Museum Majapahit
di Trowulan, Kabupaten Mojokerto
Jonathan dan Andhi Wijaya
Program Studi Arsitektur, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: gerasimosjonathan5@gmail.com; andhy@petra.ac.id
Gambar. 1. Perspektif eksterior (man-eye view) Museum Majapahit di Trowulan, Kabupaten Mojokerto
ABSTRAK
Trowulan merupakan properti cagar budaya yang Kata Kunci: Museum , Majapahit, Trowulan,
berasal dari Majapahit. Akan tetapi, stagnasi dalam Mojokerto, Cagar Budaya, ruang sosial dan ekonomi
perkembangan terjadi pada kawasan cagar budaya.
Desain Museum Majapahit di Trowulan, Kabupaten PENDAHULUAN
Mojokerto merupakan fasilitas untuk
A. Latar Belakang
mempresentasikan kembali kota Majapahit yang
berintegrasi dengan budaya setempat dan benda
cagar budaya yang ada. Dari hal tersebut maka
K akawin Nagarakertagama, mencatat mengenai
wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. dari
catatan tersebut, peradaban Majapahit merupakan
masalah desain utama adalah bagaimana
gambaran Indonesia yang sekarang. Dengan melihat
menciptakan kualitas ruang yang mempresentasikan
unsur-unsur yang terkandung pada Indonesia
suasana Kota Majapahit di masanya. Selain itu, untuk
merupakan hasil dari kebudayaan dan segala catatan
merespon kebutuhan lingkungan sekitar, bagaimana
mengenai peradaban Majapahit. Trowulan merupakan
membentuk ruang sosial dan ekonomi bagi
sebuah daerah yang disinyalir sebagai pusat dari
masyarakat sekitar dan pengunjung.
Ibukota Majapahit. Hal tersebut dibuktikan oleh
Desain museum ini berusaha untuk
berbagai peninggalan yang tersebar di Kawasan
mengintegrasikan antara presentasi informasi dari
Trowulan. Peninggalan, tersebut dapat berupa candi
objek dan budaya Trowulan. Relief-relief dan benda
maupun artefak-artefak yang ada. Selain, peninggalan
cagar budaya yang ada dalam penataan Kota
berupa peninggalan fisik, ada juga peninggalan
Majapahit dan bentuk bangunan menjadi pola
berupa non fisik yang menjadi kebudayaan unik bagi
penataan massa bangunan dengan disesuaikan
Kawasan Trowulan. penemuan berupa artefak-artefak
dengan fungsinya. Fasilitas berupa ruang museum
diperlukannya ruang untuk menyimpan, merawat dan
dan ruang Budaya Trowulan. dengan membentuk
mempresentasikan berbagai artefak yang telah
plaza (alun-alun pada masa Majapahit) sebagai ruang
ditemuka. Maka dibangunnya Pusat Informasi
titik temu dari ruang museum (bangunan inti) dan
Majapahit, (gambar 1.1.)
Budaya Trowulan.
JURNAL eDIMENSI ARSITEKTUR Vol. VII, No. 1, (2019), 1009-1016 1010
Kolam
Segaran
tapak
Pusat Informasi
Majapahit
Gambar 1. 1. Pusat Informasi Majapahit Lokasi tapak terletak di Jalan Pendopo Agung,
Kec. Trowulan, Kab. Mojokerto, dan berupa lahan
Namun, Pusat Informasi Majapahit kini sudah mulai kosong. Tapak berada tepat di seberang dari Pusat
kekurangan ruang untuk menyimpan, merawat dan Informasi Majapahit dan dihimpit oleh Situs Cagar
mempresentasikan berbagai artefak dan informasi Budaya berupa Kolam Segaran. Selain hal itu, tapak
mengenai Kerajaan Majapahit. Sehingga, banyak berada di pusat dari pesebaran Cagar Budaya berupa
artefak-artefak yang ada tidak terawat dengan baik candi-candi yang tersebar di Trowulan. Sehingga,
dan tidak menarik secara visual. Karena hal tersebut tapak diharapkan dapat menjadi pusat bagi penataan
informasi sejarah yang terkandung dalam artefak wisata sejarah dari Kawasan Trowulan.
tersebut tidak tersampaikan secara utuh dan menarik
pada para pengunjung.
Maka dari itu untuk membantu penyimpanan,
perawatan dan mempresentasikan artefak yang telah
terkumpul di Pusat Informasi Majapahit, dibutuhkan
sebuah fasilitas yang dapat memberikan nilai lebih
terhadap penyimpanan, perawatan dan presentasi.
Hal tersebut juga dikarenakan, museum adalah
tempat yang penting, agar generasi-generasi
selanjutnya tidak lupa dengan sejarah hal penting
yang telah terjadi (Sutama, 2017). Sehingga, hal ini
diharapkan dapat menjadi fasilitas pendukung bagi
kawasan Trowulan, agar kawasan Trowulan yang
disinyalir sebagai Ibukota Majapahit dapat
berkembang secara nilai sejarah yang dimilikinya.
Museum Majapahit ini tidak hanya menjadi tempat
untuk mempresentasikan artefak secara menarik dan
runtut sesuai sejarah yang ada. Namun, juga akan
Gambar 1. 3. Lokasi tapak eksisting.
mempresentasikan peninggalan yang berupa budaya,
yang menjadi budaya tersendiri bagi Trowulan. Data Tapak
Nama jalan : Jl. Pendopo Agung
B. Rumusan Masalah Status lahan : Tanah kosong
2
Rumusan masalah yang diangkat dalam desain Luas lahan : 15.882 m
arsitektur ini adalah bagaimana membentuk fasilitas Tata guna lahan : Zona Penyangga,
yang dapat merepresentasikan Kota Majapahit pada (zona untuk melindungi dan mendukung zona inti
pengunjung melalui pengalaman ruang dan visual. (Cagar Budaya) disekitarnya.
Garis sepadan bangunan (GSB) : 3.5 meter
C. Tujuan Perancangan Koefisien dasar bangunan (KDB) : 78.07%
Tujuan perancangan proyek ini adalah untuk Koefisien dasar hijau (KDH) : 21.93%
mempresentasikan mengenai Kerajaan Majapahit Koefisien luas bangunan (KLB) : 1.5
melalui representasi Kota Majapahit di masanya yang (Sumber: BPCB Jawa Timur)
JURNAL eDIMENSI ARSITEKTUR Vol. VII, No. 1, (2019), 1009-1016 1011
DESAIN BANGUNAN
A. Arsitektur Majapahit
Menurut Tjahja Tribinuka (2014), menyatakan
bahwa arsitektur Kerajaan Majapahit telah tergerus
oleh Arsitektur Mataram dan Kolonial. Melihat relief
pada candi Kerajaan Majapahit dan peninggalan fisik
yang tersisa, maka didapatkan gambaran arsitektur
kuno yang saat ini suda tidak ada di Jawa Timur. Dari
pernyataan tersebut, segala hal peninggalan baik,
artefak, relief, candi maupun gambaran yang relevan
terhadap Kerajaan Majapahit menjadi dasar dalam
proses desain Museum Majapahit ini.
Diagram konsep transformasi bentuk, Museum tersebut membentuk ruang yang dimafaatkan sebagai
(Gambar 2.3.), memiliki konteks utama pada bentukan gerbang masuk.
candi yang berundak dan memuncak, dan hal itu
diterapkan pada bentukan massa museum sebagai C. Perancangan Tapak dan Bangunan
bangunan inti dalam kawasan Museum Majapahit.
Dibagian selatan dari Kawasan Museum memiliki
konteks bentukan massa yang mengambil dari
Dengan melihat pada tampak keseluruhan (Gambar Setelah memiliki daerah kekuasaan untuk dijadikan
2.8). Massa bangunan memiliki hirarki yang sebagai pusat kepemenrintahan. Kerajaan Majapahit
memuncak pada bagian selatan ( museum ), sebagai melakukan invasi keberbagai daerah untuk
bangunan utama dari kawasan Museum Majapahit. mendapatkan daerah kekuasaan lainnya, sehingga
selainhal tersebut adanya juga transformasi ukuran Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan yang besar.
massa bangunan yang sesuai secara skala bila Untuk mencapai hal tersebut, Kerajaan Majapahit
dibandingkan dengan artefak maupun candi yang melakukan invasi secara perang keberbagai daerah.
menjadi sumber utama dalam proses desain. Melihat dari penjelasan yang ada, maka pada
perspektif ruang awal kerajaan (perang) (Gambar
D. Pendalaman Desain 2.13). Ruang didesain dengan menunjukan kesan
Pendalaman yang digunakan adalah karakter ruang. yang sempit dengan membentuk ruang yang kecil
Hal tersebut bertujuan agar implementasi desain dari pada sirkulasi dan juga bidang dinding yang tidak
suasana dari Kerajaan Majapahit dapat tercapai. beratur pada kemiringannya.
Sehingga, pengunjung dapat menerima informasi
mengenai Kerajaan Majapahit secara utuh dan
menarik. Pada pendalaman desain ini, ruang dibagi
menjadi beberapa ruang inti yang berperan sebagai
fokus utama untuk merepresentasikan mengenai
kehidupan di Masa Kerajaan Majapahit.
Gambar 2.23. Perspektif Ruang Kriya Gambar 2.25. Sturktur susunan bata merah
JURNAL eDIMENSI ARSITEKTUR Vol. VII, No. 1, (2019), 1009-1016 1016
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA