Anda di halaman 1dari 4

“Namaku adalah Fikri, dan umurku 28 tahun.

Aku belum memiliki pacar ataupun istri, dan juga aku


nganggur. Ditambah aku masih tinggal Bersama orang tuaku …

“ … juga aku sering mengandalkan adikku namanya Dimas yang masih berumur 19 tahun dalam masalah
mencari uang, aku memang pecundang dan aku menyesal seharusnya aku tetap lanjut menulis novel
saat SMP …”

“ … Sekarang ini aku diajak oleh adikku keluar rumah dan jalan kaki menghirup udara di taman” Ucap
Fikri di dalam hati ke para pembaca baru di Merubah Takdir Kehidupan.

Mereka berdua berjalan jalan di taman, Fikri melegakan badannya.

“Bagaimana bang? Novel masih lanjut?” Tanya adiknya yang bernama Dimas.

“Ah, novel aku udah berhenti. Sudah kuhapus semua data novel yang kutulis” Jawab Fikri dengan
perasaan yang sedih.

“Eh! Kenapa dihapus data novelnya?” Tanya Dimas dengan sangat terkejut.

“Nggak ada yang baca, yang baca paling maksimal nya 10 orang doang” Jawab Fikri dengan perasaan
yang sedih lagi.

“Padahal kalau abang mau minta bantuan ngomong aja ke aku! Aku pasti promosiin novelnya!” Ujar
Dimas dengan ekspresi yang marah.

“Sudah kuduga kau akan marah, tenang saja. Itu novel yang gagal kok, aku akan buat novel lagi yang
cerita nya bagus” Ucap Fikri dengan tersenyum.

Dimas terkejut dengan ucapannya Fikri.

“Apa maksudmu? Kau sudah membuat novel berapa kali memangnya?” Tanya Dimas dengan mata yang
terbuka lebar.

Fikri yang ngomongnya tiba tiba keceplosan langsung menutup mulutnya.

“A-aku sudah 6 kali membuat novel, tapi semua cerita itu gagal dalam kalimat kalimat tertentu nya”
Ucap Fikri dengan sangat ragu.

“Bang, kau benar benar gagal sebagai kakak. Mencari uang malah mengandalkanku, dan kau hanya tidur
tiduran santai. Kemana pergi nya abang yang pintar dan tidak egois yang dulu?” Tanya bertanya Dimas
dengan kecewa terhadap Fikri.

Fikri yang mendengar itu pun langsung kena ke hatinya. Setelah itu tiba tiba gerimis di pagi hari, Dimas
dan Fikri pun berlari melewati jalan raya, Fikri yang tertinggal karena tubuhnya seberat 95 kilogram. Ia
kehabisan tenaganya.

“Bang ayo cepetan! Lama amat sih!” Sontak Dimas kepada Fikri.

Lalu Fikri berlari lagi, ia pun sampai di pinggir jalan dan hendak menyebrang jalan raya. Ia terkejut
melihat kucing yang sedang berlari menuju sebrang jalan, lalu ada mobil dengan kecepatan tinggi
mengarah ke kucing tersebut.
“Mungkin kalau aku mati, beban keluargaku pasti menurun” Ucap Fikri di dalam hati.

Fikri pun melihat Dimas dengan tersenyum, lalu Fikri mengerahkan seluruh kekuatannya ke kakinya. Ia
berlari ke arah kucing tersebut, disaat dekat dengan kucingnya ia memasukkan kucing itu ke dalam
jaketnya dan ia melepaskan jaketnya dan menyeret dengan melemparnya ke sebrang jalan.

“Abang!!!” Teriak Dimas.

“Selamat tinggal, maaf Dimas seharusnya aku nggak pernah ngelanjutin novel sendirian. Seandainya saat
itu aku mengerjakan novel itu bersamamu … ”

Fikri seketika mengeluarkan air matanya.

“ … A-aku, a-aku. Aku masih belum mau mati!”

Fikri pun tertabrak mobil, sehingga tubuhnya terlempar jauh. Dimas yang melihat itu langsung
mendekati Fikri dengan penuh tangisan, Dimas dan yang lainnya pun menelpon ambulan terdekat. Lalu
ia menelpon keluarganya, beberapa jam kemudian Fikri dinyatakan tewas.

“Fikri, anakku!” Ucap sang ibu dengan penuh tangisan.

“Sudahlah bu, jangan menangis terus. Nanti Fikri yang melihat ibu menangis malah ikut nangis juga,
pasti Fikri sekarang lagi tersenyum dan menunggu kita disana” Ujar sang ayah menenangkan istrinya.

“Aku tidak peduli walau Fikri nggak kerja atau selalu berdiam diri di rumah, tapi aku nggak pernah
menganggap ia sebagai beban keluarga” Ucap sang ibu dengan mengingat Kembali betapa baiknya Fikri
selalu membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Dimas pun merasa sangat bersalah kepada Fikri, tiba tiba ia teringat sesuatu.

“Aku ingat sesuatu, sebelum bang Fikri ketabrak mobil. Ia menyelamatkan kucing, akan tetapi kucing
tersebut tidak ada di manapun” Ujar Dimas kepada Fikri.

Tiba tiba tangisan sang ibu terhenti setelah mendengar perkataannya Dimas.

“A-apa maksudmu? Jadi yang Fikri dan kamu lihat itu apa?” Tanya sang ayah kepada Dimas.

Seketika sekeluarga pun merinding, dan mereka pun mengubah suasana nya dengan mengingat
kebaikan nya Fikri.

Akan tetapi di suatu tempat yang sangat bersinar, Fikri akan menjalankan pertimbangan kebaikan yang
ia lakukan di dunia.

“Aku pengen banget hidup lagi, agar aku nggak merasa bersalah kepada keluargaku” Ucap Fikri di dalam
hati dengan sangat menyesal.

Disaat ia akan ditimbang, ia dilempar keluar.

“Maaf, kau mendapatkan kesempatan untuk Kembali hidup. Jadi turunlah sekali lagi ke bumi, maka kau
akan mendapatkan tubuh Kembali” Ucap seseorang yang sangat bersinar dan bersayap.

Fikri yang mendengar hal itu terkejut dan ia pun menuruti apa yang diperintahkan padanya, ia turun ke
bumi. Saat tiba di bumi, pandangan mata nya langsung bersinar sangat terang.
“Hei sayang, lihat. Anak kita imut banget ya!” Ujar pria memanggil sayang kepada wanita yang sedang
terbaring di tempat tidur dengan sangat bahagia.

“Iya, dia mirip sepertimu saat masih kecil” Ucap wanita yang sedang terbaring kepada pria dengan
tersenyum.

Fikri pun membuka matanya, dan ia melihat ayah dan ibu nya dengan sangat jelas.

“Aku hidup Kembali? Akhirnya, aku sangat ingin hidup Kembali dan memperbaiki apa yang ada di masa
lalu. Terima kasih yang maha kuasa” Ucap Fikri di dalam hati dengan mengeluarkan air matanya.

Ayahnya yang melihat anaknya menangis itu terkejut dan langsung menggendongnya dan mengayun
ayunkan dengan pelan.

“Cup cup cup” Ucap sang ayah dengan mengelus elus pipinya.

Air matanya Fikri pun berhenti dan ia pura pura tertawa.

“Wah dia tertawa!” Ucap sang ayah dengan sangat Bahagia mengetahui hal itu.

“Baru lahir aku dikira nangis, waduh. Tapi aku masih belum bisa bicara saat ini, Cuma bisa tertawa
doang. Apa emang ini hal yang normal di umur segini untuk nggak bisa berbicara?” Ucap Fikri di dalam
hati dengan menggunakan otaknya yang masih jernih.

Sang ayah memberikan Fikri kepada ibunya, dan ibu nya memeluknya dengan penuh sayang.
Kehangatan yang sangat nikmat pun dirasakan oleh Fikri.

“Kehangatan ini? Bukankah seperti saat aku masih berada di tempat pertimbangan?” Tanya Fikri di
dalam hati dengan sangat terkejut.

“Mau kita beri nama apa?” Tanya sang ayah kepada istrinya.

“Hmm, kukira kau sudah memikirkan Namanya. Tapi yah, kita beri nama Fikri Harli …”

“ … Kuberi nama Fikri agar anak ini selalu semangat melakukan semua hal” Ujar sang ibu dengan
tersenyum dan mengusap usap anaknya.

Fikri yang mendengar hal itu dari ibu nya pun langsung sangat Bahagia.

“Tenang aja bu, aku udah bertekad. Nanti SD aku akan menulis novel secara diam diam, soalnya SMP
kan aku bakalan dikasih laptop. Nah nanti kalau udah ada laptop nya aku bakalan nulis lagi semua novel
yang aku tulis di buku tulis ke web novel” Ucap Fikri di dalam hati dengan sangat bertekad.

Beberapa tahun kemudian, Fikri sudah berumur 2 tahun. Kini ia bisa berjalan walau belum bisa berlari, ia
sudah bisa membaca. Karena itulah spesialnya dihidupkan Kembali di kehidupan yang lama
dibandingkan di dunia yang baru, sangat beruntung sekali Fikri sekarang. Ia bisa menghitung matematika
di usia yang masih terbilang sangat muda, tetapi ia tetap meminta ayahnya untuk mengajarkan
matematika dan ia meminta ibu nya untuk mengajarkan sejarah agar nanti kalau memiliki adik lagi maka
orang tua nya bisa bekerja dengan santai dan Fikri menggantikan orang tua nya untuk mengajarkannya.
Ditambah lagi juga menambahkan ilmu untuk menulis novel.

Anda mungkin juga menyukai