Anda di halaman 1dari 10

Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

PLACEMAKING SEBAGAI STRATEGI REVITALISASI KAWASAN


Studi Kasus : Kawasan Pecinan Kota Makassar

Sri Wahyuni
Dosen Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar
swahyunimarzuki@unismuh.ac.id

Pecinan Makassar merupakan bagian dari perkembangan sejarah kota Makassar. Pecinan Makassar
terletak di pusat kota dekat dengan pelabuhan sehingga menjadi awal kegiatan perdagangan dan jasa.
Letaknya yang strategis menjadikan kawasan sebagai pusat perdagangan yang vital pada zaman kolonial.
Namun sejalan dengan perkembangan zaman, Pecinan Makassar mengalami penurunan kualitas fisik,
aktifitas ekonomi, dan sosial budaya yang mengakibatkan pudarnya identitas pecinan Makassar. Secara
perlahan kawasan mulai ditinggalkan dan kegiatan ekonomi berpindah ke pusat perdagangan baru di luar
pecinan. Oleh karenanya kawasan membutuhkan upaya penataan untuk mengembalikan vitalitas pecinan
yang kontekstual dengan masa kini tanpa menghilangkan jejak sejarah kawasan.Pembahasan ini
bertujuan untuk merumuskan strategi perancangan dalam mempertahankan identitas kawasan pecinan
sebagai kawasan perdagangan yang unik dan meningkatkan kualitas lingkungan dengan revitalisasi
kawasan. Penurunan kualitas fisik, penurunan kegiatan ekonomi dan sosial budaya pada kawasan
Pecinan Makassar diselesaikan dengan strategi penciptaan kembali makna (identitas) kawasan melalui
pendekatan placemaking.Langkah-langkah dalam upaya revitalisasi kawasan dilakukan dengan
mengidentifikasi dan menganalisis komponen fisik, fungsi dan aktifitas, serta citra budaya kawasan
pecinan. Hasil dari analisis kemudian menjadi dasar panduan yang selanjutnya diuraikan dalam strategi
pengembangan kawasan untuk memberi gambaran mengenai arahan penataan Pecinan Makassar.

Kata kunci: kawasan pecinan, Makassar, revitalisasi, placemaking.

PENDAHULUAN menjadi pusat perdagangan dalam kota.


Laju perkembangan Kota Makassar Kawasan Pecinan Makassar telah mengalami
membawa dampak yang cukup besar penurunan kinerja fisik dan fungsi yang
terhadap kawasan pecinan1 terutama pada merupakan identitas dari suatu kawasan
kegiatan ekonomi masyarakat Cina. Awal pecinan. Hingga saat ini kawasan Pecinan
tahun 1990, pemerintah mengadakan Makassar masih dapat ditandai oleh
perluasan pelabuhan yang mempengaruhi peninggalan jejak fisik, aktifitas perdagangan,
kelancaran transportasi barang-barang dan kehidupan sosial warganya yang
dagangan antar pulau. Kegiatan ekonomi kota mengelompok. Kualitas lingkungan fisik dan
yang meningkat, menjadi pendorong non fisik yang menurun mendorong
munculnya pusat perdagangan baru yang pemerintah kota Makassar menetapkan
lebih lengkap dan modern. Hal ini perencanaan dan perancangan kawasan ini
menciptakan pusat-pusat ekonomi (aktifitas sebagai kawasan objek wisata kota
perdagangan) lebih menyebar ke seluruh kota mengingat kawasan telah ada sejak jaman
atau tidak terkonsentrasi hanya pada satu kolonial. Oleh sebab itu perlu penanganan
kawasan berupa revitalisasi kawasan sebagai upaya
Pusat ekonomi yang tersebar mempertahankan identitas kawasan melalui
mengakibatkan kawasan pecinan2 tidak lagi usulan strategi placemaking. Tindakan
revitalisasi tidak hanya sekedar beautification
1 tetapi juga menghidupkan aktifitas
Kawasan ini merupakan bagian dari sejarah
perkembangan Kota Makassar yaitu sebagai embrio perekonomian kawasan disesuaikan dengan
pertumbuhan serta perkembangan Kota Makassar. kondisi perekonomian masa kini dan masa
2
Pecinan Makassar terletak pada kawasan yang akan datang.
perdagangan dan jasa di pusat kota lama. Letaknya
yang strategis menyebabkan kawasan ini menjadi
kawasan yang vital pada zamannya yaitu sebagai pusat
perdagangan yang ramai. Kawasan ini juga terletak memasukkan barang-barang perdagangan melalui
dekat dengan pelabuhan laut Kota Makassar, Pelabuhan pelabuhan laut ini dan disalurkan ke kawasan
Soekarno-Hatta. Secara historis, pedagang perdagangan, salah satunya yaitu ke kawasan Pecinan.

103
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

Kajian menggunakan pendekatan lainnya. Terdapat 3 (tiga) komponen


penciptaan tempat (placemaking) yang placemaking yang dapat mendukung
didorong oleh ekonomi lokal sebagai strategi kesuksesan sebuah tempat, yaitu: fisik, fungsi
dan isi dari revitalisasi kawasan Pecinan dan aktifitas, dan citra/budaya. Komponen
Makassar. Pendekatan placemaking fisik kemudian dibahas kedalam elemen-
merupakan pendekatan perancangan elemen fisik diantaranya bentuk dan tata
kawasan yang memiliki dimensi lebih hasil massa bangunan, intensitas bangunan,
asimilasi dari elemen fisik dan non-fisik, sirkulasi kendaraan dan parkir, sirkulasi
sehingga hasil kajian ini dapat menjadi jiwa pejalan, ruang terbuka, dan preservasi
dari wujud revitalisasi di kawasan Pecinan bangunan. Penciptaan fungsi dan aktivitas
Makassar. dibahas berdasarkan fungsi dan aktivitas baik
utama maupun pendukung dalam kawasan.
Placemaking dalam Revitalisasi Kawasan Sedangkan penciptaan komponen
Pecinan citra/budaya suatu kawasan dapat mengacu
Revitalisasi kawasan mengakomodasi dari Piagam Burra Charter (1992) yang
perubahan dengan sikap yang sensitif dan membahas mengenai pelestarian pada
pantas dalam mempreservasi karakter dari kawasan yang memiliki signifikansi budaya.
lokalitas setempat, sejalan dan mengijinkan Kawasan yang memiliki signifikansi budaya
dengan perubahan ekonomi yang diperlukan memiliki nilai estetika, kesejarahan, keilmuan,
(Tiesdell dkk., 1996). Dalam revitalisasi dan sosial.
kawasan Pecinan, obyek revitalisasi memiliki
signifikansi budayanya sendiri. Signifikansi Tabel 1.Hubungan Strategi Revitalisasi,
Komponen Placemaking dan Elemen
budaya ini kemudian merujuk dari piagam
Rancang Kota
Burra Charter (1992) yang berlaku secara
internasional. Strategi Komponen Elemen Rancang
Dalam Piagam Burra Charter, kawasan Revitalisasi Placemaking Kota
yang memiliki signifikansi budaya, yaitu Strategi Fisik Intensitas
memiliki nilai-nilai estetika, kesejarahan, Fisik bangunan
Tata massa
keilmuan dan nilai sosial masa lalu, masa bangunan
sekarang dan masa yang akan datang (Burra Sirkulasi dan parkir
Charter, 1992). Melalui pendekatan tersebut, Sirkulasi pejalan
diharapkan revitalisasi dapat kaki
Konservasi
mempertahankan atau melindungi signifikansi
Strategi Aktivitas Fungsi/penggunaan
budaya sebuah tempat atau kawasan dengan Ekonomi lahan
tetap memperhatikan keamanan, Aktifitas pendukung
pemeliharaan dan masa depannya. Strategi Citra/budaya Aktifitas
Pelestarian sebagai bagian dari revitalisasi Sosial
Sumber : Montgomerry (1998), Carmona (2003), dan
didasarkan pada sebuah penghargaan pada
analisis.
keadaan eksisting dan sesedikit mungkin
menggunakan intervensi fisik. Hal tersebut GAMBARAN UMUM KAWASAN
juga dilakukan tanpa mengurangi atau Kawasan pecinan yang termasuk
melemahkan signifikansi budaya yang dalam Kawasan Pusat Kota Lama
dimilikinya. Pelestarian sebuah tempat harus Makassar. Secara geografis, Kawasan
pula memperhatikan seluruh aspek dari pecinan terletak di pantai bagian Utara
signifikasi budaya tanpa merusak tatanan Kota Makassar. Wilayah studi terletak pada
yang ada. tiga kelurahan yaitu Kelurahan Melayu
Dalam merevitalisasi kawasan pecinan Baru, Kelurahan Ende, Kelurahan
digunakan satu pendekatan yang menjadi Pattunuang dan termasuk juga dalam
strategi utama untuk menghidupkan atau wilayah Kecamatan Wajo dengan luas
menguatkan makna/identitas kawasan. keseluruhan ± 7 Ha. Luas wilayah masing-
Placemaking merupakan suatu pendekatan masing kelurahan yaitu Kelurahan Ende
yang dapat diterapkan untuk menguatkan 0,16 km2, Kelurahan Pattunuang 0,21 km 2
keberadaan suatu kawasan dimana tetap dan Kelurahan Melayu Baru 0,07 km 2
sejalan dengan strategi-strategi revitalisasi

104
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

dengan tingkat kepadatan penduduk pada tempat yang mampu menjelaskan dan
kawasan studi sebesar 364 jiwa/ha. menerangkan kejadian masa lalu,
Masyarakat yang mendiami kawasan memperkaya masa kini, dan dianggap
tersebut sebagian besar merupakan etnis mampu menjadi sesuatu yang berharga
Cina. Masyarakat Cina dalam kawasan bagi masa yang akan datang. Nilai-nilai
sebagian besar memeluk agama Budha tersebut saling mendukung seperti gaya
yaitu ± 80%, sehingga kehidupan religi arsitektural yang memiliki aspek historis
mereka dipusatkan pada kegiatan ibadah dan estetika (Burra Charter, 1992). Dalam
di dalam klenteng. Klenteng selain Burra Charter (1992), ada empat nilai
berfungsi sebagai tempat berdoa, memuja utama yang dapat digunakan untuk menilai
dan melakukan aktifitas keagamaan adanya signifikansi budaya pada suatu
lainnya juga berfungsi sebagai pusat kawasan. Keempat nilai tersebut adalah :
kegiatan sosial kemasyarakatan. Nilai estetika
Kawasan Pecinan di Makassar Nilai estetika berkaitan dengan fisik
memiliki aksesibilitas yang mudah dicapai, bangunan pada kawasan pecinan.
baik melalui darat maupun melalui laut. Kawasan pecinan memiliki beberapa
Seperti Kawasan pecinan pada umumnya, bangunan yang khas yaitu klenteng/vihara,
kawasan dibentuk oleh pola grid sebagai bangunan penyimpanan abu yang
jalan yang memiliki lebar antara 3 m – 10 berarsitektur cina dan bangunan mesjid
m, dimana bangunan saling berhadapan yang dibangun pada zaman kolonial.
menimbulkan ruang kota yang berbentuk Dilihat dari segi estetika, bangunan-
lorong sehingga interaksi sosial terjadi di bangunan tersebut memiliki elemen
jalan (corridor space). Kawasan dapat arsitektural yang unik dan menarik. Hal
diakses menggunakan kendaraan pribadi tersebut dapat dilihat langsung pada
sekitar 5 menit dari Pelabuhan Soekarno – tampulan bangunan dan fasad
Hatta dan dari titik nol Kota Makassar bangunannya, dimana bagian muka
(Karebosi). Kawasan juga dapat diakses bangunan merupakan elemen arsitektur
oleh pejalan. Akan tetapi sirkulasi pejalan yang paling penting karena mampu
pada kawasan tidak terdefinisi dengan baik mengkomunikasikan fungsi dan makna dari
karena digunakan sebagai tempat parkir bangunan. Fasad dapat mencerminkan
kendaraan pribadi. situasi budaya ketika bangunan tersebut
Kondisi pecinan saat ini memiliki dibangun dan keadaan penghuni yang
kepadatan bangunan yang cukup tinggi menempatinya, serta memberikan identitas
dan tidak memiliki ruang terbuka. Aktifitas kolektif dari suatu komunitas (Krier, 1979).
keseharian masyarakat yang sebagian
Nilai kesejarahan
besar etnis Cina adalah berdagang
memberikan pengaruh terhadap jenis Terkait dengan nilai kesejarahan,
hunian yang mereka gunakan. Di kampung Pecinan Makassar memiliki
sepanjang ruas jalan terutama jalan utama sejarah dalam pembentukannya. Arsitektur
merupakan deretan bangunan rumah toko. Oriental berkembang setelah masyarakat
Di belakang deretan pertokoan terdapat Cina melakukan aktifitas perdagangan
permukiman padat di daerah kantong dengan didasari atas Wijkenstelsel yaitu
dalam blok kawasan. Permukiman dapat sebuah undang-undang yang mengatur
diakses melalui gang-gang kecil yang kehidupan kolonial yang pada dasarnya
terdapat diantara bangunan-bangunan di memisahkan hunian kelompok etnis
koridor jalan. Pada beberapa akses masuk dengan para kelompok pribumi. Sehingga
gang, terdapat pintu gerbang ke arah jalan area blok-blok masyarakat Cina sering
besar yang sewaktu-waktu dapat ditutup. disebut dengan kampung pecinan.
Pada skala makro, kawasan pecinan
ANALISIS KONDISI EKSISTING merupakan salah satu kawasan yang
KAWASAN PECINAN MAKASSAR berperan dalam pengembangan kota
Analisis Makna/budaya dalam Kawasan Makassar. Tidak hanya dalam hal
Identifikasi signifikansi budaya perdagangan tetapi juga merupakan
membantu memperkirakan nilai sebuah kawasan yang dihuni oleh mayoritas etnis

105
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

Cina yang pada saat itu merupakan dalam kawasan sebagai tempat ibadah
permukiman yang memisahkan antara tentunya juga memiliki makna sosial yang
permukiman pribumi dan pemerintah mendalam bagi masyarakatnya karena
kolonial (permukiman Eropa). Sedangkan bangunan-bangunan tersebut selain
pada skala mikro, kawasan pecinan menjadi tempat bersilaturahmi juga
merupakan sentra kawasan perdagangan menimbulkan rasa kepemilikan oleh
yang berupa jejeran rumah toko dan masyarakat secara spiritual. Sedangkan
beberapa hunian yang bergaya kolonial. pasar Bacan memiliki skala pelayanan
Suasana lingkungannya yang khas hanya pada kawasan pecinan saja
diperkuat dengan kehadiran kelenteng sehingga menjadi trademark tersendiri bagi
sebagai pusat ibadah dan sosial serta kawasan tersebut.
bentuk-bentuk bangunan yang mudah
ditengarai. Kawasan pecinan mempunyai Analisis Fungsi dan Aktifitas dalam
karakteristik dekat dengan pasar dan Kawasan Perancangan
Pelabuhan yang menjadi tempat Kondisi eksisting fungsi/peruntukan
masuknya barang-barang dari negara bangunan yang ada di dalam kawasan
studi secara umum didominasi oleh fungsi
lain.
perdagangan (ruko). Fungsi-fungsi lain
Nilai Keilmuan
seperti jasa, pendidikan, dan peribadatan
Dari segi keilmuan, kawasan pecinan
umumnya terdapat pada jalur-jalur utama
merupakan salah satu kawasan yang
dalam kawasan. Fungsi hunian terdapat
selalu ada di hampir semua kota-kota di
pada kantung-kantung permukiman yang
Indonesia. Hampir seluruh kota di
berada di belakang blok-blok bangunan
Indonesia memiliki kawasan pecinan yang
yang berderet di sepanjang Jalan Bacan
memiliki fungsi sebagai kawasan sentra
dan Jalan Lembeh. Di dalam kawasan
perdagangan dan permukiman bagi etnis
studi, fungsi ruang terbuka publik yang
Cina. Pada umumnya kawasan ini memiliki
bersifat aktif (wadah aktifitas dan interaksi
pembagian zona yang teratur dan
masyarakat) jumlahnya sangat minim,
terencana dengan baik, yakni lantai dasar
bahkan hampir tidak ada. Selama ini
digunakan sebagai area komersil
masyarakat menggunakan jalan sebagai
sedangkan untuk area lantai atas
ruang sosial bersama. Sedangkan ruang
digunakan sebagai hunian. Kawasan ini
terbuka yang bersifat pasif (ruang terbuka
menarik untuk diteliti karena merupakan
hijau untuk fungsi ekologis) terlihat tidak
kawasan yang sudah mempunyai karakter
ada. Orientasi kegiatan masyarakat yang
dan bernilai historikal sebab dibangun pada
ada lebih banyak berorientasi kepada
zaman kolonial dulu. Kawasan Pecinan
fungsi-fungsi kegiatan yang berada di
Makassar mengalami perkembangan dari
sepanjang tepi koridor jalan.
masa ke masa. Beberapa perubahan
Aktifitas pada setiap ruas jalan dalam
terjadi pada kawasan, antara lain berupa
kawasan tidak sama. Hal ini dikarenakan
perubahan fungsi dari hunian menjadi
pada beberapa ruas jalan ada yang lebih
kawasan perdagangan yang semakin tidak
didominasi oleh fungsi perdagangan dan
terkendali yang ditandai dengan semakin
ada pula yang lebih didominasi oleh fungsi
menjamurnya rumah-rumah toko modern.
hunian. Pada ruas jalan utama, lebih
Umumnya kawasan pecinan memiliki pola
didominasi oleh aktifitas perdagangan yang
morfologi yang serupa dengan kota di Cina
cukup ramai. Karakteristik fungsi dan
dengan digunakannya pola pusat kota–
kegiatan yang berada di sepanjang tepi
permukiman dan pasar–klenteng.
koridor dalam kawasan memiliki rentang
Nilai sosial
waktu kegiatan yang tidak terlalu panjang.
Pada kawasan pecinan, kegiatan
Rata-rata rentang waktu yang ada dimulai
bersosialisasi tidak hanya dilakukan pada
sejak pukul 07.00 pagi hingga 17.00 (untuk
tempat-tempat ibadah seperti klenteng dan
aktifitas perdagangan). Pada Jalan Bacan,
mesjid yang terdapat dalam kawasan tetapi
kegiatan jual beli pasar tradisional dimulai
juga pada pasar pagi yang terletak di Jalan
dari pukul 05.00 pagi hingga pukul 12.00
Bacan. Klenteng dan masjid yang terdapat
siang. Dari hasil pengamatan lapangan,

106
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

aktifitas yang terdapat di koridor-koridor lapangan, tipologi bangunan pada


jalan pada waktu malam hari tidak hidup kawasan studi terbagi kedalam
termasuk aktifitas perdagangan sehingga beberapa 7 (tujuh) tipe sebagai berikut :
dimalam hari kawasan ini menjadi ‘mati’.
Tabel 2. Tipologi Bangunan Dalam Kawasan
Analisis Fisik Kawasan Studi
Revitalisasi kawasan pecinan yang
dilakukan berada dalam lingkup ruang Tipe Tipologi Ruko Keterangan
kota. Maka semua strategi dan pendekatan - Proporsi ketinggian
A yang rendah dan
yang dilakukan akan selalu berkaitan dan
memiliki maksimal 2
mengintervensi elemen-elemen dalam jendela kayu pada
ruang kotanya. Elemen kota yang lantai atas.
diintervensi adalah elemen rancang kota - Ornamen yang
Shirvani (1985) yaitu tata guna lahan, digunakan tidak
banyak, apabila
intensitas bangunan, tata massa digunakan hanya
bangunan, ruang terbuka, sirkulasi dan ornamen yang berasal
parkir, sirkulasi pejalan, konservasi dan dari masyarakat Cina
aktifitas pendukung. Elemen-elemen perantau
Gaya Awal - Terdapat kolom yang
tersebut tidak hanya termasuk dalam (1840 – 1900) menempel pada
elemen fisik suatu kawasan, tetapi juga bagian depan
dapat mendukung revitalisasi ekonomi dari bangunan (dinding
elemen fungsi dan aktifitasnya serta bangunan)
revitalisasi sosial dari pengadaan ruang - Memiliki 2 jendela
B pada lantai atas
sosialnya. - Jendela-jendela tetap
Tata Massa Bangunan menggunakan jendela
Tata massa bangunan eksisting yang kayu walaupun pintu
ada pada kawasan terdiri dari jejeran ruko- pada lantai bawah
ruko dengan beberapa titik kantong telah menggunakan
pintu besi
permukiman. Tata permukiman dibangun - Tidak begitu banyak
secara berkelompok dengan mengikuti Gaya transisi awal menggunakan
ruas jalan yang ada. Akan tetapi (Permulaan thn ornamen.
pembangunan yang dilakukan tidak 1900)
memperhatikan aspek kondisi bangunan - Terdapat gevel pada
C tampak depan
dan lingkungan yang telah ada sehingga
bangunan
mendorong terbentuknya bangunan- - Penggunaan flat roof,
bangunan yang acak dan lebih modern. tower, dan bentuk
Kawasan sebagian besar didominasi oleh kubus.
susunan massa-massa bangunan deret - Dormer, merupakan
jendela atap yang
berjejer di dua sisi koridor jalan (luas dasar menjadi komponen
bangunan kurang dari 50 m 2). Kondisi ini pencahayaan dan
mengakibatkan minimnya akan sirkulasi penghawaan.
ketersediaan ruang terbuka untuk fungsi Gaya Kolonial - Ditandai oleh
konstruksi batu bata
sirkulasi, sosial serta untuk jaringan utilitas.
dan batu dengan
Tipologi bangunan eksisting dalam penampilan bulat.
kawasan perancangan dapat menjadi - Menggunakan
dasar bentukan fisik bagi fungsi yang D material modern
seperti penggunaan
akan dikembangkan dan menjadi dasar kaca yang lebih
pertimbangan untuk menentukan banyak
bangunan yang dapat dipertahankan - Penyederhanaan
tembok hiasan pada
ataupun tidak dapat dipertahankan. bangunan dengan
Dari ciri fisik fasad dan atap dapat menggunakan alat
dikategorikan menjadi beberapa tipe penghalang matahari
dan ventilasi
bangunan. Berdasarkan pengamatan Gaya Modern - Umumnya mengguna

107
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

(1990-an) kan atap plat Sirkulasi dan Parkir


- Minimal dalam Kawasan Pecinan yang termasuk dalam
ornamen
- Bangunan yang
tiga Kelurahan ini dapat dicapai dengan
E tertutupi oleh full mudah oleh kendaraan bermotor dan pejalan,
fasad. melalui ruas koridor Jl. Nusantara tembus ke
Jl. Sulawesi, Jl. Jend. Ahmad Yani, dan Jl.
Sangir. Kemudahan tersebut didukung pula
oleh tersedianya beberapa moda angkutan
umum yang melintasi ruas koridor Jl.
Sulawesi, Jl. Sangir, dan Jl. Jend. Ahmad
Full Fasad Yani. Untuk masuk ke dalam kawasan
- Bangunan mengguna kantung permukiman, jalur sirkulasi yang ada
F kan ornamen Cina.
Dapat dilihat pada
hanya dapat diakses oleh kendaraan beroda
puncak atap dan dua dan pejalan. Selain itu, minimnya
lampion pada yang keberadaan tempat parkir dari fungsi-fungsi
tergantung pada fasad perdagangan, jasa, dan hunian pada kawasan
bangunan. mengakibatkan parkir kendaraan ditempatkan
- Bangunan dengan
ornamen Cina ini di bagian tepi badan jalan (on street parking).
dapat dilihat pada Persoalan sirkulasi pejalan (pedestrian)
bangunan dengan yang tidak menerus masih tidak mendukung
fungsi peribadatan koridor ini bagi penggunanya. Lebar ruang
Bangunan yang bagi etnis Cina,
menggunakan seperti
untuk jalur pejalan yaitu 1 m hingga 1,5 m
langgam vihara/klenteng, dan pada bangunan. Akan tetapi banyaknya
Pecinan tempat persemaya- perbedaan level ketinggian mengakibatkan
man abu. pejalan justru merasa lebih baik
Sumber : Chinatown Historic District dan analisis, 2015 menggunakan bahu jalan, walaupun tidak
ternaungi oleh vegetasi.
Intensitas Bangunan Ruang Terbuka Koridor
Intensitas bangunan dalam kawasan Ruang terbuka yang tersedia dalam
sangat penting untuk diperhatikan karena kawasan adalah ruang terbuka publik koridor
berpengaruh pada estetika bangunan dan berupa jalan. Ruang terbuka koridor dalam
lingkungan sekitarnya. Pada kawasan, tingkat kawasan merupakan jalan-jalan utama dan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan gang dalam kantong pemukiman. Baik secara
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) terbagi ke fisik maupun fungsi, ruang terbuka publik
dalam 2 zona, yaitu zona kawasan non koridor berupa jalan atau gang merupakan
perdagangan dan jasa dan zona pada ruas salah satu elemen pembentuk karakter yang
jalan komersil. Pada zona kawasan non tidak dapat dilepaskan dari citra kawasan
perdagangan dan jasa KDB 60%, KLB 1,8 permukiman Pecinan. Jalan atau gang telah
dengan ketinggian bangunan umumnya 1 – 2 menjadi ‘nyawa’ bagi penduduk pada
lantai. Sedangkan pada zona ruas jalan kawasan permukiman etnis Cina. Selain
komersil, KDB bervariasi antara 40 – 75%, sebagai jalur sirkulasi, koridor jalan juga
KLB 1,5 – 3,2 dengan ketinggian bangunan 1 berfungsi sebagai tempat berinteraksi dan
– 8 lantai. bersosialisasi warga masyarakat.
Bangunan dengan ketinggian 1 hingga 2 Pada kawasan juga terdapat ruang-ruang
lantai umumnya terdapat pada kawasan yang berpotensi sebagai ruang terbuka publik.
kantung permukiman, sedangkan ketinggian Ruang-ruang di belakang blok-blok bangunan
bangunan 1 hingga 3 lantai terdapat pada berpotensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan tepi koridor jalan dengan fungsi ruang terbuka publik. Kondisi bangunannya
hunian-komersil, dan 2 hingga 7 lantai untuk yang tidak terawat dan ruang sekitar
fungsi komersil, mixed use, peribadatan, dan bangunan yang tidak difungsikan (mati)
jasa. Berdasarkan kondisi tersebut, maka menjadikan ruang-ruang tersebut dapat dilihat
garis langit (skyline) kawasan menjadi rendah sebagai suatu potensi yang dapat mewadahi
pada daerah kantung permukiman dan aktifitas publik. Walaupun ruang tersebut
meninggi pada daerah tepi koridor jalan. statusnya dimiliki oleh privat dan tidak dapat

108
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

diakses oleh publik, tetapi kerjasama antara kawasan yang dijabarkan dari visi misi
stakeholder (pemilik bangunan dan kawasan yang ada. Strategi-strategi yang
pemerintah) yang saling menguntungkan akan diterapkan dalam konteks penciptaan
dapat meningkatkan kualitas ruang tersebut kawasan menjadi kawasan yang lebih aktraktif
sebagai ruang terbuka publik. Minimnya adalah sebagai berikut : Meningkatkan
keberadaan ruang terbuka publik sebagai dan memperbaiki kondisi fisik dalam kawasan.
sarana untuk berinteraksi sosial telah Peningkatan kualitas lingkungan dan
mengakibatkan jaringan hubungan sosial perbaikan kondisi fisik dalam kawasan
yang dapat mempererat kebersamaan warga dibatasi akibat tingginya tingkat kepemilikan
menjadi berkurang. lahan. Pada kawasan umumnya didominasi
Strategi penataan terhadap ruang terbuka oleh bangunan privat, baik pada daerah
publik pada kawasan perlu dilakukan untuk komersial maupun dalam kantung-kantung
mendukung kenyamanan dan kemudahan permukiman sehingga intervensi fisik yang
penggunanya untuk beraktifitas dan mungkin dilakukan hanya terbatas pada
mengakses semua fungsi yang ada. Penataan penataan fisik bangunan lama dan yang telah
dilakukan pada koridor ruang jalan yang hancur dengan penanganan renovasi ataupun
menjadi tempat bertemunya warga dan rekonstruksi. Selain itu intervensi fisik juga
menjadi ruang bagi perayaan budaya dapat dilakukan pada ruang-ruang yang
kawasan pecinan. Hal tersebut sekaligus digunakan oleh publik, dalam hal ini koridor
menjadi penyatu bagi fungsi-fungsi yang akan ruang jalan ataupun pada lahan-lahan yang
dikembangkan nantinya melalui penerusan tidak termanfaatkan. Strategi ini dilakukan
akses kesemua fungsi. untuk meminimalisir dampak perubahan atau
Preservasi hilangnya karakteristik fisik asli dan makna
Pada kawasan Pecinan terdapat beberapa tempat dari kawasan Pecinan Makassar.
bangunan bersejarah, antara lain : Klenteng Selain itu, juga dapat mendorong terciptanya
Xian Ma yang dibangun pada masa Dinasti jalur sirkulasi pejalan maupun kendaraan
Qing (1864), bangunan dengan arsitektur dengan kualitas lingkungan yang nyaman dan
Cina yaitu yayasan Marga Thoeng tempat aman.
persemayaman abu jenazah, Masjid As-Sa’id
Menyuntikkan fungsi baru dan
yang berdiri sejak tahun 1907, dan beberapa
mengembangkan aktifitas-aktifitas yang
bangunan bergaya kolonial.
menarik sesuai dengan karakter kawasan
Keberadaan bangunan-bangunan tersebut
sebagai kawasan Pecinan. Penyuntikan
memberikan nuansa tersendiri karena dapat
fungsi baru pada kawasan dilakukan tidak
memperkaya kekayaan arsitektural pada
terlepas dari konteks kawasan yang ingin
kawasan. Keberadaan bangunan tersebut
mempertahankan dan menguatkan identitas
dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata
kawasan sebagai kawasan pecinan yang
pada kawasan dengan menawarkan konsep
diperkuat melalui penataan koridor Bacan.
yang sesuai dengan karakteristik kawasan
Fungsi-fungsi yang diberikan menjadi salah
sebagai kawasan Pecinan.
satu strategi yang dapat meningkatkan
aktifitas dan interaksi masyarakat dalam
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN
kawasan yang kini sudah mulai ditinggalkan.
Untuk mendukung upaya pemerintah
Pengembangan fungsi-fungsi baru sebagai
dalam revitalisasi kawasan pecinan di
wadah kegiatan yang aktif dan aktraktif dalam
Makassar, maka dilakukan pendekatan
menarik pengunjung sehingga dapat menjadi
penciptaan kembali identitas kawasan
suatu pilihan yang bersifat rekreatif.
sebagai kawasan yang signifikan sarat
Melibatkan stakeholder dalam
dengan kehidupan dan budaya etnis Cina.
pengembangan kawasan. Upaya
Strategi placemaking menjadi salah satu
pengembangan kawasan pecinan dipengaruhi
jawaban dalam mengembalikan dan
oleh stakeholder yang terlibat, seperti :
menguatkan identitas suatu tempat tanpa
pemerintah, pihak swasta (investor), dan
menghilangkan karakter yang telah terbentuk.
masyarakat. Berikut keterlibatan stakeholder
Berdasarkan kajian literatur dan analisis
dalam upaya pengembangan kawasan
persoalan fisik, maka diperlukan strategi-
adalah: Perbaikan infrastruktur kawasan
strategi yang dibutuhkan dalam revitalisasi

109
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

(jalan, utilitas kawasan, dll) dilakukan oleh lahan kosong dan bangunan gudang yang
pemerintah dan penggunaannya dikelola oleh terlantar sebagai kantung-kantung parkir.
pemerintah kota Makassar. Memanfaatkan Penyediaan sarana
parkir pada kantung-kantung parkir kawasan. Pendekatan placemaking dapat
dilaksanakan oleh pihak swasta (investor). menjadi satu strategi dalam menguatkan
Perbaikan street frontage (fasad muka kembali dan mempertahankan karakteristik
bangunan) khususnya pada koridor jalan kawasan pecinan yang telah terbentuk di kota
Bacan dilaksanakan oleh pemilik bangunan Makassar.
atau investor dibawah pengawasan Berdasarkan hasil studi dikemukakan
pemerintah. Penataan fisik bangunan dengan bahwa strategi placemaking pada kawasan
suntikan fungsi baru pada bangunan yang pecinan kota Makassar memiliki 3 komponen
hancur dan tidak dihuni dilakukan oleh pihak yang dapat menjadi acuan dalam
swasta (investor) dibawah pengawasan pengembangan kawasan, yaitu: Komponen
pemerintah dan masyarakat. Penataan fisik Fisik .Ditandai dengan jejak fisik yakni adanya
bangunan yang merupakan milik privat bangunan-bangunan tua berlanggam Cina
dilakukan oleh privat itu sendiri (masyarakat) (klenteng) dan ruko lama Cina yang berderet
dibawah pengawasan pemerintah dan dengan menonjolkan elemen-elemen
pemberian keringanan berupa pajak atau bangunannya, seperti penggunaan atap,
pemberian insentif oleh pemerintah karena material, dan ornamen lainnya pada kawasan
telah mendukung upaya pemerintah dalam yang terbentuk sekitar abad XIX, meskipun
pengembangan revitalisasi kawasan Pecinan sebelumnya sejak abad XIV telah banyak
sebagai suatu destinasi wisata. Diperlukan orang Cina yang singgah dan berdagang di
kerjasama oleh berbagai pihak dalam Makassar. Selain itu, juga terdapat bangunan
pengembangan kawasan dengan membentuk kolonial. Komponen Fungsi dan Aktifitas
badan kerjasama perancangan, pengawasan, Ditandai dengan adanya aktifitas etnis cina
dan pengelolaan dalam peningkatan dan yang memiliki ‘nyawa’ pada koridor-koridor
pengembangan kawasan oleh pihak jalan. Komponen Citra/budaya Adanya makna
pemerintah yang didalamnya terdiri dari budaya yang tetap dipertahankan dan
perwakilan pihak swasta (investor), memberikan warna tersendiri bagi etnis Cina.
masyarakat, dan pemerintah itu sendiri. Ketiga komponen tersebut kemudian
dijelaskan masing-masing secara detail dalam
PENUTUP elemen rancang kota. Elemen tersebut
Revitalisasi kawasan merupakan upaya meliputi: fungsi dan aktifitas, bentuk dan tata
yang dilakukan dalam menghidupkan kembali massa bangunan, intensitas bangunan,
kawasan pecinan Makassar. Revitalisasi sirkulasi kendaraan, parkir, dan sirkulasi
tersebut tidak hanya pada perbaikan fisik pejalan. Berdasarkan pembahasan yang telah
tetapi didukung oleh peningkatan ekonomi, dilakukan didapatkan bahwa kawasan
dan sosial sebagai upaya dalam pecinan kota Makassar masih berpotensi
mengembalikan atau menguatkan kembali untuk dikembangkan dari adanya jejak fisik
identitas kawasan pecinan. Untuk mendukung yang tersisa, komunitas yang hidup dalam
upaya tersebut dibutuhkan suatu konsep atau kawasan, fungsi dan aktivitas yang menarik,
strategi yang kontekstual dengan kondisi serta kegiatan keagamaan dan kebudayaan
yang masih dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA
Carmona, M., et al. 2003. Public Places Urban Spaces – The dimensions of Urban Design.
London: Architectural Press.
Effendy, Muslimin A.R. 2004. Tionghoa Makassar di Tengah Pusaran Sejarah, dalam Kontinuitas
dan Perubahan Dalam Sejarah Sulawesi Selatan. Yogyakarta: Ombak.
Garnham, H.L. 1985. Maintaining The Spirit of Place: A Process For The Preservation of Town
Character. Arizona: PDA Publishers Corporation.

110
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

Gehl, J. 1987. Life Between Buildings: Using Public Space. New York: Van Nostrand Reinhold
Company Inc.
Krier, R. 1979. Urban Space. New York: Rizzoli International Publications.
Montgomery, J. 1998. Making A City: Urbanity, Vitality, and Urban Design. Journal of Urban
Design, Vol. 3 No. 1: 93-116.
Richardon, J.M. 1995. Chinatown Historic District. Singapore: Urban Redevelopment Authority.
Rutz, Werner. 1987. Cities and Towns in Indonesia. Stuttgart: E. Schweizerbart Science
Publishers.
Shirvani, H. 1985. Urban Design Process. NewYork: Van Nostrand Reinhold Company Inc.
Sukatanya, Y., dan Monoharto, G. (ed.). 2000. Makassar Doeloe Makassar Kini Makassar Nanti.
Makassar: Yayasan Losari Makassar.
Tiesdell, S., Oc, T., dan Heath, T. 1996. Revitalizing Historic Urban Quarters. Oxford: Architectural
Press

111
Linears : jurnal ilmu arsitektur issn 2614-3976

112

Anda mungkin juga menyukai