Anda di halaman 1dari 22

Studio Perencanaan Wilayah

Dosen : Dr. Yuanita FD Sidabutar, ST, M.Si


Teguh Eko Raharjo
Magister Perencanaan Wilayah
NIM : 102621005
UNIVERSITAS BATAM
Kecamatan Belakang Padang (Kelurahan Tanjung Sari & Sekanak Raya)

Identifikasi Potensi Kawasan heritage Kelurahan Tanjung Sari dan Sekanak Raya untuk
pengembangan pariwisata diKecamatan Belakang Padang Kota Batam
Latar belakang
• Belakang Padang secara historis merupakan Ibu Kota Kecatamatan Batam
1. Apakah Kawasan Belakang
ketika masih berada dibawah Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Riau Padang telah memenuhi
( Asisten Wedana ) dan merupakan Kecamatan tertua yang hampir sebagai Kawasan pusat
terlupakan dari gerak pembangunan Kota Batam. kegiatan orientasi kegiatan
• Perkembangan suatu kota tidak akan lepas dari kehadiran kawasan kota (nodes) sebagaimana
lama. Kota lama dalam suatu kota bernilai positif dan sebagai titik karakteristik urban heritage?
referensi (Rossi:1982). 2. Bagaimana upaya-upaya yang
• Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1983 tanggal 24 harus ilakukan dalam
meningkatkan vitalitas
Desember 1983 Wilayah Kecamatan terpecah menjadi tiga bagian
kawasan urban heritage?
Kecamatan yaitu : Kecamatan Batam Barat, Kecamatan Batam Timur dan
Kecamatan Belakang Padang sendiri, sesuai Peraturan Daerah Kota Batam
Nomor 4 Tahun 2002 tentang perubahan status Desa menjadi Kelurahan
(Lembaran Daerah Kota Batam tahun 2002 Nomor 20 Seri D )
Tujuan
• Permukiman multi etnis dikecamatan Belakang Padang berdekatan dengan
Pelabuhan yang berbatasan dengan negara Singapura dan Malaysia, cikal Merumuskan panduan
revitalisasi Kawasan pusat
bakal perkembangan multi etnis. (Kawasan segitiga perdagangan Batam-
orientasi (nodes) sebagai
Singapur-Johor).
karakteristik kawasan kota tua
• Dapat menjadi suatu pembentuk citra Kawasan dan asset yang dapat
serta meningkatkan vitalitas
dikembangkan menjadi komoditas melalui pengembangan Kawasan urban heritage
Belakang Padang sebagai Pulau Penawar Rindu dan Budaya heritage.
Latar belakang
RekomendasiPemerintahRekomendasi Terkait Kondisi Ekonomi Dari hasil
penelitian, rekomendasi yang dapat diberikan terkait kondisi ekonomi 1. Apakah Kawasan Belakang
adalah :Dalam pengembangan pariwisata diperlukan kerjasama Padang telah memenuhi
‘partnerships' antara pemerintah, pelaku usaha wisata, dan masyarakat
sebagai Kawasan pusat
lokal untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi lokal agar disamping
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang merata juga dapat kegiatan orientasi kegiatan
mengurangi tingkat pengangguran.MasyarakatHendaknya masyarakat (nodes) sebagaimana
turut berpartisipasi aktif dalam pengembangang pariwisata karena karakteristik urban heritage?
partisipasi masyarakat sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan 2. Bagaimana upaya-upaya yang
pariwisata itu sendiri. Pariwisata merupakan potensi yang harus harus ilakukan dalam
dikembangkan dan dijaga kelestariannya tidak hanya oleh pemerintah,
meningkatkan vitalitas
tetapi masyarakat juga harus turut mengambil bagian dalam upaya
tersebut agar kemanfaatannya dapat dirasakan bersama. kawasan urban heritage?

Tujuan
Merumuskan panduan
revitalisasi Kawasan pusat
orientasi (nodes) sebagai
karakteristik kawasan kota tua
serta meningkatkan vitalitas
urban heritage
Pengertian PariwisataBerikut ini pengertian pariwisata menurut para ahli dan undang-undang:

Latar belakang
Menurut Kodyat (1998) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan
kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu

Sedangkan Gamal (2002), pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. suatu proses kepergian sementara dari 1. Apakah Kawasan Belakang
seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya Padang telah memenuhi
Sedangkan menurut Undang - Undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa
sebagai Kawasan pusat
pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan kegiatan orientasi kegiatan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan (nodes) sebagaimana
daya tarikwisata yang dikunjungi dalam waktu sementara. karakteristik urban heritage?
2. Bagaimana upaya-upaya yang
Aspek Strategis Kota Batam
harus ilakukan dalam
1. Kawasan segitiga perdagangan Batam-Singapur-Johor meningkatkan vitalitas
2. Belakang Padang sebagai “Pulau Penawar Rindu” kawasan urban heritage?
3. Budaya heritage
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama terhadap kehidupan
masyarakat lokal dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi perubahan mata
Tujuan
pencarian, pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja.
Sasaran Merumuskan panduan
1. Mendeskripsikan kondisi masyarakat Desa Banten sebelum adanya
revitalisasi Kawasan pusat
pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama dilihat dari aspek
ekonomi yang meliputi Perubahan mata pencarian, Pendapatan dan orientasi (nodes) sebagai
kesempatan kerja. karakteristik kawasan kota tua
2. Mendeskripsikan kondisi masyarakat Desa Banten sesudah adanya serta meningkatkan vitalitas
pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama dilihat dari aspek urban heritage
ekonomi yang meliputi Perubahan mata pencarian, Pendapatan dan
kesempatan kerja.
3. Analisis Pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kehidupan
masyarakat lokal di Kawasan Banten Lama dilihat dari aspek ekonomi
Latar belakang
Cohen dalam (Pitana dan Diarta, 2009), secara
teoritis mengemukakan dampak pariwisata 1. Apakah Kawasan Belakang
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal Padang telah memenuhi
sebagai Kawasan pusat
dikelompokan ke dalam delapan kelompok, yaitu:
kegiatan orientasi kegiatan
1. Dampak terhadap penerimaan devisa (nodes) sebagaimana
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat karakteristik urban heritage?
3. Dampak terhadap kesempatan kerja 2. Bagaimana upaya-upaya yang
4. Dampak terhadap harga dan tarif harus ilakukan dalam
meningkatkan vitalitas
5. Dampak terhadap distribusi manfaat kawasan urban heritage?
keuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan dan
pengendalian
7. Dampak terhadap pembangunanDampak
Tujuan
terhadap pendapatan pemerintah
Merumuskan panduan
revitalisasi Kawasan pusat
Sedangkan menurut Ritchie (1987), pariwisata juga orientasi (nodes) sebagai
menimbulkan beberapa dampak sosial ekonomi karakteristik kawasan kota tua
masyarakat, diantaranya adalah: serta meningkatkan vitalitas
8. Ketidaktergantungan ekonomi individu urban heritage

9. Perpindahan tenaga kerja.


10. Perubahan dalam pekerjaan.
11. Perubahan nilai lahan.
Latar belakang
Cohen dalam (Pitana dan Diarta, 2009), secara
teoritis mengemukakan dampak pariwisata 1. Apakah Kawasan Belakang
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal Padang telah memenuhi
sebagai Kawasan pusat
dikelompokan ke dalam delapan kelompok, yaitu:
kegiatan orientasi kegiatan
1. Dampak terhadap penerimaan devisa (nodes) sebagaimana
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat karakteristik urban heritage?
3. Dampak terhadap kesempatan kerja 2. Bagaimana upaya-upaya yang
4. Dampak terhadap harga dan tarif harus ilakukan dalam
meningkatkan vitalitas
5. Dampak terhadap distribusi manfaat kawasan urban heritage?
keuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan dan
pengendalian
7. Dampak terhadap pembangunanDampak
Tujuan
terhadap pendapatan pemerintah
Merumuskan panduan
revitalisasi Kawasan pusat
Sedangkan menurut Ritchie (1987), pariwisata juga orientasi (nodes) sebagai
menimbulkan beberapa dampak sosial ekonomi karakteristik kawasan kota tua
masyarakat, diantaranya adalah: serta meningkatkan vitalitas
8. Ketidaktergantungan ekonomi individu urban heritage

9. Perpindahan tenaga kerja.


10. Perubahan dalam pekerjaan.
11. Perubahan nilai lahan.
Latar belakang
Peremajaan kota K o n s e r v a s i Revitalisasi
Peremajaan ICOMOS-The Burra Charter Tahap Revitalisasi : Ichwan (2004) -
kota (urban renewal) konservasi : istilah yang • Intervensi fisik Pengembangan Ekonomi
sebagai upaya atau menjadi payung dari semua • Rehabilitasi ekonomi Lokal (PEL)/Local
pendekatan dalam proses kegiatan pelestarian. • Revitalisasi Economic Development
perencanaan guna menata sosial/institusional (LED). - Pendanaan
kembali suatu kawasan • Feilden (1994) ; Bersama (Cost Sharing). -
tertentu dalam kota yang Juliarso (2009), Juwono Pembangunan yang
• Kode etik konservasi
bertujuan mendapatkan (2010) : Permasalahan Berkelanjutan - Konsep
• Holland
nilai tambah yang memadai kawasan yg perlu keberlanjutan
• Adhisakti (2002)
untuk kawasan tersebut direvitalisasi : (sustainability).
• Wieland (1997) ; respek
sesuai dengan potensi • Matinya aktivitas
terhadap eksisting tata ruang UU No. 5/1992:
ekonomi yang dimiliki oleh • melibatkan intervensi fisik. ekonomi
• Menurunnya kualitas • Kawasan mati
lahan kawasan. (Danisworo, • Antariksa (2008) ; usaha2 • Kawasan hidup tapi kacau
1996). Redevelopment, spasial dan fisik
preservasi • Kawasan hidup tapi
gentrifikasi, konservasi, bangunan
• Buruknya citra kawasan kurang terkendal
rehabilitasi, preservasi, Sidharta, 1989) ;
renovasi, restorasi, • Tidak memadainya Kwanda, 2004 Brent, 1980
• Lingkup Konservasi,
rekonstruksi (Triyosoputri • Satuan konservasi, infrastruktur Von Moiss dalam
dlm Zahnd, 1999) • Sasaran konservasi, Mahendra, 2007; Sistem
Revitalisasi obyek infill dan new building dlm
• Kriteria konservasi,
• Motivasi konservasi
life monument & dead revitalisasi fisik
monument
Gambaran umum wilayah
studi
Kecamatan Belakang Padang - Kota Batam - Provinsi Kepulauan Riau

Indonesia

Secara geografis mempunyai letak yang sangat


strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran
internesional antara 103°51 LU dan 13°30 BT
dengan total wilayah darat 69, 120 Km2 (11.9%)
dan wilayah laut seluas 512,428 (88.1%) Km2
sehingga total keseluruhan seluas 581,548 Km2.

Batas-batas Kecamatan Belakang Padang yaitu :


Sebelah Utara : Selat Philip (Pelayaran Internasional)
Sebelah Selatan : Kecamatan Moro (Kab. Tanjung Balai
Belakang Padang)
Sebelah Barat : Kabupaten Tanjung Balai Belakang Padang
Sebelah Timur : Kecamatan Sekupang (Kota Batam)
Gambaran umum wilayah studi
Pada tahun 1897 Belanda mendirikan
RUANG LINGKUP WILAYAH KELURAHAN SEKANAK pangkalan minyak di Pulau Sambu, pulau
yang terletak persis di sebelah timur pulau
RAYA Dalam Kelurahan Sekanak Raya ada 7 pulau Belakang Padang. Pulau Sambu sebagai
dari 35 Pulau dengan total wilayah daratan dari lima penghasil minyak bumi membuatnya
pulau dalam deliniasi mencapai 260,63 Ha (4,1% dari menjadi pulau penting bagi Belanda.
total Kel. Sekanak Raya). Saat itu Belanda memerintahkan pekerja, yang mayoritas warga
pribumi untuk membuka lahan baru di sebuah pulau yang terletak di
belakangnya pulau Sambu. Belanda ingin membuka dan meratakan
RUANG LINGKUP WILAYAH KELURAHAN TANJUNG lahan di pulau tersebut untuk dibuat sebuah padang atau lapangan luas.
Kemungkinan untuk dijadikan pemukiman.
SARI Di Kel. Tanjung Sari ada 3 pulau dari 5 Pulau Maka berangkatlah para pekerja tersebut menyeberangi pulau di
belakang pulau Sambu itu dan meratakan lahan disana untuk dibuat
(kecuali Pulau Batu Berantai dan Meriam) dengan total menjadi sebuah padang sehingga kini pulau tersebut diberi nama pulau
Belakang Padang (atau padang lapangan di belakang pulau Sambu).
wilayah Sumber
daratan dari keempat pulau mencakup 175,88
: Leiden University LibrariesDigital Collections
Pulau Sambu

Ha (6% dari total wilayah) yang memang di dominasi


Kaart van den Battam-archipel en Kateman 1882

wilayah perairan.
60,51% LAHAN TERBANGUN
Bangunan perumahan, perdagangan dan jasa/sarana
perekonomian, sarana peribadatan, kesehatan,
pendidikan, perkantoran, olahraga dan kegiatan
perikanan
Sumber:
www.tropenmuseum.nl (Chinese Junk at Sambu Island)
www.loc.gov (Nieuwe kaart van het Eyland Sumatra)
arsipskpd.batam.go.id (Profil Kecamatan Belakang Padang)
Gambaran umum wilayah studi
Pada tahun 1897 Belanda mendirikan
pangkalan minyak di Pulau Sambu, pulau
yang terletak persis di sebelah timur pulau
Belakang Padang. Pulau Sambu sebagai
penghasil minyak bumi membuatnya
menjadi pulau penting bagi Belanda.

Sumber : Leiden University LibrariesDigital Collections


Kaart van den Battam-archipel en Kateman 1882

Pulau Sambu

Sumber : Leiden University LibrariesDigital Collections


Kaart van den Battam-archipel en Kateman 1882

Saat itu Belanda memerintahkan pekerja, yang mayoritas warga


pribumi untuk membuka lahan baru di sebuah pulau yang terletak di
belakangnya pulau Sambu. Belanda ingin membuka dan meratakan
lahan di pulau tersebut untuk dibuat sebuah padang atau lapangan luas.
Kemungkinan untuk dijadikan pemukiman.
Maka berangkatlah para pekerja tersebut menyeberangi pulau di
belakang pulau Sambu itu dan meratakan lahan disana untuk dibuat
menjadi sebuah padang sehingga kini pulau tersebut diberi nama pulau
Belakang Padang (atau padang lapangan di belakang pulau Sambu).
Sumber:
www.tropenmuseum.nl (Chinese Junk at Sambu Island)
www.loc.gov (Nieuwe kaart van het Eyland Sumatra)
arsipskpd.batam.go.id (Profil Kecamatan Belakang Padang)
Menurut Synder dan Catanse dalam Budiharjo (1997), terdapat enam cirri-
ciri heritage, antara lain :
1) Kelangkaan , karya merupakan sesuatu yang langka.
2) Kesejarahan, yaitu memuat lokasi peristiwa bersejarah yang penting.
3) Estetika, yaitu mempunyai keindahan bentuk struktur atau ornament.
4) Superlativitas, yaitu tertua, tertinggi, atau terpanjang.
5) Kejamakan, yaitu karya yang mewakili suatu jenis atau ragam
bangunan tertentu.
6) Pengaruh, yaitu keberadaanya akan meningkatkan citra lingkungan
sekitarnya

Selain keenam cirri-ciri diatas, Kerr (1983) menambahkan tiga cirri-ciri


heritage, yaitu :
1) Nilai Sosial, yaitu mempunyai makna bagi masyarakat.
2) Nilai Komersial, yaitu berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai
kegiatan ekonomis.
3) Nilai Ilmiah, yaitu berperan dalam bidang pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Kriteria Kawasan Bersejarah
Kriteria kawasan dapat di nilai sebagai suatu kawasan bersejarah warisan
budaya antara lain adalah (Budiharjo 1993) dalam (Ilham Irawan 2016):
1. kawasan bersejarah merupakan kawasan yang pernah menjadi pusatpusatdari
komplektifitas fungsi dan kegiatan ekonomi, sosial dan budayayang
mengakumulasikan makna historis di dalamnya.
2. kawasan bersejarah adalah kawasan yang mampu mengakumulasikan nilainilai
makna kultural. Makna kultural kawasan ini tergambar dalam dalam materi fisik
kawasan yang di tonjolkaan dalam bentuk-bentuk bagunan,tampilan kawasan
atau landscape kawasan.
Tipologi Kawasan Bersejarah
Tipologi kawasan bersejarah yang ada di Indonesia pada umumnya
dikelompokkan dalam 2 model yakni (Budiharjo, 1993 dalam Ilham Irawan,
2016):
3. Kawasan tradisional
Adapun ciri – ciri dari kawasan ini adalah :
a) Merupakan suatu kawasan yang mengakumulasikan makna kulturaldengan
karakter tradisional dari peristiwa-peristiwa itu sendiri.
Gambaran umum wilayah studi
Belakang Padang dalam 3 priode :
•Zaman Kolonial (1887).
•Zaman Jepang (1942-1945).
•Zaman Kemerdekaan (1945-1980an).

B
C

B
A

C A

Kantor Camat Belakang Padang. Kantor camat ini


secara historis memiliki kairan erat dengan Pulau
Batam. Dimana era 1959 sampai 1983 Kecamatan
Batam beribukotakan Belakang Padang yang
merupakan pindahan dari Pulau Buluh.
Gambaran umum wilayah studi
Belakang Padang dalam 3 priode :
•Zaman Kolonial (1887).
dalah salah satu jenis •Zaman Jepang (1942-1945).
pakan gaya arsitektur asli •Zaman Kemerdekaan (1945-1980an).

dari karya-karya arsitek


bermunculan pada 1950 B
C
ni pada saat arsitek
elanda meninggalkan
h merdeka.
ya ini termasuk pada
n.

kehadiran gaya
50 hingga 1960-
rbagai wilayah A

ef Prijotomo,
a adalah lulusan
aannemer (ahli
elanda.

Kantor Camat Belakang Padang. Kantor camat ini


secara historis memiliki kairan erat dengan Pulau
Batam. Dimana era 1959 sampai 1983 Kecamatan
Batam beribukotakan Belakang Padang yang
merupakan pindahan dari Pulau Buluh.
Perancangan
Kota
Kota : tempat bermukim manusia dgn segala kehidupannya, sehingga bagian dari Human Settlement yaitu Ruang (container) dan
Manusia di dalamnya (Content) (Soetomo, 2008)

Teori Citra Kota Perancangan Kawasan Konsep Dasar Perancangan Kota


(Lynch,1959) dalam Kota : Anatomi & Arsitektur (Moughtin,1992)
• Jalur (path) Distrik (Spreiregen,1985) • Tatanan
• Tepi (edge) • Pusat dlm kota besar • Kesatuan
• District • Rancangan dgn lay out • Proporsi
• Simpul (node) grid : jalan & blok • Skala
• Tengeran (landmark) • Kota tua sbg bagian • Harmoni
kota • Simetri, keseimbangan, ritme
• Ritme, harmoni, kontras

Perancangan Kota Teori Kontekstual dr bbrbgai


(Shirvani,1985) precedent : • Ching (1991),
• Penggunaan lahan • Struktur ruang (Krier, Darmawan
• Bentuk & massa 1975) ; urban square & (2005) Perancangan Kota
bangunan street difulfill dr tipologi • Wujud
(Trancik,1986)
• Sirkulasi & parker bngunan • Dimensi • Figure ground
• R.terbuka • Strategi garis (IM.Pei dlm • Warna • Linkage
• Pejalan kaki Wijanarka, 2004) • Tekstur • Place
• Pendukung kegiatan • Datum (Ching, 1991) ; • Posisi
• Penandaan penghubung garis, bidang • Orientasi
• Preservasi atau komposisi garis
Indikator Penelitian
• Perannya dan kedudukan
• Karakter bangunan
Karakteristik Kota Tua pada umumnya • Penanganan pemerintah setempat
• Konsep jalur pejalan kaki
• Landmark
• Adanya akulturasi budaya

Morfologi
Kondisi kawasan : • Wujud
tata guna lahan ; spasial • Dimensi dan proporsi
bentuk dan massa bangunan • Warna dan tekstur
sirkulasi (pedestrian, Typologi Posisi dan orientasi
kendaraan, jalan, blok, parkir) Kondisi bangunan : Skala
ruang terbuka (open space, • Arsitektural • Irama
green space) jaringan sarana • Kultural
infrastruktur • Estetika
Komponen yang • Kejamakan
mengalami penurunan • Kelangkaan
Kondisi Non fisik :
vitalitas kawasan • Peranan sejarah
• Nilai sosial
• Nilai budaya
• Memperkuat
• Nilai ekonomi kawasan
• Keistimewaan
Identifikasi upaya peningkatan vitalitas
kawasan
Kondisi Kawasan Kondisi Bangunan

No Indikator Sub Indikator Penanganan No Sub indikator Parameter Deskripsi


1 Pola spasial (land Path, Nodes, Landmark, 1 Makna Wujud, posisi,
use & Disrict arsitektur dan orientasi warna, Bangunan berkesan yang
sedang kuat : eks kantor camat,
konfigurasinya) fungsi tekstur, dimensi,
bangunan proporsi irama, pos TNI AL, rumah kayu
skala penduduk. Kesan yang
2 Bentukan hirarki Sirkulasi, Jalan, diberikan bangunan
lingkungan sekitar sedang
heritage masa kolonial.
Jalur pedestrian sedang 2 Nilai kultural Estetika, ketajaman,
peninggalan kelangkaan.
3 Tatanan bentuk Bangunan umum, arsitektur
massa bangunan rendah Nilai tertinggi : bangunan
kolonial berciri heritage, eks
kantor camat, rumah
bangunan berarsitektur sedang tinggal kayu, bangunan
Peranan sejarah
memperkuat kiomersil.
4 Ruang terbuka Komunal sedang
kawasan
Terbuka hijau rendah
5 Ketersediaan Jaringan air bersih,
sarana dan Jaringan air kotor limbah,
prasarana jarinan telepon, jaringan
listrik,persampahan rendah
Metode
Pendekatan Penelitian
Penelitian
Penelitian deskriptif
membuat deskripsi secara sistematis, faktual, aktual, mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Pendekatan historis (sejarah)


membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta
mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat (Darjosanjoto, 2006).

Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif , Variabel muncul kemudian ; membuka jalan agar dapat menginterpretasikan realitas dari kehidupan sosial
dengan memberi pemahaman akan pengalaman hidup seseorang. Strategi kualitatif  berusaha untuk merakit bersama data yang
mendalam (in-depth account) ttg konteks sosial dengan menggunakan berbagai taktik (Wang, 2002).

Pengumpulan data
Data Primer : (data yang diperoleh langsung dari lapangan)
Observasi : pengamatan langsung, data, gambar, sketsa, dll.
Materi Visual : foto, video
Wawancara : terstruktur dan tidak tersturktur
Studi Literatur :
Buku, jurnal, karya ilmiah, dokumen terkait
Instansi : peraturan, standar
Analisis SWOT

Selanjutnya alat yang dipakai dalam analisis data pada penelitian ini adalah Analisis SWOT. Analisis ini
dilandasi oleh keyakinan terhadap asumsi bahwa strategi efektif akan mampu memaksimalkan kekuatan dan
mengeksploitasi peluang serta disaat bersamaan mampu memaksimalkan kelemahan dan meminimalisir berbagai
ancaman.

BOBOT RATING BOBOT


MATRIKS INTERNAL (IFAS) (SKALA 0 - 1) (1-4) X RATING
A. Kekuatan/Streght (S)
a Fisik Bangunan 0.12 3 0.15
b Aksesbilitas 0.2 3 0.6
c Peran Serta masyarakat 0.05 3 0.15
d Kebijakan Pemerintah 0.05 4 0.2
1.7
B. Kelemahan/Weakness (W).
a Fisik Bangunan 0.05 4 0.2
b Aksesbilitas 0.05 3 0.15
c Peran Serta masyarakat 0.2 3 0.6
d Kebijakan Pemerintah 0.1 4 0.4
1 1.75
Analisis
SWOT
MATRIKS EKSTERNAL

BOBOT RATING BOBOT


MATRIKS INTERNAL (IFAS) (SKALA 0 - 1) (1-4) X RATING

D. Peluang/Opportunies (O)

a Fisik Bangunan 0.12 3 0.15


b Aksesbilitas 0.2 3 0.6
c Peran Serta masyarakat 0.05 3 0.15
d Kebijakan Pemerintah 0.05 4 0.2 1) Peluang/Opportunie
1.7 Semua pemilik banguna
koridor ini membiayai p
E. Tantangan/Threats (T) a
bangunan oleh dana pr

a Fisik Bangunan 0.05 4 0.2 Pengembangan kawasa


b Aksesbilitas 0.05 3 0.15 berbasis ekonomi, jasa
c Peran Serta masyarakat 0.2 3 0.6 b komersial
d Kebijakan Pemerintah 0.1 4 0.4 (berpotensi diadakanny
1 1.75 malam di kawasan)
Ada peluang investasi di
Keterangan Angka :
2. Rating c wilayah
1. Bobot
>0.04 sangat tidak penting Pada S dan O Pada W dan T
2 (kurang) 1 (kurang) Banyaknya bangunan la
0.05- 0.08 tidak penting
3 (cukup) 2 (kurang) bercirikan arsitektur kol
0.09 - 0.12 cukup penting
0.13 - 0.16 penting sekali 4 (penting) 3 (penting) d melayu
yang diduga bangunan
budaya
Terbentuknya komunitas
Kesimpulan
AGE
GENDER IDEAL
HOME
80%85% 95%

Mars Mercury
Venus

PREFERRED LOCATIONS
70%

60%

1st
2n
Saturn
Jupiterd
3r
20-40
40-60
80% d
Neptune
THANKS Teguh Eko Raharjo
deguher@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai