Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perjalanan sejarah dan budaya tentunya tidak akan hilang dengan yang
namanya kehidupan masyarakat. Keduanya terus berdampingan menjadi nilai
terpenting untuk melihat masa lampau sebagai cerminan untuk peradaban di
masa mendatang. Untuk terus menghidupkan kembali nilai – nilai sejarah dan
budaya Kabupaten Tulungagung tentunya dibutuhkan sebuah tempat yang
mampu menyimpan segala koleksi perkembangan sejarah yang tiap hari
ditemukan.
Meski, Kabupaten Tulunggagung sudah memiliki museum yang menjadi
pusat penyimpanan penemuan – penemuan barunya, tentu museum tersebut
belumlah mampu mendukung adanya banyak perkembangan dan belum bisa
menjadi sebuah museum yang memiliki fungsi kegiatan yang mewadahi.
Museum tersebut dikenal dengan nama museum Wajakensi, museum daerah
yang terletak di Desa Boyolongu, kecamatan Tulungagung Kabupaten
Tulungagung, Jawa timur ini memiliki ukuran bangunan 8 x 15 m yang berada
di atas tanah seluas 5.706m2. Museum yang berdiri pada akhir tahun 1996 ini
menjadi bangunan yang menampung dan menyimpan sekitar 247 koleksi yang
terdiri atas 133 koleksi etnografis seperti mainan anak – anak, alat pertanian,
perikanan zaman sejarah atau kuno dan 11 koleksi arkeologi yang terdiri dari
arca, batu candi, prasasti dan sebagainya. Karena keterbatasan ruang ada
beberapa koleksi yang terpaksa ditempatkan diluar bangunan, hingga peluasan
bangunan tersebut selesai (Nurul Mahmudi 2017).
Perancangan Arsitektur Museum Sejarah dan Budaya Kabupaten
Tulungagung menjadi salah satu bentuk respon terhadap latar belakang di atas
dan issu yang ada. Melakukan pendekatan budaya lokal setempat menggunakan
tema tradisional jawa yang tentunya dikemas dalam bingkai modern akan
mampu menampilkan sejarah dan budaya pada waktu dan era modern yang terus
dilewati.

1
1.2. Tujuan Perancangan
Penemuan arkeolog di Kabupaten Tulungagung sering kali dijumpai. Dari
hal tersebut yang menjadikan museum sebelumnya tidak mampu menyimpan
koleksi dan barang baru hingga di letakkan di luar. Dari hal tersebut tujuan dari
perancangan ini untuk memperluas dan menjadikan museum sesuai fungsi
aktifitas kegiatan pada umumnya. Selain itu menjadikan tempat yang mampu
menyimpan ragam sejarah dan budaya yang ada di Tulungagung, agar tersimpan
dan terabadikan untuk bahan pembelajaran di masa mendatang.
1.3. Lokasi

Kab. Tulungagung

Gambar 1.1. Peta Kabupaten Tulungagung


Sumber : Internet, Google Map

Lokasi perancangan terletak di Jl. Ki Mangung Sarkoro 21-29. Lokasi tapak


strategis dimana jalan raya tersebut tehubung secara langsung dengan pusat kota
Kabupaten Tulungagung. Selain itu jalan raya terhubung dari masing – masing pintu
masuk Kabupaten. Begitu juga area wilayah tapak berada di pusat pendidikan
terbesar di Tulungagung mulai dari SD hingga SMA/MA/SMK/Universitas.
Secara geografis batasan wilayah Kabupaten Tulungagung secara
administrative sebagai berikut :

Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Utara Sebelah Utara

Kediri & Samudra Hindia Trenggalek &


Kab. Blitar
Nganjuk Ponorogo

2
(A) Sebelumnya lokasi museum
Wajakensis Kab. Tulungagung
berada di Jl. Raya Boyolangu no.4
gedang Sewu Kec Boyolongu
Kab. Tulungagung Jawa Timur
(C) 66235.

(B) Kemudian pengembangan ini


dilakukan dengan perluasan lahan
untuk memenuhi kapasitas
kebutuhan fungsi kegiatan di
dalam Museum.

Pengembangan ini
mengakibatkan perpindahan
tapak sebelumnya yang tidak
(B) mewadahi dengan pemiliki dan
analis tapak yang berada
(A) disebelahnya.

Gambar 1.2. Foto Udara Makro Wilayah Site


Sumber : Internet, Google Map

(C) Lokasi tapak terhubung secara langsung dengan jalur menuju pusat kota.
Sehingga menjadikan lokasi tapak tersebut memiliki akses jalur utama.
1.4. Tema
Arsitektur Tradisional merupakan bentukan arsitektur yang diturunkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Arsitektur Tradisional mengandung unsur
tradisi masyarakat yang lebih dari sekedar tradisi membangun secara fisik. Karena
masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi konsesi dalam hidup
bersama. Menurut Amos Rapoport (1960)

Hal ini arsitektur tradisional juga mengedepankan nilai – nilai kehidupan yang
terkadung sepertihalnya hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam
semesta dan manusia dengan manusia itu sendiri sebagai mahkluk yang dianugrahi
kekuatan berfikir yang tinggi dalam membangun beradapan social.

3
Artinya masyarakat tradisional menjaga banyak hal dalam penerapan
pembangunan yang mengambarkan isi dari semua hal – hal yang dilakukan dalam
kehidupan sehari – hari.

1.5. Rumusan Masalah


Dalam perancangan ini berasal dari permasalahan - permasalahan yang di
ambil berdasarkan studi literatur dari artikel dan berita – berita terkait. Rumusan
masalah menjadikan sebuah tahapan perancangan untuk memberikan sebuah solusi
dan pemikiran baru dalam penerapan desain arsitektur yang mewujudkan segala
solusi yang ada. Permasalahan di rumuskan sebagai berikut :

a. Judul

Perancangan arsitektur museum sejarah dan budaya Kab. Tulungagung


adalah perwujutan dari simbol - simbol sejarah maupun budaya yang hidup
di dalam perancangan sebagai media pengenalan untuk manusia modern yang
akan datang. Meski peradapan ini terus dibangun dengan teknologi yang
canggih, begitu juga tidak banyak orang yang memperhatikan akan
pentingnya nilai – nilai sejarah dan budaya yang ada. Dan bahkan sebuah
museum hanya digunakan sebatas tempat penyimpanan. Judul perancangan
ini menjadi rumusan masalah yang ada di Tulungagung untuk meningkatkan
rasa keterpedulihan terhadap nilai – nilai sejarah dan budaya yang terus untuk
dipelajari.

b. Lokasi/Tapak

Tapak museum Kab. Tulungagung seluas 5.706m2 sedangkan bangunan


yang berdiri berukuran 8 x 15 m. Hal tersebut menjadikan sebuah permasalah
yang menjadikan penemuan – penemuan baru tidak muat untuk di masukan
kedalam bangunan. Sehingga terpaksa di tempatkan di luar bangunan. Dari
situ tentunya untuk menciptakan sebuah aktifitas pengunjung museum
memiliki kapasitas kegiatan yang sangat minim karena sirkulasi di dalam
bangunanpun sangatlah sempit. Yang meletarbelakangi perluasan lahan
adalah permasalah – permasalah tersebut. Karena museum membutuhkan

4
kapasitas mewadahi sebagai tempat penyimpanan sekaligus tempat
wisatawan atau tempat – tempat edukasi lainya.

c. Tema

Tema tradisonal menjadikan sebuah rumusan berdasarkan permasalah di


mana perkembangan arsitektur di Kab. Tulungagung adalah minimalis.
Sedangkan arsitetur yang khas dari Jawapun mulai tergusur bergantian
dengan desain bangunan yang terus berkembang. Sehingga museum menjadi
sarana penting untuk mengenalkan dari warisan leluhur masyarakat Jawa
khususnya Kabupaten Tulungagung. Hal ini akan menjadi bukti sejarah agar
manusia modern yang akan datang tetap bisa mengenal dan mempelajari
mahakarya dari leluhur yang memiliki nilai filosofis yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai