Anda di halaman 1dari 2

KISAH SI ANAK RANTAU

Oleh : Ineu Nisrina

Namaku adalah Ineu Nisrina, orang-orang biasa memanggilku dengan Ineu.


namun tak sedikit juga yang salah menyebutnya, ada yang mengeja dengan aksen
Indonesia yang mana huruf “u” dibaca seperti huruf “ w”, adapun yang
membacanya menggukan aksen Inggris yang mana tulisan “neu” dibaca seolah-
olah “new” dalam istilah Inggris. Itulah yang dirasakan pemilik nama unik. Ya
namaku sangatlah khas dikalangan orang-orang sunda. Aku adalah anak yang
mengalir darah sunda dalam dirinya. Ayah dan Ibuku keduanya asli berdarah sunda
dan mereka pun yang memberi nama itu untukku. Ingin rasanya merubah nama itu
namun aku tahu pasti bahwa ada doa dan harapan besar yang mereka titipkan
dalam namaku.
Terlahir dari keluarga sederhana, aku banyak belajar apa itu kesabaran,
mengesampingkan keinginan, saling berbagi dan masi banyak lagi. Namun
banyaknya keterbatasan itu tidak menjadi keluhan bagiku dan tidak membuat aku
berbeda dengan anak yang lain, aku unggul dalam pendidikan, aku juga aktif
kegiatan diluar sekolah. Belum genap dua belas tahun umurku, aku sudah memilih
untuk melanjutkan sekolah menengah pertama di kota orang, ya aku memilih untuk
merantau diusia yang terbilang masih sangat muda, aku berusa untuk keluar dari
zona nyaman dengan pikiran bahwa pendidikan diluar sana pasti jauh lebih unggul.
Merantau bukanlah suatu tindakan yang dapat diambil oleh semua orang. Oleh
karena itu tidak sedikit dari mereka merasa bangga jika diberi julukan sebagai anak
rantau. Saat aku pergi meninggalkan rumah untuk meraih cita-cita yang tinggi saat
itu juga secara tidak langsung aku memikul beban yang berat dan harus siap
dengan semua risiko, tanggung jawab, dan menahan rasa rindu yang amat sangat
berat terhadap keluarga di rumah.
Aku tak pernah menyesali keputusan yang kuambil tujuh tahun lalu karena hidup
diperantauan mengajarkan aku arti hidup yang sesungguhnya bahwa hidup itu
butuh tekad dan semangat yang kuat. Aku menghabiskan enam tahunku di
Kuningan, Jawa Barat, disitu aku menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama dan
Sekolah Mengengah Atas. Yang menjadi lawan terberat hidup jauh dari orang tua
ialah rindu, jika rindu sudah tak terbendung lagi maka aku biasanya menangis.
Susah dan senang yang aku alami membuat aku paham bahwa hidup sangatlah
berarti. Kesedihan, kesepian, dan kerinduan adalah teman sehari-hariku. Namun
semua itu yang menjadi kekuatan bagiku untuk bisa bertahan hingga saat ini,
kerinduan yang aku rasakan membuat aku semangat menuntut ilmu agar bisa
meraih cita-cita tinggi. Kesdihan yang sering muncul biasanya aku isi dengan
mengikuti berbagai kegiatan menarik, dengan begitu aku bisa bermain bersama
teman-teman, saling bertukar cerita, dan menghabiskan waktu bersama dalam hal-
hal yang bermanfaat. Banyaknya memghabiskan waktu bersama teman,
berorganisasi, dan melakukan hal-hal positif membuat aku lupa akan kerinduan
terhadap rumah.
Kini aku menginjak umur sembilan belas tahun dan memilih menjadi mahasiwa
STIU Al-Hikmah. Hidup di Jakarta jauh dari orang tua bukanlah hal baru aku
jalani, menjadi anak rantau mengaharuskan diriku untuk berhemat, pintar mengatur
keuangan, berani mengambil keputusan disetiap permasalahan, memiliki mental
yang tangguh dan kuat, dan berusaha untuk selalu memberi kabar gembira pada
orang tua dirumah. Itulah sebagian dari perjuangan anak rantauan.
Hidup menjadi anak rantau tak melulu melewati hari dengan kesedihan, aku bangga
menjadi anak rantau. Diumurku saat ini aku telah banyak bertemu orang-orang
hebat. Dari perjalan hidup yang belum panjang ini aku banyak belajar hal-hal baru
yang tidak akan didapat oleh semua orang. Dari situ aku banyak menambah
pengalaman, wawasan yang luas, menambah relasi, belajar hidup mandi dan masih
banyak lagi.
Rindu suasana rumah, pelukan orang tua, dan masakan Ibu adalah hal biasa, namun
kebanyakan dari mereka yang sengaja merantau dengan alasan ingin bebas. Karena
saat tinggal dekat keluarga mereka merasa dikekang. Berbeda denganku ketika
pergi merantau aku ingin mencari pengalaman yang tidak bisa didapatkan di daerah
asal dan aku ingin sekolah di perguruan tinggi terbaik. Rasa takut tidak berhasil
sering kali menghantuiku, namun aku selalu memberi semangat pada diri untuk
jangan mundur dan jangan putus asa. Jangan mengecewakan mereka yang telah
ikut berjuang unukku dan ingat bahwa aku adalah harapan mereka.
Perjalananku masih sangat panjang, aku akan terus berusaha melewati badai
kesulitan. Aku berjanji pada diriku, orang tua dan juga orang-orang terdekatku
bahwa aku akan menjadi anak yang sukses. Doa ibu selalu menemani setiap
langkahku, Nasehat baiknya selalu mengiringi hari-hariku, motivasi ayah akan
selalu aku ingat disetiap pekerjaanku, bayang-bayang selalu berada sisampingku.
Walaupun aku jauh dari pandangan mereka tapi mereka selalu ada di hatiku.
Orang dewasa pernah berkata. Pengalaman adalah guru yang paling kejam. Ia
memberikan ujian dahulu baru pelajaran. Saat mereka bilang mimpi kita terlalu
besar. Katakanlah pada mereka bahwa pengetahuannyalah yang kurang luas.
Masalah yang aku hadapi saat ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan
besarnya mimpi dan keinginanku membanggakan orang tua. Buang semua rasa
sedih mari bangkit dan semangat untuk mengahasilkan pencapaian-pencapaian
indah. Tidak ada rahasia untuk sukses. Sukses itu lahir dari mereka yang punya
persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari kesalahan.
Salam hangat dari si anak rantau yang punya mental sekuat baja.

Anda mungkin juga menyukai