Anda di halaman 1dari 21

PANCASILA DALAM KONSTITUSI DI INDONESIA

MAKALAH

Oleh:
Sholikul Hadi, S.H., M.H.
NIP. 197507012009011009

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS SYARIAH
MEI, 2020

1
PANCASILA DALAM KONSTITUSI DI INDONESIA

MAKALAH
Diajukan kepada Lembaga Penjaminan Mutu IAIN Jember untuk
dipresentasikan dalam seminar diskusi periodik dosen

Oleh:
Sholikul Hadi, S.H., M.H.
NIP. 197507012009011009

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


. . . .

FAKULTAS SYARIAH
MEI, 2020

i
DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul ....................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
.

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Permasalahan ...................................................................................................5

C. Tujuan ..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
..

A. Rumusan Pancasila dalam Konstitusi di Indonesia .........................................6


. . .

B. Pencantuman Istilah “Pancasila” dalam UUD 1945 .......................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................16

B. Saran ...............................................................................................................16

Daftar Rujukan ....................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
. .

A. Latar Belakang
.

Sehari sesudah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya


yakni tanggal 18 Agustus 1945, PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
yang diketuai oleh Ir. Soekarno mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kemudian dikenal dengan
.

sebutan Undang-Undang Dasar 19451. Pengesahahan Undang - Undang Dasar


1945 adalah sebagai konsekuensi yuridis atas peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
RI tanggal 17 Agustus 1945 dimana sejak bangsa Indonesia merdeka maka hukum
yang berlaku adalah hukum nasional dan sekaligus untuk dijadikan pedoman
dalam penyelenggaraan tatanan bernegara.
Dengan adanya pengesahan Undang-Undang Dasar 1945 ini berarti bahwa
sejak tanggal 18 Agustus 1945 bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi yang
sah. Sri Sumantri M. berpandangan bahwa konstitusi sama dengan Undang -
Undang Dasar. Penyamaan makna dari dua hal tersebut dalam praktiknya
digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia dalam sistem ketatanegaraan.2
Undang-Undang Dasar 1945 meliputi 2 (dua) bagian yakni Pembukaan
dan batang tubuh. Bagian Pembukaan berisikan pokok-pokok pikiran yang terbagi
atas 4 (empat) alinea, sedangkan bagian batang tubuh terdiri atas 16 Bab yang di
dalamnya ada 37 Pasal, Pasal Aturan Peralihan dan yang terakhir 2 ayat Aturan
Tambahan. Di dalam alinea keempat ada beberapa kalimat “…. dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

1
Dalam naskah Pembukaan ditulis dengan redaksi Undang - Undang Dasar Negara
.

Republik Indonesia Tahun 1945


.

2
Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal.8.
. . .

penganut paham modern yang tegas-tegas memberikan pengertian sama antara konstitusi
.

dengan Undang -Undang Dasar adalah C.F. Strong dan James Bryce. Sedangkan ahli hukum yang
.

memberikan pengertian beda antara konstitusi dengan Undang-undang Dasar adalah Herman
.U

Heller dan F. Lassale. Lihat lebih lanjut dalam Dahlan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, PT
.

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 9-14.


.

1
2

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan


suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”. Rumusan kalimat tersebut
oleh para pendiri bangsa yang tergabung dalam PPKI dinyatakan sebagai
Pancasila yang digunakan sebagai dasar Negara Indonesia.
.

Rumusan dasar negara ini merupakan penyempurnaan atas rumusan dasar


negara hasil Panitia 9 yang diterima bulat oleh Badan Pernyelidik Usaha
.

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yaitu sepanjang mengenai Sila


.

pertama yang semula berbunyi: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan


syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa, dan
.

sila keempat dengan mengganti tanda penghubung (-) menjadi tanda garis miring
(/) di antara kalimat permusyawaratan dan perwakilan. Dengan langkah
pengesahan pada UUD Negara Kesatuan RI oleh PPKI, maka mulai saat itulah
Pancasila sebagai dasar negara RI telah berlaku secara sah dan menjadi rumusan
final, karena telah disahkan oleh suatu Badan Nasional yang memiliki fungsi
membentuk dan mendirikan Negara RI yang mana menurut Hukum Tata Negara
memiliki wewenang untuk menetapkan Pokok Kaidah Negara yang fundamental
(staatsfundamentalnorm).3
Rumusan Pancasila dalam Undang-Undang Dasar 1945 ini sesuai dengan
teori hukum konstitusi yang dikemukakan oleh KC Wheare dan Podsnap.
Menurut KC Wheare4, materi muatan konstitusi minimal mencakup:
a. Susunan sistem pemerintahan (structure of government), yakni tentang
.

lembaga eksekutif, lembaga yudikatif, dan lembaga legislatif;


b. Hubungan atau relasi timbal balik antara lembaga negara yang satu dengan
yang lain;
c. Hubungan antara lembaga-lembaga negara dengan masyarakat (community)
atau warga negara (citizen);
d. Pernyataan atas perlindungan terhadap hak-hak warga negara (declaration of.

the guarantee of the right of the subject); dan


.

3 Subandi Al Marsudi, Pancasila dan UUD ’45 dalam Paradigma Reformasi, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2oo6, hal. 32
4 I Dewa Gede Atmadja, Hukum Konstit usi Problematik a Konstitusi Indonesia Sesudah Perubahan
. . . . . . . . . . .

UUD 1945, Setara Press, Malang , 2012, hal.70


. .

2
3

e. tujuan atau cita-cita politik bangsa atau negara. Cita-cita politik ini menjadi
tujuan dan sumber penyelenggaran pemerintahan yang mengikat dari aspek
hukum (legally binding) badan eksekutif, badan yudikatif, dan badan
legislatif.
Sedangan menurut Podsnap5, materi atau isi konstitusi akan merupakan:
a. a sort manifesto (ketentuan tentang pernyataan kebijakan);
b. a confession of faith (pernyataan mengenai kepercayaan);
.

c. a statement of ideals (pernyataan tentang cita-cita negara);


d. a charter of the land (suatu piagam negara).
Memenuhi muatan materi konstitusi yang dimaksud adalah mengenai cita-
cita atau tujuan politik bangsa atau negara sebagaimana yang dikemukakan oleh
KC Wheare dan merupakan a statement of ideals (pernyataan tentang cita-cita
negara) sebagaimana pendapat Podsnap.
Menurut Cholisin,6 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menunjukkan
bahwa Pancasila adalah dasar negara, sehinggga Pancasila merupakan nilai dasar
normatif terhadap semua penyelengaraan pemerintahan negara Republik
Indonesia. Dengan istilah lain bahwa Pancasila merupakan Ideologi Negara atau
Dasar Falsafah Negara, karena di dalamnya mengandung nilai yang paling
mendasar untuk menentukan dan menjadi standar keabsahan semua model
pengelolaan negara serta putusan-putusan strategis dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Pancasila sebagai ideologi negara berarti pula bahwa Pancasila
merupakan doktrin, teori, ajaran, dan/atau teori tentang cita-cita (idea) yang ditata
secara tersistem sampai dengan petunjuk pelaksanaannya yang jelas, dan diyakini
kebenarannya oleh bangsa Indonesia.
Di dalam hubungannya dengan tertib hukum nasional, kedudukan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai dua hal yang sangat
.

fundamental atau mendasar yaitu : pertama, menjadikan faktor-faktor mutlak bagi


adanya tertib hukum negara Indonesia, dan kedua, menjadi bagian integral dalam

5 Ibid, hal.70-71
6
Cholisin, Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Relevansinya dengan Kondisi Saat ini,
. . . . . . .

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131474282/pengabdian/mgmp-pkn-wates-28-sep-2011-
ideologi-negara-dan-relevansinya-dengan-kondisi-saat-ini.pdf, diakses tanggal 26 April 2020.

3
4

tertib hukum negara Indonesia sebagai tertib hukum yang tertinggi.7 Kedudukan
yang seperti ini dalam tertib hukum negara Indonesia, maka Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 menentukan adanya tertib hukum Indonesia. Akibatnya
adalah bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada aspek hukum
keberadaannya tidak dapat diubah.
Begitu pula Pancasila yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 adalah merupakan pemberian bentuk hukum terhadap
kesempatan politis bangsa Indonesia di dalam bernegara. Sejarah kenegaraan
menunjukkan bahwa apapun konstelasi politik yang dibentuk berdasarkan struktur
formal yang ada, tidak berhasil menghilangkan Pancasila sebagai pemersatu
bangsa. Di dalam sejarah kenegaraanpun nampak bahwa segala macam cara
diusahakan untuk menjamin eksistensi dan kelestarian Pancasila dari masa ke
masa seperti dalam tahun 1945, masa negara Indonesia Serikat, masa negara
Kesatuan berdasarkan Undang- Undang Dasar Sementara 1950, masa Orde Lama
.

dengan Undang-Undang Dasar 1945, sampai pada masa orde baru, masing-masing
dengan pelbagai bentuk dan cara pengamanannya. 8 Paska orde baru yakni era
reformasi juga demikian halnya. Negara yang telah melakukan amandemen atau
perubahan Undang-Undang Dasar 1945 sampai dengan empat kali tetap
mempertahankan (tidak mengubah) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
mana di dalamnya ada rumusan Pancasila.
Menurut Kaelan9, Pembukan Undang-Undang Dasar 1945 terbagi dalam
empat alinea, dan di setiap alinea mempunyai spesifikasi atau ciri khas apabila
ditelaah berdasarkan isinya. Alenia pertama, alenia kedua dan alenia ketiga
memuat suatu pernyataan yang tidak berhubungan secara kausal organis dengan
batang tubuh atau pasal-pasalnya. Pada bagian ini memuat beberapa pernyataan
yang menerangkan serangkaian peristiwa sebelum terciptanya negara Indonesia.
Adapun bagian keempat (Alenia ke-4) menjelaskan dasar - dasar fundamental
negara yakni tujuan negara Indonesia, ketentuan UUD negara, bentuk negara dan

7
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2010, hal. 148
8
Padmo Wahyono, Beberapa Masalah Ketatanegaraan di Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1994, hal.
,

21-22
9
Kaelan, op cit, hal. 148

4
5

philosophie grondslag (dasar filsafat negara) Pancasila. Oleh karena itu Alenia IV
mempunyai hubungan “kausal organis‟ dengan pasal-pasal UUD 1945, sehingga
sangat erat kaitannya dengan materi pasal-pasal tersebut.
Dengan demikian rumusan Pancasila yang terdapa di dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sumber dari segala sumber hukum .

Indonesia, termasuk dalam masalah ini dijadikan sebagai pedoman penyusunan


naskah pasal-pasal atau batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Negara
.

Indonseia merupakn negara hukum (rechtstaat).10 Sebagai negara hukum, maka


Pancasila yang berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum memiliki

kedudukan dan fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara.

B. Permasalahan
Berdasarkan paparan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang
hendak ditelaah dalam artikel sederhana ini adalah apakah Pancasila yang
berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia telah diatur dalam
.

konstitusi di Indonesia?

C. Tujuan
Penulisan artikel ini memiliki tujuan yang hendak dicapai sebagai berikut:
1. Memperoleh pengetahuan tentang pengaturan Pancasila dalam konstitusi di
Indonesia.
2. Memberikan sumbangsih pemikiran tentang perlunya pengaturan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia dalam konstitusi yang
. . .

berlaku di negara Indonesia.

10
Pasl 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
.

5
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Rumusan Pancasila dalam Konstitusi di Indonesia


Rumusan Pancasila dapat diketahui dalam konstitusi-konstitusi yang pernah
diberlakukan di Indonesia. Sejarah ketatanegaraan di Indonesia telah
menunjukkan bahwa pernah diberlakukan tiga Undang-Undang Dasar (konstitusi)
yaitu:11
1. Undang-Undang Dasar 1945, yang diberlakukan dua kali yaitu antara tanggal
18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1945 dan antara 17 Agustus
1959 sampai dengan sekarang.
2. Konstitusi Indonesia Serikat (UUD RIS) 1949, yang berlaku antara tanggal 27
Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950.
3. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang berlaku antara tanggal
17 Agustus 1950 sampai dengan 17 Agustus 1959.

1. Undang-Undang Dasar 1945


Dengan disahka dan ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 maka
mulai tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia telah resmi menjadi negara Pancasila.
Bukti bahwa Indonesia merupakan negara Pancasila adalah adanya rumusan
dalam Alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
. .

“…..dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,


Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Rumusan kalimat tersebut berkaitan dengan rumusan hasil sidang-sidang
sebelum PPKI bersidang tangal 18 Agustu s 1945 terutama hasil Sidang BPUPKI I
.

11
Dahlan Thaib, dkk, op cit, hal.86.

6
7

saat Soekarno mengusulkan dasar negara k ebangsaan dengan menyampaikan


.

rumusan yang diberi istilah atau nama Pancasila yaitu terdiri dari:12
1. Kebangsaan – Nasionalisme
2. Perikemanusiaan-Internasionalisme
3. Mufakat-demokrasi
4. Keadilan Sosial
5. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
Para pendiri bangsa yang dalam hal ini adalah PPKI telah menetapkan
bahwa rumusan Pancasila yang terdapat dalam Alinea ke-4 Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai dasar dalam bernegara. Oleh karena itu maka
rumusan Pancasila dalam Undang-Undang Dasar 1945 secara berurutan sebagai
berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakiilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Konstitusi Indonesia Serikat (UUD RIS) 1949


Belanda tidak mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 dan ingin tetap menguasai wilayah Indonesia yang telah dijajah
olehnya selama lebih dari 350 tahun tersebut. Untuk mewujudkan keinginannya
itu, Belanda melakukan pendekatan konfrontasi (agresi) pada tahun 1947 (Agresi
I) dan tahun 1948 (Agresi II) guna memecah belah NKRI menjadi negara yang
berbentuk federal dengan harapan agar Belanda dapat dengan mudah menguasai
kembali Indonesia. Akhirnya disepakati untuk mengadakan perundingan KMB
(Konferensi Meja Bundar) di Den Haag Belanda dari tanggal 23 Agustus sampai
.

dengan 2 November 1949, dengan menghasilkan tiga buah persetujuan antara lain
:

12
Subandi Al Marsudi, op cit, hal.20-21.

7
8

a. Mendirkan Negara Republik Indonesia Serikat; .

b. Penyerahan kedaulatan Kepada Republik Indonesia Serikat; dan


c. Pendirian Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda.13 .

Pada tahun 1949 berubahlah konstitusi Indonesia yaitu dari UUD 1945
menjadi Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS). Draft .

naskah Konstitusi Republik Indonesia Serikat telah ditetapkan dalam KMB dan
.

disepakati secara bulat mulai diberlakukan tanggal 27 Desember 1949. Dalam


perspektif hokum, dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS), .

Negara Republik Indonesia (RI) tetap masih ada, namun statusnya berubah
.

menjadi negara bagian dari Negara RIS.


Perubahan bentuk susunan dan konstitusi Negara pada tahun 1949
menyebabkan pula terjadinya perubahan rumusan Pancasila. Di dalam
Mukaddimah Konstitusi RIS 1949 dicantumkan rumusan Pancasila (yang berbeda
dengan rumusan yang ada dalam Pembukaan UUD 1945) yakni:14
1. . Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
.

3. . Kebangsaan
4. . Kerakyatan
5. . Keadilan Sosial.
Rumusan Pancasila tersebut dapat ditemukan pada Mukaddimah
Konstitusi RIS 1949 alinea III yang secara lengkap berbunyi sebagai berikut:15
“Maka demi ini kami menjusun kemerdekaan kami itu dalam suatu
. . . . . . . .

Piagam negara jang berbentuk republik- federasi, berdasarkan pengakuan


. . . . . . . . .

ke-Tuhanan Jang Maha-Esa, peri-kemanusiaan, kebangsaan, kerakjatan


. . . . . . . . . .

dan keadilan sosial.”


. .

13
Titik Triwulan Tutik dalam M. Agus Santoso, Perkembangan Konstitusi di Indonesia , Jurnal
Yustisia Vol.2 No.3 September - Desember 2013, hal. 122
14
Moh. Mahfud MD, Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2001,
hal. 56.
15
http://hukum.unsrat.ac.id/pres/konstitusi_ris.pdf, diakses tanggal 28 April 2020 . . . .

8
9

3. Undang-Undang Dasar Sementara 1950


. . . . .

Ternyata Konstitusi RIS tidak bertahan lama, faktor utama penyebabnya


adalah karena muatan dari konstitusi yang tidak merepresentasikan kemauan
.

rakyat dan juga bukan merupakan keinginan politik rakyat Indonesia akan tetapi
. .

sebuah rekayasa pihak Belanda maupun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang


berakibat munculnya tuntutan untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik . . .

Indonesia (NKRI). Akhirnya semua negara bagian bergabung dan melebur


.

menjadi negara Republik Indonesia, kemudian disepakati untuk kembali ke NKRI


dengan menggunakan UUD sementara 1950.16
Menurut Moh. Mahfud MD,17 bentuk susunan negara federasi yang diatur
dalam Konstitusi RIS dianggap bertentangan dengan cita-cita proklamasi
kemerdekaan yang mendambakan kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa dan
. . .

tidak dipisah-pisah oleh adanya Negara-negara bagian. Pada awal tahun 1950 lahir
mosi integral yang dimotori oleh Mohammad Natsir, seorang tokoh Partai
Masyumi (Majlis Syuro Muslimin). Di dalam mosi tersebut disampaikan desakan
agar Indonesia segera kembali ke bentuk susunan negara kesatuan sesuai dengan
yang disepakati saat proklamasi kemerdekaan dan dituangkan dalam UUD 1945.
Mosi integral itu mendapat sambutan luas dan segera ditindaklanjuti dengan
perundingan-perundingan antar Negara-negara bagian. Akhirnya lahirlah Undang- .

Undang Federal Nomor 7 Tahun 1950 tanggal 15 Agustus 1950 yang berisikan
.

dua hal pokok:


Pertama, Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan memakai Undang- . .

Undang Dasar Sementara 1950 sebagai hasil dari perubahan Konstitusi RIS.
. . . . . .

(sebenarnya UUDS 1950 merupakan perubahan beberapa hal saja atas naskah
Konstitusi RIS)
Kedua, perubahan bentuk susunan negara dengan UUDS 1950 yang diberlakukan
mulai tanggal 17 Agustus 1950.
. . . .

16
M. Agus Santoso, op cit, hal. 122
17
Moh. Mahfud MD, op cit, hal. 56-57.

9
10

Rumusan Pancasila dasar negara masih tercantum pada Mukaddimah


(Pembukaan) UUDS 1950 yang urutan-urutannya adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
.

2. Peri Kemanusiaan
.

3. Kebangsaan
.

4. Kerakyatan
.

5. Keadilan Sosial.
.

Demikianlah dengan berlakunya UUDS 1950 kita mengenal beberapa


rumusan Pancasila yang berlaku secara resmi atau lahir dari forum-forum resmi.
Selain yang resmi-resmi itu ternyata di dalam masyarakat ditemukan juga
rumusan rumusan Pancasila yang berbeda redaksinya. Pernah beredar secara luas
di dalam masyarakat rumusan Pancasila dengan urutan dan redaksi sebagai
berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
.

2. Peri Kemanusiaan
.

3. Persatuan
.

4. Kedaulatan Rakyat
.

5. Keadiilan Sosial.
.

4. Kembali kepada Undang- Undang Dasar 1945


. . . .

Gagalnya Konstituante yang diberikan mandat untuk menyusun UUD baru


dan munculnya opini dan ketegangan yang memanas disertai dengan gerakan-
gerakan kedaerahan yang mengancam disintegrasi nasional, pemerintah
mengusulkan agar Konstituante menetapkan UUD 1945, akan tetapi usulan
tersebut tidak dapat segera diputuskan. Melihat kondisi yang tidak menentu ini
Presiden Soekarno menerbitkan Dekrit yang terkenal dengan Dekrit 5 Juli 1959.
. .

Dekrit tersebut berisi tentang Pembubaran Konstituante, memberlakukan kembali


. .

UUD 1945, dan mencabut berlakunya UUDS 1950, serta rencana (janji)
. . . .

pembentukan MPRS dan DPAS.


Dengan keluarnya Dekrit 5 Juli 1959 maka rumusan Pancasila adalah
sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, meskipun masih ada
. . .

10
11

sebagian kelompok yang memilki pendapat bahwa rumusan Pancasila yang


dimaksud adalah sebagaimana yang tercantum dalam Piagam Jakarta. Akan tetapi
pendapat terakhir ini ditolak oleh sebagian besar golongan saat itu, karena
rumusan Pancasila yang dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 berarti yang
. .

telah mendapatkan pengesahan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Rumusan . . .

Pancasila sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 sampai


. . . .

dengan saat ini masih dipertahankan dan berlaku di Indonesia, meskipun UUD
1945 telah diamandemen atau diubah sampai dengan empat kali mulai tahun 1999
- 2002.
Berdasarkan sejarah berlakunya konstitusi di Indonesia tersebut di atas,
rumusan Pancasila telah dimuat dalam konstitusi pada bagian Pembukaan
(mukaddimah) meskipun dengan redaksi yang berbeda-beda tetapi sebanarnya
pada hakikatnya memiliki makna yang hampir sama. Dengan dimuatnya rumusan
Pancasila dalam pembukaan tersebut, Pancasila memiliki kedudukan sebagai .

staatsfundamentalnorm (Pokok Kaidah Negara yang fundamental) sehingga


. . . . .

menjadi tertib hukum tertinggi dan menjadi sumbeer dari segala sumber huukum . .

di Indonesia. Akan tetapi masalahnya adalah istilah “Pancasila” dan “Pancasila


sebagai‟ sumber dari segala sumber hukum” tidak ditemukan atau tidak diatur
. . . .

dalam konstitusi di Indonesia khususnya dalam UUD 1945 sebagai konstitusi


. . . . . . .

yang saat ini berlaku.

B. Pencantuman Istilah “Pancasila” dalam UUD 1945


Sebagaimana diuraikan sebelumnya, Pancasila memiliki fungsi dan
kedudukan sangat penting dalam ketatanegaraan. Sehingga seharusnya Pancasila
diatur secara utuh dalam UUD 1945, tidak hanya secara esensial saja, akan tetapi
juga secara formal yakni nama Pancasila itu sendiri. Meskipun hanya sebatas
nama atau istilah, menurut hemat penulis “Pancasila” perlu dicantumkan dalam
UUD 1945. Begitu juga dengan perlunya pengaturan fungsi “Pancasila sebagai .

sumber dari segala sumber hukum” dalam konstitusi. Berikut ini penulis uraikan
. . . .

beberapa alasan mengapa perlunya pencantuman kedua hal tersebut dalam UUD
1945.

11
12

Pertama, fakta sejarah menunjukkan bahwa istilah Pancasila muncul dalam


persidangan pertama BPUPKI yang disampaikan oleh Soekarno pada tanggal 1 .

Juni 1945.18 Menurut Prof. Mr. AG Pringgodigdo, dalam artikelnya yang berjudul
.

Sekitar Pancasila, menulis “bahwa setelah pada tanggal 1 Juni 1945 diterima oleh
semua anggota Badan Penyelidik dengan tepuk tangan yang riuh kemudian
setelah tanggal itu dalam tahun 1945 Pancasila tidak pernah disebut lagi, sehingga
baik dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh UUD 1945 istilah itu tidak
dijumpai.” AG Pringgodigdo merupakan wakil kepala sekretariat dan merangkap
anggota BPUPK. Dalam kesehariannya dia adalah seorang Wedana Purwokerto.
Menurutnya, “Istilah Pancasila itu baru muncul kembali pada saat Presiden
Soekarno di bulan September tahun 1947 menerbitkan buku yang berisi tentang
pidatonya dari 1 Juni 1945 di dalam persidangan Badan Penyelidik Persiapan
Kemerdekaan dengan judul: Lahirnya Pancasila. Sejak saat itulah Bung Karno
. .

mengenalkan Pancasila berdasarkan rumusan yang diusulkannya kepada


.

masyarakat secara luas.” Istilah Pancasila memang tidak dicantumkan pada


Pembukaan UUD 1945 maupun pada Batang Tubuhnya. Akan tetapi kelima sila
tersebut jelas-jelas tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Sehingga wajarlah
apabila orang-orang tidak memperbincangkan lagi masalah Pancasila dan muncul
perbincangan soal Pancasila kembali sejak adanya buku Lahirnja Pantja Sila pada
tahun 1947.19
Berdasarkan pengalaman sejarah tersebut, istilah Pancasila telah disepakati
oleh para Founding Father sebagai nama dasar negara, yang mana dasar negara
tersebut dicantumkan dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945.
18
Dalam pandangan Soekarno rumusan dasar negara meliputi: (1) Kebangsaan Indonesia,
(2)Internasionalisme atau Perikemanusiaan, (3) Mufakat atau demokrasi, (4) Kesjahteraan
social, dan (5) Ketuhanan yang berkebudayaan. Kelima prinsip dasar itu disebut Soekarno
dengan Panca Sila. “Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan
bangsa Indonesia, kekal, dan abadi.” Mengapa dasar meja statis dan Leitstar dinamis yang
mempersatukan banga itu dibatasi oleh lima? Soekarno menjawab bahwa selain memang
kelima unsur itu yang memang mengakar kuat dalam jiwa bangsa Indonesia dan dia mengaku
sangat suka pada simboli angka lima. Angka lima mempunyai nilai “keramat” pada antropologi
rakyat Indonesia. Soekarno mengatakan, “Rukun Islam jumlahnya lima. Jari kita setangan ada
lima … dan seterusnya (lihat Yudi Latif, Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas,, dan
Aktualitas Pancasila, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2012, hal. 15-21
19
Nasihin Masha, Berrmula dari Fragmentasi, Pengaburan Pancasila Yamin dan Desukarnoisasi
. . . . .

Orba, REPUBLIKA.co.id Rabu 22 Jun 2016 12:01 WIB, diakses tanggal 6 Mei 2020.
. .

12
13

Pencantuman istilah Pancasila dalam teks Undang-Undang Dasar 1945 sangat


penting karena istilah tersebut merupakan hal yang mendasar untuk merumuskan
peristiwa sejarah dalam konstitusi secara utuh (integral), sekaligus untuk memuat
dasar negara dalam konstitusi tidak hanya secara esensial akan tetapi juga secara
formal.
Kedua, Pancasila adalah “bahan baku” filosofis bagi penyusunan seluruh
ketentuan peraturan perundang-undangan. Isi hukum harus merujuk kepada
Pancasila sebagai basis nilainya, yang akan dituangkan dalam norma hukum.
Sebagai sumber hukum materiel, Pancasila setidaknya memiliki 3 (tiga) elemen
sekaligus yakni volkgeist (jiwa bangsa), volkreich (jiwa rakyat), dan volkrecht
(sumber dari segala sumber hukum). Bahwa suatu bangsa memiliki jiwa, dan jiwa
suatu bangsa inilah yang menyebabkan masyarakat bangsa itu dapat hidup damai
dan beradab. Jiwa bangsa terletak pada prinsip-prinsip dasar yang diikutinya.
Dalam konteks bangsa Indonesia, jiwa bangsa (volkgeist) melekat pada Pancasila
dan menjadi isi bagi standar normative --kode perilaku-- kolektif warga bangsa.
Pancasila adalah merupakan bagian penting representasi dari jiwa rakyat
(volkreich) Indonesia. Jiwa rakyat merupakan refleksi dinamis dari realitas
perkembangan masyarakat Indonesia. Bangsa-bangsa sebagai subkultur
masyarakat telah hidup berabad-abad lamanya dan karenanya setiap
perkembangannya bangsa-bangsa itu tidak sedinamis perkembangan “rakyat”
sebagai pemilik bangsa. Semangat persatuan dan keinginan rakyat yang kuat telah
membawa bangsa Indonesia menuju bangsa yang merdeka, atau dapat juga
disebut negara Indonesia yang merdeka bebas dari belenggu penjajah. Jiwa rakyat
harus diresapi, dan Pancasila tetap menghendaki adanya tindakan dan keputusan
negara Indonesia tetap memperhatikan apa yang terjadi dan timbul dalam
masyarakatnya. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
. . . .

(volkrecht). Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hans Kelsen mengenai


teori hukum berjenjang, Pancasila merupakan philosophy grondslag, yakni filsafat

13
14

dasar, bukan staatfundamentalnorm. Karena yang menjadi staatfundamentalnorm


apabila dilihat secara seksama adalah Undang-Undang Dasar 1945.20
Ketiga, dalam peraturan perundang-undangan, istilah Pancasila justeru
ditemukan dalam peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang Dasar
seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu), Peraturan Presiden (Perpres), dan Peraturan
. . .

Daerah (Perda). Selain itu, istilah Pancasila dapat ditemukan juga dalam peraturan
teknis seperti Peraturan Menteri, Peraturan lembaga/badan setingkat Menteri, dan
sebagainya. Salah satu contoh adalah Undang-Undang yang mengatur tentang
pedoman pembentukan peraturan perundang-undangan yakni Undang-Undang .

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perraturan Perundang-Undangan.


. .

Pasal 2 UU tersebut mengatur bahwa Pancasila merrupakan sumber segala


. .

sumber hukum negara. Ada dua hal yang menjadi perhatian dalam ketentuan pasal
.

tersebut, yakni istilah Pancasila dan Pancasila yang merupakan sumber segala
sumber hukum negara ( Pancasila sebagaii sumber darri segala sumber hukum).
. . .

UUD 1945 sebagai konstitusi yang merupakan hukum yang dianggap tinggi
tingkatannya dan merupakan dasar pembuatan Undang-Undang tidak mengatur
ketentuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketentuan Pasal 2
UU No. 11 Tahun 2011 inkonsistensi dengan UUD 1945. Permasalahan tersebut
tidak akan terjadi apabila dalam batang tubuh UUD 1945 sebagai grund gezetse
(aturan dasar) memuat tentang istilah Pancasila dan fungsi Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum. Oleh karena itu maka perlunya perubahan atau
amandemen UUD 1945.
Penulis menawarkan materi amandemen UUD 1945 yang dimaksud adalah
meliputi Bab I dan Pasal 37 sebagai berikut:
No. Bunyi Ketentuan Konsep Amandemen
1. BAB I BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN BENTUK, DASAR DAN
KEDAULATAN
Pasal 1

20
Fajlurrahman Jurdi, Hukum Tata Negara Indonesia, Prenadamedia Grup, Jakarta, 2019, hal. 84-
.

85

14
15

(1) Negarꜹ Indonesia ialah Pasal 1


Negarꜹ Kesatuan yang Negarꜹ Indonesia ialah Negarꜹ
berbentuk Republik. Kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan
rakyꜹt dan dilaksanakan Pasal 1A
menurut Undang-Undang (1) Negarꜹ berdasarkan Pancasila.
Dasꜹr. (2) Pancasila sebagaimana dimaksud
(3) Negarꜹ Indonesia adalah ayat (1) tercantum dalam
negꜹra hukum. Pembukaan Undang-Undang
Dasar yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanuaiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia,
.

Kerakyatan yang dipimpin oleh


hikmat/kebijaksanaan, dan
.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
(3) Negarꜹ Indonesia adalah negarꜹ
hukum.
(4) Pancasila sebagꜹi sumber dari
segꜹla sumber hukum.

Pasal 1B
Kedꜹulatan berꜹda di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-
Undꜹng Dasar.
2. Pasal 37 Pasal 37
(5) Khusus mengenai bentuk (5) Khusus mengenai bentuk dan dasar
Negarꜹ Kesatuan Republik Negara Kesatuan Republik
Indonesia tidꜹk dapat Indonesia tidꜹk dapat dilꜹkukan
dilꜹkukan perubahan. perubahan.

15
16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstitusi di Indonesia telah memuat atau mengatur rumusan Pancasila dalam
pembukaan atau mukaddimah Undang-Undang Dasar, akan tetapi istilah Pancasila
tidak diatur secara khusus dalam Undang- Undang Dasar. Ketentuan ini berakibat
pada timbulnya inkonsistensi peraturan perundang-undangan yang berada di
.

bawah Undang- Undang Dasar 1945 yang mencantumkan Pancasila di dalamnya


.

terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mengatasi konflik norma tersebut,


perlu dilakukannya perubahan atau amandemen Undang-Undang Dasar 1945
.

dengan memasukkan istilah Pancasila dan mengatur ketentuan tentang fungsi


mendasar Pancasila dalam sistem ketatanegaraan sebagai sumber dari segala
. . .

sumber hukum.
.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan di atas, saran yang dapat
penulis berikan adalah bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat hendaknya
melaksanakan perubahan atau amandemen terhadap bunyi ketentuan Bab I dan
.

Pasal 37 Undang- Undang Dasar 1945. Dengan dipenuhinya amandemen tersebut,


. .

maka Pancasila dalam konstitusi di Indonesia telah diatur secara integral baik
secara substansial maupun secara formal, sehingga kedudukan Pancasila akan
semakin kuat dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

16
17

DAFTAR RUJUKAN

Al Marsudi, Subandi. “Pancasila dan UUD ‟45 dalam Paradigma Reformasi.” PT


RajaGrafindo Persada (2006): 20-21, 32.

Atmadja, Dewa Gede. “ Hukum Konstiitusi Problematika Konstiitusi Indonesia


. .

Sesudah Perubahan UUD 1945.” Setara Press (2012): 70.


. .

Cholisin. “Pancasila Sebagaii Ideologi Negara dan Relevansiinya dengan Kondisi


. . .

Saatuini”, http://staffnew.uny.ac.id/upload/131474282/pengabdian/mgmp-
pkn-wates-28-sep-2011-ideologi-negara-dan-relevansinya-dengan-kondisi-
saat-ini.pdf, diakses tanggal 26 April 2020.

http://hukum.unsrat.ac.id/pres/konstitusi_ris.pdf, diakses tangal 28 April 2020.


.

Jurdi, Fajlurrahman. “Hukum Tata Negara Indonesia.” Prenadamedia Grup


(2019): 84-85

Kaelan “Pendidikan Pancasila.” Paradigma (2010): 148.

Latif, Yudi. “Negara Paripurna Historiisitas, Rasionaliitas, dan Aktualitas


.

Pancasila.” Gramedia Pustaka Utama (2012): 15-21.

Masha, Nasihin. “Bermula dari Fragmentasi, Pengaburan Pancasila Yamin dan


Desukarnoisasi Orba.” REPUBLIKA.co.id (Rabu 22 Jun 2016 12:01 WIB,
diakses tanggal 6 Mei 2020)

MD, Moh. Mahfud. “Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia.” Rineka Cipta
(2001): 56-57.

Santoso, M. Agus. “Perkembangan Konstitusi di Indonesia.” Jurnal Yustisia


(Vol.2 No.3 September - Desember 2013): 122

Thaib, Dahlan, dkk. “Teori dan Hukum Konstiitusi”, PT RajaGrafindo Persada,


. . .

(2008): 9-14, 86.

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan. Undang-Undang Dasar 1945.

17
18

Wahyono, Padmo. “Beberapa Masalah Ketatanegaraan di Indonesia.” Rajawali


(1994): 21-22.

18

Anda mungkin juga menyukai