Anda di halaman 1dari 6

7200 Detik

Abi. Satu kata tetapi penuh tanda tanya. Abi yang misterius, Abi yang cuek, dan Abi yang dingin. 3 hal itu
terus berada didalam benak Syakira, cewek 17 tahun yang malem-malem entah kesambet apa bisa
bersama Abi.

Mereka sangat bertolak belakang. Syakira yang cerewet, Abi yang pendiam. Syakira yang penuh
kehangatan dan Abi yang begitu dingin. Mereka bagaikan siang dan malam.

Malam itu, bersama dengan teman-teman yang lain, mereka pulang setelah seharian penuh bermain di
Yogyakarta.

Pukul 9, mereka kembali dari Yogya setelah sebelumnya menikmati malam di salahsatu angkringan yang
ada disana.

Akhirnya setelah membayar parkir sepeda motor, tanpa ba-bi-bu lagi, mereka segera perjalanan menuju
pulang. Tiba-tiba, Syakira teringat akan pesan ibunya tentang permen yang ia belikan untuk putrinya
agar dibagi kepada teman-temannya ketika perjalanan pulang tiba, "supaya tidak mengantuk di jalan"
pesan ibunya.

"Bi, mau permen gak?" tanya Syakira pada Abi.

"Nggak" jawab Abi pendek.

Mendengar jawaban Abi yang pendek barusan, membuat Syakira berfikir untuk mengajaknya berbicara
tentang hal lain.

Hal pertama yang mereka bicarakan adalah tentang kesukaan Abi pada anime dan Jepang. Setahu
Syakira, Abi sangat menyukai keduanya. Syakira pun bertanya tentang anime apa yang bagus akhir-akhir
ini. Satu hal yang membuat Syakira merasa takjub malam itu, Abi berbicara panjang lebar kepadanya!

"Emang itu jalan ceritanya gimana, Bi? Dulu sebenernya udah pernah liat sih, tapi gak menarik,
visualnya gak terlalu bagus hehe, cewekkan biasanya suka sama visualnya duluan" kata Syakira pada Abi.

"Jadi ceritanya, si tokoh utamanya itu punya empat kepribadian..." Abi menjelaskan panjang lebar
tentang detail anime tersebut.

"Oh gitu ya, Bi..." ujar Syakira sambil mangut-mangut dari belakang.

"Permennya tadi masih ada?"

"Ada Bi, bentar-bentar"


Syakira pun mengambil permen yang ada di kantong celananya dan membuka bungkus permen itu, lalu
memberikannya kepada Abi.

"Nih, Bi!" kata Syakira sambil menyodorkan permen tersebut kedepan.

Malam itu, keduanya bercerita panjang lebar. Dimulai dari topik Jepang hingga sawah didekat rumah
Abi. Abi bercerita kalau terkadang ia pergi ke sawah yang ada didekat rumahnya untuk melihat
keindahan bulan pada malam hari.

"Biasanya kalau liat bulan, malem-malem pergi ke sawah, terus tidur diatas motor sambil ngeliatin
bulannya..." ujar Abi yang masih konsen menyetir.

Syakira tampak mengangguk-angguk dan berfikir, 'emang di daerah rumah Abi ada sawahnya ya?'.
Gadis itu pun memajukan kepalanya ke samping bahu sebelah kiri Abi dan bertanya, "Emang dideket
rumah, ada sawahnya, Bi?".

"Ya nggak deket banget juga, makanya naik motor" jawab Abi.

"Kenapa liat bulan sampe ke sawah?"

"Gak tau, suka aja"

"Sebegitu sukanya ya sama bulan?"

"Iya"

"Kenapa?"

"Ya suka aja"

Waktu terus berjalan, keduanya pun terus berbicara tanpa henti. Sesekali Syakira tertawa mendengar
perkataan Abi.

'ternyata Abi bisa ngelucu juga ya' pikir Syakira.

Sudah satu setengah jam lebih keduanya berboncengan diatas motor vario hitam milik Abi. Jika diingat-
ingat lagi, keduanya mengalami macam berbagai hal seharian ini. Dimulai ketika mereka hendak mundur
ke belakang ketika ada tanjakan, karena salahsatu teman mereka ada yang berhenti di tengah-tengah
tanjakan tersebut dan otomatis yang di belakangnya juga ikut terhenti. Abi pun langsung tancap gas
ketika tau teman yang ada didepan mereka hampir mundur, sehingga keduanya tidak akan ikut
kemunduran juga.

Siang harinya, Abi hampir saja ketabrak mobil. Untungnya Abi lincah, sehingga bisa menghindari mobil
tersebut. Terus terang saja hal ini membuat Syakira deg-degan, ia takut kalau mereka berdua akan jatuh.
Mereka juga sempat tersesat sore itu, akhirnya setelah mendapat shareloc dari teman mereka, Syakira
pun segera memandu Abi menuju lokasi teman mereka berada.

"Bi Bi! Ini kita belok kekiri"

Abi pun mengikuti instruksi Syakira. Ketika mereka berada di tengah-tengah pemukiman penduduk,
Syakira masih memandu Abi untuk mencari jalan. Dan ternyata...

"Loh? Kok jalannya sama?" tanya Abi.

"Oiya, aku ngikutin yang di maps soalnya, Bi" jawab Syakira sambil menunjukkan maps yang ada dihp
Abi.

"Bentar bentar, harusnya tadi kita gak belok ke kiri lagi, soalnya jadinya kita muter-muter doang.
Harusnya tadi kita ke kanan. Pake insting dong kalo ngasih petunjuk" kata Abi.

"Iya iya, ya maaf. Cewek mana tau Bi mana yang bener mana yang salah, kan aku ngikuti mapsnya" ujar
Syakira sambil tertawa terbahak-bahak dari belakang.

"Ya kan dinalar bisa, pake insting lah" Abi masih marah-marah kepada Syakira.

"Ya salahin mapsnya dong Bi, kan aku ngikutin mapsnya, ih!" jelas Syakira membela diri.

"Ya tapi harus dinalar juga" kata Abi.

"Yaudah iya iya"

Malam harinya ketika mereka jalan-jalan sebentar di Malioboro, Syakira sempat berkali-kali menengok
kearah Abi yang berjalan di belakang sendirian. Gadis itu pun meminta salahsatu teman laki-lakinya
untuk menemani Abi di belakang, tapi tetap saja, Abi diam terus.

"Bi, kok tadi waktu jalan di Maliboro, diem mulu sih? Mana jalannya di belakang sendiri lagi" tanya
Syakira sambil memajukan kepalanya ke bahu kiri Abi.

"Hah? Gak terlalu suka tempat ramai soalnya, jadi mending diem aja" jawab Abi sekenanya.

"Kenapa?"

"Ya nggak suka aja, lebih suka di tempat sepi soalnya"

"Terus tadi waktu di angkringan, kok diem aja?"

"Gak terlalu suka keramaian, lebih suka di tempat yang tenang"


Setelah itu, Abi pun bercerita bahwa ia adalah tipe orang pemikir dan tidak terlalu suka keramaian. Bisa
dikatakan, Abi itu seperti seorang filsuf. Ya, itu adalah kesimpulan yang dapat Syakira ambil.

Tak lama kemudian, mereka sudah berada di jalan dekat rumah Syakira. Sekitar tinggal 6 km lagi menuju
rumah Syakira. Keduanya melewati sebuah pabrik batik, terlihat ibu-ibu pekerja pabrik batik tersebut
baru saja pulang malam itu.

"Ih, Bi! Kalo ada ibu-ibu jangan di tintin (baca: klakson) dong! Kasian tau" kata Syakira sambil
mencengkeram tudung jaket Abi yang di belakang.

"Loh, kenapa?"

"Eh kasian itu ibu-ibu ntar mereka kaget tau"

"Lah, ini yang diboncengin juga ibu-ibu"

"Eh ngawur ya, enggak gitu maksudnya, Bi. Ibu-ibu kan biasanya kagetan kalo di tintin tiba-tiba. Aku tu
udah pengalaman, soalnya aku sendiri kalo di tintin tiba-tiba suka kagetan juga hehe"

"Ini yang di belakang juga persis ibu-ibu, banyak omong"

"Biarin".

Semakin malam, angin semakin dingin. Syakira sebenarnya sudah ngantuk, tapi ia paksakan untuk
menahan rasa kantuknya malam itu.

"Bi, ntar waktu kerumah, jangan lewat kuburan ya" kata Syakira memperingatkan Abi.

"Lewat kuburan" ujar Abi.

Sepanjang perjalanan itu, terhitung lima kali sudah Syakira bertanya pada Abi apakah mereka akan
benar-benar pulang lewat kuburan malam itu.

"Bi, aku tanya sekali lagi, kita beneran lewat kuburan?" ini merupakan pertanyaan terakhir Syakira.

"Beneran" jawab Abi enteng.

Syakira pun menelan ludah, membayangkan betapa gelapnya kuburan yang akan mereka lewati nanti.

Tiba saatnya mereka berdua hampir dekat dengan rumah Syakira, tiba-tiba...

"Ini mau lewat kuburan beneran?" tanya Abi padanya.


"Iya" jawab Syakira pasrah, sedari tadi ia sudah berkali-kali bertanya pada Abi dan jawaban Abi selalu
sama. Akhirnya ia memutuskan untuk mengiyakan pertanyaan Abi.

Mereka pun berbelok kearah kuburan didekat rumah Syakira. Gelap. Sunyi. Petang. Entah kenapa motor
Abi mulai pelan. Pelan dan terus pelan. Hingga akhirnya keduanya berada di tengah-tengah kuburan.

'Abi gila, Abi gila, Abi gila' itulah hal pertama yang ada dibenak Syakira.

Ya, Abi dengan sengaja berhenti ditengah-tengah kuburan yang gelap. Syakira pun menengok ke kanan-
ke kiri. Kosong. Sepi. Tidak ada siapa pun di kuburan ini, kecuali mereka berdua.

"ABIIIII!!!!" teriak Syakira sambil memukul-mukul pelan punggung Abi.

Abi pun tertawa.

"Bi plis Bi, jangan kayakgitu dong. Itu sepi banget gila, jangan bikin takut dong"

"Halah, mau diturunin disini?"

"Nggak nggak nggak" kata Syakira sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Abi bisa jail juga ternyata.

Ketika sampai di pertigaan gang dekat rumah Syakira, ternyata salahsatu tetangganya ada yang hendak
mengadakan hajatan, sehingga jalan tersebut ditutup.

"Bi Bi, itu lurus dikit belok kanan"

"Ya, terus mana?"

"Ini masih lurus, lurus dikit, terus belok kanan lagi"

"Oke, mana lagi?"

Abi pun mengikuti instruksi yang diberikan oleh Syakira.

"Nah itu lurus lagi, terus belok kanan lagi Bi"

Abi pun sedikit mengebut,

"Stop stop stop! Udah udah, nah itu rumahku" Syakira menunjuk rumah di sebelah kanan mereka dan
menepuk-nepuk pundak Abi.

Gadis itu pun turun dari motor Abi, berbalik badan menatap Abi, dan mengucapkan "Makasih Abi!"

Abi pun membalasnya dengan muka datar, "Ya".


Dari sekian jam perjalanan mereka ke kota seribu candi, cukup 7200 detik untuk mendengarkan cerita
Abi yang panjang lebar. Cukup 7200 detik untuk mengenal Abi sedikit demi sedikit. Cukup 7200 detik
untuk merasakan kehangatan Abi.

Hanya 7200 detik / 54000 detik yang ia perlukan untuk mengenal Abi dan dunianya.

Anda mungkin juga menyukai