Anda di halaman 1dari 144

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan Pesisir menurut “Wilayah daratan dan wilayah laut yang
bertemu di garis pantai di mana wilayah daratan mencakup daerah yang
tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut
seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut
mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti
sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh
kegiatan manusia di darat” (Bengen, 2000:3).

Potensi pembangunan di kawasan pesisir secara garis besar dibagi


menjadi tiga bagian yaitu sumber daya yang dapat pulih seperti sumber daya
perikanan laut, sumber daya yang tidak dapat dipulihkan lagi seperti bahan
mineral dan geologi seperti batu bara, timah dan lain-lain, selain itu ada juga
jasa-jasa pemanfaat-pemanfaatan kawasan pesisir sebagai tempat rekreasi
pariwisata.

Aktivitas manusia dalam menciptakan ruang-ruang terbangun akhirnya


sering mengakibatkan masalah di dalam ekosistem pesisir. Batasan kawasan
terbangun seperti kota pesisir harus dilakukan. Perkembangan pemukiman,
atau fasilitas lain harus dibatasi melalui sistem penataan ruang agar
perkembangan ruang terbangun dapat terkendali dan arah pengembangan ke
arah sepanjang pantai harus dicegah.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya lingkungan (permukiman) kumuh,


kesenjangan sosial, pencemaran, erosi, degradasi fisik habitat penting, over
eksploitasi sumberdaya serta konflik penggunaan ruang/tanah dan sumberdaya

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 1


yang akhirnya mengancam kelestarian lingkungan dan pembangunan yang
berkelanjutan.
Laju pembangunan yang tidak merata serta pembangunan infrastruktur
yang juga kurang menyebar menyebabkan munculnya berbagai permasalahan
dalam suatu kota. Dalam hal ini, yang paling sering terlihat dalam kawasan
pesisir adalah permukiman kumuh.
Menurut Gunawan (2001), provinsi Sulawesi Utara khususnya Kota
Manado merupakan wilayah yang potensial serta menempati posisi geografis
yang strategis, yang terdiri atas semenanjung dan kepulauan dengan garis
pantai sepanjang 1985 Km dan luas lautan sebelas kali dari luas daratan.
Kembali menurut Gunawan (2001), potensi sumber daya pesisir dan laut yang
besar merupakan tumpuan pembangunan bagi provinsi di ujung utara pulau
Sulawesi ini dengan Manado sebagai ibukotanya. Namun, dalam
pemanfaatannya banyak lahan yang didirikan bangunan tanpa memperhatikan
peraturan sempadan pesisir, pola pembangunan yang membelakangi pantai,
penataan pembangunan yang berkesan kumuh dan pembuangan limbah dari
bangunan-bangunan di sekitar pesisir yang dibuang kearah pantai yang dapat
membahayakan ekosistem pantai.
Laju perkembangan yang terjadi juga berbanding terbalik dengan
ketersediaan lahan, dimana lahan merupakan sumber daya yang tidak
terbarukan. Akhirnya untuk mengatasi hal tersebut diadakan reklamasi. Di
Indonesia sendiri, banyak kota-kota besar di tepi pantai yang mengalami
kasus yang sama dan reklamasi dianggap sebagai jalan keluar dari masalah
ketersediaan lahan.
Menurut Wisnu Suharto pengertian reklamasi adalah suatu upaya
pemanfaatan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong
dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Dengan kata lain
reklamasi adalah mengubah wilayah perairan pantai menjadi daratan dengan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 2


mengubah permukaan tanah yang rendah dan tergenangan air menjadi lebih
tinggi. Lahan reklamasi biasanya dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi.
Reklamasi harus dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek yaitu
lingkungan, social budaya dan ekonomi, jika hanya memikirkan aspek
ekonomi maka akan mendatangkan resiko buruk terhadap keseimbangan
alam. Akan terjadi perubahan pola arus yang diikuti dengan perubahan
ekosistem bagi sumber daya alam maupun biota laut didalamnya. Selain itu
juga dapat merugikan para pelayan karena dengan adanya reklamasi, maka
pelayan akan mengalami pengangguran karena ladang ikan pun juga akan
hilang sejalan dengan proyek reklamasi ini.
Maka dari itu, reklamasi harus dilakukan dengan menyeimbangkan
aspek-aspek yaitu lingkungan,sosial,budaya dan ekonomi, tidak boleh hanya
menitikberatkan ekonomi yaitu hanya mementingkan keuntungan semata.
Jangan sampai proyek yang tujuan awalnya menjadi solusi permasalahan
menjadi proyek yang hanya menguntungkan beberapa pihak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
sebagai berikut :
1. Apakah pembangunan berkelanjutan ada di Kawasan Perencanaan ?
2. Apakah ada pengaruh kawasan reklamasi terhadap kawasan permukiman
di Kawasan Perencanaan ?

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Mengidentifikasi aspek-aspek terkait pembangunan berkelanjutan
yang ada di Kawasan Perencanaan Bahu Mall, MCC dan God Bless Park
(wilayah delineasi) dan mengkaji pengaruh kawasan reklamasi terhadap
kawasan permukiman (kawasan sepanjang koridor jalan) yang ada di kawasan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 3


perencanaan. Menganalisis wilayah delineasi Pesisir Bahu Mall, MCC dan
God Bless Park antara Kawasan Reklamasi (perdagangan dan jasa) dan
Kawasan Permukiman saling berkaitan dan berinteraksi sehingga terwujudnya
aspek pembangunan berkelanjutan dimana kesetaraan ekonomi, sosial budaya
dan lingkungan.
1.3.2 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam studi terkait kawasan pesisir,
diantaranya yaitu :
- Mengenal wilayah administrasi Kawasan Perencanaan.
- Mengidentifikasi peruntukan lahan dan fungsi lahan di Kawasan
Perencanaan.
- Mengidentifikasi aspek fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan yang
ada di Kawasan Perencanaan.
- Merumuskan potensi dan permasalahan aspek permukiman dan aspek
pembangunan berkelanjutan Kawasan Perencanaan melalui analisis
-

1.4 Ruang Lingkup Wilayah


- yang terkait.
- MengRuang lingkup wilayah ada di Kelurahan Bahu, Kecamatan
Malalayang dan Kelurahan Sario Tumpaan, Kecamatan Sario yang
berlokasi di Kota Manado. Dimana Kawasan Perencanaan Pesisir
Bahu Mall, MCC dan God Bless Park terbagi 2 yaitu Kawasan
Reklamasi dan Kawasan Sepanjang Jalan Koridor Jalan (kawasan
permukiman).

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 4


Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Manado

Gambar 1.2 Peta Administrasi Kecamatan Malalayang dan Sario

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 5


Gambar 1.3 Peta Administrasi Kawasan Pesisir Bahu Mall
Adapun batas wilayah administrasi Kawasan Perencanaan Pesisir
Bahu Mall, yaitu:

- Sebelah Utara : Laut Sulawesi


- Sebelah Timur : Kelurahan Sario Tumpaan, Manado
- Sebelah Selatan : Kelurahan Batu Kota, Manado
- Sebelah Barat : Kelurahan Malalayang I Timur, Manado

Adapun batas wilayah administrasi Kawasan Perencanaan Pesisir


MCC dan God Bless Park, yaitu:

- Sebelah Utara : Laut Sulawesi


- Sebelah Timur : Kelurahan Sario Utara, Manado
- Sebelah Selatan : Kelurahan Sario, Manado
- Sebelah Barat : Kelurahan Bahu, Manado

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 6


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kawasan


Seperti yang sudah dijelaskan sekilas pada sub-teori
wilayah, Kawasan merupakan wilayah dalam batasan fungsional tertentu.
Menurut Undang-undang No. 26 pada tahun 2007 mendefinisikannya sebagai
wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Contoh kawasan
antara lain: Kawasan Lindung-Kawwasan Budidaya dalam suatu wilayah
provinsi. Kawasan Perkotaan-Kawasan Pedesaan dalam suatu wilayah
kabupaten; Kawasan Perumahan, Kawasan Pusat Kota, dan Kawasan Industri
dalam suatu kota.
2.1.1 Pengertian Kawasan Pesisir
Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil Pasal (1) Ayat (2) mengatakan Wilayah Pesisir adalah
daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut. Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan
terakhir internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan
daratan, ke arah daral mencakup daerah yang masih terkena pengaruh
percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan
benua (continental shelf) (Beatley et al, dalam Dahuri, dkk, 2001: 9).
Para Ahli juga mengemukakan tentang kawasan pesisir. Menurut Ketchum
dalam Kay dan Alder (1999: 2) kawasan pesisir adalah kawasan yang
merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang
mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih
mempengaruhi proses dan fungsi kelautan. Sedangkan menurut Bengen
(2002)Wilayah pesisir adalah wilayah dimana daratan berbatasan dengan
lautan yaitu batas kearah daratan meliputi wilayah-wilayah yang tergenang air

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 7


maupun yang tidak tergenang air yang masih terpengaruhi oleh proses-proses
laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi garam. Sementara batas
kearah lautan adalah daerah yang terpengaruhi oleh proses-proses alami di
daratan seperti sendimentasi dan mengalirnya air tawar kelaut serta daerah-
daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan.
2.1.2 Pengelolaan Kawasan Pesisir
Menurut UU RI No 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil :
 Pasal (1) Ayat (1): Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
adalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan,
dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang
dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antarsektor, antara
ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan
manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
 Pasal (1) Ayat (4) : Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
adalah sumber daya hayati, sumber daya nonhayati; sumber daya
buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan,
terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain; sumber
daya nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya
buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan
perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam,
permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan
kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di
Wilayah Pesisir.
 Pasal (1) Ayat (15) : Rencana Pengelolaan adalah rencana yang
memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan tanggung jawab
dalam rangka pengoordinasian pengambilan keputusan di antara

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 8


berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenai kesepakatan
penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di zona yang
ditetapkan.
 Pasal (1) Ayat (16) : Rencana Aksi Pengelolaan adalah tindak lanjut
rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil yang
memuat tujuan, sasaran, anggaran, dan jadwal untuk satu atau
beberapa tahun ke depan secara terkoordinasi untuk melaksanakan
berbagai kegiatan yang diperlukan oleh instansi Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan lainnya guna
mencapai hasil pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
di setiap Kawasan perencanaan.
 Pasal (1) ayat (19) : Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta ekosistemnya untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan Sumber Daya Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragamannya.
2.1.3 Pengertian Kawasan Reklamasi
Menurut Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal (1) Ayat (23) Reklamasi adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka meningkatkan manfaat
sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan
cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Peraturan Menteri
Perhubungan No PM 52 Tahun 2011 menyebutkan bahwa, reklamasi adalah
pekerjaan timbunan di perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai dan
atau kontur kedalaman perairan.
Menurut Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005), reklamasi adalah
kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 9


sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan
cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Berdasarkan Pedoman
Pengembangan Reklamasi Pantai dan Perencanaan Bangunan
Pengamanannya (2004), reklamasi pantai adalah meningkatkan sumberdaya
lahan dari yang kurang bermanfaat menjadi lebih bermanfaat ditinjau dari
sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat dan nilai ekonomis.
Menurut Perencanaan Kota (2013), reklamasi sendiri mempunyai
pengertian yaitu usaha pengembangan daerah yang tidak atau kurang
produktif (seperti rawa, baik rawa pasang surut maupun rawa pasang surut
gambut maupun pantai) menjadi daerah produktif (perkebunan, pertanian,
permukiman, perluasan pelabuhan) dengan jalan menurunkan muka air
genangan dengan membuat kanal – kanal, membuat tanggul/ polder dan
memompa air keluar maupun dengan pengurugan. Berdasarkan Modul
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi (2007) adalah suatu
pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna
atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan.
Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di
tengah sungai yang lebar, atau pun di danau.
Menurut Wisnu Suharto pengertian reklamasi adalah suatu upaya
pemanfaatan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong
dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Dengan kata lain
reklamasi adalah mengubah wilayah perairan pantai menjadi daratan dengan
mengubah permukaan tanah yang rendah dan tergenangan air menjadi lebih
tinggi.
2.1.4 Tipologi Kawasan Reklamasi
Menurut Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi Pantai (2007), kawasan reklamasi dibedakan menjadi
beberapa tipologi berdasarkan fungsinya yakni :

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 10


Kawasan perumahan dan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa,
kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka (publik, RTH
lindung, RTH binaan, ruang terbuka tata air), kawasan pelabuhan laut /
penyeberangan, kawasan pelabuhan udara, kawasan mixed-use, kawasan
Pendidikan.
Selain berdasarkan fungsinya, kawasan reklamasi juga dibagi menjadi
beberapa tipologi berdasarkan luasan dan lingkupnya sebagai berikut :
 Reklamasi Besar yaitu kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha dan
mempunyai lingkup pemanfaatan ruang yang sangat banyak dan
bervariasi. Contoh : Kawasan reklamasi Jakarta.
 Reklamasi Sedang merupakan kawasan reklamasi dengan luasan 100
sampai dengan 500 Ha dan lingkup pemanfaatan ruang yang tidak
terlalu banyak ( ± 3 – 6 jenis ). Contoh : Kawasan Reklamasi Manado.
 Reklamasi Kecil merupakan kawasan reklamasi dengan luasan kecil
(dibawah 100 Ha) dan hanya memiliki beberapa variasi pemanfaatan
ruang ( hanya 1-3 jenis ruang saja ). Contoh : Kawasan Reklamasi
Makasar.
2.1.5 Tujuan dan Manfaat Reklamasi
Tujuan reklamasi menurut Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi Pantai (2007) yaitu untuk menjadikan kawasan berair
yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi suatu kawasan baru yang lebih
baik dan bermanfaat. Kawasan daratan baru tersebut dapat dimanfaatkan
untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan
udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi alternatif, reservoir air tawar di
pinggir pantai, kawasan pengelolaan limbah dan lingkungan terpadu, dan
sebagai tanggul perlindungan daratan lama dari ancaman abrasi serta untuk
menjadi suatu kawasan wisata terpadu. Menurut Perencanaan Kota (2013),
tujuan dari reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pengembangan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 11


kota. Reklamasi diamalkan oleh negara atau kota-kota besar yang laju
pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi
mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan
(keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah
daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru.
Menurut Max Wagiu (2011), tujuan dari program reklamasi ditinjau dari
aspek fisik dan lingkungan yaitu:
 Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang laut.
 Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk
mendirikan bangunan yang akan difungsikan sebagai benteng
perlindungan garis pantai.
Manfaat dilakukannya reklamasi adalah sebagai berikut:
 Untuk negara atau kota besar dengan kepadatan penduduk yang tinggi,
reklamasi bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah
keterbatasan lahan dengan membuat bangunan lahan permukiman
yang baru dengan mendapatkan tanah tanpa melakukan penggusuran
penduduk.
 Membuat kawasan berair atau lahan tambang yang rusak atau tidak
bermanfat menjadi lebih baik dengan memanfaatkannya untuk lahan
pemukiman, industri, bisnis dan pertokoan, pertanian, dan juga objek
wisata.
 Daerah yang direklamasi menjadi terlindung dari erosi karena
konstruksi pengaman telah disiapkan sekuat mungkin untuk dapat
menahan ombak
 Daerah yang mempunyai ketinggian di bawah permukaan air laut bisa
terhindar dari banjir apabila dibuat tembok penahan air laut di
sepanjang pantai

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 12


 Tata kelola lingkungan yang baik dengan peletakan taman sesuai
perencanaan dapat berfungsi sebagai area rekreasi yang menarik
 Pesisir pantai yang dulunya rusak akan menjadi lebih baik dan lebih
bermanfaat.
Pengelolaan Reklamasi menurut Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pasal (34) Ayat (2) : pada
ayat (1) Pelaksanaan Reklamasi sebagaimana dimaksud wajib menjaga dan
memperhatikan: keberlanjutan kehidupan dan penghidupan Masyarakat;
keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan pelestarian
fungsi lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; serta persyaratan teknis
pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No 122 Tahun 2012 Tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil :
 Pasal (1) Ayat (16) : Prakiraan dampak lingkungan adalah prakiraan
pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
reklamasi.
 Pasal (2) Ayat (3) : Reklamasi tidak dapat dilakukan pada kawasan
konservasi dan alur laut.
 Pasal (3) Ayat (1) : Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang
yang akan melaksanakan reklamasi wajib membuat perencanaan
reklamasi.
 Pasal (15) : Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang
akan melaksanakan reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin
pelaksanaan reklamasi.
 Pasal (20) Ayat (1) : Izin pelaksanaan reklamasi dapat dicabut apabila:
tidak sesuai dengan perencanaan reklamasi; dan/atau izin lingkungan
dicabut.
 Pasal (26) : Pelaksanaan reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan:

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 13


- keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat;
- keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan
pulaupulau kecil; serta
- persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan
material.
-
2.2 Pembangunan Berkelanjutan
Dalam pengembangan kawasan pesisir tentu saja memiliki potensi dan
masalah terkait pembangunan yang di lakukan (reklamasi). Kawasan
reklamasi juga memiliki dampak buruk dan dampak positif yang sangat
berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan 3 aspek (pilar) yaitu aspek
lingkungan, sosial dan aspek ekonomi.
2.2.1 Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal (1) Ayat (3) Pembangunan berkelanjutan adalah
upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial,
dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Pengertian pembangunan berkelanjutan dalam Stockholm United
Nation Conference on Human Enviromental pada tahun 1972 atau dikenal
sebagai Deklarasi Stockholm adalah sebagai berikut : segala sumber daya
alam di bumi, termasuk udara, air, tanah, flora dan fauna terutama contoh
yang mewakili bagian ekosistem alam, harus dijaga supaya aman untuk
kepentingan generasi sekarang dan masa depan melalui perencanaan atau
manajemen yang sesuai dan hati-hati. Menurut Brutland Report dalam sidang
PBB tahun 1987, pembangunan berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 14


sering disebut sustainable development merupakan proses pembangunan yang
berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
kebutuhan generasi yang akan datang. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi
mengenai Pembangunan Berkelanjutan di tahun 2002 disebutkan bahwa
pembangunan berkelanjutan adalah kondisi dimana masyarakat dapat
menentukan dirinya sendiri yang disiapkan dalam perdagangan bebas
multilateral dengan syarat terciptanya tata pemerintahan yang baik (good
goverment). Menurut Sudharta P. Hadi dalam bukunya yang berjudul "Opcit"
tahun 2007 menyebutkan pengertian pembangunan berkelanjutan adalah
konsep pembangunan yang menyelaraskan kepentingan pembangunan dengan
pengelolaan lingkungan.
Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan
sebagai transformasi progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan politik
untuk meningkatkan kepastian masyarakat Indonesia dalam memenuhi
kepentingannya pada saat ini tanpa mengorbankan kemampuan
2.2.2 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Konsep Tujuan Pembangunan Berkelanjutan lahir saat Konferensi
Pembangunan Berkelanjutan PBB, Rio+20, tahun 2012 dengan penetapan
target yang dapat aplikasikan secara universal dan bisa diukur dalam
menyeimbangkan 3 dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu sosial,
lingkungan dan ekonomi.
2.2.3 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Terdapat 3 pilar atau kompenen utama pembangunan berkelanjutan, yaitu
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan terkait
ekonomi yaitu suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan
pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan capital (capital maintenance), dan
penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Terkait sosial budaya
merupakan suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan
pemerataan hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 15


masyarakat, pemberdayaan masyarakat (dekratisasi), identitas sosial, dan
pengembangan kelembagaan. Sedangkan pembangunan berkelanjutan terkait
dengan lingkungan (ekologis) adalah kegiatan yang dimaksud (dilakukan)
harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung
lingkungan, dan konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman
hayati (biodiversity), sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat
berkelanjutan. Tiga aset pembangunan berkelanjutan, yaitu sumber daya alam,
sumber daya manusia dan infrastruktur. Adapun indikator pembangunan
berkelanjutan dari 4 (dimensi) menurut (Dahuri ; 2003)
Tabel 2.1 Indikator Pembangunan Berkelanjutan
Indikator Pembangunan Berkelanjutan (Dahuri; 2003)
Dimensi Indikator
1. Ekonomi  Volume dan nilai produksi
 Volume dan nilai ekspor (dibandingkan dengan
nilai total ekspor nasional)
 Kontribusi sektor perikanan terhadap PDB
 Pendapatan nelayan
 Nilai investasi dalam bentuk kapal ikan dan
pabrik pengolahan
2. Sosial Budaya  Penyerapan tenaga kerja
 Budaya kerja
 Tingkat pendidikan
 Tingkat kesehatan
 Distribusi jender dalam proses pengambilan
keputusan (gender distribution in decision
making)
 Kependudukan (demography)
3. Lingkungan  Komposisi hasil tangkap

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 16


 Hasil tangkap per satuan upaya (CPUE)
 Kelimpahan relatif spesies target
 Dampak langsung alat tangkap terhadap spesies
target
 Dampak tidak langsung penangkapan terhadap
struktur topik
 Dampak langsung alat tangkap terhadap habitat
 Perubahan luas area dan kualitas habitat
penting perikanan
 Hak kepemilikan (property rights)
4. Geovernance  Ketaatan terhadap peraturan perundangan
(compliance regime)
 Transparansi dan partisipasi

2.2.4 Pembangunan Berkelanjutan Terkait Kawasan Reklamasi


Dalam pengelolaan wilayah pesisir, konsep keberlanjutan dan pelestarian
lingkungan merupakan dua hal saling terkait yang tidak dapat dipisahkan.
Konsepsi pembangunan di wilayah pesisir idealnya bisa menunjang
peningkatan pertumbuhan dan pembangunan serta pelestarian lingkungan. Hal
ini dilakukan untuk mencapai sasaran berupa sinergitas kegiatan ekonomi dan
sosial di kawasan yang bersangkutan sekaligus meminimalisasi dampak
negatif lingkungan akibat kegiatan ekonomi dan sosial tersebut, adanya
peningkatan upaya pelestarian lingkungan kawasan pesisir disamping
meningkatkan kemampuan pemenuhan kebutuhan pembangunan melalui
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara optimal, juga dengan
menselaraskan pola pemanfaatan ruang kawasan pesisir dengan
pengembangan konsepsi wawasan nusantara (2002:29). Pengelolaan atau
manajemen kawasan pesisir (Coastal Zone Management/CZM) secara umum

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 17


bertujuan untuk melindungi, melestarikan, dan melakukan restorasi sumber
daya alam di mana memungkinkan dan perlu mendorong pertumbuhan dan
pembangunan melalui perencanaan yang sehat secara terpadu terhadap
dampak lingkungan dari kegiatan dan proyek yang dilakukan, dan mengukur
serta mengevaluasi konsekuensinya sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan (Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia dalam Rangka
Pembangunan Berbasis Pelestarian Lingkungan Tommy Cahya Trinanda).
Dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan di kawasan
pesisiryang melihat segi lingkungan, sosial, dan ekonomi maka salah satu
solusi yang digunakan yaitu reklamasi.Konsep pengelolaan wilayah pesisir
secara berkelanjutan berfokus pada karakteristik ekositem pesisir yang
bersangkutan, yang dikelola dengan memperhatikan aspek parameter
lingkungan, konservasi, dan kualitas hidup masyarakat, yang selanjutnya
diidentifikasi secara komprehensif dan terpadu melalui kerjasama masyarakat,
ilmuan dan pemerintah, untuk menemukan strategi-strategi pengelolaan
pesisir yang tepat.

2.3 Masyarakat Nelayan


Nelayan di dalam Ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai
pekerja, yaitu orang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap
ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai mata
pencahariannya. Dalam kamus besar Indonesia pengertian nelayan adalah
orang yang mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan di laut.
Nelayan dikenal sebagai masyarakat yang lekat dengan kemiskinan.
Kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang dan papan pun terkadang
sulit untuk dipenuhi secara sehat apalagi sempurna. Apalagi tentang
pendidikan dan kesehatan, mungkin sangat jauh dari sempurna
(Kalyanamitra, 2005). Kemiskinan, rendahnya pendidikan dan pengetahuan
nelayan serta kurangnya informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 18


kecil merupakan karakteristik dari masyarakat pulau-pulau kecil (biasanya
nelayan). Persoalan pendidikan ini tidak terlepas dari kemiskinan yang
melingkupi masyarakat nelayan (Sulistyowati, 2003). Pekerjaan sebagai
nelayan tidak diragukan lagi adalah pekerjaan yang sangat berat. Mereka yang
menjadi nelayan tidak dapat membayangkan pekerjaan lain yang lebih mudah,
sesuai kemampuan yang mereka miliki. Keterampilan sebagai nelayan amat
sederhana dan hampir sepenuhnya dapat dipelajari dari orang tua mereka
sejak mereka masih anak-anak.
2.3.1 Penggolongan Nelayan
Beberapa kelompok nelayan memiliki beberapa perbedaan dalam
karakteristik sosial dan kependudukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
kelompok umur, pendidikan, status sosial dan kepercayaan. Dalam satu
kelompok nelayan sering juga ditemukan perbedaan kohesi internal, dalam
pengertian hubungan sesama nelayan maupun hubungan bermasyarakat
(Townsley 1998 dalam Widodo, 2006).
Charles 2001 dalam Widodo 2006 membagi kelompok nelayan dalam empat
kelompok yaitu:
- Nelayan subsisten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang
menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
- Nelayan asli (native/indigenous/aboriginal fishers), yaitu nelayan
yang sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok
pertama, namun memiliki juga hak untuk melakukan aktivitas secara
komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil.
- Nelayan rekreasi (recreational/sport fishers), yaitu orang-orang yang
secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk
kesenangan atau berolahraga, dan
- Nelayan komersial (commercial fishers), yaitu mereka yang
menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 19


pasar domestik maupun pasar ekspor. Kelompok nelayan ini dibagi
dua, yaitu nelayan skala kecil dan skala besar.
Dari empat pengelompokan tersebut sudah sangat sulit menemukan dua
kelompok yang pertama. Sementara kelompok ketiga walaupun di beberapa
negara maju berbagai kegiatannya telah terdokumentasi dengan baik namun di
beberapa negara berkembang seperti Indonesia misalnya, sulit ditemukan. Di
samping pengelompokkan tersebut, terdapat beberapa terminologi yang sering
digunakan untuk menggambarkan kelompok nelayan, seperti nelayan penuh
untuk mereka yang menggantungkan keseluruhan hidupnya dari menangkap
ikan; nelayan sambilan untuk mereka yang hanya sebagian dari hidupnya
tergantung dari menangkap ikan (lainnya dari aktivitas seperti pertanian,
buruh dan tukang); juragan untuk mereka yang memiliki sumberdaya
ekonomi untuk usaha perikanan seperti kapal dan alat tangkap; dan anak buah
kapal (ABK/pandega) untuk mereka yang mengalokasikan waktunya dan
memperoleh pendapatan dari hasil pengoperasian alat tangkap ikan, seperti
kapal milik juragan.
2.3.4 Permasalahan Nelayan
Seperti masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi
sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Masalah-
masalah tersebut antara lain:
- Kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang
datang setiap saat,
- Keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga memengaruhi
dinamika usaha,
- Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada,
- Kualitas sumberdaya mayarakat yang rendah sebagai akibat
keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publikj,

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 20


- Degradasi sumberdaya lingkungan baik di kawasan pesisir, laut,
maupun pulau-pulau kecil, dan
- Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai
pilar utama pembangunan nasional (Kusnadi, 2006 dalam Kusnadi
2009).
- Masalah actual lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa potensi
untuk berkembangnya jumlah penduduk miskin di kawasan pesisir
cukup terbuka. Hal ini disebabkan dua hal penting berikut ini:
Meningkatnya degradasi kualitas dan kuantitas lingkungan pesisir laut.
Degradasi lingkungan ini terjadi karena pembuangan limbah dari wilayah
darat atau perubahan tata guna lahan di kawasan pesisir untuk kepentingan
pembangunan fisik. Kondisi demikian akan menyulitkan nelayan memperoleh
hasil tangkapan, khususnya di daerah-daerah perairan yang sudah dalam
kondisi tangkap lebih. Membengkaknya biaya-biaya operasi penangkapan
karena meningkatnya harga bahan bakar minyak (bensin dan solar), sehingga
nelayan mengurangi kuantitas operasi penangkapan. Untuk menyiasati
kenaikan harga bahan bakar ini, nelayan menggunakan bahan bakar minyak
tanah dicampur dengan oli bekas atau solar. Bahan bakar oplosan ini untuk
menggantikan bahan bakar bensin dan solar. Hal ini berdampak negatif
terhadap kerusakan mesin perahu, sehingga dapat membebani biaya investasi
nelayan. Kedua hal di atas berpengaruh signifikan terhadap perolehan
pendapatan nelayan dan kelangsungan usaha nelayan.
2.4 Sektor Formal
2.4.1 Pengertian Sektor Formal
Ekonomi formal dapat diartikan sebagai usaha yang membutuhkan
syarat syarat tertentu agar dapat melakukan kegiatan usaha, seperti izin
usaha, jumlah modal, proposal kegiatan, dan susunan pengurus.
Persiapan untuk memasuki bidang perekonomian formal harus benar-

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 21


benar mempertimbangkan segala hal yang berhubungan dengan
perekonomian tersebut.
2.4.2 Ciri-ciri Bidang Ekonomi Formal
Ciri-ciri bidang ekonomi formal adalah sebagai berikut:
- Memiliki izin
- Adanya keharusan membayar pajak
- Tunduk terhadap kebijakan dari negara
- Secara umum keuntungannya besar
- Pembukuan dilakukan secara teratur karena transaksinya banyak
dan perlu dianalisis
- Biasanya perekonomian itu dilakukan diperkotaan
Berdasarkan UUD 1945 pasal 33 dalam perekonomian Indonesia terdapat tiga
sektor usaha formal, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi.
2.5 Sektor Informal
2.5.1 Pengertian Sektor Informal
Istilah sektor informal pertama kali dilontarkan oleh Keith Hart
(2009) dalam Yahya (2018) pada Kajian Evaluasi Pembangunan Sektoral
yang menyatakan bahwa sektor informal merupakan bagian dari angkatan
kerja kota yang berada di luar pasar tenaga terorganisasi.
Menurut Sethurahman (1985) sektor informal adalah unit-unit usaha
yang berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang/jasa
dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan untuk
sendiri. Dalam usahanya itu, ia dihadapkan pada berbagai kendala, seperti
modal fisik, pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya Sjahrir (1985),
menyebut sektor informal sebagai unit kegiatan ekonomi yang skala usahanya
dapat besar maupun kecil yang memberikan peluang pada setiap individu-

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 22


individu untuk memaksimalisasi sumberdaya-sumberdaya dan tenaga kerja
yang ada dengan biaya seminim mungkin.
Sektor informal tampak memiliki peran yang penting dalam hal
menyerap tenaga kerja yang tidak dapat ditampung pada sektor formal. Sektor
informal ini pula menjadi sektor alternatif bagi para pencari kerja yang tidak
memiliki spesifikasi keterampilan yang dibutuhkan dan ditetapkan oleh sektor
formal. Daya serap tenaga kerja di sektor informal ini relatif tinggi, ragam
pekerjaan besar, dan kesempatan untuk menciptakan pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan dan lingkungannya merupakan faktor-faktor penting bagi hidupnya
sektor informal (Ameriani, 2006). Sedangkan menurut ILO, sektor informal
adalah cara melakukan pekerjaan apapun dengan karakteristik yang mudah
dimasuki, bersandar pada sumberdaya lokal, usaha milik sendiri, beroperasi
dalam skala kecil, padat karya dan teknologi yang adaptif, memiliki keahlian
di luar sistem pendidikan formal, tidak terkena langsung regulasi, dan
pasarnya kompetitif. Sedangkan menurut BPS, sektor informal adalah suatu
Perusahaan Non Direktori (PND) dan Usaha Rumah Tangga (URT) dengan
jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang. Menurut Wauran (2012) sektor
informal bukan sistem ekonomi yang negative, namun realitas ekonomi yang
berperan dalam membantu menyediakan peluang pekerjaan dengan segala
kekurangan yang dimiliki oleh para pencari kerja. Pemerintah yang kurang
memperhatikan kalangan bisnis masyarakat yang lemah menjadikan
munculnya sektor informal ini dengan mengurangi tingkat pengangguran
disuatu wilayah perkotaan.
2.5.2 Ciri-Ciri Sektor Informal
Menurut Reni Pratiwi (2012) Ciri-ciri sektor informal, yaitu:
1. Pola kegiatannya tidak teratur.
2. Skala usaha kecil dan menggunakan teknologi sederhana.
3. Struktur usahanya didasarkan atas struktur unit kerja keluarga.
4. Jam kerja tidak teratur / tidak tetap.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 23


5. Tempat kerja tidak permanen / tidak menetap.
6. Usaha tersebut untuk melayani golongan masyarakat tertentu atau terbatas
dan memiliki daya saing yang tinggi.
7. Tidak memerlukan keahlian dan keterampilan yang berdasarkan pada
pendidikan formal khusus.
8. Tidak mampu memanfaatkan keterkaitan dengan usaha lain yang sejenis
dan lebih besar.
9. Bersifat inofatif didasarkan pada kebutuhan konsumen terbatas dan
mempunyai kekenyalan terhadap perubahan.
10. Tidak terjangkau sistem pelayanan formal.
11. Dari beberapa ciri yang ada, dapat diambil kesimpulan bahwa kebanyakan
dari mereka bermodal kecil, teknologi yang digunakan sederhana,
kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik, serta karyawan sedikit dan
merupakan kerabat atau anggota keluarga dari pengusaha.
2.5.3 Faktor-Faktor Penyebab Keberadaan Sektor Informal
Sektor informal mampu memberikan alternatif sumber penghidupan
selain yang disediakan oleh perusahaan dan swasta. Terdapat beberapa alasan
yang menjelaskan mengapa sektor informal ini semakin banyak diminati.
Menurut penelitian yang dilakukan Anderson (1980) dalam Ameriani (2006),
terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi minat terhadap sektor ini, yakni
 Krisis ekonomi, menyebabkan supply tenaga kerja yang melimpah.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 mencatat, jumlah
pengangguran secara nasional mencapai 10,55 juta jiwa, atau 9,75
persen dari total penduduk 220 juta jiwa (Muchdie, 2010). Data
pengangguran ini belum ditambah oleh jumlah tenaga kerja yang
terpaksa terkena PHK. Di Jakarta tahun 2007, jumlah pemulung yang
memburu barang bekas diperkirakan mencapai 500.000 orang dan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 24


akan terus bertambah akibat supply tenaga kerja yang memiliki
pendidikan dan keterampilan terbatas.
 Sektor informal berkembang seiring dengan permintaan barang dan
jasa, terutama barang atau jasa yang tidak disediakan oleh sektor
formal. Profesi memulung menghasilkan pengumpulan barang bekas
yang tidak dapat dihasilkan oleh sektor formal. Berbagai barang bekas
tersebut dimanfaatkan oleh industri daur ulang yang
membutuhkannya.
Kemudahan memasuki sektor informal. Beberapa alasan diantaranya :
- Sektor informal tidak terlalu terikat pada peraturan-peraturan yang
bersifat legal; pada profesi pemulung peraturan-peraturan yang dibuat
antar pemulung maupun pemulung dengan bos relatif tidak tertulis.
Namun, peraturan-peraturan tersebut lebih bersifat fleksibel.
- Peraturan peraturan dibuat sendiri oleh para pekerja sektor informal.
Menurut Simanjuntak (2002) peraturan antara pemulung dengan bos
pemulung ditetapkan melalui kesepakatan diantara keduanya. Hasil
kesepakatan tersebut tercakup dalam perjanjian kerjasama, sebagai
contoh bos memberikan perlindungan berupa rumah (bedengan) dan
alat perlengkapan pemulung. Di sisi lain pemulung harus menyetorkan
hasil memulungnya kepada bos, sesuai dengan harga yang telah
ditetapkannya,
- tempat melakukan usaha jarang yang menetap;
- skala usaha yang 10 dikembangkan relatif kecil dan ia mampu berdiri
sendiri tanpa adanya bantuan dari pihak perbankan; dan
- pajak yang diberikan lebih ringan jika dibandingkan dengan sektor
formal.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 25


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Perencanaan


Tahap-tahap Perencanaan :
a. Persiapan studi (kajian teori).
b. Pengumpulan data dan mengidentifikasi kondisi eksisting di wilayah
delineasi
c. Analisis data yang di dapat (kecukupan dan kebutuhan) sarana di wilayah
delineasi
d. Jenis dan sumber data: Data primer (wawancara, observasi, dokumentasi)
dan data sekunder (BPS dan Kantor Kelurahan).
e. Pengumpulan data : Wawancara kepada masyarakat atau sekretaris lurah,
peninjauan ke wilayah studi (observasi), peta-peta yang terkait dan
dokumentasi kondisi eksisting.
f. Analisis data : Analisis spasial (overlay dari peta untuk aspek fisik),
analisis kependudukan, analisis deskriptif ( penjelasan data prasarana dan
sarana serta kondisi ekonomi

3.2 Metodologi Pengumpulan Data


Adapun metode untuk pengumpulan data, antara lain :
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya secara
langsung dengan responden yang dituju untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan dari responden tersebut secara kompleks. Narasumber
yang dipilih merupakan narasumber yang dianggap memiliki pengetahuan
lebih terhadap kondisi daerah fokus area wilayah studi.Contoh dari

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 26


narasumber untuk wawancara ini seperti Sekertaris Kelurahan dan Kepala
Lingkungan.
b. Observasi lapangan
Observasi lapangan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
terjun secara langsung ke lapangan untuk melihat kondisi eksisting fisik
daerah yang ada di Kelurahan Bahu khususnya area Reklamas. Dalam
teknik ini juga melakukan dokumentasi atau pengambilan foto fisik di
daerah delineasi yang menjadi daerah fokus.
c. Telaah dokumen
Pengumpulan data jenis ini merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara mencari kajian literature dan mencari informasi dari dokumen-
dokumen tentang sosial, ekonomi, dan lingkungan wilayah studi. Bentuk
dari pengumpulan data ini merupakan telaah dokumen ini bersifat
sekunder.

3.3 Metodologi Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang di


peroleh sebagai berikut:

a. Analisis Spasial
Analisis spasial adalah sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam
pengolahan SIG. Hasil analisis data spasial sangat bergantung pada lokasi
objek yang bersangkutan (yang sedang di analisis).Analisis spasial juga
dapat di artikan sebagai teknik yang digunakan untuk meneliti dan
mengeksplorasi data dari persfektif keruangan.Semua teknik atau
pendekatan perhitungan matematis yang terkait dengan data keruangan
(spasial) dilakukan dengan fungsi analisis spasial tersebut.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 27


b. Analisis Deskriptif
Contoh analisis untuk menggambarkan dan menginterpretasikan sesuatu
adalah kondisi, proses yang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,
serta kecenderungan yang telah berlangsung.Analisis ini dapat digunakan
untuk menganalisis berbagai macam data dalam aspek permukiman dan
aspek pembangunan berkelanjutan.
c. Analisis Kuantitatif

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 28


BAB IV
DATA PROFIL KAWASAN PERENCANAAN

4.1 Perubahan Kawasan Terbangun


Berkembangnya pusat perkotaan menjadikan bertambahnya jumlah
penduduk di daerah perkotaan. Perkembangan ekonomi yang mengakibatkan
urbanisasi (terjadi karena adanya perbedaan ketidakmerataan fasilitas-fasilitas
pembangunan desa dan kota) sehingga pertumbuhan jumlah penduduk di
daerah perkotaan yang relatif tinggi dan berpengaruh juga untuk
pembangunan sehingga lahan di daerah perkotaan semakin kurang
menyebabkan penggunaan laut dan daerah pantai lebih sering dan intensif
dalam beberapa tahun terakhir. Keterbatasan lahan akibat kondisi alam berupa
pegunungan, sungai dan laut mendesak pemerintah mencari solusi dengan
reklamasi untuk permukiman dengan new land in the sea (Kolman, 2012).
4.1.1 Kawasan Terbangun Tahun 2003
Pada Tahun 2003 kawasan terbangun di kawasan perencanaan
memiliki luas 26,3 ha. Di kawasan reklamasi Bahu Mall hanya terdapat
bangunan Star Square dengan luas 1,3 ha yang didalamnya terdapat pusat
perbelanjaan yaitu FreshMart. Sedangkan di kawasan pesisir MCC dan God
Bless Park hanya terdapat lahan kosong dan belum ada reklamasi. Luas
wilayah non-terbangun 20,7 ha.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 29


Gambar 4.1 Peta Kawasan Terbangun Tahun 2003

4.1.2 Kawasan Terbangun Tahun 2009


Pada Tahun 2009 di kawasan perencanaan memiliki luas kawasan
terbangunnya dengan 27,3 ha. Berkembangnya pusat perkotaan 5 tahun
terakhir sudah memiliki banyak perubahan di kawasan terbangun. Kawasan
pesisir Bahu Mall memiliki perubahan yang mencolok seperti terdapat Big
Fish, PAUD (Kota Pintar) dan beberapa hotel, wisata kuliner serta banyaknya
perubahan bangunan di kawasan sepanjang jalan koridor dengan luas kawasan
terbangun 18,3 ha . Sedangkan di Kawasan Pesisir MCC dan God Bless Park
terdapat perubahan yaitu adanya kawasan reklamasi dan bangunan MCC
dengan luas 9 ha. Luas wilayah non-terbangun 24,3 ha.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 30


Gambar 4.2 Peta Kawasan Terbangun Tahun 2009

4.1.3 Kawasan Terbangun Tahun 2013


Hanya sedikit perubahan yang terdapat di kawasan perencanaan yaitu
dengan bertambahnya luas kawasan terbangun dari 5 tahun terakhir yaitu
bertambahnya 1 ha dari luas 27,3 ha sampai 28,3 ha tahun 2013. Bangunan
yang bertambah di kawasan pesisir Bahu Mall sudah terdapat Hotel Lagoun
dimana hotel ini menjadi Landmark di Kota Manado dan juga fasilitas
kesehatan yaitu RS Ibu dan Anak. Untuk di kawasan pesisir MCC dan God
Bless Park tidak terdapat perubahan pada kawasan terbangun. Luas wilayah
non-terbangun 23,7 ha

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 31


Gambar 4.3 Peta Kawasan Terbangun Tahun 2013

4.1.4 Kawasan Terbangun Tahun 2018


Kawasan terbangun pada tahun 2018 di wilayah delineasi
(perencanaan) banyak memiliki perubahan pada luas lahan. Kawasan
terbangun memiliki luas 31 ha. Di kawasan pesisir Bahu Mall terdapat
penambahan bangunan di area StarSquare dan beberapa bangunan. Di
kawasan pesisir MCC dan God Bless Park terdapat penambahan bangunan
yaitu UKM Jendela Indonesia dan bangunan fasilitas olahraga di area God
Bless Park. Luas wilayah non-terbangun 21 ha.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 32


Gambar 4.4 Peta Kawasan Terbangun Tahun 2018

4.2 Gambaran Umum Kawasan Perencanaan


Batas wilayah studi kawasan perencanaan (wilayah delineasi) kawasan
pesisir Bahu Mall, MCC dan God Bless Park meliputi kawasan reklamasi dan
kawasan koridor jalan (permukiman).
Kawasan Pesisir Bahu Mall merupakan salah satu kawasan reklamasi
yang ada di Kelurahan Bahu, Kecamatan Malalayang yang dikembangkan
oleh PT. Bahu Cipta Persada pada tahun 1992 menurut hasil wawancara
Bapak Donvitto Fourzani selaku Sekretaris Kelurahan Bahu. Sedangkan
Kawasan Pesisir MCC dan God Bless Park adalah salah satu kawasan
reklamasi di Kota Manado tepatnya di Kelurahan Sario Tumpaan, Kecamatan
Sario yang dikembangkan oleh PT. Sulenco pada tahun 2004 menurut hasil
wawancara Sekretaris Kelurahan Sario Tumpaan Ibu

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 33


Gambar 4.5 Peta Batas Wilayah Studi Kawasan Perencanaan
Adapun batas wilayah administrasi Kawasan Perencanaan, yaitu:
- Sebelah Utara : Laut Sulawesi
- Sebelah Timur : Kelurahan Sario Utara, Manado
- Sebelah Selatan : Kelurahan Batu Kota dan Sario, Manado
- Sebelah Barat : Kelurahan Malalayang I Timur, Manado

Luas wilayah kawasan perencanaan adalah 51 ha dengan topografi


wilayah yaitu landai. Peruntukkan lahan kawasan mendominasi sebagai lahan
pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan internasional.

Peruntukkan Lahan di Kawasan Perencanaan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 34


Gambar 4.6 Peta Peruntukkan Lahan Kawasan Perencanaan
Di peruntukkan lahan ini terdapat fungsi lahan, antara lain perdagangan dan
jasa, pasar, wisata kuliner, perhotelan, permukiman (nelayan dan rumah
sewa), RTH, tambatan perahu. Kawasan ini di dominasi dengan lahan
perdagangan dan jasa.

Gambar 4.7 Peta Fungsi Lahan Kawasan Perencanaan


STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 35
Fungsi lahan di Kawasan Perencanaan ini di dominasi dengan area
perdagangan dan jasa. Dimana area ini terdapat di Kawasan Reklamasi dan di
Kawasan Sepanjang Koridor Jalan. Seperti yang di Kawasan Perencanaan
Bahu Mall terdapat salah satu pusat perbelanjaan di Kota Manado.

Area Perdagangan dan Jasa

Fungsi lahan area pasar terdapat di Kawasan Perencanaan Bahu Mall,


dimana terdapat Pasar Bahu yang tepatnya berada di Lingkunga V, Kelurahan
Bahu dengan skala pelayanan nasional. Area wisata kuliner juga terdapat di
Kawasan Perencanaan Bahu Mall yang berada di tepi pantai dengan jam
pelayanan 09:00 – 22:00 WITA. Wisata kuliner ini kebanyakan
pengunjungnya dari wisatawan yang datang di Kota Manado.

Area Pasar Area Wisata Kuliner

Fungsi lahan juga pasti terdapat lahan permukiman. Area permukiman


ini terdapat area permukiman nelayan dan area permukiman (rumah sewa).
Area permukiman nelayan terdapat di Kawasan Perencanaan Bahu Mall
tepatnya di Lingkungan I Kelurahan Bahu dimana area ini masyarakatnya
rata-rata bermata pencaharian nelayan sedangkan untuk area permukiman

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 36


(rumah sewa) juga terdapat di Kawasan Perencanaan Bahu Mall karena
adanya Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Pembangunan Indonesia
sehingga memacu banyaknya rumah sewa dan di Kawasan Perencanaan MCC
dan God Bless Park di dominasi dengan area permukiman rumah campur
(non-rumah sewa).

Area Perhotelan Area Permukiman


Area RTH untuk di Kawasan Perencanaan terdapat 2 lokasi yaitu di
Kawasan Perencanaan Bahu Mall terdapat hutan kota dan di Kawasan
Perencanaan MCC dan God Bless Park terdapat taman rekreasi dan olahraga.
Area RTNH terdapat tambatan perahu yang di sediakan pengembang di
kawasan reklamasi.

Area RTH (GB Park) Area RTNH (Tambatan Perahu)


Sesuai dengan fungsi lahan terdapat intensitas lahan yang diukur daei
keramaian area. Intensitas lahan ini didorong dengan adanya bangkitan
sehingga area tingkat intensitas lahan tinggi maupun rendah. Namun,
keramaian area ini juga sesuai dengan waktu, karena adanya bangkitan yang
jam pelayanannya sesuai dengan waktu yang ditentukan.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 37


Gambar 4.8 Peta Persebaran Intensitas Lahan
Bangkitan terhadap Tingkat Intensitas Lahan :
 Tinggi (Pagi) : area ini adalah pasar bahu yang menjadi bangkitan
tingkat keramaian tinggi saat pagi hari.
 Tinggi (Pagi dan Sore) : yang menjadi bangkitan di area ini adalah
para nelayan saat pulang pergi melaut dan menjual hasil melaut
mereka.
 Tinggi (Siang - Malam) : area ini merupakan area perdagangan dan
jasa dimana jam buka toko/mall jam 10:00 – 22:00 WITA.
 Tinggi (Malam) : bangkitan dari area ini adalah adanya café yang
menjadi pusat anak muda untuk berkumpul.
 Sedang (Siang-Malam) : tingkat keramaiannya sedang karena
adanya sekolah di wilayah Kel. Sario Tumpaan dan adanya Martabak
Mas Narto yang banyaknya pembeli.
 Rendah : area ini tingkat keramaian rendah karena permukiman
masyarakat dan tidak terdapat bangkitan (jika ada acara).

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 38


4.3 Aksesibilitas Kawasan Perencanaan
Aksesibilitas kawasan perencanaan terdapat jalan Arteri primer,jalan
lokal, dan jalan lingkungan dengan kondisi jalan baik dengan material jalan
aspal dan paving. Akses masuk kawasan perencanaan ini yaitu 2 akses masuk,
dimana satu dari arah Kabupaten Minahasa Selatan dan yang kedua dari arah
Kota Tomohon.
Untuk menuju kawasan perencanaan di pesisir Bahu Mall dilalui
dengan 2 arah sedangkan pesisir MCC dan God Bless Park dilalui hanya 1
arah. Adapun moda transportasi yang dapat digunakan adalah kendaraan roda
empat maupun roda dua.
Tabel 4.1 Aksesibilitas Moda Transportasi Menurut Lokasi, Jarak dan Waktu
Tempuh
Waktu
Lokasi (Menuju Kawasan
NO Jarak Tempuh (km) Tempuh
Perencanaan)
(menit)
Kecamatan Bunaken 16,9 km 32 menit
Kecamatan Mapanget 16,2 km 29 menit
Kecamatan Tuminting 7,5 km 15 menit
Kecamatan Singkil 8,3 km 21 menit
1 Kecamatan Paal Dua 11,1 km 26 menit
Kecamatan Tikala 6,7 km 19 menit
Kecamatan Wenang 5,2 km 13 menit
Kecamatan Wanea 3,6 km 11 menit
Kecamatan Sario 2,2 km 8 menit
Bandara Internasional Sam 21,0 km (via Jl.Ringroad
2 34 menit
Ratulangi Mnado)
5,0 km (via Jl.Pierre
3 Pelabuhan Manado 13 menit
Tendean)

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 39


4,2 km (via Jl. Pierre
4 Pusat Kota Manado 10 menit
Tendean)
1,9 km (via Jl.
5 Kantor Camat Malalayang 6 menit
Woltermonginsidi)
5,7 km (Jl. Toar – Jl.
6 Kantor Walikota Manado 15 menit
Mumimuut)
4,9 km (via Jl. Pierre
Kantor Gubernur Sulawesi
7 Tendean – Jl. Sam 12 menit
Utara
Ratulangi)
RS. Prof
8 2,5 km 7 menit
Kandou Malalayang
9 Lapangan Koni Sario 3,6 km 9 menit
10 Pasar 45 Manado 4,9 km 12 menit
11 Manado Town Square 2,1 km 6 menit

4.4 Data Demografi


Kawasan perencanaan terdapat di Kelurahan Bahu dan Kelurahan
Sario Tumpaan. Untuk di Kelurahan Bahu terdapat jumlah penduduk
keselurahan di Kelurahan Bahu adalah 6.124 jiwa dengan jumlah kepadatan
penduduknya adalah 83 jiwa/ha. Sedangkan jumlah penduduk di Kelurahan
Sario Tumpaan adalah 1.598 jiwa dengan jumlah kepadatan penduduknya 106
jiwa/ha. Kawasan delineasi Pesisir Bahu Mall terdapat di Lingkungan I, II, III,
IV dan V dan kawasan delineasi Pesisir MCC dan God Bless Park terdapat di
Lingkungan III, IV, V.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 40


Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Lingkungan yang terdapat di Kawasan
Perencanaan
JUMLAH PENDUDUK TOTAL
KELURAHAN LINGKUNGAN JUMLAH KK
L P L+P
Lingkungan I 294 298 334 632
Lingkungan II 251 256 273 529
Lingkungan III 155 302 315 617
Bahu
Lingkungan VI 89 136 125 261
Lingkungan V 141 264 241 505
TOTAL 930 1.256 1.288 2.544
Lingkungan III 104 134 157 291
Lingkungan VI 50 70 69 139
Sario Tumpaan
Lingkungan V 71 98 114 212
TOTAL 529 775 823 1.598
Sumber : Data Kantor Kelurahan
Grafik 4. 1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kelurahan Bahu
400
350
300
250
200 L
150 P
100
50
0
Lingkungan 1 Lingkungan 2 Lingkungan 3 Lingkungan 4 Lingkungan 5

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 41


Grafik 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kelurahan Sario Tumpaan
180
160
140
120
100 L
80
60 P
40
20
0
Lingkungan 3 Lingkungan 4 Lingkungan 5

Lingkungan 1
Lingkungan 2
Lingkungan 3
Lingkungan 4
Lingkungan 5

Gambar 4.9 Diagram Jumlah Penduduk Berdasarkan Lingkungan Kelurahan Bahu

Lingkungan 3
Lingkungan 4
Lingkungan 5

Gambar 4.10 Diagram Jumlah Penduduk Berdasarkan Lingkungan


Kelurahan Sario Tumpaan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 42


Jadi, total jumlah penduduk terbesar di kawasan perencanaan adalah 2.544
jiwa yang terdapat di Kawasan Pesisir Bahu Mall. Namun di Kawasan Pesisir
Bahu Mall, tidak semua area lingkungan termasuk dalam kawasan
perencanaan hanya sebagian kecuali Lingkungan I yang semua areanya
termasuk di kawasan perencanaan. Sedangkan untuk Kawasan Pesisir MCC
dan God Bless Park 3 lingkungan yang terdapat di delineasi termasuk area
kawasan delineasi.
4.5 Identifikasi Bangunan
4.5.1 Klasifikasi Bangunan
Klasifikasi bangunan kawasan perencanaan di dominasi dengan rumah
permanen (modern) yang dimanfaatkan bangunan perdagangan dan jasa
(kawasan reklamasi).

Gambar 4.11 Peta Klasifikasi Bangunan Kawasan Perencanaan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 43


Bangunan Permanen

Bangunan Semi Permanen

4.5.2 Fungsi Bangunan


Di kawasan perencanaan meliputi di kawasan pesisir Bahu Mall di
dominasi dengan Rumah Campur dimana masyarakat memanfaatkan rumah
mereka sebagai tempat untuk kebutuhan ekonomi dengan melakukan
usaha/berdagang (rumah makan, warung dan rumah sewa). Di kawasan
perencanaan MCC dan God Bless Park didominasi dengan rumah tunggal
namun, untuk sepanjang jalan masyarakat lebih memanfaatkan sebagai tempat
perdagangan dan jasa.

Gambar 4.12 Peta Fungsi Bangunan Kawasan Perencanaan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 44


Rumah Tunggal Rumah Campur

4.6 Sistem Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan di kawasan perencanaan terdapat jalan Arteri
Primer yaitu Jl. Wolter Monginsidi (kawasan perencanaan Bahu Mall), jalan
Kolektor Sekunder yaitu Jl. Pierre Tendean (kawasan perencanaan MCC dan
God Bless Park) dan terdapat jalan lokal. Kondisi jalan di Arteri Primer dan
Kolektor Sekunder dalam keadaan baik. Jalan Lokal dapat dikategorikan
dalam keadaan kurang baik karena ada yang berlubang sehingga
menyebabkan genangan ketika hujan.

Gambar 4.13 Peta Sistem Jaringan Jalan Kawasan Perencanaan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 45


Jalan Arteri Primer (Aspal dan Baik) Jalan Kolektor Sekunder (Aspal dan Baik)

4.7 Sistem Jaringan Drainase


Sistem jaringan drainase di kawasan perencanaan ini terdapat drainase
tertutup, drainase terbuka dan terdapat tidak tersedia drainase. Drainase
tertutup ini dimanfaatkan para pejalan kaki sebagai tempat berjalan di bahu
jalan. Tidak tersedia drainase di berbagai tempat mengakibatkan adanya
genangan di area jalan. Untuk badan penerima air yang dialiri di drainase itu
yaitu laut dan Sungai Malalayang.

Gambar 4.14 Peta Sistem Jaringan Drainase Kawasan Perencanaan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 46


Drainase Tertutup Drainase Terbuka

Tidak Tersedia Drainase Sampah di Drainase

Badan Penerima Air

4.8 Sistem Jaringan Persampahan


Di kawasan perencanaan jaringan persampahan ini sudah dikelola
dengan baik. Di kawasan perencanaan Bahu Mall terbagi 2 untuk yang
mengelola. Di kawasan reklamasi yang mengangkut pihak pengembang yang
diangkut langsung TPA setiap jam 07.00 WITA dengan truk. Di kawasan
permukiman (non-reklamasi) masyarakat meletakkan sampah mereka di

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 47


depan rumah dan motor sampang mengangkut setiap hari jam 06:00 dan 18:00
WITA dan truk sampah mengangkut 2 hari sekali jam 07:00 ke TPA
Sumompo. Untuk retribusi sampah di area pihak pemerintah, masyarakat
hanya membayar seikhlasnya. Padahal pihak pemerintah sudah menetapkan
biaya retribusi operasional motor sampah dan gaji pengangkut sampah baik
untuk kepemilikan rumah sendiri dan rumah sewa namun dengan tarif yang
berbeda. Pemerintah juga menyediakan tempat sampah di bahu jalan. Namun,
masih ada masyarakat yang membakar sampah di bahu jalan.

Gambar 4.15 Peta Area Pihak Pengangkutan Sampah

Sistem Pengangkutan Sampah (di Kawasan Sepanjang Koridor Jalan)

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 48


Sistem Pengangkutan Sampah di Kawasan Reklamasi

Penyediaan Tempah Sampah di Pembakaran Sampah di Bahu


Bahu Jalan Jalan

Pembuangan Sampah di Pesisir Pantai


4.9 Sistem Jaringan Sumber Air Bersih
Jaringan sumber air bersih di kawasan perencanaan dalam keadaan
baik. Sumber air bersih di kawasan reklamasi yaitu dari sumur bor sedangkadi
kawasan sepanjang koridor jalan (non-reklamasi) menggunakan jaringan air
PDAM dan sumur bor.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 49


Gambar 4.16 Peta Lokasi Pemanfaatan Sumber Air Bersih

Jaringan Air PDAM Sumur Bor di Kawasan Reklamasi

4.10 Sistem Jaringan Listrik


Sistem jaringan listrik di kawasan perencanaan dalam keadaan baik
karena dari hasil wawancara dengan pihak Kelurahan bahwa tidak sering
listrik padam dan dari pihak PLN terkadang adanya giliran untuk listrik
padam. Sumber listrik masyarakat dari PLN. Di kawasan perencanaan juga
terdapat penerangan jalan.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 50


Gambar 4.17 Peta Persebaran Gardu Listrik

Gardu Penerangan Kabel Sistem Jaringan


Listrik Jalan Listrik

4.11 Proteksi Kebakaran


Di kawasan perencanaan terdapat hydran umum untuk pelayanan
proteksi kebakaran. Persebaran hydran umum banyak terdapat di kawasan
reklamasi dan ada juga bangunan yang sudah menyediakan hydran umum

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 51


seperti yang terdapat di Hotel Lagoun, Star Square, dan MCC. Hydran umum
juga terdapat di jalan Arteri Primer dan Kolektor Sekunder. Pos kebakaran
sudah terdapat di Kantor Kecamatan masing-masing.

Gambar 4.18 Peta Persebaran Hydran Umum

Hydran Pengisian Tangki Air dari Hydran


Umum Umum

4.12 Fasilitas Sosial


Persebaran fasilitas sosial di kawasan perencanaan terdapat fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan. Fasilitas pendidikan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 52


terdapat TK dan SD, fasilitas kesehatan terdapat Puskesmas, Praktek Dokter
dan Klinik, fasilitas peribadatan terdapat Gereja dan Masjid. Untuk fasilitas
perkantoran terdapat kantor pemerintah (Kantor Kelurahan, PKK dan
Bawaslu) dan kantor swasta (Kantor PT. Bahu Cipta Persada).

Gambar 4.19 Peta Persebaran Fasilitas Sosial

Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Peribadatan Fasilitas Perkantoran

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 53


BAB V
PROFIL KAWASAN REKLAMASI

5.1 Gambaran Umum Wilayah


Kawasan Reklamasi memiliki luas 18 ha dimana kawasan reklamasi
Bahu Mall memiliki wilayah dengan luas 10 ha sedangkan kawasan reklamasi
MCC dan God Bless Park memiliki luas wilayah 8 ha.
Batas administrasi kawasan reklamasi pesisir Bahu Mall, yaitu :
- Sebelah Utara : Laut Sulawesi
- Sebelah Timur : Kawasan Reklamasi MCC dan God Bless Park
- Sebelah Selatan : Koridor Jalan Wolter Monginsidi (permukiman)
- Sebelah Barat : Sungai Malalayang
Batas administrasi kawasan reklamasi pesisir MCC dan GB Park, yaitu :
- Sebelah Utara : Laut Sulawesi
- Sebelah Timur : Kawasan Reklamasi Manado Town Square
- Sebelah Selatan : Koridor Jalan Pierre Tendean (permukiman)
- Sebelah Barat : Kawasan Reklamasi Bahu Mall
Wilayah rekamasi di kawasan perencanaan memiliki garis pantai sepanjang
2,2 Km2. Kawasan reklamasi Bahu Mall memiliki garis pantai sepanjang 1,2
Km2 dan kawasan reklamasi MCC dan God Bless Park memiliki garis pantai
sepanjang 1 Km2. Kawasan reklamasi Bahu Mall di kembangkan oleh PT.
Bahu Cipta Persada. Dari hasil wawancara Sekrestaris Kelurahan Bahu bahwa
tahun reklamasi ini Tahun 1992. Kawasan reklamasi MCC dan God Bless
Park di kembangkan oleh PT. Sulenco Tahun 2004 dari hasil wawancara
dengan Sekrestaris Kelurahan Sario Tumpaan.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 54


Gambar 5.1 Peta Administrasi Kawasan Reklamasi
Kondisi pantai dalam keadaan kurang baik karena banyaknya sampah plastik
yang ada di area pantai. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat
yang datang berkunjung di area pesisir dan tidak tersedia tempat sampah
namun hanya ada larangan pembuangan sampah.

Larangan Pembuangan Sampah Plastik


Sampah di Pantai di Area Pantai

Penahan gelombang di area pesisir pantai di manfaatkan masyarakat atau


pengunjung yang ada untuk bersantai menikmati sunset dan sebagian
masyarakat untuk memancing.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 55


Penahan Gelombang di Kawasan Pesisir (Pantai)

Aktivitas Masyarakat di Kawasan Pesisir (Pantai)


Pada tahun 2018 kawasan terbangun di kawasan reklamasi ini
memiliki luas 12 ha. Untuk kawasan reklamasi Bahu Mall kawasan terbangun
dengan luas 8 ha dan non-terbangun seluas 2 ha sedangkan di kawasan
reklamasi MCC dan God Bless Park memiliki luas kawasan terbangun 4 ha
dan 1 ha non-terbangun. Fungsi bangunan dalam kawasan ini di dominasi
perdagangan dan jasa (mall, pasar, pertokoan, wisata kuliner). Sirkulasi untuk
area ini terdapat 2 sirkulasi menurut hierarki jalan untuk Jalan Arteri Primer
terdapat 2 arah 2 jalur sedangkan untuk Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan
sirkulasinya 2 arah 1 jalur. Prabayar untuk masuk kawasan reklamasi yang
hanya terdapat di kawasan reklamasi Bahu Mall untuk motor Rp. 3.000 dan
untuk mobil Rp. 5.000/jam.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 56


Gambar 5.2 Peta Sirkulasi Jalan Kawasan Reklamasi

Arah Jalur Jalan Kawasan Reklamasi

Prabayar Kawasan Bahu Mall

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 57


Di kawasan reklamasi (kawasan perencanaan) terdapat fasilitas
pendidikan , fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan, fasilitas perkantoran,
dan Ruang Terbuka Hijau yaitu hutan kota, untuk area RTNH terdapat lahan
parkir yang menggunakan bahu jalan dan basemant pusat perbelanjaan Star
Squere. Namun, dari pengembang sudah memberikan tanda (garis) parkir di
bahu jalan dan juga sudah ada lahan tersendiri untuk parkir motor.

Gambar 5.3 Peta Persebaran Lahan Parkir Kawasan Reklamasi

Lahan Parkir RTNH


STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 58
Tabel 5.1 Jumlah Persebaran Fasilitas Sosial di Kawasan Reklamasi
Jumlah Fasilitas Sosial
Fasilitas Sosial Kawasan Reklamasi Kawasan Reklamasi MCC
Bahu Mall dan God Bless Park
Pendidikan 2 1
Kesehatan 1 2
Peribadatan 3 1
Perkantoran 3
(pemerintah dan -
swasta)

TK dan SD RSIA Kasih Ibu

Gereja Mawar Sharon Kantor PKK

Di kawasan reklamasi ini terdapat RTH dan RTNH. Untuk area RTH
di kawasan reklamasi terdapat hutan kota dimana lahan ini 16% milik
Pemerintah Kota Manado

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 59


Gambar 5.4 Peta Lahan 16% Kepemilikan PEMKOT Manado

Di kawasan reklamasi Bahu Mall lahan 16% dengan luas 12.000 m2


ini dimanfaatkan sebagai Rumah Pintar dan Hutan Kota. Namun, di lahan
16% ini juga terdapat Big Fish, kantor Bawaslu dan kantor PKK. Dari hasil
wawancara Big Fish dahulunya adalah Tempat Pengumpulan Ikan bagi
masyarakat nelayan. Namun, sekarang sudah menjadi sebuah restaurant yang
sekarang dikenal dengan Big Fish. Nelayan yang ada di Bahu Mall tidak lagi
menjual hasil ikan mereka ke restaurant tersebut karena dari Big Fish sendiri
membayarnya dengan waktu 2 minggu setelah mengambil ikan dari para
nelayan. Jadi, Big Fish sekarang sudah memasok ikan dari luar.

Lahan 16% Milik PEMKOT Manado Hutan Kota

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 60


Sedangkan area RTH dengan lahan 16% milik PEMKOT Manado di
kawasan reklamasi MCC dan God Bless Park dimanfaatkan sebagai tempat
rekreasi dan olahraga. Tempat ini juga menjadi salah satu pusat yang jadi daya
tarik wisatawan. RTH ini dikenal dengan God Bless Park dimana masyarakat
memanfaatkan sebagai tempat berolahraga, rekreasi dan terkadang juga
terdapat event-event baik dari pihak luar maupun pemerintah sendiri.

Lahan 16% Milik PEMKOT Manado God Bless

5.2 Ekonomi Dalam Pembangunan Berkelanjutan


Dalam aspek ekonomi pembangunan berkelanjutan,terbagi atas atas
kawasan sektor formal dan sektor informal.
5.2.1 Ekonomi Sektor Formal
Di kawasan reklamasi Bahu Mall terdapat bangunan seperti Star
Square dan Freshmart yang menjadi salah satu tempat pusat perbelanjaan dan
kawasan reklamasi MCC dan God Bless Park terdapat bangunan UKM yang
dikunjungi masyarakat dengan skala pelayanan internasional. Adapun juga
ruko-ruko dan rumah makan atau tempat wisata kuliner yang menjadi daya
tarik bagi masyarakat lokal maupun internasional. Aktifitas perdagangan dan
jasa untuk ruko-ruko dengan jam pelayanan 08:00 – 22:00 WITA. Di kawasan
reklamasi ini pun terdapat Corner Club yang dengan jam pelayanan 18.00 –
04:00 WITA sedangkan untuk kawasan reklamasi God Bless Park terdapat

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 61


bangunan UKM Jendela Indonesia dengan jam pelayanan 08:00 – 22:00
WITA, serta terdapat Ruang Terbuka Hijau God Bless Park.

StarSquare di Bahu Mall UKM Jendela di God Bless


Untuk kondisi infrastrktur sektor formal , disetiap bangunan sektor
formal untuk pengolaan limbah padat tersedia septic tank dan pengolah
limbah cair langsung membuang ke saluran drainase dan ada juga yang
langsung ke laut.

Kondisi Sanitasi Di Kawasan Reklamasi (Perencanaan)


Sedangkan untuk pengolahan sampah untuk sektor formal tersedia truk
pengangkut sampah dan juga terdapat proteksi kebakaran yaitu hydrant umum
yang bangunan sudah memiliki sendiri hydran umum, seperti Hotel Lagoun,
FreshMart, Transmart, dll.

Ketersediaan Hydrant Umum di Sektor Formal

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 62


Kondisi jalan untuk sektor formal sendiri dalam kondisi baik
meskipun ada jalan yang berlubang. Sektor formal juga memanfaatkan jalan
sebagai lahan parkir untuk pengunjung. Dari hasil wawancara dan survey
lapangan sektor formal di kawasan reklamasi memanfaatkan air laut menjadi
sumber air bersih dengan adanya sistem pengolahan.

Kondisi Jalan (Baik) Kondisi Jalan (Berlubang) Sumber Air Bersih

Di kawasan reklamasi juga terdapat pedestrian yang sangat berguna


bagi pejalan kaki dan dalam kondisi yang baik. Namun, tidak semua memiliki
pedestrian. Pedestrian ini juga dimanfaatkan sebagai drainase tertutup
sehingga ketika hujan air dapat mengalir (masuk) ke drainase tertutup.

Gambar 5.5 Peta Persebaran Pedestrian di Kawasan Perencanaan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 63


Pedestrian

5.2.2 Ekonomi Sektor Informal


Di kawasan reklamasi Bahu Mall dan kawasan reklamasi MCC dan
God Bless Park terdapat kegiatan sektor informal, dimana untuk kawasan
reklamasi Bahu Mall terletak di muka Freshmart dan Starsquare. Rata-rata
jenis usaha adalah makanan dengan luas rata-rata tempat usaha 3 x 1 m2.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 64


.

Gambar 5.6 Peta Persebaran Sektor Informal di Kawasan Reklamasi

Bentuk Sarana dan Kondisi Sektor Informal

Sebelum mendirikan usaha, mereka menjalin kesepakatan dengan


pengembang agar bisa berjualan di dalam lokasi perencanaan dengan
membayar biaya sewa Rp. 3.300.000/bulan yang sudah termasuk tanggungan
listrik dan retribusi sampah. , tetapi untuk air disediakan sendiri oleh penjual
sementara untuk pembuangan limbah mereka membuangnya di drainase yang
ada di belakang lokasi tempat berjualan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 65


Ketersediaan Aliran Listrik Ketersediaan Tempat Sampah

Tempat Pembuangan Penjual Menggunakan Air


Air Limbah Isi Ulang Mencuci Piring

Untuk Kegiatan sektor informal di kawasan perencanaan God Bless


Park, terletak di lahan parkir kawasan Lion Hotel and Plaza dengan jenis
jualan berupa makanan dengan luas tempat usaha 3x1 m2. Rata-rata
Penghasilan 200 ribu/hari, alasan memilih lokasi karena banyak turis-turis
dan pengunjung yang melewati tempat tersebut, kendala yang dialami ketika
hujan, alasan memilih usaha karena menjadi bidang keahlian sudah memiliki
izin dari pemilik lahan parkir tersebut. Untuk sumber air bersih yang dipakai
oleh beberapa sektor informal berasal dari air yang disediakan dari rumah
sendiri karena keperluan akan air yang hanya dibutuhkan oleh beberapa jenis
usaha seperti warung makan yang disediakan sendiri karena disekitar lokasi
berjualan tidak terdapat keran air atau sumber air lain. Sedangkan untuk
penerangan yang dipakai oleh pedagang menggunakan lampu penerangan
darurat mengingat untuk sumber listrik hanya dibutuhkan oleh beberapa
pedagang yang berjualan hingga larut malam seperti pedagang buah-buahan
dan mnakanan ringan, dan untuk pedagang yang berjualan hanya sampai sore
menjelang malam biasanya mengandalkan penerangan dari lampu jalanan.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 66


Kondisi Sektor Informal dan Aktivitas Wawancara

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 67


Tabel 5.1 Hasil Wawancara Sektor Informal di Kawasan Reklamasi
Alasan Alasan
Lokasi Tempat Jenis Jam Pendidikan Pendapatan Lama Sifat Lama
NO Nama Umur Asal Memilih Memilih Kendala
Kawasan Tinggal Jualan Pelayanan Terakhir (/hari) Menetap Layanan Bekerja
Usaha Lokasi
Ketika
hujan
Mencoba ,air
Jam Menjadi
49 tempat masuk 1
1. Lily Jakarta Tanawangko Makanan 08.00- D3 Rp.300.000 bidang 1 Bulan Menetap
Tahun yang ke Bulan
20.30 keahlian
Kawasan baru dalam
Pesisir tempat
Bahu jualan
Mall Jam Menjadi
27 Rp. Tempat 2
2 Nur Gorontalo Tingkulu Makanan 09.00- SMP Bidang 2 Tahun - Menetap
Tahun 800.000 Strategis Tahun
19.00 Keahlian
Jam Mengisi
69 1,5 Tempat 1,5
3 Ika Makassar Rike Makanan 09.30 – SMA - Waktu - Menetap
Tahun Tahun strategis Tahun
18.00 Kosong
Kawasan Jam Menjadi
35 Rp. 15 Tempat 10
4 Pesisir Adi Jatim Malalayang Makanan 12.30- SD bidang - Menetap
Tahun 600.000 Tahun Strategis Tahun
MCC 21.00 keahlian
dan God 29 Malalaya Buah- Jam Rp. Menjadi 29 Tempat 2
5 Kiki Malalayang SMP - Menetap
Bless Tahun ng buahan 13.00- 400.000 Bidang Tahun Strategis Tahun

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 68


Park 24.00 Keahlian

Adri Jam
32 Buah- Rp. Lebih 32 Tempat 7
6 Lolo Minut Minut 15.00- SMP - Menetap
Tahun buahan 2.000.000 Mandiri Tahun Strategis Tahun
wang 01.00
Roma Jam Menjadi
42 Ice Rp. 30 Tempat Semi 7
7 n Gorontalo Kalasey 09.00- SMP Bidang -
Tahun Cream 300.000 Tahun Strategis Menetap Tahun
Abas 18.00 Keahlian
Jam Menjadi
Sutis 31 Palemban Ice Rp. 25 Tempat Semi 4
8 Sario 09.00- SMA Bidang -
na Tahun g Cream 150.000 Tahun Strategis Menetap Tahun
17.00 Keahlian
Jam Menjadi
53 Karombasan Rp. 17 Tempat Semi 15
9 Kha Gorontalo Makanan 16:00 – SMP Bidang -
dil Tahun Utara 200.000 Tahun Strategis Menetap Tahun
24:00 Keahlian
Jam Menjadi
25 Jagung Rp. 1,5 Tempat Semi 1
10 Adit Gorontalo Ringroad 17:00 – SMP Bidang -
Tahun Bakar 200.000 Tahun Strategis Menetap Tahun
03:30 Keahlian
Jam Menjadi
Supr 27 Sario Rp. 10 Tempat Semi 10
11 iyan Tahun Solo Makanan 15:00 – SMA Bidang -
Tumpaan 200.000 Tahun Strategis Menetap Tahun
to Habis Keahlian

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 69


Dari hasil survey lapangan bahwa di kawasan reklamasi sifat
pelayanan sektor informal ini terbagi 2 yaitu menetap dan semi menetap. Di
kawasan reklamasi Bahu Mall di dominasi dengan sifat pelayanan menetap
karena memiliki perjanjian tanda tangan sewa (kontrak) lahan dalam bentuk
kwitansi. Sedangkan di kawasan reklamasi MCC dan God Bless Park
didominasi dengan sifat pelayanan semi menetap karena hanya membayar
lahan ke pihak Lion.
Sektor informal di kawasan reklamasi waktu berjualan dari pagi –
malam dengan skala pelayanan internasional. Di kawasan reklamasi Bahu
Mall dari hasil wawancara dan survey lapangan jam pelayanan sektor
informal dari jam 08:00 – 21:00 WITA. Sedangkan di kawasan reklamasi
MCC dan God Bless Park waktu berjualan dari jam 04:00 – 24:00 WITA
bahkan ada yang beberapa menjual sampai subuh. Waktu pagi sektor informal
di kawasan ini di dominasi dengan makanan bubur dan kacang ijo sedangkan
siang - malam didominasi dengan buah-buahan, es kelapa muda dan jagung
bakar.
Lokasi berjualan di kawasan reklamasi rata-rata menggunakan lahan
parkir khususnya di MCC dan God Bless Park sedangkan di Bahu Mall sudah
diberikan dari pengembang lahan khusus bagi sektor informal.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 70


5.2 Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan Berkelanjutan
Di kawasan reklamasi Bahu Mall, MCC dan God Bless Park tidak
terdapat permukiman dari masyarakat nelayan. Namun di kawasan reklamasi
Bahu Mall pengembang memberikan tambatan perahu bagi masyarakat
nelayan sedangkan di kawasan reklamasi MCC dan God Bless Park
masyarakat nelayan memanfaatkan lahan yang dapat dijadikan sebagai
tambatan perahu. Di kawasan reklamasi pengembang memberikan lahan 16%
sesuai dengan peraturan dimana lahan ini milik PEMKOT Manado. Lahan
yang diberikan digunakan sebagai hutan lindung (hutan kota) sehingga
masyarakat sekitar seperti anak-anak memanfaatkan lahan tersebut sebagai
tempat bermain, dan di pesisir pantai menjadi tambatan perahu dari
masyarakat nelayan yang ada.

Gambar 5.7 Peta Lokasi Tambatan Perahu Masyarakat Nelayan


Di kawasan reklamasi Bahu Mall, masyarakat nelayan juga
memanfaatkan lahan di area dekat tambatan perahu sebagai tempat pembuatan
perahu dan tempat bersantai para nelayan sehabis melaut. rata-rata
masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dengan lama menetap dari kisaran 40

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 71


sampai 60 tahun. Masyarakat nelayan juga sangat menjaga hubungan
kekerabatan dengan nelayan yang lain Dimana mereka membentuk beberapa
komunitas nelayan untuk encari ikan bersama yang anggotanya terdiri dari 10
orang di antaranya Komunitas Flying Fish, Komunitas Gorupa, namun ada
juga nelayan yang tidak ikut dalam komunitas.Di kawasan perencanaan,
pengembang memberikan bantuan berupa tambahan perahu kepada nelayan.

Aktivitas Wawancara dengan Masyarakat Nelayan dan Tempat Bersantai


Masyarakat Nelayan

Pembuatan Perahu Masyarakat Nelayan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 72


Tambatan Perahu yang disediakan Pengembang di Bahu Mall
Di kawasan reklamasi God Bless Park nelayan lokal sendiri menurut
salah satu responden mengatakan bahwa selama ini tidak menjalin
komunikasi dengan pengembang, tetapi kebanyakan dengan Pemerintah Kota
Manado dalam hal pembinaan dan member bantuan berupa tambahan perahu.
Untuk hubungan kekerabatan antar nelayan sendiri hanya sebatas satu
komunitas nelayan. Nelayan di Sario Tumpaan tergabung dalam satu
komunitas yaitu Komunitas Nelayan ANTRA, Daseng Panglima,
bangunannya terletak di samping God Bless Park.

Tambatan Perahu Aktivitas Wawancara dengan


di God Bless Park Masyarakat Nelayan
Untuk masyarakat disekitar pesisir sendiri tidak semua berprofesi
sebagai nelayan dan persebarannya tidak terletak pada satu lokasi, karena itu
tidak terdapat satu perkumpulan dan hanya terlibat dalam perkumpulan
kelembagaan kemasyarakatan yang ada di Sario Tumpaan seperti PKK,
Karang Taruna i, dan organisasi kegamaan.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 73


Tabel 5.2 Hasil Wawancara Masyarakat Nelayan di Kawasan Perencanaan Bahu Mall & God Bless Park

No Kawasan Nama Umur Asal Asal Jenis Pendidikan Pendapatan Lama Lama Fungsi Status
konsumen Komunitas Terakhir Melaut Menetap Bangunan Kepemilikan
Bangunan
1 Kawasan Edy 40 Bahu Masyarakat Sendiri SMA Rp. 6 sore 40 Rumah Milik
Pesisir Sumangkut Tahun Bahu & 500.000 – 5 Tahun Tunggal Sendiri
Bahu Masyarakat Pagi
Mall Luar
2 Alfretz 55 Bahu Masyarakat Sendiri SMP Rp. 6 Sore 55 Rumah Milik
Antas Tahun Bahu & 500.000 – 5 Tahun Tunggal Sendiri
Masyarakat Pagi
Luar
3 Yopi 48 Bahu Masyarakat Ketua SMA Rp. 6 sore- 48 Rumah Milik
Tunggal Tahun Bahu & Flying 1.000.000 6 pagi Tahun Tunggal Sendiri
Masyarakat Fish
Luar
4 Leonnarci 49 Bahu Masyarakat Sendiri SMA Rp. 6 sore- 49 Rumah Milik
Sinaulan Tahun Bahu & 1.000.000 6 pagi Tahun Tunggal Sendiri
Masyarakat

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 74


Luar
5 Ance 60 Bahu Masyarakat Anggota SD Rp. 6 sore- 60 Rumah Milik
Bawotong Tahun Bahu & Flying 1.500.000 6 pagi Tahun Tunggal Sendirii
Masyarakat Fish
Luar
6 Danjtje 59 Bahu Masyarakat Ketua SMP Rp. 6 sore- 59 Rumah Milik
Tahun Bahu & Gorupa 1.000.000 6 pagi Tahun Campuran Sendiri
Masyarakat
Luar
7 Kawasan Stenly 45 Manado Masyarakat Antra SMP Rp. 5Pagi– 30 Rumah Milik
Pesisir Tahun Sario 300.000 6 sore Tahun Tunggal Sendirii
MCC Tumpaan
dan God &
Bless Masyarakat
Park Luar

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 75


8 Frans 61 Sanger Masyarakat Sendiri SMP Rp. 4 Pagi- 50 Rumah Milik
Tatumpe Tahun Sario 200.000 5 sore Tahun Tunggal Sendiri
Tumpaan
&
Masyarakat
Luar

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 76


5.3 Aspek Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan
Dalam aspek lingkungan pembangunan berkelanjutan kawasan
reklamasi Bahu Mall dan God Bless Park mengacu pada kondisi infrastruktur
kawasan perencanaan, kondisi lingkungan sekitar terkait kebersihan
lingkungan dan kerapatan bangunan, kondisi RTH dan penghijauan kawasan
permukiman serta pengolahan sampah. Kawasan reklamasi Bahu Mall
memiliki panjang garis pantai 1.2 Km2 , sedangkan di kawasan reklamasi
GodBless Park panjang garis pantai 1 Km2. Di kedua kawasan reklamasi ini
terdapat RTH atau hutan kota di kawasan Bahu Mall dan RTNH di kawasan
GodBless Park yang di gunakan masyarakat untuk bersantai atau menjadi
tempat terselenggaranya acara-acara di kota Manado.
Kondisi pesisir pantai di kawasan reklamasi Bahu Mall terdapat
sampah-sampah yang berserakan, meskipun telah di beri tanda untuk tidak
membuang sampah. Sedangkan di kawasan reklamasi MCC dan God Bless
Park masih terdapat sampah, meski sudah di sediakan tempat sampah.

Kondisi Persampahan di Kawasan Reklamasi

5.3.1 Identifikasi Bangunan


Bangunan di kawasan reklamasi terdapat fungsi bangunan pendidikan,
kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa, perkantoran. Fungsi bangunan
di dominasi perdagangan dan jasa. Klasifikasi bangunan di kawasan reklamasi
hanya terdapat bangunan permanen.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 77


Gambar 5.8 Peta Persebaran Fungsi Bangunan Kawasan Reklamasi

Fungsi Bangunan dengan klasifikasi bangunan permanen

5.3.2 Sistem Jaringan Jalan


Jaringan jalan di kawasan reklamasi ini terdapat Jalan Lokal dan
dalam kondisi baik dengan lebar 3 – 5 m2.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 78


Gambar 5.9 Peta Sistem Jaringan Jalan Kawasan Reklamasi

Kondisi Jaringan Jalan

5.3.3 Sistem Jaringan Drainase


Jaringan drainase di kawasan reklamasi terdapat drainase tertutup yang
dimanfaatkan sebagai pedestrian dengan lebar 50 – 60 cm2, drainase terbuka
dengan 30 – 50 cm2, dan tidak tersedia drainase.
5.3.4 Sistem Jaringan Air Bersih
Sumber air bersih yang terdapat di kawasan reklamasi, yaitu sumur
bor yang dimanfaatkan masyarakat dan sektor-sektor formal.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 79


5.3.5 Sistem Jaringan Persampahan
Di kawasan reklamasi Bahu Mall yang mengelola sistem persampahan
oleh pihak pengembang. Masyarakat yang ada di kawasan reklamasi baik
sektor formal maupun sektor informal, petugas kebersihan dari pihak
pengembang mengangkut sampah yang sudah ada di bahu jalan atau di depan
rumah/bangunan dan langsung mengangkut ke TPA setiap jam 07.00 WITA
dengan truk sampah. Namun, masih ada masyarakat yang membakar sampah.
Di kawasan reklamasi di MCC dan God Bless Park dikelola pihak pemerintah.

Sistem Persampahan Kawasan Reklamasi

5.3.6 Sistem Jaringan Listrik


Sumber jaringan listrik di kawasan reklamasi ada dari PLN.

Sistem Jaringan Listrik


di Kawasan Reklamasi

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 80


BAB VI
PROFIL KAWASAN
SEPANJANG JALAN KORIDOR

6.1 Gambaran Umum Wilayah


Kawasan sepanjang koridor jalan di kawasan pesisir Bahu Mall
terdapat ha kawasan terbangun dan ha non-terbangun. Sedangkan kawasan
pesisir MCC dan God Bless Park terdapat ha kawasan terbangun dan ha non-
terbangun.
Batas administrasi kawasan permukiman pesisir Bahu Mall, yaitu :
- Sebelah Utara : Kawasan Reklamasi Bahu Mall
- Sebelah Timur : Kawasan Permukiman Kelurahan Sario Tumpaan
- Sebelah Selatan : Kawasan Permukiman Kelurahan Bahu
- Sebelah Barat : Kawasan Permukiman Kel. Malalayang I Timur
Batas administrasi kawasan permukiman pesisir MCC dan GB Park, yaitu :
- Sebelah Utara : Kawasan Reklamasi God Bless Park
- Sebelah Timur : Kawasan Permukiman Kelurahan Sario Utara
- Sebelah Selatan : Kawasan Permukiman Kelurahan Sario Tumpaan
- Sebelah Barat : Kawasan Permukiman Kelurahan Bahu
Di kawasan sepanjang koridor jalan dilalui jalan Arteri Primer yaitu Jalan
Wolter Monginsidi dan Jalan Kolektor Sekunder yaitu Jalan Pierre Tendean.
Fungsi lahan di kawasan ini didominasi dengan kawasan
permukiman/perumahan karena banyak terdapat rumah tunggal dan rumah
campur. Di kawasan ini juga terdapat area pasar, yaitu Pasar Bahu dengan
skala pelayanan nasional. Banyaknya rumah sewa (kos) di kawasan pesisir
Bahu Mall akibat adanya Universitas Sam Ratulangi dan Universitas
Pembangunan Indonesia yang menjadi daya tarik masyatakat Kelurahan Bahu
untuk meningkatkan perekonomian.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 81


Gambar 6.1 Peta Administrasi Kawasan Sepanjang Koridor Jalan
Di kawasan sepanjang koridor jalan terdapat 6 akses masuk dengan sistem
jalur sirkulasi yaitu di Jalan Arteri Primer 4 jalur 2 arah, Jalan Kolektor
Sekunder 3 jalur 1 arah sedangkan Jalan Lokal hanya terdapat 1 jalur namun
ada yang 1 arah dan 2 arah.

Gambar 6.2 Peta Sirkulasi Jalan di Kawasan Permukiman


STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 82
6.2. Aspek Ekonomi Dalam Pembangunan Berkelanjutan
6.2.1 Ekonomi Sektor Formal
Di koridor jalan Bahu yaitu jalan Wolter Mongonsidi dan koridor jalan
MCC dan God Bless Park yaitu jalan Pierre Tendean terdapat kawasan
terbangun yang didominasi oleh perdagangan dan jasa yang ditunjukkan
adanya bangunan ruko-ruko dan warung makan, juga 1 hotel di koridor jalan
Wolter Mongonsidi dan 3 hotel di koridor jalan Pierre Tendean dan juga
terdapat 1 Pasar Tradisional di kawasan permukiman Bahu Mall. Aktifitas
perdagangan sektor formal biasanya dimulai pada pukul 08.00 WITA-17.00
WITA. Terdapat juga 1 Gereja di kawasan MCC, God Bless Park dan untuk
di kawasan Bahu terdapat 4 Gereja dan 1 masjid.
Untuk kondisi infrastuktur, jaringan jalan dalam keadaan baik dan
material jalan didominasi oleh aspal, namun di area seputaran Pasar
Tradisional juga terdapat jalan paving. Untuk kondisi infrastruktur drainase,
di daerah permukiman (daerah sepanjang koridor) kawasan Bahu didominasi
oleh drainase tertutup, untuk kawasan MCC dan God Bless Park didominasi
oleh drainase terbuka. Untuk kondisi pembuangan limbah di kawasan MCC
God Bless Park dan kawasan Bahu menggunakan septic tank dan untuk
pembuangan limbah cair dibuang langsung ke drainase. Untuk persampahan
dikumpulkan didepan toko atau rumah dan kemudian diangkut oleh motor
sampah. Untuk kawasan MCC dan God Bless Park waktu pengangkutan
sampah tidak ditentukan namun biasanya sampah diangkut pada sore hari,
untuk kawasan Bahu waktu pengangkutan sampah adalah jam 6 pagi dan jam
6 sore. Untuk biaya retribusi sampah, dibedakan antara rumah tunggal dan
ruko atau toko.
Di kawasan sepanjang koridor jalan untuk sektor formal terdapat
pedestrian yang sangat berguna bagi pejalan kaki. Pedestrian ini juga sebagai
drainase tertutup.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 83


Gambar 6.3 Peta Persebaran Pedestrian
6.2.2 Ekonomi Sektor Informal
Sebagian besar sektor informal di kawasan koridor jalan di kawasan
koridor jalan Bahu Mall penjualnya berasal dari luar kawasan perencanaan.

Gambar 6.4 Peta Persebaran Sektor Informal Kawasan Sepanjang Koridor Jalan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 84


Kegiatan sektor informal ini didominasi di area dekat patung Wolter
Mongonsidi dan di area lahan parkir Gedung Lion.

Gambar 6.5 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Lokasi Berjualan


Jenis usaha sektor informal di kawasan sepanjang koridor jalan, baik di Jalan
Wolter Monginsidi dan Jalan Pierre Tendean didominasi oleh penjual
makanan.

Gambar 6.6 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasakan Jenis Usaha

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 85


Sektor informal di kawasan sepanjang koridor jalan ini didominasi dengan
sifat pelayanan menetap karena dari hasil wawancara yang didapatkan bahwa
kawasan yang mereka tempati sangat strategis dan sudah lama bekerja di area
tersebut.

Gambar 6.7 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Sifat Pelayanan

Aktifitas PKL ada yang dimulai pada pukul 5:30-7:30 Pagi, ada pula
yang dimulai pada pukul 10:00-24:00 WITA, ada juga yang dimulai pukul
10:00-18:00 WITA. Para PKL yang diwawancarai pendapatannya berkisar Rp
500.000 – Rp 600.000 tergantung pembeli yang datang. Alasan PKL memilih
usaha adalah karena hanya itu yang menjadi keahlian mereka, sementara
untuk alasan mereka memilih berusaha di tempat mereka yang sekarang
adalah karena strategis banyak kendaraan yang lalu lalang dan juga tepat di
pinggir jalan kolektor sekunder. Kendala dan Masalah yang mereka
ungkapkan adalah karena usaha mereka hanya menggunakan gerobak motor
dan tenda maka akan menjadi masalah jika turun hujan, para pembeli mereka
akan menjadi sedikit dan pendapatan mereka akan menurun.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 86


Gambar 6.8 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Waktu Berjualan
Kondisi fisik usaha para didominasi dua jenis yaitu PKL yang
menggunakan gerobak motor dan menggunakan Tenda. Luas area yang
digunakan untuk PKL yang menggunakan gerobak motor adalah 2 x 1m dan
untuk PKL yang menggunakan Tenda adalah 3 x 1,5 m.

Gambar 6.9 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Bentuk Sarana


STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 87
Para PKL yang di area dekat Patung Wolter Mongonsidi awalnya adalah PKL
di daerah Jalan Pierre Tendean Boulevard kemudian pindah ke dekat Patung
Wolter Mongonsidi. Para PKL menempati area parkir toko dengan
kesepakatan ketika toko buka maka mereka akan berhenti beraktifitas dan
mereka juga membayar retribusi sebesar Rp 50.000 ke kecamatan Malalayang
setiap bulannya. Untuk air bersih para PKL biasanya mereka membawa
sendiri berupa air galon, untuk pembuangan sampah, masing-masing PKL
membawa plastik sampah masing-masing yang akan diisi oleh pembeli atau
para PKL sendiri., untuk pembuangan limbah mereka membuangnya langsung
ke drainase.

Kegiatan Sektor Informal di Kawasan Sepanjang Koridor Jalan

Tempat Pembuang Aktivitas Wawancara


Air Limbah dengan Sektor Informal
STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 88
Tabel 6.1 Hasil Wawancara Sektor Informal Kawasn Reklamasi

Alasan Alasan
Lokasi Tempat Jenis Jam Pendidikan Pendapatan Lama Sifat Lama
NO Nama Umur Asal Memilih Memilih Kendala
Kawasan Tinggal Jualan Pelayanan Terakhir (/hari) Menetap Layanan Bekerja
Usaha Lokasi
Bubur
Jam Menjadi
1. 40 Kotamoba Ayam,
Lily Tateli 05:30 – SMP Rp. 600.000 bidang 9 Tahun Strategis Hujan Menetap 3 Tahun
Tahun gu Nasi
07:30 keahlian
Kuning
Moha Lomtong
Jam Menjadi
2 mad 49 Sayur,
JawaTimur Malalayang 05:30 – SMA Rp. 600.000 bidang 30 Tahun Strategis Hujan Menetap 5 Tahun
Maks Tahun Coto
07:30 keahlian
um Ayam
Bubur Jam
3 Syams 40 Lebih 3
JawaTimur Banjer Kacang 05:30 – SMA Rp. 500.000 16 Tahun Strategis Hujan Menetap
udin Tahun Mandiri Tahun
Ijo 07:30
Bahu Bubur Jam Menjadi
4 23
Ikhsan Gorontalo Malalayang Kacang 05:00 – SMP RP. 500.000 bidang 6 Tahun Strategis Hujan Menetap 3 Tahun
Mall Tahun
Ijo 10:00 keahlian
Bubur Jam Menjadi
5 27
Angga Manado BumiBeringin Kacang 05:00 – SMA RP. 500.000 bidang 27 Tahun Strategis Hujan Menetap 3 Tahun
Tahun
Ijo 10:00 keahlian
Jam Menjadi Ramai
6 45 Jawa Sario Kota Bakso
Yudi 15:30 – SMP Rp. 200.000 bidang 6 Tahun dan Hujan Menetap 5 Tahun
Tahun Timur Baru Tusuk
20:00 keahlian Strategis
Sudah
Jam Tidak ditempatk
7 26 Malalayang I Duplikat
Sofian Sanger 08:30 – SMA Rp. 300.000 memiliki 8 Tahun an dari Hujan Menetap 1 Tahun
Tahun Timur Kunci
18:00 pekerjaan pemilik
usaha

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 89


6.2 Aspek Sosial dalam Pembangunan Berkelanjutan.
Kondisi Permukiman di Kawasan Bahu didominasi oleh rumah
permanen dan fungsi rumah yaitu rumah campur yang bukan hanya sebagai
rumah tinggal namun sebagai tempat usaha seperti toko dan kos-kosan, karena
kawasan yang mereka tinggali berdekatan dengan jalan arteri primer yang
ramai dan juga berdekatan dengan kampus, maka mereka memilih membuka
usaha di rumah. Untuk kawasan MCC dan God Bless Park didominasi oleh
rumah permanen dan fungsi rumah yaitu rumah tunggal sebagai rumah
tinggal. Penduduk di kawasan sepanjang koridor jalan Wolter Mongonsidi dan
MCC dan God Bless Park didominasi oleh penduduk asli kelurahan Bahu dan
Sario Tumpaan yang dari lahir telah tinggal disitu dan ada juga penduduk
pendatang yang datang seperti mahasiswa karena keberadaan Universitas
yang cukup dekat dengan kedua kawasan ini.
Dari hasil wawancara penduduk memiliki pekerjaan yang beragam
seperti, wiraswasta, pedagang, PNS, buruh, dll. Khususnnya yang berprofesi
sebagai wiraswasta mereka memiliki usaha seperti toko, rumah makan, dan
pemilik tempat kos yang lokasi usahanya berada di rumah mereka sendiri
karena lokasi strategis dan keramaian di sekitar rumah mereka. Dari hasil
wawancara dengan beberapa pemilik tempat usaha dikaetahui bahwa awalnya
mereka punya profesi lain seperti PNS, Pegawai/karyawan swasta yang telah
pensiun dan mereka memilih untuk membuka tempat usaha di rumah mereka.
Sementara untuk permukiman di dekat kawasan Reklamasi MCC dan God
Bless Park beberapa masyarakat berprofesi sebagai wiraswasta, nelayan,
pegawai, dll baik sebelum maupun sesudah reklamasi. Dampak pada
pekerjaan sesudah reklamasi yang paling terasa yaitu banyak warga yang
sudah membuka warung, tempat makan, dan kost-kostan di rumah pribadi
mereka. Usaha tersebut menjadi berkembang karena kawasan Boulevard on
Bussiness yang banyak menarik minat orang sehingga memustuskan untuk

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 90


mencari tempat tinggal di dekat kawasan Boulevard yang juga masuk dalam
kawasan delineasi.
Sebagian besar penduduk di kawasan tersebut juga sudah tinggal dari
sebelum reklamasi jadi mereka juga sudah saling mengenal dan berdasarkan
wawancara dengan seorang penduduk setempat, hubungan kekerabatan antar
warga di permukiman dekat kawasan reklamasi MCC dan God Bless Park
terjalin melalui kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan pada Hari Jumat satu
bulan sekali dan juga pada ibadah kolom bagi yang beraegama Kristen. Untuk
kawasan sepanjang koridor bahu, masyarakat memiliki kekerabatan yang
baik, karena mereka didominasi oleh masyarakat yang memang merupakan
penduduk asli Bahu jadi telah saling mengenal, selain itu ada juga bakti sosial
setiap hari selasa untuk membersihkan lingkungan, serta ibadah kolom setiap
minggunya.

Aktivitas Wawancara dengan Masyarakat

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 91


sT

Tabel 6.2 Hasil Wawancara Sektor Informal Kawasn Reklamasi

STATUS

NO JUMLAH KEPEMILI
PEKERJAAN PEKERJAAN PENDIDIKAN LAMA FUNGSI
NAMA UMUR ASAL PENDAPATAN ANGGOTA KAN
DULU SEKARANG TERAKHIR MENETAP BANGUNAN
KELUARGA BANGUNA
N

1 Nova 46
Bahu PNS PNS SMA Rp. 4.000.000 6 Orang 46 Tahun Rumah Tunggal MilikSendiri
Mandey Tahun
2 Rosye 63
Bahu Pedagang Pedagang SMA Rp. 400.000 2 Orang 58 Tahun RumahCampur MilikSendiri
Mandey Tahun
3 Nonjte 65
Bahu PNS Pensiunan SMEA Rp. 2.000.000 2 Orang 58 Tahun RumahCampur MilikSendiri
Mandey Tahun
4 Matelda
46
E. F. Bahu Pemilik Kos Pemilik Kos SMA Rp. 12.000.000 3 Orang 46 Tahun RumahCampur MilikSendiri
Tahun
Herman
5 A. 78
Talawaan Pegawai Pensiunan SMP - 4 Orang 50 Tahun RumahTinggal MilikSendiri
Tewu Tahun
6 Haryati 61 PemilikWarung PemilikWarun
Bahu SMP Rp. 2.000.000 5 Orang 61 Tahun RumahCampur MilikSendiri
Pasolo Tahun Makan gMakan
7 Sony 34
Bahu Teknisi Buruh SMA Rp. 3.000.000 3 Orang 34 Tahun Rumah Tunggal MilikSendiri
Alirang Tahun
Frida
63 Milik
8 Luarna Sario PNS Pensiunan SMA Rp. 3.000.000 3 Orang 63 Tahun Rumah Tunggal
Tahun Sendiri
ung

Ansye 53 Pemilik
9 Minahasa Tukang SMP Rp. 500.000 4 Orang 32 Tahun Rumah Tunggal Kontrak
Lintang Tahun Warung

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 92


45 Pemilik Milik
10 Boyani Sario - SMP Rp. 1.000.000 3 Orang 35 Tahun Rumah Campur
Tahun Rumah Makan Sendiri

Bramy 69 Pegawai Pemilik Milik


11 Minahasa SMA Rp. 500.000 3 Orang 58 Tahun Rumah Tunggal
Towona Tahun Showroom Warung Sendiri

Preisma 37 Gorontal
12 - Swasta SMA Rp. 2.000.000 3 Orang 7 Tahun Rumah Tunggal Kontrak
s Tahun o

Herni 67
13 Minahasa Petani Bengkel SD Rp. 500.000 1 Orang 15 Tahun Rumah Campur Kontrak
langi Tahun

Kontrak
25 Gorontal Penjaga Penjaga
14 Owin SD Rp. 100.000 1 Orang 2 Minggu Rumah Campur
Tahun o Warung Warung

Frans
61 Milik
15 Tatump Sanger Nelayan Nelayan SMP Rp. 200.000 2 Orang 61 Tahun Rumah Tunggal
Tahun sendiri
e

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 93


6.3 Aspek Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan
Dalam aspek lingkungan di sepanjang koridor jalan Bahu Mall dan
God Bless Park mengacu pada kondisi infrastruktur kawasan
perencanaan,kondisi lingkungan sekitar terkait kebersihan lingkungan dan
kerapatan bangunan, kondisi RTH dan penghijauan kawasan permukiman
serta pengolahan sampah. Di kawasan permukiman tidak terdapat lahan RTH
dan RTNH.
6.3.1 Identifikasi Bangunan
Di kawasan sepanjang koridor jalan (permukiman) terdapat fungsi
bangunan pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan jasa dan
perkantoran dengan klasifikasi bangunan permanen dan semi permanen.
Fungsi bangunan di dominasi dengan rumah tunggal dan didominasi
klasifikasi bangunan yaitu bangunan permanen. Tingkat kerapatan bangunan
permukiman sangat tinggi.

Gambar 6.10 Peta Persebaran Fungsi Bangunan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 94


Fungsi Bangunan Klasifikasi Bangunan
Rumah Campur Permanen dan Semi Permanen

6.3.2 Sistem Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan di kawasan sepanjang koridor jalan
(permukiman) terdapat jalan Arteri Primer yaitu Jalan Wolter Monginsidi
dengan kondisi jalan baik, material aspal dan lebar 9 m2. Jalan Kolektor
Sekunder yaitu jalan Pierre Tendean dengan kondisi jalan baik, material aspal
dan lebar 8 m2. Di kawasan permukiman juga terdapat Jalan Lokal dengan
kondisi jalan baik namun ada beberapa kondisi jalan yang kurang baik
(berlubang) sehingga ketika hujan terjadi genangan. Jalan Lokal ini
bermaterial aspal dan paving dengan lebar 3 – 5 m2.

Gambar 6.11 Peta Sistem Jaringan Jalan


STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 95
6.3.3 Sistem Jaringan Drainase
Terdapat 3 jenis (klasifikasi) drainase di kawasan sepanjang koridor
jalan (permukiman), antara lain drainase tertutup, drainase terbuka, dan tidak
tersedia drainase. Drainase tertutup dengan lebar 50 – 100 cm2 yang
dilengkapi dengan bangunan pelengkap juga dimanfaatkan sebagai pedestrian.
Drainase terbuka dengan lebar 20 – 50 cm2 dan kedalaman 30 – 70 cm2 dalam
kondisi baik namun ada beberapa drainase terdapat sampah dari masyarakat.
Di kawasan permukiman ini ada juga beberapa lokasi yang tidak tersedia
drainase. Badan penerima air drainase di kawasan perencanaan yaitu Sungai
Malalayang yang bermuara ke Laut Sulawesi namun ada juga beberapa aliran
air drainase yang langsung menuju ke laut.
6.3.4 Sistem Jaringan Air Bersih
Sumber air bersih di kawasan sepanjang koridor jalan (permukiman)
yaitu sumur bor dan jaringan PDAM. Sebelumnya masyarakat memanfaatkan
jaringan PDAM akibat sistem jaringan PDAM kurang baik (air tidak
mengalir) sehingga masyarakat beralih memanfaatkan sumur bor namun
masih ada masyarakat yang memanfaatkan jaringan air PDAM.
6.3.5 Sistem Jaringan Persampahan
Sistem persampahan di kawasan permukiman dikelola oleh pihak
pemerintah dimana setiap rumah membayar retribusi sampah namun untuk
sampah rumah tunggal dan rumah sewa (kost) membayar dengan tarif
berbeda. Sistem persampahan di kawasan permukiman masyarakat
meletakkan sampah di depan rumah dan diangkut oleh motor sampah setiap
hari jam 06:00 dan jam 18:00 WITA dan membawanya ke TPS. Truk sampah
yang mengangkut sampah ke TPA Sumompo beroperasi 2 hari sekali setiap
jam 07:00 WITA.
Kebersihan lingkungan di sepanjang koridor jalan dalam keadaan
bersih dimana tersedia tempat sampah di setiap ruko-ruko dan warung makan,

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 96


namun untuk area permukiman masyarakat kurang menjaga kebersihan
lingkungan, banyak yang membuang sampah tidak pada tempatnya.

Sistem Pengangkutan Sampah

6.3.6 Sistem Jaringan Listrik


Dari hasil wawancara dengan Sekretaris Kelurahan sumber jaringan
listrik di kawasan sepanjang koridor jalan (permukiman) yaitu dari PLN.
Mayarakat di sepanjang koridor jalan mendapatkan air bersih dari
sumur bor dan PAM kondisi jalan yang baik meskipun ada jalan yang rusak
atau berlubang dan menjadi genangan air. Disetiap rumah telah tersedia

Sistem Jaringan Listrik

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 97


BAB VII
ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

7.1 Analisis Kawasan Reklamasi Terkait Pembangunan Berkelanjutan


Terkait dengan pembangunan berkelanjutan dapat di analisis apakah
terdapat aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang berkelanjutan di kawasan
reklamasi.
7.1.1 Aspek Ekonomi dalam Pembangunan Berkelanjutan
7.1.1.1 Sektor Formal
Untuk analisis sektor formal di kawasan reklamasi dilihat dari hasil
survey lapangan dan wawancara yang berkaitan dengan kondisi infrastuktur
karena tidak adanya data dari responden (pemilik sektor formal).
Tabel 7.1 Pengumpulan Data Kondisi Infrastruktur Sektor Formal
Infrastruktur Keterangan
Kondisi jalan baik namun ada
beberapa lokasi yang berlubang dan
Sistem Jaringan Jalan
jalan juga dimanfaatkan sebagai lahan
parkir.
Pembuangan air limbah sektor formal
ada yang di drainase dan ada yang
Pembuangan Air Limbah
langsung ke laut (sektor formal di area
pesisir pantai).
Sumber air bersih sektor formal yaitu
Sumber Air Bersih
sumur bor.
Kebanyakan sektor formal sudah
Proteksi Kebakaran
menyediakan hydran umum.
Terdapat beberapa pedestrian di area
Pedestrian
sektor formal yang sangat bermanfaat

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 98


bagi pejalan kaki. Pedestrian juga ini
sebagai drainase tertutup.

Kesimpulan Analisis :
Potensi : sesuai dengan arahan RTRW Kota Manado Tahun 2014 – 2034
kawasan reklamasi di kawasan perencanaan menjadi salah satu pusat
perbelanjaan di Kota Manado. Kawasan reklamasi memiliki pemandangan
yang menjadi daya tarik masyarakat lokal maupun wisatawan sehingga skala
pelayanan sektor formal yaitu internasional sehingga dapat menjadi potensi
bagi masyarakat untuk jadi tempat sektor formal. Banyaknya sektor formal
berlokasi di area pesisir pantai dapat dijadikan sebagai wisata kuliner. Sektor
formal di kawasan reklamasi Bahu Mall yang menjadi pusat, antara lain
FreshMart, StarSquare dan Wisata Bahari.
Permasalahan : pembuangan air limbah sektor formal yang tidak ada
penyaringan dan pembuangan yang langsung ke laut dapat membuat laut
tercemar sehingga ekosistem laut terancam.
Solusi : dari pihak pengembang memberikan sosialisasi terhadap sektor-
sektor formal.Pembuangan air limbah harus memiliki penyaringan agar sisa
makanan (warung/restaurant) dapat tersaring dan pembuangan tidak langsung
ke laut.
7.1.1.2 Sektor Informal
Analisis untuk sektor informal di kawasan reklamasi, yaitu bentuk
sarana, jenis usaha, sifat pelayanan, waktu operasional, lokasi aktivitas dan
pendapatan dari hasil kuisioner dengan beberapa responden sektor informal.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 99


a. Bentuk Sarana

Gambar 7.1 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Bentuk Sarana

Tabel 7.2 Jumlah Bentuk Sarana Fisik Berdagang Sektor Informal


Kawasan Jumlah Bentuk Sarana Fisik Berdagang
Reklamasi Gerobak Motor Tenda / Jongko Meja
Kawasan Bahu
- 10
Mall
Kawasan MCC
dan God Bless 4 4
Park

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 100


Grafik 7.1 Jumlah Bentuk Sarana Berdasarkan Kawasan Reklamasi
12

10

6 Kawasan Bahu Mall

4 Kawasan MCC dan God


Bless Park
2

0
Gerobak Motor Tenda / Jongko Meja
Jumlah Bentuk Sarana Fisik Berdagang

Gerobak Motor Tenda/Jongko Meja

22%

78%

Gambar 7.2 Diagram Jumlah Bentuk Sarana

Hasil Analisis : dari hasil survey lapangan jumlah sektor informal


berdasarkan bentuk sarana didominasi dengan bentuk sarana tenda/jongko
meja dengan ukuran 3 X 1,5 m2 dan didominasi di kawasan reklamasi
Bahu Mall.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 101


b. Lokasi Aktivitas Berdagang

Gambar 7.3 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Lokasi Berjualan

Tabel 7.3Jumlah Sektor Informal Berdasarkan Lokasi Aktivitas


Kawasan Lahan Parkir

Kawasan Bahu Mall 3

Kawasan MCC dan 6


God Bless Park

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 102


Grafik 7.2 Jumlah Sektor Informal Berdasarkan Lokasi Aktivitas
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2 Lahan Parkir
1.5
1
0.5
0
Kawasan Bahu Mall Kawasan MCC dan God Bless
Park

33% Kawasan Bahu Mall

67% Kawasan MCC dan God Bless Park

Gambar 7.4 Jumlah Sektor Informal di Kawasan Reklamasi Berdasarkan


Lokasi Aktivitas Berdagang

Hasil Analisis : Berdasarkan hasil survey lapangan bahwa Lokasi Aktivitas


PKL di Kawasan Reklamasi menggunakan lahan parkir dan tidak ada yang
menggunakan badan jalan untuk berjualan dan untuk PKL di Kawasan
Reklamasi Bahu Mall membayar retribusi Rp. 3.300.000/bulan sedangkan
untuk Kawasan Reklamasi MCC dan God Bless Park membayar retribusi Rp.
150.000/bulan.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 103


Kesimpulan Analisis
Potensi : Intensitas di kawasan perencanaan yang sangat ramai di kawasan
perencanaan ditambah dengan posisi strategisnya membuat perekonomian
masyarakat berkembang pesat di kawasan perencanaan sehingga baik
masyarakat dari dalam maupun luar kawasan perencanaan menjadikan tempat
untuk memenuhi kebutuhan perekonomian yaitu dengan berdaganga (sektor
informal).
Masalah : perilaku membuang limbah cair sembarangan oleh para pedagang
mengakibatkan kebersihan lingkungan yang tidak terjaga dan di beberapa titik
menimbulkan aroma tidak sedap. Juga masalah penyediaan sumber air bersih
bagi pedagang yang tidak tersedia di lokasi berjualan mengakibatkan
pedagang harus menyediakan air bersih sendiri.
Solusi : beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan
yang ada seperti melakukan sosialisasi dari pengembang kepada para
pedagang untuk mengarahkan banyak hal yang sebelumnya tidak diperhatikan
oleh para pedagang.
c. Aspek Human Activity (Jenis Usaha)

Gambar 7.5 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Aspek Human activity

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 104


Tabel 7.4 Jumlah Aspek Human Activity Sektor Informal
Kawasan Reklamasi Aspek Human Activity
Eating and Drinking Food Sales
Kawasan Bahu Mall - 10
Kawasan MCC dan 4 4
God Bless Park

Grafik 7.3 Jumlah PKL di Kawasan Reklamasi Berdasarkan Jenis Usaha


12
10
8
6 Eating And Drinking
4 Food Sales
2
0
Kawasan Bahu Mall Kawasan MCC dan God
Bless Park

22% Eating And Drinking

Food Sales
78%

Gambar 7.6 Diagram Jumlah PKL Berdasarkan Jenis Usaha


Hasil Analisis : Persebaran PKL menurut jenis jualan (aspek kegiatan) di
Kawasan Reklamasi didominasi dengan food sales atau dagangan yang
berupa makanan serta dagangan erupa makanan dan inuman ringan.
Dengan adanya potensi banyaknya konsumen yang lebih tertarik dengan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 105


makanan dan yang kedua didominasi dengan minuman karena Manado
merupakan daerah yang panas yang menjadi potensi untuk berdagang.
d. Waktu Operasional

Gambar 7.7 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Waktu Berjualan

Tabel 7.5 Persebaran Sektor Informal Waktu Operasional


Kawasan Waktu Operasional
No. Responden
Reklamasi Pagi – Malam Siang - Malam
1. Lily 
Kawasan
2. Nur 
Bahu Mall
3. Ika 
4. Kawasan Adi 
5. MCC dan Kiki 
6. God Bless Adri Lolowang 
7. Park Roman Abas 

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 106


8. Sutisna 
9. Khadil 
10. Adit 
11. Supriyanto 
Grafik 7.4 Jumlah Sektor Informal Berdasarkan Waktu Operasional
7
6
5
4 Kawasan Bahu Mall
3
2 Kawasan MCC dan God
1 Bless Park
0
Pagi-Malam Siang-Malam
Waktu Operasional

Hasil Analisis : sesuai dari hasil wawancara waktu operasional sektor


informal didominasi, yaitu waktu siang – malam. Namun, perbedaaan
waktu operasional pagi – malam tidak berbeda jauh. Dari hasil survey
lapangan untuk pagi – malam didominasi di kawasan Bahu Mall
sedangkan waktu siang – malam di kawasan reklamasi MCC dan God
Bless Park.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 107


e. Sifat Pelayanan

Gambar 7.8 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan sifat Pelayanan


Tabel 7.6 Jumlah Sektor Informal Berdasarkan Sifat Layanan

Sifat Layanan
Kawasan Reklamasi
Menetap Semi Menetap
Kawasan Bahu Mall 3 -
Kawasan MCC dan
6 2
God Bless Park

Grafik 7.5 Jumlah Sektor Informal di Kawasan Reklamasi


Berdasarkan Sifat Layanan
3.5
3
2.5
2
Menetap
1.5
Semi Menetap
1
0.5
0
Kawasan Bahu Mall
Kawasan MCC dan God Bless Park

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 108


Menetap Semi Menetap

25%

75%

Gambar 7.9 Jumlah Sektor Informal Berdasarkan Sifat Layanan

Hasil Analisis : Sifat layanan Pedagang Kaki Lima di Kawasan


Reklamasi bersifat menetap dan sei menetap. Sifat layanan PKL
didominasi sifat layanan menetap karena sudah tersedia lahan dan lokasi
yang strategis.
7.1.2 Aspek Sosial dalam Pembangunan Bekelanjutan
Dari hasil wawancara dan survey lapangan bahwa kerja sama pihak
pengembang dengan masyarakat sekitar kawasan reklamasi, yaitu pihak
pengembang memberikan tambatan perahu bagi masyarakat nelayan. Namun,
pihak pengembang sudah lama tidak menjalin komunikasi dengan masyarakat
sekitar. Pihak Pengembang juga memberikan lahan 16% ke pihak Pemerintah
Kota Manado sesuai dengan peraturan.
Tabel 7.7 Pemanfaatan Lahan 16% di Kawasan Reklamasi
Kawasan Reklamasi Pemanfaatan Lahan 16%
Bahu Mall Rumah pintar dan hutan kota, namun
di lahan ini juga terdapat Kantor PKK
dan Bawaslu serta adanya Restaurant
Big Fish.
MCC dan God Bless Park Tempat rekreasi dan olahraga serta

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 109


terdapat UKM Jendela.
Untuk kependudukan di kawasan reklamasi mengambil beberapa
responden dari masyarakat nelayan terkait dengan tingkat pendidikan.
Tabel 7.8 Hasil Wawancara Tingkat Pendidikan Masyarakat Nelayan
Tingkat Pendidikan
No Nama Responden
SD SMP SMA
1. Edy Sumangkut 
2. Alfretz Antas 
3. Yopi Tunggal 
4. Leonnarci Sinaulan 
5. Ance Bawotong 
6. Dantje 
7. Stenly 
8. Frans Tatumpe 

Sangat Berpengaruh Berpengaruh Cukup Berpengaruh

9%

46%

45%

Gambar 7.10 Diagram Tingkat Pendidikan Masyarakat Nelayan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 110


Hasil Analisis : Tingkat pendidikan masyarakat nelayan didominasi, yaitu
Sekolah Menengah Pertama.
Kesimpulan Analisis :
Potensi : dengan adanya reklamasi sehingga masyarakat nelayan mendapat
tambatan perahu yang sangat berguna untuk pekerjaan mereka dan nelayan
juga mendapat lahan untuk tempat santai ketika pulang melaut serta tempat
untuk pembuatan perahu yang menjadi pekerjaan sampingan dalam
meningkatkan perekonomian. Di tempat bersantai juga interaksi antar
masyarakat nelayan baik yang berkelompok (memiliki komunitas) maupun
sendiri tergolong baik.
Masalah : sesuai dengan kajian pustaka bahwaapalagi tentang pendidikan dan
kesehatan, mungkin sangat jauh dari sempurna (Kalyanamitra, 2005).
Kemiskinan, rendahnya pendidikan dan pengetahuan nelayan serta kurangnya
informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau kecil merupakan
karakteristik dari masyarakat pulau-pulau kecil (biasanya nelayan). Persoalan
pendidikan ini tidak terlepas dari kemiskinan yang melingkupi masyarakat
nelayan (Sulistyowati, 2003). Tingkat pendidikan nelayan yang rendah di
sekitar kawasan reklamasi sehingga khususnya di Kelurahan Bahu di
Lingkungan 1 yang menjadi wilayah studi mendapat SK Kumuh dari
Pemerintah Kota Manado. Dari hasil wawancara masyarakat nelayan masih
membutuhkan lahan untuk tambatan perahu namun, karena kurangnya
interaksi pihak pengembang dengan masyarakat nelayan sehingga sampai saat
ini menjadi pokok permasalahan masyarakat nelayan.
Solusi : Konsep pengelolaan kawasan reklamasi secara berkelanjutan
berfokus pada kualitas hidup masyarakat dan terjalinnya kerja sama antar
masyarakat dengan pihak pengembang. Jadi, dari pihak pengembang
setidaknya melakukan pertemuan dengan masyakat baik nelayan maupun
tidak agar interaksi sosial dapat berjalan dengan baik.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 111


7.1.3 Aspek Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan
Dari hasil survey lapangan lingkungan di kawasan reklamasi dalam
kondisi baik. Namun, untuk area pantai dalam kondisi yang buruk karena
banyaknya sampah baik di darat maupun di laut yang dapat merusak
ekosistem laut. Di aspek lingkungan ini juga mengidentifikasi kondisi
infrastruktur di kawasan reklamasi.
Tabel 7.9 Kondisi Infrastruktur di Kawasan Reklamasi
Infrastruktur Keterangan
Identifikasi Bangunan Fungsi bangunan di kawasan
reklamasi didominasi dengan
perdagangan dan jasa dengan
klasifikasi bangunan permanen.
Sistem Jaringan Jalan Kondisi jalan di kawasan reklamasi
tergolong baik dengan material
aspal.
Sistem Jaringan Drainase Jaringan drainase di kawasan
reklamasi dalam kondisi baik
karena tidak terjadi genangan yang
tinggi. Drainase tertutup juga
dimanfaatkan sebagai pedestrian.
Sistem Jaringan Air Bersih Sumber air bersih di kawasan
reklamasi memanfaatkan sumur
bor.
Sistem Jaringan Persampahan Sistem persampahan digolongkan
dalam kondisi baik karena waktu
operasional pengangkutan sudah
teratur. Namun, masih ada
masyarakat yang kurang kesadaran.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 112


Sistem Jaringan Listrik Sumber jaringan listrik di kawasan
reklamasi, yaitu PLN.
Kesimpulan Analisis :
Potensi : dengan didominasinya fungsi bangunan oleh perdagangan dan jasa
membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Kondisi jalan di kawasan
reklamasi yang dalam kondisi baik dapat memudahkan akses masuk dan
keluar bagi konsumen yang berkunjung ke pusat perbelanjaan juga bagi
distribusi barang ke tempat-tempat usaha menjadi lancar. Kondisi drainase
yang dalam kondisi baik dengan genangan yang tidak terlalu berdampak dan
mengganggu dan untuk drainase tertutup dapat dimanfaatkan sebagai
pedestrian.
Masalah : Permasalahan lainnya masih banyaknya masyarakat ataupun
pengunjung yang kurang kesadaran akan kebersihan dan belum tersedia
tempat sampat di area pantai khususnya di kawasan reklamasi Bahu Mall.
Solusi : perlu adanya sosialisai terhadap pengunjung akan kebersihan untuk
mengatasi lingkungan yang kurang baik yaitu dengan menyediakan tempat
sampah di area pantai bagi pengunjung.

7.2 Analisis Kawasan Permukiman Terkait Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan dapat dilihat di kawasan permukiman
dengan berjalan baiknya aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan.
7.2.1 Aspek Ekonomi dalam Pembangunan Berkelanjutan
7.2.1.1 Sektor Formal
Tabel 7.10 kondisi Infrastruktur Sektor Formal
Infrastruktur Keterangan
Kondisi jalan baik di dominasi dengan
Sistem Jaringan Jalan jalan aspal, di dekat pasar tradsional
jalan bermaterial paving.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 113


Pembuangan air limbah sektor formal
Pembuangan Air Limbah ada yang di drainase untuk limbah cair
dan di setiap rumah ada septic tank
Sumber air bersih sektor formal yaitu
Sumber Air Bersih
sumur bor dan PDAM
Proteksi Kebakaran Tidak tersedianya proteksi kebakaran
Di kawasan sepanjang koridor jalan
untuk sektor formal terdapat
Pedestrian pedestrian yang sangat berguna bagi
pejalan kaki. Pedestrian ini juga
sebagai drainase tertutup.
Kesimpulan Analisis :
Potensi : sesuai dengan arahan RTRW Kota Manado Tahun 2014 – 2034
bahwa di kawasan koridor jalan dijadikan sebagai salah satu pusat
perbelanjaan dan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga di
kawasan permukiman terdapat sektor formal, dimana di sepanjang koridor
jalan rata-rata banyak dibangun wisata kuliner dan dibangun hotel untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan.
Masalah : masalah yang sering dijumpai di kawasan koridor jalan yaitu
pembuangan air limbah masyarakat langsung ke drainase dan kurangnya
hubungan kekerabatan antar masyarakat. Di samping itu banyak yang
memarkirkan kendaraan disembarang tempat sehingga menimbulkan
kemacetan.Selain itu di sepanjang koridor jalan tidak tersedia proteksi
kebakaran.
Solusi : untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di kawasan koridor
jalan, perlu adanya sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran kepada
masyarakat tentang kebersihan dan saling berinteraksi untuk menjalin
kekerabatan dengan masyarakat lain. Menyediakan proteksi kebakaran dan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 114


menyediakan rambu lalu lintas tentang larangan parkir agar masyarakat tidak
parkir di sembarang tempat.
7.2.1.2 Sektor Informal
Persebaran sektor informal di kawasan sepanjang koridor jalan hanya
terdapat di kawasan permukiman Bahu Mall.
a. Bentuk Sarana

Gambar 7.11 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Bentuk Sarana

Tabel 7.11 Jumlah Bentuk Sarana di Kawasan Permukiman


Bahu Mall
Bentuk Sarana Fisik
Kawasan Koridor
Gerobak Tenda
Jalan Bahu
6 8

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 115


Gerobak
28%

72% Tenda

Gambar 7.12 Diagram Jumlah Bnetuk Sarana Sektor Informal

Hasil Analisis : Bentuk sarana fisik berdagang PKL di Kawasan Koridor


Jalan Bahu kebanyakan menggunakan gerobak dan tenda tetapi yang lebih
dominan adalah menggunakan gerobak karena jarak rumah PKL menuju
lokasi berjualan dekat.
b. Lokasi Aktivitas Berdagang

Gambar 7.13 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Lokasi Berjualan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 116


Tabel 7.12 Jumlah Sektor Informal Berdasarkan
Lokasi Aktivitas Berdagang

Lokasi Aktivitas Berdagang

Kawasan Bahu Bahu Jalan Lahan Parkir


Mall

9 5

36% Bahu Jalan

64% Lahan Parkir

Gambar 7.14 Diagram Jumlah Sektor Informal Berdasarkan


Lokasi Aktivitas Berdagang
Hasil Analisis : Berdasarkan hasil survey lapangan bahwa Lokasi
Aktivitas PKL di Kawasan Koridor Jalan menggunakan bahu jalan dan
lahan parkir untuk berjualan tetapi lebih didominasi PKL yang
menggunakan bahu jalan dan PKL di Kawasan Koridor Jalan Bahu
membayar retribusi sampah Rp. 50.000/bulan ke Kecamatan sedangkan
untuk Kawasan Reklamasi MCC dan God Bless Park tidak terdapat PKL.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 117


c. Aspek Human Activity

Gambar 7.15 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasakan Jenis Usaha

Tabel 7.13 Jumlah Sektor Informal Berdasarkan


Aspek Human Activity
Aspek Human Activity
Kawasan Bahu
Food Sales Product Sales
Mall
12 2

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 118


0% 0%
3%

Food Sales

Product Sales

97%

Gambar 7.16 Diagram Jumlah Sektor Informal Berdasarkan


Lokasi Aktivitas Berdagang
Hasil Analisis : Persebaran PKL menurut jenis jualan (aspek kegiatan) di
Kawasan Koridor Jalan didominasi dengan food sales atau dagangan yang
berupa makanan.Biasanya penjual makanan mulai bekerja dari jam 6 pagi
sampai ruko tempat berjualan buka.Dengan adanya potensi banyaknya
konsumen yang lebih tertarik untuk sarapan di tempat tersebut karena rata-
rata makanan yang dijual bubur ayam dan bubur kacang hijau.
d. Waktu Operasional

Gambar 7.17 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Waktu Berjualan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 119


Tabel 7.14 Jumlah Sektor Informal Berdasarkan
Waktu Operasional
Kawasan Koridor Waktu Operasional
Jalan Bahu
Pagi - Siang Siang – Malam

7 7

Hasil Analisis : Waktu operasional PKL di Kawasan Koridor Jalan Bahu


adalah pagi-siang dan siang – malam .Dimana para PKL menjadikan
waktu pagi dan siang untuk menjual makanan seperti bubur ayam dan
bubur kacang Ijo, sedangkan untuk waktu malam digunakan PKL untuk
berdagang karena kebanyakan masyarakat berwisata kuliner pada waktu
malam

e. Sifat Layanan Sektor Informal

Gambar 7.18 Peta Persebaran Sektor Informal Berdasarkan Sifat Layanan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 120


Tabel 7.15 Jumlah Sektor Informal Berdasarkan
Sifat Layanan
Sifat Layanan Sektor Informal
Kawasan
Menetap Semi Menetap
Bahu Mall
12 2

14%
Menetap

Semi Menetap

86%

Gambar 7.19 Diagram Jumlah Sektor Informal Berdasarkan


Sifat Layanan
Hasil Analisis : Sifat layanan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Koridor
Jalan bersifat menetap, karena lokasi yang strategis yaitu berada di
pinggiran jalan sehingga memungkinkan banyak pengunjung yang datang
untuk makan di tempat tersebut.
Kesimpulan Analisis
Potensi : sektor informal di wilayah perencanaan terpusat di area dekat
Patung Wolter Mongonsidi. Karena lokasinya yang strategis dan mudah
dijangkau dari jalan, maka para PKL ini menjadi daya tarik tersendiri
untuk pembeli. Selainitu, para PKL yang berjualan disana, masing-masing

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 121


membawa plastik yang digunakan untuk membuang sampah masing-
masing sehingga area tersebut tetap bersih setelah digunakan oleh PKL.
Masalah : Tempat yang digunakan berjualan PKL terutama di area dekat
patungWolter Mongonsidi berdekatan dengan drainase tertutup yang
memiliki bau tidak sedap dan cukup mengganggu kenyamanan para
pembeli. Selain itu, para PKL ini masih membuang limbah cair mereka
seperti sisa makanan ataupun air cucian piring langsung ke drainase. Tidak
tersedianya lahan parkir.
Solusi : Harus dilakukan perbaikan pada drainase di lokasi berjualan yaitu
menutup drainase yang rusak tersebut sehingga bau tak sedap tersebut
dapat berkurang, juga pembuangan limbah harus dikelola baik oleh
pedagang untuk menjaga kebersihan lingkungan di sepanjang koridor.
Menyediakan lahan parkir bagi pengunjung.
7.2.2 Aspek Sosial dalam Pembangunan Berkelanjutan
Tabel 7.16 Pekerjaan Masyarakat
Nama Jenis Pekerjaan
Responden Dulu Sekarang
Nova Mandey PNS PNS
Rosye Mandey Pedagang Pedagang
Nonjte Mandey PNS Pensiunan
Matelda E. F.
Pemilik Kos Pemilik Kos
Herman
A. Tewu Pegawai Pensiunan
Haryati Pasolo PemilikWarungMakan PemilikWarungMakan
Sony Alirang Teknisi Buruh
Frida Luarnaung PNS Pensiunan

Ansye Lintang Tukang Pemilik Warung

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 122


Boyani - Pemilik Rumah Makan

Bramy Towona Pegawai Showroom Pemilik Warung

Preismas - Swasta

Herni langi Petani Bengkel

Owin Penjaga Warung Penjaga Warung

Frans Tatumpe Nelayan Nelayan

Hasil Analisis : dari hasil wawancara bahwa untuk jenis pekerjaan sebagian
besar masyarakat tidak beralih pekerjaan. Namun, ada beberapa masyarakat
beralih pekerjaan.
Tabel 7.17 Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat Pendidikan
Nama
Perguruan
Responden SD SMP SMA
Tinggi
Nova Mandey  -
Rosye Mandey  -
Nonjte Mandey  -
Matelda E. F.
 -
Herman
A. Tewu  -
Haryati Pasolo  -
Sony Alirang  -
Frida Luarnaung  -

Ansye Lintang  -

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 123


Boyani  -

Bramy Towona  -

Preismas  -

Herni langi  -

Owin  -

Frans Tatumpe  -

14%
SD

SMP

57% 29%

SMA

Gambar 7.20 Diagram Tingkat Pendidikan Masyarakat

Hasil Analisis : dari hasil wawancara bahwa tingkat pendidikan masyarakat


didominasi, yaitu SMA. Jadi, tingkat pendidikan masyarakat dapat
digolongkan cukup tinggi.

Kesimpulan Analisis :
Potensi : dengan adanya kawasan strategis seperti Bahu Mall dan MCC
bahkan lingkungan kampus membuat banyak orang tertarik untuk datang
bahkan tinggal sementara di kawasan perencanaan (area koridor) dengan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 124


tujuan pekerjaan maupun kuliah. Dengan tingginya intensitas keramaian di
wilayah koridor membuat aktivitas masyarakat menjadi lebih tinggi dan
potensi penghasilan di tempat-tempat usaha menjadi lebih besar, seperti
usaha-usaha indekos yang semakin menyebar di wilayah perencanaan
(koridor). Masyarakat pun memiliki waktu kerja dari Pagi sampai sore bahkan
ada yang masih bekerja sampai larut malam. Terdapat kelompok-kelompok
masyarakat seperti yang ada dari fasilitas-fasilitas peribadatan.
Masalah : dengan adanya masyarakat pendatang di tengah-tengah masyarakat
asli membuat adanya interaksi sosial yang terjadi, namun interaksi sosial yang
didapati hanya sebatas interaksi biasa, untuk kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan keagamaan seperti kerja bakti, ibadah-ibadah, dan
kegiatan-kegiatan lain, partisipasi masyarakat pendatang masih kurang.
Solusi : dengan makin banyaknya masyarakat pendatang namun interaksi
sosial yang tidak terjalin baik, maka Pemerintah kelurahan dan jajarannya
harus aktif dalam melibatkan masyarakat khususnya masyarakat pendatang,
seperti melakukan kerja bakti bersama ataupun kegiatan hari-hari besar
lainnya, agar terciptanya interaksi yang lebih baik antar masyarakat.
7.2.3 Aspek Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan
Tabel 7.18 Kondisi Infrastruktur Kawasan Permukiman
Infrastruktur Keterangan
Identifikasi Bangunan Fungsi bangunan didominasi dengan
rumah tunggal dan klasifikasi bangunan
permanen.
Sistem Jaringan Jalan Terdapat jalan Arteri Primer dan
Kolektor Sekunder bermaterial aspal
sedangkan untuk Jalan Lokal bermaterial
aspal dan paving.
Sistem Jaringan Drainase Terdapat drainase tertutup yang

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 125


dimanfaatkan sebagai pedestrian.
Drainase terbuka di kawasan
permukiman ada yang berfungsi dengan
baik ada yang tidak akibat penyumbatan
sampah. Ada beberapa titik-titik
genangan akibat tidak tersedianya
drainase.
Sistem Jaringan Air Bersih Sumber jaringan air bersih, yaitu sumur
bor dan jaringan air PDAM.
Sistem Jaringan Persampahan Sistem jaringan persampahan di kawasan
permukiman dikategorikan sangat baik
karena adanya waktu operasional
pengangkutan. Namun, masih ada
masyarakat yang membakar sampah di
bahu jalan yang mengakibatkan populasi
udara.
Sistem Jaringan Listrik Sumber jaringan listrik di kawasan
permukiman, yaitu PLN.
Ketersediaan RTH dan RTNH Di kawasan permukiman tidak tersedia
RTH dan RTNH.

Kesimpulan Analisis :
Potensi : Bangunan yang terdapat di wilayah perencanaan (koridor)
didominasi oleh bangunan permanen. Kondisi jalan Arteri Primer yaitu jalan
W.Mongonsidi dan jalan kolektor sekunder yaitu jalan P.Tendean yang
melewati kawasan perencanaan dimana kedua jalan tersebut menghubungkan
Pusat kegiatan Nasional atau antara Pusat Kegiatan Nasional dan Pusat

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 126


kegiatan wilayah. Kedua jalan ini berada dalam kondisi baik. Untuk system
jaringan drainase di wilayah perencanaan (koridor) dalam kondisi baik, di
wilayah perencanaan tidak terjadi genangan < 30 cm dan lama genangan < 2
jam, di jalan utama terdapat drainase tertutup yang dapat menjadi trotoar
untuk pejalan kaki. Untuk air bersih, kebutuhan air bersih di wilayah
perencanaan sudah memenuhi standar. Di wilayah perencanaan, sudah
tersedia motor/mobil pengangkut sampah sehingga dapat dikatakan
persampahan di wilayah prencanaan sudah teratasi dengan baik. Untuk
retribusi sampah, pemerintah sudah menetapkan biaya retribusi operasional
kendaraan pengangkut sampah untuk kepemilikan rumah sendiri dan rumah
sewa dengan tariff yang berbeda. Masyarakat di wilayah perencanaan sudah
terlayani jaringan listrik. Jaringan listrik banyak dibutuhkan karena banyaknya
rumah kost, perkantoran , dan pertokoan juga bagi pusat perbelanjaan yang
ada.
Masalah : Karena keberadaan pusat perbelanjaan dan tempat rekreasi di
kawasaan reklamasi, intensitas kendaraan di Jalan W Monginsidi dan Jalan P
Tendean menjadi padat dan berdampak pada kemacetan di sepanjang jalan
tersebut. Di beberapa tempat, terdapat kerapatan bangunan yang tinggi dan
dapat dikatakan hampir tidak memiliki jarak antar bangunan. Masih terdapat
sampah berupa plastik maupun daun kering yang memenuhi drainase terbuka
yang ada, dan di beberapa lokasi tidak memiliki drainase. Sumber jaringan air
bersih yang dari PDAM kurang terdistribusi dengan baik sehingga membuat
masyarakat mengupayakan sumur bor. Beberapa tiang listrik dalam kondisi
kurang baik dimana terdapat kabel-kabel yang semrawut/tidak teratur yang
membahayakan.
Solusi : Untuk masalah kemacetan, dapat dilakukan pelebaran jalan dan
penambahan rambu-rambu lalu lintas. Untuk kerapatan bangunan, perlu
adanya sosialisasi kepada masyarakat agar membangun sesuai arahan dan
memperhatikan jarak antar bangunan. Untuk permasalahan penumpukan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 127


sampah di drainase, diperlukan kerja sama antar masyarakat dan pemerintah
dalam membershkan sampah yang sudah tertumpuk dan kenudian lebih tegas
lagi dalam hal pembuangan sampah ke drainase. Untuk penyediaan air bersih,
masyarakat dan pemerintah lebih berkoordinasi agar diketahui penyebab tidak
terdistribusinya air dengan baik dan juga mencari solusinya bersama-sama.
7.3 Analisis Tingkat Pengaruh Kawasan Reklamasi Terhadap Kawasan
Permukiman
Mengkaji tentang aspek pembangunan berkelanjutan di kawasan
perencanaan, yaitu dengan mengambil respon/pendapat dari masyarakat di
kawasan perencanaan mengenai pengaruh kawasan reklamasi.
Tabel 7.9 Respon Masyarakat
Lama
No. Nama Pekerjaan Respon Masyarakat
Menetap
Sangat berpengaruh karena
49 dapat meningkatkan
1. Donvito Fourzany PNS
Tahun perekonomian dan
pembangunan di kelurahan Bahu
Berpengaruh karena sudah ada
tambatan perahu namun ikan
2. Edy Sumangkut Nelayan 40 tahun
lebih sulit didapat karena
lokasinya semakin jauh
Berpengaruh karena sudah ada
tambatan perahu namun ikan
3. Alfretz antas Nelayan 55 tahun
lebih sulit didapat karena
lokasinya semakin jauh
Berpengaruh karena sudah ada
4. Yopie Tunggal Nelayan 48 tambatan perahu namun ikan
lebih sulit didapat karena

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 128


lokasinya semakin jauh
Berpengaruh karena sudah ada
tambatan perahu namun ikan
5. Leonardci Sinaulan Nelayan 49
lebih sulit didapat karena
lokasinya semakin jauh
Berpengaruh karena sudah ada
tambatan perahu namun ikan
6. Ance Bawotong Nelayan 60
lebih sulit didapat karena
lokasinya semakin jauh
Berpengaruh karena sudah ada
tambatan perahu namun ikan
7. Dantje Nelayan 59
lebih sulit didapat karena
lokasinya semakin jauh
Berpengaruh karena sudah ada
tambatan perahu namun ikan
8. Stenly Nelayan 30
lebih sulit didapat karena
lokasinya semakin jauh
Berpengaruh karena sudah ada
tambatan perahu namun ikan
9. Frans Tatumpe Nelayan 50
lebih sulit didapat karena
lokasinya semakin jauh
Cukup berpengaruh pada
10. Nova Mandey PNS 46 meningkatnya pendatang pada
daerah tersebut
Sangat berpengaruh karena
setelah reklamasi rumah yang
11. Rosio Mandey Pemilik Warung 58
tadinya berfungsi sebagai rumah
tunggal telah beralih fungsi

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 129


menjadi rumah campuran
Sangat berpengaruh karena
setelah reklamasi rumah yang
Pensiunan/Pemilik
12 Nonce Mandey 58 tadinya berfungsi sebagai rumah
kos
tunggal telah beralih fungsi
menjadi rumah campuran
Sangat berpengaruh karena
kawasan reklamasi
meningkatkan perekonomian di
kawasan tersebut yang menarik
13. Matelda Herman Pemilik kos 46
minat orang untuk tinggal
didekat kawasan reklamasi dan
berdampak pada tingginya minat
untuk kos-kosan
Tidak merasakan dampak dari
14 a.tewu pensiunan 50
reklamasi
Sangat berpengaruh karena
dengan adanya reklamasi
Pemilik warung
15. Haryati Pasolo 61 membuat kawasan sekitarnya
makan
menjadi ramai dan berdampak
pada usaha warung makan
Tidak merasakan dampak dari
16. Sony Aliran Buruh 34
reklamasi
Cukup berpengaruh karena
setelah reklamasi dan adanya
17. Frida Luarnaung PNS 63 pembangunan pusat
pembelanjaan mengakibatkan
kemacetan di koridor jalan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 130


Sangat berpengaruh karena
adanya reklamasi membuat
18. Ansye Lintang Pemilik warung 32 kawasan sekitarnya menjadi
ramai dan berdampak pada
usaha warung makan
Sangat berpengaruh karena
adanya reklamasi membuat
Pemilik warung
19. Boyani 35 kawasan sekitarnya menjadi
makan
ramai dan berdampak pada
usaha warung makan
Sangat berpengaruh karena
adanya reklamasi membuat
20. Brami Towona Pemilik warung 58 kawasan sekitarnya menjadi
ramai dan berdampak pada
usaha warung
Tidak merasakan dampak dari
21, Preismas Swasta 7
reklamasi
Sangat berpengaruh karena
dengan adanya reklamasi telah
menarik minat masyarakat untuk
melintasi jalan sepanjang
22. Herni Langi Montir 15
kawasan tersebut dan
berdampak pada usaha di
sekitarnya salah satunya usaha
bengkel
Sangat berpengaruh karena
2
23. Owin Penjaga Warung adanya reklamasi membuat
minggu
kawasan sekitarnya menjadi

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 131


ramai dan berdampak pada
usaha warung
Berpengaruh karena setelah
reklamasi telah dibangun juga
Meydi Yesaya
24. PNS 50 penahan gelombang sehingga
Mangero
setelah air pasang tidak sampai
di permukiman
Stella Berpengaruh karena warga yang
25. PNS 51
Kalengkongan menetap semakin meningkat.

Tabel 7.20 Tingkat Pengaruh Kawasan Reklamasi


Tingkat Pengaruh
No Nama
Sangat Cukup Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh
1. Donvito Fourzany 
2. Edy Sumangkut 
3. Alfretz antas 
4. Yopie Tunggal 
5. Leonardci

Sinaulan
6. Ance Bawotong 
7. Dantje 
8. Stenly 
9. Frans Tatumpe 
10. Nova Mandey 
11. Rosio Mandey 
12 Nonce Mandey 
13. Matelda Herman 

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 132


14 a.tewu 
15. Haryati Pasolo 
16. Sony Aliran 
17. Frida Luarnaung 
18. Ansye Lintang 
19. Boyani 
20. Brami Towona 
21, Preismas 
22. Herni Langi 
23. Owin 
24. Meydi Yesaya

Mangero
25. Stella

Kalengkongan

15% Sangat Berpengaruh

8% 39% Berpengaruh

Cukup Berpengaruh

38% Tidak Berpengaruh

Gambar 7.21 Diagram Tingkat Pengaruh Kawasan Reklamasi

Terhadap Kawasan Permukiman

Hasil Analisis : dari hasil wawancara bahwa tingkat pengaruh kawasan


reklamasi terhadap permukiman di kawasan perencanaan di dominasi dengan
sangat berpengaruh dan berpengaruh karena dapat meningkat pertumbuhan
ekonomi, sosial, dan lingkungan.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 133


7.4 Aspek Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Time series
7.4.1 Analisis Time Series Aspek Ekonomi
Tabel 7.21 Analisis Time Series Aspek Ekonomi
TAHUN KONDISI
Belum terjadinya reklamasi sehingga belum terdapat pusat-pusat
2003 perbelanjaan, mayoritas masyarakat masih berprofesi sebagai nelayan
yang memanfaatkan hasil tangkapannya untuk dijual di pasar-pasar.
Di rentang waktu ini ditandai Dengan mulai berdirinya Plaza Manado,
Gedung MCC dan Hotel Lion membuat aktivitas perekonomian
berkembang disini, banyak masyarakat mulai membuka tempat-tempat
usaha baru seperti warung makan, toko, tempat kos/penginapan.
Pedagang pendatang juga mulai masuk dan membuka tempat usaha di
2009
sekitar Plaza Manado. Di tahun ini juga event internasional World
Ocean Confrence (WOC) dimana kota Manado menjadi tuan rumah
dan diadakan pertemuan di MCC membuat geliat perekonomian makin
meningkat di kawasan ini, pedagang-pedagang sektor formal dan
informal ditata dengan baik oleh pemerintah waktu itu.
Di rentang waktu 2010-2013, Plaza Manado sudah tidak berjalan lagi
atau sudah kehilangan daya tarik karena daya tarik masyarakat sudah
berpindah ke Mantos dan sekitarnya, karena itu beberapa usaha formal
2013
juga memilih untuk pindah menyisakan banyak bangunan ruko yang
kosong dan tidak terawat lagi. Namun beberapa usaha sektor informal
masih memilih bertahan dan berjualan di sekitar MCC dan Lion Hotel.
Dengan diresmikannya God Bless Park dan mulai berkembangnya
UKM Jendela Indonesia sekitar tahun 2013-2018, dimana pemerintah
2019 yang telah membuka kerjasama dengan beberapa Negara sahabat
membuat kawasan ini banyak dikunjungi wisatawan baik Lokal
maupun Mancanegara. Daya tarik yang mencolok adalah wisata kuliner

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 134


di depan gedung bekas Plaza Manado, wisata air di UKM Jendela
Indonesia yang juga memiliki jasa akses ke Pulau Bunaken dan
sekitarnya, juga ada jasa penginapan dan tour menggunakan bus yang
ada di depan UKM jendela Indonesia dan hotel disekitarnya. Biasanya
kawasan ini ramai pada pagi hari dan sore menjelang malam bahkan
hingga tengah malam.
7.4.2 Analisis Time Series Aspek Sosial dan Budaya
Tabel 7.22 Analisis Time Series Aspek Sosial dan Budaya
TAHUN KONDISI
Masyarakat masih dinomonasi oleh masyarakat lokal khususnya
masyarakat tradisional nelayan yang sering mencari nafkah disekitar
2003
pantai. Belum terlalu banyak pendatang yang tinggal menetap sampai
dimulainya pembangunan Hotel Lion, MCC, dan Plaza Manado.
Dengan mulai tingginya aktivitas perekonomian di kawasan tersebut
membuat mulai banyak pendatang yang menetap di sekitar kawasan
ini. Masyarakat tradisional nelayan pun harus berbagi lokasi tinggal
dengan para pendatang, yang juga mengakibatkan beberapa
2009
masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan berpindah profesi menjadi
pedagang maupun usaha lain karena mereka berpikir lebih
menguntungkan untuk berjualan atau membuka usaha daripada melaut
lagi yang hasilnya sudah mulai berkurang semenjak adanya reklamasi.
Jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan semakin sedikit,
sebaliknya jumlah tempat usaha berupa warung, toko, dan tempat
kost/penginapan makin banyak, karena akses menuju beberapa tempat
2013
seperti Kampus, Pasar, dan Perkantoran yang sangat dekat membuat
makin banyaknya pendatang yang ada dan hidup berdampingan
dengan masyarakat lokal.
2019 Dengan skala pelayanan yang mulai menyentuh skala Internasional

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 135


membuat masyarakat di kawasan ini mulai terbiasa dengan
perkembangan tersebut karena keuntungan mereka bertambah dari
pengunjung dan konsumen yang bukan hanya wisatawan lokal saja
melainkan turis internasional.
7.4.3 Analisis Time Series Aspek Lingkungan
Tabel 7.23 Analisis Time Series Aspek Lingkungan
TAHUN KONDISI
Belum terdapat gedung-gedung tinggi di sekitar membuat
bangunan didominasi oleh permukiman nelayan tradisional dan
disepanjang pantai hanya terdapat tambatan perahu nelayan dan
2003 dermaga kecil, hal ini membuat ekosistem di pantai masih
terjaga dengan baik dan terus dijaga dengan baik oleh
masyarakat untuk menjaga hasil tangkapan ikan oleh nelayan
tetap stabil.
Dengan dimulainya pembangunan gedung-gedung dan
reklamasi, membuat zona tambatan perahu nelayan semakin
kecil dan pengelolaan air limbah serta sampah menjadi
2009
tanggung jawab swasta dan hasil tangkapan ikan oleh nelayan
menjadi berkurang mengakibatkan nelayan harus berpindah
lokasi dalam melaut.
Pengelolaan limbah dan sampah awalnya diatur dengan baik
oleh pihak swasta dan masih sedikit terjadi masalah lingkungan,
namun khusus di bangunan-bangunan bekas ruko di belakang
2013
gedung Plaza Manado mulai tidak terawatt dan banyak yang
rusak akibat ditinggal oleh pemiliknya yang pindah tempat
usaha ke lokasi lain.
Masalah-masalah lingkungan seperti sampah dan air limbah
2019
mulai banyak akibat tingginya intensitas di kawasan tersebut,

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 136


beberapa titik sering terjadi penumpukan sampah dan sering
berbau tidak sedap, limbah juga langsung diarahkan ke saluran
besar di depan jalan yang mengarah langsung ke pantai.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 137


BAB VIII
PENUTUP

8.1 Kesimpulan
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat ke arah pusat perkotaan
mengakibatkan semakin kurangnya lahan dan membutuhkan lahan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Bertambahnya penduduk yang tinggi di
pusat perkotaan juga mempengaruhi kebutuhan dari segi ekonomi. Kebutuhan
lahan dan faktor memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi salah satu faktor
dilakukannya reklamasi.
Salah satu reklamasi yang ada di Indonesia, yaitu di Kota Manado,
Sulawesi Utara. Sesuai dengan wilayah studi bahwa salah satu reklamasi yang
dilakukan di Kota Manado, yaitu Kawasan Pesisir Bahu Mall, MCC dan God
Bless Park. Arahan dari RTRW Kota Manado Tahun 2004 – 2034 bahwa
Kawasan Pesisir Bahu Mall, MCC dan God Bless Park menjadi salah satu
pusat perdagangan dan jasa dimana menjadi pendorong perekonomian bagi
masyarakat sekitar dengan skala pelayanan internasional. Daya tarik
pemandangan laut juga menjadi salah satu pendukung banyaknya wisatawan
di wilayah tersebut. Hubungan interaksi sosial di wilayah studi masih
tergolong baik karena terdapat beberapa kelembagaan dan juga terdapat
komunitas-komunitas nelayan. Namun, interaksi antara pengembang dengan
masyarakat masih kurang baik. Keamanan dan kenyamanan baik di Kawasan
Reklamasi maupun di Kawasan Permukiman (sepanjang koridor jalan)
tergolong sangat baik. Di Kawasan Reklamasi terdapat satpam (penjaga
keamanan) yang menjalankan tugasnya dengan baik sehingga dari hasil
wawancara menurut par sektor informal di kawasan resebut tidak kehilangan
barang jualan mereka dan juga di kawasan permukiman keamanan baik dan
dari pihak kelurahan melakukan sidak secara langsung dan jika ada laporan

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 138


dari masyarakat maka pihak kelurahan turun langsung ke lapangan. Aspek
lingkungan di Kawasan Pesisir Bahu Mall, MCC dan God Bless Park
tergolong baik. Sistem jaringan jalan yang ada di kawasan ini tergolong baik
dengan bermaterial aspal dan paving. Sistem jaringan drainase tergolong baik
meskipun ada beberapa yang tidak tersedia drainase shingga adanya genangan
di beberapa titik area. Sistem jaringan sumber air bersih juga baik karena
masyarakat sudah menggunakan sumur bor sehingga jika sumber dari jaringan
air PDAM masyarakat beralih ke sumur bor. Sistem jaringan persampahan
sangat baik karena sistem pelayanan pengangkutan sampah beroperasi sesuai
waktu yang sudah ada. Sistem jaringan listrik masyarakat juga baik. Namun,
untuk kondisi pesisir pantai dalam kondisi yang kurang baik karena
kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan meskipun sudah terdapat
larangan pembuangan sampah. Pembuangan air limbah baik dari masyarakat
maupun sektor-sektor formal dan informal yang membuang langsung ke laut
sehingga ekosistem laut tercemar. Untuk pelayanan kebakaran sangat kurang
di Kawasan Permukiman karena tidak tersedia hydran umum. Kondisi
eksisting yang ada sesuai hasil data dan survey lapangan. Dari tahun 2003 ke
tahun 2019 untuk aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan mengalami
perubahan baik di kawasan reklamasi maupun kawasan permukiman.
Perubahan terjadi akibat berkembangnya perdagangan dan jasa dan
pertumbuhan penduduk sehingga terdapat pembangunan berkelanjutan. Jadi,
di Kawasan Pesisir Bahu Mall, MCC dan God Bless Park terdapat
pembangunan berkelanjutan.
Tingkat pengaruh kawasan reklamasi terhadap kawasan permukiman
dalam kategori sangat berpengaruh. Dari hasil wawancara menurut
masyarakat sangat menunjang perekonomian masyarakat dan masyarakat
yang berada di kawasan pesisir sangat terbantu dengan adanya penahan
gelombang serta masyarakat nelayan mendapatkan tambatan perahu.

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 139


8.2 Saran
Dari penelitian yang didapatkan masih terdapat masalah-masalah atau
hambatan yang terdapat di lapangan, sehingga dari analisis mengeluarkan
indikasi program.
Table 8.1 Indikasi Program
Tahun Pelaksanaan
No Program 2019- 2024- 2029- 2034-
2023 2028 2033 2038
A. TAHAP I
Sosialisasi pada masyarakat

1. tentang penanganan
permukiman

Peningkatan infrasturtur

2. jalan khususnya Jalan


Lingkungan

Penambahan/Perbaikan/Pem
3. buatan Drainase

Penambahan perlengkapan
4. jalan

5. Pembuatan TPS 3R

Penambahan RTH
6. Kelurahan

Pembuatan Pos Kebakaran


7. dan Hydran Umum

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 140


8. Perbaikan pedestrian

B. TAHAP II

Sosialisasi pada masyarakat

1. sektor formal dan sektor


informal

Pembuatan lahan khusus


2. PKL

Pembuatan lahan parkir

3. khusus sektor formal yang


di kawasan permukiman

Pembuatan penyaringan air


limbah baik di kawasan
4. reklamasi dan kawasan
permukiman

C. TAHAP III

Sosialisasi terhadap

1. masyarakat area sempadan


sungai

Mengembalikan fungsi
2. sempadan sungai

3. Pembuatan rumah susun

Relokasi bangunan area


4.
sempadan sungai ke rumah

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 141


susun

Pembuatan RTH di area

5. sempadan sungai (Tempat


Rekreasi)

D. TAHAP IV

Sosialisasi terhadap

1. masyarakat area pesisir


pantai

Penambahan tambatan
2. perahu

Penambahan/Pembuatan
3. penahan gelombang

4. Pembuatan wadah komunal

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 142


DAFTAR PUSTAKA

Ameriani, Aisyah. 2006. “Analisis Karakteristik Pemulung, Karakteristik


Kerja, Hubungan Sosial, dan Kesejahteraan Pemulung (Kasus Pemukiman
Pemulung Di Desa Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kabupaten Tangerang,
Propinsi Banten)”. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Dinas Tata Ruang Tata Bangunan Pemerintah Kota Medan, 2016, Pengertian

Dahuri R, 2003 Keanekaragaman Hayati Laut, Aset Pembangunan


Berkelanjutan

Kalyanamitra. 2005. Kuingin Anak nelayan Pintar. Kompas Cyber Media

Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir Tahun 2005

Peraturan Presiden Republik Indonesia No 122 Tahun 2012 Tentang


Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil

Reklamasi, Tujuan dan Sistem Reklamasi. Diambil dari pemkomedan.go.id

Tommy Cahya Trinanda, 2017, Jurnal Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia


dalam Rangka Pembangunan Berbasis Pelestarian Lingkungan

Undang-undang No. 26 pada tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 143


UU RI No 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 24
Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup

UUD 1945 Pasal 33

UU No 25 Tahun 1992

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 4 144

Anda mungkin juga menyukai