Anda di halaman 1dari 9

EPISODE 6

Sore hari awan terlihat gelap, namun hal itu tidak

menghalangi niat Althair untuk pergi ke taman. Setelah

pulang dari tempat billiard, ia segera melajukan motornya

menuju taman.

Seperti biasa, Althair hanya memandang Aurora dari

jauh, yang berbeda adalah keadaan Aurora. Tidak ada lagi

senyuman indah dalam wajahnya. Aurora hanya duduk

sembari menatap langit, tanpa buku dan tanpa

mendengarkan musik. Ini tidak biasa.

Althair semakin khawatir saat melihat Aurora

menghembuskan nafasnya dengan berat. Terlihat jelas

keadaan Aurora saat ini sedang tidak baik.


Althair memberanikan diri untuk mendekati Aurora

yang saat ini menunduk sembari memejamkan matanya.

Tidak ada lagi gangguan untuk ia mendekati Aurora.

Dengan ragu-ragu Althair duduk tepat disebelah

Aurora, namun hal itu sama sekali tidak menganggu

Aurora. Ia kemudian berdehem untuk memecahkan

kesunyian.

Karena hal itu, Aurora membuka matanya kemudian

menoleh ke samping, terkejut melihat ada seseorang

disampingnya. Alisnya terlihat naik, merasa penasaran dan

juga binggung.

“Kenapa masih ada disini?” tanya Althair.

“Hm?” Aurora kembali merasa binggung.

“Kayanya, bentar lagi hujan,” ucap Althair kemudian

mendongkakan kepalanya untuk melihat langit.


Aurora ikut melihat langit yang saat ini terlihat

semakin gelap. “Entahlah, aku ngerasa lebih tenang disini,”

ucapnya. “Kamu kenapa disini?” lanjut Aurora.

“Entahlah,” jawab Althair. Ia mengalihkan

pandanganya untuk memperhatikan Aurora yang terlihat

lebih manis dari jarak sedekat ini.

“Padahal lagi hujan, tapi kenapa langit masih tetap

tenang dan indah, ya?” tanya Aurora.

“Aku ingin seperti itu,” ucap Aurora masih

memperhatikan langit. “Meskipun sedang bersedih, langit

tetap tenang sambil menunggu pelangi yang membawa

kebahagian datang.” lanjutnya.

Tiba-tiba raut wajah Aurora menjadi lebih murung

setelah mengucapkan kata-katanya. Ia terlihat seperti

sedang menahan rasa sakit di dadanya, sakit yang mungkin


sudah ia tahan sejak, sakit yang mungkin membuatnya

menderita.

“Indah,” ucap Althair saat menatap Aurora,

membuat Aurora balik menatap Althair dengan wajah yang

kebinggungan. “Meski tanpa pelangi, langit itu akan selalu

terlihat indah. Mau tenang atau pun gelisah, langit selalu

indah.”

“Kamu tidak perlu menjadi langit untuk terlihat

indah dan tetap tenang, kamu tidak perlu menunggu

pelangi untuk merasakan bahagia.” ucap Althair tiba-tiba.

Ia sama sekali tidak terpikirkan untuk mengeluarkan kata-

kata seperti itu.

“Kamu itu ya kamu. Kamu itu indah dan kamu bisa

bahagia kapan pun kamu mau. Kalau ada sesuatu yang

menyesakkan, keluarkanlah. Berteriaklah sekeras mungkin

sampai kamu merasa tenang.”


“Lalu,” Aurora menatap Althair dengan serius,

menunggu perkataan Althair selanjutnya.

“Lalu, berbahagialah!” seru Althair.

Aurora terkejut kemudian air matanya terlihat

keluar membasahi pipinya.

“Merasalah bahwa kamu itu sedang bahagia. Tidak

peduli jika langit memandangmu rendah, tidak peduli jika

dunia memperlakukanmu buruk, tersenyumlah!”

Aurora menyapu bersih air matanya, kemudian

kembali menatap langit. “Kamu benar.” Senyum indahnya

terlihat kembali.

“Aku akan selalu mendukungmu.” ujar Althair pelan.

Aurora kembali tersenyum dan Althair yakin

senyuman itu ditujukan untuknya. “Terima kasih,” balas

Aurora.
“Kalo gitu, aku pamit dulu ya. Bener kata kamu,

bentar lagi kayanya mau hujan.” pamit Aurora kemudian

beranjak dari bangku taman.

Althair hanya menganggukan kepalanya sebagai

jawaban. Aurora melangkahkan kakinya meninggalkan

Althair.

Althair masih tidak bisa berkutik, ia dengan setia

memperhatikan Aurora yang berjalan semakin menjauh.



Althair pulang ke rumah dalam keadaan bahagia.

Membuat Bi Irah binggung, keadaan Althair seratus

delapan puluh derajat berbeda dengan tadi pagi. Bi Irah

tidak ingin menganggu kebahagian Tuannya sehingga


membiarkan Althair memasuki kamarnya tanpa bertanya

apapun.

Althair melemparkan tasnya sembarangan

kemudian menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur

kesayangannya tanpa menganti pakaian. Ia menampakan

senyum langkanya sembari tidur terlentang melihat langit-

langit kamarnya.

Jantungnya tidak bisa berhenti berdetak dengan

cepat saat berbicara dengan Aurora tadi. Ia sama sekali

tidak terpikirkan untuk berbicara sebanyak itu dengan

Aurora. Semua terjadi begitu saja tanpa direncanakan.

Selama ini, ia belum pernah berbicara dengan

perempuan manapun, selain Ibunya dan Bi irah.

Maksudnya belum pernah ia yang memulai pembicaraan.

Biasanya perempuan lah yang akan mengajaknya berbicara

terlebih dahulu. Aurora adalah pengecualian.


Althair masih belum bisa melupakan bagaimana

Aurora tersenyum padanya. Senyumnya sangat indah, ia

tidak bisa berpaling sama sekali. Sebut saja Althair

hiperbola, menurutnya senyum Aurora lebih indah

dibandingkan langit.



Sama halnya dengan Althair, keadaan Aurora tidak

jauh berbeda. Ia masih merasa bahagia dengan keadaan

tadi.

Aurora sadar laki-laki yang mengajaknya bicara tadi

adalah laki-laki yang sering memperhatikannya dari

kejauhan. Ia senang laki-laki itu sekarang berani

mendekatinya. Sekarang ia memiliki teman baru.

Aurora kembali tersenyum saat membayangkan

bagaimana laki-laki itu memberi nasihat padanya. Saat ini,

ia lebih merasa percaya diri berkat perkataan Althair.


Aurora memasuki kamarnya masih dengan

senyumannya yang belum pudar. Duduk bersandar di

tempat tidurnya dan kembali memikirkan kejadian sore

tadi, dan Aurora baru saja menyadari, ia dan laki-laki tadi

belum berkenalan.



Anda mungkin juga menyukai