Anda di halaman 1dari 10

ARAHAN PENATAAN KAWASAN WATERFRONT CITY SAMBAS

Firmansyah1)

Abstrak
Kota Sambas merupakan salah satu kota yang banyak memiliki ruang-ruang kota yang
pertumbuhannya berawal dari perkembangan kawasan koridor sungai. Hal ini berkaitan dengan
awal berdirinya Kerajaan Sambas di Muara Ulakan (pertigaan Sungai Sambas Kecil). Hal ini tentu
saja membuat penataan kawasan di sepanjang pertigaan Sungai Sambas Kecil perlu diperhatikan
agar potensi-potensi yang ada di sekitar kawasan tersebut dapat dikembangkan menjadi lebih
optimal. Berdasarkan hasil analisis survei aspek kondisi sosial ekonomi, dari penilaian terhadap
objek dan atraksi wisata, diperoleh bahwa seluruh objek dan atraksi wisata di kawasan ini hampir
semuanya sangat potensial untuk dilakukan penataan kawasan waterfront city di Kota Sambas dan
dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya. Berdasarkan hasil analisis survei aspek kondisi
sosial budaya, objek dan atraksi wisata bernilai baik–sangat baik, dan hanya satu objek yaitu kafe
yang bernilai rendah. Arahan penataan kawasan waterfront city di Kota Sambas dilakukan dengan
menganalisis tata guna lahan (land use), tata bangunan (building form and massing), sirkulasi dan
parkir (circulation and parking), ruang terbuka (open space), jalur pedestrian (pedestrian ways),
aktivitas pendukung (activity support), penandaan (signage), dan preservasi (preservation)
kawasan.
Kata-kata kunci: waterfront city, penataan kawasan

letak dan posisi bangunan yang berada di


1. PENDAHULUAN
bantaran sungai yang tidak sesuai dengan
Pada awalnya, koridor pertigaan Sungai peraturan pemerintah setempat. Dalam
Sambas Kecil merupakan suatu kawasan hal, penataan kawasan sempadan sungai
yang cukup berkembang dan merupakan yang mengharuskan untuk mempunyai
tempat awal berdirinya Kerajaan Sambas garis sempadan sekurang-kurangnya
pada masa Sultan Sambas ke-2 yaitu 10 m, atau ditetapkan berdasarkan
Raden Bima gelar Sultan Muhammad pertimbangan teknis dan sosial ekonomis
Tajuddin (1668-1708), tepatnya di Muara oleh pejabat yang berwenang, bahkan ada
Ulakan (pertigaan Sungai Sambas Kecil). beberapa rumah yang berada di atas
Muatan historis dan kekayaan etnis yang sungai (rumah lanting).
ada di dalamnya membentuk karakter dan
Untuk itu, diperlukan analisis ruang kota
ciri yang berbeda-beda yang memberi
untuk mengetahui potensi dan perma-
identitas tersendiri pada sepanjang
salahan serta melakukan pendekatan bagi
kawasan Sungai Sambas.
usulan konsep rencana penataan kawasan
Kondisi tata ruang kawasan di sepanjang waterfront city di Kota Sambas sebagai
pertigaan Sungai Sambas Kecil sampai daerah wisata, kemudian dilakukan peng-
saat ini masih kelihatan kurang tertata kajian dalam membuat arahan penataan
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kawasan waterfront city di Kota Sambas.
1) Staf BAPPEDA Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat

29
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 14 NOMOR 1 – JUNI 2014

Tujuan penelitian ini adalah untuk a) Tata guna lahan (land use), yang
mengidentifikasi potensi dan perma- merupakan rancangan dua dimensi
salahan yang ada, merencanakan suatu dan merupakan denah peruntukan
konsep desain dalam penataan kawasan lahan sebuah kota. Ruang-ruang tiga
agar dapat menunjang wisata air di dimensi (bangunan) akan dibangun di
pertigaan Sungai Sambas Kecil dan tempat-tempat sesuai dengan fungsi
membuat arahan penataan kawasan bangunan tersebut. Sebagai contoh,
waterfront city di Kota Sambas. di dalam kawasan perdagangan akan
terdapat berbagai bagunan ruko atau
2. TINJAUAN PUSTAKA
pertokoan. Kebijakan tata guna lahan
Masalah-masalah yang terjadi di sekitar juga membentuk hubungan antara
kawasan di Muara Ulakan, antara lain sirkulasi/parkir dan kepadatan aktivi-
kurang terjaga dan terawatnya bantaran tas/penggunaan individual.
sungai yang memiliki potensi wisata,
b) Tata bangunan (building form and
pola penggunaan lahan yang belum teratur,
massing):
permukiman yang cukup padat dan ba-
nyak sekali para pedagang yang berjualan  Ruang akan terasa jika ada ba-
sembarangan, tidak diberikannya space ngunan yang mendefinisikannya
bagi pejalan kaki. Hal ini perlu diperha- dan ruang juga dapat mendikte
tikan dengan tujuan untuk memberikan tata bangunan yang menentukan
kegiatan atau space kepada masyarakat komposisi bangunan.
sekitar. Untuk itu, diperlukan suatu kajian  Tata bangunan ini meliputi keting-
elemen perancangan kota dengan teori gian bangunan, koefisien lantai ba-
elemen perancangan kota dan beberapa ngunan, koefisien dasar bangunan,
teori yang dapat mendukung penelitian garis sempadan bangunan, mate-
sebagai acuan dalam menganalisis perma- rial, tekstur dan warna.
salahan di lokasi tersebut. Analisis perma-  Kualitas tata bangunan tersebut
salahan tersebut diharapkan dapat membe- dapat mempengaruhi kualitas
rikan solusi dan arahan yang mampu bangunan dan lingkungannya.
mendukung kegiatan-kegiatan pada ka- c) Sirkulasi dan parkir (circulation and
wasan di pertigaan Sungai Sambas Kecil. parking), yang merupakan elemen
Dengan landasan teori yang digunakan, perancangan kota yang secara lang-
kajian dalam penelitian ini difokuskan sung dapat membentuk dan mengon-
pada teori Elemen Perancangan Kota trol pola aktivitas dalam sebuah kota.
(Shirvani, 1985) yang nantinya akan Unsur-unsur penghubung dalam
ditunjang dengan beberapa preferensi sirkulasi adalah jalan pergerakan
yang relevan dengan masalah penelitian. utama, jalur pedestrian, peralihan
moda transportasipejalan kaki dan
2.1 Elemen Perancangan Kota kendaraanpejalan kaki.
Elemen perancangan kota terdiri dari: d) Ruang terbuka (open space), yang
memiliki tujuan untuk menempatkan

30
Arahan Penataan Kawasan Waterfront City Sambas
(Firmansyah)

berbagai unsur kepentingan umum Kota Baltimore merupakan salah satunya.


dan unsur ekologis (ruang terbuka Karena itu, penerapan visi James Rouse
hijau dan taman). yang didukung oleh pemerintah setempat
akhirnya mampu memulihkan kota dan
e) Jalur pedestrian (pedestrian ways),
memulihkan Baltimore dari resesi
yang harus dibantu dengan interaksi-
ekonomi yang dihadapinya. Dari kota
nya pada elemen-elemen dasar tata
inilah konsep pembangunan kota
kota dan harus berkaitan dengan
pantai/pesisir dilahirkan.
lingkungan kota dan pola-pola
aktivitas serta sesuai dengan rencana Waterfront development adalah konsep
perubahan atau pembangunan fisik pengembangan daerah tepian air, baik itu
kota di masa mendatang. tepi pantai, sungai ataupun danau. Penger-
tian waterfront dalam bahasa Indonesia
f) Aktivitas pendukung (activity support),
secara harfiah adalah daerah tepi laut,
yaitu semua fungsi bangunan dan
bagian kota yang berbatasan dengan air,
kegiatan-kegiatan yang mendukung
daerah pelabuhan (Echols dan Shadily,
ruang publik suatu kawasan kota.
2003). Waterfront development juga
Bentuk, lokasi dan karakter suatu
dapat diartikan sebagai suatu proses hasil
kawasan yang memiliki ciri khusus
pembangunan yang memiliki kontak
akan berpengaruh terhadap fungsi,
visual dan fisik dengan air dan bagian
penggunaan lahan dan kegiatan
dari upaya pengembangan wilayah perko-
pendukungnya.
taan yang secara fisik alamnya berada
g) Penandaan (signage), yang bertujuan dekat dengan air. Bentuk pengembangan
untuk menjadikan kota yang dapat pembangunan wajah kota yang terjadi
dimengerti, yaitu berupa penunjuk berorientasi ke arah perairan. Menurut
arah jalan, rambu lalu lintas dan Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
lainnya. (2006), kota pesisir atau waterfront city
h) Preservasi (preservation), merupakan merupakan suatu kawasan yang terletak
usaha untuk menjaga lingkungan berbatasan dengan air dan menghadap ke
tempat tinggal, bangunan-bangunan laut, sungai, danau dan sejenisnya.
bersejarah seperti apa adanya, sedang- Secara topografi, kondisi fisik lingkungan
kan konservasi merupakan usaha waterfront city merupakan pertemuan
untuk menjaga image luar bangunan, antara darat dan air, daratan yang rendah
meskipun fungsinya berbeda. dan landai, serta sering terjadi erosi dan
2.2 Konsep Pembangunan sedimentasi yang bisa menyebabkan
pendangkalan. Secara hidrologi, kawasan
Waterfront Development
tersebut merupakan daerah pasang surut,
Konsep ini berawal dari pemikiran seorang mempunyai air tanah tinggi, terdapat
urban visioner Amerika yaitu James tekanan air sungai terhadap air tanah,
Rouse di tahun 1970-an. Saat itu, kota- serta merupakan daerah rawa sehingga
kota bandar di Amerika mengalami proses run off air rendah. Secara geologi,
pengkumuhan yang mengkhawatirkan.

31
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 14 NOMOR 1 – JUNI 2014

kawasan tersebut sebagian besar mempu- bangannya mampu memasukkan nilai


nyai struktur batuan lepas, tanah lembek, manusia, yaitu kebutuhan akan ruang
dan rawan terhadap gelombang air. publik dan nilai alami.
Secara tata guna lahan, kawasan tersebut
3. METODE PENELITIAN
mempunyai hubungan yang intensif
antara air dan elemen perkotaan. Secara Metode penelitian yang digunakan dalam
klimatologi, kawasan tersebut mempunyai penelitian ini, terbagi menjadi tiga macam,
dinamika iklim, cuaca, angin dan suhu yaitu metode pendekatan penelitian,
serta mempunyai kelembapan tinggi. metode pengumpulan data dan metode
Pergeseran fungsi badan perairan laut analisis. Metode penelitian yang dilakukan
sebagai akibat kegiatan di sekitarnya yaitu dengan analisis deskriptif, analisis
menimbulkan beberapa permasalahan data sekunder dan analisis data primer.
lingkungan, seperti pencemaran. Kondisi 4. ANALISIS HASIL PENELITIAN
ekonomi, sosial dan budaya waterfront
city memiliki keunggulan lokasi yang Secara administratif, lokasi penelitian
dapat menjadi pusat pertumbuhan berada di dalam wilayah Kecamatan
ekonomi, penduduk mempunyai kegiatan Sambas Kabupaten Sambas. Batas
sosio-ekonomi yang berorientasi ke air wilayah administratif lokasi penelitian
dan darat, terdapat peninggalan sejarah sebagai berikut:
dan budaya, terdapat masyarakat yang  Utara : Desa Tumuk Manggis
secara tradisi terbiasa hidup (bahkan  Selatan : Desa Tanjung Bugis
tidak dapat dipisahkan) di atas air.  Barat : Desa Pasar Melayu
Terdapat pula budaya/tradisi pemanfaatan  Timur : Desa Dalam Kaum.
perairan sebagai transportasi utama, meru-
pakan kawasan terbuka (akses langsung) Sebagai pusat pertumbuhan kota yang
sehingga rawan terhadap keamanan, didominasi oleh kawasan perumahan/
penyelundupan, peyusupan (masalah permukiman penduduk, perlu adanya
pertahanan keamanan) dan sebagainya. arahan kebijakan pengembangan yang
Prinsip perancangan waterfront city adalah selaras dengan nilai budaya masyarakat
dasar-dasar penataan kota atau kawasan lokal, yang pada akhirnya keterlibatan
yang memasukkan berbagai aspek per- masyarakat dalam pengelolaan kawasan
timbangan dan komponen penataan untuk akan dapat memberikan dampak terhadap
mencapai suatu perancangan kota atau peningkatan kualitas hidup dan pereko-
kawasan yang baik. Kawasan tepi air nomian masyarakat. Kawasan waterfront
merupakan lahan atau area yang terletak city termasuk dalam kriteria kawasan
berbatasan dengan air seperti kota yang strategis yang berpotensi memiliki nilai
menghadap ke laut, sungai, danau atau strategis ekonomi yang akan berpengaruh
sejenisnya. Jika dihubungkan dengan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten
pembangunan kota, kawasan tepi air nantinya jika berhasil dikembangkan.
adalah area yang dibatasi oleh air dari Secara umum, penataan kawasan
komunitasnya yang dalam pengem- waterfront city di Kota Sambas yang

32
Arahan Penataan Kawasan Waterfront City Sambas
(Firmansyah)

nantinya diharapkan akan berkembang makanan dan minuman (Gunn, 1994).


sebagai pusat pariwisata, berada pada Mata pencaharian penduduk yang didomi-
kawasan yang strategis yang dapat nasi oleh industri dan perdagangan juga
mendukung pengembangan di sekitar berpotensi sebagai pendukung pengem-
kawasan tersebut, yaitu: bangan kawasan wisata. Masyarakat
lokal dan pengunjung memiliki persepsi
 sebelah barat lokasi penelitian yang
preferensi yang sama terhadap Sungai
berjarak +0,8 km merupakan
Teberau dan Sungai Sambas, kecuali
kawasan perdagangan, juga terdapat
pada aksesibilitas dan bentuk wisata yang
lokasi pusat tenun sambas yang
ditawarkan. Kondisi fisik dan kualitas
berjarak +1,1 km;
sungai dinilai rendah tetapi sungai masih
 sebelah timur lokasi penelitian yang memiliki nilai sosial (budaya dan sejarah)
berjarak +0,35 km merupakan yang tinggi.
kawasan perkantoran/pemerintahan;
 dan di lokasi penelitian ini juga Hasil analisis survei aspek kondisi sosial
terdapat fasilitas pendukung seperti budaya memperlihatkan objek dan atraksi
sarana kesehatan dan pendidikan. wisata bernilai baik – sangat baik, dan
hanya satu objek yaitu kafe yang bernilai
Apabila dilihat pada kondisi saat ini, rendah. Keberadaan kafe sebagai tempat
pembangunan di kawasan waterfront city berwisata kuliner masih berupa kafe di
ini telah sesuai dengan RUTR (Rencana rumah masyarakat sekitar sungai dan
Umum Tata Ruang) Kota Sambas (Pemkab pedagang kaki lima. Kondisi ini memberi
Sambas, 2002). Kawasan tersebut peluang yang tinggi pada kawasan
didominasi untuk kawasan permukiman, waterfront city di Kota Sambas untuk
perdagangan, RTH dan Komplek Kraton. dilakukan penataan dalam upaya pengem-
bangan kawasan wisata budaya dengan
Hasil analisis survei aspek kondisi sosial menggali lebih dalam budaya-budaya
ekonomi memperlihatkan penilaian ter- lokal yang pernah ada sebelumnya dan
hadap objek dan atraksi wisata, menda- mengaitkan keberadaan budaya dengan
patkan seluruh objek dan atraksi wisata lingkungan alamiahnya.
di kawasan ini diklasifikasi hampir
semuanya sangat potensial untuk dilaku- Sesuai dengan UU RI No. 26 Tahun 2007
kan penataan kawasan waterfront city di dan Permen PU No. 16 Tahun 2009,
Kota Sambas dan dikembangkan sebagai hingga saat ini Pemerintah Kabupaten
kawasan wisata budaya. Potensi dukungan Sambas masih melakukan proses
masyarakat untuk pengembangan kawasan Rancangan Peraturan Daerah dan Revisi
menjadi kawasan wisata berdasarkan RTRW Tahun 2012–2032. Dalam
densitas dan persebarannya yang relatif rancangan revisi RTRW Kabupaten
tinggi. Masyarakat merupakan sumber- Sambas (Pemkab Sambas, 2012) juga
daya pendukung aktivitas wisata yaitu telah dimuat beberapa kawasan strategis
sebagai subjek dan objek wisata, seperti yang menjadi prioritas pengembangan di
berperan sebagai pemandu, penari, penjual Kabupaten Sambas yaitu Kawasan

33
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 14 NOMOR 1 – JUNI 2014

Waterfront City dan Komplek Kesultanan Arahan penataan kawasan waterfront city
Sambas (Istana Alwatzikoebillah, Masjid di Kota Sambas dilakukan dengan
Jami’, dan Makam Raja Kesultanan menganalisis tata guna lahan (land use),
Sambas) merupakan kawasan strategis tata bangunan (building form and
dari sudut kepentingan sosial budaya. massing), sirkulasi dan parkir (circulation
Selain itu, juga dijelaskan bahwa adanya and parking), ruang terbuka (open
bangunan cagar budaya yaitu Keraton space), jalur pedestrian (pedestrian
Sambas dan Masjid Keraton. ways), aktivitas pendukung (activity
support), penandaan (signage), dan
Perencanaan kawasan waterfront city di
preservasi (preservation) kawasan.
Kota Sambas bertujuan untuk revitalisasi
Preservasi merupakan usaha untuk
dan preservasi kawasan dan bangunan
menjaga lingkungan tempat tinggal,
bersejarah dari peninggalan Keraton
bangunan-bangunan bersejarah seperti
Alwatzikoebillah di Kecamatan Sambas,
apa adanya. Untuk preservasi,
Sungai Sambas Kecil sebagai waterfront
direncanakan arahan penataan kawasan
pengembangan wisata dan transportasi
lingkungan permukiman tradisional di
air, kawasan hiburan, wisata, dan ekono-
sekitar kawasan waterfront city di Kota
mi, serta menata kembali permukiman
Sambas, sebagai berikut:
yang ada dan menjaga kelestarian Sungai
Sambas. Jadi, dalam penataan kawasan 1) Penataan permukiman tepi Sungai
waterfront city di Kota Sambas juga Teberau dan akses Gerbang Selatan
harus memperhatikan kawasan-kawasan (Gambar 2):
di sekitarnya dengan melakukan penataan a) Pembebasan lahan tepian sungai
sesuai peruntukan lahan. Gambar 1 yang ada permukiman untuk
merupakan kondisi existing di sekitar jalan inspeksi dan sempadan
kawasan waterfront di Kota Sambas. sungai.

Gambar 1. Peta orientasi wilayah penelitian

34
Arahan Penataan Kawasan Waterfront City Sambas
(Firmansyah)

b) Revitalisasi (mengubah bangun- c) Pembangunan replikasi rumah


an dan/atau lingkungan cagar tradisional sebagai warisan
budaya agar dapat dimanfaatkan sejarah yang dekat dengan
untuk fungsi yang lebih sesuai bangunan cagar budaya.
tanpa menuntut perubahan d) Penghijauan
M dan penatan tepian
drastis) dan penataan keaslian Sungai
u Teberau dengan pagar,
rumah tradisional dengan gazebo,
a lampu dan tanaman.
penambahan dermaga, halaman
2) Penataanr Jalan Keraton dan akses
dan penghijauan.
Gerbang aUtama (Timur) (Gambar 3):
a) Pelebaran
U Jalan Keraton dengan
penghijauan,
la lampu dan
pedestrian.
k
b) Pembangunan
a pintu gerbang
utama
n sebelah timur.
3) Penataan tepi Sungai Sambas
(Gambar 4) dan akses Gerbang
Utara (Gambar 5):
a) Penataan tepian Sungai Sambas
menjadi ruang terbuka umum
(open space)/public space dan
ruang terbuka hijau.
b) Pembangunan pintu Gerbang
Gambar 2. Penataan permukiman tepi Utara dan penataan tepian sungai
Sungai Teberau dan akses Gerbang
dengan pagar, taman dan lampu.
Selatan

Gambar 3. Penataan Jalan Keraton dan Gambar 4. Penataan tepi Sungai


akses Gerbang Utama (Timur) Sambas

35
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 14 NOMOR 1 – JUNI 2014

Gambar 5. Penataan akses Gerbang Gambar 6. Penataan Makam Sultan


Utara Muhammad Tsafioedin II Sambas

4) Penataan Makam Sultan Muhammad


Tsafioedin II Sambas (Gambar 6):
a) Pembangunan areal parkir
b) Lampu taman
c) Penghijauan
d) Jalan setapak.

Untuk peningkatan kualitas kawasan


permukiman tradisional maka perlu
dilakukan (Gambar 8):
a) replikasi rumah tradisional ke dalam
kawasan;
b) pembangunan fasilitas umum dan Gambar 7. Peningkatan kualitas
sosial dengan bangunan tradisional; kawasan permukiman tradisional
c) penambahan RTU dan tempat olah
raga;
d) peningkatan kualitas tradisional; a) Berdasarkan hasil analisis survei
e) melengkapi replikasi rumah aspek kondisi sosial ekonomi dan
tradisional dengan informasi, data aspek kondisi sosial budaya, kawasan
dan foto yang dipublikasikan. ini sangat potensial untuk dilakukan
5. KESIMPULAN penataan waterfront city.
Kesimpulan yang dapat dikemukakan b) Arahan penataan kawasan waterfront
berdasarkan studi ini, sebagai berikut: city di Kota Sambas menggunakan
analisis Perancangan Kota.

36
Arahan Penataan Kawasan Waterfront City Sambas
(Firmansyah)

c) Komplek Kesultanan Sambas (Istana


Alwatzikoebillah) sebagai bangunan
bersejarah, akan tetap dijaga
kelestariannya.
d) Untuk penataan kawasan disarankan
agar mengikutsertakan masyarakat
mulai dari prakonstruksi sampai
dengan pascakonstruksi.

Daftar Pustaka
Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
2006. Pedoman Kota Pesisir.
Jakarta: Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Echols, J. M., dan Shadily, H. 2003.
Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:
PT. Gramedia.
Gunn, Clare A. 1994. Tourism Planning:
Basics, Concepts, Cases. 3rd Ed.
UK: Taylor & Francis.
Pemkab Sambas. 2002. Rencana Umum
Tata Ruang Kota (RUTRK)
Sambas Tahun 2002-2010.
Pemkab Sambas. 2012. Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Sambas Tahun 2012-2032.
Permen PU No. 16 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
Shirvani, H. 1985. Tugas Perancangan
Kota. Semarang: Universitas
Diponegoro.
UU RI No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.

37
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 14 NOMOR 1 – JUNI 2014

38

Anda mungkin juga menyukai