Anda di halaman 1dari 7

EPISODE 14

Althair teringat kemarin Aurora meminta untuk

bertemu di taman. Ia masih merasa bahagia saat

membayangkan hari kemarin yang bisa dikatakan sebagai

kencan pertamanya.

Althair sudah siap dan bergegas pergi ke taman. Ia

tidak mau datang terlambat dan membuat Aurora

menunggu.

Pukul tujuh belas kurang, Althair telah sampai dan

mendudukan dirinya di bangku taman seperti biasa.

Suasana hati Althair berubah setelah teringat bahwa

kemarin saat Aurora meminta dirinya untuk mengantar

pulang ia terlihat tidak baik-baik saja.


Pikiran buruk Althair berakhir setelah melihat Aurora

yang menghampirinya dengan senyuman ceria membuat

Althair secara otomatis membalas.

Aurora memang selalu tenang dan menggemaskan.

Tetapi, ia merasa Aurora berbeda dari yang selama ini ia

kenal. Aurora hari ini terlihat lebih ceria. Hal yang positif

memang, namun entah mengapa membuat Althair takut.

“Udah lama?” tanya Aurora masih dengan

senyumannya. Ia mendudukan diri disamping Althair.

Althair hanya menggelengkan kepalanya masih

fokus memandang Aurora.

“Kamu baik-baik aja?” tanya Althair pelan.

“Baik.” Jawab Aurora binggung. “Kenapa?”

Althair menggelangkan kepalanya, lagi. Tidak mau

memperpanjang dan membuat suasana menjadi canggung.


"Heh, langit!" panggil Aurora tiba-tiba.

"Iya, sayang?" goda Althair.

"Enak aja! aku ini langitmu. Kalau gak ada aku,

kamu mau diem dimana?”

"Iya semestaku, ada apa?"

"Kalau sewaktu-waktu aku menghilang bagaimana?"

"Ya, aku ikut menghilang, lah. Sang bintang akan

kehilangan porosnya, makannya jangan kemana mana!"

pinta Althair.

"Kamu lupa faktanya kali. Aku ini langit mendung

yang bergemuruh sebagai tanda akan turun hujan yang

deras, bukan Aurora yang ada di langit Canada!"

"Ra? serius? mau kemana? aku mau ikut," ucap

Althair khawatir. Aurora sangat aneh hari ini.


"Emm, aku harus rawat jalan dan aku gak mau

pengobatanku terganggu. Aku gak bilang kamu

menggangu, kok. Aku hanya ingin fokus dan lekas sehat.

Aku pengen jadi Aurora yang ada di langit Canada, bukan

Aurora yang bergemuruh."

"Berapa lama, Ra? astaga belum juga pergi, aku

udah khawatir aja."

"Aku gatau sih, hehe. Maaf ya?" ucap Aurora

mengalihkan pandangannya pada Althair.

"Aku ngerti sih, tapi janji ya ga lama-lama?"

"Emmm, sejak kapan bintang nuntut sama semesta

nya?"

"Hih, jadi nyebelin ya sekarang?"


Althair gemas kemudian mengacak-acak rambut

Aurora membuat Aurora dengan reflek menjauh dan

kembali merapihkan rambutnya.

"Ya becanda, kan. Kamu yang ajarin aku becanda.

Aku gak janji tapi aku berusaha sebaik-baiknya. Kamu

percaya ya sama aku!" ucap Aurora meyakinkan.

"Iya, Ra. Aku tunggu."

"Kamu harus inget ya apa yang aku omongin

semuanya."

"Hmm? apa?"

"Nanti, sewaktu kamu sedang sedih-sedihnya.

Sewaktu kamu diejek karena berbeda atau tidak

sepemikiran dengan mereka. Sewaktu kamu merasa serba

salah dan tidak layak dicinta. Sewaktu kamu merasa dunia

tidak adil sebab yang menderita cuma kamu saja.


Percayalah, yang berpikir seperti itu bukan kamu saja. Bisa

jadi temanmu yang kelihatan ceria, selebgram yang

caption-nya berisi kalimat-kalimat penyemangat saja,

youtuber yang sering tersenyum di depan kamera juga

berpikir hal yang sama. Rasa sedih sebab kecewa, marah,

gelisah itu sah-sah saja. Bukan masalah, asal tidak lama-

lama. Sedih itu sama seperti luka yang meninggalkan

bekas. Kamu akan pulih meski tidak seperti sedia kala.

Setelah itu, kamu akan makin tumbuh dan paham kalau

menjadi tidak baik-baik saja itu tidak apa-apa.

Kalau hidup itu bukan cuma perkara bahagia."

"..." Althair membeku. Entah harus ia balas dengan

apa perkataan Aurora itu. Hatinya tak bisa menolak bahwa

semua perkataan Aurora benar dan pasti karena ia

berbicara begitu tulus.


"Yuk pulang udah sore, aku harus pulang sebelum

mangrib."

"Makasih ya, Ra. Beruntung sekali bintang penakut

ini bertemu denganmu. Makasih atas segala ketulusanmu

dalam menyampaikan apapun. Kamu orang baik. aku ingin

bertemu denganmu setiap hari, selamanya."

"Apaan nih. pulang yuk udah sore. Aku harus

sampai rumah sebelum magrib"

"Ra, lekas sehat"

"Doakan saja. pulang yuk udah sore. Aku harus

sampai rumah sebelum langit gelap,"

"Yuk!"

"Oke, selamat tinggal Althair!"

Anda mungkin juga menyukai