Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Museum adalah sebuah tempat yang dibangun untuk mengabadikan sebuah
peristiwa sejarah-sejarah yang memengaruhi kehidupan manusia serta peradaban dan
sistem pemerintahan. Museum juga selain berfungsi sebagai tempat mengabadikan
peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi dan menyimpan benda-benda yang
mengandung nilai sejarah, juga berfungsi sebagai media pembelajaran atau sumber
pengetahuan langsung yang dapat dilihat dengan nyata oleh semua orang yang ingin
mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau.
Jika melihat dari sisi fungsi dan kegunaannya, museum dikategorikan sebagai
fasilitas umum. Fasilitas umum adalah istilah umum yang merujuk kepada sarana atau
prasarana atau perlengkapan yang disediakan oleh pemerintah yang dapat digunakan
untuk kepentingan bersama dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Fasilitas umum
ini dibangun untuk masyarakat. Tujuan dari pembangunan fasilitas umum ini tentu
untuk memudahkan kegiatan sehari-hari masyarakat mulai dari pagi hingga malam hari.
Maksud dari fasilitas umum digunakan untuk memudahkan kegiatan sehari-hari
masyarakat adalah bahwa dengan adanya museum ini masyarakat dapat mengetahui
informasi-informasi terkait yang berhubungan dengan nilai-nilai histroris yang telah
terjadi pada masa lampau, sehingga museum pun terkadang dikaitkan dengan media
pembelajaran bagi masyarakat karena nilai guna nya.
Di Bandung sendiri, terjadi peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat banyak dan
sangat kental pada masa lampau sehingga dibangunlah museum untuk mengabadikan
peristiwa-peristiwa sejarah tersebut untuk mengenang hal-hal yang terjadi di masa
lampau yang memengaruhi struktur kehidupan pada masa kini. Untuk mengenang jasa
para pahlawan yang telah gugur mendahului kita, terdapat salah satu museum yang
berisi peninggalan sejarah perjuangan kemerdekaan masa lampau yaitu Museum
Mandala Wangsit Siliwangi.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalahs ebuah tempat atau bangunan
peninggalan markas prajurit divisi Siliwangsi dengan ciri bangunannya yang etnik yang
berarsitekturkan gaya Belanda yang hingga saat ini gaya arsitektur bangunan tersebut
masih dipertahankan dan dilestarikan. Warna dari bangunan tersebut yang identik
dengan militer menambah kesan zaman perjuangan yang dirasakan langsung oleh
pengunjung dan menambah aura kental dari zaman penjajahan.
Sebagai salah satu fasilitas umum yang ada di Kota Bandung yang memiliki nilai
guna dan nilai manfaat sebagai sumber informasi terkait peristiwa penjajahan pada
masa lampau, museum ini hingga saat ini terus dijaga dan dirawat oleh Dinas
Kebudayaan maupun oleh Pemerintah Kota Bandung, hal ini karena pada saat ini
Indonesia memegang prinsip “jangan sekali-kali melupakan sejarah” sehingga
pemerintah tetap memerhatikan perawatan dan penjagaan dari objek museum.
Oleh karena itu, penulis mengangkat Museum Mandala Wangsit Siliwangi sebagai
objek observasi fasilitas umum ini. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui
informasi terkait Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini berdasarkan sisi dan sudut
pandang Infrastruktur Wilayah dan Kota. Sebagai salah satu objek Infrastruktur
Wilayah dan Kota khususnya salah satu fasilitas umum, maka penulis akan melakukan
observasi mengenai eksisting Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini di tengah
jantung Kota Bandung.

1.2 Tujuan
Berdasarkan hal yang akan diangkat oleh penulis dalam laporan observasi ini, maka
tujuan penulis melakukan observasi mengenai fasilitas umum dengan objek Museum
Mandala Wangsit Siliwangi adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui aspek makro dalam hal sejarah berdirinya Museum Mandala Wangsit
Siliwangi
2. Mengetahui kondisi eksisting Museum Mandala Wangsit Siliwangi
3. Mengetahui konsep objek Museum Mandala Wangsit Siliwangi
4. Mengetahui aspek teknis dalam hal operasional Museum Mandala Wangsit
Siliwangi
5. Mengetahui aspek teknis dalam hal anggaran investasi Museum Mandala Wangsit
Siliwangi
1.3 Sasaran
Sasaran yang dituju dalam observasi kali ini adalah :
1. Mampu mengilustrasikan (sketsa/gambar) objek infrastruktur wilayah dan kota
2. Mampu mengukur objek infrastruktur wilayah dan kota
3. Mampu mendeskripsikan (bahan dan material, warna, ukuran, dan bentuk) dari
objek infrastruktur wilayah dan kota
4. Mampu mengetahui operasional objek infrastruktur wilayah dan kota
5. Mampu menemukenali spesifikasi umum objek infrastruktur wilayah dan kota

1.4 Lingkup Pengamatan


Pada observasi ini, fokus utama dalam observasi yang dilakukan adalah mengetahui
kondisi eksisting Museum Mandala Wangsit Siliwangi dalam sisi dan sudut pandang
Infrastruktur Wilayah dan Kota, khususnya sebagai salah satu fasilitas umum yang
memiliki nilai guna sebagai media pembelajaran bagi masyarakat. Sehingga lingkup
pengamatan yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
1. Aspek Makro, berupa :
1. Lokasi museum
2. Orientasi objek
2. Aspek Teknis, berupa :
1. Luas dan jumlah objek museum
2. Anggaran dan investasi museum
3. Operasional museum
4. Bentuk dan konsep objek museum
5. Desain teknis objek museum
6. Renovasi dan penggubahan pada museum
7. Manajemen museum

1.5 Metodologi Pengamatan


Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengkajian teoritis dan
deskriptif. Metode pengkajian teoritis adalah metode penelitian dengan cara melakukan
pengkajian terhaap berbeagai teori yang penulis dapatkan dari berbagai literatur dan
denegan pengamatan langsung ke objek, sedangkan metode pengkajian deskriptif
adalah metode yang digunakan untuk menginterpretasikan fenomena, misalnya kondisi
atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, dengan menggunakan prosedur
ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual. Dengan demikian, penulis
beranggapan bahwa metode penelitian teoritis dan deskriptif sesuai dengan penelitian
yang dilaksanakan oleh penulis untuk dapat mengungkapkan hasil observasi yang
dilakukan.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistem penulisan pada penelitian ini adalah sebagi berikut:
Bab 1 Pendahuluan yang berisi latar belakang topik/lokasi, tujuan, sasaran, lingkup
pengamatan, metodologi pengamatan, dan sistematika penulisan
Bab 2 Penjelasan umum mengenai aspek makrro objek pengamatan berupa sejarah,
tahun dibangun, lokasi dan orientasi objek.
Bab 3 Hasil pengamatan mengenai aspek teknis objek pengamatan berupa luas dan
jumlah objek, perkiraan anggran investasi dan operasional, ukuran objek, bentuk dan
konsep objek, desain teknis, renovasi dan perubahan struktur, dan operasional objek.
Bab 4 Penutup yang berisi kesimpulan dan saran atau pelajaran yang didapat dari
hasil observasi kali ini.
BAB II

PENJELASAN UMUM

2.1 Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Gambar 2.1 Tampak Depan Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah museum militer yang berada di Kota
Bandung, Jawa Barat. Siliwangi merupakan nama komando daerah militer TNI-AD di
Jawa Barat dan Banten yang namanya diambil dari raja dari Kerajaan Sunda yang
beribukota di Pakuan Pajajaran yang kekuasaannya konon tak terbatas, juga arif dan
bijaksana serta wibawa dalam menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan arti
Mandala Wangsit merupakan sebuah tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau
nasihat dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalui benda-benda yang
ditinggalkannya. Museum ini diresmikan oleh panglima divisi Siliwangi Kolonel
Ibrahim Adjie pada tanggal 23 Mei 1966.

2.2 Sejarah Museum Mandala Wangsit Siliwangi


a. Masa Kolonial Belanda
Museum Mandala Wangsit Siliwangi telah ada sejak tahun 1926. Pada saat itu,
bangunan museum ini merupakan rumah perwira Belanda, Hendry Maurer. Pada
saat itu, selain digunakan sebagai rumah perwira Belanda, tempat ini juga
digunakan sebagai markas para perwira Belanda untuk mengadakan rapat terkait
hal-hal yang akan dilakukan di tanah jajahannya. Rumah perwira Belanda ini
dahulu bertempat di Jalan Oude Hospital Weg. Terpilihnya rumah ini menjadi
tempat tinggal perwira Belanda adalah karena letaknya yang berada di tengah Kota
Bandung, sehingga tempat ini dianggap sebagai tempat yang strategis. Pada saat
itu pun pemerintah Belanda meletakkan tempat pemerintahannya di sekitar pusat
kota, sehingga para perwira Belanda menganggap pribumi tidak akan berani untuk
masuk ke dalam daerah kekuasaan pemerintah Belanda.
Tempat ini sering digunakan sebagai tempat perundingan para perwira
Belanda maupun para kolonial Belanda lainnya untuk menyusun kebijakan dan
untuk menyusun startegi yang akan dilakukan di tanah jajahannya. Mereka berpikir
bahwa tempat ini merupakan tempat yang aman dari intervensi pribumi.

b. Masa Kemerdekaan
Pada awal Agustus 1945, keberadaan Belanda di tanah Indonesia sudah mulai
tidak kuat, pondasi yang dibangun Belanda di tanah Indonesia sudah mulai roboh,
awal mula melemahnya posisi pemerintah kolonial Belanda di Indonesia
khususnya di Bandung karena kedatangan Jepang. KNIL (Tentara Kerajaan Hindia
Belanda) seperti tak sungguh-sungguh mempersiapkan perlawanan terhadap invasi
Jepang. Wilayah Jawa hanya dijaga sekitar 4.000 personil KNIL. Itu pun termasuk
pensiunan tapi dipanggil dinas kembali. Dalam hal persenjataan, KNIL tak
memiliki persenjataan berat pertahanan, hanya beberapa meriam, senapan mesin
ringan, sehingga akhirnya Jepang berhasil membombardir lini pertahanan Belanda
di wilayah Bandung.
Namun, pada saat terjadi peperangan antara pertahanan Belanda dan
pertahanan Jepang, Belanda mendapat bala bantuan dari pasukan Australia,
pasukan Australia turut membantu persenjataan KNIL, tembak menembak pun
meletus, beberapa pasukan KNIL tertembak, ketika pasukan KNIL baru
beristirahat, seorang sersan dari markas teritorial datang menyusul. Namun
pasukan Jepang dengan sigap menyergap markas teritorial mereka. Mereka lalu
dilucuti dan dikumpulkan dengan pasukan KNIL lain yang menyerah juga.
Berbeda dengan pasukan Australia yang mati-matian bertempur, pasukan KNIL
memilih menyerah, di sektor pertahanan pasukan Australia dan KNIL, KNIL
menyerah sementara pasukan Australia terus melawan Jepang hingga tiga hari
berturt-turut yang mengakibatkan jumlah personilnya semakin sedikit karena telah
gugur di medan perang melawan Jepang tersebut.
Dari situlah pasukan Australia baru menyadari bahwa KNIL amat lemah.
Pasukan Australia, Russell, mendapati kantor markas perwira Belanda yang
bertempat di Jalan Oude Hospital Weg kosong. Dia segera menghancurkan semua
peta dan kertas yang ditinggalkan pasukan Belanda. Kepada Komandan
Pasukannya, Letkol William Scott, dia lalu melaporkan bahwa Belanda telah
meninggalkan tanah Bandung. Pasukan Australia berpikir bahwa pasukan-pasukan
KNIL yang seharusnya menjadi pertahanan paling kuat malah kocar-kacir dan
menyerah hanya dalam beberapa pertempuran saja.
Hingga pada masa kemerdekaan Indonesia, tempat ini kosong dan tidak
ditempati oleh perwira Belanda maupun serdadu Jepang. Karena Jepang tidak
meletakkan kekuasaan pemerintahannya di Kota Bandung dan karena posisi
Jepang sudah melemah di Indonesia pada masa awal kemerdekaan Indonesia,
gedung ini pun berubah fungsinya ketika peralihan kedaulatan Indonesia, bangunan
ini beralih fungsi pada tahun 1949 setelah diserahterimakan kepada Divisi IV
Kodam Siliwangi. Bangunan ini pun akhirnya menjadi markas militer Divisi IV
Kodam Siliwangi.

Gambar 2.2 Museum Mandala Wangsit Siliwangi saat menjadi markas Divisi IV
Kodam Siliwangi
Sumber : https://aleut.wordpress.com

c. Masa APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)


Meskipun gedung tersebut telah berubah menjadi markas staff kartil Kodam IV
Siliwangi. Tetapi pada 23 Januari 1950, yang mana kondisi Kota Bandung saat itu
masih dalam pengawasan tentara Belanda meskipun kekuatan pemerintahan
Belanda telah sangat lemah, muncullah sebuah kelompok yang disebut sebagai
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibawah pimpinan Kapten Raymond
Westerling yang merencanakan pemberontakan dan melakukan serangan fajar saat
dini hari.
Pasukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ini terdiri dari 800 personil terdiri
dari pasukan KNIL yang bergerak pada tanggal 22 Januari 1950 saat dini hari.
Mereka masuk melalui Cimahi dan Batu Jajar untuk menuju Bandung.
Sayangnya, Pasukan Siliwangi pun saat itu masih berada di kantong-kantong
wilayah dan belum kembali ke markas. Sehingga dengan tidak ada persiapan
matang terjadilah pertempuran hebat di area gedung yang saat ini menjadi Museum
Mandala Wangsit Siliwangi tersebut. Saat itu, di gedung ini hanya bertahan 15
personil, tiga orang perwira dan sisanya prajurit. Pasukan Angkatan Perang Ratu
Adil (APRA) saat itu bergerak dari jalan arah Naripan dan menembak para TNI
yang bertahan di luar dan di dalam gedung, semua TNI gugur dan hanya tersisa
tida tentara yang lolos karena berhasil melarikan diri melalui tembok belakang
gedung. Nahasnya, pada saat yang bersamaan, kala itu Letkal Kolonel Lembong
dan ajudannya, Letnan Kailola, tidak menyadari bahwa markas tersebut sudah
dikuasai Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Kala itu Letnan Kolonel Lembong
berencana mengunjungi Kolonen Sadikin yang sebetulnya tidak ada di tempat.

Gambar 2.3 Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ketika menduduki kawasan
Museum Mandala Wangsit Siliwangi
Sumber : Pikiran Rakyat

Malang menimpa, Letnan Lembong langsung masuk melalui pintu depan area
gedung menggunakan sebuah mobil sedan dan ketika dirinya bersama ajudan
membuka pintu, mereks sudah ditunggu oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
dan seketika langsung ditembak hingga tumbang. Kekejaman belum berakhir,
untuk memastikan Letnan Lembong telah mati, Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA) pun kembali melakukan perbuatan keji dengan menusuk Letnan Lembong
menggunakan bayonet.

Gambar 2.4 Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ketika menembaki Pasukan
TNI
Sumber : Pikiran Rakyat

d. Pengambilalihan Gedung
Mengingat pentingnya pelestarian dan pewarisan nilai-nilai kejuangan 45
kepada generasi muda agar kesadaran serta penghayatan terhadap sejarah
perjuangan bangsanya tetap utuh, maka Kodam III/Siliwangi memandang perlu
untuk mendirikan tempat ini sebagai museum untuk mengenang para pahlawan
yang telah gugur.
Bangunan ini diresmikan sebagai Museum Mandala Wangsit Siliwangi pada
tanggal 23 Mei 1966 oleh Panglima Divisi Siliwangi ke-VIII, Kolonel Ibrahim
Adjie. Untuk mengenang Letnan Lembong yang telah gugur di museum ini,
akhirnya Kolonel Ibrahim Adjie mengganti nama jalan di wilayah museum ini yang
semula bernama Jalan Oude Hospital Weg menjadi Jalan Letnan Lembong.
Kemudian pada tahun 1979, dibangun lantai 2 museum yang lalu diresmikan pada
tanggal 10 November 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke-15, Mayjen Yoga Sugama
dan prasastinya ditandatangani oleh Presiden Soeharto.
Museum ini diselipkan nama “Siliwangi” karena sebagai bentuk mengenang
dan bentuk terimakasih kepada Pasukan Siliwangi yang telah berjuang melawan
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pada saat itu, sedangkan Mandala Wangsit
memiliki arti sebagai tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau nasihat dari
pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalui benda-benda yang
ditinggalkannya.

2.3 Lokasi Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Gambar 2.5 Lokasi Museum Mandala Wangsit Siliwangi


Sumber : Google Maps

Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini berada di Jalan Lembong No. 38, Braga,
Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Sesuai dengan nilai guna nya pada zaman
dahulu, museum ini berada di jantung Kota Bandung, dekat dengan Balai Kota Bandung
yang hanya berjarak 2,5 km yang membuat lokasi museum ini sangat strategis di tengah
pusat kota Bandung.
Akses untuk mengunjungi museum ini terbilang mudah, hanya saja di Jalan
Lembong tersebut tidak ada penanda khusus yang menandakan adanya Museum
Mandala Wangsit Siliwangi ini, sehingga hanya sebagian orang-orang tertentu saja
yang mengetahuinya. Ditambah dengan bangunannya yang memiliki arsitektural unik
karena tetap mempertahankan gaya kolonial Belanda, menambah museum ini tidak
terlihat seperti museum tetapi seperti markas TNI Kota Bandung. Lingkungan sekitar
Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini cukup ramai, karena letak museum nya yang
terletak di depan Hotel Panghegar, dekat dengan pusat perbelanjaan yaitu Bandung
Electronic Center dan Bandung Indah Plaza, dekat dengan fasilitas umum seperti
Taman Vanda dan dekat dekat Balai Kota, letak museum ini pun dekat dengan kawasan
pendidikan, seperti SD Banjarsari, SD Merdeka, SMPN 2 Bandung dan SMPN 5
Bandung sehingga fungsi museum ini sebagai fasilitas umum dan media pembelajaran
sangat didukung oleh letak museum ini yang berada di pusat kota Bandung dan
memberikan dampak positif dari nilai guna museum sebagai fasilitas umum ini.

2.4 Orientasi Objek Museum Mandala Wangsit Siliwangi


Pada saat ini, Museum Mandala Wangsit Siliwangi digunakan sebagai fasilitas
umum khususnya museum yang digunakan sebagai media pembelajaran untuk
masyarakat umum di sekitar Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini. Namun
sebelumnya, museum ini digunakan sebagai markas perwira Belanda untuk
merumuskan kebijakan dan strategi yang akan digunakan kedepannya, lalu setelah itu
museum ini digunakan untuk markas Divisi IV Siliwangi sebagai markas nya juga.
Namun setelah pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang menewaskan
Divisi IV Siliwangi, museum ini akhirnya dialihfungsikan sebagai museum untuk
mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam pemberontakan Angkatan Perang
Ratu Adil (APRA).
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Luas dan Jumlah Objek Museum Mandala Wangsit Siliwangi


Museum Mandala Wangsit Siliwangi memiliki luas tanah sekitar 4176 meter
persegi dan luas bangunan sekitar 1674 meter persegi. Luas bangunan museum
tersebut hanya merupakan luas gedung tempat utama koleksi museum tersebut
dipamerkan. Untuk kawasan Museum Mandala Wangsit Siliwangi, terdapat
beberapa gedung yang ada di dalamnya, seperti :

Gambar 3.1 Denah Museum Mandala Wangsit Siliwangi


1. Kantor
Kantor ini memiliki luas bangunan sekitar 154 meter persegi. Kantor ini
digunakan sebagai tempat pengurus Museum Mandala Wangsit Siliwangi, di
dalam kantor ini pun terdapat arsip-arsip dari Museum Mandala Wangsit
Siliwangi, seperti arsip jumlah pengunjung, arsip inventarisasi, arsip data
kepengurusan, serta arsip data perawatan dan pengembangan koleksi museum.
Kantor ini memiliki letak di bagian barat gedung museum.
2. Pos Keamanan
Pos keamanan ini memiliki luas bangunan 12 meter persegi. Pos keamanan ini
digunakan sebagai penjagaan keamanan museum, karena museum ini memiliki
nilai historis yang sangat kuat sehingga perlu dijaga nilai-nilai dan koleksi yang
terdapat di dalam museum tersebut. Pos keamanan ini berada di bagian utara
dari gedung museum, pos satpam ini pula berada di dekat dengan pintu masuk
museum.
3. Aula
Aula ini berada di bagian barat laut dari gedung museum. Aula ini memiliki luas
93 meter persegi. Aula ini digunakan untuk pertemuan yang bersifat kedinasan,
seperti penerimaan kunjungan dari pemerintah, ataupun penerimaan kunjungan
dari instansi lainnya. Selain itu, aula ini pun digunakan untuk tempat pertemuan
apabila ada rombongan pengunjung yang berkunjung dalam rangka
pembelajaran, seperti kunjungan dari sekolah-sekolah untuk menjelaskan secara
umum Museum Mandala Wangsit Siliwangi dan koleksi yang tersimpan
didalamnya sebelum memulai tour di museum ini.
4. Masjid
Masjid ini berada di bagian barat dari gedung museum dan berada di bagian
barat aula. Masjid ini terpisah dari gedung museum utamanya, karena pada
gedung museum utama, seluruh ruangannya dimanfaatkan sebagai tempat untuk
menyimpan koleksi-koleksi peninggalan sejarah sehingga tidak cukup ruangan
untuk dijadikan masjid ataupun musholla sehingga masjid pada kawasan
museum ini dibangun secara terpisah. Namun dengan didirikannya masjid
secara terpisah dari gedung utama museum ini menambah nilai fungsi dari
masjid itu sendiri, karena tempatnya yang cukup luas sehingga dapat
menampung banyak orang di dalamnya, lain halnya apabila dibangun di
ruangan dalam gedung utama museum yang tidak dapat menampung banyak
orang didalamnya.
5. Minimarket
Minimarket ini berada tepat di samping kantor. Memiliki luas sekitar 25 meter
persegi. Minimarket ini didirikan sebagai fasilitas penunjang kegiatan museum,
pengunjung yang datang tidak perlu keluar area museum karena minimarket ini
didirikan dengan tujuan agar pengunjung dapat tetap berada di dalam area
museum apabila terdapat keperluan.
6. Toilet
Selain berada di area gedung utama museum, terdapat toilet terpisah yang
letaknya berada tepat di samping masjid. Toilet ini dibangun di dekat masjid
karena agar pengunjung yang akan melaksanakan ibadah tidak perlu masuk ke
dalam gedung utama untuk ke toilet.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini memiliki dua lantai untuk koleksi
museum tersebut, namun tidak semua koleksi museum berada di dalam ruangan
museum tersebut, terdapat beberapa koleksi yang berada di luar ruangan museum
tersebut.
Pada saat ini koleksi yang berada di Museum Mandala Wangsit berjumlah
sebanyak 1500 koleksi. Koleksi yang ada merupakan koleksi yang bernilai sejarah
dari kurun waktu antara masa perjuangan kemerdekaan, masa perang kemerdekaan
dan masa selanjutnya yang berhubungan dengan perjuangan Divisi Siliwangi dan
rakyat Jawa Barat umumnya. Benda-benda yang dikumpulkan oleh museum ini
disimpan dalam beberapa ruangan tertentu yang mana setiap ruangan menyimpan
koleksi museum yang berbeda.

3.2 Perkiraan Anggaran dan Investasi Museum Mandala Wangsit Siliwangi


Untuk dapat masuk ke museum ini, tidak dikenakan biaya masuk untuk
pengunjung, karena tujuan didirikan dan diresmikannya museum ini adalah untuk
mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur mendahului dan juga museum ini
didirikan dengan tujuan sebagai media pembelajaran sehingga biaya masuk ke
museum ini dibebaskan sehingga museum tidak mendapatkan pemasukan dari dana
pengunjung museum yang datang. Namun terkadang, terdapat biaya sukarela yang
ditetapkan petugas museum, yang artinya besaran biaya masuk ke museum tidak
ditetapkan harganya namun diberikan kepada pengunjung secara sukarela. Maka
untuk menghitung besar pendapatan yang diterima oleh Museum Mandala Wangsit
Siliwangi melalui biaya masuk sukarela ini akan digunakan asumsi sebagai berikut
:
Asumsi pengunjung yang datang setiap hari nya : 50 orang
Asumsi biaya masuk sukarela yang diberikan oleh pengunjung setiap kedatangan :
Rp. 20.000,-
Maka, dapat dihitung :
Pendapatan bulanan (diasumsikan pada bulan tertentu setiap harinya pengunjung
yang datang konstan dan biaya masuk sukarela yang diberikan konstan) :
= 50 orang x Rp. 20.000,- = Rp. 1.000.000,-
= Rp. 1.000.000,- x 30 hari = Rp. 30.000.000,-
Pendapatan tahunan (diasumsikan pendapatan bulanan konstan setiap bulannya) :
= Rp. 30.000.000,- x 12 bulan
= Rp. 360.000.000,-
Maka dengan asumsi bahwa pengunjung yang datang setiap harinya ke Museum
Mandala Wangsit Siliwangi ini adalah 50 orang per harinya, meskipun tidak dikenai
biaya masuk, namun jika diasumsikan pengunjung tersebut memberikan biaya
masuk sukarela kepada pihak museum sebesar Rp. 20.000,- setiap harinya, maka
pemasukan yang diterima museum ini per bulannya adalah Rp.30.000.000,- dan
pemasukan yang diterima museum ini per tahunnya adalah Rp 360.000.000,-.
Pendapatan tersebut masihlah pendapatan kasar yang diasumsikan diterima oleh
pihak museum, namun pendapatan tersebut belum dikurangi dengan pengeluaran
lainnya, seperti retribusi daerah, pengeluaran untuk perawatan dan pemeliharaan
koleksi museum, pengeluaran untuk pengembangan operasional dan lainnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Museum Mandala Wangsit
Siliwngi dalam penyusunan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis
Museum Mandala Wangsit Siliwangi, menggunakan proses penyusunan anggaran
secara dari bawah ke atas (Bottom up) yaitu penyusunan anggaran dimana anggaran
disusun dan disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan anggaran tersebut,
dengan pertimbangan bahwa bagian tersebut lebih mengetahui apa yang diperlukan
oleh bagiannya.
Penyusunan anggaran belanja modal telah sesuai dengan mekanisme yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
(APBN) karena dokumen-dokumen yang berkenaan dengan anggaran Museum
Mandala Wangsit Siliwangi diproses sesuai dengan ketetapan pemerintah yang
tercantum dalam peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan. Hal ini dapat dilihat
dari tahap awal kegiatan penyusunan dan penetapan APBN. APBN tersebut di
rancang untuk kegiatan belanja khususnya belanja modal di Museum Mandala
Wangsit Siliwangi, selain itu, APBN ini juga digunakan sebagai dana untuk
revitalisasi dan pengembangan Museum Mandala Wangsit Siliwangi dan perawatan
koleksi di Museum Mandala Wangsit Siliwangi. APBN yang telah disusun
kemudian dibuatkan tahapan-tahapan dalam penyusunan anggaran yang berisi
dokumen-dokumen seperti Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Surat
Perintah Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), dan Surat Pencairan
Dana (SP2D) kepada KPPN. Dokumen-dokumen tersebut menjadi syarat dan
tahapan dalam penyusunan anggaran belanja pegawai di Museum Mandala Wangsit
Siliwangi. Apabila ada ketidaklengkapan dalam dokumen-dokumen tersebut, maka
anggaran tidak dapat diproses dengan baik.
Untuk kegiatan belanja, Museum Mandala Wangsit Siliwangi menggunakan
dua model pencarian dana yaitu model Langsung (LS) dan model Uang Persediaan
(UP). Kegiatan belanja yang pembayarannya bersifat Langsung (LS) diakui pada
saat terjadi pengeluaran kas dari Kas Umum Negara (KUN). Khusus kegiatan
belanja yang menggunakan Uang Persediaan (UP) atau pengeluaran yang melalui
bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN). Belanja modal merupakan salah satu kegiatan belanja yang
pembayarannya dilakukan secara Langsung (LS).
Berdasarkan data yang didapat, pada APBD Kota Bandung Tahun 2018,
anggaran yang ditetapkan untuk revitalisasi dan pemeliharaan museum maupun
tempar rekreasi yaitu sebesar Rp 5,8 milliar. Anggaran yang ditetapkan ini
disesuaikan untuk kebutuhan revitalisasi dan pemeliharaan museum dan tempat
rekreasi. Sehingga, pengajuan untuk pencairan dana revitalisasi dan pemeliharaan
museum disusun dengan penyusunan proposal yang ditujukan kepada pemerintah
Kota Bandung sesuai dengan kebutuhan Museum Mandala Wangsit ini.

Berdasarkan Renstra Museum Mandala Wangsit Siliwangi – Kemdikbud


tahun 2015-2019, Museum Nasional memiliki 3 sasaran kegiatan. Masing-masing
Sasaran Kegiatan (SK) didukung oleh Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Dalam
mengukur ketercapaian SK dan IKK Museum Mandala Wangsit Siliwangi, maka
dibuat Perencanaan Kinerja Museum Mandala Wangsit Siliwangi dalam bentuk
Perjanjian Kinerja. Untuk mendukung ketercapaian sasaran kegiatan sebagaimana
ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun 2017 tersebut, pagu anggaran Museum
Mandala Wangsit Siliwangi pada tahun 2017 sebesar Rp 282.377.569.000. Pada
bulan Oktober terjadi efisiensi anggaran sebesar Rp 11.631.700.000 sehingga
pagu anggaran Museum Mandala Wangsit Siliwangi berkurang menjadi Rp
270.745.869.000. Kemudian Museum Mandala Wangsit Siliwangi juga
melakukan dukungan terhadap penyusunan turunan dari Undang-undang
Kebudayaan (penyusunan Peraturan Menteri, dan sebagainya). Oleh karena itu
ada pergeseran anggaran Museum Mandala Wangsit Siliwangi ke Sekretariat
Direktorat Jenderal Kebudayaan sebesar Rp 1.633.823.000 sehingga pagu
anggaran Museum Mandala Wangsit Siliwangi berkurang menjadi Rp
269.112.046.000. Pagu anggaran tersebut dialokasikan dalam 3 sasaran kegiatan
yaitu sebesar Rp 7.540.214.000 untuk kegiatan terlaksananya pengelolaan koleksi
museum, kemudian Rp. 232.924.349.000 untuk kegiatan Museum sebagai sarana
edukasi dan rekreasi, dan Rp. 652.740.000 untuk kegiatan meningkatnya kajian
pengembangan permuseuman, serta Rp 27.994.743.000 dialokasikan untuk tata
kelola permuseuman.

Tabel 3.1
Perjanjian Kinerja Museum Mandala Wangsit Siliwangi tahun 2018
3.3 Ukuran Objek Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Gambar 3.2 Denah Ruangan Museum Mandala Wangsit

Jika dilihat dari denah museum tersebut, terlihat bahwa masing-masing ruangan
yang ada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi memiliki luas yang berbeda-beda
setiap ruangannya. Luas ruangan tersebut disesuaikan dengan koleksi museum
yang ada di dalam museum tersebut.

Telihat bahwa pada ruang 1 memiliki luas yang lebih besar dari ruang 2, hal ini
dikarenakan jumlah koleksi museum yang ada di ruang 1 ini lebih banyak
dibanding yang ada di ruang 2, selian itu, terlihat pula bahwa pada ruang 3, ruangan
tersebut memiliki luas yang terbesar dari semua ruangan museum tersebut. Untuk
ruang 4, ruang tersebut juga relatif lebih besar dibanding yang lainnya meskipun
tidak sebesar ruang 3. Untuk ruang 6 memiliki ruangan yang cenderung sama
sebesar ruang 4, namun untuk ruang 5 memiliki luas yang tidak sebesar ruang 6.

Untuk ruang yang ada di lantai 2, ruangan nya cenderung sama luasnya setiap
ruangnya. Meskipun untuk ruang 7 memanfaatkan tangga naik untuk ke lantai 2
dan untuk lantai 11 memanfaatkan tangga keluar ruangan dari ruangan museum
tersebut.
Sehingga urutan luas ruangan yang ada pada museum tersebut adalah :

1. Ruang 3
2. Ruang 4
3. Ruang 6
4. Ruang 8
5. Ruang 9
6. Ruang 10
7. Ruang 5
8. Ruang 1
9. Ruang 2
10. Ruang 11
11. Ruang 7

3.4 Bentuk dan Konsep Objek Museum Mandala Wangsit Siliwangi


Sejarah menyebutkan bahwa perubahan fisik kota Bandung berawal dari
peresmian berdirinya kota yang dilakukan oleh Daendels dengan surat keputusan
(besluit) tanggal 25 September 1810. Berkembangnya kota Bandung dan letaknya
yang strategis di bagian tengah Priangan, telah mendorong timbulnya gagasan
Pemerintah Hindia Belanda untuk memindahkan Ibukota Karesidenan Priangan
dari Cianjur ke Bandung pada tahun 1864. Namun dampak positif kemajuan sosial-
ekonomi kota ini baru memperlihatkan perkembangan yang luar biasa sejak
direncanakan sebagai ibukota Hindia Belanda oleh Gubernur Jenderal H.P. de Graaf
van Limburg Stirum.
Pada awal pemindahan ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung pada
tahun 1915, Kota Bandung mulai dibangun dengan pembangunan sarana-sarana
fisik, berupa abngunan modern kala itu untuk mewadahi aktivitas calon ibukota
baru tersebut. Pembangunan yang dipimpin oleh Ir. F.J.L Ghijsels dari Gementee-
weken tersebut telah berhasil mendirikan 750 bangunan modern fungsional bergaya
kolonial. Pemerintah Hindia Belanda membuka peluang pada arsitek-arsitek
negerinya untuk proses pembangunan di Bandung, terpengaruh dengan gaya arsitek
yang tengah berkembang di Eropa kala itu.
Dibyo Hartono dalam buku Mandala Wangsit Siliwangi, menyebutkan
penampilan fisik Museum Mandala Wangsit Siliwangi terpengaruh dengan gaya
arsitek yang tengah berkembang di Eropa dengan suatu hasil perpaduan antara gaya
arsitektur Late Romanticism dengan gaya arsitektur tropis yang unik.

1. Fasad Bangunan

Gambar 3.3 Tampak depan Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Gambar 3.4 Bagian-bagian pada fasad bangunan

Terlihat bahwa bentuk tampak depan bangunan masih melekat gaya aristektural
Eropa karena pada saat pembangunan gedung ini, dirancang oleh arsitek yang
mengusung gaya Eropa pada saat itu, bentuk atap yang luas dan menjorok keluar
serta jendela-jendela yang sangat luas dan dengan jumlah banyak, bahkan
jendela bagian atasnya terbuka merupakan suatu ciri khas bangunan aristektur
tropis. Bentuk pintu nya pun masih mempertahankan perpaduan gaya kolonial
dan gaya arsitektural Eropa pada saat itu, sehingga suasana pada masa era Eropa
masih sangat terasa dikarenakan elemen bangunan seperti atap, pintu dan
jendela yang masih mempertahankan bentuk aslinya.

2. Konstruksi Atap

Gambar 3.5 Bentuk atap Museum Mandala Wangsit Siliwangi


Brntuk konstruksi atapnya pun tidak mengalami perubahan secara besar-
besaran, bahkan bentuk konstruksi atap nya pun masih mempertahankan gaya
arsitektural Eropa pada saat itu, dengan bentuk atap perisai pada bagian
bawahnya dan bertumpuk di bagian muka bangunan, pada lapisah atasnya
bentuk atap menyerupai tenda serta terdapat konsol dengan ukuran lebar untuk
mengatasi sinar matahari. Terlihat bahwa terdapat dua bagian atap yaitu atap
utama yang berada di atas gedung dan atap lapisan bawah yang menyerupai
tenda, atap bagian bawah ini mengakibatkan intensitas cahay matahari yang
masuk ke dalam bangunan dapat terkontrol dan tidak terlalu besar sehingga
tidak menimbulkan efek silau akibat sinar matahari langsung masuk ke bagian
dalam gedung.

3. Elemen Dekoratif

Gambar 3.6 Kolom pada dinding museum


Bentuk dinding yang berada di dalam gedung ini pun tidak hanya dibuat merata
dari bagian atas ke bawahnya, terdapat kolom-kolom di dinding tersebut yang
menambah nilai estetika dari dalam gedung tersebut. Kolom ini pun seakan
menjadi penambah nilai gaya arsitektural Eropa di dalam gedung tersebut, tidak
banyak perubahan yang dilakukan pada dinding bagian dalam museum
sehingga suasana gaya klasik Eropa di dalam gedung nya pun masih terasa.
Namun secara keseluruhan, leih dominan dinding tidak terdapat ornament/motif
pada pengolahan dinding. Hanya beberapa bagian dinding saja yang terdapat
ornamen penambah nilai estetika.

4. Pola Lantai

Gambar 3.7 Pola lantai di dalam gedung museum


Pola lantai yang berada di dalam gedung museum pun tidak banyak dilakukan
perubahan. Pola lantainya menerapkan pola geometris yang simetris di setiap
bagiannya, bentuk penutup atap nya merupakan bentuk segiempat namun
dnegan penerapan warna yang berbeda yaitu warna coklat muda dan warna abu-
abu yang menambah kesan tidak terlalu terang di dalam ruangan.. Setiap
ruangan yang terdapat di dalam museum sepenuhnya menerapkan pola lantai
geometris ini, dan pola lantai di dalam gedung ini masih terlihat sangat baik dan
tidak banyak terjadi kerusakan akibat termakan oleh waktu.
5. Langit-langit (ceiling)

Gambar 3.8 Langit-langit di dalam gedung museum


Pasca pemugaran beberapa bagian ceiling diperbaiki dengan penerapan material
dan proses finishing yang baru, namun tidak merubah pola ceiling yang asli.
Pola grid kotak-kotak sederhana yang besar dan cenderung tanpa ornamen
mendominasi pada seluruh bagian ruang yang terdapat di dalam gedung
museum. Ceiling yang berada di dalam gedung memiliki warna broken white
yang menetralisir nuansa gelap yang dihasilkan dari warna lantai yang dipilih,
sehingga tidak menimubulkan efek remang-remang ketika berada di dalam
ruangan. Pencahayaan nya pun baik, karena terdapat pencahayaan di setiap
bagian sudut ruangan dan di bagian tempat koleksi museum tersebut dipajang.

6. Tangga

Gambar 3.9 Tangga menuju lantai dua museum

Bentuk tangga yang terdapat di dalam gedung ini bisa dibilang sederhana,
pegangan tangga menggunakan besi yang sudah berkarat di beberapa bagian
karena termakan oleh usia, penanganan terhadap karat ini adalah dengan
melakukan pengecatan ulang pada pegangan tangga namun dengan tetap
mempertahankan warna aslinya. Untuk lantai dari tangga itu sendiri, terlihat
terdiri dari beberapa bagian warna yang mengikuti warna lantai pada setiap
ruangan yaitu warna coklat muda di sisi nya dan warna abu di tengahnya, bagian
horizontal dari lantai tangga ini pun memiliki dua warna yaitu coklat muda di
bagian atasnya dan coklat tua di bagian bawahnya yang diikuti dengan
penegasan warna coklat tua pada setiap undakan tangga.

7. Penyesuaian iklim tropis terhadap arsitektur gedung


Berikut adalah beberapa penyesuaian arsitektur gedung museum terhadap iklim
tropis Indonesia secara umum dan suhu yang relatif sejuk di Kota Bandung :
- Dinding tebal 30 cm pada bangunan sesuai dengan iklim yang ada di
Indonesia agar mencegah kelembaban pada bangunan induk gedung.
Dinding tebal ini juga mengatur kelembaban udara dalam ruang
- Bentuk atap perisai yang luas dan bersudut curam dan lebar sesuai dengan
penanganan terhadap intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam
gedung. Bentuk atap tersebut akan melindungi jendela dan menahan cahaya
matahari agar tidak langsung masuk ke dalam bangunan tersebut.
- Ventilasi yang diperoleh dari bukaan-bukaan yang lebar serta jendela atas
membuat intensitas udara dan kadar kelembaban udara yang masuk ke
dalam gedung pun sangat baik. Di dalam gedung tidak akan terasa pengap
karena intensitas udara yang masuk terkontrol oleh adanya ventilasi dan
bukaan yang baik.
- Vegetasi yang ditanam di sekitar gedung ini sesuai untuk menangai angin
dan memberikan rasa sejuk ketika berada di luar are gedung museum.
3.5 Desain Teknis Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Gambar 3.10 Denah Ruangan Museum Mandala Wangsit

Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini memiliki dua lantai dan di setiap lantainya
terdapat ruangan sebagai tempat untuk pameran koleksi Museum Mandala Wangsit
Siliwangi.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini didesain agar pengunjung dapat
menjelajahi setiap ruangan yang ada di setiap lantainya. Saat memasuki pintu
masuk museum, pengunjung akan langsung memasuki ruangan 1 museum,
sehingga saat memasuki area gedung museum, pengunjung tidak perlu mencari lagi
letak ruangan yang akan dituju. Setiap ruangan didesain agar saat pengunjung
keluar dari ruangan tersebut, maka akan langsung menuju ke ruangan berikutnya
seperti pada gambar tersebut, sehingga setelah melewati pameran koleksi di
ruangan pertama maka pengunjung dapat langsung mengunjungi ruangan
selanjutnya. Adapun desain teknis alur masuk museum pada Museum Mandala
Wangsit Siliwangi adalah sebagai berikut :
Alur Masuk Museum

Gambar 3.11 Ruang Informasi

Sumber : Dokumen Pribadi

Sebelum Memasuki area museum para pengunjung diwajibkan mengisi buku


tamu yang tersedia di bagian informasi dan membayar uang dengan
seikhlasnya untuk biaya perawatan benda koleksi yang terdapat di dalam
museum Mandala Wangsit Siliwangi.

Gambar 3.12 Lorong menuju pintu masuk ruangan museum

Sumber : Dokumen Pribadi

Setelah mengisi buku tamu, letak dari ruangan utama museum tidak tepat di
depan tempat pengisian buku tamu tersebut, melainkan harus melewati lorong
utama terlebih dahulu sebelum memasuki area utama museum.
Gambar 3.13 Pintu masuk menuju ruangan museum

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 3.14 Ruangan pertama museum Mandala Wangsit Siliwangi

Sumber : Dokumen Pribadi

Setelah mengisi buku tamu dan menitipkan barang bawaan, pengunjung


melewati sebuah lorong kecil untuk memasuki area museum. Di dalam Museum
pengunjung bisa melihat benda – benda koleksi yang beraneka ragam pada
setiap ruangan yang ada.

Gambar 3.15 Tangga menuju lantai dua museum

Sumber : Dokumen Pribadi


Gambar 3.16 Ruangan pertama di lantai dua museum

Sumber : Dokumen Pribadi

Tangga ini digunakan untuk akses menuju lantai dua museum yang dimana di
lantai tersebut memiliki beberapa ruangan serta foto Panglima Siliwangi dari
jaman dahulu hingga sekarang.

Gambar 3.17 Pintu keluar Museum Mandala Wangsit

Sumber : Dokumen Pribadi

Setelah selesai mengunjungi dan melihat – lihat isi dari museum, pengunjung
tidak perlu kembali ke pintu awal masuk untuk mengambil barang yang
dititipankan pada bagian informasi dikarenakan pintu keluar dari area dalam
museum merangkap dengan ruangan bagian informasi.
Ruangan yang berada didalam Museum Mandala Wangsit Siliwangi

 Ruangan 1 Pergerakan Nasional Indonesia 1918 – 1944



Di ruangan ini terdapat benda – benda pamer berupa senjata tajam tradisional,
lukisan yang menggambarkan peristiwa – peristiwa kemerdekaan, bedug dan
kokol yang dijadikan sebagai alat pemberi tahu informasi serta jubah kurung
yang dipakai oleh Kyai Agung Caringin.

Gambar 3.18 Isi dari Ruangan Pergerakan Nasional Indonesia

Sumber : Dokumen Pribadi

 Ruangan 2 Detik - detik Proklamasi



Ruangan ini berisikan diorama, sebuah bendera merah putih, lukisan detik –
detik proklamasi dan meja beserta kursi, teko teh, dan gelas yang digunakan
oleh para proklamator untuk merundingkan dan menyusun teks proklamasi.
\

Gambar 3.19 Isi dari Ruangan Detik-detik Proklamasi

Sumber : Dokumen Pribadi


 Ruangan 3 Palagan Bandung 1945 – 1946

Ruangan ini berisikan lukisan – lukisan peristiwa yang terjadi di Bandung
salah satu dari peristiwa tersebut yaitu peristiwa Bandung Lautan Api yang
dimana kota Bandung merah membara dengan aksi pembakaran yang
disengaja oleh warga kota Bandung. Selain dari lukisan di ruangan ini
terdapat pula alat komunikasi berupa sebuah telepon dan telegram.

Gambar 3.20 Isi dari Ruangan Palagan Bandung

Sumber : Dokumen Pribadi

 Ruangan 4 Perang Kemerdekaan 1947 – 1949



Ruangan ini berisikan senjata – senjata api berjenis senjata berat, senjata laras
panjang dan senjata laras pendek yang diperoleh dari hasil rampasan perang
dari para penjajah. Selain dari senjata api di ruangan ini terdapat sebuah peta
long march pasukan Divisi Siliwangi 1 menuju Yogyakarta dengan berjalan
kaki serta lukisan perang kemerdekaan dan lukisan Bung Karno.

Gambar 3.21 Isi dari Ruangan Perang Kemerdekaan

Sumber : Dokumen Pribadi


 Ruangan 5 Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia) Jawa Barat

Ruangan ini berisikan foto – foto dan dokumen – dokumen bersejarah tentang
pemberontakan DI/TII ( Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia ), serta lukisan
– lukisan kekejaman para pemberontak DI/TII ( Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia )

Gambar 3.22 Isi dari Ruangan Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara

Islam Indonesia) Jawa Barat


Sumber : Dokumen Pribadi

 Ruangan 6 Penumpasan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia)


Ruangan ini berisikan foto – foto korban tewas dari para pemberontak
DI/TII yang tewas selama peperangan berlangsung dengan pasukan satuan
divisi siliwangi. Di ruangan ini pula terdapat foto pemimpin pasukan
pemberontak DI/TII yaitu Kartosuwiryo yang telah tewas. Selain foto – foto
di ruangan ini juga terdapat sebuah diorama yang menceritakan pasukan dua
orang pasukan dari gerombolan pemberontak yang merencanakan
peracunan.

Gambar 3.23 Isi dari Ruangan Penumpasan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia)

Sumber : Dokumen Pribadi

 Ruangan 7 Lambang – Lambang Satuan Divisi Siliwangi



Ruangan ini berisikan lambang – lambang satuan divisi Siliwangi yang
berupa bendera dari beragam satuannya.

Gambar 3.24 Isi dari ruangan Lambang – Lambang

Satuan Divisi Siliwangi


Sumber : Dokumen Pribadi

 Ruangan 8 Pemberontakan APRA – RMS di Sulawesi Selatan



Ruangan ini berisikan foto – foto, dokumen bersejerah tentang peristiwa
pemberontakan dari APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) yang mau
melancarkan kudeta terhadap satuan divisi Siliwangi. Pemberontakan
tersebut dipimpin oleh Reymond Westerling. Sedangkan kelompok
pemberontak RMS ( Republik Maluku Selatan ) dipimpin oleh Christian
Robert Steven Soumokil yang menginginkan maluku merdeka dan lepas dari
NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ).
Gambar 3.25 Isi dari ruangan Pemberontakan APRA – RMS di Sulawesi Selatan

Sumber : Dokumen Pribadi

 Ruangan 9 Penumpasan G.30 S PKI & Tugas Internasional 1965 – 1974


Ruangan ini berisikan dokumen dan foto tentang penumpasan gerakan
pemberontak PKI ( partai komunis Indonesia ). Selain foto dan dokumen di
ruangan ini terdapat sebuah gambar ilustrasi dari perubahan seragam pasukan
militer indonesia dari jaman dahulu sampai sekarang.

Gambar 3.26 Isi dari ruangan Penumpasan G.30 S PKI & Tugas Internasional

Sumber : Dokumen Pribadi

 Ruangan 10 Operasi Seroja Timor – Timur



Ruangan ini berisikan senjata laras panjang dan bendera Portugis, serta
beberapa lirik lagu yang sering dinyanyikan pasukan Siliwangi untuk
membangun semangat juang. Selain itudi ruangan ini juga terdapat foto dan
dokumen – dokumen.
Gambar 3.27 Isi dari ruangan Operasi Seroja Timor – Timur

Sumber : Dokumen Pribadi

 Ruangan 11 Mantan – Mantan Panglima Divsi Siliwangi



Ruangan ini berisikan foto – foto para panglima divisi Siliwangi yang
menjabat sebagai petinggi militer di Indonesia dari foto petinggi militer yang
mendirikan museum Mandala Wangsit Siliwangi, sampai foto petinggi
militer sekarang.

Gambar 3.27 Isi dari ruangan Mantan – Mantan Panglima Divsi Siliwangi

Sumber : Dokumen Pribadi

3.6 Renovasi dan Perubahan Struktur

Gambar 3.28 Gedung Museum Mandala Wangsit pada zaman dahulu


Gambar 3.29 Gedung Museum Mandala Wangsit saat ini

Tidak banyak perubahan bentuk dan struktur yang terjadi di Museum Mandala
Wangsit Siliwangi ini, bentuk gedung museum ini masih mempertahankan bentuk
aslinya pada saat itu, alasannya adalah karena pengurus Museum Mandala Wangsit
Siliwangi ini ingin mempertahankan bentuk aslinya agar sejarah di gedung ini tidak
pudar dan saat pengunjung datang ke museum ini masih dapat merasakan suasana
zaman dahulu sehingga fungsi museum ini sebagai museum sejarah perjuangan
Bangsa Indonesia masih dapat dirasakan ketika berkunjung ke museum ini.
Perubahan yang terjadi di Museum Mandala Wangsit ini hanyalah pada material
pendukung dari museum ini, seperti perubahan pada kusen pintu dan kusen jendela
yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman, karena kondisi pintu dan jendela nya
yang sudah termakan zaman. Perubahan yang terjadi di museum juga pada bagian
dinding nya, bagian dinding pada museum ini sering berjamur karena kondisinya
yang lembab, sehingga perawatan dilakukan dengan pengecatan ulang dinding yang
ada di museum tersebut agar jamur berkurang. Kelembaban ini juga dikarenakan
kondisi atap gedung museum ini yang berupa tenda sehingga intensitas cahaya yang
masuk ke dalam museum tidak terlalu banyak.
Selain itu, pada area museum ini, banyak dibangun infrastruktur pendukung
baru untuk keperluan fasilitas umum museum ini seperti masjid, pos satpam, kantor
dan minimarket, hal ini dilakukan untuk mendukung fungsi museum ini sebagai
fasilitas umum yang dapat digunakan masyarakat umum.
3.7 Operasional Objek

3.7.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi mencerminkan distribusi tanggung jawab, otorisasi dan


akuntabilitas seluruh organisasi di Museum Mandala Wangsit Siliwangi.
Struktur organisasi ada kalanya dibentuk atas dasar tujuan dari organisasi pada
Museum Mandala Wangsit Siliwangi, sebab struktur organisasi itu adalah cara
masing-masing organisasi dalam mengatur dirinya untuk dapat mencapai tujuan
yang telah disepakati dan yang ingin dicapainya.
Adapun susunan struktur organisasi dan tata kerja UPT. Museum Mandala
Wangsit Siluwangi adalah sebagai berikut :

Suatu organisasi pengelola suatu badan maupun instansi membutuhkan suatu


bagan atau struktur yang memuat perincian tugas dan wewenang masing-masing
fungsi yang ada di dalamnya. Semua itu bertujuan untuk mempermudah dalam
pencapaian tujuan kinerja dan pertanggungjawaban. Oleh karena itu, masing-
masing bagian dalam Unit Pelaksana Teknis Museum Mandala Wangsit
Siliwangi memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :
1. Penata Museum
Museum Mandala Wangsit Siliwangi merupakan bagian yang secara
langsung dapat diakses oleh masyarakat luas, selain itu museum ini pun
menjadi media pembelajaran bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu,
Kelompok Penata Museum selain harus memelihara dan menata koleksi-
koleksi museum yang telah ada namun juga melakukan pengembangan
peragaan koleksi museum agar pengunjung yang datang ke museum ini dapat
secara langsung merasakan atmosfer dari sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia pada masa lampau.
Kelompok Penata Museum mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan dan evaluasi rencana kerja, program pengelolaan koleksi museum,
pengelolaan peragaan koleksi museum dan kerjasama serta pelayanan jasa
pemuseuman. Susunan Kelompok Kerja pada Kelompok Penata Museum
adalah sebagai berikut :
1. Kelompok Kerja Pengembangan Koleksi Museum
2. Kelompok Kerja Publikasi

2. Tur Pemandu Museum


Kelompok Tur Pemandu Museum ini memiliki tugas sebagai pemandu saat
adanya rombongan kunjungan dari suatu instansi maupun dari suatu sekolah
dan sebagai pengarah saat melakukan tour di Museum Mandala Wangsit
Siliwangi. Kelompok Tur Pemandu Museum bertanggungjawab dalam
mendampingi setiap pengunjung yang masuk utnuk dapat menjelaskan
terkait koleksi-koleksi yang berada di museum agar pengunjung dapat
mengerti dan dapat terbawa alur sejarah yang ada di Museum Mandala
Wangsit Siliwangi. Kelompok Tur Pemandu Museum ini pun yang
memberikan materi-materi terkait hal-hal yang ada di dalam museum serta
sejarah yang diceritakan secara implisit di dalam ruang pameran museum.
Kelompok Tur Pemandu Museum ini selain harus mendampingi dan
memberikan informasi terkait hal-hal yang ada di dalam museum kepada
pengunjung juga melaksanakan tugas sebagai pemberi informasi sejarah
kepada pengunjung sesuai dengan tingkat pendidikannya agar elemen-
elemen tertentu dalam masyarakat dapat mengerti alur sejarah yang ada di
museum tersebut sesuai dengan tingkat pengetahuannya.

3. Baur Pameran
Kelompok Baur Pameran ini bertugas untuk mempersiapkan konsep dan tata
letak pameran yang baik, seperti mengatur tata ruang pameran, menghias
ruang pameran juga bertugas mengatur denah dan penempatan karya yang
dipamerkan. Dalam penataan ruang pameran ini, kelompok baur pameran
perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengaturan benda-benda yang dipajang tergantung ruangan berupa
lukisan
2. Penataan benda-benda untuk mengarahkan pengunjung agar dapat
berkonsentrasi saat melihat hasil koleksi
3. Pemberian hiasan dekorasi ruangan diharapkan tidak berlebihan sehingga
menggangu pengunjung
4. Pengaturan jalan masuk dalam ruangan dengan keinginan karya mana
yang diharapkan dilihat pertama kali dan karya mana yang dilihat terakhir
kali

4. Turharwa Tkol
Turharwa Tkol ini dapat dibilang sebagai kelompok kesekretariatan, yang
bertugas dalam pembuatan dokumen tertulis seperti surat-menyurat,
penyusunan proposal kegiatan, dan mencatat segala sesuatu hal yang terjadi
yang berhubungan dengan Museum Mandala Wangsit Siliwangi.

3.7.2 Aspek Kegiatan Perusahaan


Aspek kegiatan yang dilakukan pada Unit Pelaksana Teknis Museum Mandala
Wangsit Siliwangi ini hampir sama halnya dengan fungsi dari instansi-instansi
yang berada di abwah Dinas Kebudayaan. Kegiatan yang menjadi program di
Unit Pelaksana Teknis Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah
merencanakan dan memprogram pengembangan arsip kebudayaan daerah dalam
bidang kebudayaan sejarah, konservasi, peragaan dan publikasi koleksi sejarah.
Setelah adanya perencanaan dan pemrograman dari semua itu maka kegiatan
selanjutnya adalah pelaksanaan pengembangan. Setelah kegiatan penelitian dan
pengembangan, maka akan dilakukan evaluasi dari pelaksanaan, rencana dan
program sebelumnya.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Sketsa tampak luar Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini adalah sebagai
berikut :

2. Sketsa salah satu ruangan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi yaitu ruangan
4 adalah sebagai berikut :

3. Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini berada di Jalan Lembong No. 38,
Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Sesuai dengan nilai guna
nya pada zaman dahulu, museum ini berada di jantung Kota Bandung, dekat
dengan Balai Kota Bandung yang hanya berjarak 2,5 km yang membuat lokasi
museum ini sangat strategis di tengah pusat kota Bandung.
4. Pada saat ini, Museum Mandala Wangsit Siliwangi digunakan sebagai fasilitas
umum khususnya museum yang digunakan sebagai media pembelajaran untuk
masyarakat umum di sekitar Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini.
5. Kegiatan yang menjadi program di Unit Pelaksana Teknis Museum Mandala
Wangsit Siliwangi adalah merencanakan dan memprogram pengembangan
arsip kebudayaan daerah dalam bidang kebudayaan sejarah, konservasi,
peragaan dan publikasi koleksi sejarah.

4.2 Pelajaran yang Didapat


Museum merupakan fasilitas umum yang digunakan sebagai media pembelajaran
dan media informasi bagi masyarakat sekitar. Namun, nilai fungsi dari museum ini
sebagai fasilitas umum semakin tergerus oleh perkembangan jaman, tidak banyak
masyarakat yang berusaha memperoleh informasi dan pembelajaran untuk
didapatkan dari museum ini, terlihat dari jumlah pengunjung museum yang semakin
menurun setiap tahunnya. Museum pun tidak lagi dianggap sebagai fasilitas umum
yang eksistensinya krusial di tengah masyarakat sehingga kepedulian masyarakat
akan keberlanjutan dan perawatan terhadap museum ini masih rendah. Sebagai
salah satu fasilitas umum yang keberadaannya krusial di masyarakat dan dengan
melihat sejarah dibentuknya museum ini, sudah seharusnya kita berusaha untuk
dapat membangkitkan kembali eksistensi museum di tengah tantangan global.
LAMPIRAN
Koleksi di Dalam Ruangan Museum Mandala Wangsit Siliwangi

RUANGAN 1

Di ruangan ini terdapat benda – benda pamer berupa senjata tajam tradisional,
lukisan yang menggambarkan peristiwa – peristiwa kemerdekaan, bedug dan
kokol yang dijadikan sebagai alat pemberi tahu informasi serta jubah kurung
yang dipakai oleh Kyai Agung Caringin.

Bedug Simawarame yang digunakan oleh para anggota perwira Siliwangi pada
zaman dahulu.

Beberapa isi dari senjata yang digunakan pada masa pemberontakan Angkatan
Perang Ratu Adil (APRA) pada zaman dahulu.
Senjata tradisional yang digunakan oleh masyarakat pada zaman dahulu.

Baju tradisional yang digunakan oleh masyarakat pada zaman dahulu.

Beberapa perkakas dan senjata yang digunakan masyarakat pada zaman dahulu.
Perkakas yang digunakan masyarakat pada zaman dahulu

RUANGAN 2

Ruangan ini berisikan diorama, sebuah bendera merah putih, lukisan detik –
detik proklamasi dan meja beserta kursi, teko teh, dan gelas yang digunakan oleh
para proklamator untuk merundingkan dan menyusun teks proklamasi.
RUANGAN 3

Ruangan ini berisikan lukisan – lukisan peristiwa yang terjadi di Bandung salah
satu dari peristiwa tersebut yaitu peristiwa Bandung Lautan Api yang dimana
kota Bandung merah membara dengan aksi pembakaran yang disengaja oleh
warga kota Bandung. Selain dari lukisan di ruangan ini terdapat pula alat
komunikasi berupa sebuah telepon dan telegram.
RUANGAN 4

Ruangan ini berisikan senjata – senjata api berjenis senjata berat, senjata laras
panjang dan senjata laras pendek yang diperoleh dari hasil rampasan perang dari
para penjajah. Selain dari senjata api di ruangan ini terdapat sebuah peta long
march pasukan Divisi Siliwangi 1 menuju Yogyakarta dengan berjalan kaki
serta lukisan perang kemerdekaan dan lukisan Bung Karno.
RUANGAN 5

Ruangan ini berisikan foto – foto dan dokumen – dokumen bersejarah tentang
pemberontakan DI/TII ( Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia ), serta lukisan
– lukisan kekejaman para pemberontak DI/TII ( Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia )

RUANGAN 6

Ruangan ini berisikan foto – foto korban tewas dari para pemberontak DI/TII
yang tewas selama peperangan berlangsung dengan pasukan satuan divisi
siliwangi. Di ruangan ini pula terdapat foto pemimpin pasukan pemberontak
DI/TII yaitu Kartosuwiryo yang telah tewas. Selain foto – foto di ruangan ini
juga terdapat sebuah diorama yang menceritakan pasukan dua orang pasukan
dari gerombolan pemberontak yang merencanakan peracunan.
Ruangan 7

Ruangan ini berisikan lambang – lambang satuan divisi Siliwangi yang


berupa bendera dari beragam satuannya.

RUANGAN 8

Ruangan ini berisikan foto – foto, dokumen bersejerah tentang peristiwa


pemberontakan dari APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) yang mau
melancarkan kudeta terhadap satuan divisi Siliwangi. Pemberontakan
tersebut dipimpin oleh Reymond Westerling. Sedangkan kelompok
pemberontak RMS ( Republik Maluku Selatan ) dipimpin oleh Christian
Robert Steven Soumokil yang menginginkan maluku merdeka dan lepas dari
NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ).

RUANGAN 9

Ruangan ini berisikan dokumen dan foto tentang penumpasan gerakan


pemberontak PKI ( partai komunis Indonesia ). Selain foto dan dokumen di
ruangan ini terdapat sebuah gambar ilustrasi dari perubahan seragam pasukan
militer indonesia dari jaman dahulu sampai sekarang.
RUANGAN 10

Ruangan ini berisikan senjata laras panjang dan bendera Portugis, serta
beberapa lirik lagu yang sering dinyanyikan pasukan Siliwangi untuk
membangun semangat juang. Selain itudi ruangan ini juga terdapat foto dan
dokumen – dokumen.

RUANGAN 11

Ruangan ini berisikan foto – foto para panglima divisi Siliwangi yang
menjabat sebagai petinggi militer di Indonesia dari foto petinggi militer yang
mendirikan museum Mandala Wangsit Siliwangi, sampai foto petinggi
militer sekarang.
Sebagian Benda Koleksi yang berada diluar Museum

Selain benda koleksi yang berada didalam ruangan, museum Mandala Wangsit
Siliwangi juga menyimpan sebagian benda koleksi yang berukuran besar yang tidak
memungkinkan untuk diletakan didalam ruangan museum. Berikut benda koleksi
museum Mandala Wangsit Siliwangi yang tersimpan dengan baik di luar ruangan
museum :

Meriam ini digunakan saat memerangi para pemberontak gerombolan

Kartosuwiryo yang berada di Indonesia yang ingin mendirikan Negara Islam di


Indonesia yang ajarannya melenceng dan bertentangan dari kaidah Islam. Meriam
ini disumbangkan oleh PUS ARHANUD.

Mayor Adolf Lembong adalah seorang tokoh prajurit yang gugur di area sekitaran
museum Mandala Wangsit Siliwangi yang tewas terbunuh oleh pasukan APRA
(angkatan perang ratu adil) yang ingin melakukan kudeta.
Tank ini digunakan untuk memerangi pemberontak yang berada di Indonesia. Tank
ini sumbangan dari PUS kavelari TNI AD.

Monumen ini dibangun untuk menghormati jasa-jasa para tentara yang telah gugur
di medan pertempuran saat menumpas para pemberontak yang berada di Indonesia.

Mobil berjenis mini van pabrikan Chevrolet ini digunakan oleh rumah sakit
Majalaya untuk membantu korban keganasan gerombolan Kartusuwiryo.

Anda mungkin juga menyukai