Anda di halaman 1dari 38

Executive Summary

DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER


KAWASAN KERATON TAYAN

1. LATAR BELAKANG
Kecamatan Tayan
merupakan salah
satu wilayah
administratif dari
Kabupaten
Sanggau,
Kalimantan Barat.
Kecamatan Tayan
memiliki sejarah
hirarki
pemerintahan kota yang bermula dari sistem kerajaan di mana saat
itu wilayah Kalimantan Barat dikuasai oleh Kerajaan Matan di
Tanjungpura (Kabupaten Ketapang), perjalanan panjang
pengembangan kota hingga pada masa kemerdekaan dan era
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

otonomi maka Pemerintah Kabupaten Sanggau secara luas berupaya


untuk membangun pengelolaan di daerahnya baik internal maupun
eksternal demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat dari
desa/kelurahan wilayah kecamatan terpencil hingga ke pusat kota.

Keraton Pakunegara Tayan merupakan kawasan bersejarah yang


dapat menjadi core daya tarik wisata dan masuk ke dalam bangunan
cagar budaya yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 tahun
1992 tentang Bangunan Cagar Budaya. Dilihat dari aspek sosial
budaya terpeliharanya kawasan kuno ini akan menumbuhkan ikatan
yang erat antara masa kini dan masa lampau dan menciptakan
kebanggaan serta harga diri sebagai bangsa. Sedangkan menurut
aspek fisik bahwa keberadaan bangunan kuno seperti Kawasan
Keraton Pakunegara Tayan akan memperkaya wajah lingkungan dan
dapat menciptakan identitas kota yang khas, unik dan berkarakter.

Pekerjaan DED (Detail Engineering Design) Penataan Sempadan


Sungai dan Amphiteater Kawasan Keraton Tayan adalah sebagai
upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi
pada Kawasan waterfront Keraton Tayan. Penataan Sempadan
Sungai ini juga bertujuan untuk konservasi bangunan cagar budaya,
dalam hal ini keraton Pakunegara Tayan.

Pekerjaan DED ini akan berfokus pada perancangan detail beberapa


lokasi di tepian Sungai Kapuas dan berfokus pada area depan
Keraton Pakunegara Tayan yang dinilai dapat menjadi titik-titik awal
mula kegiatan penataan kawasan. Selain itu, kegiatan ini juga
meliputi perancangan jalur sirkulasi di sepanjang sungai dan ruang
publik di depan Keraton yang dapat digunakan sebagai sarana
berkumpul dan rekreasi bagi masyarakat di sekitarnya.

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 103
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

2. PERMASALAHAN
Tidak adanya rancangan detail penataan tepian sungai merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan berbagai masalah dalam desain
tepian sungai (waterfront). Ketiadaan rancangan detail juga
mengakibatkan banyak sumberdaya yang tidak teralokasikan secara
efektif dan efisien, karena tidak adanya arahan pengembangan
program-program serta rencana pengelolaan dan pengembangan
fisik secara jelas. Di sisi lain, disadari bahwa penataan yang
komprehensif akan membutuhkan waktu yang lama dan
sumberdaya yang banyak. Oleh karenanya, yang kerap diperlukan
adalah adanya suatu rancangan detail yang dapat dijadikan arah
pengembangan secara garis besar, sekaligus menjadi acuan dalam
penataan tepian sungai.

3. REVIEW PROGRAM DAN TEORI TERKAIT

Pengembangan kawasan tepian air (waterfront development)


merupakan tren yang melanda kota-kota besar dunia sejak tahun 80-
an. Beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan waterfront
development adalah dibangkitkannya kembali kenangan lama akan
kota yang didominasi oleh kegiatan perairan, kemudahan
pencapaian karena lokasinya yang dekat dengan pusat kota, serta
luar lahan yang cukup besar yang ada pada saat ini sudah sulit
ditemukan lagi di dalam kota yang semakin padat.

Wrenn (1983) mendefinisikan waterfront development sebagai


"interface between land and water". Di sini kata "Interface"
mengandung pengertian adanya kegiatan aktif yang memanfaatkan
pertemuan antara daratan dan perairan. Adanya kegiatan inilah yang

104 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

membedakannya dengan kawasan lain yang tidak dapat disebut


sebagai waterfront development - meski memiliki unsur air - apabila
unsur airnya dibiarkan pasif. Dengan demikian pengertian
waterfront development dapat dirumuskan sebagai pengolahan
kawasan tepian air yaitu kawasan pertemuan antara daratan dan
perairan dengan memberikan muatan kegiatan aktif pada
pertemuan tersebut.

Aspek lokasitas pembangunan dan pengembangan waterfront


memiliki 2 tipologi pengembangan:

Pembangunan dan pengembangan Pembangunan dan pengembangan


pada area waterfront yang telah pada area waterfront yang baru.
ada sebelumnya.

Diagram 1.. Tipologi Pengembangan Waterfront


Dewasa ini area waterfront tidak lagi dipandang sebagai daerah
gelap yang tidak berguna, melainkan dipandang sebagai suatu
kawasan potensial yang dapat dikembangkan. Waterfront
development memegang peranan penting dalam proses restorasi
kota. Motivasi pengembangan waterfront dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain:
a. Kepedulian terhadap lingkungan dan nilai ruang kota.
b. Preservasi sejarah dan identitas kota.
c. Kepariwisataan
d. Eksploitasi ruang kota
e. Rekreasi dan kebugaran
f. Penyelesaian masalah perkotaan

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 105
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Berdasarkan aktivitas yang ditampung di dalamnya, waterfront


dapat dibagi sebagai berikut (Bre Ann, Dick Rigby, Op. Cit) :
a) Cultural waterfront
b) Environment waterfront
c) Historic waterfront
d) Mixed use waterfront
e) Recreational waterfront
f) Residential waterfront
g) Working waterfront

Beberapa kajian aspek yang dapat membantu keberhasilan penataan


kawasan tepian air adalah sebagai berikut (Torre, I. Aseo, Op. Cit):
a) Tema; dengan tema, suatu pembangunan daerah tepian
air akan mempunyai kekhasan yang spesifik yang akan
membedakan satu lokasi dengan lokasi lainnya. Tema
yang mantap dan sesuai akan mengontrol analisis
kebutuhan ruang di masa depan, material yang
dipergunakan, skala dan meaning.
b) Citra, Menciptakan image/citra terhadap daerah-daerah
tepian air memang sangat penting, dengan demikian
berbagai fasilitas dan pelayanan kegiatan seperti rekreasi,
sarana olahraga, fasilitas hunian, restoran, maupun
sebagai tempat kegiatan budaya setempat akan turut
serta memberikan keindahan visual yang khas, sehingga
daerah tersebut akan dapat membentuk image/citra
lingkungan yang baik dan menarik.
c) Fungsi, aspek ini menggambarkan tuntutan bahwa
pembangunan daerah tepian air haruslah dapat
memberikan dan menjalankan fungsinya secara baik,
seperti menjamin adanya aksesibilitas pencapaian,

106 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

sirkulasi dalam parkir yang memenuhi kebutuhan pada


saat puncak keramaian sekalipun.
d) Teknologi, penggunaan/penerapan teknologi serta
pemilihan bahan-bahan yang akan dipergunakan,
khususnya yang berkenaan dengan penyelesaian
tepian/pertemuan daratan dengan perairan, pematangan
lahan, penanggulangan buangan/limbah, pengaturan tata
air dan sebagainya, perlu disesuaikan dengan karakter air
dan lokasinya (di daerah air tawar/air laut).

Dalam mengolah kawasan tepian air, beberapa elemen dapat


diberikan penekanan dengan memberikan solusi disain yang
spesifik, yang membedakan dengan olahan kawasan lainnya atau
yang dapat memberikan kesan mendalam sehingga selalu dikenang
oleh pengungjungnya, antara lain:
a) Pesisir
b) Promenade
c) Dermaga
d) Jembatan
e) Pulau buatan/bangunan air
f) Ruang terbuka
g) Aktifitas

Komponen Dasar Perancangan Waterfront


a) Elemen Desain waterfront
Elemen-elemen utama yang umum ditemui pada
sebuah waterfront adalah ruang terbuka, penghubung dan
pengembangan (Steiner dan Butler, 2007). Di dalam ketiga
elemen tersebut, terdapat sub-elemen yang mengisi elemen

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 107
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

utama tersebut. Berdasarkan Steiner dan Butler (2007),


rincian dari elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:
 Ruang terbuka (open space) terdiri dari : Plaza,
taman, dan dermaga
 Penghubung (connections) dapat berupa : jalur
(path), promenade, water connections untuk turis,
water connections untuk transportasi
 Pengembangan (development) terdiri dari :
working waterfront, pemanfaatan adaptif, tujuan
rekreasi, pengembangan mix-use, kesenian
 Berkelanjutan (sustainability) yang terdiri dari :
preservasi ekologis, dan desain ekologis

b) Strategi desain
Menurut Steiner dan Butler (2007), strategi desain pada
perancangan sebuah waterfront merupakan langkah
penting dalam menentukan desain waterfront yang akan
dirancang. Terdapat 4 strategi dasar, yakni:
1. Continuity
2. Variety
3. Sequence
4. Connections
Perbedaan pada setiap strategi penataan kawasan
waterfront adalah tatanan ruang dan fungsi sehingga
masing-masing menciptakan pola tersendiri. Penjelasan
strategi tersebut adalah sebagai berikut:
 Pada strategi continuity, tatanan dibuat menjadi
linear atau menerus sehingga tidak menciptakan
kesan awal dan akhir pada jalur sepanjang
waterfront.

108 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

 Pada strategi variety, tatanan fungsi dan ruang


dibuat beragam sehingga sehingga menonjolkan
aspek keragaman pada area waterfront.
 Dengan strategi sequence, terdapat urutan tertentu
dari fungsi dan ruang yang ada pada sebuah
waterfront.
 Yang terakhir adalah strategi connections dimana
terdapat hubungan setiap fungsi pada waterfront.
Hubungan tersebut dapat berupa akses, view dan
sebagainya.

c) Komponen Tata Ruang Luar waterfront


Desain tata ruang luar pada waterfront merujuk pada
komponen atau elemen ruang ruang. Fokus utama dari
desain tata ruang terbuka sendiri adalah elemen-elemen
utama yang berperan sebagai pembentuk wujud atau
karakter ruang yang diciptakan pada waterfront. Selain
itu, elemen-elemen tersebut secara keseluruhan dapat
menciptakan karakteristik sebuah waterfront sehingga
menjadi lebih menarik untuk dikunjungi publik. Dengan
memaksimalkan desain dengan elemen-elemen ruang
terbuka pada ruang-ruang waterfront, dapat berpotensi
sebagai sarana bagi publik melakukan kegiatan sehari-
hari di waterfront. Komponen tata ruang luar antara lain :
 Paving (perkerasan), Material yang paling umum
pada paving adalah konkrit. Penggunaan konkirt
dapat dikombinasikan dengan permainan warna
agar konkirt terlihat menjadi lebih menarik atau
untuk menyesuaikan dengan konteks lingkungan
dan karakteristik. Selain konkrit, granit juga

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 109
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

merupakan material yang umum. Granit memiliki


bahan dengan ketahanan yang tinggi sehingga
sangat sesuai untuk digunakan sebagai sideways
dengan intensitas pedestrian yang tinggi.Ada juga
pencampuran antara konkrit dengan material-
material lain pada sebuah paving untuk
meningkatkan estetika. Permainan warna pada
paving juga dapat menciptakan persepsi visual
tersendiri bagi pedestrian. Ia dapat
mengindikasikan perubahan karakter jalan dan
sebagainya atau bahkan memberikan petunjuk
(signage) bagi pedestrian.

Gambar 1. Paving

 Landscape planting, Tanaman pada sebuah jalan


dapat berfungsi sebagai shelter, elemen visual,
pemberi karakter, menyegarkan udara, ornamen
dan sebagainya. Bagian dasar dari vegetasi dimana
pemilihan material seperti batu-batuan kecil atau
hanya sekedar rumput juga perlu disesuaikan
tergantung dengan kondisi.Pada umumnya bagian
dasar harus memiliki luasan yang cukup untuk

110 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

mengantisipasi pertumbuhan tanaman.


Penempatan vegetasi dapat disesuaikan sesuai
dengan ruang yang tersedia.
 Street Lighting, lampu jalan berfungsi sebagai
elemen keselamatan serta penunjuk jalan bagi para
pedestrian dan kendaraan bermotor. Cahaya
digunakan untuk menerangi bangunan, lanskap,
jalanan, area parkir, rambu-rambu dan area outdoor
lainnya.
 Street furniture, Street furniture merupakan
perabot-perabot yang menunjang aktivitas publik
pada sebuah jalan. Biasanya ia diposisikan pada
lokasi yang fix atau bisa dipindah-pindahkan.
Ketahanan dari barang-barang ini sangat penting
demi kelangsungan barang tersebut dalam
menunjang aktivitas. Penempatan street furniture
disesuaikan dengan fungsi perabot masing-masing.
Tempat yang paling umum untuk menempatkan
street furniture adalah pada zona perabot di
sepanjang jalan.

d) Utilitas Publik
Jaringan utilitas biasanya tersembunyi dari visual publik.
Jaringan utilitas yang paling sering terlihat adalah tiang
listrik beserta jaringan kabel. Walaupun tidak terlalu
memberi potensi bahaya, biasanya ia diposisikan diatas
dengan ketinggian sekian meter dengan alasan keamanan.
Selain itu terdapat kotak utilitas yang biasanya berisi
mekanisme untuk mengatur jaringan utilitas.

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 111
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

4. PROFIL KAWASAN KERATON PAKUNEGARA TAYAN

Keraton Tayan didirikan oleh Gusti Lekar (1683-1718) adalah anak


kedua dari Panebahan Dikri (Raja Matan) Putera Mahkota Duli
Maulana Sultan Muhammad Syarifudin., menggantikan ayahnya
menjadi Raja Matan. Ibu kota Kerajaan Tayan di pindahkan ke suatu
tempat bernama Rayang. Peninggalan berupa Makam Raja-raja dan
sebuah meriam, yang konon menurut cerita meriam ini tidak mau
dipindahkan ke tempat lain, dan pada saat-saat tertentu posisinya
dapat berubah sendiri.
Berdirinya Kerajaan Tayan ini pada awal abad ke-15 mengenai asal-
usul nama Tayan masih terdapat berbagai versi, antara lain :
Legenda asal kata “Ta” artinya tanah dan “Yan” artinya tajam (Tanah
Tajam) dimaksudkan dengan kondisi Tanah di ujung Tanjung, di situ
tempat mulai dibuka atau didirikan kota Tayan. Asal kata “Tai”
artinya besar dan “An” artinya kota (Kota Besar). dengan
berakhirnya masa Kerajaan Tayan ini, status keraton Pakunegara
dijadikan monument peninggalan sejarah yang dilindungi
(Monumen Ordonansi No. 238 tahun 1931) dari Pemerintahan
Daerah Tk. I Kalimantan Barat.

112 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Gambar 2. Keraton Pakunegara Tayan

Sejak dipindahkan pusat kerajaan dari Rayang ke pusat kerajaan


yang baru ini, dan bertempat tinggal di istana/keraton tersebut telah
sempat memerintah 4 orang panembahan yaitu :
1. Gusti Muhammad Ali (Panembahan Paku Negara Kusuma)
1875-1905
2. Gusti Tamdjid (Panembahan Anom Paku Negara) 1905-1929
3. Gusti Djafar (Panembahan Anom Adi Negara) 1929-1943
4. Gusti Ismail (Panembahan Anom Paku Negara) 1946-1963
5. Gusti Yusri, SH (Panembahan Anom Pakunegara) 2012-
sekarang

Keraton Pakunegara Tayan merupakan komplek istana yang terdiri


dari Istana sebagai pusat pemerintahan, masjid Jami’ dan makam
kerajaan. Masjid Jami’ konon menurut penduduk sekitar masjid ini
selalu berpindah-pindah apabila pusat kerajaan oleh para Raja
Tayan dipindahkan. Pada awalnya masjid dibangun di daerah
Rayang, kemudian dibawa pindah ke daerah Kemilun dan
dipindahkan kembali ke daerah Tayan bersama pusat kerajaannya.

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 113
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Morfologi kota Tayan dimaknai secara filosofi melahirkan persepsi


ruang kota dengan pola “kepala-badan-ekor”, terutama secara tradisi
Melayu, sungai sering diposisikan secara horizontal. Sehingga unuk
menandai suatu lokasi di tepian sungai seringkali digunakan istilah
kepala (hulu) dan ekor sebagai arah mengalirnya air sungai. Hal ini
bersifat simbiosis dalam berinteraksi dengan alam serta berusaha
mengisi setiap ruang yang ada secara lebih fleksibel/luwes. Seiring
perkembangan kota Tayan peningkatan perekonomian masyarakat
sedikit banyak mempengaruhi fasad bangunan arsitektur lama
(rumah panggung) yang semula berorientasi ke sungai menjadi
bangunan dengan arsiektur yang bergaya modern. Secara historis
eksistensi terbentuknya komunitas masyarakat tepian sungai dapat
dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, masyarakat dengan
tradisi menetap dan berkembang pada lokasi tepian sungai dengan
basis budaya perairan. Kedua, kelompok masyarakat yang menghuni
kawasan tepian air akibat proses urbanisasi dengan dasar
pertimbangan budaya huni pada keterbatasan lahan (masyarakat
‘marginal’).
Tata Ruang dan Arsitektur Keraton Pakunegara Tayan terdiri atas:
a. Gapura Keraton
b. Halaman Keraton
c. Pendopo Keraton
d. Masjid Jami’ Darussalam
e. Keraton Pakunegara

114 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Gambar 3. Gerbang Keraton (kiri) dan Pendopo Keraton (kanan)

Gambar 4. Masjid Jami’ Darusalam

Gambar 5. Bagian Dapur Keraton Tayan

Keraton Pakunegara merupakan bangunan yang terdiri dari 2 (dua)


bagian, bagian lantai dasar merupakan ruang utama keraton yang
yang terdiri dari bilik/kamar tidur yang terdapat di sisi kanan dan

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 115
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

kiri ruang utama, sedangkan ruang pada lantai atas pada zamannya
dipergunakan sebagai tempat berlindung keluarga keraton dari
serangan musuh yang kemudian beralih fungsi sebagai tempat
menenun oleh para kerabat keraton di mana masih dijumpai rol besi
sebagai alat bantu memindahkan barang dari lantai bawah ke ruang
atas.
Bagian yang termasuk dalam wilayah perancangan tepian sungai
Kapuas Tayan ini adalah area di sekitar keraton Pakunegara Tayan
termasuk keraton itu sendiri dan Masjid Jami’. Berikut ini
merupakan peta batasan wilayah perancangan. Area tepian sungai
sepanjang ±450 m adalah area yang dirancang menjadi waterfront
yang digunakan sebagai ruang publik masyarakat.

Gambar 6. Batas Wilayah Perancangan

116 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Kondisi jalur sirkulasi beton di area kawasan perancangan masih


cukup baik. Lebar jalur sirkulasi ±4 meter. Sisi-sisi jalan terdapat
saluran drainase dan ruang terbuka hijau. Pada beberapa bagian,
jalur sirkulasi dengan perkerasan beton hanya memiliki lebar ±1,5
meter dan hanya digunakan untuk pejalan kaki.

Gambar 7. Kondisi Jalan Keraton Tayan

Pada tepian sungai yang berada satu garis lurus dengan keraton
Tayan terdapat pendopo kembar yang pada bagian depannya
terdapat dermaga. Bagian tepian sungai Kapuas Tayan ini sebagian
besar adalah permukiman warga. Rumah-rumah warga di sekitar
tepian sungai masing-masing memiliki gertak dan titian tangga kayu
yang berfungsi untuk masyarakat ke sungai sekaligus tempat untuk
masyarakat menambatkan perahu miliknya.

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 117
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Gambar 8. Pendopo Kembar dan Permukiman Warga

Jika melihat kondisi eksisting ruang terbuka hijau pada kawasan


dapat dirasakan bahwa kawasan ini masih memikirkan pentingnya
ruang terbuka hijau. Kawasan tepian sungai yang berada di depan
keraton sudah tertata dengan cukup baik. Masih terdapat beberapa
pohon dan perdu yang berfungsi sebagai pengarah dan peneduh.

5. ANALISIS PERANCANGAN KAWASAN

Pada kawasan perancangan, kebudayaan yang dikembangkan adalah


kebudayaan dari Kerajaan Pakunegara. Secara makro, Kawasan
Keraton Tayan memiliki potensi pariwisata yang cukup memadai.
Lokasi Kota Tayan yang merupakan salah satu Kota Transit
menjadikan Kawasan Keraton Tayan ini memiliki potensi banyak
pengunjung. Selain itu, lokasi yang tepat di tepi Sungai Kapuas
berpotensi sebagai kawasan pariwisata karena banyak dilalui
masyarakat yang melewati Kota Tayan melalui Sungai Kapuas.

118 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Dalam skala Kota Tayan, penataan kawasan Keraton Pakunegara


nantinya akan berdampak pada aktifitas wisata sungai terintegrasi
yang telah direncanakan pemerintah Kabupaten Sanggau. Adapun
salah satu destinasi dari integrasi wisata sungai ini adalah Keraton
Pakunegara. Dengan adanya visi integrasi wisata sungai nantinya
dapat mendukung perekonomian kerakyatan terutama bagi
masyarakat bermata pencaharian di sungai.

Gambar 9. Peta integrasi wisata sungai

Tabel 1. Potensi Wisata Tepian Sungai

Potensi Koridor Sungai Permasalahan Koridor Sungai


a. Jalur sungai sangat panjang yang a. Atraksi disepanjang Sungai Kapuas
didukung oleh kondisi alam di sepanjang masih sangat sedikit dan cukup jauh
sungai yang masih alami dan bersuasana dari tepian Sungai Kapuas
pedesaan. b. Fasilitas yg menunjang atraksi tepi
b. Kawasan yang berupa hutan, rawa dan sungai masih sangat terbatas

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 119
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

perkebunan sangat berpotensi sebagai c. Sarana Prasarana yang masih terbatas


ekowisata dan agrowisata dengan kondisi yang kurang baik
c. Kawasan tepian Sungai Kapuas yang d. Angkutan sungai masih sangat sedikit
masih berupa lahan kosong, rawa dan dan tarifnya relatif mahal
hutan sangat memungkinkan untuk e. Masyarakat yang tinggal pada segmen
pengembangan ini terutama di sepanjang tepian
d. Potensi wisata yang sangat beragam Sungai Kapuas masih sangat sedikit
jenisnya, dapat menjadi suatu paket f. Terganggunya ekosistem rawa akibat
wisata yang menarik pembangunan yang dapat
e. Sarana prasarana aksesibilitas yang menyebabkan sbencana banjir bagi
cukup memadai, baik darat (lintas kawasan sekitar
sumatera), air dan udara. g. SDM yang masih minim akan
f. Mempunyai sarana aksesibilitas berupa pendidikan kepariwisataan
jalan darat dan transportasi air yang
menghubungkan Tayan ke Desa desa
lainnya baik dari Hilir hjingga hulu sungai
g. Titik fokus pengembangan pariwisata
oleh pemerintah daerah yang ditekankan
pada agrowisata

Kawasan Keraton Tayan adalah bagian dari kawasan strategi sosio-


kultural yang mewadahi berbagai macam fungsi peruntukkan lahan
yaitu area komersil, permukiman dan cagar budaya. Peruntukkan
cagar budaya terkosentrasi di kawasan inti Keraton Pakunegara
Tayan. Peruntukkan area perdagangan dan jasa terkonsentrasi
linear pada jalan besar pada jalan Gusti Djafar. Selebihnya kawasan
Keraton Tayan merupakan lahan dengan peruntukkan permukiman.
Fungsi yang sudah ada yaitu perdagangan dan jasa seperti ruko
perlu dipertahankan untuk mengaitkan antara fungsi permukiman
dan komersial. Lahan pada area inti cagar budaya Keraton
Pakunegara Tayan hanya dimanfaatkan menjadi satu guna lahan,
yaitu cagar budaya.

120 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Area inti Keraton Tayan merupakan lahan terbangun yang sudah


sangat lama bertahan, hingga akhirnya bangunan dan lahan ini telah
dinobatkan menjadi cagar budaya dan area preservasi. Dengan
demikian area inti cagar budaya keraton Tayan ini tidak dapat
mengalami perubahan fungsi lahan apapun, karena sifatnya yang
preservasi, yaitu area yang dilindungi dan tdak bisa diganggu gugat.

Ruang Terbuka dan Tata Hijau


Secara umum ruang terbuka dan tata hijau atau ruang terbuka hijau
pada kawasan perencanaan terdiri dari ruang terbuka hijau yang
aktif dan ruang terbuka hijau yang pasif. Ruang terbuka hijau yang
pasif umumnya hampir meliputi kawasan perencanaan, sedangkan
ruang terbuka hijau yang aktif dapat dijumpai di sekitar bangunan
atau kawasan yang padat permukiman sebagai jalur hijau yang
dipertahankan atau ditata oleh warga sebagai penghijauan.

Jika melihat kondisi tersebut karakter ruang terbuka hijau pada


kawasan dapat dirasakan bahwa semakin ke tengah kawasan
semakin hijau dengan jumlah pohon yang lebih banyak dan
kepadatan permukiman yang lebih sedikit.Area di sebelah selatan
kawasan, merupakan area ruang terbuka hijau yang ditumbuhi
komposisi pepohonan yang rimbun di sepanjang tepian sungai. Area
ini berpotensi menjadi penyangga dengan fungsi hutan kota
sehingga perlu dipertahankan. Penyebaran fungsi hunian dan
komersial dari arah utara (koridor jalan raya) yang terjadi saat ini
sedikit demi sedikit mengikis luas lahan bagi pertumbuhan pohon-
pohon di kawasan penyangga ini.

Ruang terbuka lainnya berada di lingkungan permukiman itu


sendiri, seperti jalur di sepanjang tepi sungai. Ruang terbuka

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 121
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

sepanjang tepi sungai merupakan ruang terbuka linier yang


digunakan untuk pergerakan sehingga memerlukan kesinambungan
jalur, karena selain sebagai jalur penghubung antar kampung juga
berpotensi sebagai jalur wisata tepi sungai yang menyajikan
pemandangan alami. Namun kesinambungan jalur ini masih kurang
optimal karena terputus di beberapa titik.

Potensi secara fisik pada kawasan perancangan ini yaitu lokasi yang
tepat berada di tepi Sungai Kapuas yang memiliki view cukup
menarik menuju Pulau Tayan. Lokasi perancangan juga memiliki
bangnuan Keraton Pakunegara yang masih layak, yang menjadi
sebuah objek cagar budaya yang dilindungi serta bernilai historis
yang tinggi. Pada area Keraton terdapat meriam sebanyak 30 buah
meriam yang dapat ditata kembali pada kawasan perancangan.
Selain meriam masih terdapat banyak koleksi-koleksi artefak dari
masa kejayaan Kerajaan Pakunegara.

Gambar 10. Ruang Terbuka Hijau Keraton Tayan

Potensi Wisata
Pada dasarnya potensi pariwisata Kota Tayan cukup besar dimana
fungsi daerah sebagai salah satu pusat pertumbuhan wilayah yang
berorientasi pada sungai dengan wilayah yang terdiri dari hilir-hulu

122 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

sungai hingga keberadaan pulau di tengah sungai memiliki keunikan


tersendiri, dan dapat menjadikan wisata bahari dan ecotourism
sebagai kegiatan wisata andalan. Didukung dengan kekayaan
sumber daya alam berupa keindahan alam kepulauan, pesisir pantai
dan keanekaragaman hayati yang ada di darat maupun laut sehingga
dapatdikembangkan berbagai kegiatan wisata. Kekayaan budaya
Tayan begitu besar, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Kerajaan
Tayan pada jaman dahulu serta peninggalan-peninggalan sejarah
yang memiliki potensi besar sebagai wisata budaya.

Dilihat dari besarnya potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kota


Tayan yang sampai saat ini masih belum dikembangkan secara
optimal baik dari kelayakannya sebagai kawasan wisata budaya
(Heritage), atraksi/kegiatan wisata didalam kawasan wisata tersebut
maupun infrastruktur dari kawasan wisata tersebut, maka sangatlah
diperlukan campur tangan baik dari pemerintah maupun pihak
swasta untuk mendorong pembangunan pariwisata di Kota Tayan
yang berbasis pada ekowisata.

Upaya ini akan membuka akses masyarakat lokal ke dalam bisnis


pariwisata sambil tetap melindungi keanekaragaman hayati di
Tayan. Proses pembangunan pariwisata ini diperlukan suatu
dokumen pra-perencanaan sebagai kerangka acuan untuk
pengembangan ke tahap perencanaan selanjutnya terhadap
komponen-komponen kepariwisataan yang terkait didalamnya :
obyek dan daya tarik wisata, atraksi dan kegiatan wisata, fasilitas
akomodasi dan penunjang wisata, aksesibilitas dan infrastruktur,
sumber daya manusia, pemasaran, kelembagaan dan investasi.

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 123
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

6. KONSEP SKEMATIK DESAIN

Visi dan Misi Kawasan


Visi Penataan Sempadan Sungai dan Amphiteater Kawasan Keraton
Tayan:
“Mewujudkan Kawasan Waterfront Keraton Pakunegara Tayan
sebagai kawasan yang bernilai historis yang dapat
menggerakan kegiatan pariwisata dan budaya serta kehidupan
sosial masyarakat Tayan di pinggir Sungai Kapuas”

Dari visi tersebut, dapat dirumuskan beberapa misi yang akan


menjadi dasar bagi Penataan Sempadan Sungai dan Amphiteater
Kawasan Keraton Tayan, Misi tersebut antara lain:
a) Membentuk dan melestarikan lingkungan tepian Sungai
Kapuas sebagai kawasan tepian air yang berkelanjutan.
b) Menciptakan kawasan yang nyaman, manusiawi, ramah
lingkungan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka
pelestarian budaya dan kegiatan pariwisata.
c) Membentuk dan memperkuat citra kawasan sebagai kawasan
budaya dan bersejarah (heritage) di area Keraton Pakunegara
Tayan dan sekitarnya;
d) Menghidupkan kembali “kehidupan”sosial, budaya dan
ekonomi kawasan tepian Sungai Kapuas dengan
menyuntikkan fungsi yang beragam serta kontekstual
terhadap lokalitas kawasan.
e) Menciptakan konsep waterfront tepian sungai Kapuas yang
terintegrasi dan terpadu dengan mengaktifkan kembali jalur
transportasi sungai sebagai jalur wisata dan domestik.
f) Membuat squence skenario wisata yang terintegrasi dan
terpadu

124 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Strategi Penataan Kawasan


Strategi penataan kawasan yang dapat ditetapkan untuk penataan
kawasan perencanaan ini adalah perbaikan kawasan di lingkungan
Keraton Pakunegara Tayan, dengan sub strategi yang harus
dilakukan yaitu:
a) Pembentukan Aksesibilitas dan Sistem Keterkaitan
b) Penciptaan Kenyamanan dan Image Kawasan
c) Pembentukan Fungsi dan Aktivitas yang Mendukung
d) Perwujudan Dimensi Sosial dan Budaya Kawasan

Konsep Fungsi
a) Fungsi Kawasan dengan Bangunan Cagar Budaya di
Dalamnya
Keraton Pakunegara merupakan sebuah bangunan dengan
hirarki tertinggi pada masanya. Tanpa maksud terjebak
dengan romantisme masa lalu, untuk menunjukkan Keraton
Pakunegara sebagai bangunan yang dilindung serta inti dari
kawasan bisa ditunjukkan melalui sequence ruang yang
mengarahkan bahwa keraton merupakan bangunan terbesar
pada kawasan. Adapun strategi yang dilakukan dalam
mendukung fungsi kawasan sebagai kawasan pelindung
bangunan cagar budaya yaitu :

1. Menciptakan Aktifitas di Lingkungan Keraton


Pertama, dengan cara tradisional atau konvensional. Cara
konvensional ini dapat dilakukan dengan memberikan
pembatas dan pagar pada lingkungan keraton. Cara
tradisional ini dapat melindungi namun membatasi
aktifitas di sekelilingnya. Cara kedua yaitu cara yang

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 125
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

proaktif. Cara ini yaitu dengan memberikan aktifitas dalam


bangunan atau lingkungan di sekitarnya.

Gambar 11. Strategi Pelestarian Keraton Tayan

2. Menciptakan Ruang Bebas Bangunan dan Jalur Kendaraan


Bermotor

Gambar 12. Zona aman bangunan dan jalur kendaraan

126 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

3. Skyline Kawasan
Untuk kepentingan jangka panjang konsep skyline ini
diterapkan melalui aturan kepada masyarakat sekitar agar
tidak membangun hunian yang lebih tinggi dari Keraton
Pakunegara.

Gambar 13. Skyline Kawasan

4. Proporsi Tapak bangunan


5. Pengarahan meuju keraton

b) Fungsi Kawasan Pengembangan Kebudayaan


Fungsi kawasan pengembangan kebudayaan ditujukan
kepada kawasan pengembangan kebudayaan-kebudayaan
Kerajaan Tayan. Kebudayaan-kebudayaan Kerajaan Tayan
seperti dijelaskan sebelumnya, merupakan kegiatan
kebudayaan yang dilaksanakan di banyak tempat pada area
penataan.
 Mandi Bedil, Mandi Bedil diadakan di tepian Sungai
Kapuas tepat di area depan Keraton Pakunegara.
Untuk mengakomodasi kegiatan ini maka disediakan
area dermaga/stegher untuk aktifitas kebudayaan ini.

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 127
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Gambar 14. Dermaga tempat kegiatan Mandi Bedil

 Mandi Keris Kerajaan, Untuk mengakomodasi kegiatan


mandi Keris Kerajaan yang diadakan di tepian Sungai
Kapuas yaitu dengan menyediakan dermaga khusus
perayaan kebudayaan di area depan Keraton
pakunegara.

Gambar 15. Dermaga tempat kegiatan Mandi Keris


Kerajaan

 Perang Ketupat, Acara ini dilakukan dengan cara


lempar-lemparan ketupat antara masyarakat diatas

128 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

perahu dan masyarakat yang ada di daratan di tepian


sungai.
 Meriam Padam pelita, Untuk mengakomodasi kegiatan
ini dilakukan melalui penyediaan tempat khusus untuk
area perletakan Meriam.

Gambar 16. Plaza sebagai area peletakkan meriam

Musik dan tarian tradisional, dilaksanakan di area


plaza dermaga dan di depan Keraton Pakunegara
Tayan.
c) Fungsi Ruang Terbuka Hijau dan Sempadan atau Tepian
Sungai
Konsep pada bagian sempadan sungai adalah Menciptakan
koridor atau ruang depan bangunan yang interaktif, nyaman
dan aman bagi pejalan kaki. Kavling yang berbatasan dengan
area sempadan sungai diarahkan memiliki orientasi ke
sungai, dimana deretan kavling yang menghadap sungai
memiliki orintasi bangunan utama yang menghadap sungai,
sedangkan kavling di sebelahnya menghadap Lingkungan
perumahan di darat. Kondisi di lahan perencanaan sebagai
daerah sempadan atau tepian sungai sudah menggunakan
talud sebagai penahan tebing sempadan. Penggunaan talud
ini dapat dimanfaatkan sebagai area gertak atau promenade
kawasan sehingga pola jalur gertak tetap mengikuti pola
tepian sungai kawasan sekitar Keraton Pakunegara Tayan.

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 129
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Gambar 17. Talud eksiisting yang dimanfaatkan


menjadi promenade

Rencana Sirkulasi Dan Jalur Penghubung


a) Promenade (rute riverwalk)
Promenade di kawasan tepian sungai kawasan Keraton
Pakunegara Tayan direncanakan memiliki beraneka fungsi,
seperti rekreatif, budaya, riverwalk dan sosial. Promenade ini
dapat digunakan sebagai ruang aktivitas berupa ruang
komunal dan ruang yang bebas dari kendaraan bermotor.

Area promenade

Gambar 18. Promenade/riverwalk

130 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

b) Pagar Pembatas
Pagar pembatas dirancang sebagai edge, yang memberi
kemenerusan ruang sepanjang koridor kawasan
permukiman, khususnya penggunaan pagar pribadi kawasan
permukiman. Pagar depan bangunan yang membatasi dengan
pedestrian, dirancang dengan konsep tidak masif, sehingga
kesan gated tidak terasa disepanjang tepian ini.

Gambar 19. Pagar Pembatas

c) Lansekap Jalan
d) Konsep Dasar Pengembangan Jalur Sirkulasi
Penggunaan bahan paving berwarna memungkinkan untuk
mengamankan titik-titik konflik antara pejalan kaki, sepeda,
dan lalu lintas kendaraan. Menyediakan tempat duduk di
beberapa titik sepanjang rute. Konsep dasar sirkulasi pada
kawasan Keraton Pakunegara Tayan pada jalur entrance
utama di lajur blok A hingga blok D masih memungkinkan
untuk pengembangan lebar jalan untuk 2 kendaraan roda
empat. Pelebaran tersebut disisinya penambahan pedestrian
selebar 1 meter. Parkir kendaraan sewaktu-waktu dapat
menggunakan parkir on-street. Rute sirkulasi kendaraan
didalam kawasan dibagi lajur satu arah untuk kendaraan satu
mobil, khususnya bagi pengunjung. Pola sirkulasi ini diatur

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 131
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

agar tidak mengganggu akses utama atau halaman utama


menuju Keraton Pakunegara Tayan.

Gambar 20. Potongan Penampang sirkulasi

e) Geometri Jalan
Pelebaran jalan merupakan suatu solusi yang mudah untuk
memperbesar kapasitas tetapi sangat sukar dilaksanakan
terutama untuk daerah yang sudah padat dengan bangunan
dan penduduk. Kawasan saat ini lebar jalan sebagian besar
mempunyai lebar 3-5 m.
f) Konstruksi Perkerasan
Pada Kawasan ini jenis konstruksi perkerasan pada sebagian
besar jalan Lingkungan adalah merupakan perkerasan rabat
perlu diganti dengan paving ataupun grassblok yang lebih
memenuhi kriteria Lingkungan dan estetika dan dapat
menyerap air.

132 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Gambar 21. Paving dan grassblok sebagai alternatif


perkerasan

g) Tempat Pemberhentian (Area Parkir)


Parkir dapat dilakukan pada on street (di badan jalan)
ataupun off street (di luar badan jalan). Parkir yang sering
dijumpai adalah parkir di badan jalan. Kawasan ini dengan
lebar jalan yang cukup sempit sangat dimungkinkan
dilakukan pelarangan parkir di badan jalan, karena dapat
mengganggu arus lalu lintas.
h) Perabot Jalan (Street Furniture)
Peletakkan street furniture seperti lampu jalan, bangku
taman, tempat sampah disesuaikan dengan perencanaan.

Gambar 22. Lampu taman dan bangku taman

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 133
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Gambar 23. Konsep tempat sampah

Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau


Konsep sistem ruang terbuka dan tata hijau di sepanjang sungai
adalah membentuk koridor ruang terbuka hijau. Strategi
pengembangannya adalah:
a) Mengintegrasikan jalur hijau dengan jalur promenade
sebagai riverwalk sehingga membentuk koridor ruang
hijau di sepanjang tepi sungai.
b) Mengembangkan spot-spot ruang tidak termanfaatkan di
sepanjang tepi sungai menjadi ruang terbuka hijau.
c) Pemilihan tanaman atau pohon-pohon yang sesuai dengan
kriteria di tepi sungai.
d) Sistem ruang terbuka yang adaptif terhadap ketinggian
banjir dengan adanya level-level ketinggian jalur atau
ruang terbuka.

Adapun program sistem ruang terbuka dan tata hijau di kawasan


perencanaan adalah Penataan Koridor Sungai, Kawasan tepian
sungai diarahkan menjadi kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
dengan adanya koridor hijau kawasan. koridor sungai diproyeksikan
menjadi ruang sosial warga lokal dan pengunjung sekaligus daya

134 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

tarik pusat kegiatan. Program-program pengembangan yang


disusulkan antara lain:
a) Koridor hijau tepian sungai
b) Koridor hijau sepanjang sisi jalan arteri utama dan
lingkungan kawasan
c) Penataan talud untuk promenade kawasan

Gambar 24. Penataan koridor hijau

Tata Kualitas Lingkungan


a) Aspek Konservasi
Untuk menegaskan kawasan sebagai area riverwalk maka
pada titik-titik (node) yang dianggap kuat dan berpotensi
menjadi gerbang masuk kawasan riverwalk yakni dengan

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 135
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

memberikan penanda berupa gerbang/pintu masuk. Elemen


penanda berupa gerbang masuk harus jelas keberadaanya
secara visual dengan mempertimbangkan visibilitasnya baik
dari sisi pejalan kaki maupun oleh pengendara kendaraan
bermotor.
b) Aspek Edukasi
Keberadaan Kawasan Keraton Tayan selain sebagai Kawasan
konservasi diharapkan kedepannya dapat dijadikan sebagai
kawasan wisata dan edukasi bagi masyarakat Tayan
khususnya dan masyarakat Kalbar pada umumnya. Kawasan
ini selain sebagai area edukasi dan penyokong kawasan
Keraton Tayan, juga sebagai kawasan rekreasi dan wisata
yang baru untuk kota Tayan. Kegiatan budaya yang berkaitan
dengan festival keraton atau kegiatan budaya Keraton
diharapkan dapat terpusat pada satu tempat yaitu area
waterfront Keraton.

Gambar 25. Kegiatan budaya di plaza keraton

136 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

c) Orientasi Lingkungan
Diberikan Tata informasi untuk memberikan petunjuk
keberadaan fasilitas tertentu diletakkan di area ini dan
sedemikian rupa dapat diakses secara visual terutama oleh
pejalan kaki. Khususnya menunjuk pada keberadaan jalur
riverwalk maka elemen penanda dengan fungsi pengarah
atau directional. Tata rambu pengarah diletakkan pada area
yang dapat diakses secara visual oleh pengendara kendaraan.
d) Wajah Jalan
Ruang jalan pada hakekatnya dibagi menjadi dua yaitu jalur
kendaraan dan jalur pejalan kaki. Sepanjang ruang milik jalan
diberi tanaman yang berfungsi secara fisik (melindungi,
mendinginkan, dsb) maupun non-fisik (keindahan, karakter
kawasan, dsb).

Sistem Prasarana dan Utilitas Kawasan


a) IPAL Komunal
Sistem jaringan air limbah dan air kotor pada kawasan
direncanakan terdiri sistem pembuangan air limbah setempat
dan sistem pembuangan air limbah terpusat. Sistem
pembuangan air limbah setempat meliputi pembuangan air
limbah domestik ke dalam septictank individual, septiktank
komunal atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Komunal. Sistem pembuangan air limbah terpusat meliputi
jaringan perpipaan yang terdiri dari: (1) saluran
Induk/Primer, digunakan untuk mengalirkan air limbah dari
pipa lateral, (2) saluran sekunder, yaitu pipa yang
membentuk ujung atas sistem pengumpulan air limbah dan
terletak di jalan ataupun tempat-tempat tertentu untuk
mengalirkan air limbah dari pipa servis ke pipa induk, dan (3)

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 137
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

Sistem penggelontor untuk menjaga aliran pembersih dalam


sistem pengolahan limbah yang dangkal.

Air Hasil
Limb Limbah
ah

Gambar 26. Instalasi IPAL

b) Drainase Kawasan
Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan
peningkatan saluran drainase, baik perbaikan saluran
eksisting yang sudah ada maupun melalui pembangunan
saluran baru. Hal ini bertujuan untuk membuat jaringan
drainase yang menerus dan tidak terputus, mengingat pada
kondisi eksisting di kawasan perencanaan sistem drainase
yang ada masih terputus di banyak titik. Peningkatan saluran
drainase eksisting dapat dilakukan dengan kegiatan
normalisasi saluran.
c) Pengolahan Sampah Terpadu
d) Instalasi Air Bersih

138 Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016
Executive Summary
DED PENATAAN SEMPADAN SUNGAI DAN AMPHITEATER
KAWASAN KERATON TAYAN

7. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Rekomendasi untuk Pekerjaan DED Penataan Sempadan Sungai dan


Amphiteater Kawasan Keraton Tayan dimulai dari langkah-langkah
berikut:
1. Memanfaatkan turap eksisiting yang telah dibangun untuk
menjadi bagian dari Kawasan Waterfront yang baru.
2. Membuat amphiteter ditengah Kearton sehingga tidak
mengganggu visual dan tegak lurus dengan garis imajiner
keraton.
3. Melakukan survey dan sonding yang tepat guna sehingga
hasil perencanaan menjadi lebih terukur.
4. Promenade dan waterfront dibagi menjadi tematik-tematik
tersendiri sehingga pengunjung tidak merasa bosan berada
di dalamnya.
5. Memanfaatkan kegiatan eksisting sebagai bagian dari
kegiatan masyarakat Tayan seperti memancing, nelayan dll.
6. Dermaga eksisiting dimanfaatkan semaksimal mungkin
untuk sarana penambatan kapal dan perahu tradisional.
7. Memindahkan bangunan-bangunan yang melanggar garis
sempadan sungai (GSS) ke lahan yang baru dengan siistem
Hak guna Bangun.
8. Penataan halaman depan Keraton yang harus pertama kali
dilakukan karena sebagai trigger kawasan secara
keseluruhan.

Metoda Perancangan Kawasan. Adi Hatmoko dan Wahju Wulandari. 2016 139

Anda mungkin juga menyukai