Anda di halaman 1dari 7

PENGEMBANGAN KORIDOR KALI BESAR SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN

KAWASAN KOTA TUA JAKARTA

Disusun oleh:
SANI SYAUQI AZMI – 206060500111004

Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Universitas Brawijaya


Malang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Revitalisasi Kota Tua Jakarta tidak hanya melestarikan sejarah dan bangunannya yang
berharga, tetapi juga tetap menjadi pembangunan kota tertinggal. Sementara Jakarta mengharapkan
pembangunan pemukiman tepi laut yang besar termasuk perluasan dan modernisasi pelabuhannya,
Kota Tua terletak secara geografis di tengah-tengah antara arus kota pusat administrasi di dekat
Monumen Nasional (Monas) dan istana presiden. Kota Tua dengan demikian memiliki keunggulan
lokasi penting untuk revitalisasi. Program evitalisasi Kota Tua disambut baik, mengingat nasib Kota
Tua masih belum menentu selama sebelumnya dekade.

Dalam sejarahnya Jakarta pada tahun 1618 masih bernama jayakarta, kawasan kota tua
merupakan pusat kebudayaan dan aktifitas sepanjang muara suangai. Gudang bagi kolonialinggris dan
portugis sekaligus ousat kerajaan jayakarta. Pada tahun 1619 menjadi Batavia dengan alih kekuasaan
ke belanda. Pada tahun 1635 terjadi pelurusan sungai ciliwung. Pemukiman dan pengkiut kerjaan
jayakarta berpindah kea rah selatan. Pada tahun 1650 belanda mencoba menerapkan konsep kota
Amsterdam dengan menutup kota dengan benteng dan membentuk kanal dan jalan dalam grid.
Beberap permasalahan umum yang sering dijumpai dalam langkah awal adalah pembebasan
lahan. Hal ini terkait dengan kepemilikan bangunan yang ada di kawasan Kota Tua. Selain itu, secara
lingkungan keberadaan Kali Besar yang dalam sejarahnya merupakan aspek mobilitas penting bagi
kawasan kota tua justru menimbulkan masalah. Kotornya kali besar menjadi sumber penyakit dan
polusi pemandangan serta bau yang tidak sedap, kemudian disusul dengan munculnya kriminalitas.
Kebijakan pemerintah terkait kepemilikan dan pertanahan kota lama sebelumnya dianggap tidak
membuahkan hasil. Harga tanah untuk Kota Tua umumnya tidak mewakili nilai pasar dari bidang
tanah. Deklarasi Kota Tua oleh pemerintah kota baru-baru ini telah meningkatkan optimisme sektor
swasta terkait peluang investasi di Kota Tua. Khususnya di sektor wisata. Kebijakan tentu tak lepas
dari unsur politik dalam keperiodean kepala daerah. Yang seharungnya menjadi penilaian objektif oleh
masyarakat.
Wilayah yang pada awal mulanya merupakan pelabuhan kental dengan nuansa colonial. Ini
yang menjadikan daya tarik di masa sekarang. Sayangnya kondisi bangunan sebagian besar
memerlukan perbaikan yang signifikan atau restorasi total. dengan konsentrasi terbesar di Fatahillah
dan Pekojan. Bangunan milik perusahaan swasta, seperti bank, dalam kondisi yang relatif baik. Upaya
pelestarian tentu tidak bisa dilakukan secara asal. Teknik pelestarian mmbutuhkan sumber daya
manusia khusus, sehingga nilai sejarah budaya yang terkandung di dalam bangunan masih terjaga.
Selain bangunan, upaya restorasi juga dilakukan di bantaran dan sugai Kali Besar. Tidak hanya tentang
fasad bandataran sungai, kualitas air yang menjadi pembuangan limbah sepanjang arus membelah
ibukota memerlukan filter pengolahan khusus sebelum dibuang ke laut. Hal ini juga dipadukan dengan
sistem drainase kota tua, sehingga isu banjir yang akrab oleh daerah ibukota bisa teratasi pada wilayah
kota tua. Berdasarkan Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang
dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat, maka tidak hanya dibutuhkan fasilitas pengelolaan limbah namun juga
pemberdayaan masyarakat khususnya daerah sekitar bantara kota tua Jakarta dengan melakukan
pengelolaan sampah dengan pendekatan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) (indrawati, 2011).
Pada era 1630-an kali besar merupakan urat nadi lalu lintas kapal perdagangan dan bongkar
muat barang yang dibawa dari pelabuhan sunda kelapa, oleh karena itu sepanjang koridor kali besar
terbentuk keramaian. Namun kondisi masa sekarang tidak cukup baik untuk mendukung revitalisasi
kawasan kota tua Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana perencanaan penghidupan kembali kawasan bersejarah khususnya daerah kali
besar kota tua Jakarta agar kawasan tersebut memiliki nilai sejarah.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi perencanaa unutk menghidupkan
kembali kawasan bersejarah khususnya daerah kali besar kota tua Jakarta.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pelestarian


Pemerintah kota Jakarta Utara bekerja sama dengan dinas Pariwisata membuat kawasan
cagar budaya yaitu kawasan sejarah kota tua. Teknik utama yang diambil secara keseluruhan dalam
pengembangan kawasan adalah konservasi. Istilah konservasi dalam Piagam Internatinal Council of
Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981 dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua
kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut.
Konservasi adalah proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau objek agar makna kultural yang
terkandung terpelihara dengan baik. Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hany
dipertahankan namun juga mendatangkan nilai ekonomi. tujuan dari konservasi:
a) Memelihara dan melindungi tempat yang indag dan berharga, agar tidak hancur atau berubah
sampay batas wajar
b) Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar.
c) Melindungi benda benda agar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara
membersihakan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik mauoun khemis.
d) Melindungi benda benda (dalam hal ini peninggalan sejarah dan purbakala)dari kerusakan
yang diakibatkan oleh alam.
2.2 Gambaran Kawasan
Kali besar di tepian muara ciliwung oleh belanda disebut de Groote River. Kali besar dibagi
zona kali besar barat dan timur. Pada zona timur sangat sepi dari pengunjung pada siang hari. Kawasan
ini terdapat bangunan yang masih baik yang digunakan sebagai perkantoran, bank. Sedangkan pada
kawasan barat, kali esar sepeti terpisah dari kawasan Fatahillah bagi orang awam. Volume air mengair
lambat dan berwarna gelap tidak jernih.

2.3 Strategi Perencanaan


Berdasarkan hasil analisis masalah dan potensi yang ada pada kawasan kali besar kota tua
Jakarta perlu:
a) Peremajaan kawasan, mengembalikaan suasana asri saat era kejayaan kali besar
b) Penghijauan kawasan untuk menurunkan suhu udara sekitar kawasan.
c) Revitalisasi bangunan bersejarah sepanjang kawasan koridor kali besar
d) Penambahan fugsi baru pada kawasan guna menjadi daya tarik bagi wisatawan
e) penataan dan peremajaan kondisi muka sungai. Melakukan water treatment pada
kondisi ari sungai kai besar
f) penambahan penghubung antara kawasan kali besar barat dan timur.
Selain pada fokus kawasan koridor kali besar, beberapa strategi secara umum unutk
pengembangan kawasan kota tua Jakarta yaitu pada aspek Aspek transportasi dari dan ke kota tua
tidak hanya integerasi antar moda, dengan perpaduan startegi pedestrian zone unutk membudayakan
berjalan, prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) layak untuk diimplimentasikan. Prinsip
tersebut yakni berjalan (walk), bersepeda (cycle), menghubungkan (connect), angkutan umum,
(transit), pembauran (mix), memadatkan (densify), merapatkan (compact) dan beralih (shift) (Firdaus,
dkk. 2018). Diharapkan dapat memberpanyaktitik transit di wilayah kota tua Jakarta.
Pembanahan pemukiman kumuh di kota tua Jakarta menggunakan partisipasi masyarkat
dalam bentuk usaha berbasih rumahan sebagai upaya perbaikan kondisi ekonomi dan penataan
kampong kumuh. Dalam hal ini tentu diperlukan standard an strategi yang lebih tepat. Penggunaan
RISHA yaitu Teknologi Rumah Instant Sederhana Sehat. Sehingga dapat dilaksanakan dalam waktu
singkat, tahan gempa, dan sudah sesuai dengan standar SNI. Selain itu dikarenakan masa depan Kota
Tua akan sangat bergantung pada kebangkitan ekonominya, pembangunan ekonomi berkelanjutan di
daerah tersebut harus mencakup penciptaan lapangan kerja. Mengingat lokasi Kota Tua,
perbandingan alamnya Keunggulannya terletak pada menjadi pusat wisata budaya, kreatif industri,
hiburan, dan pariwisata. Peningkatan ekonomi melalui pendekatan karya kreatif.
BAB III
KESIMPULAN

Kota tua Jakarta memiliki potensi dan nilai sejarah tinggi. Wilayah yang pada awal mulanya
merupakan pelabuhan kental dengan nuansa kolonial. Ini yang menjadikan daya tarik di masa
sekarang. Sayangnya kondisi bangunan sebagian besar memerlukan perbaikan yang signifikan atau
restorasi total. Salah satu kondisi yang membuat citra kawasan kurang baik adalah kondisi kali besar.
Volume air dan aliran yang lambat, adanya tumpukan sampah yang menyebabkan bau tidak sedap
hingga warna sungai gelap tidak jernih menjadi permasalah serius.

Sebagai strategi pegembangan kali besar Peremajaan kawasan, mengembalikaan suasana asri
saat era kejayaan kali besar. Penghijauan kawasan untuk menurunkan suhu udara sekitar kawasan.
Revitalisasi bangunan bersejarah sepanjang kawasan koridor kali besar Penambahan fugsi baru pada
kawasan guna menjadi daya tarik bagi wisatawan penataan dan peremajaan kondisi muka sungai.
Melakukan water treatment pada kondisi ari sungai kai besar penambahan penghubung antara
kawasan kali besar barat dan timur. Untuk penanganan pelestarian secara umum, aspek yang perlu
dibenahi adalah transportasi, pemukiman kumuh, serta pemberdayaan masyarakat lewat ekonomi
keatif.
Daftar Pustaka:
 Firdaus Fauzi, Purwantiasning Ari, Lutfi Prayogi. 2018. REVITALISASI KAWASAN KOTA
TUA JAKARTA DENGAN ALTERNATIF KONSEP TOD. Jurnal Arsitektur PURWARUPA
Volume 02 No 1.
 Sugihartoyo , Widagdo Wahyu A.. 2010. STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KOTA
TUA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PELESTARIAN URBAN HERITAGE STUDI KASUS :
KORIDOR KALI BESAR, JAKARTA BARAT. Jurnal PLANESA Vol. 1, No. 1.
 Pramantha Raudina. 2019. PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN TEKNOLOGI
RISHA DI KAMPUNG DERET PETOGOGAN, JAKARTA SELATAN. Jurnal Ilmiah Desain &
Kontruksi, vol. 18 no. 1.
 Indrawati Dwi. 2011. Upaya Pengendalian Pencemaran Sungai yang diakibatkan oleh
Sampah. TJL, Vol 5 No. 6, 193-200.
 https://www.uc.ac.id/library/revitalisasi-kota-tua-jakarta-lewat-csr/

Anda mungkin juga menyukai