PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Berdasarkan hal yang akan diangkat oleh penulis dalam laporan observasi ini, maka
tujuan penulis melakukan observasi mengenai fasilitas umum dengan objek Museum
Mandala Wangsit Siliwangi adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui aspek makro dalam hal sejarah berdirinya Museum Mandala Wangsit
Siliwangi
2. Mengetahui kondisi eksisting Museum Mandala Wangsit Siliwangi
3. Mengetahui konsep objek Museum Mandala Wangsit Siliwangi
4. Mengetahui aspek teknis dalam hal operasional Museum Mandala Wangsit
Siliwangi
5. Mengetahui aspek teknis dalam hal anggaran investasi Museum Mandala Wangsit
Siliwangi
1.3 Sasaran
Sasaran yang dituju dalam observasi kali ini adalah :
1. Mampu mengilustrasikan (sketsa/gambar) objek infrastruktur wilayah dan kota
2. Mampu mengukur objek infrastruktur wilayah dan kota
3. Mampu mendeskripsikan (bahan dan material, warna, ukuran, dan bentuk) dari
objek infrastruktur wilayah dan kota
4. Mampu mengetahui operasional objek infrastruktur wilayah dan kota
5. Mampu menemukenali spesifikasi umum objek infrastruktur wilayah dan kota
PENJELASAN UMUM
Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah museum militer yang berada di Kota
Bandung, Jawa Barat. Siliwangi merupakan nama komando daerah militer TNI-AD di
Jawa Barat dan Banten yang namanya diambil dari raja dari Kerajaan Sunda yang
beribukota di Pakuan Pajajaran yang kekuasaannya konon tak terbatas, juga arif dan
bijaksana serta wibawa dalam menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan arti
Mandala Wangsit merupakan sebuah tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau
nasihat dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalui benda-benda yang
ditinggalkannya. Museum ini diresmikan oleh panglima divisi Siliwangi Kolonel
Ibrahim Adjie pada tanggal 23 Mei 1966.
b. Masa Kemerdekaan
Pada awal Agustus 1945, keberadaan Belanda di tanah Indonesia sudah mulai
tidak kuat, pondasi yang dibangun Belanda di tanah Indonesia sudah mulai roboh,
awal mula melemahnya posisi pemerintah kolonial Belanda di Indonesia
khususnya di Bandung karena kedatangan Jepang. KNIL (Tentara Kerajaan Hindia
Belanda) seperti tak sungguh-sungguh mempersiapkan perlawanan terhadap invasi
Jepang. Wilayah Jawa hanya dijaga sekitar 4.000 personil KNIL. Itu pun termasuk
pensiunan tapi dipanggil dinas kembali. Dalam hal persenjataan, KNIL tak
memiliki persenjataan berat pertahanan, hanya beberapa meriam, senapan mesin
ringan, sehingga akhirnya Jepang berhasil membombardir lini pertahanan Belanda
di wilayah Bandung.
Namun, pada saat terjadi peperangan antara pertahanan Belanda dan
pertahanan Jepang, Belanda mendapat bala bantuan dari pasukan Australia,
pasukan Australia turut membantu persenjataan KNIL, tembak menembak pun
meletus, beberapa pasukan KNIL tertembak, ketika pasukan KNIL baru
beristirahat, seorang sersan dari markas teritorial datang menyusul. Namun
pasukan Jepang dengan sigap menyergap markas teritorial mereka. Mereka lalu
dilucuti dan dikumpulkan dengan pasukan KNIL lain yang menyerah juga.
Berbeda dengan pasukan Australia yang mati-matian bertempur, pasukan KNIL
memilih menyerah, di sektor pertahanan pasukan Australia dan KNIL, KNIL
menyerah sementara pasukan Australia terus melawan Jepang hingga tiga hari
berturt-turut yang mengakibatkan jumlah personilnya semakin sedikit karena telah
gugur di medan perang melawan Jepang tersebut.
Dari situlah pasukan Australia baru menyadari bahwa KNIL amat lemah.
Pasukan Australia, Russell, mendapati kantor markas perwira Belanda yang
bertempat di Jalan Oude Hospital Weg kosong. Dia segera menghancurkan semua
peta dan kertas yang ditinggalkan pasukan Belanda. Kepada Komandan
Pasukannya, Letkol William Scott, dia lalu melaporkan bahwa Belanda telah
meninggalkan tanah Bandung. Pasukan Australia berpikir bahwa pasukan-pasukan
KNIL yang seharusnya menjadi pertahanan paling kuat malah kocar-kacir dan
menyerah hanya dalam beberapa pertempuran saja.
Hingga pada masa kemerdekaan Indonesia, tempat ini kosong dan tidak
ditempati oleh perwira Belanda maupun serdadu Jepang. Karena Jepang tidak
meletakkan kekuasaan pemerintahannya di Kota Bandung dan karena posisi
Jepang sudah melemah di Indonesia pada masa awal kemerdekaan Indonesia,
gedung ini pun berubah fungsinya ketika peralihan kedaulatan Indonesia, bangunan
ini beralih fungsi pada tahun 1949 setelah diserahterimakan kepada Divisi IV
Kodam Siliwangi. Bangunan ini pun akhirnya menjadi markas militer Divisi IV
Kodam Siliwangi.
Gambar 2.2 Museum Mandala Wangsit Siliwangi saat menjadi markas Divisi IV
Kodam Siliwangi
Sumber : https://aleut.wordpress.com
Gambar 2.3 Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ketika menduduki kawasan
Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Sumber : Pikiran Rakyat
Malang menimpa, Letnan Lembong langsung masuk melalui pintu depan area
gedung menggunakan sebuah mobil sedan dan ketika dirinya bersama ajudan
membuka pintu, mereks sudah ditunggu oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
dan seketika langsung ditembak hingga tumbang. Kekejaman belum berakhir,
untuk memastikan Letnan Lembong telah mati, Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA) pun kembali melakukan perbuatan keji dengan menusuk Letnan Lembong
menggunakan bayonet.
Gambar 2.4 Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ketika menembaki Pasukan
TNI
Sumber : Pikiran Rakyat
d. Pengambilalihan Gedung
Mengingat pentingnya pelestarian dan pewarisan nilai-nilai kejuangan 45
kepada generasi muda agar kesadaran serta penghayatan terhadap sejarah
perjuangan bangsanya tetap utuh, maka Kodam III/Siliwangi memandang perlu
untuk mendirikan tempat ini sebagai museum untuk mengenang para pahlawan
yang telah gugur.
Bangunan ini diresmikan sebagai Museum Mandala Wangsit Siliwangi pada
tanggal 23 Mei 1966 oleh Panglima Divisi Siliwangi ke-VIII, Kolonel Ibrahim
Adjie. Untuk mengenang Letnan Lembong yang telah gugur di museum ini,
akhirnya Kolonel Ibrahim Adjie mengganti nama jalan di wilayah museum ini yang
semula bernama Jalan Oude Hospital Weg menjadi Jalan Letnan Lembong.
Kemudian pada tahun 1979, dibangun lantai 2 museum yang lalu diresmikan pada
tanggal 10 November 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke-15, Mayjen Yoga Sugama
dan prasastinya ditandatangani oleh Presiden Soeharto.
Museum ini diselipkan nama “Siliwangi” karena sebagai bentuk mengenang
dan bentuk terimakasih kepada Pasukan Siliwangi yang telah berjuang melawan
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pada saat itu, sedangkan Mandala Wangsit
memiliki arti sebagai tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau nasihat dari
pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalui benda-benda yang
ditinggalkannya.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini berada di Jalan Lembong No. 38, Braga,
Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Sesuai dengan nilai guna nya pada zaman
dahulu, museum ini berada di jantung Kota Bandung, dekat dengan Balai Kota Bandung
yang hanya berjarak 2,5 km yang membuat lokasi museum ini sangat strategis di tengah
pusat kota Bandung.
Akses untuk mengunjungi museum ini terbilang mudah, hanya saja di Jalan
Lembong tersebut tidak ada penanda khusus yang menandakan adanya Museum
Mandala Wangsit Siliwangi ini, sehingga hanya sebagian orang-orang tertentu saja
yang mengetahuinya. Ditambah dengan bangunannya yang memiliki arsitektural unik
karena tetap mempertahankan gaya kolonial Belanda, menambah museum ini tidak
terlihat seperti museum tetapi seperti markas TNI Kota Bandung. Lingkungan sekitar
Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini cukup ramai, karena letak museum nya yang
terletak di depan Hotel Panghegar, dekat dengan pusat perbelanjaan yaitu Bandung
Electronic Center dan Bandung Indah Plaza, dekat dengan fasilitas umum seperti
Taman Vanda dan dekat dekat Balai Kota, letak museum ini pun dekat dengan kawasan
pendidikan, seperti SD Banjarsari, SD Merdeka, SMPN 2 Bandung dan SMPN 5
Bandung sehingga fungsi museum ini sebagai fasilitas umum dan media pembelajaran
sangat didukung oleh letak museum ini yang berada di pusat kota Bandung dan
memberikan dampak positif dari nilai guna museum sebagai fasilitas umum ini.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1
Perjanjian Kinerja Museum Mandala Wangsit Siliwangi tahun 2018
3.3 Ukuran Objek Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Jika dilihat dari denah museum tersebut, terlihat bahwa masing-masing ruangan
yang ada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi memiliki luas yang berbeda-beda
setiap ruangannya. Luas ruangan tersebut disesuaikan dengan koleksi museum
yang ada di dalam museum tersebut.
Telihat bahwa pada ruang 1 memiliki luas yang lebih besar dari ruang 2, hal ini
dikarenakan jumlah koleksi museum yang ada di ruang 1 ini lebih banyak
dibanding yang ada di ruang 2, selian itu, terlihat pula bahwa pada ruang 3, ruangan
tersebut memiliki luas yang terbesar dari semua ruangan museum tersebut. Untuk
ruang 4, ruang tersebut juga relatif lebih besar dibanding yang lainnya meskipun
tidak sebesar ruang 3. Untuk ruang 6 memiliki ruangan yang cenderung sama
sebesar ruang 4, namun untuk ruang 5 memiliki luas yang tidak sebesar ruang 6.
Untuk ruang yang ada di lantai 2, ruangan nya cenderung sama luasnya setiap
ruangnya. Meskipun untuk ruang 7 memanfaatkan tangga naik untuk ke lantai 2
dan untuk lantai 11 memanfaatkan tangga keluar ruangan dari ruangan museum
tersebut.
Sehingga urutan luas ruangan yang ada pada museum tersebut adalah :
1. Ruang 3
2. Ruang 4
3. Ruang 6
4. Ruang 8
5. Ruang 9
6. Ruang 10
7. Ruang 5
8. Ruang 1
9. Ruang 2
10. Ruang 11
11. Ruang 7
1. Fasad Bangunan
Terlihat bahwa bentuk tampak depan bangunan masih melekat gaya aristektural
Eropa karena pada saat pembangunan gedung ini, dirancang oleh arsitek yang
mengusung gaya Eropa pada saat itu, bentuk atap yang luas dan menjorok keluar
serta jendela-jendela yang sangat luas dan dengan jumlah banyak, bahkan
jendela bagian atasnya terbuka merupakan suatu ciri khas bangunan aristektur
tropis. Bentuk pintu nya pun masih mempertahankan perpaduan gaya kolonial
dan gaya arsitektural Eropa pada saat itu, sehingga suasana pada masa era Eropa
masih sangat terasa dikarenakan elemen bangunan seperti atap, pintu dan
jendela yang masih mempertahankan bentuk aslinya.
2. Konstruksi Atap
3. Elemen Dekoratif
4. Pola Lantai
6. Tangga
Bentuk tangga yang terdapat di dalam gedung ini bisa dibilang sederhana,
pegangan tangga menggunakan besi yang sudah berkarat di beberapa bagian
karena termakan oleh usia, penanganan terhadap karat ini adalah dengan
melakukan pengecatan ulang pada pegangan tangga namun dengan tetap
mempertahankan warna aslinya. Untuk lantai dari tangga itu sendiri, terlihat
terdiri dari beberapa bagian warna yang mengikuti warna lantai pada setiap
ruangan yaitu warna coklat muda di sisi nya dan warna abu di tengahnya, bagian
horizontal dari lantai tangga ini pun memiliki dua warna yaitu coklat muda di
bagian atasnya dan coklat tua di bagian bawahnya yang diikuti dengan
penegasan warna coklat tua pada setiap undakan tangga.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini memiliki dua lantai dan di setiap lantainya
terdapat ruangan sebagai tempat untuk pameran koleksi Museum Mandala Wangsit
Siliwangi.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini didesain agar pengunjung dapat
menjelajahi setiap ruangan yang ada di setiap lantainya. Saat memasuki pintu
masuk museum, pengunjung akan langsung memasuki ruangan 1 museum,
sehingga saat memasuki area gedung museum, pengunjung tidak perlu mencari lagi
letak ruangan yang akan dituju. Setiap ruangan didesain agar saat pengunjung
keluar dari ruangan tersebut, maka akan langsung menuju ke ruangan berikutnya
seperti pada gambar tersebut, sehingga setelah melewati pameran koleksi di
ruangan pertama maka pengunjung dapat langsung mengunjungi ruangan
selanjutnya. Adapun desain teknis alur masuk museum pada Museum Mandala
Wangsit Siliwangi adalah sebagai berikut :
Alur Masuk Museum
Setelah mengisi buku tamu, letak dari ruangan utama museum tidak tepat di
depan tempat pengisian buku tamu tersebut, melainkan harus melewati lorong
utama terlebih dahulu sebelum memasuki area utama museum.
Gambar 3.13 Pintu masuk menuju ruangan museum
Tangga ini digunakan untuk akses menuju lantai dua museum yang dimana di
lantai tersebut memiliki beberapa ruangan serta foto Panglima Siliwangi dari
jaman dahulu hingga sekarang.
Setelah selesai mengunjungi dan melihat – lihat isi dari museum, pengunjung
tidak perlu kembali ke pintu awal masuk untuk mengambil barang yang
dititipankan pada bagian informasi dikarenakan pintu keluar dari area dalam
museum merangkap dengan ruangan bagian informasi.
Ruangan yang berada didalam Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Gambar 3.26 Isi dari ruangan Penumpasan G.30 S PKI & Tugas Internasional
Gambar 3.27 Isi dari ruangan Mantan – Mantan Panglima Divsi Siliwangi
Tidak banyak perubahan bentuk dan struktur yang terjadi di Museum Mandala
Wangsit Siliwangi ini, bentuk gedung museum ini masih mempertahankan bentuk
aslinya pada saat itu, alasannya adalah karena pengurus Museum Mandala Wangsit
Siliwangi ini ingin mempertahankan bentuk aslinya agar sejarah di gedung ini tidak
pudar dan saat pengunjung datang ke museum ini masih dapat merasakan suasana
zaman dahulu sehingga fungsi museum ini sebagai museum sejarah perjuangan
Bangsa Indonesia masih dapat dirasakan ketika berkunjung ke museum ini.
Perubahan yang terjadi di Museum Mandala Wangsit ini hanyalah pada material
pendukung dari museum ini, seperti perubahan pada kusen pintu dan kusen jendela
yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman, karena kondisi pintu dan jendela nya
yang sudah termakan zaman. Perubahan yang terjadi di museum juga pada bagian
dinding nya, bagian dinding pada museum ini sering berjamur karena kondisinya
yang lembab, sehingga perawatan dilakukan dengan pengecatan ulang dinding yang
ada di museum tersebut agar jamur berkurang. Kelembaban ini juga dikarenakan
kondisi atap gedung museum ini yang berupa tenda sehingga intensitas cahaya yang
masuk ke dalam museum tidak terlalu banyak.
Selain itu, pada area museum ini, banyak dibangun infrastruktur pendukung
baru untuk keperluan fasilitas umum museum ini seperti masjid, pos satpam, kantor
dan minimarket, hal ini dilakukan untuk mendukung fungsi museum ini sebagai
fasilitas umum yang dapat digunakan masyarakat umum.
3.7 Operasional Objek
3. Baur Pameran
Kelompok Baur Pameran ini bertugas untuk mempersiapkan konsep dan tata
letak pameran yang baik, seperti mengatur tata ruang pameran, menghias
ruang pameran juga bertugas mengatur denah dan penempatan karya yang
dipamerkan. Dalam penataan ruang pameran ini, kelompok baur pameran
perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengaturan benda-benda yang dipajang tergantung ruangan berupa
lukisan
2. Penataan benda-benda untuk mengarahkan pengunjung agar dapat
berkonsentrasi saat melihat hasil koleksi
3. Pemberian hiasan dekorasi ruangan diharapkan tidak berlebihan sehingga
menggangu pengunjung
4. Pengaturan jalan masuk dalam ruangan dengan keinginan karya mana
yang diharapkan dilihat pertama kali dan karya mana yang dilihat terakhir
kali
4. Turharwa Tkol
Turharwa Tkol ini dapat dibilang sebagai kelompok kesekretariatan, yang
bertugas dalam pembuatan dokumen tertulis seperti surat-menyurat,
penyusunan proposal kegiatan, dan mencatat segala sesuatu hal yang terjadi
yang berhubungan dengan Museum Mandala Wangsit Siliwangi.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Sketsa tampak luar Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini adalah sebagai
berikut :
2. Sketsa salah satu ruangan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi yaitu ruangan
4 adalah sebagai berikut :
3. Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini berada di Jalan Lembong No. 38,
Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Sesuai dengan nilai guna
nya pada zaman dahulu, museum ini berada di jantung Kota Bandung, dekat
dengan Balai Kota Bandung yang hanya berjarak 2,5 km yang membuat lokasi
museum ini sangat strategis di tengah pusat kota Bandung.
4. Pada saat ini, Museum Mandala Wangsit Siliwangi digunakan sebagai fasilitas
umum khususnya museum yang digunakan sebagai media pembelajaran untuk
masyarakat umum di sekitar Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini.
5. Kegiatan yang menjadi program di Unit Pelaksana Teknis Museum Mandala
Wangsit Siliwangi adalah merencanakan dan memprogram pengembangan
arsip kebudayaan daerah dalam bidang kebudayaan sejarah, konservasi,
peragaan dan publikasi koleksi sejarah.
RUANGAN 1
Di ruangan ini terdapat benda – benda pamer berupa senjata tajam tradisional,
lukisan yang menggambarkan peristiwa – peristiwa kemerdekaan, bedug dan
kokol yang dijadikan sebagai alat pemberi tahu informasi serta jubah kurung
yang dipakai oleh Kyai Agung Caringin.
Bedug Simawarame yang digunakan oleh para anggota perwira Siliwangi pada
zaman dahulu.
Beberapa isi dari senjata yang digunakan pada masa pemberontakan Angkatan
Perang Ratu Adil (APRA) pada zaman dahulu.
Senjata tradisional yang digunakan oleh masyarakat pada zaman dahulu.
Beberapa perkakas dan senjata yang digunakan masyarakat pada zaman dahulu.
Perkakas yang digunakan masyarakat pada zaman dahulu
RUANGAN 2
Ruangan ini berisikan diorama, sebuah bendera merah putih, lukisan detik –
detik proklamasi dan meja beserta kursi, teko teh, dan gelas yang digunakan oleh
para proklamator untuk merundingkan dan menyusun teks proklamasi.
RUANGAN 3
Ruangan ini berisikan lukisan – lukisan peristiwa yang terjadi di Bandung salah
satu dari peristiwa tersebut yaitu peristiwa Bandung Lautan Api yang dimana
kota Bandung merah membara dengan aksi pembakaran yang disengaja oleh
warga kota Bandung. Selain dari lukisan di ruangan ini terdapat pula alat
komunikasi berupa sebuah telepon dan telegram.
RUANGAN 4
Ruangan ini berisikan senjata – senjata api berjenis senjata berat, senjata laras
panjang dan senjata laras pendek yang diperoleh dari hasil rampasan perang dari
para penjajah. Selain dari senjata api di ruangan ini terdapat sebuah peta long
march pasukan Divisi Siliwangi 1 menuju Yogyakarta dengan berjalan kaki
serta lukisan perang kemerdekaan dan lukisan Bung Karno.
RUANGAN 5
Ruangan ini berisikan foto – foto dan dokumen – dokumen bersejarah tentang
pemberontakan DI/TII ( Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia ), serta lukisan
– lukisan kekejaman para pemberontak DI/TII ( Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia )
RUANGAN 6
Ruangan ini berisikan foto – foto korban tewas dari para pemberontak DI/TII
yang tewas selama peperangan berlangsung dengan pasukan satuan divisi
siliwangi. Di ruangan ini pula terdapat foto pemimpin pasukan pemberontak
DI/TII yaitu Kartosuwiryo yang telah tewas. Selain foto – foto di ruangan ini
juga terdapat sebuah diorama yang menceritakan pasukan dua orang pasukan
dari gerombolan pemberontak yang merencanakan peracunan.
Ruangan 7
RUANGAN 8
RUANGAN 9
Ruangan ini berisikan senjata laras panjang dan bendera Portugis, serta
beberapa lirik lagu yang sering dinyanyikan pasukan Siliwangi untuk
membangun semangat juang. Selain itudi ruangan ini juga terdapat foto dan
dokumen – dokumen.
RUANGAN 11
Ruangan ini berisikan foto – foto para panglima divisi Siliwangi yang
menjabat sebagai petinggi militer di Indonesia dari foto petinggi militer yang
mendirikan museum Mandala Wangsit Siliwangi, sampai foto petinggi
militer sekarang.
Sebagian Benda Koleksi yang berada diluar Museum
Selain benda koleksi yang berada didalam ruangan, museum Mandala Wangsit
Siliwangi juga menyimpan sebagian benda koleksi yang berukuran besar yang tidak
memungkinkan untuk diletakan didalam ruangan museum. Berikut benda koleksi
museum Mandala Wangsit Siliwangi yang tersimpan dengan baik di luar ruangan
museum :
Mayor Adolf Lembong adalah seorang tokoh prajurit yang gugur di area sekitaran
museum Mandala Wangsit Siliwangi yang tewas terbunuh oleh pasukan APRA
(angkatan perang ratu adil) yang ingin melakukan kudeta.
Tank ini digunakan untuk memerangi pemberontak yang berada di Indonesia. Tank
ini sumbangan dari PUS kavelari TNI AD.
Monumen ini dibangun untuk menghormati jasa-jasa para tentara yang telah gugur
di medan pertempuran saat menumpas para pemberontak yang berada di Indonesia.
Mobil berjenis mini van pabrikan Chevrolet ini digunakan oleh rumah sakit
Majalaya untuk membantu korban keganasan gerombolan Kartusuwiryo.