Cerpen Fivia
Cerpen Fivia
Pagi hari ini ibu kota Jakarta terbilang cukup berbeda dari biasanya.
Suasana kota yang biasanya bising dan terik digantikan oleh udara
yang sejuk dan kicauan burung yang merdu. Hal itu dikarenakan
malam kemarin ibu kota ini dilanda hujan yang cukup lebat yang
membuat suasana menjadi agak dingin dan menciptakan genangan
dimana mana.
Aku dan Archer bersekolah di sekolah yang sama. Yaitu SMA Taruna
Bangsa. Namun kita hanya berbeda kelas. Aku kelas IPA 1 dan
Archer IPA 3. Hal itu dikarenakan Archer yang terlalu malas untuk
berhadapan dengan buku.
“Atha kau tau sebenarnya aku sangat malas untuk ke sekolah jika
bukan karena kau,” ujar Archer. “Why?” tanya Atha. “Karena aku
harus melindungi sahabat es ku tentunya,” jawab Archer. “Daripada
kau membuang waktumu untuk melindungi ku lebih baik kau
perbaiki nilai kursi dan merdekamu itu,” ujar Atha dengan nada
mengejek. “Atha tolong jangan bahas itu lagi itu sangat
mengesalkan,” kata Archer. “Bagaimana jika kau mengajari ku untuk
belajar?” usul Archer. “Tidak mau,” cuek Atha. “Ayolah! Ku mohon
aku tidak bisa jika harus belajar sendirian. Ya ya ku mohon,” bujuk
Archer sembari memegang tangan Atha dan memelas. Atha
menghela nafas panjang. “Hm baiklah,” jawab Atha. “Yess
terimakasih!” teriak Archer sambil berlari. Atha geleng-geleng
kepala melihat perilaku Archer.
Sepulang sekolah...
Terlihat seorang gadis dan laki laki berseragam SMA sedang
berjalan beriringan. “Kau kenapa?” tanya Atha. Archer tidak
menjawab dan hanya memberikan kertas pada Atha. Atha hampir
saja menyemburkan tawanya melihat satu huruf merah disana.
Huruf F. “Kau sepertinya perlu untuk benar-benar belajar. Baiklah
ini buku ku didalamnya terdapat jawaban dan cara caranya kau
pelajari untuk ujian besok mengerti?” ujar Atha sembari
memberikan buku tebal kepada Archer. “Kau tadi sudah berjanji
untuk menemaniku belajar,” balas Archer. “Aku lupa kalau aku juga
sibuk,” kata Atha kemudian berlari pergi. “Pelajari sendiri aku yakin
kau bisa!” teriak Atha.
Keesokan harinya...
Setelah kejadian itu kedua sahabat ini seperti orang yang asing.
Atha yang selalu bersama dengan Rean dan Archer bersama teman
temannya. Saat mereka berpapasan merekapun hanya saling tatap
dan tidak berbicara ataupun bahkan menyapa.
Deg.
Hai Ar.... Maaf karena belum bisa menjadi sahabat yang baik
untukmu dan terimakasih pernah menjadi temanku sekaligus
sahabatku.... Menjadi sahabatmu adalah kenangan terindah dalam
hidupku dan mengenalmu adalah suatu hadiah berharga untukku.
Baiklah sedikit saja aku akan mengirim pesan untukmu lain waktu.
Kau baik baik disana, jaga diri, jangan membuat masalah dan belajar
dengan giat
Archer menyeka air matanya. Ia tahu Atha adalah sahabat yang baik
dan peduli padanya namun ia tidak pernah menunjukkannya ia
memang tidak tahu tapi ia bisa merasakan semua itu meski secara
tidak langsung. “Aku harap kau baik baik disana Athara,” gumam
Archer.
_End_