Anda di halaman 1dari 4

Nama : Waode Masita

Kelas :o
Stambuk : 201610052
Kecewa
***
Ada yang lain di hariku
Kau tak lagi denganku
Biasanya kau slalu menyapaku
Dariku terbangun hingga ku terlelap
Ify mengerjapkan matanya. Dilihatnya gorden ungu yang menutupi daun jendela kamarnya.
Masih gelap. Yang membangunkannya kali ini bukanlah cahaya matahari yang menyusup lewat
celah-celah jendela kamarnya. Dering ponselnya lah yang membuat Ify terbangun.

“Haloo..” sapa Ify dengan suara ngantuknya. Ify tahu siapa yang meneleponnya di pagi buta
seperti ini.
“Pagi sayang. Pasti kebangun gara-gara telepon dari aku ya?”
“Itu tahu” jawabnya. Ify tersenyum kecil. Walaupun merasa terganggu, ia tak keberatan laki-laki
ini selalu meneleponnya sepagi ini. Semua ini seakan menjadi rutinitas untuknya.
“Berangkat sepagi ini Yo?” Tanya Ify.
“Iya nih say. Aku harus ke Bandung cari bahan buat skripsi. Kamu ada acara apa hari ini?”
“Jam sembilan aku kuliah. Mungkin nanti jalan-jalan sama Shilla.”
“Oke, have fun ya! Maaf hari ini aku gak bisa ketemu kamu.”
“Gak papa. Hati-hati di jalan ya Yo.”
“Thankyou Fy. I love you.”
“I love you too.”
Shilla kembali menyimpan ponselnya di tempat semua. Ia tersenyum samar. Rio, kekasihnya ini
memang tak pernah absen untuk memberi kabar padanya. Tak jarang Rio rela mengorbankan
waktunya hanya ingin bertemu dengan Ify.
Namun, itu semua hanyalah bayangan Ify tentang Rio beberapa minggu lalu. Ify merasa ada
yang aneh dari Rio. Sudah hampir seminggu Rio tak memberi kabar padanya. Tak satupun pesan
atau panggilan Rio yang masuk ke ponselnya.
Ify mendecak kecewa. Ada apa dengan Rio? Sesibuk itulah laki-laki itu sampai ia tak punya
waktu barang semenit untuk memberi kabar padanya?
Ify mulai khawatir. Tak biasanya Rio seperti ini
To : Rio
Kamu sibuk banget ya Yo? Aku khawatir. Kamu baik-baik aja kan?
Kini ku sadar dan aku paham
Cintamu tlah melemah
Pandangannya tertuju pada benda putih berlogo apel yang ada di meja belajarnya. Tiba-tiba
sebuah ide melintas di kepalanya. Hampir satu bulan ini Ify tak pernah membuka twitternya.
Mungkin saja ia bisa mendapat kabar dari Rio lewat akun twitternya itu.
Segera Ify membuka laptopnya, menyambungkannya dengan internet dan membuka akun
twitternya.
Ify mengetik user name Rio di kolom pencarian. Tak lama muncullah beberapa mention yang
berhubungan dengan akun twitter Rio.
A day with @Pricillaa
Ify menahan nafasnya saat melihat salah satu tulisan yang dibuat Rio. Segera ia mengklik aku
twitter Rio dan melihat timeline laki-laki itu.
Rasanya bagai dihantam beratus-ratus batu besar yang jatuh dari langit. Ify merasa dadanya
sesak. Matanya mulai berkaca-kaca saat ia melihat semua tulisan Rio.
Seharusnya Ify tahu, menjalin hubungan dengan Rio sama halnya seperti ia berdiri di atas tali di
sungai yang beraliran deras. Ada saatnya ia harus terjatuh karena kelihangan keseimbangan.
Mungkin saat ini saatnya ia kehilangan keseimbangan itu. Hancur. Sakit. Semua ketegarannya
selama ini hilang, hanyut terbawa arus sungai beraliran deras itu.
Night dear @Pricillaa 3 minutes ago
<3 RT @Pricillaa I Love You Too RT @Rioo I Love You Dear @Pricillaa
***
Yang dulu takut kehilangan diriku
Kini kau lebih takut kalau dia tahu
Hari ini genap satu bulan Rio tak memberi kabar. Ify sadar, sejak awal hubungannya dengan Rio
memang tidak wajar. Ify sudah tak ambil pusing dengan hubungannya dengan Rio. Gadis itu tak
mau terus terpuruk. Ia sudah pasrah. Apapun yang nantinya Rio katakan padanya, Ify akan
menerimanya. Walaupun itu kemungkinan terburuk yang akan Ify terima.
Shilla tak tega melihat Ify , sahabatnya, terus saja murung. Shilla tahu masalah yang dihadapi Ify
ini bukanlah masalah biasa. Akhirnya Shilla mengajak Ify jalan-jalan untuk sekedar melupakan
masalah yang sedang di alaminya.
“Ada angin apa nih tiba-tiba elo mau traktir gue?” Shilla tersenyum senang melihat Ify bisa
tersenyum lagi. ia sengaja mengajak Ify ke café favorit Ify dan berjanji akan membayar semua
makanan yang Ify makan disana. Shilla tahu Ify biasa melampiaskan penatnya dengan makan
banyak. Dan akhirnya, sampailah mereka di depan café kesukaan Ify.
“Pokoknya lo gak boleh tanya-tanya terus. Yang pasti semua makanan lo gue yang bayar.”
“kayaknya gue perlu rekam kata-kata lo deh. Takutnya nanti tiba-tiba lo kabur terus ninggalin
gue dan gue harus bayar semua makanan gue.” Shilla mengangkat ponselnya dan menyimpannya
di depan mulut Ify. Berniat merekam kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu.
“Apaan sih Fy. Lo gak percaya sama gue?” balasnya pura-pura kesal.
“iya sorry deh. Ya udah masuk yuk!” kedua gadis itu terkekeh bersama.
“Penuh banget ya. Ada tempat kosong gak ya?” Ify dan Shilla sama-sama mengedarkan
pandangannya ke sekeliling café. Jam makan siang seperti ini café ini memang selalu ramai.
“Fy, makannya jangan disini deh. Penuh banget. Gak ada tempat” tiba-tiba Shilla memaksa Ify
untuk keluar dari café ini.
“Apaan sih Shil. Biasanya juga kita suka nebeng-nebeng sama yang duduk Cuma berdua. Pasti
ada tempat deh.” Jawabnya, tak mau pergi dari tempat ini. Jarang-jarang Shilla mau
mentraktirnya seperti ini.
“Panuh banget Fy. Besok deh gue ajak lo ke sini lagi.” kata Shilla masih berusaha membawa Ify
pergi dari café itu.
“Tuh ada tempat kosong disana. Ayo..” dengan bersemangat, Ify mengajak Shilla untuk
menghampiri meja kosong di ujung kafe. Masih dengan senyumnya, Ify menarik tangan Shilla.
‘Oh My God! Jangan sampe’
“Rio” Shilla hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Itulah yang sejak tadi dihindarinya. Di dalam
memang ada Rio persama Pricilla, yang Shilla tahu adalah kekasih Rio.
“Fy, lo gak papa kan?” tanyanya saat melihat Ify tak bergerak dari tempatnya.
Ify tak menyangka akan bertemu Rio di tempat ini. Pemuda itu tak sendiri. Rio di temani Pricilla.
Ify kembali merasa sesak. Inikah kesibukan Rio akhir-akhir ini sampai ia tak sempat
mengabarinya? Atau Rio memang sengaja ingin menjauh darinya?
Ia bisa merasakan Shilla mengelus pundaknya. Dadanya sesak. Tubuhnya memanas.
Pandangannya mulai kabur. Semua yang ditakutinya terjadi.
“Fy, kita pulang yuk?” ajak Shilla akhirnya.
Ify menggeleng. Ia segera menyeka air yang keluar dari ekor matanya. Walau rasanya sakit,
ingin sekali ia melihat ekspresi Rio bila melihatnya berada di sini.
“Gue mau nemuin Rio Shil.”
“Tapi..”
“Gue gak papa…”
Ditemani Shilla, Ify memberanikan dirinya untuk menghampiri kekasihnya itu. Kekasih?
Mungkinkan Rio masih menganggap dirinya sebagai kekasih? Dengan yakin, akhirnya Ify
menyapa dua anak manusia itu.
“Hai Rio. Gak nyangka yah bisa ketemu disini..” sapanya dengan nada seriang mungkin. Ify bisa
lihat wajah Rio menegang saat melihat dirinya bersama Shilla ada di depannya.
“Ify..” katanya tak percaya. Shilla bisa melihat gurat kekhawatiran di wajah Rio. Begitupun
senyum menyakitkan yang disuguhkan Ify.
“Mereka siapa Yo?” Tanya Prissy mencairkan ketegangan antara Ify dan Rio.
“Engg.. kenalin Pris, ini Ify dan Shilla. Mereka temennya Alvin.” Temannya Alvin? Ify hanya
bisa menahan nafasnya saat Rio mengenalkannya sebagai ‘Teman Alvin’. Ya, teman adiknya
Rio.
“Bukan cewek selingkuhan kamu kan?” Tanya Prissy menyelidik. Ify kembali melihat wajah Rio
yang menegang.
“Ya ampun sayang, aku gak pernah selingkuh sama cewek manapun. Ada niatan selingkuh dari
kamu juga engga.” Ify hanya bisa tersenyum pedih. Rio tak pernah selingkuh? Lalu disebut apa
hubungannya dengan Ify selama ini?
“Ify sama Shilla ini temen baiknya Alvin. Mangkannya mereka akrab sama aku.” Rio kembali
menjelaskan.
Shilla benar-benar kagum dengan ketegaran sahabatnya ini. Sedangkan Ify hanya bisa tertawa
dalam hati. Sebegitu tak berharganya kah dirinya?
“Oke, aku percaya. Kalian mau gabung?” tawar Prissy pada Ify dan Shilla.
“Gak usah repot-repot. Kami mau pulang kok. Aku harus mengantar Ify ke rumah sakit.” Jawab
Shilla sinis. Ify sudah tak manpu berkata-kata.
“Loh? Ify sakit?”
“Kami permisi. Kak Rio, terima kasih oleh-olehnya..” Shilla segera menarik Ify keluar dari café
itu. Ify hanya pasrah saja ditari oleh sahabatnya itu. Sampai di mobil Shilla, ify tak bisa
membendung air matanya lagi. bukan hanya sesak. Ini lebih sakit dibandingkan ketika Ify jatuh
dari motor beberapa bulan yang lalu.
“Fy, dari awal lo tahu kan apa kemungkinan terburuk kalau lo memang jadian sama kak Rio?”
Ify mengangguk
“Gue tahu Shil. Dan sekarang semuanya terjadi.” Gadis itu terisak. Sedih sekali rasanya melihat
Rio bersama wanita lain.
“Lo itu cewek baik Fy. Banyak laki-laki diluar sana yang lebih baik dari kak Rio.” Ify
mengangguk. Tak ada lagi yang dapat dilakukannya sekarang. Rio benar-benar berubah. Dulu
saat Rio sedang bersama Pricilla dan ia menyadari kedatangan Ify, sekuat tenaga Rio
manjelaskan semuanya pada Ify. Sampai akhirnya Ify mengerti. Statusnya memang sebagai
pacar Rio. Pacar Rio saat hanya ada mereka berdua.
***
Ku Kecewa, bukan karna kita pernah bersama
Namun karna kau tak lagi bernyali
Dan takut semua terbukti
1 massage received
Ify membuka pesan singkat yang masuk ke ponselnya itu. Dari Rio
From : Rio
Aku mau ketemu kamu! Di taman biasa jam 4.
Hanya kaliamat suruhan. Apa Rio menyesal dengan yang dilakukannya pada Ify? Apa Rio
memintanya bertemu untuk menjelaskan semuanya?
Ify melirik jam dindingnya. Pukul tiga lebih sepuluh menit. Ia segera mersiap untuk menemui
Rio.
“Sorry, lama nunggu. Jalanan macet.”
“Aku juga baru dateng kok.” Jawabnya. Semuanya terasa canggung. Rio duduk di sebelah Ify.
“Fy, soal kemarin itu..” Ify menatap Rio. Benarkah laki-laki itu akan meminta maaf padanya?
“Gue mau hubungan kita sampe disini aja. Gue gak mau Prissy tahu hubungan kita.” Ify
tersenyum getir. Bodohnya ia menginginkan Rio meminta maaf padanya.
“kenapa? Bukannya dulu kamu bilang mau bicara baik-baik sama Prissy dan kamu akan
mengakui aku sebagai pacar kamu?” tanyanya sekaligus menagih janji Rio yang pernah
diucapkan padanya.
“Sorry. Gue terlalu sayang sama Prissy.” Setetes air mata kembali membasahi pipi indahnya.
Ternyata Rio memang hanya mempermainkannya. Ia segera berdiri, berniat meninggalkan Rio.
“Aku gak nyangka kamu cuma mau mainin aku Yo. Aku tolah Cakka yang aku tahu dia bener-
bener saya sama aku.” Ify menggigit bibir bawahnya. Rasanya teramat sakit. “Aku Kecewa sama
kamu!” Ify segera pergi meninggalkan Rio. Ia tak ingin berharap kembali pada laki-laki itu.
Cukup satu kali ia tersakiti. Tak akan ada lagi.
Ku kecewa..
Mengapa tak dari dulu kau bilang saja
Sehingga ku tak perlu susah susah denganmu
Bercinta denganmu
Dan mengabaikannya
Waktu pertama kita jadian
Kau tahu ku ada dia
Kau bilang tak satupun bisa membendung
Rasa cintamu padaku
Namun kini lain
Ku kecewa..
***

Anda mungkin juga menyukai