Anda di halaman 1dari 1

SAYA SEDANG BERTUMBUH

Karya: Khoirul Triann

Pada bab terakhir Patah Hati, Akhirnya saya benar-benar mengerti perihal jatuh tanpa sebab, sampai
berusaha bangun tanpa semangat. Peluhnya perlahan mengering, airmatanya sudah lelah mengalir
sendirian. Dijumpai banyak angan-angan yang akhirnya harus direlakan satu persatu kepergiannya.
Sampai benar-benar mengerti bahwa bahagia bukan hanya soal bersama. Saya ini susah payah
merebut lagi diriku yang dibawa angin. Tapi tetap saja harus mendarat pada tumbuhan luka karya
manusia bumi. Sehilang itu saya pernah, kepergian dari berbagai macam cara, sudah saya lewati
semuanya, sampai kadang perih pun dirasa tawar. Semati rasa itu saya pernah menjadi, sekarang
apa adanya saja, harapannya dikurangi karena sejatinya manusia tidak layak untuk dijadikan tempat
menaruh harap. Kata Banda Neira, “yang patah akan tumbuh dan yang hilang akan berganti”. Saya
sedang menikmati fase bertumbuh dan berganti, setelah patahnya benar-benar mematikan, lalu
hilangnya benar-benar tanpa sisa. Saya seperti gelas kosong di sudut meja yang hanya tinggal
menunggu pecahnya saja. Padahal saya ini dinanti kehadirannya, tapi dengan lancangnya kamu pergi
dan aku jatuh berserakan. Kasih, Tolong pergi yang jauh! Jangan kembali apalagi memberi sapaan
Selamat pagi. Aku sudah lelah perihal itu, puluhan Selamat pagi hanya akan berakhir dengan selamat
tinggal, puluhan Selamat tidur sekarang sudah berganti dengan terima kasih tanpa Sampai jumpa
kembali. Saya sedang bertumbuh memulihkan lagi raga-raga lemah yang pernah ditikam dengan
patah hati yang terlalu hebat. Semoga lekas pulih, saya rindu diri saya yang dulu, Jauh sebelum
mengenalmu. Mungkin hadirmu adalah sebuah ketidaksengajaan tapi lukanya tidak main-main
dalamnya. Saya sedang berganti, menjadi saya yang lebih kuat lagi untuk berdiri, walau
kenyataannya sekarang masih berjalan sambil merangkak. Semoga saja karena tidak berlaku di
kamu, saya hanya takut kamu tidak kuat menjadi saya yang dulu, yang mungkin hadirnya tidak
pernah dihargai, yang mungkin rasa ku tidak bisa kamu maknai. Itu saya dulu bukan memaksa kamu
untuk membalas rasaku, itu Saya dulu hanya ingin kamu mengerti, dan memberitahumu bagaimana
beruntungnya kamu pernah aku perjuangkan. Tapi kamu terlambat, kamu benar-benar terlambat.
Siklus kehidupan memang seperti itu kasih, kalau kamu terlambat maka kamu akan ditinggal. Jadikan
saya untuk pelajaran kamu kedepannya ya, kalau sudah tahu kamu dicintai dengan penuh oleh
seseorang, hargai lah, sedikit saja. Aku hanya takut kamu menjadi tidak berharga Kalau kamu tidak
menghargai orang lain. Terakhir dari saya, jangan pernah mengetuk pintu rumah orang kalau kamu
tidak ingin dijadikan tamu.

Anda mungkin juga menyukai