Anda di halaman 1dari 8

LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

MUSEUM BENTENG “VAN DEN BOSCH”


DI NGAWI DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN “ADAPTIVE REUSE”

DISUSUN OLEH:
JUN DAMAR WULAN P.P
130114933

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGABSAHAN

LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

MUSEUM BENTENG “VAN DEN BOSCH DI NGAWI”


DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE REUSE

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Jun Damar Wulan Purnomosari Paulus


NPM: 130114933

Telah diperiksa dan dievaluasi dan dinyatakan lulus dalam penyusunan


Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
pada Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik – Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Yogyakarta, xx xxxxxxxx xxxx

Dosen Pembimbing

Sushardjanti Felasari, S.T., M.Sc., CAED., P.hD.

Ketua Program Studi Arsitektur

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
MUSEUM BENTENG VAN DEN BOSCH DI NGAWI
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE REUSE

Jun Damar Wulan Purnomosari Paulus


Mahasiswa Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta 1
E-mail : Jundamar28@gmail.com

Abstract: Speech intelligibility, which is a function of reverberation time (RT60), is a


primary criterion to design acoustic of an auditorium. Optimum RT60 (0,5-1,0 s) in a
diffuse auditorium is determined by the absorption and the room geometry. This paper
describes Ecotect as a computational simulation program that is supportive in deciding the
position and area of absorption material in the auditorium. Calculations based on
statistical reverberation and existing acoustic particles methods are sufficient for the
approach of room acoustic design. Final test results by statistical reverberation and
existing acoustic particles methods which have been calibrated.

Keywords: absorption coefficient, computer simulation, geometry factor, reverberation


time………… (Bahasa Inggris, Arial 10 pt, italic)

Abstract: Keberadaan bangunan bersejarah disuatu kota merupakan salah satu bukti
penting tentang adanya sebuah historikal yang pernah terjadi. Tidak jarang, kehadiran
bangunan cagar budanya merupakan sebuah tolak ukur dalam mepelajari dan menilai
kota-kota tersebut. Benteng Van Den Bosch mempunyai sejarah dan kebudayaan yang
sangat kuat terhadap perkembangan kota Ngawi yang patut dilestarikan. Sehingga
keberadaan Benteng Van Den Bosch harus terus dilestarikan. Dibutuhkan sebuah wadah
yang berfungsi untuk melindungi dan melestarikan bangunan heritage, serta mengenalkan
aspek edukasi bagi masyarakat. Upaya konservasi berupa adaptive reuse dengan mengalih
fungsikan benteng menjadi sebuah museum diperkirakan akan dapat menambah nilai
eksistensi bangunan dari segi sejarah, budaya, sosial maupun ekonomi.
Konsep yang digunakan adalah konsep adaptive reuse dengan menerapkan lima kriteria
perancangan yaitu : Wraps, Weavings, Juxtapositions, Parasites, dan Insertions. Strategi
desain perenanaan dan perancangan yang dilakukan merupakan suatu langkah konservasi
terhadapap bangunan dan kawasan Benteng Van Den Bosch

Kata kunci: Benteng Van Den Bosch, Pelestarian, Konservasi, Adaptive reuse.
PENDAHULUAN ini sempat dijadikan sebagai benteng
Latar Belakang Pengadaan Proyek pertahanan Jepang di tahun 1942-1945.
(Rosikin dan Hartono 2016:44) Dua tahun
Keberadaan bangunan cagar budaya setelah Indonesia merdeka benteng ini kembali
merupakan salah satu bukti penting tentang digunakan sebagai markas pertahanan oleh
adanya sebuah historikal yang pernah terjadi di TNI (Batalioyon ARMED 12 KOSTRAS
suatu kota. Setiap kota-kota di dunia pasti akan Ngawi), dan sejak tahun 2011 diserahkan
menyimpan segudang sejarah, sejak mulai kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi
digagas, direncanakan hingga dibangun, karena untuk dikelolah. Pada tahun 2011 sampai saat
ini Benteng Van Den Bosch digunakan sebagai
kota selalu dinamis dari waktu ke waktu,
objek wisata oleh pemerintah Kabupaten Ngawi
sepanjang penduduk beraktivitas didalamnya. untuk menuju Ngawi sebagai kota wisata.
Hadirnya bangunan cagar budaya merupakan Upaya menjadikan Benteng Van Den
saksi sejarah sebuah perjalanan kota-kota di Bosch sebagai objek wisata tidak dibarengi
dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Banyak dengan penyediaan fasilitas yang memadai bagi
yang masih terpelihara dan digunakan secara pengunjung. Selain itu keadaan benteng yang
baik, tetapi banyak pula yang terlantar dan saat ini tidak terawat menyebabkan semakin
rusaknya kondisi eksisting benteng.
dalam keadaan rusak. Bagaimanapun
Reruntuhan-reruntuhan bangunan benteng
bangunan-banugunan tersebut ikut andil dalam semakin memudarkan tampilan benteng dan
membentuk wajah sebuah kota. sejarah di dalamnya. Selain itu kondisi benteng
Salah satu dari sekian banyak bangunan yang rapuh juga dapat membahayakan
cagar budaya yang berperan dalam cerita keselamatan pengunjung.
terbentuknya sebuah kota adalah Benteng Van Keberadaan Benteng Van Den Bosch
Den Bosch yang terletak di Kompleks Angicipi sebagai bangunan sejarah membuat para
Batalyon Armed 12 kelurahan Palem, RT/RW peneliti khususnya arkeolog melakukan
07/02, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, penelitian tentang benteng ini. Para peneliti
Jawa Timur. Benteng ini memiliki luas area mencurigai bahwa bangunan ini bisa saja
±15ha, sedangkan luas bangunan 165m x 80m. berpotensi menyimpan segudang benda pusaka
Keberadaan benteng van den bosch merupakan dan benda-benda prasejarah lainnya seperti
salah satu bukti kekuasaan bangsa belanda pada yang dipamerkan di museum Trinil. Penelitian
masa kolonialisme. yang dilakukan oleh Balai Arkeologi
Benteng Van Den Bosch didirikan pada Yogyakarta menemukan artefak berupa
rentang tahun 1837-1845 di bawah pimpinan sejumlah fragmen gerabah, fragmen logam,
Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada masa fragmen keramik asing, fragmen kaca, fragmen
kolonialisme. Benteng Van Den Bosch didirikan tulang, dan fragmen kerang. Fragmen-frakmen
delapan tahun setelah perang Diponegoro tersebut berasala dari benda-benda peralatan
berakhir, dibangun sebagai benteng pertahanan sehari-hari, kecuali fragmen tulang. (Chawari
untuk mengantisipasi serangan susulan setelah 2016). Dari temuan tersebut dapat diperkirakan
perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. bahwa selain sebagai benteng pertahanan masa
Dibangun di tempat yang sangat strategis, lalu, benteng ini juga mungkin saja sebagai
berada di antara sungai bengawan Solo tempat terjadinya aktivitas sosial bagi
(Sebelah utara) dan Bengawan Madiun penduduk sekitar Benteng Van Den Bosch.
(Sebelah Selatan), tujuannya untuk menguasai Upaya pengembangan Kabupaten Ngawi
jalur transportasi air yang saat itu digunakan sebagai kota wisata oleh pemerintah daerah
sebagai jalur transportasi utama. (Rosikin dan mulai dicanangkan sejak 12 tahun terakhir
Hartono 2016:43) Selain itu Benteng Van Den melalui Rencana Pengembangan Jangka
Bosch dibangun untuk memenuhi kebutuhan Menengah Kabupaten Ngawi pada tahun 2006-
Belanda yang berkaitan dengan masalah 2010. Peraturan daerah tentang pengembangan
ekonomi (Chawari 2016:197) karena ini berisi rencana-rencana pengembangan untuk
mengalami kerugian yang sangat besar akibat membangun Kabupaten Ngawi yang bertujuan
perang diponegoro. untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata,
Setelah masa kolonial berakhir dan pembangunan sarana prasarana transportasi,
Jepang berhasil menguasai Indonesia, benteng peningkatan ekonomi masyarakat dan
peningkatan dibidang lain.1 Pada tahun 2010- melestarikan bangunan heritage, serta
2015 kemudian dilanjutkan dalam Peraturan mengenalkan aspek edukasi bagi masyarakat.
Daerah Kabupaten Ngawi No.17 tahun 2010. Upaya konservasi berupa adaptive reuse
Pada periode ini pemerintah berupaya untuk dengan mengalih fungsikan benteng menjadi
melakukan pemugaran dan pembangunan pada sebuah museum diperkirakan akan dapat
tempat-tempat wisata melalui program Rencana menambah nilai eksistensi bangunan dari segi
Aksi Kota Pusaka (RAKP) yang sejarah, budaya, sosial maupun ekonomi.
mengutamakan pembangunan dan pemugaran Pengembangan Benteng Van Den Bosch
objek-objek wisata Kabupaten Ngawi yang menjadi sebuah museum, merupakan rencana
bertujuan untuk memaksimalkan potensi kerja Pemerintah kota Ngawi untuk
Kabupaten Ngawi.2 Melalui program tersebut, meningkatkat pariwisata daerah yang telah
munculnya isu untuk menjadikan Benteng Van dicanangkan dalam visit ngawi 2017.
Den Bosch sebagai salah satu bangunan Rencana Pemerintah daerah untuk melakukan
heritage yang akan mendapatkan perhatian pemugaran terhadap Benteng Van Den Bosch
lebih untuk dijadikan sebagai ojek wisata dan telah dicanangkan untuk menuju visit ngawi
sejarah Kabupaten Ngawi. 2017. Pemerintah akan melakukan revitalisasi
Menjadikan Benteng Van Den Bosch bangunan menjadi sebuah museum senjata yang
sebagai objek wisata sejarah merupakan salah dilengkapi ruang diorama, ruang pameran, dan
satu program pemerintah Kabupaten Ngawi ruang penunjang lainnya berupa perpustakaan,
yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten cafe dan tempat penjualan suvenir. Dalam
Ngawi No 36. Tahun 2011. Selanjutnya Dalam rencana pemugaran ini, Pemerintah akan
upaya pemugaran objek wisata Kabupaten bekerja sama dengan balai arkeologi dan balai
Ngawi, Benteng Van Den Bosch dikategorkan pelestarian cagar budaya untuk mengembalikan
sebagai bangunan cagar budaya yang harus bentuk asli dari benteng Van Den Bosch.
dilindungi dan dilestarikan sebagai sarana Rencana besar pemerintah yang diperkirakan
pendidikan dan pengetahuan yang diatur dalam akan selesai pada tahun 2020 akan memakan
Peraturan Daerah No.10 Pasal 32 Tahun 2011, biaya sebesar 150 miliar rupiah.5
yang berlaku tahun 2010-2030.3 Keberadaan museum di Indonesia pernah
dikritisi dalam sebuah penelitian. Disebutkan
Latar Belakang Permasalahan peran dan fungsi museum di Indonesai masih
belum jelas dan belum memiliki kepentingan di
Upaya pelestarian secara umum mempunyai
mata pemerintah. Museum di Indonesia
tujuan untuk memelihara dan melindungi
didirikan hanya sebagai penjaga warisan
berbagai peninggalan kesejarahan yang
budaya dan sebagai simbol dari Negara
mempunyai nilai istimewa, dan
modern.6 Selanjutnya, Pemerintah Indonesia
memanfaatkannya dengan baik untuk
belum sepenuhnya mendukung keberadaan
kebutuhan masa kini, dengan cara
museum dan belum melihat museum sebagai
memperpanjang fungsi lama atau mengadaptasi
sarana pendidikan informal, maka dari itu
bangunan terhadap fungsi baru.4 Dalam hal ini
hanya menganggap museum sebagai salah satu
keberadaan Benteng Van Den Bosch yang
institusi kebudayaan yang tidak harus selalu
mempunyai sejarah dan kebudayaan yang
diperhatikan.7 Pandangan masyarakat akan
sangat kuat terhadap perkembangan kota Ngawi
patut dilestarikan. Dibutuhkan sebuah wadah 5
Pos, Jawa. www.pressreader.com. 13 Januari 2017.
yang berfungsi untuk melindungi dan https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-
pos/20170113/281724089241968 (diakses Februari
1
Rohmah, Vivit Khasanatu. “Perkembangan 20, 2018).
Periwisata Kabupaten Ngawi Tahun 2000-2013.” 6
Yusiani, Putri Anne. “Pedagogi Di Museum Di
AVATARA, e-journal pendidikan sejarah, 2014. Indonesia: Studi Kasus Museum Nasional.” Tesis,
2
Ibid., Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi
3
Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi No. 10 Tahun Arkeologi Depok, 2010, Hal 17
2011. “Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 7
Yusiani, Putri Anne. “Pedagogi Di Museum Di
Ngawi Tahun 2010-2030. Pasal 32. Indonesia: Studi Kasus Museum Nasional.” Tesis,
4
DH, Harastoeti. 100 Bangunan Cagar Budaya Di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi
Bandung. Bandung: CSS Publish, Bandung, 2011, Arkeologi Depok, 2010, Hal 17
Hal 11.
sebuah museum pun tidak jauh dari situ. dan dapat digunakan sebagai bangunan
Masyarakat melihat museum hanya sebagai pembelajaran sejarah dan warisan bangunan
tempat penyimpanan benda-benda warisan cagar budaya.
budaya dan bersejarah. Disisi lain seakan-akan Penambahan fungsi penunjang berupa ruang
museum yang tampaknya membuat jarak terbuka (Forest Park) diharapkan akan selalu
dengan masyarakat umum dan bersikap sebagai menghidupkan kawasan Benteng Van Den
tempat yang sangat eksklusif yang terkesan Bosch, yang secara tidak langsung dapat
kurang bersahabat pada masyarakat 8. George G. menjadi penggerak perekonomian masyarakat
Goode dalam (Tanudirjo,2007:16) menyatakan dan menambah pendapatan daerah.
”hendaklah museum menjadi rumah yang
memelihara pikiran-pikiran yang hidup (“a
Rumusan Permasalahan
nursery of living thougts”) dari pada sekedar
kuburan barang rongsokan (“a cametary of Bagaimana wujud rancangan museum sejarah
bric-a-brac”). Hanya dengan cara demikian Benteng Van Den Bosch di Kota Ngawi sebagai
museum dapat menjadi tempat yang wujud konservasi dan pengembangan kawasan,
menyenangkan. Bahkan jika perlu museum dengan pendekatan Adaptive Reuse melalui
harus bekerja bersama-sama dengan pengolahan ruang luar dan ruang dalam?
perpustakaan dan laboratorium, menjadi bagian Visi Desain
dari proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah dan universitas.” Berdasarkan rumusan masalah yang telah
Dari pemahaman tersebut dapat ditarik dipaparkan, maka tujuan yang hendak dicapai
kesimpulan bahwa museum di Indonesia masih adalah: menghasilkan rancangan konservasi
belum dianggap sebagai tempat untuk dan pengembangan kawasan museum Benteng
melakukan pembelajaran yang informal. Van Den Bosch di Ngawi melalui pengolahan
Diperlukan adanya penambahan fasilitas atau tata ruang luar, tata ruang dalam dan tampilan
fungsi baru yang dapat menarik minat bangunan dengan prinsip-prinsip konservasi
masyarakat, dan mengubah persepsi pemerintah dan pendekatan adaptive reuse
dan masyarakat akan sebuah museum selama
ini. Menjadikan Benteng Van Den Bosch tidak
TINJAUAN PUSTAKA…… (jika
hanya sebagai museum, tetapi menambahkan
dianggap lebih tepat, kajian pustaka dapat
fungsi penunjang lain akan membuat kawasan
masuk di dalam bagian pendahuluan, bukan
ini akan selalu hidup dengan aktivitas
merupakan bab tersendiri).
masyarakat.
Hadirnya penambahan fungsi ruang terbuka
publik pada kawasan Benteng Van Den Bosch TINJAUAN WILAYAH…… (jika
merupakan salah satu langkah pelestarian dianggap lebih tepat, kajian pustaka dapat
kawasan benteng. Diharapkan akan masuk di dalam bagian pendahuluan, bukan
terwujudnya ruang terbuka publik yang dapat merupakan bab tersendiri).
merepresentasikan karakter sejarah dan citra
Standard Kualitas Suara Auditorium
zona kawasan, meningkatkan nilai sosial
….........(Heading level 2, Arial 11pt, bold,
budaya, dan nilai komersial kawasan Benteng
indent 0.2”)
Van Den Bosch.
Karakterikstik akustik ruang secara umum
Pelestarian bangunan cagar budaya Benteng
meliputi tiga faktor, yaitu keras suara
Van Den Bosch dengan prinsip-prinsip
(loudness), kejelasan suara (clarity) dan
konservasi dan pendekatan Adaptive Reuse
’kehidupan suara’ (liveness). Khusus pada
menjadi sebuah museum sebagai fungsi baru
ruang auditorium yang lebih diprioritaskan
benteng diharapkan dapat menghidupkan
untuk pidato, speech inteligibility yang baik dan
kembali bangunan benteng yang sudah mati,
merata bagi seluruh pendengar adalah tujuan
yang harus dipenuhi dalam perancangan
8
Ibid,. akustiknya…………… ………………………
……………… ………… ………………
………………. ……………… ………………
…………. (Arial 11 pt, awal paragraf indent
0.2”, justify atau rata kiri-kanan) Hasil pengukuran lapangan menunjukkan
RT60 rata-rata pada frekuensi 500-2000 Hz
ANALISIS PERENCANAAN DAN cukup baik untuk ruang auditorium dengan
PERANCANGAN penekanan fungsi untuk pidato, yang
Analisis penekanan studi terdiri dari mensyaratkan RT60 sebesar 0,5 - 1 detik,
analisis bangunan konservasi dan pendekatan tetapi kurang tinggi untuk auditorium
adaptive reuse. Strategi desain perencanaan dan multifungsi (untuk fungsi musik yang
perancangan yang dilakukan merupakan suatu mensyaratkan 1,6≤RT60≤1,8). Hal ini juga
langkah konservasi sehingga perlu didukung oleh……… ……..................... ...........
mempertahikan kondisi eksisting bangunan saat .......... ..... (Arial 11 pt, awal paragraf indent
ini. Dengan pendekatan adaptive reuse 0.2”, justify atau rata kiri-kanan)
menerapkan lima konsep strategi dalam
melakukan perancangan bangunan, Tabel 2: Nilai RT60 Model Eksisting.................
diantaranya: Warps, Weavings, Juxtapositions, (Arial 10 pt, posisi atas table)
Parasities, dan Insertions.
Dalam penyelesaian arsitekural dilakukan
pendekatan yang kontras terhadap bangunan
lama, untuk memperkuat aspek visual. Unsur
baru dibentuk berbeda dengan bangunan lama
sehingga masing-masing membentuk eskpresi (Sumber: Arinto, 2014)
sendiri. Bentuk gometri bangunan, elemen
arsitekur bangunan saat ini akan dipertahankan, KESIMPULAN
kemudian bentuk bangunan lama akan
dilindungi dengan struktur dan kontruksi dari Hasil pengukuran lapangan menunjukkan
bangunan baru. nilai RT60 rata-rata pada kondisi eksisting
Beberapa strategi desain yang diterapkan pada Auditorium Gereja Kumetiran dalam keadaan
perencanaan dan perancangan ini antara lain: kosong sedikit lebih tinggi untuk fungsi akustik
a. Eksisting bangunan merupakan dasar pidato dan bebas gaung. Diharapkan pemakaian
pertimbangan paling penting dalam proses ruang dengan jumlah pemakai sebanyak
perancangan. Perlu dilakukan proses minimal 50% dapat memperbaiki performa
konservasi pada banguan lama untuk nilai RT60 menjadi lebih pendek hingga pada
menjaga citra bangunan lama. nilai optimum ………… … … ………
…………… …… ……………………
b. Untuk memperkuat citra museum, ……………… …....................... .........................
diperlukan pemanbahan bangunan baru (Arial 11 pt, awal paragraf indent 0.2”, justify
yang kontras terhadap objek-objek yang atau rata kiri-kanan)
berada disekitar site, tetapi tidak
menenggelamkan citra dari kawasan UCAPAN TERIMA KASIH
benteng dan tetap menjadi satu kesatuan
yang harmonis. Agar proporsi bangunan Terima kasih disampaikan kepada pimpinan
lebih sesuai, maka dalam perencanaan Gereja Katolik Kumetiran yang telah
akan diperhatikan bentuk dan skala memberikan ijin dilakukannya penelitian ini
bangunan baru. Penambahan bangunan dan segala bantuan lain yang telah diberikan
baru dibuat tidak lebih tinggi dari untuk …… ……………
bangunan benteng, agar keberadaan ………............... .......................... ....... (Arial 11
benteng sebagai bangunan sejarah tetap pt, awal paragraf indent 0.2”, justify atau rata
lebih dominan. kiri-kanan, dituliskan dalam satu alinea saja)
Terima kasih disampaikan kepada pimpinan
Konservasi Arsitektur Gereja Katolik Kumetiran yang telah
memberikan ijin dilakukannya penelitian ini
KONSEP PERENCANAAN DAN dan segala bantuan lain yang telah diberikan
untuk …… ……………
PERANCANGAN
………............... .......................... ....... (Arial 11
pt, awal paragraf indent 0.2”, justify atau rata
kiri-kanan, dituliskan dalam satu alinea saja)

DAFTAR PUSTAKA

Barron, M., 1993, Auditorium Acoustic and


Architectural Acoustics, London: E & FN Spon.

Cox, T., 2004, Acoustics Laboratory: Lab


Session 4, Reverberation Time and Absorption,
Manchester: University of Salford.

Egan, M. D., 1988, Architectural Acoustics,


New York: McGraw-Hill.

_______, 1990, “The Handbook of Acoustic”,


Sixth Edition, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Author’s Guide., 1975, Prediction of


reverberation time, Prentice-Hall.

“Akustik Gedung di Indonesia”, Kompas, 30


Mei 2010. hal. 7.

Smith, B J, R J P & S Owen, 2010., "Acoustics


and Noise Control in Auditorium”, Journal of
Acoustic, 12: pp. 23-33.

Reinhard, O. N., 2010, “Predicting


Reverberation Time: Comparison between
analytic Formulae and Computer Simulation”,
(Online),
(http://www.norsonic.com/web_pages/reverber
ation_time.html, diakses pada tanggal: 18
Maret 2010).
…………………................................................
(Arial 11 pt, numbering rata depan, nama
penulis hanya mencantumkan nama belakang
dan nama depan disingkat).

------------

Anda mungkin juga menyukai