membuat Prilly
mengerti. Bahkan yang membuat Ali terkadang terkekeh adalah mengingat janji
captain yang sudah bertambah menjadi 3 pasal, dengan pasal ke 3 adalah "saya Ali
Zafrano Lukas, berjanji akan selalu memenuhi ngidam istri saya, jika saya
melanggar, saya rela tidak tidur sekamar dengan istri selama 1 minggu". Aneh
memang, tapi itulah Prilly. Selalu punya cara untuk membuat suaminya benar-benar
seutuhnya menjadi miliknya.

"Sayang, kamu besok flight kan?" Tanya Prilly memastikan.


Ali yang sedang berlari-lari kecil di treadmillnya menoleh kepada Prilly yang sedang
duduk dikursi santai sambil membolak balik majalahnya.

"Iya sayang"

"Flight kemana?"

"Ke Paris" balas Ali membuat Prilly membulatkan matanya sempurna.

"Keparis? Seriusan?"

"Serius sayang"

"Kok bisa? Kamu kesini dulu dong. Udahan olah raganya"

Ali langsung turun dari treadmillnya dan menghampiri Prilly. Dengan sigap Prilly
menyeka peluh suaminya dengan handuk kecil. Belum lama Ali membuat sebuah
ruangan khusus olahraga dan ini juga atas saran Prilly. Prilly ingin suaminya selalu
sehat dan segar saat melakukan flight dan tak mudah lelah.

"Coba ceritain sama aku, kok kamu bisa flight ke Paris? Bukannya selama ini rute
kamu di asia aja ya?" Tanya Prilly.

"Jadi gini sayang, beberapa hari yang lalu waktu aku kebandara,kami ngadain rapat
sama petinggi maskapai yang ngadain perubahan rute. Nah aku kebagian
kebeberapa negara eropa juga selain asia" jelas Ali.

"Aaaaaa kereennn" pekik Prilly. Ali tertawa kecil melihat tingkah istrinya itu. Kenapa
malah ia yang menjadi girang?

"Aku ikut yaaa" pinta Prilly semabari memeluk lengan Ali.

"Aku kan kerja sayang. Lagian di Parisnya cuma 3 hari juga"

"Aku mau ikut, aku belum pernah naik pesawat yang kamu bawa. Aku kepengen
banget sayang. Boleh ya?"

"Bukannya udah ya waktu kita honeymoon?"

"Ih beda dong, kan ini pesawat beneran, buka heli. Ayoo dong sayang..aku janji gak
bakal nyusahin kamu" Prilly memasang wajah memelas andalannya membuat Ali
berpikir.

"Ntar aja selesai kamu melahirkan kita ke Paris ya"

"Gak mau, maunya sekarang sayang. Aku mohon" Prilly memohon, ntah sejak
kapan air mata Prilly sudah berlinang dipelupuk matanya.
"Heiii jangan nangis dong. Iya iyaa kamu ikut ya" ucap Ali akhirnya. Ntah kenapa Ali
selalu tak tega melihat istrinya yang akan menangis. Sebenarnya ini bukan kali
pertama Prilly menangis ingin ikut, tapi sepertinya sudah cukup Ali menolaknya. Ia
juga ingin memberikan pengalaman baru untuk istrinya.

"Yeayyyyyyy" Prilly langsung memekik girang sembari memeluk Ali. Bukannya tadi
ia akan menangis, dasar ibu hamil labil.

*****

Ali menggandeng tangan Prilly memasuki bandara sementara tangan lain menyeret
kopernya. Seperti biasa, mereka mampu membuat semua mata tertuju kagum
padanya, terlebih lagi kini melihat perut Prilly yang membuncit. Tak jarang yang
saling menerka-nereka akan seperti apa anaknya nanti mengingat ayahnya yang
tampan dan ibunya yang cantik.

"Captain" suara panggilan itu menghentikan langkah Ali dan Prilly. Terlihat Verrell
yang berlari-lari kecil menghampiri mereka.

"Haii Prill" sapa Verrell.

"Haii Rell"

"Wow, lo kelihatan makin cantik semenjak hamil" puji Verrell yang membuat Prilly
tersenyum.

"To the point deh lo kesini mau ngapain? Gue buru-buru" ketus Ali membuat Verrell
dan Prilly terkekeh geli. Ali kenapa? Tak terima istrinya di puji sahabatnya?

"Gak ada sih. Gue cuma heran aja tadi liat lo sama Prilly, biasanya Prilly nganter lo
cuma sampai pintu masuk, kenapa sekarang enggak?" Tanya Verrell heran.

"Prilly ikut ke Paris" balas Ali.

"Serius? Wah bakal disupirin suami nih" goda Verrell.

"Lo bakal flight kemana?" Tanya Prilly pada Verrell.

"Keparis juga. Mulai saat ini gue bakal ikut Ali jadi co-pilotnya. Iya kan captain?"
Verrell menyikut Ali membuat Ali mengangguk kecil.

"Yaudah gue mau nganter Prilly dulu ke waiting room, kita ketemu dihanggar ya"
ucap Ali yang mendapat anggukan dari Verrell.

"Gue duluan ya Prill" pamit Verrell dan langsung berlalu dari mereka. Alipun
mengantar Prilly ke waiting room.
"Aura juga ikut pindah kemaskapai kamu?" Bisik Prilly. Sebenarnya ini menggangu
pikirannya mengingat Verrell yang sudah pindah, bisa jadi Aura juga.

"Enggak sayang, Verrell doang" balas Ali membuat Prilly tersenyum lega.

"Ngapain senyum-senyum gitu?" Tanya Ali.

"Aku seneng aja bakal naik pesawat yang kamu bawa"

"Tapi akunya deg-degan. Ini kali pertama aku ke eropa sebagai captain. Dan aku
bawa anak dan istri aku"

"Santai aja sayang. Bismillah kamu bisa" Prilly berjinjit sedikit kemudian mencium
pipi Ali membuat Ali tersenyum.

"Yaudah kalau gitu, kamu ntar hati-hati ya. Aku harus kehanggar" ucap Ali yang
dibalas Prilly dengan anggukan paham.

******

Prilly berjalan menuju kabin pesawat, terlihat para awak kabin, co-pilot yaitu Verrell
dan captain yang tentu saja Ali sedang menyambut penumpang dengan ramahnya.
Rasanya kini perasaan Prilly campur aduk, sebenarnya sudah sering ia melihat
pemandangan ini, namun mengingat captain dihadapannya kini adalah suaminya
membuat perasaanya menghangat.

"Happy flight Prill" ucap Verrell.

"Thanks Rell"

"Happy flight sayang, kalau capek tiduran aja ya"

"Iya sayang. Kamu hati-hati loh bawa aku sama anak kita"

"Pasti sayang" Ali mengelus pipi Prilly kemudian beralih mengelus perut buncitnya.

Prilly duduk disalah satu kursi penumpang pesawat. Pesawat ini terbilang sangat
nyaman, sepertinya perjalanan ke Paris yang memerlukan waktu cukup lama tak
akan begitu membosankan. Saat pesawat sudah akan take off dada Prilly rasanya
berdebar kencang. Sebenarnya Prilly bukan trauma, hanya saja setiap pesawat akan
take off ia selalu merasa takut, namun tiba-tiba terdengar suara khas milik Ali
melalui interkom, Ali memberi tahu keadaan pesawat, cuaca, waktu temput, dan
peraturan selama dipesawat secara singkat. Tiba-tiba perasaan takut Prilly tadi
berubah menjadi menghangat mendengar suara suaminya. Betapa bodohnya Prilly
jika dulu benar-benar meminta Ali untuk melepaskannya, mungkin ia tak akan
pernah merasakan bagaimana bangganya menjadi istri dan mengandung anak
seorang pilot. Tak lama pesawat mulai terbang, rasanya tak bisa hilang dari pikiran
Prilly saat ini kalau ia sedang berada dipesawat yang dibawa oleh suaminya.
Rasanya benar-benar campur aduk, antara bahagia, haru, degdegan, semuanya
menjadi satu. Prilly mengelus perutnya lembut, berharap anak dalam perutnya juga
bisa merasakan apa yang kini ia rasakan. Prilly yakin saat anaknya lahir nanti,
tumbuh besar dan sudah mulai mengerti, ia juga akan bangga sama seperti apa
yang Prilly rasakan.

Rasanya kantuk sudah mulai menyerang. Prilly melihat keluar jendela, tak banyak
yang bisa dilihat karna memang hari sudah malam. Prilly menarik selimut untuk
menutupi badannya dan langsung terlelap.

*****

Prilly meregangkan otot-ototnya, tidur yang cukup nyenyak, Prilly melirik keluar
jendela, sepertinya sudah pagi. Matahari juga sudah mulai menjalankan aktivitas
rutinnya. Karna memang sudah waktunya sarapan, tampak para pramugari mulai
memberikan breakfast kepada para penumpang. Prilly juga merasa sangat lapar
sekarang. Salah seorang pramugari itu meletakkan hidangan dihadapan Prilly.
Tampak sangat lezat.

"Dengan ibu Prilly Latunadira?" Tanya pramugari itu.

"Iya"

"Ini dari captain Ali" ucapnya sambil memberikan sebuah kertas sembari tersenyum
kemudian berlalu dari Prilly. Prilly langsung membuka kertas itu.

"Happy breakfast sayang, dihabisin ya, aku sayang kamu" Prilly tersenyum
sumringah membaca pesan singkat Ali itu. Prilly mengecup singkat surat itu
kemudian mulai memakan sarapannya.

Chapter 29

*****
Setelah melewati perjalanan lebih kurang 17 jam kini pesawat yang dibawa Ali dan
rekan-rekannya tiba di bandara Charles de gaulle International Airport, Paris
Pranciss. Ali sengaja menyuruh Prilly menunggunya di Arrival Gates. Setelah
berpamitan dengan Verrell Ali langsung menghampiri Prilly. Sebenarnya Ali merasa
tak enak dengan Verrell yang harus sendirian di Paris, ya walaupun dia pasti
mendapat teman pilot yang lain disini,tapi tetap saja seharusnya ia bersama Ali.
Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah waktu Ali dan Prilly.

Ali dan Prilly sudah mendapatkan hotel yang mereka inginkan, lebih tepatnya Prilly
inginkan. Prilly berpesan agar kamar hotel mereka berhadapan langsung dengan
menara eiffel. Dengan senang hati Ali mengabulkannya. Bagi Ali tak ada yang lebih
menyenangkan dari pada membuat istrinya senang.

"Aaaaa keren" Prilly memekik girang sembari berlari lari kecil menuju balkon hotel.
Ali yang baru memasuki kamar sembari menyeret kopernya hanya menggelengkan
kepalanya melihat istrinya itu.

Prilly menatap takjub pada menara itu yang penuh dengan lampu lampu,
sebenarnya mereka sampai di Paris sudah sejak sore, tapi Ali mengajak Prilly untuk
makan Terlebih dahulu,karna itulah mereka baru sampai pada malam hari dihotel.

"Kamu suka?" Tanya Ali yang tiba tiba sudah ada dibelakang Prilly dan memeluk
Prilly dari belakang.

"Suka banget sayang" Prilly menoleh kebelakang lalu mencium pipi Ali singkat.

"Kamu tau gak. Selama flight tadi aku ngerasa bahagia banget. Untuk pertama
kalinya ngerasain naik pesewat yang kamu bawa. Dan aku bangga banget sama
kamu" ucap Prilly membuat Ali tersenyum. Prilly membalikkan badannya agar
menghadap pada Ali.

"Makasih udah selalu jadi doraemon hidup aku. Selalu ngabuli permintaan aku. Aku
bahagia punya kamu" ucap Prilly kemudian menarik tengkuk Ali lembut dan
menciumnya lembut.

*****

"Ayooo sayang kita jalan-jalan" ucap Prilly antusias sembari memakai wedges
bootsnya.
Ali yang sedang memasang jaketnya hanya tersenyum gemas melihat istrinya yang
sedari bangun tidur tadi tampak begitu antusias.

"Jangan keseringan pakai wedges sayang, kamu kan lagi hamil"

"Gak papa deh sayang, sekarang kan udah mulai musim dingin, jadi udara udah
mulai dingin juga. Jadi biar kakinya gak kedinginan" jelas Prilly membuat Ali
mengangguk paham.

Setelah merasa siap, Ali menggandeng tangan Prilly keluar dari kamar hotel..hari ini
Ali berencana mengajak Prilly berjalan-jalan keliling Paris, pasalnya Ali tak punya
banyak waktu di Paris. Otomatis waktu yang singkat itu akan dipergunakan Ali
untuk membahagiakan istrinya.

*****

"Kita mau kemana sayang?" Tanya Prilly saat mereka sedang berada dimobil yang
sengaja Ali sewa untuk mengantar mereka berjalan jalan selama di Paris.

"Kita bakal ke museum Louvre sayang"

"Serius? Aaa pasti seru, aku pernah liat di internet" ucap Prilly membuat Ali lagi-lagi
tersenyum.

Tak berapa lama mereka sampai di museum Louvre, dulunya tempat ini merupakan
bekas istana kerajaan Prancis. Didalam museum ini terdapat sangat banyak karya
seni, dan yang biasanya menjadi favorite adalah lukisan mona lisa. Prilly tampak
sangat antusias. Sementara Ali hanya ikut menikmati sembari ekstra menjaga
anaknya dan istrinya dari orang-orang bertubuh besar. Ali bahkan tak ingin istrinya
tersentuh orang-orang itu.

"Kamu suka?" Tanya Ali saat Mereka sudah keluar dari museum.

"Suka banget, pengalaman baru" balas Prilly.

"Kita ke menara Eiffelnya kapan?" Tanya Prilly

"Nanti malam ya. Aku sekarang mau ngajak kamu kesuatu tempat" ucap Ali
kemudian menggandeng tangan Prilly. Prilly hanya pasrah mengikuti Ali.

******
"Kenapa kamu ngajak aku kesini?" Tanya Prilly heran. Ali tersenyum melihat
bangunan megah bertuliskan "Louis vuitton" itu. Prilly masih menatap heran butik
mewah dihadapannya.

"Kita ngapain kesini sayang?" Tanya Prilly lagi saat tak mendapat jawaban dari Ali.

"Belanja, yuk" Ali menggenggam tangan Prilly memasuki butik itu, tapi Prilly dengan
cepat menahannya.

"Kita cari tempat lain aja ya" ajak Prilly yang kini malah berganti membuat Ali yang
menatapnya heran.

Prilly menggaruk kepalanya yang tak gatal bingung bagaimana cara


menjelaskannya pada Ali. Jadi Ali mengajaknya belanja disini? Ini adalah butik Louis
Vuitton, yg lebih dikenal dengan brand LV. Salah satu brand favorite selebritis dunia
disamping gucci, channel, zara, hermes dan lain lain.

"Kenapa sayang? Kamu gak suka brand ini? Atau kita ke butik hermes aja, gak jauh
juga kok dari sini" ucap Ali yang bingung dengan sikap Prilly.

"Bukan gitu, tapi kamu serius mau ngajak aku belanja disini? Ini bukan butik murah
loh"

"Ya aku tau sayang. Ya gak papa lah"

"Tapi aku bukan cewek yang suka barang-barang branded dan hambur-hamburin
yang yang nilainya gak murah cuma buat beli barang-barang kayak gini..kamu lihat
tas aku ini,ini aku beli pakai uang aku sendiri" jelas Prilly sembari memperlihatkan
tas bermerk guccinya yang pernah ia beli saat ia berjalan-jalan ke Itali.

Ali menghela nafas sejenak, ia tau hal ini akan terjadi. Tapi dalam hati Ali tersenyum
hangat, sifat istrinya seperti ini yang membuatnya kagum, bagaimana Ali tak jatuh
cinta secinta cintanya. Ali menangkup kedua pipi Prilly dengan tangannya.
Kemudian Tersenyum lembut pada istrinya.

"Aku suami kamu, aku bahkan bingung kenapa kamu gak pernah minta apapun
kecuali makanan sama aku. Aku kerja cuma buat kamu sayang. Insyaallah aku gak
akan miskin gara-gara menuhin permintaan kamu. Sekarang kita masuk kedalam,
kamu boleh pilih apa aja. Oke" ucap Ali, tanpa menunggu jawaban Prilly Ali
langsung mengajak Prilly memasuki butik itu.

Ali bukan pria yang buta akan fashion, ia tau sebenarnya istrinya juga
membutuhkan ini. Apa salahnya ia memanjakan istrinya walaupun istri tercintanya
itu tak meminta.
"Tadi itu untuk pertama dan terakhir kalinya ya kamu beliin aku barang-barang
mahal gitu" ucap Prilly memperingati Ali saat mereka sudah keluar dari butik LV,
beberapa orang yang berlalu lalang dihadapan mereka menatap mereka takjub,
bagaimana tidak, seorang pria yang sangat tampan dan seorang wanita yang
sangat cantik pula keluar dari butik ternama dengan menenteng belanjaan yang
begitu banyak. Bahkan orang-orang itu tak bisa membayangkan berapa harga
belanjaan mereka.

"Yang tadi itu emang pertama sayang, tapi bukan terakhir" balas Ali membuat Prilly
mendengus sebal.

"Kamu malesin ah"

"Heiii, kamu itu istri aku, kenapa sih? Nih nih kalau kamu mau kamu boleh abisin
uang aku" ucap Ali sembari hendak mengeluarkan dompetnya yang langsung
mendapat tatapan tajam dari Prilly.

"Gak lucu!" Ucap Prilly ketus membuat Ali terkekeh.

"Apa salahnya sih aku mau bahagiain kamu doang" ucap Ali pelan, ekspresi
mukanya mendadak sendu membuat Prilly tak tega. Prilly sedikit berjinjit kemudian
mencium pipi Ali.

"Makasih ya sayang, kang supir, doraemon hidupku, aku selalu bahagia sama
kamu" ucap Prilly tersenyum lembut. Ali ikut tersenyum kemudian membawa Prilly
dalam pelukannya.

"Kalau gitu ayo kita abisin uang kamu" canda Prilly membuat Ali tersenyum gemas
lalu mencubit pipi chubby istrinya.

"Yaudah kita jalan-jalan lagi ya" ajak Ali kemudian menggenggam tangan Prilly.

******

"Sayang mau burger" ucap Prilly sembari menunjuk kios burger yang tak jauh dari
mereka yang terdengar seperti rengekan. Ali tersenyum geli melihat istrinya itu,
lihatlah bagaimana istrinya merengek meminta makanan yang Ali Yakini harganya
tak mahal, wanita sederhana. Alipun akhirnya membawa Prilly mendekati pedagang
burger itu.

"Aku gak mau pake tomat sama timun ya" bisik Prilly yang mendapat anggukan dari
Ali.
"A burger without tomatoes and cucumbers , not too spicy, please" pinta Ali pada
pedagang itu, tapi tiba-tiba saja pedagang itu menangkat bahunya seolah tak
mengerti.

"Kayaknya dia gak bisa bahasa inggris deh sayang. Aku gak ngerti juga kalau pakai
bahasa isyarat" ucap Ali bungung. Tiba-tiba saja Prilly terseyum penuh arti.

" Un hamburger sans tomates et les concombres , et pas trop épicé (1 burger tanpa
tomat dan timun, jangan terlalu pedas)" ucap Prilly. Pedagang itu mengangguk
paham lalu mulai membuat pesanannya. Ali menatap Prilly heran. Istrinya bisa
bahasa Prancis? Tak butuh waktu lama, burger yang dipesanpun jadi.

"Merci (terimakasih)" ucap Prilly yang dibalas pedagang itu dengan senyuman.

"Kamu bisa bahasa Prancis?" Tanya Ali yang masih terlihat bingung.

"Dulu waktu SMA aku ada pelajaran bahasa Prancis, dan kamu harus tau kalau aku
selalu dapat nilai bagus dalam pelajaran itu dan sampai sekarang aku bisa bahasa
Prancis" jelas Prilly membanggakan dirinya membuat Ali tersenyum lalu mengelus
pucuk kepala Prilly.

"Pinter banget, jadi makin cinta" ucap Ali membuat pipi Prilly bersemu.

"Kamu boleh fasih bahasa Yunani, tapi kalau bahasa Prancis kamu gak ada apa
apanya captain" ledek Prilly membuat Ali tertawa geli.

"Oke oke, kamu menang" ucap Ali pula membuat tawa mereka pecah.

Ali membawa Prilly duduk ditaman yang tak jauh dari mereka. Ali membiarkan Prilly
memakan burgernya yang terlihat sangat lahap.

"Kamu gak mau?" Tanya Prilly.

"Enggak, aku lebih suka serabi" balas Ali membuat Prilly tertawa.

"Barang-barang boleh deh branded, tapi selera tetap lokal ya" ucap Prilly yang
mendapat anggukan dari Ali dan membuat tawa mereka pecah.

*****

"Aaaaaaa kereeennnn" pekik Prilly saat sudah berada didepan menara eiffel.

Benar kata Ali, menara ini terlihat lebih menakjubkan pada malam hari, lihatlah
lampu-lampu yang memenuhi menara itu, Prilly tak bisa membayangkan berapa
jumlahnya. Ali hanya tersenyum melihat tingkah istrinya yang malah seperti anak
kecil namun dengan badan yang mulai berisi dan perut membuncit.

"Mau naik keatas sana?" Tanya Ali yang langsung dibalas Prilly dengan anggukan.
Alipun akhirnya mengajak Prilly menaiki menara itu.
Dengan sabar Ali mengantri tiket, pasalnya tak sedikit yang berminat menaiki
menara ini apalagi pada malam hari. Setelah mendapat tiketnya Ali langsung
mengajak Prilly menaiki menara yang terdiri dari tiga tingkat ini. Sepertinya Ali
sudah memiliki tujuan kemana ia akan mengajak Prilly, sementara Prilly yang masih
merasa takjub hanya terus menikamati pemandangan kota Paris tanpa tau kemana
Ali akan membawanya. Tiba-tiba mereka berhenti pada suatu tempat pada tingkat
2. Mata Prilly membulat sempurna saat mereka berada tepat didepan restaurant
Jules Verne. Prilly memang tak pernah ke Paris, tapi Prilly selama ini cukup banyak
mencari tau tentang Paris, dan salah satunya adalah restoran ini. Restoran yang
sangat mahal. Prilly menatap Ali tak mengerti, sementara Ali hanya tersenyum
lembut. Ali menggenggam tangan Prilly lebih hangat memasuki restoran bernuansa
kuning dan coklat itu. Baru saja memasukinya Prilly langsung paham kenapa
restoran ini sangat mahal, Lihatlah bagaimana design interiornya, mengagumkan.
Ali tampak disambut oleh seorang pelayan, pelayan itu mengantarkan Ali dan Prilly
ketempatnya, Prilly yang masih terlihat takjub hanya mengikuti Ali. Prilly menatap
Ali tak percaya saat pelayan itu berhenti pada sebuah meja makan yang berada
disamping salah satu jendela.

"Sayang aku emang gak pernah ke Paris, tapi aku tau, kalau mau makan disini,
apalagi dimeja ini, kita harus pesan beberapa bulan yang lalu, kenapa kita bisa ada
dapat tempat ini?"

"Duduk dulu yuk" ucap Ali sebelum menjawab pertanyaan Prilly. Prilly yang masih
tampak heran hanya menduduki kursi yang ditarikkan Ali untuknya. Pelayan yang
mengantar mereka tadi lalu memberikan buku menu pada mereka.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya Ali.

Prilly melihat lihat buku menu itu. Perutnya memang sudah terasa sangat lapar,
Prilly menatap buku menu itu dengan tatapan lapar, hampir semuanya terlihat
sangat enak. Prilly tiba-tiba menatap Ali sembari menyengir membuat Ali
menatapnya heran.

"Kenapa sayang?" Tanya Ali.

"Aku boleh gak pesan ini? Ini, ini,yang ini juga, eh yang ini juga deh, sama yang ini"
Prilly menunjuk beberapa makanan yang ia mau. Lalu ditatapnya Ali dengan
tatapan memohonnya. Ali terkekeh geli melihat ekspresi menggemaskan istrinya
itu, kenapa untuk meminta itu saja istrinya itu terlihat ragu? Menggemaskan sekali.

"Ya boleh lah, kamu kayak sama siapa aja, yaudah aku pesanin ya" Alipun akhirnya
memesankan makanan yang Prilly minta tadi membuat Prilly tersenyum sumringah.

"Sekarang kamu cerita sama aku, kenapa kamu sampai bisa ngajak aku makan
disini" tanya Prilly setelah pelayan itu pergi.
"Jadi gini, aku punya kenalan di sini dan dia cukup berpengaruh di restoran ini. Nah
waktu kamu minta ikut ke Paris aku langsung hubungi dia buat pesan tempat ini.
Gak tau gimana caranya akhirnya kita dapat satu meja disini" jelas Ali membuat
Prilly mengangguk anggukkan kepalanya pertanda paham.

"Makasih ya doraemon hidupku" Prilly mengulurkan Tangannya mengelus pipi Ali


membuat Ali tersenyum.

"Aku gak punya kantong ajaib yang bisa keluarin apa aja buat ngabulin permintaan
kamu, tapi aku punya cinta, cinta aku yang akan ngabulin semua permintaan kamu"
ucap Ali tulus. Prilly tersenyum haru menatap suaminya.

Prilly tersenyum menatap keluar jendela, pantas tempat ini menjadi tempat favorite
siapapun yang menaiki menara eiffel. Pemandangan kota Paris pada malam hari
terlihat jelas dari sini dan sangat indah. Ali dan Prilly menghabiskan makanannya
sembari bercerita bercerita ringan. Sesekali terdengar gelak tawa dari keduanya.
Prilly menghabiskan makanannya dengan sangat lahap. Sepertinya anak dalam
perutnya sudah sangat kelaparan.

"Udah selesai sayang?" Tanya Ali saat Prilly tampak sudah mulai merasa lega
setelah menghabisi makanannya.

"Udah" balas Prilly diiringi senyumnya.

"Yaudah kita lanjut naik ke lantai 3 yuk, biar bisa liat kota paris lebih luas" ajak Ali
yang langsung dibalas Prilly dengan anggukan setuju.

Merekapun segera bergegas menuju ke lantai paling atas yang berada di menara
ini. Dari sini mereka benar-benar bisa melihat kota Paris secara keseluruhan. Prilly
tak henti-hentinya berdecak kagum, pemandangan yang bahkan tak pernah ia
bayangkan akan ia lihat. Ali tersenyum lembut melihat istrinya yang sedang
menikmati pemandangan kota Paris. Ali yang sedari tadi berada disamping Prilly
kini mengubah posisinya menjadi memeluk Prilly dari belakang. Di lingkarkannya
tangan kokohnya pada perut Prilly yang buncit. Dielusnya lembut perut itu.

"Makasih ya sayang, aku bahagia banget" ucap Prilly dengan pandangan lurus
kedepan.

Ali menghirup aroma dari pundak Prilly dalam-dalam, kemudian diletakkanya


dagunya di atas kepala Prilly.

"Aku cuma mau kamu selalu bahagia biar kamu selama ada disamping aku" balas
Ali.

"Kamu tau gak, diluar sana pasti banyak banget cewek yang iri sama aku dan mau
ada diposisi kamu..kamu sempurna banget, semua yang diinginkan Wanita, semua
ada dikamu. Tapi syukurnya akulah yang beruntung dapetin kamu. Sebenarnya
kamu punya kekurangan atau kelemahan gak sih? Kayaknya udah sempurna
banget" Ali tersenyum mendengar penuturan Prilly. Apa ia sesempurna itu? Tentu
saja tidak.

"Aku punya satu kelemahan, tanpa kelemahan itu, semua kelebihan aku gak ada
artinya"

"Apa?"

"Kamu" balas Ali. Prilly membalikkan badannya menatap ali dalam dalam. 1 kata
yang keluar dari mulut Ali tadi membuat perasaannya menghangat.

"Aku cinta banget sama kamu" ucap Prilly tulus.

"Aku lebih cinta kamu" Ali merengkuh pinggang Prilly mengikis jarak diantara
mereka. Dengan lembut Ali mencium Prilly..menyalurkan cintanya di saksikan oleh
suasan malam kota Paris dari menara eiffel. Prilly benar-benar bahagia. Akan ada
pengalaman berharga yang selalu dapat ia kenang saat ia mengandung buah hati
pertamanya bersama Ali.

Chapter 30

*****

Hari terus berganti hari, minggu terus berganti minggu, begitupun bulan yang juga
selalu berganti. Kehamilan Prilly sudah makin membesar. Bahkan kini sudah
memasuki bulan ke 9, setelah melalukan flight ke Korea beberapa waktu yang lalu,
Ali langsung mengambil cuti agar bisa siaga kapanpun untuk menunggu kelahiran
anak pertamanya, tentu saja Ali sangat ingin berada disamping istrinya nanti saat
persalinan. Sampai saat ini Ali dan Prilly belum mengetahui jenis kelamin anak
pertamanya. Ali selalu meminta dokter memberi tahu keadaan anaknya tampa
memberi tahu jenis kelaminnya. Selama beberapa bulan ini begitu banyak yang
mereka lalui, termasuk ribut-ribut kecil, hal yang sangat wajar dalam rumah tangga,
terlebih mengingat sifat Prilly yang begitu mudah berubah-ubah dan terkesan labil,
namun dengan sabar Ali selalu bisa meredakan sifat istrinya itu.

"Ali aku gak mau ada sosis di nasi gorengnya" ucap Prilly saat Ali meletakkan
sepiring nasi goreng dihadapan Prilly.

"Lah kamu gimana sih? Tadi waktu aku tanya pakai sosis apa enggak, kamu bilang
pakai" balas Ali bingung.
"Iya itu kan tadi, sekarang aku gak mau"

"Yaudah kita pisahin sosisnya ya"

"Gak mau, aku mau yang baru"

Ali menatap istrinya bingung? Membuat yang baru? Prilly membangunkan Ali
tengah malam untuk membuatkannya nasi goreng, tapi setelah selesai Lrilly malah
meminta membuat yang baru lagi? Benar-benar labil.

"Kalau aku bikin yang baru lagi, bisa lama dong sayang. Tadi katanya kamu udah
laper. Toh kalau kita pindahin sossisnya gak ngaruh juga kan" ucap Ali selembut
mungkin memberi pengertian pada istrinya itu. Demi apapun Ali sangat mengantuk
saat ini.

"Yaudah kalau kamu gak mau, gak usah makan aja sekalian" Prilly menghempaskan
sendok dan garpu yang sedari tadi ia pegang ke atas meja kemudian berlalu dari
Ali. Ali mengusap wajahnya kasar. Ibu hamil itu terlihat lebih menyeramkan dari
pada singa betina.

*****

"Ini nyonya, nasi goreng tanpa sossis" Ali menyodorkan sepering nasi goreng yang
masih hangat kehadapan Prilly.

Prilly yang tadinya fokus menonton tv kini menatap nasi goreng itu dengan tatapan
berbinar. Di ambil alihnya nasi goreng itu dari tangan Ali kemudian langsung
dilahapnya. Ali tersenyum melihat istrinya itu. Ntah kenapa tak bisa rasanya kesal
pada istrinya ini, walaupun terkadang ia bersikap sangat menyebalkan. Ali yakin itu
juga bukan ingin Prilly. Sebentar lagi anaknya akan lahir. Tentu ini semua akan
segera berlalu. Ali menyeka peluh didahinya. Prilly melirik Ali dengan tatapan
bersalah. Ia tau sikapnya tadi sangat menyebalkan. Prilly meletakkan piringnya
diatas meja kemudian menyeka peluh Ali.

"Maafin aku ya sayang"

"Maaf? Buat apa?"

"Malam-malam gini bikin kamu susah" ucap Prilly penuh penyesalan. Ali mengelus
pipi Prilly lembut.

"Enggak kok sayang. Ini kan baby yang minta, iyakan sayang?" Ali mengelus perut
buncit Prilly.

"Enggak, pokoknya aku salah"


"Oke kalau gitu, karna kamu salah, kamu harus dihukum" ucap Ali sembari
tersenyum jail.

"Dihukum? Apa?"

Tangan Ali langsung terjulur menggelitik Prilly membuat Prilly tertawa geli.

"Aaaaaa ampun"

*****

"Ali bangun dong" Prilly menarik selimut yang Ali pakai untuk menyelimuti
badannya.

"Sayang bangun dong"

"Bentar lagi ya sayang. Aku masih ngantuk nih" untuk pertama kalinya Ali susah
dibangunkan. Ini sepertinya efek tadi malam Ali harus begadang menemani Prilly
yang sibuk Menonton.

"Aaaa maunya sekarang!" Dengan terpaksa Ali bangkit dari tidurnya.

"Apa sih sayang?"

"Aku mau kebandara"

"Ha bandara? Ngapain?"

"Aku mau ke cabin pesawat dan ngerasain rasanya duduk dibangku pilot" ucapan
Prilly itu sukses membuat Ali yang tadinya masih terkantuk-kantuk kini membuka
matanya membulat sempurna..permintaan macam apa itu?

"Sayang kamu lagi becanda kan mintanya?"

"Ya enggak lah, aku mau duduk di bangku yang sering kamu duduki setiap kerja"
ucap Prilly tak terbantahkan. Prilly melipat kedua tangannya didepan dada sembari
menatap tajam suaminya yang tampak kebingungan.

"Sayang, itu pesawat loh bukan angkot yang bisa sembarangan duduk ditempat
supirnya"

"Ya aku gak mau tau. Kamu aja boleh kenapa aku enggak" Ali mengusap wajahnya
frustasi. Tentu saja beda. Ali adalah pilot dan itu memang sudah pekerjaannya,
sementara Prilly tidak.

"Kamu apaan sih, jangan ya"


"Yaudah kalau kamu gak mau. Aku minta nomer Verrell" Ali mengerinyitkan dahinya
saat nama sahabatnya dibawa-bawa dalam perdebatan ini.

"Buat apa?"

"Ya aku mau minta Verrell buat temenin aku.. dia pilot juga kan. Mungkin aja dia
bisa lebih diandalakan dari pada CAPTAIN ini" Prilly menekan kata captain pada
ucapannya. Ali lagi-lagi mengusap wajahnya frustasi.

"Oke oke, kita kebandara sekarang" ucap Ali pasrah. Tak ada pilihan lain bukan
selain mengabulkan permintaan ibu hamil ini?

"Yeayyy..aku tunggu dibawah ya sayang" Prilly langsung kegirang..dikecupnya pipi


Ali singkat kemudian langsung keluar dari kamar.

Ali menghela nafas panjang. Belum bebas dari kantuk, ia harus menghadapi ngidam
istrinya lagi. Dan Kali ini ia harus berfikir keras..adakah pesawat nganggur yang bisa
ia naiki bersama istrinya? Entahlah. Ali langsung bergegas mandi dari pada bumil
itu kembali mengomel tak jelas

*****

Sesampai dibandara Ali langsung membawa Prilly menuju kantor yang terdapat
dibandara ini.

"Waw captain Ali, kenapa ada disini? Bukannya cuti?" Tanya Andra, salah satu junior
Ali yang menjadi co-pilot saat Ali memasuki kantor.

"Lagi ada urusan Ndra"

Pandangan Andra beralih pada Prilly. Ali yang menyadari Andra melihat Pillypun
tersadar kalau ia belum memperkenalkan Prilly, pasalnya saat pernikahannya dulu
Andra memang tak datang dikarenakan ia baru bergabung dimaskapai yang sama
dengan Ali beberapa bulan yang lalu.

"Oh iya kenalin ini istri gue, Prilly. Prill ini Andra salah satu co-pilot disini" ucap Ali.
Prilly dan Andra saling melempar senyum lalu saling berjabat tangan perkenalan.

"Wah ternyata captain tampan ini udah punya istri, istrinya udah hamil pula. Serasi.
Kalau gak salah istri lo ini model ya capt?" Tanya Andra.

"Lo kok tau?"


"Iya dulu gue pernah liat dia dimajalah yang ada dirumah cewek gue" balas Andra
membuat Ali dan Prilly mengangguk paham.

"Oh iya Ndra, lo liat Verrell gak? Hari ini katanya dia mau flight kan?" Tanya Ali.

"Oh iya, tadi sih udah kelihatan, tapi mana ya" Andra mengedarkan pandangannya
kesekitar kantor hingga pandangannya bertemu pada Verrell yang berjalan ke arah
mereka.

"Tu dia" Ali melihat arah pandangan Andra..benar saja itu Verrell.

"Bentar ya sayang, aku mau temui Verrell dulu" ucap Ali pada Prilly yang dibalas
Prilly dengan anggukan.

Sepeninggalan Ali, Prilly tampak bercerita-cerita dengan Andra. Ternyata pacar


Andra sangat mengidolakan Prilly, Prilly adalah model favoritenya.

"Kok lo disini? Bukannya cuti?" Tanya Verrell saat Ali lebih dulu menyusulnya.

"Ada pesawat nganggur gak?" Tanya Ali.

"Nganggur? Lo kata kopaja. Mana ada" Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Prilly ngidam nih kepengen duduk di bangku pilot" ucap Ali yang sontak membuat
Verrell terbelalak.

"Buset anak lo, ada-ada aja"

"Itu dia. Tolongin gue dong"

"Yaudah gue ke hanggar dulu ya, siapa tau ada pesawat yang baru landing disana"

*****

"Li, gue udah dapat pesawatnya, di hanggar lagi ada pesawat yg baru mendarat
dari Bali, sekarang lagi dalam pemeriksaan berkala, lo bisa pakai aja dulu, gue udah
izin kok" ucap Verrell yang tiba-tiba datang saat Ali, Prilly, dan Andra bercerita-
cerita.

"Thanks ya bro, lo emang bisa diandalkan" Ali menepuk bahu sahabatnya itu pelan.

"Kalau untuk bumil apa sih yang enggak" goda Verrell. Ali dan Prilly hanya
tersenyum menanggapinya.
"Yuk sayang" Ali menggandeng tangan Prilly mengikutinya bangkit dari duduknya.

Setelah berpamitan dengan Andra dan Verrell, Ali langsung mengajak Prilly menuju
hanggar. Prilly berjalan dengan sangat antusias. Ia merasa seperti pemilik bandara
kalau seperti ini. Didalam hati Prilly terkekeh kecil mengingat ngidamnya yang
sangat aneh dan pasti sangat menyusahkan itu. Tapi mau bagaimana lagi, ini
adalah keinginan anak dalam perutnya yang sepertinya paham pekerjaan daddynya
dan yakin kalau daddynya bisa mengabulkan permintaannya ini. Sekarang Ali dan
Prilly sudah sampai di dalam kokpit pesawat. Prilly mengedarkan pandanganya
kesekeliling kokpit, disini sangat banyak tombol-tombol yang tidak ia paham apa
kegunaannya. Prilly memilih duduk dibangku yang selalu diduduki pilot, sementara
Ali tentu duduk dibangku lainnya.

"Sekarang kita udah disini, kamu mau ngapain sayang?" Tanya Ali. Prilly mengelus
perut besarnya merasa sudah lega karna ada disini.

"Aku mau terbangin pesawatnya" ucap Prilly yang langsung membuat mata Ali
membulat Sempurna. Sementara Prilly mati-matian menahan senyumnya melihat
ekspresi suaminya itu.

"Aku becanda sayang" Ali akhirnya bisa bernafas lega. Yang benar saja jika Prilly
benar benar mengidam seperti itu.

"Tombol ini buat apa? Yang ini? Kalau yang hijau ini? Nah yang ini apa lagi?" Ali
menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan bertubi tubi istrinya.

"Kalau aku jelasin semua, bisa selesai tahun depan sayang. Aku aja pelajarinya
bertahun-tahun"

"Sayang, aku kepengen deh kalau anak kita lahir nanti dan dia udah gede, dia jadi
pilot kayak kamu" ucap Prilly sembari bangkit dari duduknya lalu duduk dipangkuan
Ali.

"Kenapa gitu?"

"Ya aku kepengen aja, soalnya pilot itu keren, kayak kamu" prilly mencolek hidung
mancung Ali membuat Ali terpejam tersenyum kecil.

"Terserah anak kita aja sayang ntar maunya jadi apa"

"Tapi aku yakin kok dia mau jadi pilot, liat aja nih, belum lahir aja dia kepengen
duduk dibangku pilot" balas Prilly. Ali hanya tersenyum mendengar keinginan
istrinya itu.

"Makasih yaa sayang, selama 9 bulan ini udah sabar banget ngadepin ngidam aku"
tangan Prilly terulur untuk mengelus pipi Ali.
"Itu kan kewajiban aku, lagian aku ini kan daddy ganteng yang selalu siaga" ucap Ali
diiringi tawanya membuat Prilly terkekeh geli. Sejak kapan captain ini jadi narsis.

Chapter 31

******

Ali dan Prilly berjalan keluar dari bandara. Senyum sumringah Prilly mengembang
karna ngidamnya sudah terpenuhi. Namun tiba-tiba

Bugh!

Ada seorang pria yang berlari dan menabrak bahu Prilly membuat keseimbangan
Prilly goyah, karna kejadian yang begitu cepat membuat Ali tak sempat menolong
istrinya hingga Prilly terjatuh.

"Aww" rintih Prilly memegangi Perutnya, hal itu sontak membuat Ali panik.

"Woy berhenti lo" Ali berteriak keras pada orang yang menabrak istrinya. Orang itu
berhenti bebalik menatap Ali.

"Lo udah nabrak istri gue dan lo mau pergi gitu aja!" Maki Ali sambil mencengkram
kerah bajunya. Rahang Ali mengeras sempurna. Siapapun yang mengenal Ali, pasti
tak penah melihat Ali seperti ini.

"Ali stop, sakit" rintihan Prilly membuat Ali langsung menoleh cepat pada istrinya.

Mendengar keributan, petugas keamanan bandara langsung menghampiri mereka.


Mereka menatap kaget saat melihat salah satu pilot yang mereka kenal sedang
mencengkram kerah seorang pria.

"Ada apa ini?" Tanya salah satu dari mereka.

"Pegang dia" ucap Ali lalu melepaskan kasar cengkramannya. Mendengar instruksi
dari Ali, para petugas keamanan itu langsung memegang pria itu. Ali langsung
menghampiri istrinya.

"Kenapa sayang? Apa yang sakit?" Tanya Ali panik.

"Perut aku sakit Ali, awww"

"Ada apa ni?" Tanya Verrell yang tiba-tiba datang.


"Lo urus dia, gue mau bawa kerumah sakit" Ali melirik tajam pria itu lalu segera
menggendong Prilly.

"Oke, lo bawa mobilnya yang tenang ya" Ali mengangguk kecil lalu dengan segera
membawa Prilly menuju mobilnya.

Dengan cepat Ali membawa mobilnya menuju rumah sakit, rintihan Prilly membuat
rasa panik makin memenuhi pikiran Ali.

"Sakit li"

"Iya sayang, sabar ya, bentar lagi kita sampai" Ali makin melajukan mobilnya.

"Bertahan nak" batin Ali.

*****

Ali mondar-mandir dengan gelisah didepan ruang Prilly diperiksa. Rasanya benar-
benar tak tenang, Ali belum pernah merasa tak tenang seperti ini sebelumnya.
Pikirannya melayang memikirkan kondisi anak dan istrinya.

"Gimana keadaan anak dan istri saya dok?" Tanya Ali saat dokter yang menangani
Prilly keluar dari ruangannya.

"Kita harus segera mengeluarkan anak dalam perut ibu Prilly, pasalnya ketubannya
sudah pecah, tapi melihat kondisi bayi dalam kandungannya, kita tidak bisa
melakukan persalinan normal melainkan caesar" jelas dokter Itu, Ali mengusap
wajahnya kasar.

"Baik dok, kalau begitu lakukan apapun yang terbaik, tapi saya boleh bertemu istri
saya sebentar?" Tanya Ali.

"Baiklah, tapi kita tak punya banyak waktu" Ali mengangguk paham kemudian
memasuki ruangan Prilly.

Ali memasuki ruang prilly, dilihatnya istrinya yang masih terbaring lemah,
sepertinya baru diberi obat penghilang rasa sakit.

"Sayang" panggil Ali lembut.

"Gimana?" Tanya Prilly meminta penjelasan.

"Kata dokter anak kita harus secepatnya dikeluarkan, tapi dengan cara caesar" jelas
Ali.

"Aku gak mau, aku kan udah bilang dari awal aku maunya normal..aku gak mau
sayang" tiba-tiba Prilly mulai terisak. Ali mulai bingung, memang dari awal hamil
Prilly sangat ingin melahirkan normal.
"Gak bisa sayang, mau ya?" Bujuk Ali. Prilly mengalihkan pandangannya dari
Ali..tentu ia kecewa.

"Mau normal atau caesar sama aja, yang penting anak kita bisa lahir sehat. Please
sayang, demi anak kita" Ali kini tampak memohon hingga Prilly tampak mulai luluh.

"Yaudah, tapi kamu temenin aku ya" Ali langsung mengangguk cepat membuat
Prilly tersenyum.

"Bismillah sayang, kamu pasti bisa" Ali mencium dahi Prilly lembut. Ali langsung
menghampiri dokter dan memberi tahu kalau operasi sudah bisa dilakukan.

******

Verrell mengusap wajahnya kasar, masih tak percaya dengan apa yang dijelaskan
pria yang menabrak Prilly tadi..bagaimana bisa? Bagaimana jika Ali tau semuanya?

*****

Ali dengan setia menemani Prilly selama operasi. Pengalaman baru bagi Ali.
Sementara diluar sudah ada bunda, Nayla, mertua dan Reno yang sudah menunggu
berita baik dan tangis bayi dari dalam ruangan itu. Doa tak pernah henti Ali
panjatkan. Berdoa agar anak dan istrinya baik baik saja. Hingga Akhirnya.

"Oekkk" suara tangis nyaring bayi mungil menggema di ruang operasi ini. Ali
langsung menatap anaknya dengan tatapan berkaca kaca.

"Selamat pak, anaknya laki-laki, sepertinya penerus ayahnya" ucap dokter. Ali
tersenyum haru menatap putra pertamanya. Tanpa disadar air mata mengalir
membasahi pipi captain itu.

Ali menghampiri Prilly saat sudah beberapa saat selesai operasi. Beberapa saat
yang lalu Ali juga baru selesai mengazankan putranya, tak bisa digambarkan
bagaimana perasaan Ali saat ini. Melihat darah dagingnya yang sudah dapat ia
sentuh.

"Anak kita gimana Li?" Tanya Prilly. Ali menggenggam tangan istrinya lalu
menciumnya berkali-kali.

"Anak kita laki-laki sayang. Alhamdulillah sehat" terlihat jelas binar bahagia dari
mata Ali begitu pula dengan Prilly.
"Aku mau lihat"

"Bentar ya, sebentar lagi suster bawa anak kita kesini"

Benar saja tak berapa lama seorang suster menghampiri Ali dan Prilly dengan
seorang bayi dalam gendongannya. Suster memberikan bayi itu dalam gendongan
Ali. Tak begitu sulit bagi Ali untuk menggendong bayi, karna sebelumnya ia sudah
sering menggendong keponakan-keponakannya yang masih bayi juga.

"Liat deh, lucu ya" Ali memperlihatkan putranya pada Prilly. Prilly tersenyum haru,
air mata mengalir dipipinya melihat buah hatinya yang terlihat sangat lucu.

"Jangan nangis mommy" Ali berbicara seolah mewakili putranya.

"Bawa sini dong. Tidurin disamping aku" ucap Prilly dengan nada yang masih
terdengar lemah.

"Ntar ya sayang, sekarang kamu dipindahin kekamar rawat dulu" Prilly


mengerucutkan bibirnya tak terima sementara Ali hanya terkekeh kecil. Memang
tadi kata dokter Prilly baru bisa menyusui anaknya saat nanti sudah berada diruang
rawatnya.

******

Ali keluar dari ruang operasi masih lengkap dengan pakaian sterilnya.

"Gimana li Cucu mama?"

"Anaknya cewek atau cowok?"

"Keadaan Prilly gimana?"

Ali langsung dihadiahi pertanyaan dari keluarganya.

"Alhamdulillah semuanya lancar, anaknya laki-laki dan sehat" jelas Ali membuat
semuanya bernafas lega.

"Alhamdulillah, yaudah li sekarang kamu temui wartawan buat perscon, udah rame
banget diluar" ucap Mama Uli membuat Ali mengerutkan dahinya..kenapa bisa ada
wartawan?

Ali langsung bergegas menuju lobby rumah sakit, dimana wartawan yang ternyata
sudah menunggunya sejak berjam jam yang lalu, Ali sedikit kaget saat melihat
wartawan begitu banyak, Prilly kan hanya model, kenapa mereka tampak sangat
antusias menunggu anaknya lahir.
Ali duduk ditempat yang sudah disediakan didampingi oleh dokter yang menangani
Prilly dan papa mertuanya. Pertanyaan demi pertanyaan dilayangkan oleh wartawan
itu. Dengan mata berbinar Ali menjawab setiap pertanyaannya.

"Ali, nanti anaknya kalau udah besar bakal jadi pilot juga gak?" Pertanyaan salah
satu wartawan itu membuat Ali terkekeh.

"Anak saya baru keluar beberapa saat yang lalu, jadi kalau buat itu belum kepikiran,
sebenarnya ntar gimana maunya dia aja, yang penting bisa bermanfaat untuk orang
banyak" balas Ali.

Setelah menjawab pertanyaan wartawan itu Ali langsung pamit. Ali segera
menghampiri Prilly yang sudah dipindahkan keruang rawat. Ali tersenyum saat
melihat istrinya dan putranya yang sedang berbaring di satu ranjang yang
berukuran cukup besar itu. Ruangan ini juga penuh oleh keluarga Ali dan Prilly. Ali
langsung menghampiri anak dan istrinya.

"Tadi baby nya baru aku susuin, lucu deh" ucap Prilly memberi tahu Ali yang
membuat Ali tersenyum.

"Udah kenyang dong anak daddy" Ali mengusap pipi gembil anaknya, terlihat
sangat menggemaskan, bahkan sesekali Ali harus menggertakkan giginya menahan
gemas.

"Anaknya menurut kamu lebih mirip kamu apa Ali, Prill?" Tanya Reno pada adiknya
itu.

"Mirip aku dong"

"Tapi kayaknya mirip aku deh" timpal Ali.

"Ih gak mau, pokoknya mirip aku!" Rengek Prilly yang membuat tawa mereka
pecah.

"Namannya siapa nih?" Tanya Dewi.

Ali dan Prilly saling bertatapan.

"Daffa Maliq Lukas" balas Ali sembari tersenyum yang mendapat anggukan dari
Prilly.

*****
Pagi ini Ali sudah terlihat segar, beberapa saat yang lalu ia memutuskan untuk
mandi di kamar mandi rumah sakit yang tersedia kamar rawat Prilly. Kini dikamar
rawat ini hanya ada Ali, Prilly dan Daffa. Keluarganya sudah pulang sejak subuh lagi
dan sepertinya tak lama lagi akan kembali. Ali tersenyum saat melihat istrinya yang
sedang tampak mengajak Daffa berbicara.

"Pagi sayang, pagi jagoan" Ali mengecup dahi Prilly lembut kemudian beralih
mecium pipi putranya.

"Pagi daddy, hmmm daddy udah wangi ya nak" ucap Prilly menghidup aroma Ali
dari tubuh Ali. Ali tersenyum kecil mendengar ucapan istrinya itu.

Tak berapa lama terdengar suara ketukan pintu, Ali segera membukakan pintunya.
Ali tersenyum saat mendapati sahabatnya sudah ada diambang pintu, tentu saja
Verrell, Verrell tak datang sendiri, ia datang bersama Aura. Ali mempersilahkan
Verrell dan Aura masuk.

"Haiii baby boy" sapa Verrell. Verrell yang baru sampai di jakarta setelah flight dari
palembang langsung berinisiatif untuk berkunjung kerumah sakit.

"Ya ampun, ni anak kecilnya aja ganteng, gimana gedenya ya" Ali dan Prilly
tersenyum mendengar pujain Verrell.

"Gimana Prill? Udah mendingan? Nih buat baby Daffa" Aura memberikan sebuah
bingkisan pada Prilly.

"Alhamdulillah baik kok Ra, btw thanks yaa" balas Prilly.

"Rell gue mau ngomong sama lo sebentar diluar" bisik Ali. Verrell mengangguk
kemudian berlalu keluar ruangan.

"Aku keluar bentar ya sayang" ucap Ali. Prilly mengangguk kecil.

"Lo udah dapat informasi dari orang yang nabrak Prilly dibandara? Gak tau kenapa
gue ngerasa kalau dia sengaja nabrak Prilly" tanya Ali saat sudah keluar dari
ruangan. Verrell tampak berfikir sejenak.

"Hmm, gue gak tau Li, mungkin emang dia gak sengaja"

"Bisa jadi sih. Tapi kalau beneran dia sengaja, gue bakal kasih perhitungan"

Chapter 32
*****

Setelah 1 minggu Prilly berada dirumah sakit untuk pemulihan usai caesar, Prillypun
hari ini sudah kembali kerumahnya. Dewi ikut kerumah mereka untuk beberapa hari
dengan alasan ingin membantu Prilly sampai Prilly terbiasa merawat Daffa.
Sebenarnya Ali sudah menawarkan untuk menyewa seorang baby sister, namun
Prilly menolak, Prilly ingin anaknya ia rawat sendiri. Akhirnya Alipun memutuskan
untuk membawa bik Surti, assisten rumah tangga Ali di Bandung untuk membantu
mereka dalam mengerjakan urusan rumah.

"Kamu tega ninggalin aku sama Daffa?" Pertanyaan Prilly itu membuat Ali
menghentikan aktivitasnya memasukkan pakainnya kedalam koper kemudian
menatap istrinya yang sedang berbaring diranjang sembari mengelus ngelus pipi
Daffa.

"Aku kan kerja sayang"

"Gimana kalau ntar waktu kamu pulang tiba-tiba Daffa lupa siapa daddynya"
ucapan Prilly itu sukses membuat Ali tertawa geli. Apalagi melihat ekspresi istrinya
kini yang sangat menggemaskan.

"Kamu sini deh"

Prilly mengerutkan dahinya sesaat kemudian beranjak dari ranjang dan berdiri
dihadapan Ali.

"Kenapa?" Tanya Prilly.

Ali menggenggam tangan kanan Prilly kemudian mengarahkan kewajahnya,


diusapnya wajahnya sendiri dengan tangan Prilly membuat Prilly tersenyum.

"Kalau Daffa lupa wajah daddynya, kamu bisa jelasin kedia kalau wajah daddynya
kayak gini" ucap Ali.

"Apaan sih, lagian Daffa juga belum paham wajah daddynya"

Ali membawa Prilly kedalam pelukannya. Mengelus punggung Prilly yang selalu bisa
membuat Prilly nyaman.

"Selama aku flight jagain Daffa ya sayang. Sekarang aku harus bekerja lebih keras
lagi buat kamu sama anak kita"

"Aku pasti jagain Daffa buat kamu kok" Ali tersenyum mendengar ucapan istrinya.

*****
"Ngelamun aja lo" tepukan pelan di pundak Verrell membuat Verrell tersadar dari
lamuannya. Ali mengerinyitkan dahinya menatap Verrell. Sangat jarang sahabatnya
ini melamun seperti ini.

"Lo kenapa sih?" Tanya Ali.

"Kenapa apanya?"

"Lo dari tadi bengong aja"

"Sok tau banget lo capt, gue Udah ah, lo lama banget datengnya. Buruan yuk ke
hanggar" ucap Verrell bangkit dari duduknya.

"Ya namanya juga daddy muda, ngurusin anak dulu lah sebelum pergi" balas Ali.
Verrell tertawa kecil mendengar ucapan Ali. Ia hampir lupa kalau captain ini sudah
menjadi seorang ayah.

*****

Untuk pertama kalinya Ali berjalan dibandara ini dengan tak sabaran, bagaimana
bisa sabar, membayangkan wajah menggemaskan putranya dan wajah cantik
istrinya saja ia sudah ingin cepat-cepat sampai dirumah. Sudah 5 hari Ali flight. Ini
flight pertama Ali sejak menjadi seorang ayah. Dan ternyata rasanya sangat
menyiksa menahan rindu.

"Lo kenapa sih Rell? Santai aja dong, bersikap biasa aja"

"Bersikap biasa aja kata lo? Ini pertama kalinya gue bohong sama Ali. Gue gak
pernah kayak gini sebelumnya. Dan ini karna lo"

"Ali gak bakal tau kalau lo gak kasih Tau,udahlah Rell"

"Lo bener-bener ya. Kalau bukan lo, mungkin gue udah habisi sekarang juga"

Langkah Ali terhenti mendengar pembicaraan yang membuat nafasnya tercekat.


Apa maksud pembicaraan mereka? Jadi? Rahang Ali tiba-tiba mengeras sempurna.
Ali berjalan cepat menghampiri kedua orang itu. Memang ia belum tau jelas dan
masih mengira-ngira arah pembicaraan mereka, tapi emosinya sudah terasa sampai
di ubun-ubun.

"Apa yang kalian tutupin dari gue?" Tanya Ali yang sukses membuat kedua orang itu
langsung menatap Ali. Tatapan mereka tak seperti tatapan yang sering mereka
tunjukkan pada Ali, tapi tatapan terkejut.
Mereka sama-sama diam, bingung harus menjawab apa pada Ali. Apalagi melihat
raut wajah Ali kini, tak sesantai biasanya.

"Jawab Verrell! Lo sahabat gue,gak mungkin lo tutupin apapun sama gue"

Verrell tetap memilih diam membuat Ali menghembuskan nafasnya kasar. Kini
pandangan Ali beralih pada seseorang disamping Verrell.

"Kalau Verrell gak bisa jawab,lo pasti bisa jawab kan?" Seseorang itu juga terdiam.
Ali mengusap wajahnya frustasi. Kenapa kedua sahabatnya ini sekarang malah
bungkam.

"Jawab Verrell!" Suara Ali kini terdengar meninggi membuat Verrell terkesiap.

"Orang yang nabrak Prilly waktu itu adalah suruhan Aura" ucapan Verrell itu berhasil
membuat Ali terbelalak kaget. Ditatapanya Aura dengan tatapan tak percaya. Gadis
itu tampak hanya tertunduk.

"Bener yang dibilang Verrell?" Tanya Ali memastikan. Aura yang tertunduk hanya
diam. Sepertinya itu sudah cukup sebagai jawaban bagi Ali.

"Gue gak nyangka lo bakal ngelakuin itu..maksud lo apa ha? Istri gue gak pernah
punya masalah ya sama lo. Lo tau gak tindakan lo itu hampir bahayain anak dan
istri gue!" Ali memekik dihadapan Aura Membuat badan gadis itu tergetar. Tak
pernah ia mendengar Ali berbicara sebegitu kerasnnya padanya.

"Ali dia cewek, lo ngomongnya jangan kasar" lerai Verrell. Ali kini beralih menatap
Verrell tajam.

"Dan lo! Bisa-bisanya lo pura-pura gak tau soal ini? Ini bukan hal spele. Ini
menyangkut anak dan istri gue. Kita udah sama sama sejak kecil dan cuma karna
cewek ini lo bohongin gue? Sahabat macam apa lo!" Verrell hanya mampu terdiam
mendengar ucapan Ali.

"Apa alasan lo ngelakuin itu sama istri gue?" Tanya Ali yang kini beralih kembali
menatap Aura.

Aura hanya diam menunduk membuat Ali terlihat geram. Emosinya akan menjadi-
jadi bila lama-lama seperti ini.

"Jawab!" Bentak Ali.

Aura memberanikan mendongakkan wajahnya menatap Ali. Dibalasnya tatapan


tajam Ali dengan tatapan tajam pula.

"Gue lakuin ini karna gue cinta sama lo! Dari dulu sejak sekolah gue udah cinta
sama lo, tapi lo gak pernah peka! Gue fikir setelah gue balik gue bisa dapetin lo
ternyata saat gue balik lo punya istri, lo pikir hati gue gak sakit ha? Lo pikir gak
capek nahan perasaan ini lama lama?" Pekik Aura meluapkan segala yang tertahan
dari hatinya.

Mendengar ucapan Aura itu membuat Ali menatapnya tak percaya. Bukan hanya
Ali, Verrell juga terlihat kaget.

"Gara-gara cinta lo kayak gini? Sadar Ra, lo gak seharusnya kayak gini, lo fikir
setelah lo nyelakain istri gue,gue bakal berpaling sama lo? Gak akan!" Ali benar-
benar tak habis fikir Aura bisa melakukan hal itu.

Untung mereka masih berada dikawasan kantor bandara. Jadi tak begitu banyak
yang bisa melihat perkelahian mereka sekarang.

"Urusan kita belum kelar. Lo harus tanggung jawab atas apa yang udah lo lakuin"
ucap Ali dingin. Aura yang sedang menangis jadi makin terisak.

"Dan lo Rell, gue bener-bener kecewa sama lo. Cewek kayak gini yang bikin lo
bohongin gue? Gue gak tau apa setelah ini kita masih bisa dibilang sahabat atau
enggak" Ali langsung berlalu dari hadapan Mereka, tak ingin tangannya yang sudah
sangat gatal ini melayangkan sebuah pukulan pada Verrell.

*****

"Gue gak nyangka lo bohongin gue, lo bilang lo ngelakuin ini karna dulu Prilly
pernah buat salah sama lo. Lo udah bikin persahabatan gue dan Ali hancur!" Maki
Verrell.

"Mulai sekarang, lo lupain kalau gue pernah bilang kalau gue cinta sama lo, lupain
semuanya!" Verrell langsung berlalu dari Aura.

*****

Prilly mengaduk-ngaduk susu yang ia buat setelah menuangkan air panas. Tiba tiba
Prilly merasakan ada sepasang tangan yang melingkar diperutnya. Prilly melirik
tangan itu kemudian tersenyum lembut. Tangan yang sangat ia kenal dengan
sebuah cincin dijari manisnya yang sama dengan miliknya.

"Daffa mana?" Tanya Ali.

"Udah tidur, katanya capek nungguin daddynya gak pulang pulang" balas Prilly
membuat Ali terkekeh kecil.
Ali menghirup dalam-dalam aroma tubuh Prilly yang selalu mampu membuatnya
tenang. Prilly membalikkan badannya menghadap Ali. Sesaat kemudian Prilly
mengerinyitkan dahinya menatap Ali, ada yang berbeda dari Ali. Wajahnya yang
biasa terlihat sangat damai sekarang terlihat menegang. Matanya yang biasa teduh
kini terlihat menajam. Tangan Prilly terulur mengelus pipi Ali, berharap rahang
kokoh mengeras itu menunjukkan kembali kedamaiannya.

"Kamu kenapa?"

"Aku? Gak papa sayang"

"Bohong, kamu beda banget. Gak biasanya kamu kayak gini. Ada masalah sama
pekerjaan kamu?"tanya Prilly khawatir.

Ali tersenyum lalu mencium lembut dahi Prilly. Ntahlah untuk pertama kalinya
rasanya ia tak bisa menyembunyikan amarahnya didepan istrinya.

"Cerita dong" lagi-lagi Prilly mengelus pipi Ali membuat Ali terpejam. Perlahan
emosinya yang sudah sampai di ubun ubun mulai mereda.

"Aku mandi dulu ya, ntar aku ceritain"

"Yaudah kamu mandi gih, aku bikinin teh nanti buat kamu. Tapi kamu senyum dulu.
Jangan gitu mukanya. Seremm" rengek Prilly, akhirnya tawa Alipun Pecah. Tak tahan
rasanya setiap kali melihat wajah menggemeskan istrinya saat sedang merengek
seperti itu.

"I love you" ucap Ali lembut sembari tersenyum tulus.

"I love you more captain"

Chapter 33

*****

"Sayang"

"Hmmmm?"

Ali terus mengelus rambut Prilly yang sedang bersandar di dadanya. Pandangan
mereka sama-sama terfokus pada siaran televisi yang mereka lihat.

"Kan kamu udah selesai mandi nih, makan juga udah, sekarang cerita dong kamu
lagi kenapa" Prilly mendongakkan wajahnya menatap Ali yang juga sedang
menatapnya.
Ali tampak perfikir sejenak. Kemudian di ambilnya remote tv yang sedari tadi ada di
atas meja kemudian dimatikannya tv itu. Prilly memperbaiki posisi duduknya,
sepertinya pembicaraan ini akan sangat serius. Benar saja, wajah Ali kini terlihat
sangat serius, karna memang bagi Ali ini adalah sesuatu yang serius.

"Aku udah tau siapa yang nabrak kamu waktu di bandara" ucap Ali.

"Siapa?" Prilly kini benar-benar penasaran. Pasalnya ini sudah menggangu


pikirannya akhir akhir ini.

"Dia suruhannya Aura" Prilly menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang baru
ia dengar. Ia tak menyangka seseorang yang selama ini sempat tak terdengar lagi
tiba-tiba saja melakukan hal seperti itu.

"Maksud kamu dia mau nyelakain aku? Tapi kenapa?"

"Dia ngelakuin itu karna dia cinta sama aku" pernyataan Ali itu membuat Prilly
terbelalak kaget.

"Benar kan kata aku, dia cinta sama kamu, dia sampai nyelakain aku, coba kalau
kemarin aku beneran kenapa kenapa, gimana sama Daffa" Prilly terdengar mulai
terisak. Ingatan kejadian saat itu kembali berputar. Prilly benar benar tak
menyangka bahwa dugaannya selama ini ternyata benar.

Ali membawa istrinya itu kedalam Pelukannya. Ali mencoba untuk menenangkan
Prilly.

"Aku benci banget sama dia. Gara-gara dia Daffa hampir kenapa-kenapa"

"Iyaa sayang, aku tau. Aku udah minta pengacara aku untuk urus semuanya. Tapi
aku tetap mau dia minta maaf sama kamu. Kamu tenang aja ya. Dia gak bakal
ganggu kamu lagi" ucap Ali memberi pengertian pada istrinya. Prillypun
mengangguk lemah dalam pelukan Ali.

*****

"Cepat besar ya sayang, jadi anak yang pinter, jagoan daddy yang selalu bisa jagain
mommy kalau daddy lagi flight, ntar kalau gede mau jadi apa?"

"Piloottttt" Prilly yang baru saja memasuki kamar langsung menyaut ucapan Ali
yang sedang mengajak putranya berbicara. Ali terkekeh kecil mendengar sahutan
istrinya itu.

"Terserah dia dong sayang mau jadi apa, kok malah mommy nya yang bawel" Ali
mencubit kecil hidung Prilly gemas.

Melihat putranya yang sudah terlihat haus, Prilly langsung menyusui Daffa. Ali
tersenyum kecil menatap Prilly dan putranya lalu mengalihkan pandangannya ke
langit-langit kamar. Ada sesuatu yang mengganjal fikirannya beberapa hari ini.
Perasaannya terasa tak tenang karna Ali belum pernah seperti ini sebelumnya. Tiba-
tiba tanpa Ali sadari sudah ada tangan yang menghimpit perutnya. Ali langsung
menatap istrinya yang sudah ada disampingnya. Ntah sejak kapan Prilly selesai
menyusui Daffa dan entah sejak kapan pula ia meletakkan Daffa di box bayi nya.

"Kamu kenapa?" Tanya Prilly memainkan kancing piyama Ali.

"Gak kenapa-kenapa sayang"

"Akhir-akhir ini suka banget sih nutupin sesuatu dari aku" Prilly mengerucutkan
bibirnya kesal.

"Aku rasanya gak tenang karna hubungan aku sama Verrell lagi gak baik" ucap Ali.
Terdengar helaan nafas berat dari Ali.

"Loh emang kamu sama Verrell kenapa?"

"Aku gak suka liat dia tutup tutupi tentang Aura yang udah nyelakaian kamu" jelas
Ali. Prilly mengangguk paham.

"Aku paham kok gimana perasaan kamu, Masalah Aura kan juga lagi di proses, gak
ada salahnya kan sekarang kamu selesaiin urusan kamu sama Verrell. Lagian kamu
pernah bilang kalau dia suka sama Aura, kayaknya wajar dia ngelakuin hal kayak
gitu"

"Tapi ini bukan hal sepele sayang. Aku gak bisa maafin dia kayak gitu aja"

"Bukannya kamu yang selama ini selalu ajarin aku untuk mudah memaafkan dan
berbuat baik sama siapa aja" ucap Prilly mengingatkan suaminya membuat Ali
terdiam.

"Kamu sini deh" Prilly menginstruksikan Ali agar mengikutinya duduk dikepala
ranjang. Alipun mengikuti istrinya, disandarkannya punggungnya dikepala ranjang.
Kemudian ditatapanya istrinya dengan tatapan heran.

"Kamu sama Verrell itu udah sahabatan dari kecil kan? Seharusnya kamu udah tau
gimana Verrell. Mungkin aja dia udah lama gak ngerasain cinta sama seseorang,
makanya sekalinya cinta sampai segitunya" Ali kembali terdiam mendengar ucapan
Prilly. Memang benar, selama beberapa tahun belakangan ini Ali tak pernah
mendengar atau melihat Verrell dengan gadis manapun, sahabatnya itu tampak
sibuk dengan pekerjaannya.

"Verrell udah coba buat minta maaf gak sama kamu?"

"Iya, beberapa hari ini dia selalu telfon aku, walaupun gak pernah aku angkat"
"Nah itu, berarti dia bener-bener serius buat minta maaf sama kamu. Aku yakin dia
sama kayak kamu, pasti dia juga gak tenang. Cobalah buat maafin dia sayang. Toh
aku sama Daffa baik baik aja" Prilly mencoba memberi pengertian pada suamianya.
Prilly paham sebenarnya Ali sangat tak ingin ada dalam kondisi seperti ini.

"Oke, ntar aku bakal coba buat perbaiki semuanya sama Verrell" ucap Ali membuat
senyum Prilly sumringah. Tak sulit membuat Ali menerima ucapan Prilly, apalagi
mengingat sifat Ali yang tak sekeras kepala Prilly.

"Eh sejak kapan istriku ini jadi dewasa banget ngomongnya? Serius deh sayang.
Omongan kamu dari tadi itu dewasa banget" ucap Ali, Ali tak menyangka istrinya
yang jutek dulu dan manja sekarang kini Sudah menjadi wanita dewasa.

"Sejak nikah sama kamu dan jadi mommy Daffa" balas Prilly tersenyum
memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Ali terkekeh kecil lalu membawa Prilly
dalam pelukannya.

"Makasih ya sayang. Kamu selalu tau caranya redain emosi dan nenangin fikiran
aku. Tetap jadi wanita hebat aku ya" ucap Ali membuat Prilly tersenyum.

"Siap laksanakan captain!"

*****

Ali memasuki sebuah cafe sambil mengedarkan pandangannya kesekeliling cafe,


pandangannya terhenti pada seseorang yang melambai dengan kikuk kearahnya.
Ali juga terlihat tak kalah kikuk. Alipun menghampiri Verrell yang sudah duduk
disudut cafe. Ali mengambil posisi duduk dihadapannya. Untuk pertama kalinya
suasanya di antara mereka sangat canggung. Ali dan Verrell sama sama larut dalam
diam dan fikiran mereka masing-masing. Terlebih lagi Verrell, untuk melihat Ali saja
ia merasa sangat canggung.

"Rell"

"Li"

Mereka sama-sama menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat tak sengaja mereka
sama sama memanggil satu sama lain.

"Lo dulu" ucap Ali.

"Gue bener-bener minta maaf Li,gue gak tau ini untuk keberapa kalinya. Tapi gue
bener-bener gak tenang dengan keadaan kita sekarang Li, gue tau gue salah, gue
juga udah sadar semuanya, lo mending sekarang tonjok gue, atau maki gue deh,
asalkan setelah itu lo janji kita bakal kayak dulu lagi" jelas Verrell. Ditatapnya
sahabat sejak kecilnya itu dengan tatapan memohon.

Ali hanya diam menatap Verrell dengan pandanganya yang sulit diartikan.

"Ayo Li, tonjok gue biar amarah lo ke gue bisa lo salurkan, gue bener-bener sahabat
yang payah, udah bikin lo kecewa"

Ali bangkit dari duduknya, dikepalkannya tangannya kuat kuat hingga buku-buku
jarinya terlihat. Diayunkannya tangannya membuat Verrell memejamkan matanya
erat-erat bersiap mendapat bogeman dari Ali.

"Tangan gue ini gak bakal pernah mendarat ditempat yang salah, Lo lupa gue
captain? Mana ada captain mendarat ditempat yang salah" perlahan Verrell
membuka matanya saat mendengar ucapan Ali dan merasakan tangan Ali
dipundaknya.

"Maksud lo? Lo gak marah lagi sama gue?" Tanya Verrell tak percaya.

"Kita gak bakat berantem rell, yang penting lo janji itu untuk yang pertama dan
terakhir lo bikin gue kecewa"

"Siap captain! Thanks banget bro" mereka sama sama tersenyum lega.

*****

Ali dan Prilly sama-sama menatap tajam seseorang dihadapannya, sedangkan yang
ditatap hanya menunduk.

"Ekhem" Ali berdehem, memaksakan orang itu mendongakkan wajahnya. Rasanya


Ali tak ingin berlama lama disini, jadi ada baiknya jika orang itu memulai
pembicarannya.

"Gu.. gue mau minta maaf sa.. sama lo Prill, gue sadar gue salah. Gue juga udah
menyesali semuanya. Gue bener-bener minta maaf" orang itu yang tak lain adalah
Aura mulai membuka suara.

"Lo hampir nyelakain gue dan anak gue. Lo cewek, gue cewek, harusnya kita sama-
sama bisa ngerti" ntah kenapa rasanya Prilly sulit menerima semuanya.

"Gue bener-bener minta maaf Prill. Gue sadar gue terlalu ambisius. Gara-gara
ambisi gue ini gue harus kehilangan sahabat gue dan orang yang tulus mencintai
gue" air mata Aura menetes begitu saja.
Prilly melirik suaminya yang sedang merangkulnya sambil mengelus ngelus
lengannya seolah meminta pendapat apa ia harus memaafkan Aura atau tidak, Ali
hanya mengangkat bahunya pertanda semuanya ia serahkan pada Prilly.

"Yaudah,gue maafin lo kok. Tapi lo harus janji kalau lo akan berubah. Cinta yang lo
punya harusnya lo kasih ke orang yang tepat Ra"

"Thanks Prill, lo bener, gue minta maaf ya Li"

"Gue udah maafin lo kok, tapi maaf Ra, hukum harus terus berjalan" balas Ali. Aura
hanya mampu mengangguk pasrah.

Chapter 34

*****

"Mommy...."

"Mommy...."

"Mommy...."

Suara panggilan itu membuat Prilly yang sedang memotong motong Buah di mini
bar langsung menoleh pada putranya yang ternyata sudah berdiri disampingnya.

"Kenapa sayang?"

"Au mput daddy" Prilly terkekeh kecil mendengar racauan putranya yang masih tak
jelas itu. Daffa kini sudah berumur hampir tiga tahun, ia tumbuh menjadi anak yang
menggemaskan dan sangat tampan. Prilly melirik jam dindingnya yang
menunjukkan pukul 9 pagi.

"Nanti ya sayang jemput daddynya, daddy belum sampai" balas Prilly lembut
membawa putranya dalam gendongannya lalu mendudukkannya di atas minibar.

Tadi pagi Ali memberitahu Prilly bahwa ia akan sampai dibandara pukul 10 pagi.
Artinya masih satu jam lagi. Prilly mencolek pelan hidung mancung putranya,
sepertinya captain junior ini sudah sangat tak sabar bertemu daddynya. Maklum,
hari ini genap seminggu Ali pergi untuk flight.

"Mput daddy mom" ucap Daffa lagi. Sepertinya putranya ini belum paham apa yang
Prilly jelaskan.
"Ntar ya. Sekarang Daffa main pesawat-pesawatan dulu, mau?"

"Auuuu" pekik Daffa. Prilly terkekeh geli melihat Daffa yang sepertinya sudah lupa
dengan tujuan awalnya.

Prillypun akhirnya menurunkan Daffa dari minibar lalu membiarkan putranya berlari
lari kecil menuju box mainannya. Prilly tersenyum melihat putranya yang sudah asik
sendiri. Tak pernah Prilly merasa kesepian, tak terasa kini bahkan putranya sudah
bisa di ajak bercerita walaupun terkadang ucapannya tak jelas. Walaupun rumah
tangga Ali dan Prilly tak selalu mulus, tapi Ali dan Prilly selalu tau cara
menyelesaikan masalahnya secepat mungkin.

Daffa tumbuh menjadi anak yang sangat tampan. Tak jarang Daffa mengikuti
pemotretan untuk majalah anak-anak atau brand suatu prodak anak-anak, tapi
sebagai orangtua, Ali dan Prilly sangat membatasi Daffa. Hanya beberapa tawaran
yang mereka terima, itupun karna paksaan dari Beberapa pihak yang sangat ingin
memakai Daffa untuk iklannya. Namun walaupun terbiasa dengan kamera,tak bisa
dipungkiri kalau Daffa sangat menyukai apapun yang berhubungan dengan
pesawat. Bahkan box mainannya didominasi oleh mainan pesawat.

*****

"Udah siap buat jemput daddy?" Tanya Prilly.

"Yeayy mput daddy"

Prilly menggandeng tangan mungil Daffa memasuki bandara. Daffa terlihat sangat
antusias berjalan sambil sesekali melompat-lompat kecil. Setiap berpas-pasan
dengan seseorang yang tersenyum gemas padanya, Daffa selalu membalas dengan
memperlihatkan deretan gigi susunya. Jika wajahnya merupakan perpaduan antara
Ali dan Prilly, maka berbeda dengan sifatnya. Sifatnya menurun sempurna dari Ali
apalagi sifatnya yang murah senyum. Sangat menggambarkan seorang captain Ali.

"Daddy" pekik Daffa.

Prilly melepaskan genggaman tangannya dengan Daffa dan membiarkan putranya


berlari menghampiri Ali yang sudah terlihat dengan menyeret kopernya. Ali
tersenyum sumringah melihat putra kebanggaannya tampak begitu antusias
menjemputnya. Ali langsung membawa Daffa dalam gendongannya saat putranya
itu sudah ada di hadapannya.

"Haiii jagoan daddy" Ali mencium pipi putranya berulang kali membuat Daffa
terkekeh geli.
"Apa mput daddy" racau Daffa membuat Ali tertawa kecil, bahkan putranya ini
masih belum lancar menyebutkan namanya sendiri.

"Pinter ya anak daddy, mau jemput daddy ya?"

"Mput daddy ama mommy" Daffa menunjuk Prilly yang berjalan menghampiri
mereka. Pandangan Ali beralih pada istri tercintanya.

"Haii neng" sapa Ali membuat Prilly mengerucutkan bibirnya tak terima digoda
suaminya.

"Ih kang supir mah" rengek Prilly membuat Ali terkekeh.

"I miss you"

"Yes, you always miss me" balas Prilly santai.

"Kamu gak kengen aku?"

"Ya kangen lah sayang" Prilly mengelus pipi Ali membuat Ali tersenyum.

"Au pulang daddy" ucapan Daffa itu berhasil memecahkan aksi kangen-kangenan
suami istri itu.

"Oke kita pulang sekarang captain" ucap Ali lalu memakaikan topi pilot
kebanggaannya pada Daffa membuat kepala Daffa tenggelam didalam topi itu. Ali
dan Prilly tertawa geli melihat putranya yang terlihat berusaha melepaskan topi itu
dari kepalanya.

Chapter 35

*****

"Daddy" suara panggilan itu membuat Ali yang sedang fokus berkutat dengan ipad
nya melihat agenda penerbangannya langsung menoleh ke asal suara. Ali
tersenyum saat melihat putranya yang tampak sulit membawa sebuah mainan
pesawat yang cukup besar dan mengeluarkan suara pesawat yang sedang take off
yang lumayan bising.

"Kenapa sayang?" Ali meletakkan ipad nya kemeja kemudian fokus pada putranya.

"Libut daddy" Daffa memberikan mainannya pada Ali kemudian menutup kedua
telinganya dengan tangan kecil miliknya.

Ali tertawa geli kemudian mengacak-ngacak rambut hitam lebat putranya itu
lembut. Ali kemudian mematikan tombol yang berfungsi mengeluarkan suara yang
sepertinya tak sengaja terpencet olah Daffa. Daffa bersorak sambil bertepuk tangan
saat suara itu berhasil Ali matikan. Ali yang gemas dengan tingkah putranya itu
langsung membawa Daffa dalam gendongganya kemudian mengayun ngayunkan
ke udara, Daffa yang ke asikan malah terkekeh.

"Seru banget kayaknya, mommy juga mau di gituin" ucap Prilly yang datang sambil
membawa segelas teh ditangannya.

"Mommy berat" ledek Ali yang langsung mendapat cubitan pelan dari Prilly
dipinggangnya.

"Nih teh nya diminum dulu"

Ali menurunkan Daffa dari gendongannya membiarkan putranya itu kembali


bermain. Alipun menyedu teh yang sudah disiapkan istrinya.

"Sayang aku mau ngomong sesuatu deh" ucap Prilly.

Karna merasa sepertinya istrinya itu akan membicarakan hal yang cukup serius,
Alipun memperbaiki posisi duduknya berhadapan dengan Prilly.

"Kenapa sayang?"

"Kamu kan tau kalau aku udah hampir 3 tahun gak kerja dan cuma dirumah aja.
Rasanya udah cukup deh, aku bosan kayak gini terus. Aku mau ngelakuin sesuatu
gitu yang produktif. Tapi aku masih gak tau apa, kalau model gak mungkin, kan
kamu udah ngelarang keras. Sekarang terserah kamu deh aku bolehnya kerja
apaan, yang penting aku mau kerja sayang, toh Daffa juga udah gede kan,dia juga
gak rewel"

"Kamu kerja buat apa sih sayang? Kan enak dirumah aja santai sama Daffa"

"Aku bosan, aku dari dulu sebelum nikah sebenarnya paling gak bisa kayak gini, aku
kepengen punya kegiatan, ayo dong sayang" Prilly menarik narik pelan lengan Ali
mencoba membujuk suaminya.

Ali tampak berfikir sejenak, sebanarnya ia tak ingin istrinya bekerja, tapi Ali juga
kasihan pada Prilly, Ali tau pasti sangat membosankan jika selalu ada dirumah.

"Yaudah sekarang kamu maunya kerja apa?"

Prilly mengetuk-ngetuk pelan dahinya mencoba berfikir pekerjaan apa yang kini pas
untuknya.

"Gimana kalau aku buka butik? Kan gak terlalu ribet, terus aku bisa cari karyawan
yang bantu aku. Lagian bunda kan di Bandung juga punya beberapa butik, jadi aku
bisa belajar sama bunda" usul Prilly.
"Yaudah kalau gitu, ntar aku urus yaa" balas Ali membuat Prilly langsung memekik
girang.

"Aaaaaa makasih sayang" Prilly langsung memeluk suaminya erat dan mencium
pipi Ali berulang kali membuat Ali terkekeh. Sepertinya respon istrinya ini sangat
berlebihan.

"Tapi kamu harus janji,kamu harus tetap ingat kewajiban kamu sebagai istri dan
mommy buat Daffa"

"Janji captain!"

*****

"Kamu suka?"

"Suka banget sayang. Ini keren banget. Butik doraemon" Prilly menatap kagum
kesekeliling butik yang didominasi oleh design interior doraemon.

"Daffa suka?" Tanya Ali pada putranya yang berada dalam gendongannya. Daffa
langsung menggeleng cepat.

"Au pecawat" Ali dan Prilly terkekeh geli melihat respon putranya. Walaupun Selalu
disugukan dengan hal-hal berbau doraemon kesukaan mommy, Daffa tampak sama
sekali tidak menyukai tokoh kartun kucing itu. Daffa lebih menyukai apapun yang
berhubungan dengan pesawat.

"Besok barang-barangnya udah mulai datang. Kamu bisa bikin peresmian


pembukaan butiknya lusa" jelas Ali.

"Makasih yaa sayang. Kamu memang doraemon hidup aku, belum lama minta udah
dapet aja"

"Daddy ukan dolameon mommy, daddy apten" ucapan Daffa membuat Ali dan Prilly
berfikir keras mencoba mencerna ucapan putranya.

"Captain sayang, bukan apten" ucap Prilly saat sudah mengerti maksud putranya.

*****

Semenjak butik Prilly resmi dibuka, Prilly mulai disibukkan dengan rutinitas barunya,
selain sebagai pemilik butik, Prilly kini juga memulai mencoba peruntungan sebagai
designer. Sebagai mantan model, dunia fashion tak asing lagi bagi Prilly. Sejak
dibuka, butik Prilly tak pernah sepi pembeli.

"Sayang, sarapan kamu udah aku bikinin yaa. Di dalam kulkas juga ada soup buah,
ntar kalau kamu sama Daffa mau tinggal ambil yaa" pesan Prilly sambil sibuk
membenarkan rambutnya.

"Kamu pagi-pagi gini udah mau kebutik?"

"Iya nih, soalnya aku udah ada janji buat kasih liat design aku ke client. Ntar kalau
Daffa bangun langsung kasih susu aja ya, udah ada di meja makan. Aku pergi dulu
ya sayang, udah telat nih kayaknya" Prilly menghampiri Ali yang duduk dikepala
ranjang lalu mencium pipi Ali singkat kemudian mencium pula punggung tangan Ali
dan segera berlalu pergi.

Ali menatap kepergian istrinya. Beberapa hari belakangan ini Prilly tampak lebih
sibuk dari biasanya. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di butik. Kalau ditanya
apakah Ali terganggu dengan sikap Prilly belakangan ini, jawabannya adalah IYA.

"Daddy" suara pelan putranya itu membuyarkan lamunan Ali. Ditatapanya putranya
yang sudah membuka matanya. Tangan Ali yang sedari tadi mengelus rambut Daffa
kini beralih mengacak ngacak pelan rambut jagoannya.

"Mommy" panggil Daffa melirik keranjang sisi lainnya.

"Mommy kerja sayang. Sekarang Daffa mandi sama daddy ya. Abis itu kita sarapan,
terus kita main pesawat-pesawatan" ajak Ali kemudian bangkit dari Duduknya,
direntangkannya tangannya siap menyambut Daffa dalam gendongannya. Dengan
antusias Daffa langsung berhamburan dalam gendongan Ali.

Seperti inilah kebiasaan Ali akhir-akhir ini saat sedang tidak flight. Menghabiskan
waktu dengan putranya

*****

Ali fokus menonton bola namun sesekali matanya melirik jam yang sudah
menunjukkan 9 malam. Sejak pagi istrinya belum juga pulang.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"
Ali langsung menoleh ke arah suara, tampak Prilly yang menghampiri Ali.

"Malam sayang" Prilly mencium singkat pipi Ali kemudian duduk disamping Ali.

"Kok jam segini baru pulang?" Tanya Ali.

"Hari ini butik rame banget sayang, aku sampai kualahan"

"Kamu harusnya bisa bagi waktu, kamu udah pergi sejak pagi loh, lagian kamu juga
jangan capek-capek" pesan Ali. Selain tak suka dengan Prilly yang tampak lebih
sibuk beberapa hari ini, Ali juga mengkhawatirkan kondisi Prilly.

"Ya kan hari ini doang, besok besok enggak kok. Aku kan juga kangen kamu sama
Daffa" Prilly menyandarkan kepalanya di bahu Ali. Tangan Ali langsung mendekap
tubuh Prilly dan mengelus pucuk kepalanya. Sepertinya Prilly sanggat Kelelahan.

"Besok aku bakal flight sayang, kamu jangan kebanyakan di butik ya, kasian Daffa.
Tadi aja dia nyariin kamu, kamu pergi saat dia tidur terus pulang saat di udah tidur
lagi. Jadi aku harap kamu bisa lebih utamain keluarga" Ali yang sangat paham sikap
Prilly mencoba memberi Prilly pengertian secara lembut.

"Iyaa sayang, maaf ya. Aku usahain besok-besok gak gitu lagi"

Chapter 36

*****

"Aaaaaaa tangan mommy sakit" suara meringis Prilly itu membuat Daffa cepat-
cepat menjauhkan miniatur pesawat yang sedari tadi ia mainakan ditangan Prilly
dan tak sengaja ada celahnya yang tersangkut ke jari tangan Prilly.

"Angan mommy atit?" Tanya Daffa memperhatikan tangan Prilly. Prilly berusaha
menahan senyumnya melihat raut khawatir dari putranya itu.

"Iyaa sayang, tangan mommy sakit nih"

Daffa bergantian melirik wajah Prilly dengan tangannya, perlahan ditiup-tiupnya


kecil tangan Prilly membuat akhirnya tawa Prilly pecah. Prilly langsung mencium
pipi putranya gemas. Daffa benar-benar mirip dengan Ali. Bahkan raut wajah
khawatir yang ia perlihatkan mirip sekali dengan raut khawatir Ali, dan sikap lembut
yang ia perlihatkan juga serupa dengan yang selalu dilakukan Ali. Tiba-tiba suara
ponsel Prilly berdering. Prillypun mengangkat telfonnya sejenak.
*****

"Gak papa kan ma kalau Prilly titip Daffa disini sebentar"

"Ya gak papa sih. Tapi kamu udah izin sama Ali"

"Tadi sih aku udah coba telfon, tapi gak aktif" Ayu menatap putrinya itu ragu.

"Mending kamu tunggu Ali dulu lah"

"Orang yang ngajak aku kerja sama buat Peragaan busana ini minta keputusannya
hari ini juga ma, Ali pasti ngerti lah. Tolongin aku ya ma" pinta Prilly. Memang tadi
Prilly mendapat telfon dari rekan bisnisnya yang menawarkannya kerja sama dalam
mendesign baju untuk salah satu acara peragaan busana.

"Yaudah deh kalau gitu"

"Makasih ya ma. Daffa sama oma dulu ya sayang" ucap Prilly pada putranya. Daffa
yang sudah asik dengan mainannya tampak hanya meracau tak jelas merespon
ucapan Prilly.

*****

Ali menekan bel rumahnya, diliriknya jam tangannya yang menunjukkan pukul 8
malam, diliriknya pulang sebuah kantong belanjaan berisikan makanan kesukaan
jagoannya. Sepertinya jam segini Daffa belum tidur. Tak berapa lama pintu terbuka
menampakkan mbok surti, asisten rumah tangga Ali.

"Malam tuan" sapa mbok Surti ramah.

"Malam mbok"

Ali melangkahkan kakinya memasukinya rumahnya. Diedarkannya pandangannya


kesekeliling rumah yang tampak sepi. Biasanya putranya yang sedang aktif-aktifnya
selalu sibuk bermain. Tapi kemana dia? Apa sudah tidur? Ali sengaja tak meminta
jemput ke bandara, karna memang biasanya jika Ali pulang malam, ia akan pulang
sendiri. Ini termasuk flight singkat Ali,karna ia hanya pergi selama 3 hari.

"Mbok, kok sepi? Prilly sama Daffa mana?" Tanya Ali.

"Itu tuan, dari tadi pagi nyonya udah pergi sama Daffa" Ali mengerinyitkan dahinya
mendengar ucapan mbok Surti.
"Mereka kemana?"

"Mbok juga gak tau tuan" balas mbok Surti. Alipun mengangguk paham. Setelah itu
bik Surti pamit ke dapur.

Ali merogoh ponselnya disakunya. Mencoba menelfon Prilly, namun Prilly tak
kunjung mengangkatnya. Ali makin dibuat bingung, kemana sebenarnya anak dan
istri..namun sesaat kemudian Ali teringat sesuatu. Ali langsung bergegas
kekamarnya..setelah beberapa saat seragam pilot tadi sudah berganti dengan kaos
hitam polos kemudian celana jeans. Ali segera melajukan mobilnya menuju butik
yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

"Prilly lagi di dalam kantor?" Tanya Ali pada salah seorang karyawan yang bekerja di
butik Prilly, karna biasanya saat dibutik, Prilly pasti lebih banyak menghabiskan
waktunya diruangannya.

"Ibu Prilly sedang meeting dengan salah seorang client sekalian dinner di luar pak"

"Meeting? Daffa ikut?"

"Tadi saat ibu Prilly ke butik saya tidak melihat Daffa bersama ibu Prilly pak" balasan
karyawan itu membuat Ali membulatkan matanya. Kalau Daffa tidak bersama Prilly,
lalu putranya bersama siapa?

*****

"Daddy" suara pekikan itu menyambut kedatangan Ali. Ali tersenyum gemas pada
putranya yang sedang berlari menghampirinya dan langsung mengulurkan
tangannya saat sudah ada di hadapan Ali sebagai isyarat agar Ali
menggendongnya. Dengan senang hati Ali membawa putranya itu kedalam
gendongannya.

"Haloo jagoan daddy"

"Aloo daddy"

Ntah kenapa Ali langsung tepikir bahwa Daffa sedang ada dirumah mertuanya saat
mendapati Daffa sedang tak bersama Prilly.

"Baru pulang Li?" Indra menghampiri Ali.

"Iya pa"

"Makan dulu yuk Li" ajak Ayu.

"Gak usah deh ma, tadi aku udah makan. Maaf ya ma jadi ngerepotin titipin Daffa
disini"
"Ngerepotin apaan sih Li, mama malah seneng bisa main bareng cucu"

"Li, papa tau perasaan kamu sekarang, kalau mau tegur Prilly gak papa kok, papa
percaya kamu tau apa yang harus kamu lakuin" pesan Indra Bahkan sebelum Ali
datang, Indra sudah menduga apa yang akan terjadi. Bukan hanya Ali, papa Indra
juga merasa risih dengan sikap Prilly belakangan ini.

"Iya pa"

******

Prilly dengan tergesa-gesa memasuki rumahnya, hingga langkahnya terhenti saat


melihat Ali yang sedang duduk di sofa sambil menatapnya dengan tatapan yang
sulit di artikan.

"Susah banget ya buat jaga Daffa? Atau Daffanya rewel banget sampai harus
dititipin ke omanya?" Pertanyaan Ali itu membuat Prilly terkesiap.

"Sayang, aku itu, tadi..."

"Sebenarnya omongan aku selama ini kamu anggap apa sih? Angin lalu?"

"Bukan gitu, tadi aku dapet telfon dari Client, dia nawarin aku kerja sama. Ini
kesempatan bagus buat aku. Aku juga titipin Daffa sebentar kan" balas Prilly. Ali
menggelengkan kepalanya tak percaya. Apa Prilly pikir masalahnya sesimple itu?

"Aku izinin kamu kerja buat ngisi waktu kosong kamu. Bukan buat nguras semua
waktu kamu. Kamu sadar gak sih, sekarang kamu terlalu sibuk. Kamu lupa
tanggung jawab kamu!" Suara Ali terdengar meninggi membuat rasa takut menjalar
ditubuh Prilly. Bahkan ia sekarang tak berani menatap mata suaminya.

"Kamu gak bisa kayak gini terus. Kamu gak kasihan sama Daffa, kamu udah kurang
perhatian sama dia"

Prilly yang sedari tadi menunduk kini mendongakkan wajahnya menatap Ali.

"Kurang gimana sih? Aku selama ini udah jagain Daffa, cuma akhir-akhir ini doang
aku sibuk. Kamu tau kan sebelum aku nikah aku bukan cewek yang suka dirumah,
aku orang yang aktif. Dan sekarang aku baru menemukan bakat baru aku. Apa
salahnya sih aku kembangin? Kamu kenapa jadi gak dukung aku gini sih" nada Prilly
terdengar kesal.

"Aku akan dukung kalau yang kamu lakuin gak hanya baik untuk kamu tapi baik
juga untuk kita,tapi bukan untuk kali ini"
"Aku udah biasa kayak gini kok, produktif bahkan sejak sebelum kita nikah"

"Iya itu dulu sebelum kamu nikah, tapi sekarang kamu udah nikah dan segala
sesuatu yang kamu lakukan harus seizin aku" nada Ali lagi-lagi terdengar meninggi.

"Tapi semuanya terserah kamu. Kalau kamu rasa pekerjaan kamu adalah prioritas
dari pada keluarga kamu, silahkan teruskan. Aku rasa udah cukup ingetin kamu.
Percuma juga kan kalau gak didengerin" Ali sepertinya sudah mulai lelah. Ali
langsung berlalu meninggalkan Prilly ke kamarnya.

Rasa lelah dibadannya yang belum sempat istirahat setelah pulang kerja bertambah
dengan lelah di fikirannya. Ali adalah lelaki biasanya yang pada dasarnya memiliki
emosional tinggi, namun Ali sebisa mungkin menahannya, tak ingin memperkeruh
suasana.

Ali menatap putranya yang sudah terlelap. Diciumnya dahi putranya lembut
kemudian Berbaring disamping Daffa memejamkan matanya meredakan rasa yang
berdenyut dikepalanya.

Sabar Ali tak akan habis untuk istrinya, namun bolehkah ia merasa jengah dengan
sikap keras kepala istrinya yang tak kunjung hilang?

*****

Prilly menata makanan di atas meja namun dengan perasaan yang sulit di artikan,
pikirannya kembali mengingat tentang kejadian kemarin malam. Bahkan sampai
saat ini Ali masih terlihat mendiaminya. Prilly menghembuskan nafasnya saat sudah
selesai menata sarapannya.

"Daffa mau makan apa nak?" Tanya Prilly pada putranya yang sudah duduk dikursi
yang disediakan khusus untuk Daffa. Daffa tampak mengedarkan pandangannya
keseliling makanan namun tak kunjung menentukan pilihan.

"Au ama daddy" ucap Daffa. Sepertinya Daffa sedang ingin sarapan dengan
daddynya.

"Yaudah kita tunggu daddy dulu ya, daddy lagi mandi"

Tak berapa lama Ali tampak sudah keluar dari kamar dengan pakaian rapi, kemeja
hitam melekat pada tubuh kokohnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya Prilly.

"Mau kekantor bandara" Prilly menghela nafas saat mendengar jawaban seadanya
dari suaminya.
"Gak sarapan dulu?" Tanya Prilly lagi saat melihat Ali sedang memakai sepatunya.

"Ntar aja dibandara. Sayang, daddy pergi sebentar ya" Ali mencium pucuk kepala
putranya.

"Ikut daddy" ucap Daffa membuat Ali yang hendak pergi menghentikan langkahnya.

"Daddy pergi sebentar kok sayang, Daffa sama mommy aja ya" ucap Prilly yang
langsung mendapat gelengan dari Daffa. Daffa menatap Ali dengan tatapan
memohon membuat Ali berfikir sejenak.

"Jadi jagoan daddy mau ikut? Kayaknya bener-bener bakal jadi pilot nih. Yuk" Ali
membawa Daffa dalam gendongannya membuat Daffa bersorak gembira.

"Kamu yakin mau bawa Daffa, ntar kamu Repot lagi" ucap Prilly.

"Aku tau banget anak aku, dia bukan anak yang rewel kok, jadi gak masalah juga
kalau di bawa, gak harus ditinggal" balas Ali kemudian berlalu pergi. Tiba tiba mata
Prilly terasa memanas, ucapan terakhir Ali terdengar menyindirnya.

Prilly terduduk lesu kemudian menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

*****

Ali menggandeng tangan mungil Daffa memasuki bandara. Mereka langsung


mendapat tatapan memuja dari pengunjung bandara. Bagaimana tidak, melihat 2
orang yang terlihat sangat mirip namun berbeda umur berjalan dengan penuh
pesona.

"Om Alel" pekik Daffa membuat seseorang yang sudah familiar dengan panggilan
itu langsung menoleh padanya.

"Om Alel, Daddy" ucap Daffa menatap daddy nya meyakinkan bahwa yang ia
panggil benar.

"Iya sayang, itu om Verrell"

Verrell yang tampak baru selesai berbincang dengan seseorang langsung


menghampiri Ali dan Daffa dengan bersemangat.

"Haii captain junior" Verrell langsung membawa Daffa dalam gendongannya


membuat Daffa tertawa memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Rell, titip Daffa bentar ya, gue mau cek jadwal bentar" ucap Ali.

"Oke, yuk jagoan kita makan makan"


*****

"Lo kenapa sih? Muka lo kusut banget" tanya Verrell yang sedari tadi menyadari ada
yang beda dari wajah sahabatnya.

"Lagi ada masalah sama Prilly?" Tebak Verrell saat Ali tak kunjung membalas
ucapannya. Alipun akhirnya mengangguk kecil.

"Kalian kenapa?"

"Gue bingung aja gitu sama dia, dia tu gak bisa ngerubah sifat egois dan keras
kepalanya. Akhir-akhir ini dia sibuk banget sama butiknya. Kayaknya dia mulai
ngerasa kayak dulu lagi, saat sebelum nikah dan mau jadi wanita karir. Sebenarnya
bagi gue itu gak masalah, cuma kalau dia bisa bagi waktu. Tapi itu masalahnya, dia
gak bisa bagi waktu" jelas Ali menceritakan masalahnya pada Verrell. Verrell tampak
mengangguk paham. Ali menghela nafasnya sejenak. Ditatapnya putranya yang
terlihat asik dengan cake chocolate nya.

"Terus lo mau dia berhenti kerja?"

"Ya bukan gitu juga, cuma seenggaknya dia tau gitu apa yang harus dia Utamakan,
apalagi Daffa lagi aktif-aktifnya, belum lagi gue yang jarang dirumah. Wajar dong
kalau gue marah, gak marah juga sih, kecewa deh" Verrell mengangguk-angguk
paham. Ia mulai mengerti apa yang dirasakan sahabatnya. Pasti kalau ia berada
diposisi Ali, pasti ia akan melakukan hal yang sama.

"Yaudah kalau gitu hamilin lagi aja" ucapan Verrell itu sukses mendapat toyoran dari
Ali.

"Lo kalau ngomong asal jeplak aja ya. Lo kata kucing apa main hamil hamilin aja"
ucap Ali. Verrell yang mendapat toyoran Ali hanya cengir-cengir menyadari ucapan
spontannya tadi.

"Ya maaf, namanya juga saran. Lagian nih ya Li, ada benernya omongan gue, coba
Prilly hamil, pasti dia lebih banyak dirumah"

"Maksud lo?"

"Lo kan tau istri lo itu kalau lagi hamil gimana, manja banget, maunya sama lo
terus, jangankan dia, lo juga gak bakal di bolehin kemana-mana. Jadi otomatis dia
pasti anteng aja dirumah" jelas Verrell membuat Ali seketikan berfikir. Sebenarnya
ucapannya sahabatnya ini ada benar. Ali melirik Daffa sesaat yang langsung
membuatnya menggeleng.

"Gak bisa secepat itu Rell, Daffa masih terlalu kecil. Setidaknya tunggu umurnya
genap 3 tahun deh"
"Yaudah semuanya sih terserah lo, mana yang baik aja"

"Eh gimana persiapan pernikahan lo?" Tanya Ali membuka topik pembicaraan baru.

"Udah 90% lah. Lo dateng ya"

"Yaelah pasti lah" balas Ali membuat Verrell tersenyum senang. Jujur Ali ikut senang
melihat sahabatnya yang sebentar lagi akan menikah dengan gadis pujaannya.
Cukup lama sahabatnya itu menundu pernikahaannya karna harus menunggu
kekasihnya lulus kuliah. Sebenarnya Ali kurang tau dari mana awal pertemuan
mereka. Tapi melihat sikap kekasih Verrell saat mereka bertemu, Ali yakin ia adalah
yang terbaik untuk sahabatnya.

Chapter 38

*****

Ali memasuki rumah sambil menggendong Daffa yang Sedang terlelap. karna ini
menang jam tidur putranya, jadi wajar kalau Daffa sudah terlelap.

Tiba-tiba langkah Ali terhenti saat hendak kekamarnya saat melewati ruang
menonton. Istrinya tampak terlelap di sofa. Dengan cepat Ali segera melanjutkan
langkahnya ke kamar untuk menidurkan Daffa di kamar. Sesaat kemudian Ali
kembali menghampiri Prilly, ditatapnya istrinya itu. Ada genangan air dipelupuk
matanya. Ali menghela nafas sejenak. Prilly memang wanita yang keras kepala,
namun tak bisa dipungkiri kalau ia juga mudah menangis. Alipun akhirnya
menggendong Prilly menuju kamarnya. Merasa tubuhnya terangkat, Prilly
mengerjap-ngerjapkan matanya. Saat matanya terbuka ia melihat suaminya yang
sedang menggendongnya. Prilly sedikit menggeliatkan tubuhnya membuat Ali
menyadari bahwa istrinya sudah bangun. Alipun menoleh pada Prilly.

"Ali" panggil Prilly. Ali hanya tersenyum kemudian mengedipkan sebelah matanya
membuat Prilly ikut tersenyum. Apa ia sedang bermimpi bahwa suaminya yang
sedang marah dengannya tiba-tiba menggendongnya?

Prilly membenamkan wajahnya pada dada Ali, rasa kantuk masih menyerangnya
membutnya kembali terlelap. Ali membaringkn tubuh Prilly di ranjang. Ali
tersenyum kecil melihat istrinya, bukankah tadi Prilly sudah bangun? Kenapa ia
tertidur lagi? Ali mencium sejenak dahi istrinya. Sebenarnya hal ini yang selalu Ali
hindari, mendiami istrinya, namun jika tidak seperti ini, Prilly tidak akan sadar
bahwa ia salah.
Baru Ali akan bangkit untuk ke kamar mandi, Prilly langsung memegang
pergelangan tangan Ali membuat Ali berbalik padanya.

"Kenapa?"

"Aku mau berhenti kerja" ucapan Prilly itu sukses membuat Ali menatapnya
bingung.

"Loh kenapa?"

"Semua yang kamu omongin bener, aku gak bisa bagi waktu, dan itulah aku, kalau
udah asik kerja aku jadi lupa semuanya, maafin aku ya sayang"

Ali yang tadinya berdiri dihadapan Prilly kini beralih duduk ditepi ranjang.

"Sayang, aku gak ada maksud buat nyuruh kamu berhenti kerja. Aku cuma mau
minta kamu bisa bagi waktu aja, itu doang kok"

"Tapi untuk saat ini aku gak bisa kayak gitu, aku gak bisa dicuekin kamu sama
Daffa. Kamu kompakan banget sama Daffa, aku janji gak bakal kerja lagi, aku bakal
ngasih semua waktu aku buat kamu sama Daffa,yang penting kalian jangan cuekin
aku" rengek Prilly. Ali terkekeh geli mendengar rengekan manja khas istrinya.

"Makanya jangan bandel, kamu itu harusnya bisa belajar dari pengalaman, gak
enak kan aku cuekin?" Prilly langsung menggeleng cepat.

"Maaf ya sayang" ucap Prilly lagi.

"Iya sayang. Aku udah maafin kok, tapi beneran deh, kamu gak harus berhenti
kerja. Kamu cari aja orang kepercayaan buat pegang butik, biar kamu bisa kontrol
dari rumah. Gimana?" Saran Ali yang mendapat anggukan setuju dari Prilly
membuat Ali tersenyum.

*****

Hari ini Ali, Prilly dan Daffa datang kebandung atas permintaan Ayu.

"Haiiii jagoannya oma, aaaa oma kangen" Ayu langsung mengambil Alih Daffa
dalam gendongan Ali.

"Alo unda om"

"Panggilnya oma aja sayang, gak pake bunda, kebiasaan" bunda resi mencium
gemas pipi cucunya itu.

"Nayla mana bun?" Tanya Prilly saat mendapati tak ada Nayla.
"Ada didalam, dari tadi dia sibuk banget bikin kue buat keponakannya ini"

"Yaudah kalau gitu aku nyusul Nayla dulu ya bun"

Prilly pun berlalu menghampiri Nayla yang masih terlihat berkutat di dapur. Bunda
Resi dan Alipun mengikutinya dari belakang.

"Sibuk bener Nay"

"Eh kak Prilly udah sampai, keponakan aku mana?"

"Aunty nay" pekikan itu menjawab pertanyaan Nayla tampa harus dijawabnya.

Nayla yang sedari tadi fokus mengoles coklat di atas kuenya langsung menoleh ke
asal suara. Melihat keponakannya yang ada dalam gendongan bundanya membuat
Nayla tak bisa menahan gemasnya. Ditinggalkannya segala macam aktivitasnya
tadi lalu langsung menghampiri Daffa.

"Aaaaaa ponakan aunty, kangennnn. Bun, sini aku mau gendong"

"Bunda dulu dong, belum juga lepas kangennya"

"Aaaa bunda mah, gendong dong. Sini sama aunty sayang"

Ali dan Prilly hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat putranya menjadi
rebutan, pemandangan yang sering terjadi.

*****

"Enak gak sayang kue aunty?"

"Enak" balas Daffa dengan mulut yang masih penuh kue membuat senyum Nayla
merekah.

"Ya ampun bang, anak abang kok bisa ganteng banget sih. Pasti karna mommynya
cantik nih makanya ketolong" ucap Nayla membuat Prilly, Ali dan bunda resi
terkekeh.

"Kamu lupa Nay kalau abang kamu ini ganteng?"

"Dih, sejak kapan abang jadi narsis gini?"

Ali tak menjawab dan hanya tersenyum.

"Nay, bawa Daffa jalan-jalan dong. Udara disini sejuk. Bagus untuk dia" ucap Ayu.
"Oh iya didekat sini ada peternakan kuda baru. Kesana yuk kak,bang" ajak Nayla.

"Ayuk Nay" balas Prilly antusias.

"Yaudah yuk" sahut Ali pula.

"Li, bunda mau ngomong sama kamu bentar ya"

"Oh yaudah bun, sayang kamu ajak Daffa jalan-jalan sama Nayla ya" ucap Ali yang
mendapat anggukan dari Prilly. Naylapun bergegas mengajak Prilly dan Daffa pergi.

Chapter 39

*****

"Sayang, kebun tehnya makin luas aja, rasanya dulu gak segini banget deh" Prilly
mengedarkan pandangannya kesekeliling kebun teh milik keluarga yang luas.

"Selama ini emang ditambah terus sama pekerja disini sayang, biar makin luas"
balas Ali. Prilly mengangguk paham.

"Kita udah jarang banget ya jalan-jalan berdua gini" Prilly tersenyum sumringah,
sementara Ali hanya tersenyum kecil. Prilly menghentikan langkahnya lalu menghap
Ali.

"Kamu kenapa sih? Dari tadi diem terus, ngomong juga hemat banget. Dari tadi loh
aku liat kamu kayak gini, kamu kenapa?" Tanya Prilly.

Ali mulai sadar bahwa sedari tadi ia terlalu fokus pada pikirannya. Ali menatap
istrinya lalu tersenyum lembut. Pikiran Ali masih melayang pada percakapannya
dengan bundanya tadi yang benar-benar membuat perasaannya gelisah saat ini.

"Gak papa kok, kita kesana yuk sayang" Ali menggandeng Prilly hendak
melanjutkan langkahnya, namun dengan cepat Prilly menahannya.

"Aku gak pernah liat wajah kamu segelisah ini. Gak mungkin kalau gak ada apa-apa,
sekarang kamu cerita sama aku" ucap Prilly. Ali menghela nafas panjang.

Awalnya ia ingin memikirkan persoalan ini sendiri, saat keputusan sudah ia dapati,
baru ia akan memberi tahu pada istrinya. Tapi sepertinya Ali harus memberi tahu
istrinya sekarang. Ali mengajak Prilly duduk disebuah pondok disekitar perkebunan
teh. Setelah duduk Ali tampak terdiam sejenak. Prilly menatap suaminya khawatir,
tak biasanya Ali seperti ini. Tangannya terulur untuk mengusap punggung tangan
suaminya membuat Ali lagi-lagi tersadar dari lamunannya.

"Kamu kenapa sih?"

"Tadi bunda ngomong sama aku,Bunda bilang kalau perusahaan lagi dalam krisis,
bunda minta tolong aku buat pegang perusahaan. Jujur aku mau bantu bunda, tapi
gimana sama pekerjaan aku? Aku gak mungkin juga jalanin kedua duanya, bisa-bisa
malah memperburuk keadaan, aku juga gak mungkin minta Nayla buat gantiin aku,
Nayla masih sekolah, kalau minta bantuan bang Kevin, dia lagi di luar negri kan
ngurusin anak perusahaan papa kamu, aku benar-benar bingung sayang" Ali
tertunduk lesu. Prilly menatap suaminya iba, tak pernah ia melihat Ali seperti ini
sebelumnya.

"Gimana kalau aku yang gantiin kamu?" Ucapan Prilly membuat Ali langsung
menoleh padanya.

"Jangan mulai deh sayang, kita kapan ketemunya kalau gitu. Inget Daffa juga"

"Terus gimana lagi sayang? Aku sebenarnya juga gak mungkin megang perusahaan
keluarga kamu, kamu tau sendiri kan aku belum punya pengalaman, aku gak mau
ambil resiko"

Ali menatap istrinya kemudian tersenyum lembut, kini bukan hanya ia yang risau,
Prilly juga terlihat tak kalah risaunya.

"Gak papa sayang, ntar coba aku pikirin ya"

*****

"Anak daddy pinter banget, ngikutin mommy sama daddy sholat ya?" Tanya Ali
membawa putranya dalam gendongannya.

Sangat gemas dan bangga rasanya melihat putranya yang kini sudah bisa
mengikutinya sholat. Walaupun Ali tau Daffa belum mengerti, namun bagi Ali sangat
penting mengajarkannya agama sejak dini.

"Gimana sayang, udah agak tenang?" Tanya Prilly yang tadi saat sholat berada di
samping belakang Ali, kini beralih duduk disampingnya.

Sejak pulang dari Bandung, Ali selalu dirundung rasa gelisah, apalagi hari ini, ia
harus memberi keputusan pada bundanya.

"Alhamdulillah udah sayang. Aku mau telfon bunda dulu"

"Kamu udah yakin sama keputusan kamu?" Tanya Prilly meyakinkan. Jujur ia
sendiripun tak tau keputusan apa yang akan di ambil suaminya.
"Aku udah yakin, semoga ini yang terbaik"

Ali mencium dahi istri dan anaknya lembut lalu bangkit dari duduknya mengambil
ponselnya di nakas. Ali menghela nafas berat kemudian menghubungi bundanya.

"Assalamualaikum bun"

"Waalaikumsalam Li"

"Bun, Ali udah mutusin, Ali bakal pegang perusahaan, dan Ali bakal resign dari pilot"

"Kamu serius Li?"

"Iya bun, Ali rasa udah saatnya Ali lanjutin usaha yang udah ayah bangun. Nanti
bunda kirimin aja agenda kerjanya ke email Ali ya, bakal Ali pelajari. Udah dulu ya
bun, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Telfonpun terputus. Prilly menatap suaminya tak percaya bahwa keputusan itu yang
akan di ambilnya.

"Aku mau kedapur bentar ya sayang" Ali berlalu keluar dari kamar. Prilly menatap
suaminya iba, Prilly tau Ali sebenarnya hanya menghindar, ia tak mau Prilly melihat
kesedihannya atas keputusan paling berat dalam hidupnya yang pernah ia ambil.

"Daffa sama bibik dulu ya sayang, mommy mau nyusul daddy"

*****

Prilly melangkah kakinya menuju dapur, bukankah tadi suaminya berpamitan


hendak kedapur? Mungkin Ali ada disana. Dahi Prilly berkerinyit saat tak mendapati
Ali didapur, dimana sebenarnya suaminya? Prilly kembali melangkahkan kakinya,
mencari Ali kesetiap sudut ruangan.

"Bukan apa-apa capt, besok saya akan ke kantor, apa pemimpin akan ke bandara
besok pagi? Oh oke, sampai ketemu besok capt" suara Ali yang sedang menelfon
membuat langkah Prilly terhenti.

Ternyata Ali ada di doraemon room, Prillypun akhirnya menghampiri Ali. Di elusnya
pelan bahu Ali membuat Ali langsung menoleh ke arahnya.

"Kamu katanya ke dapur, kok ada disini?" Tanya Prilly kemudian duduk disamping
Ali.
"Lagi nyari angin aja sayang, disini adem. Daffa mana?"

"Didalem sama bibik" Ali mengangguk paham kemudian menatap lurus kearah
kolam renang.

"Aku gak nyangka kalau kamu bakal ambil keputusan itu. Emangnya kamu udah
yakin mau ninggalin pekerjaan kamu?"

Ali menghela nafas sejenak, jujur hatinya juga sedang dilanda kebimbangan, namun
sepertinya keputusan ini memang yang terbaik.

"Semoga aja, selagi niatnya baik, aku yakin semua akan berjalan lancar"

"Tapi aku tau kamu cinta sama pekerjaan kamu, kalau kamu gak yakin kita bisa kok
ngomong baik-baik sama bunda" ucapan Prilly itu sukses membuat Ali makin
dilema. Ali memang sangat mencintai pekerjaannya, namun baginya keluarganya
lebih penting dari apapun.

Ali menunduk kemudian menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Air mata Itu diciptakan untuk menangis sayang, kalau menangis bisa bikin
perasaan kamu lebih tenang, kamu boleh nangis kok" ucap Prilly lembut. Ali beralih
menatap istrinya sendu. Prilly menarik pelan Ali kedalam pelukannya, membuat Ali
membenamkan kepalanya dilekukan leher Prilly. Air mata Prilly seketika jatuh saat
mendengar isakan kecil suaminya. Prilly tau Ali sudah berusaha kuat. Tapi ini bukan
sesuatu yang mudah. Tangan Prilly terulur mengelus rambut Ali. Prilly membiarkan
suaminya menumpahkan rasa sedihnya dan membuatnya lebih tenang.

Perlahan Ali bangkit dari pelukan Prilly, matanya sudah sembab, hidungnya sudah
memerah, bahkan bulu matanya yang lentik terlihat sangat basah. Ntah sudah
berapa Ali menangis dalam pelukan Prilly bahkan membuat baju Prilly pada bagian
bahunya basah.

Ali menghela nafasnya panjang, diarahkannya tangannya untuk menyeka air


matanya, tapi belum sampai tangan Ali menyentuh pipinya, tangan Prilly sudah
lebih dulu menyeka air mata Ali. Ali menatap istrinya sembari tersenyum lembut.

"Aku gak papa kok" Ali menyeka pula air mata Prilly, tiba-tiba ia merasa bersalah,
lihatlah bagaimana tatapan khawatir istrinya kini.

"Aku gak pernah liat kamu sampai segininya banget, aku jadi makin yakin kalau ini
berat banget buat kamu. Kamu jangan paksain sayang kalau ini bakal bikin kamu
gak akan tenang" ucap Prilly.

Tiba-tiba Ali merubah posisi duduknya menjadi berlutut dihadapan Prilly.

"Kamu dengerin aku ya sayang, kamu bener, ini emang berat buat aku, tapi aku
yakin ini juga yang terbaik buat aku. Aku cuma mau lakuin sesuatu buat keluarga
aku. Lagian kalau aku pegang perusahaan kita bisa lebih sering ngumpulkan sama
Daffa juga. Aku nanti bakal minta bunda pindahin pusat perusahaan di Jakarta biar
lebih dekat. Jadi kamu gak usah khawatir ya" Ali berusaha menyakinkan istrinya.
Perlahan bibir Prilly tertarik membentuk seulas senyuman membuat Ali lega.

"Aku bangga banget sama kamu. Bangga banget"

"Bangga kenapa?"

"Kamu benar-benar laki-laki yang bertanggung jawab banget, Bijaksana, gak egois.
Aku yakin tuhan gak bakal tega bikin kamu gak nyaman sama pekerjaan kamu
lama-lama. Aku yakin kalau pilot udah menyatu sama kamu, cepat atau lambat,
kamu bakal balik lagi jadi pilot. Kalau enggak kan masih ada jagoan kita yang bakal
terusin kamu sebagai captain" Ali tersenyum mendengar ucapan tulus istrinya.

Prilly sedikit menunduk mencium dahi Ali lembut membuat Ali terpejam. Istrinya
memang selalu bisa menenangkan segala kegelisahan hatinya.

Chapter 40

*****

Ali melangkahkan kakinya menuju kantor di bandara, segala macam rasa resahnya
ia coba hiraukan, ini sudah keputusannya, apapun itu Ali sudah sangat siap. Ali
tetap tersenyum menerima sapaan demi sapaan dari teman sesama pilot dan
pramugarinya walaupun sebenarnya suasana hatinya tak menginginkan sudut
bibirnya menarik seulas senyuman.

"Masuk"

Terdengar sahutan dari dalam ruangan setelah Ali mengetuk pintu besar itu
beberapa kali.

"Oh captain Ali, silahkan masuk"

Ali memasuki ruangan kemudian tersenyum kecil dan mengambil posisi duduk
dihadapan Captain Bram, petinggi maskapai.

"Ada apa Capt? Tumben sekali ingin bertemu dikantor"

"Begini Capt, saya ingin resign"

Captain Bram tampak tersentak kaget mendengar ucapan Ali, bagaimana tidak,
sepengetahuannya Ali tak ada masalah apapaun yang mengharuskannya resign.

"Resign? Kenapa? Apa ada masalah dengan penerbangan?"


Ali langsung menggeleng cepat karna memang bukan itu masalahnya.

"Saya ingin melanjutkan memegang perusahaan keluarga saya yang sedang ada
masalah Capt, tak ada masalah sama sekali dengan penerbangan" jelas Ali
membuat Captain Bram mengangguk paham.

"Sebenarnya sangat disayangkan, karna kamu sangat berpotensi disini, tapi saya
juga tak bisa menahan kalau memang itu alasannya. Saya ingin mengucapkan
terimakasih atas pengabdian kamu yang luar biasa selama ini, saya bisa jamin
kamu bisa kembali kesini kapan saja jika kamu ingin" ucapan Captain Bram itu
membuat Ali tersenyum lirih. Jujur jika ia Boleh memilih bahkan ia tak ingin pergi
dari sini sama sekali.

"Terimakasih Capt atas pengertian dan kerja samanya selama ini"

"Tapi bagaimana kalau kamu melakukan flight terakhir kamu besok? Bukankah itu
merupakan agenda terakhir kamu" ucap Captain Bram membuat Ali berfikir.
Memang benar ada jadwal flight Ali di akhir bulan ini. Sepertinya Ali harus
memanfaatkan saat itu untuk menikmati saat terakhirnya menjadi pilot.

"Baiklah Capt"

*****

"Daddy" suara pekikan itu menyambut Ali yang bahkan belum memasuki rumah. Ali
tersenyum gemas melihat putranya yang sedang berlari lari kecil diteras rumahnya.

"Haiii jagoan, kenapa lari-lari gitu?"

"Cawat ucak daddy" Daffa memanyunkan bibirnya memberikan sebuah miniatur


pesawat pada Ali, matanya menatap sendu pada salah satu roda pesawat yang
terlepas.

"Pesawat Daffa rusak? Sini Daddy perbaiki, kita masuk dulu ya" Ali menggendong
putranya memasuki rumah.

"Daffa, Daffa lagi dimana nak?" Prilly berlari kecil terlihat khawatir. Namun ia bisa
bernafas lega saat melihat Daffa dalam gendongan Ali.

"Ih mommy udah khawatir banget, kirain kemana"

"Kamu dari mana sayang?" Tanya Ali.

"Aku tadi abis dari dapur, bikinin Daffa puding, aku kedapur bentar ya" balas Prilly
yang dibalas Ali dengan anggukan.
Ali membawa putranya duduk di atas sofa. Ali mulai memperbaiki mainan putranya
itu, memasang kembali ban nya yang terlepas.

"Yeayy udah beres" ucap Ali.Daffa menepuk nepuk tangannya girang. Ali
memberikan pesawat itu pada Daffa.

"Wussshh wusshh" Daffa langsung mengayun-ayunkan pesawatnya di udara. Ali


tersenyum gemas menatap putranya.

"Daddy, ini apten apa" Daffa menunjuk-nunjuk dirinya membuat Ali terkekeh geli.

"Oke captain Daffa" Ali mengacak ngacak rambut putranya bangga.

"Seru banget nih cowok-cowoknya mommy" Prilly yang baru dari dapur datang
membawa nampan berisi puding berbagai rasa.

"Nih sayang dimakan dulu" Prilly memberi salah satu pudingnya pada Daffa.

"Kamu mau yang rasa apa?" Tanya Prilly pada Ali.

"Aku nanti aja"

"Oh iya gimana tadi, udah ngomong sama pimpinan kamukan? Terus dia bilang
apa?"

"Udah kok, dia ngizinin aku resign walaupun berat sih kayaknya. Tapi dia minta aku
besok untuk lakuin flight untuk terakhir kalinya" ucap Ali. Prillypun mengangguk
paham. Diusapnya bahu suaminya yang terlihat membuat Ali tersenyum.

"Sayang, besok kamu sama Daffa ikut flight terakhir aku ya" ucapan Ali itu
membuat Prilly menatapnya bingung. Tumben Ali mengajaknya untuk flight.

"Kamu kenapa? Tumben ngajakin aku sama Daffa"

"Gak kenapa-kenapa, aku mau aja di flight terakhir aku ini aku lalui sama anak dan
istri aku. Ya walaupun cuma 3 hari, tapi lumayan kan, bisa sekalian jalan-jalan juga"
ucap Ali.

"Yaudah kalau gitu,aku sama Daffa bakal ikut, kamu bakal flight kemana?"

"Thailand" balas Ali membuat Prilly mengangguk paham.

*****

Ali menggendong putra kebanggannya dan Prilly berjalan disampingnya. Alipun


mengantar anak dan istrinya ke waiting room, Daffa terlihat sangat antusias.
"Kamu gak papa kan aku tinggal? Aku harus ke hanggar sekarang" ucap Ali
mengalihkan Daffa pada gendongan Prilly.

"Gak papa kok, kamu take care ya" balas Prilly yang dibalas Ali dengan anggukan
sembari tersenyum. Ali mencium dahi anak dan istrinya lembut.

"Daaaa jagoan"

"Da apten" Ali dan Prilly tersenyum menatap putranya. Namun panggilan yang
sudah melekat padanya itu malah membuat hati Ali terasa perih, mengingat
sebentar lagi ia tak akan menjadi captain.

"Sayang" panggil Prilly saat Ali sudah berbalik menjauhi mereka. Ali kembali
menoleh pada Prilly.

"Kamu ganteng banget pakai seragam itu, tapi bagi aku, kamu akan terlihat tampan
pakai seragam apapun, nikmati flight kamu kali ini. Rasain segala rasa nyaman
kamu dengan pekerjaan kamu sekarang dan janji kalau kamu bakal balik
kepekerjaan ini lagi"

Ucap Prilly menatap suaminya dengan mata yang berkaca-kaca. Prilly saja yang tak
mengalami apa yang Ali alamai sekarang ini sudah sangat sedih.

"Pasti sayang, makasih yaa." Prilly mengangguk kecil kemudian membiarkan Ali
menuju hanggar. Prilly menyeka air matanya yang jatuh saat suaminya sudah pergi.

"Ayooo captain junior, kita akan terbang dibawa daddy, yeayy"

"Yeayyy naik cawat" Daffa memekik girang membuat Prilly gemas dan langsung
menghadiahi putranya ciuman di pipinya.

Prilly mengandeng putranya memasuki kabin pesawat, Prilly menggeleng kecil


sembari tersenyum saat Daffa menolak untuk digendong. Saat memasuki kabin,
mereka sudah disambut oleh awak kabin, co-pilot Verrell yang saat itu sedang
bertugas, beberapa kru pesawat dan tentunya Ali. Mata Daffa berbinar saat Ali
mengedipkan matanya menggoda putranya.

"Haii jagoan, ikut juga ternyata, mau liburan ya?" Tanya Verrell.

"Om alel" pekik Daffa yang menyadari kehadiran Verrell.

"Haii sayang, jangan nakal ya didalam pesawatnya"pesan Ali pada putranya.

"Oke apten" balas Daffa, Ali tersenyum gemas mendengar balasan pasti putranya.

Beberapa penumpang lain yang menyadari bahwa yang sekarang berbicara dengan
captain yang akan membawa pesawat yang akan mereka tumpangi adalah
putranya langsung berdecak kagum, tak heran jika putranya bisa setampan itu jika
ayahnya seperti Ali belum lagi mengingat ibunya yang secantik Prilly. Pandangan Ali
beralih pada istrinya.

"Take care captain" bisik Prilly membuat seulas senyuman dari Ali. Seketika
perasaan tegang dan risau dihatinya menguap seketika.

Prilly mengelus pipi Ali menghilangkan raut tegang diwajah tampan suaminya.
Setelah itu ia mengajak putranya duduk dikursi penumpang karna tak lama lagi
pesawat akan take off. Setelah beberapa saat, ketika semua penumpang pesawat
sudah duduk ditempatnya, suara captain terdengar melalui intercom, memberi
beberapa informasi tentang penerbangan.

"Mommy, tu daddy" ucap Daffa mendengarkan suara Ali dengan seksama seolah-
olah meyakinkan Dirinya bahwa ia tak salah dengar. Prilly tersenyum gemas
mendengar ucapan putranya. Ternyata ia sangat peka dengan suara daddy.

Prilly menatap keluar jendela, harapan Prilly adalah suaminya bisa sangat
menikmati menjalankan tugas terakhirnya ini.

*****

Setelah menempuh beberapa lama perjalanan akhirnya pesawat yang Ali bawa
mendarat di Bangkok, Thailand. Ini bukan pertama kalinya pesawat yang Ali bawa
mendarat disini, bahkan sudah sangat sering Ali berkunjung ke Thailand. Ali tadi
memberi pesan agar Prilly dan Daffa menunggunya saja didalam bandara. Benar
saja, tak lama Ali datang menghampiri Prilly dan Daffa dengan seorang tour gate
yang sudah membawakan barang mereka. Ali mengambil alih Daffa dalam
gendongan Prilly, sepertinya putranya sudah sangat lelah.

"Kita ke hotel sekarang ya sayang, makan abis itu istirahat bentar" ucap Ali yang
dibalas Prilly dengan anggukan sembari tersenyum.

Hari masih menunjukkan pukul 10 pagi, Ali membawa anak dan istrinya menuju
salah satu hotel ternama di Pattaya, hotel yang tak jauh dari bibir pantai pattaya
beach.

*****
Prilly menatap laut lepas dari balkon hotelnya. Ntah kenapa sepertinya suaminya
sangat suka laut, bukankah ia pilot bukan nahkoda? Prilly terkekeh kecil memikirkan
hal itu.

"Kita udah siap mommy, yuk jalan-jalan" ucap Ali membuat Prilly menoleh
kebelakang. Ternyata sudah ada 2 jagoannya yang terlihat sangat tampan. Sore ini
Ali mengajak Prilly berjalan-jalan di pattaya beach setelah melepas penat beberapa
saat. Daffa juga terlihat sangat antusias. Akhirnya merekapun menuju pattaya
beach yang tak jauh dari hotel.

*****

"Daffa jangan lari-lari sayang" ucap Prilly mengingatkan putranya yang asik berlari
kesana kemari dipantai.

"Biarin aja sayang, toh Dia larinya gak jauh-jauh" ucap Ali pula.

"Eh kita berasa honeymoon lagi ya,tapi bedanya sekarang gak berdua" ucap Prilly.
Ali tersenyum mendengar ucapan istrinya lalu membawa istrinya dalam
pelukannya. Diciumnya dahi Prilly lembut, perasaan cintanya selalu bertambah
pada Prilly setiap saatnya.

Setelah menghabiskan sore di pattaya beach, Ali dan Prilly menutuskan menikmati
suasana malam pattaya di walking street. Namun tiba-tiba Prilly bergedik ngeri
melewati jalan yang cukup ramai ini. Bagaimana tidak, ditempat ini banyak wanita
yang menggunakan baju kekurangan bahan, meliuk liukkan tubuhnya menghibur
pengunjung. Prilly bernafas lega saat putranya sudah tidur dalam gendongan Ali.

"Sayang kayaknya kita salah jalan deh" bisik Prilly membuat Ali terkekeh.

"Disini memang biasa kayak gini sayang"

"Jadi kamu sering liat beginian? Tutup mata gak!" Prilly menatap suaminya tajam
membuat Ali makin terkekeh.

"Ya enggak, kan tadi kamu yang mau kesini gimana sih"

"Aaaaa aku mau pulang. Jaga mata!" Rengek Prilly. Ali tertawa lepas melihat istrinya
yang menggemaskan. Sepertinya ia harus segera membawa istrinya kembali ke
hotel

*****
Hari ini hari terakhir Ali, Prilly dan Daffa berada di Thailand, karna memang Ali
hanya flight selama 3 hari. Hari ini Ali mengajak anak dan istrinya menuju pantai
phuket, salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi saat mendatangi Thailand.
Laut lepas berwarna biru itu merupakan salah satu tempat wisata terkenal bahkan
di dunia.

Sepertinya Daffa mulai menyukai pantai. Lihatlah bagaimana antusiasnya ia


bermain dipasir. Prilly yang sedang duduk di dalam gazebo di pantai ini bersama Ali
tersenyum gemas menatap putranya. Prilly yang sedari tadi menatap putranya kini
beralih menatap suaminya. Dilihatnya Ali yang menatap kosong kearah laut.

"Kamu kenapa?" Tanya Prilly lembut. Digenggamnya tangan Ali membuat Ali
tersadar dari lamunannya.

"Gak kenapa-kenapa sayang"

"Terus kenapa malah ngelamun gitu?"

"Aku cuma lagi bayangin, gimana nantinya aku setelah pulang dari sini, bakal
ngelepas semua atribut pilot aku, diganti sama jas, duduk di kursi CEO bukan di
belakang kemudi pesawat" Ali tersenyum lirih mengingat hari hari yang akan ia
jalanin selanjutnya.

"Sayang, jangan dibayangin. Jalanin aja. Kamu pasti bisa. Aku yakin. Karna dari awal
aku ketemu kamu, kamu adalah orang yang hebat. Jadi aku yakin kamu bisa"

"Kamu masih cinta aku kan walaupun aku bukan pilot lagi?" Pertanyaan Ali itu
membuat Prilly menautkan Alisnya.

"Kenapa harus gak cinta?"

"Kan kamu suka kalau aku jadi pilot"

"Kata siapa?"

"Kata kamu"

"Aku gak suka kamu jadi pilot, sukanya jadi kang Sopir" Prilly menjulurkan lidahnya
lalu berlari menjauhi Ali. Ali terkekeh kecil mendengar ledekan yang sudah lama
tidak dilontarkan oleh Prilly.

Alipun berlari mengejar Prilly yang mendekati Daffa hingga berhasil menangkap
Prilly dengan memeluk Prilly dari belakang.
"Nakal! Ngeledek suami" Prilly terkekeh geli sementara Daffa bertepuk riang
melihat orangtuanya. Sebenarnya Ali ingin menjadikan saat ini honeymoon kedua
mereka. Rasanya Daffa sudah butuh adik. Namun Prilly beralasan ingin menunggu
Daffa genap 3 tahun. Ali akhirnya menyetujui. Lagupula ia harus menyelesaikan
masalah perusahaannya dulu.

*****

Pesawat yang Ali bawa kini sudah tiba kembali di bandara soekarno-hatta. Ali
menyeret kopernya keluar dari hanggar bersama Verrell.

"Rell" panggil Ali. Verrell yang sedari tadi berjalan di sampingnya sembari
memainkan ponselnya beralih menatap Ali.

"Ini penerbangan terakhir gue" Verrell menautkan alisnya mendengar ucapan Ali.

"Lo mau honeymoon lagi? Kan bener kata gue, lo sama Prilly emang harus nambah
anak aja. Dulu aja waktu gue suruh hamilin Prilly lagi gak mau. Kenapa gak sekalian
aja sih waktu ke bangkok? Toh Daffa juga gak ganggukan"

"Bukan, bukan itu maksud gue. Ini memang penerbangan gue karna gue bakal
resign jadi pilot" ucapan Ali itu membuat langkah Verrell membuatnya menatap Ali
tak mengerti.

"Maksud lo apa sih? Berhenti jadi pilot? Kenapa? Lo gak ada masalahkan sama
petinggi kita"

"Gue harus nerusin perusahaan ayah yang lagi dalam masa krisis"

"Kenapa harus berhenti? Lo kan bisa jalanin dua duanya"

"Ini gak semudah yang lo fikir Rell, gue bener bener harus fokus" balas Ali lirih.

"Lo apa-apaan sih. Kenapa baru cerita? Kenapa gak ngomong sama gue
sebelumnya? Dari kecil kita selalu bercita-cita jadi pilot, bukan pengusaha. Lo
captain, bukan CEO" ucap Verrell membuat Ali tertunduk lemah sejenak.

"Sekarang kita temui bunda, gue bakal ngomong sama bunda. Gue yakin lo gak
sepenuhnya senang sama keputusan lo"

"Enggak Rell, gue seneng kok. Setidaknya bisa bahagiaan ayah. Perusahaan itu
ayah bangun pakai kerja keras. Lo kerja yang bener ya Disini. Semoga cepat
diangkat jadi captain" Ali menepuk pelan pundak Verrell kemudian berlalu pergi
meninggalkan Verrell yang masih terdiam tak percaya.

****
Ali menghampiri Prilly dan Daffa yang sudah menunggu setelah berpamitan dengan
beberapa rekannya dikantor. Tentu saja mereka terkejut dengan keputusan captain
tampan itu. Prilly menatap suaminya iba. Ali seperti sudah melepas sebagian kecil
hidupnya. Prilly langsung memeluk Ali.

"Aku gak papa kok sayang. Pulang yuk" ajak Ali dengan suara serak. Apa suaminya
ini akan menangis? Prilly makin mengeratkan pelukannya pada Ali sementara Ali
tersenyum kecil sembari mengelus rambut putranya.

Chapter 41

*****

Ali melihat penampilannya didepan cerminnya. Agak aneh dengan penampilannya


sendiri. Namun Ali sadar, lama kelamaan ia akan terbiasa.

"Sini aku benerin dasinya" Prilly mengarahkan Ali agar menghadap padanya. Di
benarkannya dasi Ali yang belum terpasang sempurna membuat Ali tersenyum.

"Gimana aku pakai pakaian gini?" Tanya Ali. Prilly agak sedikit menjauh kemudian
meneliti penampilan suaminya. Jas dilengkapi dengan meja merah maroon dan dasi
berwarna merah.

"Ganteng" puji Prilly tulus.

"Gantengan mana sama pakai seragam pilot?"

"Sama sama ganteng" balas Prilly.

"Daddy, mommy" suara panggilan itu membuat Ali dan Prilly menoleh keasal suara.
Ternyata Daffa sudah bangun dan terduduk diranjangnya. Ali dan Prilly menghampiri
putranya.

"Haii jagoan daddy udah bangun?" Ali mencium pucuk kepala putranya.

Daffa yang baru bangun hanya terdiam mencoba mengumpulkan kesadarannya.

"Daddy mau kerja dulu ya. Jangan nakal" pesan Ali.

"Aku pergi dulu ya sayang" pamit Ali. Prilly mengangguk lalu mencium punggung
tangan Ali. Setelah Ali mencium dahi Prilly, Ali langsung bergegas pergi.

*****
Ali mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan yang di dominasi warna
coklat, hitam dan putih itu. Ali menuju kursi yang mulai saat ini menjadi kursi
kebesarannya. Agak aneh rasanya duduk dikursi empuk ini bukan kursi yang berada
di kokpit. Tiba-tiba suara ketukan pintu menyadarkan Ali.

"Masuk"

Tak lama pintupun terbuka menampilkan seorang wanita dengan pakaian rapi dan
Terkesan sopan. Ia adalah sekretaris Ali. Menurut informasi bunda Resi,
sekretarisnya ini bernama Maya, belum beberapa bulan Maya menikah.

"Ada apa Maya?" Tanya Ali.

"Begini pak, saya kesini membawa beberapa file yang harus bapak pelajari.
Sebagian lagi sudah saya kirim ke email berupa data tentang perusahaan beberapa
bulan belakangan ini" jelas Maya membuat Ali mengangguk paham.

"Baiklah,terimakasih" Mayapun keluar dari ruangannya.

Ali langsung mengecek email dari Maya, benar saja. Pendapatan perusahaan sangat
hancur beberapa bulan belakangan ini. Ali harus bekerja keras mengembalikkan
semuanya.

*****

"Mommy.. mommy" Prilly yang sedang membaca majalah melirik putranya yang
menarik-narik ujung gaun tidurnya.

"Kenapa sayang?" Prilly membawa putranya itu kedalam pangkuannya.

"Mput daddy" ucap Daffa.

"Daddy sekarang pulangnya gak dijemput lagi sayang. Sekarang daddy bisa pulang
sendiri. Kita tungguin aja ya" balas Prilly menjelaskan pada putranya.

"Mput daddy" Daffa yang masih belum paham hanya mengulang ucapannya.
Sepertinya Daffa sudah mulai terbiasa menjemput daddynya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Nah itu daddy"

"Daddy" pekik Daffa. Ali tersenyum gemas lalu mengambil alih Daffa dari pangkuan
Prilly.

"Kenapa nih? Kayaknya abis ngomongi daddy ya?" Tanya Ali.

"Daffa mau jemput daddynya, kan daddynya kerjanya udah gak dijemput lagi kan
ya" Ali menatap gemas putranya yang sedang memainkan dasi kerjanya.
"Gimana sayang hari ini kerjanya?" Tanya Prilly.

"Ya gak gimana-gimana sih, tapi emang bener-bener banyak banget yang harus aku
perbaiki"

"Kamu pasti bisa kok, yaudah mandi dulu gih,abis itu kita makan" Ali mengangguk
kecil kemudian berlalu kekamar setelah mencium dahi istrinya.

*****

Ali membolak balikkan filenya mencoba mencari letak kesalahannya. Namun tiba-
tiba suara ketukan pintu membuat Ali beralih menatap Maya yang memasuki
ruangannya.

"Ada apa Maya?"

"Ada yang ingin bertemu dengan bapak. Mr. Gilbert"

"Oh ya saya sudah ada janji dengan beliau sebelumnya. Persilahkan ia masuk"
Maya mengangguk paham lalu keluar dari ruangan.

Tak lama setelah itu terlihat pria dewasa memasuki ruangan Ali disusul dengan
seorang wanita berperawakan tinggi semampai menggunakan dress berwarna
merah.

"Selamat siang Mr.Ali"

"Selamat siang Mr. Gilbert"

"Silahkan duduk" ucap Ali mempersilahkan. Mr.Gilbert dan wanita yang bersamanya
itupun duduk dihadapan Ali.

"Oh iya kenalkan. Ini Clara, putri saya" ucap Mr.Gilbert memperkenalkan wanita
yang bersamanya.

"Ali Zafriano Lukas" ucap Ali memperkenalkan dirinya lalu mengulurkan tangannya
sebagai bentuk formalitas. Wanita bersama Clara itu langsung menyambut uluran
tangan Ali.

"Clara" ucapnya pula memperkenalkan.

"Bagaimana tentang pembicaraan kita kemarin sir?" Tanya Ali.

"Setelah saya fikir saya bersedia menjalin kerja sama dengan perusahaan anda.
Walaupun anda baru menjalaninya saya sangat percaya, mengingat anda adalah
putra dari salah satu rekan terbaik saya" jelas Mr.Gilbert membuat Ali tersenyum
lega.

"Terimakasih sir, lalu bagaimana dengan ajuan program kerja yang saya ajukan
kemarin? Apa ada yang tak berkenan?"

"Oh tidak, semuanya baik. Saya suka program kerjanya"

"Baguslah, berarti sekarang saatnya kita membicarakan kontak kerja"ucap Ali.

Mr.Gilbert melirik jam dijam tangan mewah yang melingkar ditangannya.

"Maaf Mr.Ali, tapi saya ada urusan penting sekarang"

"Baiklah kalau begitu, kita bisa bicarakan lagi besok"

"Tidak perlu, ada putri saya disini. Anda bisa membicarakan dengannya karna
sebenarnya perusahaan yang akan bekerja sama dengan anda adalah perusahaan
saya yang sudah dipegang oleh putri saya" jelas Mr.Gilbert. beralih menatap
putrinya sembari tersenyum bangga. Sepertinya memang pria ini sengaja
membawa putrinya.

"Baiklah kalau seperti Itu, kita bisa bicarakan nanti Miss"

"Just call me Clara" ucap Clara memperbaiki ucapan Ali.

"Oh oke, Clara. Kita bisa bicarakan nanti"

"Kenapa tidak sekarang saja? Saya tidak punya banyak waktu Mr" ucap Clara
membuat Ali mengangguk paham. Cukup arrogant.

"Baiklah kalau seperti itu saya permisi dulu. Baby, papi harus pergi sekarang"

"Baiklah pi"

Mr. Gilbert pun keluar dari ruangan. Sepeninggalannya pria itu, Ali langsung
mencari kontrak kerja samanya. Sementara Clara tak mengalihkan pandangannya
sama sekali pada Ali sambil tersenyum penuh arti.

"Ini dia kontrak kerja kita, silahkan dibaca dulu" Ali menyodorkan kontrak kerja
samanya pada Clara.

Clara mengambil kontak itu namun dengan sengaja menggenggam tangan Ali yang
berada di atas meja membuat Ali sontak kaget.

"Maaf" Ali menjauhkan tangannya.

"Silahkan dibaca" Ali sudah mulai tak nyaman dengan suasana ini.
"Ayolah Ali, kita gak perlu bicarain kontak sialan itu dan bicara formal. Jujur dari
awal aku lihat kamu, aku sudah tertarik dengan kamu" ucap Clara. Ali menatapnya
heran, apa maksud wanita ini.

"Maaf, disini kita akan membahas tentang kontrak kerja, bukan tentang kita"

"Aku akan langsung tanda tangani kontrak itu dan pastiin secepatnya perusahaan
kamu bangkit lagi asal kamu mau menemani aku malam ini dan seterusnya" jujur
Ali kaget mendengar ucapan Clara. Untuk pertama kalinya ia mendengar ucapan
sepertu itu dari seorang wanita. Ali menghembuskan nafasnya kasar. Ini juga
alasannya kenapa ia sangat menyukai pekerjaan lamanya, karna tak akan pernah
menemukan wanita penggoda kantoran seperti ini. Ali bangkit dari duduknya.

"Baiklah sepertinya tak ada lagi yang harus kita bicarakan. Saya sedang banyak
pekerjaan. Kalau anda lupa, pintu keluar ada disana" Ali memunjuk pintu keluar
membuat Clara menatapnya geram.

"Ternyata dibalik wajah kamu yang sangat tampak kamu juga sombong ya. Kamu
sadarkan bagaimana keadaan perusahaan kamu sekarang? Jangan munafik Ali
kalau kamu juga membutuhkan bantuanku" Ali benar benar dibuat geram oleh
wanita ini.

Belum pernah sebelumnya ia dihadapkan dengan wanita seperti ini.

"Maaf, saya sudah memiliki anak dan istri, bagi saya mereka sudah lebih dari cukup.
Lagipula saya tidak suka dengan wanita yang menawarkan dirinya sendiri" balas Ali
dengan senyum meremehkan. Sebenarnya ini jauh dari watak Ali. Tapi sepertinya
wanita ini yang sudah memaksanya untuk bertindak seperti ini.

Clara bangkit dari duduknya lalu menatap Ali tajam. Perkataan Ali benar benar
menyinggung perasaanya.

"Perkataan yang keluar dari bibir kamu yang terlihat manis itu benar benar
menyakiti aku sayang. Belum pernah ada yang menolakku sepertimu"

"Kalau begitu saya adalah orang yang pertama melakukannya" balas Ali santai. Ali
rasa ada yang tak beres dengan wanita ini. Apa ia memiliki kelainan? Kenapa ia
terlihat sangat tertarik pada Ali bahkan yang ia kenal baru beberapa saat yang lalu.
Apa ini karna pesona Ali yang sangat luar biasa dan mampu memikat siapapun.

"Baiklah, walaupun kamu sudah menyakitiku dengan ucapanmu, aku tetap akan
memberikanmu kesempatan karna aku sudah benar benar jatuh dalam pesonamu.
Kamu bisa memikirkannya lagi. Kalau kamu tak bekerja sama dengan
perusahaanku, jangan harap perusahaanmu akan keluar dari masalah" Ali menghela
nafas jengah.

"Wanita gila!" Desis Ali dalam hati.


"Sekarang anda dengarkan saya baik-baik karna saya tidak akan mengulanginya
lagi. Saya tidak perduli kalau perusahaan saya makin hancur. Karna saya yakin
kemampuan dan komitmen yang saya punya bisa membantu saya untuk
membangun perusahaan ini walau dari nol. Jadi anda tidak usah susah susah
menawarkan diri anda yang sama sekali tidak menarik bagi saya. Mungkin suatu
hari saya bisa mengenalkan anda dengan istri saya. Satu satunya wanita yang bisa
menarik perhatian saya" ucap Ali membuat Clara tersulut emosi.

Ia kira Ali adalah pria yang mudah digoda seperti Pengusaha muda yang selalu ia
temui. Apalagi pria itu terlihat sangat murah senyum. Bahkan awalnya ia kira Ali
belum memiliki istri. Ali berjalan menuju pintu ruangannya. Sepertinya cukup sulit
mengusir wanita ini.

"Silahkan keluar" Ali membuka pintu ruangannya. Namun saat pintu itu terbuka Ali
terbelalak kaget melihat Prilly yang sudah ada di ambang pintu.

"Sayang" panggil Ali. Clara tersenyum sinis menatap Prilly.

"Bye honey. Thanks for your time" ucap Clara kemudian keluar dari ruangan Ali.
Prilly menatap Ali dengan pandangan yang sulit di artikan

Prilly memasuki ruangan Ali masih tetap terdiam.

"Sayang, kamu jangan dengerin apa kata dia" ucap Ali mencoba menjelaskan.
Sungguh Ali kini benar-benar khawatir kalau Prilly benar benar mendengarkan
ucapan terakhir Clara yang seakan akan bahwa mereka baru saja melakukan apa-
apa.

Prilly berbalik menatap Ali yang berada di belakangnya dengan masih terdiam.
Namun tak bisa disembunyikan bahwa raut wajahnya terlihat marah. Ali
menggenggam tangan Prilly.

"Sayang kamu percaya sama aku kan? Aku sama dia gak ada apa-apa kok, dia cuma
cewek gila yang tiba-tiba datang" jelas Ali. Namun lagi-lagi Prilly masih diam.

"Sayang ngomong dong. Jangan diam aja"

Prilly menghela nafas dalam-dalam kemudian meremas tangan Ali yang


menggenggam tangannya melepaskan geramnya.

"Dasar cabe-cabean goceng! Cewek gak laku. Apa maksudnya nawarin dirinya sama
suami orang. Emang cewek gak bener, dia pikir dia oke apa. Belum pernah
ngerasain jambakan gue kali ya. Rasanya pengen banget gue rauk mukanya.
Aaaaaaa cewek gatel!" Prilly memekik mengeluarkan segala emosinya membuat
nafasnya memburu. Ali hanya pasrah tangannya diremas oleh istrinya.

"Kamu tau gak, aku dari tadi ada didepan pintu ruangan kamu. Rencananya aku
mau masuk tadi ternyata lagi ada tamu, awalnya aku mau nunggu tamu kamu
pergi. Tapi waktu denger jalang itu godain kamu, aku jadi pengen tau suaminya aku
ini responnya gimana kalau di suguhin ikan asin" ucap Prilly membuat Ali mengerti
sekaligus bernafas lega.

"Aku gak Mungkin tergoda sama ikan asin sayang, kan aku udah ada ayam goreng"
balas Ali diiringi tawanya.

"Tapi tetap aja aku kesel dia godain kamu. Walaupun kamunya gak respon. Aaaaa
aku cinta banget sama kamu. Jangan mau digodain cabe-cabean" Prilly memeluk Ali
erat membuat Ali terkekeh.

"Pulang! Jangan kerja gini lagi. Banyak cabe-cabean goceng disini. Aku mau captain
aku" rengek Prilly.

"Sayang pulang!" Prilly menarik-narik ujung jas Ali membuat Ali terkekeh
mendengar rengekan istrinya.

"Kamu apaan sih sayang. Baru juga aku mau mulai kerja"

"Buruan dong kelarin urusan kamu disini biar kamu balik lagi jadi pilot"

"Aku juga maunya gitu, tapi kan kamu tau sendiri gak bakal bisa secepat itu sayang.
Kamu bantu doa aja ya. Duduk dulu yuk" Ali mengiring Prilly untuk duduk disofa.

"Daffa mana?" Tanya Ali.

"Tadi dijemput mamanya, jadi sekarang lagi dirumah mama" jelas Prilly membuat Ali
mengangguk paham.

"Oh iya udah jam makan siang. Kita makan dulu yuk" ajak Ali yang mendapat
anggukan setuju dari Ali. Akhirnya Ali memutuskan untuk membawa Prilly makan
siang di cafe yang tak jauh dari perusahaan.

*****

Ali kembali di sibukkan dengan tumpukan file. Sesekali Ali memijit pelipisnya.
Ternyata bekerja di perusahaan sangat memusingkan. Tiba tiba terdengar suara
ketukan pintu.

"Masuk"

"Maaf mengganggu pak. Tapi ada yang ingin bertemu"

"Siapa?"
"Saya juga kurang tau pak, tapi beliau bilang ia ingin melamar pekerjaan disini"

"Bukankah kita sedang tidak membuka lowongan kerja?"

"Benar pak, tapi dia memaksa"

"Baiklah, suruh ia masuk"

Maya mengangguk kemudian keluar dari ruangan. Tak lama ada yang memasuki
ruangan Ali.

"Haiii captian, sumpah ya susah banget mau masuk keruangan lo" Ali tersenyum
sumringah saat melihat sahabatnyalah yang memasuki ruangannya.

"Rell, apa kabar lo?"

"Baik capt"

"Jangan panggil itu lagi. Gue bukan captain lo Sekarang"

"Bodo amat. Lo tetap captain gue"

"Oke terserah lo. Lo ngapain kesini?"

"Gue mau ngelamar kerja. Pokoknya harus diterima. Bodo amat dah kalau gak
digaji. Pokoknya gue mau urusan lo cepat kelar" ucapan Verrell itu sontak membuat
Ali kaget.

"Lo serius? Gimana sama flight lo?"

"Gampang lah, kalau lagi gak flight gue kesini bantuin lo"

"Thanks banget bro. Lo bener-bener sohib gue"

"Udah ah gak usah terimakasih terimakasih. Ntar aja kalau gue sukses bantuin lo
mempercepat tugas lo disini baru bilang makasih. Risih tau tak liat lo pakai jas gitu.
Gak pantes. Lo itu cuma pantesnya pakai seragam pilot capt!" Ucapan Verrell itu
membuat Ali terkekeh. Belum lagi melihat ekspresi datarnya namun terlihat kesal.

"Gue mau pakai apapun tetap ganteng"

"Yaks! Pede lo capt! Buruan kerjaan gue apa?"

"Nih ada file. Lo pelajarin sebenarnya letak kesalahannya dimana. Kenapa bisa
pemasukannya menurun" Ali memberikan sebuah file berwarna biru tua pada
Verrell. Verrellpun mengambil file itu.

"Gue ngerjain dimana? Masa iya lesehan dilantai" Ali tertawa geli mendengar
ucapan sahabatnya itu.
"Sabar dong. Gue bakal hubungi OB dulu buat bawain meja dan kursi kerja buat lo.
Lo bisa kerja diruang ini juga" Verrell mengangguk paham.

Ali yakin kehadiran Verrell akan sangat membantunya. Walaupun Verrell tak punya
latar belakangan dibidang ini namun Verrell adalah pria yang cerdas. Pemikirannya
yang serba menggunakan logika sepertinya akan membantu.

Chapter 42

*****

"Daddy" suara pekikan itu menyambut kedatangan Ali.

"Hai jagoan daddy. Kok belum tidur?" Ali membawa putranya dalam gendongannya.

"Dia gak mau tidur. Katanya mau nungguin daddynya" sahut Prilly.

"Bener mau nungguin daddy? Padahal udah ngantuk banget nih kayaknya" Ali
mencium pipi Daffa berkali kali.

"Daddy. Au ke upan"

Ali mengerutkan dahinya tak paham dengan apa yang dibicarakan putranya. Prilly
Terkekeh geli melihat kebingungan Ali.

"Au upan daddy"

"Daddy gak ngerti sayang. Kamu ngomong apa?"

"Katanya dia mau kedufan. Itu aja gak paham. Tadi dia abis liat poster dufan di
majalah" ledek Prilly.

"Ohhh dufan. Daddy kirain apaan" Ali terkekeh menyadari ucapan putranya.

"Ntar weekend kita kesana ya. Sama mommy. Iya kan mom?"

"Iyaa sayang"

*****

"Loh bukannya lo mau jalan-jalan sama anak istri lo?" Tanya Verrell saat Ali
memasuki ruangannya.
"Iya, tapi gue mau kasih laporan ini ke lo, tolong di data ya. Abis itu kirimin ke email
gue" jelas Ali.

"Yaudah letakin aja di meja, ntar gue selesaiin"

"Rajin bener ya sahabat gue ini"

"Jangan lupa gaji di transfer" canda Verrell membuat Ali

*****

Prilly memasukkan jus apel yang tadi ia buat kedalam botol minuman. Daffa
memang sangat suka minum jus apel, dan anehnya Daffa tak pernah ingin
meminum jika itu dibeli, ia hanya ingin jika mommynya sendiri yang
membuatkannya.

"Daffa, jusnya udah siap sayang" panggil Prilly. Dahi Prilly berkerut saat tak
mendengar sahutan dari putranya.

"Daffa" panggil Prilly lagi. Tumben sekali putranya itu tak mendatanginya saat
dipanggilnya. Prillypun akhirnya menghampiri Daffa.

"Ya allah, Daffa" pekik Prilly.

Chapter 43

*****

Ali melangkahkan kakinya secepat mungkin menyusuri lorong-lorong itu.


Perasaannya benar-benar kalut saat ini. Sedari tadi ia masih belum percaya dengan
apa yang terjadi dan berharap semuanya benar-benar tak terjadi. Namun
kehadirannya disini memperjelas bahwa semuanya sudah terjadi.

"Sayang" panggil Ali saat istrinya terduduk sambil menunduk disamping pintu
ruangan yang ia yakini ruangan tempat putranya berada sekarang.

Prilly langsung mendongakkan kepalanya dengan mata yang sudah sembab. Prilly
bangkit dari duduknha kemudian memeluk Ali dengan badan bergetar.

"Daffa Li, Daffa. Aku takut" ucap Prilly dalam isakannya.

"Sekarang kamu tenang dulu, kita duduk dulu" Ali menuntun istrinya untuk duduk
ditempat Prilly tadi.
"Sekarang kamu cerita sama aku, sebenarnya ini kenapa?"

Prilly mencoba mengatur nafasnya yang sedari tadi tak normal.

"Tadi aku lagi bikinin Daffa jus, waktu aku udah selesai, aku mau samperin dia yang
waktu aku tinggal lagi sibuk sama mainannya. Tapi waktu aku balik Daffa udah
pingsan. Dikepalanya banyak darah. Dan aku lihat di ujung meja diruang keluarga
kita juga ada darah. Kayaknya Daffa jatuh. Aku takut banget sayang. Maafin aku"
tangis Prilly makin pecah mengingat kondisi putranya. Ali mengelus punggung Prilly
mencoba menenangkannya. Sebenarnya Ali kini juga tak tenang. Pikirannya benar-
benar kalut karna belum mengetahui kondisi putranya. Tapi Ali sadar disaat situasi
seperti ini harus ada yang tenang. "Ini semua salah aku, harusnya aku gak biarin
bibik ke pasar saat aku lagi bikinin Daffa jus biar bisa lihatin Daffa. Semuanya pasti
gak akan kejadian. Maafin aku" Ali tau istrinya kini sedang sangat merasa bersalah.
Tapi Ali sadar ini bukan sepenuhnya salah Prilly.

"Apa saya bisa bicara dengan orangtua pasien" ucap dokter yang baru keluar dari
ruangan.

"Saya ayahnya dok"

"Baiklah, ikut saya keruangan pak"

"Bentar ya sayang. Aku mau keruang dokter dulu" Prilly mengangguk lemah.

Tak berapa lama Ali kembali menyusul Prilly keruang Daffa. Ucapan dokter tadi
terngiang-ngiang dalam ingatannya. Baru kali kini Ali merasakan rasa sedih seperti
ini. Ternyata beginilah rasanya jika buat hati dalam keadaan tak baik. Ingin sekali Ali
rasanya menggantikan posisi Daffa. Apalagi mengingat ucapan dokter yang
mengatakan Daffa belum sadar karna benturan yang cukup keras di kepalanya. Ali
memasuki ruangan Daffa. Ali menatap lirih istrinya yang tampak sudah tertidur
sambil terduduk disamping ranjang Daffa. Tampaknya Prilly sudah lelah
menangis.tangannya menggenggam erat tangan putranya. Ali menggendong Prilly
kemudian menidurkannya di sofa. Jika di biarkan berlama lama seperti itu, pasti
istrinya akan merasa tak nyaman. Setelah itu Ali memutuskan untuk duduk
ditempat Prilly tadi. Ditatapnya putranya yang terbaring dengan perban di
kepalanya dan infus yang menancap di tangannya. Ayah mana yang tak sedih
melihat putranya seperti ini. Ali mengenggam tangan mungil putranya, diciumnya
berulang kali.

"Sayang, daddy pulang nih. Katanya mau ke dufan. Daddy gak kerja lagi
kok.bangun yuk. Kita jalan-jalan sekarang. Daffa mau kemana nak? Daffa bilang
sama daddy" air mata Ali mengalir membasahi pipinya hingga mengenai tangan
Daffa yang sedari tadi ia letakkan di pipinya.
"Daddy tau daddy jahat, daddy tau daddy udah gak nepatin janji. Harusnya kan tadi
daddy gak ke kantor. Langsung aja kan ya nak kedufannya. Emang nih daddy
bandel" Ali terpejam merasakan rasa bersalahnya.

"Daffa bangun ya. Kasian nak sama mommy, dari tadi nangis terus. Ayo dong
jagoan daddy, katanya mau jadi captain kayak daddy. Harus kuat. Bangun ya nak"
Ali bangkit dari duduknya kemudian mencium dahi putranya.

*****

Ali mengerjap ngerjapkan matanya berusaha mengumpulkan kesedarannya.


Badannya terasa sedikit sakit, pasti ini karna semalaman ia tertidur sambil duduk
disamping ranjang Daffa.

"Happy birthday sayang" ucap Prilly. Ali yang baru terbangun menatap istrinya
bingung, namun sesaat kemudian ia tersenyum saat mengingat kalau hari ini
adalah hari ulangtahunnya

"Maaf ya aku cuma bisa kasih suprise kue ini. Ini aja aku minta tolong Itte tadi
beliinnya" ucap Prilly sembari memperlihatkan sebuah kue ditangannya. Ali
tersenyum lembut pada istrinya kemudian mengelus lembut pipi Prilly. Matanya
sembab dan hidungnya memerah masih terlihat jelas.

"Makasih ya sayang, aku aja lupa kalau aku ulangtahun"

"Make a wish" Prilly menyodorkan kuenya pada Ali agar Ali meniup lilin di kue itu.

"Aku gak minta macem-macam di ulangtahun aku yang kali ini. Aku cuma minta
Daffa disembuhin. Aku mau lewatin ulangtahun aku lagi sama jagoan aku" Ali
menatap Daffa yang masih terbaring disampingnya. Dielusnya pucuk kepala
putranya kemudian meniup lilinnya.

"Aamiin" Prilly mengaamiini doa Ali. Tiba-tiba air matanya jatuh lagi. Ali membawa
istrinya dalam pelukannya.

"Daffa kapan bangunnya sayang?"

"Insyaallah secepatnya" Ali harap memang begitu.

"Aku mau sholat subuh dulu ya. Kamu udah sholat kan?" Prilly mengangguk kecil.
Alipun kemudian melepaskan pelukannya. Sebelum pergi Ali mencium dahi
putranya.

"Daddy ulangtahun loh, bangun yaa sayang. Gak mau ngucapin apa" bisik Ali lirih.
Setelah Itu Alipun berlalu keluar ruangan.
Orang tua Prilly akan kerumah sakit pagi ini. Karna kemarin mereka sedang ada di
Bali urusan bisnisnya. Begitu pula orangtua Ali. Mereka sangat terkejut awalnya
saat mendengar kabar Daffa. Hal itulah yang membuat mereka ingin cepat
menyelesaikan urusannya dan ingin segera menemui cucunya.

Ali kembali ke ruangan Daffa setelah menjalankan sholat subuh, tadi selesai sholat
Ali juga menyempatkan diri untuk membeli sarapan untuknya dan Prilly. Kini di
tangan Ali sudah ada 2 kotak nasi goreng. Sebenarnya Ali sedang tak nafsu makan,
namun ia sadar, disaat seperti ini ia harus tetap menjaga kesehatannya agar tetap
selalu bisa menjaga anak dan istrinya.Ali memegang ganggang pintu ruangan
Daffa. Saat pintu itu terbuka mata Ali membulat sempurna, bahkan makanan yang
ia pegang tadi hampir saja terjatuh.

"Daddy"

Suara pekikan itu membuat Ali menatapnya tak percaya. Putranya, putra
kebanggaannya sudah membuka matanya sempurna. Tampak seorang dokter
sedang memeriksnya. Ali langsung menghampiri Ali, ditatapanya Prilly seolah
meminta penjelasan, namun Prilly hanya tersenyum. Matanya tampak berair.

"Putra saya sudah sadar dok?"

"Iya pak, beberapa menit yang lalu ibu Prilly memanggil saya, ternyata putra bapak
sudah sadar. Kondisinya sudah normal bahkan sangat normal, sedari tadi ia tak
berhenti memanggil daddynya" jelas dokter itu sembari tersenyum. Ali langsung
menangkup wajahnya dengan tangannya mengucap kata syukur kepada para
pencipta. Ternyata Tuhan mendengarkan doanya tadi.

"Daddy" panggil Daffa. Putranya masih terlihat terbaring namun menarik-narik


ujung baju Ali.

"Saya permisi dulu pak, bu" pamit sang dokter yang dibalas Ali dan Prilly dengana
anggukan.

"Iyaa sayang, ini daddy. Ada yang sakit?" Tanya Ali mengelus pucuk kepala
putranya. Daffa Tampak menggeleng pelan.

"Aku bahagia banget sayang, ini kado terindah" ucap Ali menatap Prilly. Prilly
mengangguk setuju sambil tersenyum haru. Prilly membisikkan sesuatu pada Daffa,
Ali hanya menatap bingunh anak dan istrinya.

"Celamat ulang aun daddy" ucap Daffa membuat Ali tersenyum. Prilly kembali
membisikkan sesuatu pada Daffa.

"Daffa ayang daddy. Au cium" Ali memejamkan matanya sejenak mendengar


ucapan tulus dari putranya. Ali benar-benar bahagia kini. Ali menunduk kemudian
mencium putranya penuh sayang. Prilly menatap suami dan anaknya haru.
*****

"Aaaaakk, sekali lagi sayang buburnya abis nih" Daffa membuka mulutnya lebar-
lebar menerima suapan Ali.

"Abis" Daffa menepuk-napuk tangannya membuat Ali dan Prilly tersenyum gemas.
Putranya jauh terlihat lebih sehat sekarang.

"Cepat sembuh ya sayang. Katanya mau kedufan sama daddy" ucap Prilly mengelus
rambut putranya.

"Au upan daddy"

"Iya nanti kita kedufan. Makanya cepat sembuh dong"

Tiba-tiba suara pintu terbuka membuat mereka mengalihkan pandangannya ke arah


pintu.

"Haii jagoan om alel udah bangun"

"Om alel" Daffa memekik menyambut kedatangan Verrell. Verrell berjalan


mendekati Daffa kemudian mencium pucuk kepalanya.

"Nih om alel bawain mainan" Verrell memperlihatkan bingkisan yang ia bawa. Daffa
tampak antusias melihat mainan yang tak jauh jauh dari pesawat itu.

"Maaci om alel

"Iya sayang" Verrell beralih menatap Ali.

"Happy birthday capt!" Verrell menepuk pelan pundak Ali.

"Thanks Rell"

"Oh iya, udah pada makan belum nih? Kalau belum biar gue beliin deh, mau makan
apa?"

"Gak usah Rell, baru aja kelar makan" balas Prilly yang sedang ikut sibuk dengan
Daffa yang asik dengan mainannya membuat Verrell mengangguk paham.

"Gimana perusahaan Rell?" Tanya Ali.

"Aman terkendali capt, tapi kemarin ada cewek datang nyariin lo" dahi Ali berkerut
mendengar ucapan Verrell, begitu pula Prilly.

"Siapa?"

"Gue juga gak tau. Ngotot banget mau cari lo. Belum lagi bajunya kekurangan
bahan sana sini, gue rasa cewek gak bener tu. Sejak kapan sih lo punya Temen
kayak gitu? Perasaan dulu dulu gak pernah" tiba-tiba mendengar penjelasan Verrell,
Ali teringat seseorang. Pasti Clara!

"Terus lo bilang apa kedia?"

"Ya gue bilang aja kalau Ali udah di pecat dan sekarang gue CEOnya. Eh malah gue
di grepein. Emang sarap tu orang" Ali terkekeh geli mendengar penuturan
sahabatnya. Begitu pula Prilly yang sedari tadi juga ikut mendengar pembicaraan
mereka.

"Muka lo kegantengan buat jadi CEO capt! Godaannya banyak. Walaupun pilot
sebenarnya juga bisa ada godaan kayak gitu. Tapi di pilot gak akan ada yang
sangkuat pautnya sama hubungan kerjaan. Jadi mudah hindarinnya. Iya gak Prill?"

"Bener banget. Suruh angkat kaki Rell dari CEO" balas Prilly mantap membuat Ali
dan Verrell tertawa geli

*****

"Ali pokoknya awas aja kalau cucu mama kenapa-kenapa lagi, mama bakal bawa
Daffa kerumah mama"

"Atau enggak bunda aja yang bawa Daffa ke Bandung. Biar bunda yang besarin
Daffa"

"Nah denger tuh, mama sama bunda aja yang ngurus Daffa. Iyakan Wi?"

Ali mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Sejak mama dan bundanya datang


kemarin, mereka tak henti hentinya mengomeli Ali. Prilly terkekeh geli melihat
ekspresi frustasi suaminya. Prilly tau orangtua mereka sebenarnya memang
khawatir.

"Mama, bunda, tenang aja ya, Ali pasti jaga anak Ali kok. Kemarin itu emang
musibah aja. Lagian hari ini Daffa udah bisa pulangkan"

"Tau nih emak-emak rempong" cibir Indra yang mendapat pelototan dari Ayu dan
bunda Dewi.

"Daddy au ulang"

"Nah tuh, udahan ngomelnya, anak Ali minta pulang nih" Ali membawa putranya
dalam gendongannya.

"Iya nih mama, bunda, ini bukan salah Ali kok, salah Prilly juga" ucap Prilly.

"Ya namanya juga khawatir Prill, kan cucu pertama"


"Nah bener tuh"

Ali dan Prilly hanya mengangguk paham menyudahi obrolan ini cepat usai. Hari ini
Daffa sudah diperbolehkan pulang karna kondisinya yang sudah sangat baik.

Chapter 44

*****

Ali melirik putranya yang sudah tertidur dalam pangkuan Prilly sambil masih fokus
menyetir. Putranya terlihat sangat lelah. Senang rasanya melihat kebahagiaan
putranya hari ini. Sesuai janjinya, hari ini Ali mengajak anak dan istrinya kedufan.
Walaupun tak banyak wahanan yang bisa dinaiki Daffa, namun ia terlihat begitu
antusias.

"Makasih ya sayang" Ali menautkan Alisnya mendengar ucapan Prilly.

"Buat apa?"

"Udah jadi doraemon hidupnya Daffa juga"

Ali terkekeh geli mendengar ucapan istrinya. Di elusnya pucuk kepala istrinya
kemudian di genggamnnya satu tangan Prilly.

"Aku akan selalu jadi doraemon hidup kamu sama Daffa. Selamanya"

*****

Ali menggandeng anak dan istrinya memasuki gedung yang terbilang hotel ini.
Gedung yang menjadi tempat resepsi pernikahan Verrell dengan Flora, istri dari
Verrell. Sebenarnya Ali tak banyak tau tentang kisah cinta mereka karna Verrell
yang cukup tertutup. Tapi saat Ali sudah bisa memastikan bahwa ia adalah wanita
yang pas untuk sahabatnya Ali dapat benafas lega. Lagipula bagi Ali mereka adalah
pasangan yang serasi. Flora yang tampak lebih kalem bisa menyeimbangi sikap
pecicilan Verrell.

"Congrats bro!"

"Thanks capt!"

"Selamat ya Rell"

"Makasih Prill"
"Sabar-sabar ya Flo ngedapein Verrell" canda Ali. Flora hanya tersenyum kecil
mendengar candaan Ali.

"Yaelah capt, kayak sifat gue parah banget"

"Om alel" panggilan itu membuat mereka menyadari kalau mereka sedari tadi
melupakan seseorang.

"Ya ampun anak daddy di cuekin" Ali membawa Daffa dalam gendongannya yang
tadi lebih memilih untuk berjalan sendiri. Ali membisikkan sesuatu pada putranya.

"Amat om alel" ucap Daffa. Verrell yang mengerti ucapan Daffa langsung mencium
pipi Daffa gemas.

"Makasih jagoan. Sayang mau yang kayak gini satu dong. Ntar malem ya" ucapan
Verrell itu berhasil dihadiahi plototan oleh Flora membuat Ali dan Prilly terkekeh geli.

*****

Ali ternyata benar-benar tak main-main dengan keputusannya untuk mengambil alih
memegang perusahaan peninggalan ayahnya. Ali mengeluarkan segala macam
kemampuannya untuk mengolah perusahaan. Terbukti baru sebulan memegang
perusahaan ini, semuanya sudah kembali seperti semula. Bahkan pemasukan
perusahaan terus bertambah. Ali merasa bahagia pengorbanannya tidak sia sia. Ali
berkutat dengan laptopnya. Tiba-tiba Ali tertarik melihat folder yang berisi foto foto
saat ia melakukan flight. Tiba tiba Ali rindu memakai seragam kebanggannya itu. Ia
juga rindu berada dibalik kemudi pesawat.

Ali yang sedang fokus melihat beberapa fotonya saat masih menjadi pilot tiba-tiba
terhenti saat terdengar suara ketukan pintu.

"Masuk"

Setelah mendengar sahutan dari Ali, Verrell segera memasuki ruangan itu.

"Eh lo Rell, udah masuk aja. Udah kelar honeymoonnya?"

"Udahlah capt, emangnya gue elo kalau honeymoon lama-lama" balas Verrell.

"Terus lo mau flight kemana?" Tanya Ali saat menyadari bahwa kini Verrell
mengenakan seragam pilotnya.

"Ke ambon"
Ali mengangguk paham. Melihat Verrell memakai seragam pilot membuat ia makin
merasakan rindu yang mendalam dengan pekerjaa lamanya. Bagi Ali ia sangat
cocok menggunakan seragam itu dari pada setelan jas ala CEO. Ia juga lebih
merasa nyaman duduk di kemudi pesawat dari pada di kursi kebesarannya
sekarang.

"Capt, lo gak kangen?" Pertanyaan Verrell itu membuat Ali tersadar dari
lamunannya.

"Lo ngomong apa tadi?"

"Lo gak kangen pakai seragam ini lagi?"

"Ya kangen lah"

"Balik dong. Perusahaan juga udah baik-baik aja kan?"

"Ya maunya sih gitu, tapi gue gak enak sama bunda kalau harus kasih pekerjaan ini
lagi. Kayaknya gue emang udah ditakdirkan buat gak jadi pilot lagi" ucap Ali lirih.

"Apaan sih lo. Gue yakin kok lo bakal balik. Maskapai kita lagi butuh banget lo" Ali
hanya mengangkat bahunya pertanda tak tahu lagi harus berbuat apa.

"Yaudah gue mau ke bandara dulu ya" pamit Verrell.

"Take care bro"

"Sipp"

Chapter 45

*****

Ali kembali sibuk berkutat dengan tumpukan file Ali kembali sibuk berkutat dengan
tumpukan filenya. Sesekali Ali juga mengecek email yang masuk. Suara ketukan
pintu membuat Ali mengalihkan perhatiannya sejenak.

"Masuk"

Tak berapa lama pintupun terbuka.

"Papa" Ali sedikit kaget saat melihat mertuanyalah yang datang. Tak biasanya
mertuanya mendatanginya dikantor seperti ini.
"Duduk pa"

"Papa gak nyangka menantu papa ini ternyata berbakat juga di bindang bisnis.
Perusahaannya makin maju" puji papa Indra yang dibalas Ali dengan senyuman
khasnya.

"Papa tumben kesini. Ada yang bisa Ali bantu?" Tanya Ali. Papa Rizal langsung
menggeleng pelan.

"Ada yang mau papa omongin sama kamu"

"Mau ngomong apa pa?"

"Kita tunggu Prilly sama Daffa ya. Tadi papa udah suruh mereka kesini" balas Indra
membuat Ali mengangguk paham.

Ali dan Indrapun bercerita-cerita sembari menunggu kedatangan Prilly. Tentu saja
yang mereka bicarakan tak jauh-jauh dari bisnis. Ali kini paham kenapa ayahnya
dan papa mertuanya bisa bersahabat begitu lama meskipun mereka tak sering
bertemu saat sudah sama-sama memiliki keluarga. Mereka memiliki karakter yang
hampir sama. Bercerita ayah mertuanya bisa membuat Ali merasa sedang bersama
ayahnya.

Saat mereka sedang berbicara, suara ketukan pintu mengalihkan fokus mereka. Ali
bangkit dari duduknya, ia yakin itu anak dan istrinya.

"Daddy" suara pekikan Daffa sudah terdengar saat Ali membuka pintu.

"Haiii anak daddy, ganteng banget" Ali langsung membawa Daffa dalam
gendongannya dan membawa Prilly ikut masuk kedalam ruangannya.

"Haii jagoan, sini sama opa" Ali menurunkan Daffa dari gendongannya dan
membiarkannya menghampiri opanya.

"Papa tumben nyuruh Prilly kesini. Kenapa pa?" Tanya Prilly yang sudah duduk di
samping Ali.

Indra kini menatap Ali dengan wajah yang serius membuat Ali dan Prilly
menatapnya heran.

"Papa mau tanya sama kamu Li"

"Mau tanya apa pa?"

"Apa cita-cita kamu sejak kecil?" Tanya papa Indra. Ali mengerutkan dahinya heran.

"Sejak kecil sampai saat ini dan Mungkin sampai seterusnya, cita-cita Ali adalah
pilot" balas Ali mantap.
"Kamu udah pernah mencapai cita-cita kamu, kenapa kamu lebih korbanin dan lebih
milih berhenti berjuang?" Tanya Indra. Prilly menatap papanya tak mengerti
kemudian menatap suaminya yang terlihat sendu.

"Gak semua berkorban itu berarti berhenti berjuang pa, Ali berborban bahkan buat
lanjutin perjuangan Ali buat keluarga. Sudah cukup banyak rasanya kebahagian
yang keluarga Ali kasih buat Ali. Apa salahnya Ali korbanin satu kebahagiaan Ali.
Lagi pula Ali masih punya banyak kebahagiaan" Prilly menggengam tangan
suaminya memberi kekuatan. Prilly menatap papanya kesal sebagai bentu protes
karna sudah membahas sesuatu yang membuat suaminya sedih.

Indra bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju Ali. Di tepuknya pelan
pundak menantunya itu.

"Papa puas sama jawaban kamu. Tapi perjuangan kamu bukan disini. Mulai saat ini
papa yang akan pegang perusahaan kamu, kamu bisa balik keperjaan lama kamu"
ucap Indra yang sukses membuat Ali dan Prilly tercengang.

"Maksud papa?" Tanya Ali yang tampak belum paham.

"Papa udah bicarakan ini sebelumnya sama bunda kamu, dan kami sepakat kalau
papalah yang akan pegang perusahaan ini dan akan di gabungkan dengan
perusahaan papa, tapi dengan pemasukan yang tetap untuk bunda kamu, Kevin
nanti juga bakal bantu papa disini. Setelah lulus kuliah Nayla juga bakal langsung
kerja disini" jelas Indra. Ali menatap papa mertuanya tak percaya.

"Papa serius?"

"Serius dong"

"Makasih pa, makasih banget" Ali langsung bangkit dari duduknya dan memeluk
papa mertuanya itu.

"Iya Li, sama sama..anggap aja ini sebagai hadiah karna kamu gak pernah berhenti
bikin anak papa bahagia" balas Indra membuat Ali tersenyum sumringah..matanya
tampak berkaca-kaca karna haru. Berbeda dengan Prilly yang tampak sudah
menangis.

"Makasih papa. Papa terhebat yang pernah ada" Prilly langsung memeluk papanya
erat. Prilly paham betul kalau suaminya pasti sangat bahagia kini. Dan karna itulah
Prilly juga sangat bahagia. Prilly akan melihat captainnya kembali.

"Selamat bertugas kembali captain" goda Prilly setelah melepaskan pelukannya dari
papanya.

Ali hanya tersenyum gemas menerima godaan istrinya. Kemudian dibawanya


istrinya kedalam pelukannya. Tak bisa di ungkapkan dengan rangkaian
Kata apapun kini kebahagiaan yang Ali rasakan.

"Eh anak daddy di cuekin" Ali membawa putranya yang sedari tadi hanya menatap
heran kearah orangtua dan opanya kedalam gendongannya.

"Yeayy daddy bakal jadi captain lagi" ucap Prilly pada putranya.

"Apten" Daffa menepuk-nepuk tangannya membuat mereka tertawa.

"Eitts ini gak gratis loh..sebagai bayarannya, papa minta cucu lagi" ucap Indra
membuat Ali dan Prilly hanya mampu tersipu.

*******

Prilly menikmati hembusan angin malam dari balkon kamarnya, di biarkannya angin
itu menerpa wajahnya membuatnya sesekali terpejam untuk menikmatinya. Namun
tiba-tiba sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya membuat Prilly
tersenyum. Aroma tubuh yang selalu ia sukai membuatnya makin terasa nyaman.

"Ngapain sih disini? Dingin loh"

"Gak kerasa ya sayang usia pernikahan kita udah hampir 4 tahun" ucap Prilly
dengan pandangan menerawang lurus kedepan.

"Iya ya, rasanya baru kemarin aku di jutekin kamu abis abisan" balas Ali sembari
terkekeh.

"Kalau aku bisa mutar waktu, aku mau ngulang saat pertemuan kita, aku mau
ngerubah sifat aku waktu itu biar bisa lebih manis sama kamu. Kamu pasti waktu itu
kesel banget kan sama aku. Atau kamu sebenarnya waktu itu mau mundur?"

"Siapa bilang? Dari awal aku ketemu kamu, aku udah tau kalau kamu yang terbaik
buat aku. Kenapa aku harus mundur kalau yang harus aku perjuangin adalah yang
terbaik buat aku" balas Ali tulus.

Prilly membalikkan badannya agar menghadap Ali kemudian mengalungkan


tangannya di leher Ali.

"Kamu tau gak, aku cinta banget sama kamu. Cintaa banget. Aku mau selalu jadi
milik kamu"

"Kalau gitu, jangan pernah tanya lagi alasan aku ngelakuin selalu bertahan, karna
alasan cuma satu, agar kamu selalu jadi milik aku" Prilly tersenyum saat Ali
mencubit pelan hidungnya.
"Udah ah gak usah melow-melow. Lebih baik sekarang kita bayar hutang kita ke
papa, mumpung Daffa lagi nginep di rumah omanya" ucap Ali.

"Hutang apa?"

"Bikinin Daffa adik" balas Ali dan langsung menggedong Prilly memasuki kamarnya.

*****

Ali memasuki bandara dengan perasaan yang campur aduk, pasalnya ini untuk
pertama kalinya ia melakukan flight kembali setelah berhentinya dulu ia menjadi
pilot. Tapi tak bisa dipungkiri perasaan bahagialah yang mendominasi. Inilah
harapan Ali sejak dulu.

"Mukannya tegang banget capt, santai dong" goda Prilly yang berjalan disamping
Ali. Ali menoleh kearah Prilly sembari tersenyum. Hari ini Daffa dan Prilly kembali
lagi pada rutinitas lamanya yaitu mengantar Ali untuk flight.

"Aku anter kamunya sampai sini aja ya, happy flight sayang"

"Makasih yaa sayang. Kamu baik baik dirumah ya. Jagain Daffa"

"Siap captain"

Ali beralih pada putranya yang sedang sibuk memakan ice creamnya yang mereka
beli saat akan kebandara.

"Haloo captain junior"

"Aloo apten" sahut Daffa. Ali terkekeh kecil mendengar respon putranya yang hasil
ajaran Prilly itu.

"Jangan nakal ya selama daddy flight. Daddy sekarang paham kenapa mommy
kepengen banget kamu jadi pilot, karna pilot itu keren. Semoga jadi pilot ya sayang"
Ali mengacak-ngacak pelan rambut putranya kemudian mencium ujung hidungnya
yang ntah sejak kapan sudag terkena ice cream. Ali beralih pula mencium dahi
Prilly.

"I love you" ucap Ali

"I love you too captain"

*****

"Halooo co-pilot Verrell" Verrell yang sedang membolak balikkan agendanya


langsung menoleh keasal suara. Mata Verrell membulat sempurna saat melihat
seorang pilot tampan di hadapannya.
"Ali" pekik Verrell tak percaya. Ali terkekeh geli melihat ekspresi Berlebihan
sahabatnya itu. Ali memang belum memberi tahu Verrell atas kembalinya ia sebagai
pilot karna ingin memberi kejutan, sepertinya ia berhasil.

"Captain come back" ucap Ali.

"Serius lo capt?"

"Serius lah"

"Wah congrats capt, nah seragam ini nih yang paling pantas buat lo" Verrell
menepuk pelan pundak Ali.

"Udah ah gak usah lebay. Buruan ke hanggar yuk, tangan gue udah gatel nih mau
nyertir pesawat" ucap Ali membuat mereka sama-sama terkekeh.

Chapter 46

19 tahun kemudian....

"Selamat datang captain Daffa" Daffa yang sedang menyeret kopernya keluar dari
bandara langsung menoleh ke asal suara.

"Terimasih captain daddy" balas Daffa membuat kedua lelaki dengan wajah yang
tak jauh beda itu sama-sama terkekeh geli.

"Gimana Daff flight pertama sebagai captainnya?" Tanya Ali pada putranya.

"Alhamdulillah lancar dad, dan rasanya beda"

"Daddy bangga sama kamu" Ali menepuk pulan pundak putranya membuat Daffa
tersenyum..bagaimana tak bangga, diusianya yang masih menginjak usia 22 tahun,
ia sudah menjadi seorang captain.

"Daddy ngapain disini? Bukannya gak ada flight?"

"Abis ada pertemuan tadi. Pulang yuk, kamu udah ditunggu tuh" Daffapun
mengangguk.

Ali dan Daffa berjalan keluar dari bandara. Seperti biasa ayah dan anak ini selalu
jadi pusat perhatian. Mereka selalu mendapat tatapan kagum. Wajah mereka yang
sangat mirip dan sikapnya yang ramah membuat siapa saja mampu terpesona.
Apalagi saat mengetahui bahwa captain muda itu masih bujangan karna sedang
fokus dengan karirnya.
*****

"Kak Daffa!!" Suara pekikan itu menyambut kedatangan Daffa dan Ali.

"Kamu kayaknya dalam masalah besar Daff"

"Kayaknya sih gitu dad" Daffa menghela nafas kemudian memasuki rumahnya.

"What wrong ladies?" Tanya Daffa pada dua orang gadis yang memiliki wajah
serupa yang sedang duduk disofa sambil melipat kedua tangannya didepan dada
sembari menatap Daffa tajam. Daffa mengambil posisi duduk di antara mereka.

"Kak Daffa bohong, Katanya mau ngajakin Icha sama Acha ikut fligh pertama kakak
sebagai captain, tapi mana? Bohong!"

"Iya, padahal kita udah buru buru pulang sekolah biar bisa ikut. Dasar kang sopir
bohong!" Daffa menggaruk tengkuknya yang tak gatal menerima omelan adik
kembarnya.

Daffa melirik Ali dan Prilly yang sedari tadi memperhatikan mereka meminta
bantuan..namun Ali dan Prilly sama sama mengangkat bahunya acuh. Icha dan
Acha menurunkan sifat Prilly secara sempurna membuat Daffa kualahan.

"Oke oke, kakak minta maaf, waktu itu kakak buru buru, lagian kan kalian liburnya
masih lama, janji flight kakak lusa ke Itali kakak ajak" ucapan Daffa itu berhasil
membuat mata Icha dan Acha berbinar.

"Aaaaaa mau, makasih kak Daffa" mereka kompak memeluk Daffa membuat Daffa
bernafas lega.

Ali dan Prilly menatap anak-anaknya haru. Pemandangan seperti ini yang selalu
mereka sukai. Rasanya hidupnya sudah lengkap. Daffa sudah menjadi captain
seperti harapan mereka, Icha dan Acha sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik
dan sangat pintar. Ali dan Prilly berharap keluarganya dilimpahi kebahagiaan seperti
ini.

*****

"Kak Daffa, benerkan lusa kita pergi? Aku sama Icha udah siap-siap nih. Liat deh
dikamar koper kita udah pada gede banget" Daffa yang sedang membalikkan
agendanya langsung menoleh pada adiknya.
"Bener baby" Daffa mengelus pucuk kepala adiknya dengan sayang membuat Icha
tersenyum. Icha menatap lembut kakaknya yang tampan, ntah kenapa setiap
melihat Daffa, Icha selalu menemukan sosok daddynya.

"Eh tapi sebelum kita pergi, kakak mau kamu sama Acha bantuin kakak" dahi Icha
berkerut mendengar ucapan Daffa. Jarang-jarang kakaknya yang serba bisa ini
meminta bantuannya.

"Kakak mau minta bantu apa? Aku siap bantuin. Tapi ntar di Itali belanjain tas ya"
Icha memilin ujung kemeja yang Daffa pakai membuat Daffa terkekeh.

"Iya. Sekarang kamu panggil Acha dulu, kakak juga butuh bantuannya"

"Siap captain"

*****

Prilly menuruni anak tangga sembari melihat kesekelilingnya. Mengedarkan


pandangannya kesetiap sudut ruangan mencari suami dan anak-anaknya. Seharian
ini Prilly berada di butiknya yang baru saja membuka cabang baru sekaligus
mengontrol perkembangan butiknya. Apalagi kini butiknya sudah berkembang pesat
hingga membuka cabang diberbagai kota di Indonesia. Beruntung Prilly mempunyai
kaki tangan yang sangat bisa dipercaya untuk membantunya dalam menjalankan
bisnisnya sehingga membuat Prilly masih bisa bersantai dengan keluarganya.

Setelah menyiapkan makan malam tadi, Prilly berniat untuk memanggil suami dan
anak-anaknya. Namun tak ada satupun yang terlihat. Hingga tiba-tiba saat kaki
Prilly menginjak tangga terakhir ia tak sengaja menginjak setangkai bunga mawar.
Dengan cepat Prilly mengalihkan kakinya dari bunga itu. Prilly melirik secarik kertas
di bunga mawar itu.

"Ikuti setiap bunga mawar yang ada di hadapan kamu" dahi Prilly berkerinyit heran
membawa surat itu dan kembali menoleh ke bawah. Benar saja ada beberapa
bunga mawar yang tersusun memanjang seperti menunjukkan arah. Prilly merasa
saat ia menaiki tangga ini tadi ia sama sekali tak melihat ada bunga mawar.
Merasa penasaran Prilly mengikuti bunga mawar itu dan mengikuti arahnya. Prilly
berhenti melangkah sesaat saat menyadari arahnya ke halaman belakang
rumahnya, namun karna merasa makin penasaran Prilly kembali melangkah, namun
tiba-tiba lampu yang ruangan padam membuat Prilly terlonjak kaget. Namun sesaat
kemudian lantai dihadapan Prilly dipenuhi oleh lampu-lampu kecil berbentuk
doraemon. Prilly tersenyum kecil menatap lampu-lampu itu, walaupun ia sudah tak
muda lagi, namun kesukaannya terhadap animasi kucing itu tak pernah hilang.

Prilly melirik kearah pintu menuju halaman belakang yang terbuka. Walaupun lampu
mati, namun ruangan itu tampak terang terlebih pada doraemonroomnya. Prilly
kembali melangkahkan kakinya menuju doraemon room. Mata Prilly berbinar
melihat sebuah boneka doreamon besar yang berada di atas meja. Lagi-lagi Prilly
mendapat sebuah tulisan didekat boneka itu. Prilly mengambil kertas itu kemudian
membacanya.

"Duduk, dan tekan pada bagian kantong boneka doraemon ini"

Prilly kembali melirik boneka itu setelah membaca tulisan dikertas. Sebenarnya
siapa yang sudah menyiapkan semua ini? Tak ingin berlama-lama merasa
penasaran, Prilly langsung mengikuti perintah di kertas. Ia duduk di kursi yang
berhadapan dengan boneka itu kemudian menekan pada bagian kantongnya.

"Selama datang di Ali Airlines"

Prilly tersenyum saat mendengar doraemon itu mengeluarkan suara yang mirip
dengan suaminya. Prilly kembali mendengarkan suara yang di keluarkan oleh
boneka itu.

"Kamu sedang berada pada penerbangan menuju masa depan bersama captain Ali.
Pastikan bahwa cinta kamu sudah kuat agar bisa melewati goncangan hidup selama
perjalanan menuju masa depan. Captain tidak akan bisa memastikan suhu udara
akan selalu normal selama penerbangan, captain juga tidak akan bisa memastikan
bahwa tidak akan ada halangan selama perjalanan, tapi percayalah bahwa captain
akan selalu menjaga kamu dari bahaya apapun. Waktu perjalanan yang kita tempuh
tak bisa dipastikan karna Ali airlines tak akan pernah mendarat. Jadi tetaplah
bersama captian. Perjalanan kita masih sangat panjang. Banyak hal yang akan kita
hadapi bersama. Kamu bisa menikmati fasilitas berupa kasih sayang dan cinta yang
tak akan pernah henti saat melakukan penerbangan yang tak akan pernah berakhir
ini. Terimakasih sudah memilih Ali Airlines untuk mengantarmu melewati perjalanan
hidup bersama. Captain mencintaimu, istriku"

Prilly menutup mulutnya menahan isakannya mendengar suara suaminya. Prilly tak
menyangka bahwa suaminya akan menyiapkan semua ini. Prilly tak bisa berkata
apa-apa lagi selain menangis haru untuk meluapkan kebahagiaannya.
"Happy 23th Wedding Anniversarry sayang" Prilly langsung membalikkan tubuhnya
saat mendengar suara suaminya dibelakangnya.

Ali tersenyum lembut pada Prilly sambil memegang sebuah bucket bunga mawar
merah dengan hiasan doraemon. Prilly langsung bangkit dari duduknya dan
memeluk suaminya erat. Prilly menangis dalam pelukan Ali. Ali memang selalu
memberi kejutan disetiap perayaan hari pernikahan mereka, namun biasanya hanya
sekedar makan malam bersama ditempat yang romantis, atau bunga dengan
ucapan romantis, namun kali ini terlihat berbeda.

Ali melepaskan pelukannya perlahan kemudian menangkup kedua pipi Prilly,


disekanya air mata Prilly sembari tersenyum lembut.

"Makasih udah jadi bagian terpenting dalam hidupku yang tak sempurna ini. 23
tahun kita sama-sama, dan selama itu juga cintaku selalu bertambah disetiap
harinya. Aku cinta kamu, dan akan selalu cinta kamu" ucap Ali tulus. Ditatapanya
mata hazel milik istrinya dalam-dalam.

"Makasih juga udah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Pelengkap


kekuranganku dan pengubah keburukanku. Aku cinta kamu dan akan selalu cinta
kamu" balas Prilly tak kalah tulus.

Ali kembali membawa istrinya itu dalam pelukannya. 23 tahun bukan waktu yang
singkat dan perjalanan yang mudah untuk mempertahankan sebuah rumah tangga.
Terlebih mengingat bagaimana perjalanan awal cinta mereka. Namun
bagaimanapun, bagai air dan api, selalu ada yang meredakan diantara mereka
berdua.

"Kamu nyiapin ini semua?" Tanya Prilly dalam pelukan Ali.

"Iya, dibantu sama awak kabin" balas Ali membuat Prilly mendongakkan wajahnya
menatap Ali heran.

"Happy Wedding Anniversarry mom, dad" suara itu membuat Prilly dan Ali langsung
menoleh keasal suara.

Daffa, Icha dan Acha menatap kedua orang tuanya sembari tersenyum. Ali
merentangkan tangannya memberi pertanda agar anak-anaknya menghampirinya.

"Anak-anak hebat kita ini yang udah bantuin daddynya" ucap Ali saat anak-anaknya
sudah ada dihadapannya. Prilly menatap anak-anaknya kemudian memberikan
mereka satu persatu kecupan di dahinya.

Daffa berdiri dihadapan Ali.

"Makasih dad, selama ini udah berjuang mempertahankan mami dari awal
pernikahan, membuat Daffa hadir didunia ini dan merasa jadi anak paling
beruntung. Tuhan mempercayakan Daffa untuk menurunkan sebagian besar yang
ada pada daddy dan membuat Daffa bangga mempunyai itu semua. Bahkan kalau
Daffa diberi kesempatan untuk terlahir kembali dan memilih sendiri takdir Daffa
untuk terlahir dari siapa. Daffa akan tetap memilih untuk terlahir sebagai anak
mommy dan daddy. Daffa bangga jadi anak daddy" ucap Daffa tulus. Ali dan Prilly
sama-sama tercengangan mendengar menuturan putranya. Terlebih lagi Ali, kata-
kata yang diucapkan putranya sebagaian besar ditujukan untuknya membuat rasa
hangat menjalar di perasaan Ali. Ali membawa putra kebanggaannya itu kedalam
pelukannya.

"Mom" panggil Icha dan Acha bersamaan membuat Prilly yang sedari tadi menatap
putra dan suaminya beralih menatap putri kembarnya.

"Makasih ya mom selama ini udah mau bertahan bersama daddy dan membuat Icha
dan Acha lahir didunia ini. Icha bangga punya mommy. Kalau ingat cerita oma
tentang kisah mommy dan daddy dulu, Icha benar-benar kesel sama mommy
awalnya. Tapi pada akhirnya Icha ngerasa bangga banget sama mommy" ucap Icha
menatap mommynya dalam-dalam.

"Mommy tau gak kenapa kami bangga?" Tanya Acha membuat Prilly menggeleng.

"Karna mommy yang udah mau berusaha berubah buat daddy dan membuat daddy
selalu bisa berjuang untuk mempertahankan mommy" balas Acha. Air mata Prilly
kembali menetes mendengar ucapan putri-putrinya.

Prilly membawa putri-putrinya kedalam pelukannya. Ali dan Daffa sama-sama


tersenyum melihat Prilly, Icha dan Acha. Ali dan Daffa saling bertatapan penuh arti
kemudian sama-sama ikut memeluk mereka membuat tawa mereka pecah.

"Captain, I Love You!" Pekik Prilly disela pelukannya membuat mereka kembali
tertawa lepas.

Bahagia itu memang sederhana, namun harus ada perjuangan untuk mendapatkan
kebahagiaan sesungguhnya.

-END-

Anda mungkin juga menyukai